Anda di halaman 1dari 7

Ringkasan penelitian tidak lebih dari 500 kata yang berisi latar belakang penelitian, tujuan dan

tahapan metode penelitian, luaran yang ditargetkan, serta uraian TKT penelitian yang
diusulkan.
RINGKASAN

Pendek terjadi karena dampak kekurangan gizi kronis selama 1.000 hari pertama kehidupan
anak. Kerusakan yang terjadi mengakibatkan perkembangan anak yang irreversible (tidak bisa
diubah), anak tersebut tidak akan pernah mempelajari atau mendapatkan sebanyak yang dia
bisa dibandingkan dengan anak yang mempunyai tinggi badan ideal. Penelitian ini berjudul
analisis faktor determinan stunting di Desa Pesa Kecamatan Wawo Kabupaten Bima. Subyek
Penelitian seluruh balita di Desa Pesa Kecamatan Wawo kabupaten Bima. Variabel
independent dalam penelitian ini adalah kebutuhan gizi, personal hygene, keamanan pangan,
sanitasi lingkungan, dan penyakit infeksi. Variabel dependent pada penelitian ini adalah
kejadian stunting pada anak balita.
Peneliti sudah melakukan observasi yaitu dengan melakukan pengukuran tinggi badan pada
anak usia sekolah di Kota Bima yang hasilnya sebagian besar anak mengalami stunting. Desain
penelitian menggunakan cross-sectional pada balita di Desa Pesa Kecamatan wawo Kabupaten
Bima. Subyek penelitian dihitung menggunakan rumus proporsi tunggal dengan kesalahan
maksimum yang diizinkan adalah 5%. Tekhnik pemilihan sampel adalah total sampling. Status
gizi dinilai berdasarkan rekomendasi WHO yang menggunakan skor underweight (weight-for-
age- yaitu (WAZ) <−2 SD), pengerdilan (tinggi-untuk-usia 𝑧-skor (HAZ)<−2SD), dan ketipisan
(indeks massa tubuh rendah- (BMI-) untuk usia <−2 SD overweigh (BMI-untuk-usia ≥ 2SD)).
Penilaian sanitasi, personal hygene, dan keamanan pangan menggunakan kuesioner standar
WHO yang diuji validitas dan realibilitas pada anak usia sekolah yang dilakukan di Kota Bima.
Uji statistik untuk mengukur faktor-faktor dalam stunting adalah p value<0,05 lalu
menggunakan backward logistik regresi, faktor dominan menggunakan OR. Langkah-langkah
dalam penelitian ini adalah skrinning stunting yang terdiri dari antropometri yaitu penentuan
stunting dan dietary assessment atau status gizi. Setelah melakukan skrinning lalu penentuan
faktor determinan stunting dengan menggunakan kuesioner kebutuhan gizi, personal hygene,
sanitasi lingkungan, dan penyakit infeksi. Luaran yang dicapai dalam penelitian ini adalah yang
pertama adalah publikasi ilmiah jurnal UGM Berita Kedokteran. Luaran yang kedua adalah
modul untuk keluarga sehingga bisa diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari dalam
mendeteksi dini pertumbuhan dan perkembangan anak. Hasil akhir yang diinginkan adalah
membantu program pemerintah dalam penanganan Stunting sehingga follow up dari penelitian
ini adalah memberikan pedoman dalam deteksi dini penanganan Stunting pada keluarga, tenaga
kesehatan, dan sekolah. TKT yang diharapkan adalah level 1 sehingga tujuan akhir dalam
penelitian ini adalah aplikasi atau pedoman standar dalam penanganan stunting.
Kata kunci maksimal 5 kata
Stunting, Hygene, Sanitasi
Latar belakang penelitian tidak lebih dari 500 kata yang berisi latar belakang dan permasalahan
yang akan diteliti, tujuan khusus, dan urgensi penelitian. Pada bagian ini perlu dijelaskan
uraian tentang spesifikasi khusus terkait dengan skema.
LATAR BELAKANG
Negara Indonesia menempati peringkat ke 5 dunia dengan jumlah anak pendek terbanyak.
Secara global, satu dari empat anak (25%) di bawah usia lima tahun mengalami keterlambatan
perkembangan dan pertumbuhan (Stunting). Hasil dari South East Asian Nutrition Survey
(SEANUTS) pada tahun 2010-2011 menempatkan Indonesia sebagai negara yang memiliki
jumlah anak balita pendek terbesar. Pada tahun 2010, gambaran tinggi standar anak usia 5 tahun
adalah 110 centimeter, namun tinggi rata-rata anak Indonesia umur 5 tahun, kurang dari 6,7
centimeter untuk anak laki-laki dan kurang dari 7,3 centimeter untuk anak perempuan. Kejadian
gagal tumbuh yang terjadi pada usia balita akan berlanjut ke usia berikutnya. Besar kemungkinan
ketika mereka menginjak usia 19 tahun, maka tinggi badan optimal tidak tercapai. Mereka akan
menjadi manusia dewasa yang pendek dengan keterbatasan untuk berproduktivitas optimal. Data
menunjukkan masih tingginya persentase perempuan usia 15-19 tahun yang tidak lagi
meneruskan sekolah dan masuk pada usia reproduksi yang selanjutnya melahirkan lagi anak-
anak yang kurang gizi yang berpotensi menjadi Stunting atau anak pendek. Tinggi badan
merupakan sifat dasar manusia, di beberapa negara tinggi badan dikaitkan dengan tingkat
pendidikan, penghasilan dan posisi sosial yang baik[1, 2]. Stunting pada anak sekolah
berhubungan dengan keterlambatan perkembangan motorik, kognitif, dan sosioemotional dan
tingginya angka kematian balita. Tinggi badan dikaitkan dengan umur yang panjang, risiko
kehamilan, kardiovaskuler, dan pernafasan yang rendah serta mengurangi resiko kanker tertentu.
Stunting mengarah untuk efek merusak pada kesehatan jangka pendek dan jangka panjang anak,
termasuk peningkatan kerentanan terhadap infeksi dan gangguan perkembangan otak [3-12].
Hasil Riskesdas Tahun 2013, prevalensi berat badan anak umur dibawah 5 Tahun sebesar 19,6%
dan Stunting 37,2% [13]. Banyak faktor yang menyebabkan Stunting yaitu sanitasi, hygene,
jajanan sehat serta laporan dari WHO menyatakan bahwa ada hubungan antara antara anak-anak
yang tinggal dilingkungan yang mempunyai akses pelayanan kesehatan kurang memadai,
lingkungan yang miskin, nutrisi kurang dan keamanan pangan dengan pertumbuhan dan
perkembangan anak sekolah[12]. Masalah kesehatan masyarakat dianggap berat bila prevalensi
pendek sebesar 30 – 39 persen dan serius bila prevalensi pendek = 40 persen. Sebanyak 14
provinsi termasuk kategori berat, dan sebanyak 15 provinsi termasuk kategori serius, salah
satunya adalah Provinsi Nusa Tenggara Barat. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk
menganalisis faktor utama yang menyebabkan Stunting di Desa Pesa Kecamatan Wawo
Kabupaten Bima karena berdasarkan observasi awal didapatkan data Stunting pada anak sekolah
dasar di Kota Bima sebesar 40%. Penelitian ini merupakan salah satu solusi untuk mempercepat
program pemerintah setempat dalam penanganan Stunting. Penelitian ini menggunakan alat ukur
kuesioner dan observasi untuk mencari faktor-faktor penyebab Stunting yaitu gizi, Personal
Hygene, Keamanan Pangan, Sanitasi Lingkungan, dan penyakit infeksi sehingga dapat
diidentifikasi faktor dominan yang menyebabkan Stunting pada balita di Desa Pesa Kecamatan
Wawo Kabupaten Bima. Kuesioner faktor-faktor penyebab stunting menggunakan standar
WHO. Hasil akhir yang diinginkan adalah membantu program pemerintah dalam penanganan
Stunting sehingga follow up dari penelitian ini adalah memberikan pedoman dalam deteksi dini
penanganan Stunting pada keluarga, tenaga kesehatan, dan sekolah. TKT yang diharapkan adalah
level 1 sehingga tujuan akhir dalam penelitian ini adalah aplikasi atau pedoman standar dalam
penanganan stunting.

Tinjauan pustaka tidak lebih dari 1000 kata dengan mengemukakan state of the art dalam
bidang yang diteliti. Bagan dapat dibuat dalam bentuk JPG/PNG yang kemudian disisipkan
dalam isian ini. Sumber pustaka/referensi primer yang relevan dan dengan mengutamakan hasil
penelitian pada jurnal ilmiah dan/atau paten yang terkini. Disarankan penggunaan sumber
pustaka 10 tahun terakhir.
TINJAUAN PUSTAKA
Stunting adalah kondisi gagal tumbuh sehingga anak terlalu pendek untuk usianya. Atau anak
dengan nilai z-scorenya kurang dari -2SD/standar deviasi (stunted) dan kurang dari – 3SD
(severely stunted).
Dampak Stunting dapat berakibat meningkatnya pengeluaran pemerintah, terutama jaminan
kesehatan nasional, ketika dewasa, anak yang mengalami Stunting rentan terhadap serangan
penyakit tidak menular seperti jantung, stroke, diabetes, ataupun gagal ginjal, ancaman
pengurangan tingkat intelejensi sebesar 5-11 poin, sehingga hal ini pun menjadi ancaman
masyarakat di Indonesia. Dampak jangka pendek Stunting adalah terganggunya perkembangan
otak, kecerdasan, gangguan pertumbuhan fisik, dan gangguan metabolisme dalam tubuh.
Dampak jangka panjang adalah akibat buruk yang dapat ditimbulkan adalah menurunnya
kemampuan kognitif dan prestasi belajar, menurunnya kekebalan tubuh sehingga mudah sakit,
dan resiko tinggi untuk munculnya penyakit diabetes, kegemukan, penyakit jantung dan
pembuluh darah, kanker, stroke, dan disabilitas pada usia tua serta menimbulkan pendek lintas
generasi.
Stunting disebabkan oleh faktor multi dimensi dan tidak hanya disebabkan oleh faktor gizi buruk
yang dialami oleh ibu hamil maupun anak balita. Intervensi yang paling menentukan untuk dapat
mengurangi pervalensi Stunting oleh karenanya perlu dilakukan pada 1.000 Hari Pertama
Kehidupan (HPK) atau deteksi dini Stunting dari bayi sampai usia balita sehingga efek nya tidak
mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan anak usia sekolah. Anak-anak yang mengalami
hambatan dalam pertumbuhan disebabkan kurangnya asupan makanan yang memadai dan
penyakit infeksi yang berulang, dan meningkatnya kebutuhan metabolik serta mengurangi nafsu
makan, sehingga meningkatnya kekurangan gizi pada anak. Keadaan ini semakin mempersulit
untuk mengatasi gangguan pertumbuhan yang akhirnya berpeluang terjadinya Stunting.
Beberapa faktor yang menjadi penyebab Stunting dapat digambarkan sebagai berikut: 1) Asupan
makanan tidak seimbang atau kandungan zat gizi dalam makanan yaitu karbohidrat, protein,
lemak, mineral, vitamin, dan air masih belum memenuhi. Asupan zat-zat gizi yang lengkap
masih terus dibutuhkan anak selama proses tumbuh kembang masih berlanjut karena proses
tumbuh kembang ini dipengaruhi oleh makanan yang diberikan pada anak. Makanan yang
diberikan harus tepat baik jenis dan jumlahnya hingga kandungan gizinya. 2) Riwayat berat
badan lahir rendah (BBLR) sangat terkait dengan pertumbuhan dan pengembangan jangka
panjang seperti anak mengalami Stunting. Anak yang BBLR kedepannya akan memiliki ukuran
antropometri yang kurang di masa dewasa. Bagi perempuan yang lahir dengan berat rendah,
memiliki risiko besar untuk menjadi ibu yang stunted sehingga akan cenderung melahirkan bayi
dengan berat lahir rendah seperti dirinya. Bayi yang dilahirkan oleh ibu yang stunted tersebut
akan menjadi perempuan dewasa yang stunted juga, dan akan membentuk siklus sama seperti
sebelumnya. 3) Riwayat penyakit seperti infeksi akut atau kronis dapat mempengaruhi proses
yang kompleks terhadap terjadinya Stunting. Penyakit infeksi dapat memperburuk keadaan gizi
yang kurang sehingga mengalami gangguan penyerapan dalam saluran pencernaan atau zat gizi
tidak terpenuhi. Anak dengan penyakit infeksi dapat mengganggu proses pertumbuhannya.
Penyakit infeksi yang sering diderita oleh anak adalah diare dan Infeksi Saluran Pernafasan Akut
(ISPA). Berdasarkan penelitian status kesehatan berupa penyakit infeksi memiliki hubungan
positif terhadap Stunting. 4) Faktor genetik merupakan modal dasar mencapai hasil proses
pertumbuhan. Salah satu atau kedua orang tua yang pendek akibat kondisi patologi (seperti
defisiensi hormon pertumbuhan) memiliki gen dalam kromosom yang membawa sifat pendek
sehingga memperbesar peluang anak mewarisi gen tersebut dan tumbuh menjadi Stunting akan
tetapi bila orang tua pendek akibat kekurangan zat gizi atau penyakit, kemungkinan anak dapat
tumbuh dengan tinggi badan normal selama anak tersebut tidak terpapar faktor resiko yang lain.
Beberapa penelitian menunjukkan adanya hubungan tinggi badan orang tua dengan kejadian
Stunting. 5) Faktor lingkungan terutama sadar akan pentingnya Perilaku Hidup Bersih dan Sehat
(PHBS) seperti buang air besar sembarangan, buang sampah sembarangan, kurangnya
kepemilikan septik tank dan lain sebagainya. Perilaku kurang sehat tersebut berdampak pada
timbulnya penyakit seperti diare, Thypus, Hepatitis A, Cholera, dll. Sanitasi Total Berbasis
Masyarakat (STBM) merupakan salah satu program pemerintah untuk mengatasi masalah
sanitasi (kebersihan) di Indonesia. STBM terdiri dari 5 Pilar, yaitu Stop buang air besar (BAB)
sembarangan, cuci tangan dengan sabun dan air mengalir, pengelolaan air minum dan makanan
rumah tangga, pengelolaan sampah rumah tangga, dan pengelolaan limbah cair rumah tangga. 6)
Keamanan pangan/jajanan sehat adalah jajan atau kudapan panganan yang dijajakan. Sedangkan
berjajan diartikan membeli panganan di kedai atau warung yang dijajakan orang. Anak sekolah
merupakan salah satu keompok masyarakat yang dak dapat dipisahkan dari perilaku jajan.
Perilaku jajan meliputi nilai gizi, keamanan, kebersihan penyajian dan pengolahan yang masih
diragukan. Hal ini sangat menghawatirkan karena kebutuhan akan gizi pada anak sekolah
sebagian besar diperoleh dari jajan yang di jajakan di sekolah. Perilaku jajan anak sekolah dapat
berakibat langsung pada kesehatan. 7) Personal Hygien merupakan kondisi dan praktek
mempertahankan kesehatan, mencegah terjadinya penyebaran penyakit, meningkatkan derajat
kesehatan individu, meningkatkan kepercayaan diri dan menciptakan keindahan. Personal hygien
pada anak adalah kebersihan dan kesehatan diri pada anak dan personal hygien dapat
mempengaruhi derajat kesehatan. Personal hygiene yang dimaksud mencakup perawatan
kebersihan kulit kepala dan rambut, mata, hidung, telinga, kuku kaki dan tangan, kulit, dan
perawatan tubuh secara keseluruhan. Intervensi yang dilakukan untuk mencegah Stunting adalah
wajib belajar ditingkatkan, dari 9 tahun menjadi 12 tahun, hari dan jam belajar dibuat menjadi 5
hari/minggu, 7 jam/hari serta peningkatan aktifitas diluar ruangan, program perbaikan gizi di
sekolah, pendidikan rohani dan budi pekerti, pendidikan kesehatan perilaku hidup bersih dan
sehat, penyediaan air minum dan cuci tangan yang cukup di seluruh sekolah, penyediaan jamban
yang sehat dan mencukupi, penyediaan tempat sampah dan pembuangan air limbah, pendidikan
kesehatan (intra dan ektra kurikuler), sekolah sebagai kawasan bebas rokok, sekolah bebas
narkoba, pelayanan kesehatan di sekolah, sekolah bebas dari tindakan “bullying”, kerjasama
dengan BPJs Kesehatan, usaha kesehatan sekolah menjadi upaya kesehatan wajib Puskesmas.
Metode atau cara untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan ditulis tidak melebihi 600 kata.
Bagian ini dilengkapi dengan diagram alir penelitian yang menggambarkan apa yang sudah
dilaksanakan dan yang akan dikerjakan selama waktu yang diusulkan. Format diagram alir
dapat berupa file JPG/PNG. Bagan penelitian harus dibuat secara utuh dengan penahapan yang
jelas, mulai dari awal bagaimana proses dan luarannya, dan indikator capaian yang ditargetkan.
Di bagian ini harus juga mengisi tugas masing-masing anggota pengusul sesuai tahapan
penelitian yang diusulkan.
METODE
Peneitian ini tentang factor-faktor yang berhubungan dengan kejadian stunting pada balita di
Desa Pesa Kecamatan Wawo Kabupaten Bima. Waktu Penelitian dilaksanakan selama 2 bulan
mulai bulan April sampai bulan Mei 2018. Lokasi Penelitian dilaksanakan di Desa Pesa
Kecamatan Wawo Kabupaten Bima Tahun 2018. Penelitian ini dilakukan pada seluruh balita di
Desa Pesa Kecamatan Wawo Kabupaten Bima Tahun 2018. Peneliti telah melakukan pendataan
awal Siswa dan siswi SDN 30 Kota Bima yang tinggal di Kelurahan Nitu Kecamatan Raba.
Peneliti sudah melakukan observasi dan tertarik untuk meneliti di Desa Pesa Kecamatan Wawo
Kabupaten Bima karena angka stunting di Kota Bima tinggi padahal wilayahnya yang tidak
terlalu luas tetapi memiliki angka stunting cukup tinggi.
Desain penelitian menggunakan cross-sectional pada balita di Desa Pesa Kecamatan Wawo
Kabupaten Bima. Subyek penelitian dihitung menggunakan rumus proporsi tunggal dengan
kesalahan maksimum yang diizinkan adalah 5%. Tekhnik pemilihan sampel adalah seluruh balita
jumlah total 143. Status gizi dinilai berdasarkan rekomendasi WHO yang menggunakan skor
underweight (weight-for-age- yaitu (WAZ) <−2 SD), pengerdilan (tinggi-untuk-usia 𝑧-skor
(HAZ)<−2SD), dan ketipisan (indeks massa tubuh rendah- (BMI-) untuk usia <−2 SD overweigh
(BMI-untuk-usia ≥ 2SD)). Penilaian sanitasi, personal hygene, dan keamanan pangan jajanan
sekolah menggunakan kuesioner standar WHO yang diuji validitas dan realibilitas pada anak
usia sekolah yang dilakukan di Kota Bima. Uji statistik untuk mengukur faktor-faktor dalam
stunting adalah p value<0,05 lalu menggunakan backward logistik regresi, faktor dominan
menggunakan OR. Di bawah ini diagram alir penelitian yang dilakukan :

Jadwal penelitian disusun dengan mengisi langsung tabel berikut dengan memperbolehkan
penambahan baris sesuai banyaknya kegiatan.
JADWAL

Bulan
No Nama Kegiatan
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
1. Observasi awal √  √
2. Uji coba kuesioner  √
3. Penelitian √ √ √
4. Laporan √ √
5. Output √ √ √

Daftar pustaka disusun dan ditulis berdasarkan sistem nomor sesuai dengan urutan pengutipan.
Hanya pustaka yang disitasi pada usulan penelitian yang dicantumkan dalam Daftar Pustaka.

DAFTAR PUSTAKA
1. Adair, L.S., et al., Associations of linear growth and relative weight gain during early life
with adult health and human capital in countries of low and middle income: findings from
five birth cohort studies. Lancet, 2013. 382(9891): p. 525-534.
2. Stulp, G., et al., Human Height Is Positively Related to Interpersonal Dominance in
Dyadic Interactions. Plos One, 2015. 10(2): p. 1-18.
3. Black, R.E., et al., Maternal and child undernutrition: global and regional exposures and
health consequences. The Lancet, 2008. 371(9608): p. 243-260.
4. Collaboration, E.R.F., Adult height and the risk of cause-specific death and vascular
morbidity in 1 million people: individual participant meta-analysis. International Journal of
Epidemiology, 2012. 41(5): p. 1419-1433.
5. Green, J., et al., Height and cancer incidence in the Million Women Study: prospective
cohort, and meta-analysis of prospective studies of height and total cancer risk. The Lancet
Oncology. 12(8): p. 785-794.
6. Nelson, C.P., et al., Genetically Determined Height and Coronary Artery Disease. New
England Journal of Medicine, 2015. 372(17): p. 1608-1618.
7. Paajanen, T.A., et al., Short stature is associated with coronary heart disease: a
systematic review of the literature and a meta-analysis. European Heart Journal, 2010.
31(14): p. 1674-1676.
8. Semba, R.D., et al., Effect of parental formal education on risk of child stunting in
Indonesia and Bangladesh : a cross-sectional study. The Lancet, 2008. 371: p. 322-328.
9. Vonaesch, P., et al., Factors associated with stunting in healthy children aged 5 years
and less living in Bangui (RCA). Plos One, 2017. 12(8): p. 1-17.
10. Davies, N.M., et al., The effects of height and BMI on prostate cancer incidence and
mortality: a Mendelian randomization study in 20,848 cases and 20,214 controls from the
PRACTICAL consortium. Cancer Causes & Control, 2015. 26(11): p. 1603-1616.
11. Zhang, B., et al., Height and Breast Cancer Risk: Evidence From Prospective Studies and
Mendelian Randomization. JNCI: Journal of the National Cancer Institute, 2015. 107(11): p.
1-17.
12. Child Health Epidemiology Reference Group Small-for-Gestational-Age/Preterm Birth
Working, G., Short Maternal Stature Increases Risk of Small-for-Gestational-Age and
Preterm Births in Low- and Middle-Income Countries: Individual Participant Data Meta-
Analysis and Population Attributable Fraction. The Journal of Nutrition, 2015. 145(11): p.
2542-2550.
13. Victora, C.G., et al., Worldwide Timing of Growth Faltering: Revisiting Implications for
Interventions. Pediatrics, 2010. 125(3): p. e473-e480.
14. Trihono., et al., Pendek (Stunting) di Indonesia Masalah dan Solusinya. Balitbangkes,
2015. p. 89-90.

Anda mungkin juga menyukai