Anda di halaman 1dari 6

BAB II

KONSEP TEORI

A. Pengertian Lansia
Lanjut usia didefinisikan sebagai penurunan, kelemahan, meningkatnya
kerentanan terhadap berbagai penyakit dan perubahan lingkungan, hilangnya mobilitas
dan ketangkasan, serta perubahan fisiologis yang terkait dengan usia Lansia merupakan
seseorang yang berusia 60 tahun keatas baik pria maupun wanita, yang masih aktif
beraktivitas dan bekerja ataupun mereka yang tidak berdaya untuk mencari nafkah sendiri
sehingga bergantung kepada orang lain untuk menghidupi dirinya . Secara umum
seseorang dikatakan lanjut usia (lansia) apabila usianya 65 tahun ke atas. Lansia bukan
suatu penyakit, namun merupakan tahap lanjut dari suatu proses kehidupan yang ditandai
dengan penurunan kemampuan tubuh untuk beradaptasi dengan stress lingkungan. Lansia
adalah keadaan yang ditandai oleh kegagalan seseorang untuk mempertahankan
keseimbangan terhadap konsisi stress fisiologis. Kegagalan ini berkaitan dengan
berkaitan dengan penurunan daya kemampuan untuk hidup serta peningkatan kepekaan
secara individual

B. Masalah – masalah pada Lansia


1. Masalah fisiologis pada lansia terkait dengan proses penuaan menjadi penyebab yang
tidak dapat dihindari dari menurunnya fungsi dari sistem anatomi dan fisiologi pada
lansia
2. Masalah kardiovaskuler pada lansia membutuhkan perhatian khusus karena terjadi
penurunan struktur dan fungsi kardiovaskuler pada lansia. Sebagai contoh ketika
tubuh mengalami perubahan posisi dari berbaring kemudian berdiri, tubuh akan
beradaptasi dengan perubahan tekanan darah.
3. Masalah respirasi juga menjadi masalah karena dapat menurunkan kerja silia otot
pernafasan sehingga proses pembersihan secret menjadi menurun.
4. Gangguan neurologi sering menyebabkan gangguan bicara dan berkomunikasi dapat
juga karena pengobatan medis, mulut yang kering dan lain-lain.
5. Osteoporosis menjadi masalah muskuloskletal yang umum dialami lansia. Faktor
yang dapat menyebabkan osteoporosis yaitu kalsium yang kurang selama masa hidup,
gaya hidup yang tidak aktif, menopause, dan keturunan.
6. Diabetes Melitus juga menjadi masalah kesehatan umum yang dialami lansia.
Diabetes melitus pada lansia sering menyebabkan komplikasi berupa penyakit
jantung, gagal ginjal, retinopati, dan gangguan sensori.
7. Masalah psikologis seperti depresi. Depresi yang dialami lansia dapat terjadi karena
lansia mengalami perubahan baik fisik atau psikologis yang memengaruhi status
fungsional, kognitif, dan sosial.

C. Konsep Komunikasi
Komunikasi merupakan suatu hal yang sangat mendasar dalam kehidupan
manusia, komunikasi menjadi suatu fenomena terbentuknya suatu masyarakat yang
terintegrasi oleh informasi. Dimana setiap individu-individu dalam kehidupan
bermasyarakat itu sendiri saling berbagi informasi untuk mencapai tujuan bersama.
Komunikasi adalah proses penyampaian suatu pesan oleh seseorang kepada orang lain
untuk memberi tahu atau membentuk mengubah sifat, pendapat, atau perilaku baik
langsung secara lisan maupun tak langsung melalui media. Masalah utama dalam
komunikasi adalah bahwa arti yang diterima oleh seseorang mungkin bukanlah apa yang
dimaksudkan oleh pengirimnya. Pengirim dan penerima adalah dua orang yang hidup
dalam dunia yang berbeda. Beberapa hal dapat terjadi dan mengganggu pesan yang lewat
diantara mereka. Kebutuhan dan pengalaman orang cenderung untuk mewarnai apa yang
mereka lihat dan dengar. Pesan-pesan yang tidak ingin mereka dengar ditekan, sementara
yang lainnya diperbesar, yang tercipta dalam lingkungan yang sempit atau terganggu dari
kenyataan yang sebenarnya.

D. Teknik komunikasi pada Lansia


Komunikasi pada lansia merupakan permasalahan kompleks dan heterogen dibanding
klien yang lebih muda. Latar belakang budaya sering memengaruhi klien lansia untuk
memersepsikan penyakit serta kesediaan untuk mengikuti aturan rencana perawatan dan
pengobatan. Untuk mengurangi pengaruh negatif atau mengurangi hambatan-hambatan yang
terjadi, diperlukan komunikasi yang efektif antara perawat dan klien.
Berikut ini akan dipaparkan bagaimana perawat dapat meningkatkan komunikasi pada
klien lansia sebagai bentuk pendekatan dalam melakukan komunikasi pada lansia sebagai
berikut :
a. Beri waktu ekstra. Biasanya lansia menginginkan menerima informasi lebih banyak dan
lebih rinci dibanding klien yang lebih muda. Waktu ekstra diberikan mengingat ada
beberapa lansia yang kemungkinan cara berkomunikasi kurang baik dan kurang fokus
sehingga membutuhkan waktu yang lebih lama.
b. Hindari ketidakpedulian. Klien lansia ingin merasakan bahwa perawat menyediakan
waktu yang berkualitas untuk klien. Enam puluh (60) detik pertama adalah waktu untuk
menciptakan kesan pertama dengan penuh perhatian.
c. Duduk berhadapan dengan klien. Klien yang mengalami gangguan pendengaran akan
membaca bibir untuk menerima informasi yang diberikan perawat
d. Pelihara kontak mata. Kontak mata adalah penting pada komunikasi nonverbal.
Sampaikan kepada klien bahwa perawat senang bertemu klien sehingga klien menaruh
kepercayaan kepada perawat. Memelihara kontak mata merupakan hal positif dan dapat
menciptakan suasana nyaman sehingga klien lebih terbuka menerima tambahan
informasi.
e. Mendengarkan, kurangi kegagalan komunikasi dengan mendengarkan cerita pasien
lansia.
f. Bicara pelan dengan jelas dan nyaring.
g. Gunakan kata-kata sederhana, pendek. dan singkat untuk memudahkan penerimaan klien
lansia.
h. Fokuskan pada satu pembicaraan karena klien lansia tidak mampu memfokuskan
pembicaraan pada banyak topik yang berbeda.
i. Beri catatan untuk instruksi yang rumit agar menghindari kebingungan klien.
j. Gunakan gambar atau tabel untuk mempermudah pemahaman.
k. Ringkas poin utama untuk memberikan penekanan pada topik utama pembicaraan.
l. Beri kesempatan pada lansia untuk bertanya
m. Cari tempat yang tenang untuk mencegah kebingungan dan menciptakan suasana
kondusif dalam komunikasi.
n. Gunakan sentuhan untuk memberikan kenyamanan pada lansia dan sebagai bentuk
perhatian perawat kepada lansia.

Tehnik komunikasi yang dapat digunakan dalam berkomunikasi dengan lansia

1. Teknik Asertif

Asertif adalah sikap dapat menerima, memahami pasangan bicara dengan menunjukkan
sikap peduli, sabar untuk mendengarkan dan memperhatikan ketika pasangan bicara agar
maksud komunikasi atau pembicaraan dapat dimengerti.

2. Responsif

Berespon artinya bersikap aktif, tidak menunggu permintaan bantuan dari klien. Sikap
aktif dari petugas kesehatan ini akan menimbulkan perasaan tenang bagi pasien.

3. Fokus

Sikap ini merupakan upaya perawat untuk tetap konsisten terhadap materi komunikasi
yang diinginkan.

4. Supportif

Sikap ini dapat menumbuhkan kepercayaan diri klien lansia sehingga lansia tidak merasa
menjadi beban bagi keluarganya, dengan demikian diharapkan klien menjadi termotivasi
untuk mandiri dan dapat berkarya sesuai kemampuannya. Dukungan diberikan baik
secara materiil maupun moril.

5. Klarifikasi

Klarifikasi dapat dilakukan dengan mengajukan pertanyaan ulang dan memberi


penjelasan lebih dari satu kali agar pembicaraan kita dapat diterima dan dipersepsikan
sama dengan klien.

6. Sabar dan Ikhlas

Terkadang klien lansia mengalami perubahan yang merepotkan dan kekanak – kanakan.
Perubahan ini perlu disikapi dengan sabar dan ikhlas agar perawat tidak menjadi jengkel
dan tetap tercipta komunikasi yang terapeutik dan juga tidak menimbulkan kerusakan
hubungan antara klien dengan perawat.

E. Hambatan Komunikasi pada Lansia


Hambatan Komunikasi yang kerap terjadi pada lansia adalah potong kompas.
Potong kompas terjadi bila pembicara dan pendengar saling salah paham akan makna
yang mereka maksudkan. Ini dapat terjadi bila kata yang berbeda digunakan untuk makna
yang sama atau kata yang sama digunakan untuk makna yang berbeda.Hal ini bisa terjadi
pada orang tua lansia karena diantara pembicara dan pendengar terdapat gangguan
(noise) pada saat pembentukan pesan terjadi sehingga efek yang ditimbulkan tidak sesuai
dengan tujuan yang diinginkan. Komunikasi berlangsung apabila terjadi kesamaan makna
dalam pesan yang diterima oleh komunikan. Adanya gangguan yang mendistorsi pesan
pada lansia ini dipengaruhi oleh kemampuan berbahasa yang baik dan benar, ketika
berkomunikasi dengan sesama lansia, pengalaman masa lalu, bagi individu kesehatan
mental serta dapat dihubungkan dengan pengalaman masa lalu.

F. Cara Mengatasi Hambatan Komunikasi pada Lansia


a. Menjaga agar tingkat kebisingan minimum.
b. Menjadi pendengar yang setia, sediakan waktu untuk mengobrol.
c. Menjamin alat bantu dengar yang berfungsi dengan baik.
d. Yakinkan bahwa kacamata bersih dan pas.
e. Jangan berbicara dengan keras/berteriak, bicara langsung dengan telinga yang dapat
mendengar dengan lebih baik.
f. Berdiri di depan klien, jangan terlalu jauh dari lansia.
g. Berbicara dengan jelas, intonasi jelas dan tidak tergesa-gesa serta sederhana
h. Beri kesempatan bagi klien untuk berpikir.
i. Mendorong keikutsertaan dalam aktivitas sosial, seperti perkumpulan orang tua,
kegiatan rohani.
j. Berbicara pada tingkat pemahaman klien.
k. Selalu menanyakan respons, terutama ketika mengajarkan suatu tugas atau keahlian.

DAPUS :
1. Kemenkes RI. 2013. Gambaran Kesehatan Lanjut Usia di Indonesia. Bulletin Jendral.
Jakarta.
2. Sitanggang YF, Frisca S, Sihombing RM, dkk. Keperawatan Gerontik. Yayasan Kita
Menulis. 2021.
3. Balitbang Kemenkes RI. 2016. Riset Kesehatan Dasar, RISKESDAS. Balitbang
Kemenkes RI. Jakarta.
4. Anjaswarni. 2016. Komunikasi dalam keperawatan. Jakarta: Pusdik SDM Kesehatan, diakses
dari http://www.depkes.go.id/, tanggal 30 April 2019
5. Christy Lydia. 2014. Komunikasi antar pribadi pada orangtua lanjut usia di panti rumah doa
kanaan. Journal “Acta Diurna” Volume III. No.2

Anda mungkin juga menyukai