Anda di halaman 1dari 362

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Komunitas adalah sekumpulan orang dalam jumlah tertentu yang terikat oleh
satuan geografis, ekonomi, adat atau rentan sosial ekonomi. ciri yang umum
KAT(komuitas adat terpencil) paling tidak ada kerentanan ekonomi dan terpencil.
kondisi tersebut memerlukan penanganan, (Kemensos RI, 2015).
Kebidanan Komunitas adalah pelayanan kebidanan yang menekankan pada aspek-
aspek psikososial budaya yang ada di komunitas(masyarakat sekitar). maka seorang
bidan di tuntut mampu memberikan pelayanan yang bersifat individual maupun
kelompok, (elly dwi wahyuni, 2018).
Kegiatan PKL Kebidanan Komunitas ini merupakan suatu penerapan ilmu dan
pengabdian masyarakat oleh mahasiswa AKBID Harapan Bunda Bima Angkatan XII
Tahun Ajaran 2021 yang meyeluruh sepanjang daur kehidupan wanita, dalam rangka
pemecahan masalah kesehatan dan peningkatan status kesehatan masyarakat. Dalam
prosesnya mahasiswa diharapkan mampu mengenal masalah, menentukan prioritas
masalah dan merumuskan alternatif dalam pemecahan masalah. Setelah itu menyusun
rencana pemecahan masalah sesuai dengan keahlian yang dimiliki dengam
memperhatiakan sumber daya yang ada di masyarakat.
Sasaran pelayanan Kebidanan Komunitas adalah pada bayi, Balita, remaja, ibu
hamil, PUS, WUS dan Lansia. Lokasi PKL Mahasiswa AKBID Harapan Bunda
Bima di 6 Puskesmas, di wilayah Kota Bima Nusa Tengga Barat.
Dalam rangka menghasilkan tenaga yang profesional, maka diperlukan adanya
sumber daya kesehatan yang siap terjun ke lapangan, mengelola masalah kesehatan
di suatu daerah dan memberikan kontribusi dalam peningkatan kesehatan
masyarakat. Untuk mewujudkan semua ini, AKBID Harapan Bunda Bima,
melakukan Praktik Kerja Lapangan (PKL) Kebidanan Komunitas di 6 Puskesmas
yang ada di wilayah Kota Bima pada tanggal 01-21 Febuari 2021.
Masalah kesehatan mendapat sorotan yang serius dari berbagai elemen masyarakat
dalam beberapa dekade terakhir. Seiring dengan meningkatnya ilmu pengetahuan dan
teknologi, antusias masyarakat terhadap kesehatan juga meningkat. Masyarakat
sudah ,membuka mata bahwa kesehatan merupakan kebutuhan pokok yang dapat
menentukan mutu hidup mereka nantinya, merupakan suatu kewajiban bagi
1
penyelenggara kesehatan untuk memenuhi kebutuhan tersebut dan selalu bertindak
profsional dalam memberikan pelayanan sehingga masyarakat puas dengan
pelayanan kesehatan, (Elisabet, 2014).
Kegiatan PKL ini, diharapkan dapat mencapai tujuan pendidikan di AKBID
Harapan Bunda Bima secara maksimal sehingga outputnya dapat berperan di
berbagai sektor kesehatan masyarakat dan mampu bersaing dalam menghadapi
globalisasi.
Peningkatan pelaksanaan program kesehatan masyarakat menuntut peningkatan
pengetahuan dan keterampilan dalam pengenalan masalah dan penyebab terjadinya
masalah serta alternatif cara pemecahan masalah, yaitu perencanaan, pengolahan
teknis, dan administrasi serta penilai program di 6 Puskesmas di wilayah Kota Bima.
Masalah-masalah yang ditemukan di 6 Puskesmas, 19 Kelurahan dan 5 Kecematan
yang ada di wilayah Kota Bima adalah sebagai berikut: Ibu hamil yang Anemia, ibu
hamil yang KEK, ibu hamil dengan riwayat LMR, ibu hamil dengan usia beresiko,
ibu hamil dengan penyakit penyerta, ibu hamil yang tidak memiliki P4K, ibu yang
belum mempunyai jaminan kesehatan, ibu hamil tidak mengkonsumsi Tablet Fe, ibu
hamil yang belum memiliki golongan darah, Ibu hamil yang tidak Imunisasi TT, Ibu
hamil yang tidak mengkonsumsi yodium dan, Stunting, Status gizi buruk dan kurang
pada Balita, WUS yang tidak melakukan tehnik SADARI, WUS yang tidak pernah
IVA Test dan remaja yang tidak pernah melakukan tehnik SADARI.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Membantu masyarakat dalam mengupayakan hidup sehat dengan mencapai derajat
kesehatan yang optimal.
2. Tujuan Khusus
a. Mengidentifikasi masalah kesehatan yang ada di 6 Puskesmas, yang ada di
wilayah Kota Bima.
b. Menentukan masalah dan prioritas masalah.
c. Merumuskan berbagai alternatif pemecahan masalah.
d. Implementasi dari hasil alternatif pemecahan masalah.
e. Evaluasi dari hasil implementasi pemecahan masalah.
C. Manfaat
1. Bagi Mahasiswa
a. Dapat menerapkan ilmu yang diperoleh di perkuliahan secara nyata di PKL.
2
b. Mahasiswa mendapatkan pelayanan dalam menyelenggarakan PKL serta
memperoleh pengetahuan dan keterampilan dalam menangani masalah
kesehatan yang ada di masyarakat yang berhubungan dengan KIA/KB.
c. Dapat bekerja sama dengan Institusi terkait dalam rangka mengurangi
masalah kesehatan di 6 Puskesmas, 19 Kelurahan dan 5 Kecematan yang ada
di wilayah Kota bima.
2. Bagi Masyarakat
Dapat menambah pengetahuan masyarakat dalam bidang kesehatan dan
termotifasi bertindak sesuai perilaku hidup sehat.
3. Bagi Institusi
Sebagai bahan masukan untuk pelaksanaan PKL Kebidanan Komunitas
yang akan datang.
D. Metode Pengumpulan Data
Metode yang digunakan dalam penulisan laporan, menggunakan metode
pengumpulan data yaitu :
a. Survey
Survey adalah suatu cara penelitian deskriptif yang dilakukan terhadap
sekumpulan objek yang biasanya cukup banyak dalam jangka waktu
tertentu.
b. Wawancara
Wawancara adalah titik pengambilan data dimana peneliti mendapatkan
keterangan secara lisan dari seseorang atau sasaran penelitian.
c. Observasi
Observasi adalah suatu prosedur terencana meliputi dan mencatat jumlah
dan aktifitas tertentu yang ada hubungannya dengan masalah yang teliti.
Alat yang dibutuhkan dalam observasi antara lain: format pengkajian
asuhan kebidanan. Adapun yang diobservasi dalam kegiatan PKL yaitu
pemeriksaan fisik yang meliputi :
1. Inspeksi
Inspeksi merupakan proses observasi dengan menggunakan mata.
Inspeksi dilakukan untuk mendeteksi tanda-tanda fisik yang
berhubungan dengan status fisik.
2. Palpasi

3
Palpasi merupakan pemeriksaan dengan menggunakan sentuhan
atau rabaan. Metode ini digunakan untuk mendeteksi.
3. Auskultasi
Auskultasi merupakan metode pemeriksaan dengan menggunakan
stetoskop ini digunakan untuk memperjelas pendengaran.
Stetoskop digunakan untuk mendengarkan bunyi jantung, paru-
paru, bising usus, serta untuk mengukur tekanan darah dan denyut
nadi.
4. Perkusi
Perkusi adalah pemeriksaan dengan cara mengetuk. Tujuan perkusi
adalah menentukan batasan-batasan organ atau bagian tubuh
dengan cara merasakan vibrasi yang timbul akibat adanya gerakan
yang diberikan dibawah jaringan.
d. Dokumentasi
Dokumentasi adalah pengumpulan, pemiliham dan penyimpanan
informasi dalam bidang pengetahuan.
E. Langkah Kerja
Mengumpulkan data ibu hamil yang beresiko tinggi di 6 puskesmas yang
ada di wilayah kota bima dan dilakukan pembagian untuk satu ibu hamil pada
masing-masing mahasiswa, selanjutnya dilakukan dengan observasi/kuesioner
dan wawancara pada masing-masing kelurga di 6 Puskesmas yang ada di
wilayah Kota bima, pada kuesioner terdapat pertanyaan yang berkaitan dengan
masalah-masalah kesehatan di 6 Puskesmas yang ada di wilayah Kota bima,
selanjutnya dilakukan kegiatan tabulasi untuk mengetahui masalah-masalah
kesehatan yang ada di 6 Puskesmas di wilayah Kota Bima kemudian dilakukan
kegiatan penyajian hasil pendataan dan penentuan prioritas masalah, rencana
penyelesaian dan waktu penyelesaian yang ditemukan, alternatif penyelesaian
masalah yang hasilnya tertuang dalam kegiatan implementasi. Setelah itu
dilakukan kegiatan penutupan yaitu pemaparan hasil dari pengkajian dan
intervensi yang dilakukan untuk memaparkan kegiatan-kegiatan yang telah
mahasiswa lakukan.

4
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Keluarga

1. Definisi Keluarga
Unit-unit masyarakat adalah komunitas, keluarga, kelompok yang
mempunyai tujuan dan nilai yang sama. WHO mendefinisikan komunitas sebagai
suatu kelompok sosial dalam wilayah tertentu yang mempunyai keyakinan, nilai
dan budaya serupa yang berinteraksi satu sama lain. (Wahyuni, 2020).
Masyarakat sebagai suatu sistem sosial menunjukkan bahwa semua orang bersatu
untuk saling melindungi dalam kepentingan bersama, dan berfungsi sebagai suatu
kesatuan dan secara terus menerus mengadakan hubungan (interaksi) dengan
sistem yang lebih besar. Bagian-bagian yang saling berinteraksi tersebut
merupakan sub-sistem dari komuniti seperti pendidikan, kesehatan, kesejahteraan
dan keluarga. Keluarga merupakan suatu unit terkecil dari masyarakat dimana
dalam keluarga terdapat kepala keluarga, ibu dan anak dan beberapa orang yang
terkumpul dan tinggal di suatu tempat di bawah satu atap dalam keadaan saling
ketergantungan (Wahyuni, 2020).
Dalam kebidanan/keperawatan kesehatan masyarakat keluarga sebagai unit
utama yang menjadi sasaran pelayanan, karena keluarga merupakan unit terkecil
dari masyarakat. Apabila salah satu diantara anggota keluarga mempunyai
masalah keperawatan atau kesehatan akan mempengaruhi anggota keluarga yang
lain, demikian pula terhadap kelompok dan masyarakat di sekitarnya. Masalah
kesehatan keluarga saling berkaitan terhadap anggota keluarga, kelompok
maupun masyarakat secara keseluruhan yang akhirnya memberikan gambaran
terhadap masalah kesehatan masyarakat secara menyeluruh.
2. Struktur Keluarga
Struktur keluarga didasarkan pada organisasi keluarga, yaitu perilaku anggota
keluarga dan pola hubungan dalam keluarga. Hubungan yang ada dapat bersifat
kompleks, misalnya seorang wanita bisa sebagai istri, sebagai ibu, sebagai
menantu, dan lain-lain, yang semua itu mempunyai kebutuhan, peran dan harapan
yang berbeda. Pola hubungan itu akan membentuk kekuatan dan struktur peran
dalam keluarga. Struktur keluarga dapat diperluas dan dipersempit tergantung

5
dari kemampuan dari keluarga tersebut untuk merespon stressor yang ada dalam
keluarga. Struktur keluarga terdiri dari sebagai berikut.
1. Patrilineal adalah keluarga sedarah yang terdiri dari sanak saudara sedarah
dalam beberapa generasi, di mana hubungan itu disusun melalui jalur garis
ayah.
2. Matrilineal adalah keluarga sedarah yang terdiri dari sanak saudara sedarah
dalam beberapa generasi, di mana hubungan itu disusun melalui jalur garis ibu.
3. Matrilokal adalah sepasang suami istri yang tinggal bersama keluarga sedarah
istri.
4. Patrilokal adalah sepasang suami istri yang tinggal bersama keluarga sedarah
suami.
5. Keluarga kawinan adalah hubungan suami istri sebagai dasar bagi pembinaan
keluarga, dan beberapa sanak saudara yang menjadi bagian keluarga karena
adanya hubungan dengan suami dan istri.
3. Ciri-ciri Keluarga:
1. Terorganisasi
Saling berhubungan saling ketergantungan antara anggota keluarga
2. Ada Keterbatasan
Setiap anggota keluarga memiliki kebebasan tetapi mereka memiliki
keterbatasan dalam menjalankan fungsi dan tugasnya masing-masing
3. Ada perbedaan dan kekhususan
Setiap keluarga mempunyai fungsi dan tugasnya masing-masing.
4. Tipe/Bentuk Keluarga
Keluarga terdiri dari berbagai macam tipe/bentuk. Tipe/bentuk keluarga
antara lain sebagai berikut:

a. Keluarga Inti (Nuclear Family) adalah keluarga yang terdiri dari ayah, ibu
dan anak-anak.
b. Keluarga Besar (Extended Family) adalah keluarga inti ditambah sanak
saudara, misalnya nenek, kakek, keponakan, saudara sepupu, paman, bibi
dan sebagainya.
c. Keluarga Berantai (Serial Family) adalah keluarga yang terdiri dari
perempuan dan laki-laki yang menikah lebih dari satu kali dan merupakan
satu keluarga inti.

6
d. Keluarga Duda/Janda (Single Family) adalah keluarga yang terjadi karena
perceraian atau kematian.
e. Keluarga berkomposisi (Composite) adalah keluarga yang perkawinannya
berpoligami dan hidup secara bersama.
f. Keluarga Kabitas (Cahabitation) adalah dua orang yang menjadi satu tanpa
pernikahan tetapi membentuk suatu keluarga.

Di samping itu, di dalam keluarga terdapat pemegang kekuasaan.


Pemegang kekuasaan dalam keluarga adalah sebagai berikut.

a. Patriakal, yaitu pihak ayah yang dominan dan memegang kekuasaan dalam
keluarga.
b. Matriakal, yaitu pihak ibu yang dominan dan memegang kekuasaan dalam
keluarga.
c. Equalitarian, yaitu ayah dan ibu yang memegang kekuasaan dalam
keluarga.
d. Peranan Dan Fungsi Keluarga
Peranan keluarga menggambarkan seperangkat perilaku interpersonal,
sifat, kegiatan yang berhubungan dengan individu dalam posisi dan situasi
tertentu. Peranan individu dalam keluarga didasari oleh harapan dan pola
perilaku dari keluarga, kelompok dan masyarakat. Berbagai peranan yang
umumnya terdapat di dalam kebanyakan keluarga, terutama di Indonesia
adalah sebagai berikut:
1) Peranan ayah
Peranan ayah adalah sebagai suami dari ibu dan ayah untuk anak-
anak. Di samping itu, ayah juga berperan sebagai pencari nafkah,
pendidik, pelindung dan pemberi rasa aman, kepala keluarga, anggota
dari kelompok sosialnya serta sebagai anggota masyarakat dalam
lingkungannya.
2) Peranan ibu
Peranan ibu adalah sebagai istri dan ibu dari anak-anaknya. Ibu
mempunyai peranan untuk mengurus rumah tangga, sebagai pengasuh
dan pendidik anak-anaknya, pelindung dan sebagai salah satu kelompok
dari peranan sosialnya, serta sebagai anggota masyarakat dalam
lingkungannya.
7
3) Peranan anak
Anak dalam keluarga melaksanakan peranan psiko-sosial sesuai
dengan tingkat perkembangannya, baik fisik, mental, sosial, maupun
spiritual.

Pembagian peranan ini tidak memang mutlak. Dalam komunitas,


bisa saja ayah yang mengurus rumah tangga dan ibu pencari nafkah.
Namun kondisi seperti ini masih dipandang oleh kebanyakan orang sebagai
hal yang tidak seharusnya. Kondisi ini menunjukkan masih adanya gender
stereotype, ibu hanya dipandang sebagai orang kedua setelah ayah sehingga
ketika keduanya sama-sama bekerja, sekalipun penghasilan ibu lebih besar,
masih tetap dianggap sebagai pencari nafkah tambahan.

Di lihat dari fungsinya, terdapat tiga fungsi pokok keluarga terhadap


anggota keluarganya, yaitu sebagai berikut:

a. Asih, yaitu memberikan kasih sayang, perhatian, rasa aman, dan


kehangatan kepada anggota keluarga sehingga memungkinkan mereka
tumbuh dan berkembang sesuai usia dan kebutuhannya.
b. Asuh, yaitu menuju kebutuhan pemeliharaan dan perawatan anak agar
kesehatannya selalu terpelihara, sehingga diharapkan menjadikan
mereka anak-anak yang sehat baik fisik, mental dan spiritual.
c. Asah, yaitu memenuhi kebutuhan pendidikan anak, sehingga siap
menjadi manusia dewasa yang mandiri dalam mempersiapkan masa
depannya.

5. Keperawatan Kesehatan Keluarga


Perawatan kesehatan keluarga adalah tingkat perawatan kesehatan
masyarakat yang ditujukan atau dipusatkan pada keluarga sebagai unit atau
kesatuan yang dirawat dengan sehat sebagai tujuan melalui perawatan sebagai
saran/penyalur. Keluarga dijadikan sebagai unit pelayanan karena masalah
kesehatan keluarga saling berkaitan dan saling mempengaruhi antara sesama
anggota keluarga dan akan mempengaruhi pula keluarga-keluarga di
sekitarnya atau masyarakat secara keseluruhan. Alasan keluarga sebagai unit
pelayanan adalah sebagai berikut:

8
a. Keluarga sebagai unit utama masyarakat dan merupakan lembaga yang
menyangkut kehidupan masyarakat.
b. Keluarga sebagai suatu kelompok dapat menimbulkan, mencegah,
mengabaikan atau memperbaiki masalah-masalah kesehatan dalam
kelompoknya.
c. Masalah-masalah kesehatan dalam keluarga saling berkaitan, dan
apabila salah satu anggota keluarga mempunyai masalah kesehatan akan
berpengaruh terhadap anggota keluarga lainnya.
d. Dalam memelihara kesehatan anggota keluarga sebagai individu
(pasien), keluarga tetap berperan sebagai pengambil keputusan dalam
memelihara kesehatan para anggotanya.
e. Keluarga merupakan perantara yang efektif dan mudah untuk berbagai
upaya kesehatan masyarakat.
f. Setiap keluarga mempunyai cara yang unik dalam menghadapi masalah
kesehatan para anggotanya.

6. Asuhan Kebidanan Pada Keluarga


Asuhan kebidanan keluarga adalah serangkaian kegiatan yang merupakan
implementasi dari ilmu kebidanan yang diberikan melalui praktik kebidanan
dengan sasaran keluarga dan ditujukan untuk mengatasi masalah kesehatan
yang dialami keluarga dengan pendekatan asuhan kebidanan.

a. Peran bidan dalam pelayanan kebidanan


Dalam memberikan asuhan kebidanan pada keluarga, terdapat
beberapa peranan yang penting yang dapat dilakukan oleh bidan, antara
lain sebagai berikut:
1) Health monitor
Bidan dapat membantu keluarga untuk mengenal masalah
kesehatan terutama yang terkait dengan ilmu kebidanan dengan
menganalisa data secara obyektif, serta berperan untuk membuat
keluarga sadar akan akibat masalah tersebut dalam perkembangan
keluarga.
2) Pemberi pelayanan pada anggota keluarga yang sakit

9
Bidan berperan sebagai pemberi pelayanan pada keluarga
dengan memberikan asuhan kebidanan kepada anggota keluarga
yang memerlukan.
3) Koordinator pelayanan kesehatan keluarga
Bidan dapat berperan sebagai koordinator pelayanan
kesehatan keluarga khususnya masalah kesehatan yang terkait
dengan praktik kebidanan. Dalam hal ini, bidan berperan
mengkoordinasikan pelayanan kesehatan keluarga khususnya terkait
dengan praktik kebidanan, baik secara berkelompok maupun
individual.
4) Sebagai fasilitator
Bidan berperan sebagai fasilitator yaitu mampu menjadikan
pelayanan kesehatan khususnya dalam lingkup kebidanan yang
mudah dijangaku oleh keluarga serta mampu mencarikan cara
pemecahan masalahnya.
5) Pendidik kesehatan
Bidan sebagai pendidik kesehatan yaitu untuk mengubah
perilaku keluarga dari perilaku yang kurang/ tidak sehat menjadi
perilaku sehat.
6) Sebagai penyuluh dan konsultan Bidan sebagai penyuluh dan
konsultan yang berperan dalam memberikan petunjuk tentang asuhan
kebidanan dasar dalam keluarga.
b. Tanggung jawab bidan dalam asuhan kebidanan pada keluarga
Bidan sebagai bagian utama dalam pelayanan asuhan kebidanan
pada keluarga mempunyai tanggung jawab, antara lain sebagai berikut:
1) Memberikan asuhan /pelayanan secara langsung
Pelayanan secara langsung harus diberikan secara intermiten
khususnya yang terkait dengan praktik kebidanan sesuai dengan
tugas dan kewenangan Bidan. Namun demikian, pelayanan yang
diberikan di rumah (dalam konteks keluarga) hendaknya lebih
melibatkan anggota keluarga tersebut dalam upayan memberikan
kesadaran bahwa semua anggota keluarga mempunyai tanggung
jawab yang sama terhadap kesehatan. Dengan demikian, pendidikan

10
kesehatan menjadi intervensi utama dalam pelayanan
kesehatan/asuhan kebidanan komunitas pada keluarga.
2) Pendokumentasian proses asuhan kebidanan
Pendokumentasian terhadap proses pelayanan/asuhan
kebidanan selama dalam keluarga sangat penting terutama untuk
melihat kemajuan status kesehatan keluarga khususnya dan
kemajuan keluarga dalam mengatasi masalah kesehatan yang
sedang dialami pada umumnya. Dokumentasi yang jelas dan
komprehensif dari pengkajian hingga evaluasi, di samping mampu
memberikan gambaran tentang perkembangan status kesehatan
keluarga juga dapat membantu keluarga sebagai klien untuk
menentukan kerangka waktu dalam menyelesaikan masalah secara
realistik.
3) Koordinasi dengan tim pelayanan kesehatan lain dan manajemen
kasus.
Bidan mempunyai tanggung jawab untuk
mengkoordinasikan atau berkolaborasi dengan profesi kesehatan
lain dalam memberikan pelayanan kepada keluarga, sehingga
masalah kesehatan yang dihadapi keluarga tersebut dapat diatasi
secara komprehensif. Sedangkan tanggung jawab bidan dalam
manajemen kasus adalah kemampuan untuk mengkaji masalah,
menemukan masalah, menentukan prioritas masalah,
mengidentifikasi cara mengatasi masalah dengan penyusunan
rencana dan mengimplementasikan rencana tersebut secara
sistematis.
4) Menentukan frekuensi dan lamanya asuhan/pelayanan kebidanan
Frekuensi asuhan/pelayanan kebidanan yang dimaksud
adalah intensitas kunjungan yang dilakukan selama periode waktu
tertenu dalam proses asuhan kebidanan yang diberikan. Sedangkan
lamanya asuhan/pelayanan kebidanan adalah lamanya waktu asuhan
pelayanan kebidanan yang dilakukan di rumah atau di dalam
keluarga. Selama proses ini, keluarga senantiasa dilibatkan dalam
dari perencanaan sampai menentukan prioritas rencana rencana
tindakan yang akan diimplementasikan. Bidan juga harus
11
memperkirakan alokasi waktu dan frekuensi yang kemungkinan
berbeda ketika harus berkolaborasi ketika harus berkolaborasi
dengan tenaga kesehatan/profesi lain.
c. Tujuan asuhan kebidanan pada keluarga
Peningkatan status kesehatan keluarga tentunya akan merupakan
tujuan akhir yang diharapkan dapat dicapai dari pelayanan/asuhan
kebidanan pada keluarga yang diberikan. Karena dengan meningkatnya
status kesehatan seluruh anggota keluarga pasti akan meningkatkan pula
produktivitas keluarga tersebut dan dengan meningkatnya produktivitas
keluarga, maka kesejahteraan keluarga akan semakin meningkat.
1) Tujuan umum
Secara umum, tujuan asuhan kebidanan pada keluarga adalah untuk
meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan keluarga dalam
meningkatkan, mencegah dan memelihara kesehatan mereka sehingga
status kesehatannya semakin meningkat serta mampu melaksanakan
tugas-tugas mereka secara produktif.
2) Tujuan khusus
Secara khusus, asuhan kebidanan pada keluarga ditujukan untuk:
a) Meningkatkan kemampuan keluarga dalam mengidentifikasi
masalah kesehatan yang dihadapi khususnya yang berkaitan
dengan kesehatan ibu, bayi baru lahir dan anak.
b) Meningkatkan kemampuan keluarga dalam menanggulangi
masalah kesehatan dasar dalam keluarga.
c) Meningkatkan kemampuan keluarga dalam mengambil keputusan
yang tepat.
d) Meningkatkan kemampuan keluarga dalam memberikan
pelayanan terhadap anggota keluarga yang sakit.
e) Meningkatkan produktivitas keluarga dalam rangka
meningkatkan mutu hidup keluarga (Wahyuni, 2018).
d. Prinsip prinsip asuhan kebidanan pada keluarga
Terdapat beberapa prinsip penting yang harus diperhatikan oleh
bidan dalam memberikan asuhan kebidanan/pelayanan kesehatan, antara
lain sebagai berikut:

12
1) Keluarga sebagai unit atau satu kesatuan dalam pelayanan kesehatan
Dalam konteks ini, keluarga dipandang sebagai klien atau sebagai
fokus utama pengkajian dalam pelayanan/asuhan kebidanan. Keluarga
dipandang sebagai sistem yang saling berinteraksi dengan
memperhatikan dinamika dan hubungan internal keluarga, struktur dan
fungsi keluarga dan saling ketergantungan keluarga dengan pelayanan
kesehatan serta dengan lingkungannya.
2) Dalam memberikan asuhan/pelayanan kebidanan keluarga, status sehat
adalah menjadi tujuan utamanya melalui peningkatan status kesehatan
keluarga khususnya dengan program kesehatan ibu, bayi baru lahir,
dan anak agar keluarga dapat meningkatkan produktivitas dan
kesejahteraannya.
3) Asuhan yang diberikan sebagai sarana dalam mencapai peningkatan
kesehatan keluarga.
4) Dalam memberikan asuhan kebidanan pada keluarga, bidan harus
mampu melibatkan peran aktif dari semua anggota keluarga mulai dari
mengidentifikasi masalah, merumuskan masalah dan kebutuhan
keluarga dalam rangka mengatasi masalah kesehatan yang sedang
dihadapinya.
5) Diupayakan lebih mengutamakan kegiatan yang bersifat promotif dan
preventif dengan tanpa mengabaikan upaya kuratif dan rehabilitatif.
6) Dalam memberikan asuhan kebidanan hendaknya selalu
memanfaatkan sumber daya keluarga semaksimal mungkin.
7) Sasaran pelayanan asuhan kebidanan pada keluarga adalah keluarga
secara keseluruhan.
8) Pendekatan yang digunakan dalam pelayanan asuhan kebidanan pada
keluarga adalah pendekatan pemecahan masalah (problem solving
approach) dengan menggunakan proses asuhan kebidanan pada
keluarga.
9) Kegiatan essensial dalam memberikan asuhan kebidanan keuarga
adalah penyuluhan/pendidikan kesehatan dan pelayanan kesehatan
dasar.

13
10) Pemberian pelayanan/asuhan diutamakan kepada keluarga yang
mempunyai risiko tinggi terhadap masalah kesehatan teruatam
masalah kesehatan ibu, bayi baru lahir dan anak.

Keluarga-keluarga yang tergolong mempunyai risiko tinggi dalam


kesehatan antara lain sebagai berikut.

1) Keluarga dengan anggota keluarga dalam masa usia subur, dengan


masalah sebagai berikut:

a) Tingkat sosial ekonomi rendah.


b) Keluarga kurang/tidak mampu mengatasi masalah kesehatan
sendiri.
c) Keluarga dengan penyakit keturunan.

2) Keluarga dengan ibu risiko tinggi kebidanan, yaitu sebagai berikut.

a) Ibu hamil dengan usia terlalu muda atau terlalu tua (<16 tahun atau
> 35 tahun).
b) Ibu hamil dengan anemia/kekurangan gizi.
c) Primipara atau multipara.
d) Riwayat persalinan dengan komplikasi.

3) Keluarga dengan kondisi anak sebagai berikut.

a) Lahir prematur.
b) Berat badan rendah atau sulit bertambah/naik.
c) Lahir dengan cacat kongenital.
d) Ibu menderita penyakit menular, dan sebagainya.

e. Langkah-langkah dalam asuhan Kebidanan pada keluarga


Langkah-langkah yang harus dilakukan oleh bidan dalam
memberikan asuhan kebidanan pada keluarga antara lain sebagai berikut:
1) Membina hubungan yang baik dengan seluruh anggota keluarga,
dengan cara:
2) Melakukan kontak sosial yang memandang keluarga sebagai sistem di
mana mereka hidup di masyarakat yang mempunyai struktur
organisasi kemasyarakatan tersendiri, sehingga sebelum melakukan
dengan kontak dengan keluarga, sebaiknya menyampaikan dan
14
menjelaskan maksud dan tujuan terlebih dahulu kepada struktur
kemasyarakatan yang ada;

a) Menyampaikan maksud dan tujuan serta minat untuk membantu


keluarga dalam mengatasi masalah kesehatan mereka;
b) Menyatakan kesediaan untuk membantu memenuhi kebutuhan
kesehatan yang dirasakan oleh keluarga; serta
c) Membina komunikasi dua arah yang harmonis dengan keluarga.

3) Melaksanakan pengkajian untuk menentukan adanya masalah


kesehatan keluarga.
4) Menganalisa data untuk menentukan masalah kesehatan keluarga,
dengan melakukan pengelompokan data.
5) Merumuskan masalah dan mengelompokkan masalah dengan mengacu
pada tipologi dan sifat masalah kesehatan keluarga dengan kriteria.
6) Menentukan sifat dan luasnya masalah dan kesanggupan keluarga
untuk melaksanakan tugas-tugas keluarga dalam bidang kesehatan.
7) Menentukan skala prioritas masalah kesehatan keluarga dengan
mempertimbangkan dampaknya terhadap kesehatan keluarga.
8) Menyusun rencana asuhan kebidanan pada keluarga sesuai dengan
urutan prioritas masalah yang telah disusun dengan langkah – langkah
yang sistematis.
9) Melaksanakan/mengimplementasikan asuhan kebidanan pada keluarga
sesuai dengan rencana yang telah di susun.
10) Melaksanakan evaluasi terhadap tindakan yang telah dilakukan.
11) Meninjau kembali masalah kesehatan keluarga yang belum teratasi
dan merumuskan kembali rencana asuhan kebidanan yang baru.
f. Implikasi dari pelayanan kesehatan yang dipusatkan kepada keluarga
Terdapat beberapa implikasi dalam pemberian pelayanan asuhan
kebidanan yang dipusatkan atau berorientasi kepada keluarga, antara lain :
sebagai berikut.

1) Pelayanan kesehatan dan asuhan kebidanan diarahkan untuk


membantu seluruh anggota keluarga dalam meningkatkan cara hidup

15
sehat sehingga dapat meningkatkan produktivitas dan derajat
kesehatan keluarga.
2) Cakupan pelayanan kesehatan dan asuhan kebidanan menjadi lebih
luas karena banyak anggota keluarga yang bisa dicakup dan sumber-
sumber keluarga yang ada dapat diarahkan untuk meningkatkan
kesehatan keluarga.
3) Pelayanan kesehatan dan asuhan kebidanan dipusatkan kepada
keluarga sebagai satu kesatuan yang utuh.
4) Pelayanan kesehatan dan asuhan kebidanan lebih ditekankan pada
waktu-waktu rawan dalam kehidupan keluarga, terutama pada
keluarga-keluarga dengan risiko tinggi.
5) Diperlukan pelayanan kesehatan dari tenaga kesehatan yang
mempunyai kemampuan yang kompeten dalam memberikan asuhan
kebidanan secara kontinyu dan sistematis agar dapat mencapai tujuan
dan sasaran yang telah ditetapkan terutama pada keluarga-keluarga
yang rawan terhadap masalah kesehatan.

B. Konsep Kebidanan Komunitas


1. Pengertian Komunitas
Kata komunitas berasal dari bahasa latin yaitu “communicans”,
“communis”, “community” yang berarti kesamaan, publik dan masyarakat
setempat. WHO mendefinisikan komunitas sebagai suatu kelompok sosial dalam
wilayah tertentu yang mempunyai keyakinan, nilai dan budaya serupa yang
berinteraksi satu sama lain. Kebidanan komunitas adalah suatu pelayanan yang
dilakukan oleh bidan dengan menekankan pada aspek-aspek psikososial dan
budaya yang ada pada suatu masyarakat. Kebidanan komunitas juga dapat
diartikan sebagai pelayanan yang diberikan kepada masyarakat dengan kelompok
resiko tinggi, dengan tujuan untuk mencapai derajat kesehatan yang optimal
melalui upaya pencegahan penyakit, peningkatan derajat kesehatan untuk
menjamin keterjangkauan dalam akses kebutuhan pelayanan kesehatan dengan
melibatkan masyarakat sebagai mitra penggerak komunitas. (Wahyuni, 2020).
2. Tujuan Kebidanan Komunitas
Adapun tujuan dari pelayanan kebidanan komunitas meliputi:

16
a. Ibu dan bayi sehat dan selamat, keluarga bahagia, serta terjaminnya kehormatan
martabat manusia.
b. Saling menghormati penerima asuhan dan pemberi asuhan
c. Kepuasan ibu, keluarga, dan bidan
d. Adanya kekuatan diri dari wanita dalam menentukan dirinya sendiri
e. Adanya rasa saling percaya dari wanita sebagai penerima asuhan
f. Terwujudnya keluarga sejahtera dan berkualitas (Maternity, 2017).
3. Ciri-ciri Komunitas
Ciri-ciri dari komunitas yaitu:

a. Komunitas merupakan manusia yang hidup bersama


b. Bercampur untuk waktu yang cukup lama
c. Mereka sadar bahwa mereka merupakan suatu kesatuan
d. Mereka merupakan satu sistem hidup bersama.

4. Prinsip Pelayanan Asuhan dan Tanggung Jawab Bidan Pada Pelayanan


Kebidanan Komunitas
Prinsip pelayanan asuhan kebidanan komunitas adalah sebagai berikut.

a. Kebidanan komunitas sifatnya multi disiplin meliputi ilmu kesehatan


masyarakat, sosial, psikologi, ilmu kebidanan, dan lain-lain yang mendukung
peran bidan di komunitas.
b. Berpedoman pada etika profesi kebidanan yang menjunjung harkat dan martabat
kemanusiaan klien.
c. Ciri Kebidanan komunitas adalah menggunakan populasi sebagai unit analisis.
Populasi bisa berupa kelompok sasaran (jumlah perempuan, jumlah Kepala
Keluarga (KK), jumlah laki-laki, jumlah neonatus, jumlah balita, jumlah lansia)
dalam area yang bisa ditentukan sendiri oleh bidan. Contohnya adalah jumlah
perempuan usia subur dalam 1 RT atau 1 kelurahan/ kawasan perumahan/
perkantoran.
d. Ukuran keberhasilan bukan hanya mencakup hasil upaya bidan, tetapi hasil
kerjasama dengan mitra-mitra seperti PKK, kelompok ibu-ibu pengajian, kader
kesehatan, perawat, PLKB, dokter, pekerja sosial, dll.

17
e. Sitem pelaporan bidan di komunitas, berbeda dengan kebidanan klinik. Sistem
pelaporan kebidanan komunitas berhubungan dengan wilayah kerja yang
menjadi tanggung jawabnya.
Sedangkan tanggung jawab bidan pada pelayanan kebidanan komunitas
meliputi kemampuan memberikan penyuluhan dan pelayanan individu, keluarga,
dan masyarakat. Untuk itu diperlukan kemampuan untuk menilai mana tradisi yang
baik dan membahayakan, budaya yang sensitif gender dan tidak, nilai-nilai
masyarakat yang adil gender dan tidak, dan hukum serta norma yang ternyata masih
melanggar hak asasi manusia. Disamping itu, bidan harus mampu bertindak
profesional dalam bentuk:
a. Mampu memisahkan antara nilai-niai dan keyakinan pribadi dengan tugas
kemanusiaan sebagai bidan, dan
b. Mampu bersikap non judgemental (tidak menghakimi), non discriminative (tidak
membeda-bedakan), dan memenuhi standar prosedur kepada semua klien
(perempuan, laki-laki, transgender).

5. Ruang Lingkup Pelayanan Kebidanan Di Komunitas


Pelayanan/asuhan kebidanan komunitas merupakan salah satu area praktik
bidan, yang pelayanannya diberikan baik pada individu, keluarga, maupun
masyarakat luas dengan memperhatikan dan menghargai budaya dan nilai-nilai
masyarakat setempat untuk meningkatkan kualitas hidup perempuan dan
keluarganya. Dalam praktiknya menggunakan pendekatan pemecahan masalah
yang dikenal dengan proses/manajemen kebidanan. Langkah/proses manajemen
kebidanan meliputi hal berikut ini.

a. Mengumpulkan secara sistematis dan mengupdate secara lengkap data yang


relevan untuk pengkajian yang komprehensif keadaan kesehatan setiap klien
termasuk riwayat kesehatan dan pemeriksaaan fisik yang teliti.
b. Mengidentifikasi dan menetapkan diagnosa berdasarkan interpretasi data dasar.
Setelah ditetapkan diagnosa maka bidan harus menentukan rencana untuk
mengatasi permasalahan kesehatan yang ditemuka. Contoh: hasil pemeriksaan
ibu hamil didapatkan konjungtiva pucat dan pemeriksaan laboratorium
penunjang hasil haemoglobin rendah di bawah normal. Maka ibu dinyatakan
diagnosa hamil dengan anemia.

18
c. Mengidentifikasi kebutuhan asuhan/masalah klien. Contoh: Ibu hamil dengan
anemia, maka rencana yang paling tepat adalah memberikan tablet zat besi untuk
meningkatkan kadar haemoglobin.
d. Memberikan informasi dan dukungan pada klien agar mampu mengambil
keputusan untuk kesehatannya. Bidan melakukan pendidikan kesehatan terkait
dengan kondisi kesehatan yang ditemukan dengan harapan klien dapat mengikuti
anjuran dari bidan untuk mengatasi masalah kesehatannya.
e. Mengembangkan rencana asuhan bersama klien. Setiap rencana yang akan
dilakukan sebaiknya melibatkan klien agar klien merasa apa yang diberikan
merupakan kebutuhanya. Contoh: ibu hamil yang anemia perlu penambah zat
besi untuk kesehatan ibu dan janin.
Adapun ruang lingkup pelayanan kebidanan di komunitas adalah sebagai berikut.

a. Peningkatan kesehatan (promotif) Bidan lebih mengutamakan langkah promotif


dalam setiap asuhannya, seperti ibu hamil disarankan untuk melakukan
pemeriksaan kehamilan di tenaga kesehatan. Bayi dan balita dilakukan
pemantauan tumbuh kembang di posyandu.
b. Pencegahan (preventif) Salah satu contoh tindakan preventif bidan yang dapat
dilakukan adalah pemberian imunisasi pada bayi dan balita serta ibu hamil.
c. Deteksi dini komplikasi dan pertolongan kegawatdaruratan. Bidan diharapkan
mempunyai kemampuan dalam deteksi dini komplikasi melalui keterampilan
tambahan yang dimiliki untuk menangani kasus kegawatdaruratan maternal dan
neonatal sehingga dalam proses rujukan tidak mengalami keterlambatan.
d. Meminimalkan kesakitan dan kecacatan. Dalam memberikan asuhan bidan
melakukan pendekatan secara fisiologis, dengan meminimalisir intervensi yang
berlebihan sesuai dengan kondisi klien
e. Pemulihan kesehatan (rehabilitasi). Pada masa pemulihan bidan bekerjasama
dengan tenaga kesehatan lain (dokter kandungan) untuk mengobservasi
kemajuan kesehatan klien. Sebagai contoh adalah bidan melakukan perawatan
pasca operasi pada klien dengan tindakan persalinan caesar.
f. Kemitraan dengan LSM setempat, organisasi masyarakat, organisasi sosial,
kelompok masyarakat yang melakukan upaya untuk mengembalikan individu
ke lingkungan keluarga dan masyarakat. Terutama pada kondisi bahwa stigma
masyarakat perlu dikurangi seperti Tuberculosis (TB), kusta, Acquired Immune

19
Deficiency Syndrome (AIDS), kehamilan tidak diinginkan (KTD), kekerasan
dalam rumah tangga (KDRT), prostitusi, korban perkosaan, dan injecting drug
user (IDU).

6. Pemberdayaan Masyarakat
Pemberdayaan masyarakat adalah segala upaya fasilitasi yang bersifat
persuasif dan tidak memerintah yang bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan,
sikap, perilaku, dan kemampuan masayarakat dalam menemukan, merencanakan
dan memecahkan masalah menggunakan sumber daya/potensi yang mereka miliki,
termasuk partisipasi dan dukungan tokoh-tokoh masyarakat serta LSM yang ada
dan hidup di masyarakat. Pemberdayaan keluarga di bidang kesehatan akan
menghasilkan kemandirian keluarga dalam menemukan masalah kesehatan yang
ada dalam keluarganya, kemudian mampu merencanakan dan mengambil
keputusan untuk memecahkan masalah kesehatannya sendiri tanpa bantuan pihak
lain. Salah satu strategi yang dapat ditempuh untuk menghasilkan kemandirian di
bidang kesehatan baik pada masyarakat maupun pada keluarga adalah pendekatan
komunikasi, informasi, dan edukasi (KIE). Artinya bahwa harus ada komunikasi
antara bidan dengan masyarakat, kemudian melalui komunikasi pula bidan
memberikan informasi dan melakukan pendidikan kesehatan.
Strategi pemberdayaan masyarakat dan pemberdayaan perempuan
diantaranya dapat ditempuh dengan langkah sebagai berikut.

a. Meningkatkan kesadaran perempuan dan masyarakat tentang pentingnya


kesehatan.
b. Meningkatkan kesadaran perempuan dan masyarakat untuk memanfaatkan
fasilitas pelayanan kesehatan yang telah disediakan oleh pemerintah.
c. Mengembangkan berbagai cara untuk menggali dan memanfaatkan sumber
daya yang dimiliki oleh masyarakat untuk pembangunan kesehatan.
d. Mengembangkan berbagai bentuk kegiatan pembangunan kesehatan yang
sesuai dengan kultur budaya masyarakat setempat.
e. Mengembangkan manajemen sumber daya yang dimiliki masyarakat secara
terbuka (transparan).

7. Sasaran Kebidanan Komunitas

20
Sasaran dalam pelayanan kebidanan komunitas adalah individu, keluarga dan
kelompok masyarakat. Keluarga merupakan suatu unit terkecil dari masyarakat di
mana dalam keluarga terdapat kepala keluarga, ibu dan anak, dengan sasaran lebih
lengkap sebagai berikut:
a. Ibu
Meliputi pra-konsepsi, kehamilan, persalinan, nifas, masa menyusui, masa
menopause.

1) Anak Meliputi peningkatan kesejahteraan masa janin, bayi, batita, balita,


prasekolah dan usia sekolah seperti imunisasi, upaya pencegahan infeksi dan
lain sebagainya.
2) Keluarga dan pasangan Meliputi pendidikan pranikah, pencegahan infertilitas,
pemilihan konsepsi dalam pelaksanaan program keluarga berencana,
dukungan keluarga dalam masa kehamilan, persiapan persalinan dan nifas
serta perbaikan gizi anggota keluarga.
3) Kelompok penduduk Diutamakan kelompok penduduk daerah kumuh, padat
penduduk dan daerah yang tidak terjangkau atau terisolasi dari akses
pelayanan kesehatan yang memadai.
4) Masyarakat Meliputi kelompok masyarakat dari satuan terkecil sampai
dengan masyarakat kompleks secara keseluruhan (Wahyuni, 2020).

8. Tugas Utama Bidan Di Komunitas


Kebidanan sebagai pelayanan profesional mempunyai wilayah pelayanan
tersendiri sehingga tidak tumpang tindih dengan profesi yang lain. Peran, fungsi,
tugas/tanggung jawab, dan kompetensi bidan dirumuskan sesuai dengan wewenang
yang diberikan pemerintah kepada bidan dalam melaksanakan tugasnya. Asuhan
mendasar kebidanan komunitas mencakup pencegahan, deteksi dini untuk rujukan,
asuhan kegawatdaruratan, maternal dan neonatal, pertolongan pertama pada
penyakit, pengobatan ringan, asuhan pada kondisi kronik, dan pendidikan
kesehatan. Untuk menangani hal tersebut maka bidan perlu melaksanakan
kegiatan seseuai dengan kewenangannya dalam menjalankan praktik mandiri.
Bidan mempunyai peran, fungsi, tugas/ tanggung jawab yang besar dalam
melaksanakan asuhan kebidanan komunitas.

a. Peran Bidan

21
1) Peran sebagai Pelaksana
Bidan sebagai pelaksana memberikan pelayanan kebidanan kepada
wanita dalam siklus kehidupannya yaitu asuhan ibu hamil, bersalin, bayi
baru lahir, nifas, neoantus, bayi anak dan balita, remaja, masa antara,
keluarga berencana dan lansia. Sebagai pelaksana bidan mempunyai tiga
kategori tugas yaitu tugas mandiri, tugas kolaborasi, dan tugas
ketergantungan.
2) Tugas Mandiri
Tugas mandiri bidan meliputi hal-hal berikut ini:

a) Menetapkan manajemen kebidanan pada setiap asuhan kebidanan yang


diberikan.
b) Memberi pelayanan dasar pranikah pada anak remaja dan dengan
melibatkan mereka sebagai klien. Membuat rencana tindak lanjut
tindakan/layanan bersama klien.
c) Memberi asuhan kebidanan kepada klien selama kehamilan normal.
d) Memberi asuhan kebidanan kepada klien dalam masa persalinan dengan
melibatkan klien / keluarga.
e) Memberi asuhan kebidanan pada bayi baru lahir.
f) Memberi asuhan kebidanan pada klien dalam masa nifas dengan
melibatkan klien/keluarga.
g) Memberi asuhan kebidanan pada wanita usia subur yang membutuhkan
pelayanan keluarga berencana.
h) Memberi asuhan kebidanan pada wanita dengan gangguan sistem
reproduksi dan wanita dalam masa klimakterium serta menopause.
i) Memberi asuhan kebidanan pada bayi dan balita dengan melibatkan
keluarga dan pelaporan asuhan.

3) Tugas Kolaborasi
Tugas-tugas kolaborasi (kerja sama) bidan, yaitu:

a) Menerapkan manajemen kebidanan pada setiap asuhan kebidanan


sesuai fungsi kolaborasi dengan melibatkan klien dan keluarga.

22
b) Memberi asuhan kebidanan pada ibu hamil dengan risiko tinggi dan
pertolongan pertama pada kegawatdaruratan yang memerlukan tindakan
kolaborasi.
c) Mengkaji kebutuhan asuhan pada kasus risiko tinggi dan keadaan
kegawatdaruratan yang memerlukan tindakan kolaborasi.
d) Memberi asuhan kebidanan pada ibu dalam masa persalinan dengan
risiko tinggi serta keadaan kegawatdaruratan yang memerlukan
pertolongan pertama dengan tindakan kolaborasi dengan melibatkan
klien dan keluarga.
e) Memberi asuhan kebidanan pada ibu dalam masa nifas dengan risiko
tinggi serta pertolongan pertama dalam keadaan kegawatdaruratan yang
memerlukan tindakan kolaborasi bersama klien dan keluarga.
f) Memberi asuhan kebidanan pada bayi baru lahir dengan risiko tinggi
dan pertolongan pertama dalam keadaan kegawatdaruratan yang
memerlukan tindakan kolaborasi bersama klien dan keluarga.
g) Memberi asuhan kebidanan pada balita dengan risiko tinggi serta
pertolongan pertama dalam keadaan kegawatdaruratan yang
memerlukan tindakan kolaborasi bersama klien dan keluarga.

4) Tugas ketergantungan Tugas-tugas ketergantungan (merujuk) bidan, yaitu:

a) Menerapkan manajemen kebidanan pada setiap asuhan kebidanan sesuai


dengan fungsi keterlibatan klien dan keluarga.
b) Memberi asuhan kebidanan melalui konsultasi dan rujukan pada kasus
kehamilan dengan risiko tinggi serta kegawatdaruratan.
c) Memberi asuhan kebidanan melalui konsultasi serta rujukan pada masa
persalinan dengan penyulit tertentu dengan melibatkan klien dan
keluarga.
d) Memberi asuhan kebidanan melalui konsultasi dan rujukan pada ibu
dalam masa nifas yang disertai penyulit tertentu dan kegawatdaruratan
dengan melibatkan klien dan keluarga.
e) Memberi asuhan kebidanan pada bayi baru lahir dengan kelainan
tertentu dan kegawatdaruratan yang memerlukan konsultasi serta
rujukan dengan melibatkan keluarga.

23
f) Memberi asuhan kebidanan kepada anak balita dengan kelainan tertentu
dan kegawatdaruratan yang memerlukan konsultasi serta rujukan
dengan melibatkan klien/keluarga.

5) Peran sebagai Pengelola


Sebagai pengelola bidan memiliki 2 tugas, yaitu tugas pengembangan
pelayanan dasar kesehatan dan tugas partisipasi dalam tim.
a) Mengembangkan pelayanan dasar kesehatan di wilayah kerjanya.
b) Berpartisipasi dalam tim. Bidan berpartisipasi dalam tim untuk
melaksanakan program kesehatan sektor lain melalui dukun bayi, kader
kesehatan, serta tenaga kesehatan lain yang berada di bawah bimbingan
dalam wilayah kerjanya.
6) Peran sebagai Pendidik
Sebagai pendidik bidan memiliki 2 tugas yaitu:

a) Memberi pendidikan dan penyuluhan kesehatan pada klien


b) Melatih dan membimbing kader.

7) Peran Sebagai Peneliti/Investigator


Bidan melakukan investigasi atau penelitian terapan dalam bidang
kesehatan baik secara mandiri maupun berkelompok, yaitu:
a) Mengidentifikasi kebutuhan investigasi yang akan dilakukan.
b) Menyusun rencana kerja pelatihan.
c) Melaksanakan investigasi sesuai dengan rencana.
d) Mengolah dan menginterpretasikan data hasil investigasi.
e) Menyusun laporan hasil investigasi dan tindak lanjut.
f) Memanfaatkan hasil investigasi untuk meningkatkan dan
mengembangkan program kerja atau pelayanan kesehatan.
b. Fungsi Bidan
Fungsi merupakan pekerjaan yang harus dilakukan sesuai dengan
peranannya. Berdasarkan peran bidan seperti yang dikemukakan di atas, maka
fungsi bidan adalah sebagai berikut.

1) Fungsi Pelaksana
Fungsi bidan sebagai pelaksana mencakup hal-hal sebagai berikut:

24
a) Melakukan bimbingan dan penyuluhan kepada individu, keluarga, serta
masyarakat (khususnya kaum remaja) pada masa pra perkawinan.
b) Melakukan asuhan kebidanan untuk proses kehamilan normal,
kehamilan dengan kasus patologis tertentu, dan kehamilan dengan risiko
tinggi.
c) Menolong persalinan normal dan kasus persalinan patologis tertentu.
d) Merawat bayi segera setelah lahir normal dan bayi dengan risiko tinggi.
e) Melakukan asuhan kebidanan pada ibu nifas.
f) Memelihara kesehatan ibu dalam masa menyusui.
g) Melakukan pelayanan kesehatan pada anak balita dan prasekolah
h) Memberi pelayanan keluarga berencana sesuai dengan wewenangnya.
i) Memberi bimbingan dan pelayanan kesehatan untuk kasus gangguan
sistem reproduksi, termasuk wanita pada masa klimakterium internal dan
menopause sesuai dengan wewenangnya.

2) Fungsi Pengelola
Fungsi bidan sebagai pengelola mencakup hal-hal sebagai berikut:

a) Mengembangkan konsep kegiatan pelayanan kebidanan bagi individu,


keluarga, kelompok masyarakat, sesuai dengan kondisi dan kebutuhan
masyarakat setempat yang didukung oleh partisipasi masyarakat.
b) Menyusun rencana pelaksanaan pelayanan kebidanan di lingkungan unit
kerjanya.
c) Memimpin koordinasi kegiatan pelayanan kebidanan.
d) Melakukan kerja sama serta komunikasi inter dan antarsektor yang
terkait dengan pelayanan kebidanan.
e) Memimpin evaluasi hasil kegiatan tim atau unit pelayanan kebidanan.

3) Fungsi Pendidik
Fungsi bidan sebagai pendidik mencakup hal-hal sebagai berikut:

a) Memberi penyuluhan kepada individu, keluarga, dan kelompok


masyarakat terkait dengan pelayanan kebidanan dalam lingkup
kesehatan serta keluarga berencana.
b) Membimbing dan melatih dukun bayi serta kader kesehatan sesuai
dengan bidang tanggung jawab bidan.

25
c) Memberi bimbingan kepada para bidan dalam kegiatan praktik di klinik
dan di masyarakat.
d) Mendidik bidan atau tenaga kesehatan lainnya sesuai dengan bidang
keahliannya.

4) Fungsi Peneliti
Fungsi bidan sebagai peneliti mencakup hal-hal sebagai berikut.

a) Melakukan evaluasi, pengkajian, survei, dan penelitian yang dilakukan


sendiri atau berkelompok dalam lingkup pelayanan kebidanan.
b) Melakukan penelitian kesehatan keluarga dan keluarga berencana.
c. Tugas Tambahan Bidan di Komunitas
Sesuai dengan kewenangannya, bidan dapat melaksanakan kegiatan praktik
mandiri. Peran bidan di sini sebagai pengelola kegiatan kebidanan di unit
kesehatan ibu dan anak, puskesmas, polindes, posyandu, klinik, dan praktik
bidan perorangan. Bidan di komunitas harus mengenal kondisi kesehaan
masyarakat yang selalu mengalami perubahan. Kesehatan komunitas
dipengaruhi oleh perkembangan yang terjadi baik di masyarakat itu sendiri
maupun ilmu pengetahuan dan teknologi serta kebijakan-kebijakan yang
ditetapkan oleh pemerintah. Bidan harus tetap tanggap terhadap perubahan
tersebut.
Keterampilan tambahan yang harus dimiliki oleh bidan di komunitas adalah
melakukan pemantauan KIA dengan menggunakan PWS KIA.
a) Melaksanakan pelatihan dan pembinaan pada kader kesehatan.
b) Melakukan pendekatan kemitraan kepada dukun bayi.
c) Mengelola dan memberikan obat-obatan seseuai dengan
kewenangannya.
d) Menggunakan teknologi tepat guna.
d. Bidan Praktik Swasta (BPS)
Bidan selain bertugas di puskesmas atau di Rumah Sakit, sesuai dengan
kewenangannya bidan serta peraturan yang ada dapat juga melakukan praktik
secara mandiri. Hal ini lebih dikenal dengan istilah Bidan Praktik Swasta
(BPS). Apakah yang dimaksud dengan BPS itu, yaitu suatu institusi pelayanan
kesehatan secara mandiri yang memberikan asuhan dalam lingkup praktik
kebidanan. Menurut Permenkes no 28 tahun 2017 tentang izin dan
26
penyelenggaraan praktik bidan, BPS disebut juga dengan Praktik Mandiri
Bidan (PMB) adalah tempat pelaksanaan rangakaian kegiatan pelayaan
kebidanan yang dilakukan oleh bidan secara perseorangan, dengan memenuhi
persyaratan yang berlaku antara lain kepemilikan STRB (Surat Tanda
Registrasi Bidan), SIPB (Surat Izin Praktik Bidan), serta sarana dan prasarana
yang memadai dan administrasi lainnya.
Praktik Mandiri Bidan (PMB) merupakan bentuk pelayanan kesehatan di
bidang kesehatan dasar meliputi serangkaian kegiatan pelayanan kesehatan
yang diberikan oleh bidan kepada pasien (individu, keluarga dan masyarakat)
sesuai dengan kewenangan dan kemampuannya. Bidan yang bertugas
mempunyai tanggung jawab yang besar karena harus
mempertanggungjawabkan sendiri apa yang dilakukan.
PMB selain berfungsi sebagai tempat pelayanan masayarakat terutama ibu
dan anak, hendaknya pula dapat berfungsi sebagai tempat pemberdayaan
masyarakat yang juga berperan ikut serta dalam kegiatan peran serta
masyarakat, misalnya pada:
1) Kegiatan posyandu
Melakukan kegiatan posyandu bekerjasama dengan masyarakat
dengan melakukan pemeriksaan kesehatan ibu dan anak serta KB.
2) Membina posyandu
Bidan bertanggung jawab atas kegiatan posyandu di wilayah
kerjanya. Kegiatannya berupa turut memantau keberlangsungan kegiatan
posyandu, pembagian tugas di antara kader, menggerakan masyarakat
untuk berpartisipasi dalam pemanfaatan posyandu, serta mengadakan
pertemuan dengan warga.
3) Membina kader
Sebagai pelaksana kegiatan posyandu maka Kader kesehatan harus
di bina dengan melakukan pelatihan–pelatihan diantaranya melatih cara
penimbangan berat badan, pengukuran tinggi badan, lingkar tangan dan
lingkar kepala, pencatatan pada buku register, pencatatan hasil pemeriksaan
pada Kartu Menuju Sehat (KMS) dan pemberian Pengganti Makanan
Tambahan (PMT).
4) Membina posbindu

27
Selain kegiatan posyandu bidan juga turut serta melaksanakan
kegiatan posbindu (pos pembinaan terpadu). Pelayanan ini sasarannya
untuk kelompok masyarakat sehat, berisiko, dan penyandang Penyakit
Tidak Menular (PTM) atau usia di atas 15 tahun, seperti diabetes mellitus
(DM), kanker, penyakit jantung, penyakit paru. Posbindu juga merupakan
salah satu bentuk UKBM.

9. Tujuan Asuhan Kebidanan Komunitas


Tujuan asuhan kebidanan komunitas adalah untuk kesalamatan ibu. Pada
prinsipnya asuhan kebidanan yang diberikan di komunitas sama dengan asuhan
kebidanan yang diberikan di klinik, baik yang diberikan di Puskesmas ataupun
rumah sakit. Namun asuhan kebidanan di komunitas lebih memanfaatkan sumber
daya dan potensi yang dimiliki oleh masyarakat. Asuhan kebidanan yang
merupakan wewenang bidan sebagai berikut:
a. Antenatal di Komunitas
Bidan dapat melakukan kunjungan rumah dan berinteraksi dengan
masyarakat, memberikan pemeriksaan ibu hamil sedikitnya 4 kali pelayanan
antenatal dan pemantauan ibu dan janin secara seksama agar berlangsung
normal. Bidan juga diharapkan mampu mendeteksi dini bila ditemukan kasus
ketidaknormanalan dalam kehamilan.
1) Tujuan pelayanan antenatal care (ANC)

a) Tujuan pelayanan antenatal care (ANC) adalah sebagai berikut:


Mempromosikan dan menjaga kesehatan fisik dan mental ibu dan bayi
dengan memberikan pendidikan mengenai nutrisi, kebersihan diri dan
proses kelahiran bayi.
b) Mendeteksi dan menatalaksana komplikasi medis, bedah, ataupun
obstetri selama kehamilan.
c) Mengembangkan persiapan persalinan serta kesiapan menghadapi
komplikasi.
d) Membantu menyiapkan ibu untuk menyusui dengan sukses,
menjalankan nifas normal, dan merawat anak secara fisik, psikologis
dan sosial.

28
2) Cara pelaksanaan antenatal di komunitas
Adapun cara pelaksanaan antenatal di komunitas yang di lakukan bidan
adalah:

a) Awal kunjungan perlu konsultasi dengan dokter kebidanan untuk


mengidentifikasi apakah ibu ada kontraindikasi untuk bersalin di
rumah/RB/klinik.
b) Bidan merujuk kepada dokter kebidanan jika ada komplikasi yang
timbul.
c) Bidan menggunakan seluruh keterampilannya bukan hanya untuk
memberikan asuhan pada keadaan fisik normal tetapi juga membantu
ibu bagaimana cara beradaptasi dengan perubahan akibat kehamilan dan
kesiapan menjadi orang tua.
d) Memberi dorongan kepada ibu untuk membicarakan tentang
perasaannya, kecemasannya dengan suasana yang mendukung dan
terjamin kerahasiaan diri pribadinya ataupun keluarganya.
e) Jika memungkinkan selama kehamilannya ibu dapat bertemu dengan
bidan yang akan menolong.
Di masyarakat terkadang masih sering ditemukan ibu hamil yang
tidak melakukan pemeriksaan kehamilannya ke pelayanan kesehatan. Hal
ini bisa disebakan antara lain:
a) Ibu sakit: ibu diketahui sakit, dan diperburuk dengan kondisi tersebut
sehingga kesulitan datang ke fasilitas kesehatan.
b) Tidak ada transportasi: suami/keluarga yang tidak mendukung
pentingnya pemeriksaan kehamilan secara berkala untuk kesehatan ibu
dan janinnya.
c) Tidak ada yang menjaga keluarga di rumah. Kekhawatiran bagi ibu yang
memiliki anak yang memerlukan pengawasan di rumah, bila mana ibu
pergi untuk periksa kehamilannya, maka balita yang di rumah tidak ada
yang menjaga.
d) Kurang motivasi: informasi dan pengetahuan yang kurang tentang
kesehatan terutama masa kehamilan.

29
e) Takut/tidak mau ke pusat layanan: tidak adanya sosialisasi dari petugas
kesehatan tentang pemanfaat layanan kesehatan yang bisa diakses ke
semua lapiasan masyarakat.
f) Faktor ekonomi: kesulitan ekonomi.
Untuk mengatasi permasalahan ibu hamil yang tidak melakukan
pemeriksaan kehamilan, maka upaya yang bidan lakukan adalah:

g. Kunjungan rumah. Bidan melakukan kunjungan rumah bagi ibu hamil


yang tidak datang memeriksakan kehamilannya. Pada saat melakukan
kunjungan rumah, bidan membawa seperangkat perlengkapan bidan
seperti ANC set (Tensi meter, stetoskop, termometer, reflek patella, pita
lita, pita mitline, sarung tangan dan sebagainya).
h. Berusaha memperoleh informasi alasan tidak ANC. Bidan mengkaji
dengan cara mewawancari klien langsung untuk menggali informasi
alasan tidak ANC, apakah karena faktor waktu, jarak ke fasilitas
kesehatan, atau ekonomi.
i. Jika ada masalah coba mencari pemecahannya. Bila didapatkan masalah
maka bidan bersama klien mencari solusi untuk jalan keluar permasalah
kesehatan baik secara langsung maupun tidak langsung. Misalnya jika
ada masalah, klien mengetahui cara menghubungi bidan.
j. Beri motivasi.
Motivasi yang diberikan bidan kepada klien sangat dibutuhkan untuk
adaptasi proses kehamilan. Karena dengan bidan memberikan motivasi
yang cukup membuat semangat klien dalam menjalani proses kahmilan,
persalinan dan nifasnya, serta tetap fokus akan kesehatan ibu dan janin
3) Prosedur pelaksanaan ANC di Rumah
Prosedur pelaksanaan ANC di rumah yaitu:

a) Bidan harus memiliki data keberadaan ibu hamil di wilayah kerjanya.


b) Bidan mengidentifikasi apakah ibu hamil memeriksakan kehamilannya
dengan baik atau tidak.
c) Sebelum ke klien bidan menentukan dulu kapan bisa berkunjung,
usahakan tidak mengganggu aktivitas ibu hamil dan keluarga.
d) Lakukan pemeriksaan sesuai standar.

30
4) Pengelolaan Ibu hamil di Komunitas

a) Ada berbagai cara mengelola ibu hamil di komunitas, yaitu diantaranya:


ANC dan persalinan dilakukan di rumah oleh bidan. Hal ini dilakukan
apabila klien tidak hadir untuk melakukan pemeriksaaan kehamilannya
ke petugas kesehatan, maka dilakukan kunjungan rumah untuk
memastikan kondisi ibu dan janin dalam keadaan baik. Sedangkan
untuk persalinan di rumah ditolong oleh bidan dapat dilakukan apabila
persalinan di rumah mendukung, antara lain kondisi kesehatan ibu dan
janin baik (tidak ada indikasi kearah patologis dan tidak ada faktor
risiko), ada keinginan kelurga dan klien untuk persalinan dilakukan di
rumah dengan menyediakan perlengkapan, dan situasi lingkungan
rumah yang mendukung untuk tempat proses persalinan.
b) ANC kombinasi (bidan dan dokter dan persalinan di rumah).

ANC kombinasi dilakukan bila klien didapatkan dengan kondisi


kehamilan yang memerlukan penangangan lebih lanjut (dengan
konsultasi) namun masih bisa di pantau keadaanya dengan bidan.
Bidan komunitas juga harus memahami tentang pendekatan risiko
dikarenakan bahwa:
k. Setiap wanita hamil berisiko mengalami komplikasi dan harus
mempunyai akses terhadap asuhan ibu bersalin yang berkualitas. Bahkan
wanita beresiko rendah pun bisa mengalami komplikasi.
l. Tidak ada jumlah penapisan yang bisa membedakan wanita mana yang
akan membutuhkan asuhan kegawatdaruratan dan mana yang tidak
memerlukan asuhan tersebut.
5) Persalinan di Rumah
Asuhan kebidanan persalinan merupakan lanjutan pemantauan dari
asuhan kebidanan kehamilan, karena diharapkan kehamilan yang
berlangsung normal persalinannya pun demikian. Bidan berharap segala
kondisi faktor risiko dapat disingkirkan dengan observasi yang maksimal
selama ibu hamil, tidak ditemui adanya kelaianan atau penyakit yang akan
meyulitkan proses persalinan. Falsafah asuhan ibu bersalin diantaranya
sebagai berikut:

31
a) Bidan meyakini bahwa setiap individu mempunyai hak untuk aman, puas
terhadap pelayanan kesehatan dengan menghargai martabat manusia dan
perbedaan adat kebiasaan.
b) Yakin bahwa proses kehamilan dan persalinan dapat ditingkatkan melalui
pendidikan kesehatan dan intervensi berbentuk dukungan keluarga.
c) Berfokus pada kebutuhan individu dan keluarganya baik fisik, emosi dan
sosial, terlibat aktif sesuai dengan nilai sosial.
d) Asuhan yang terus menerus yang menekankankan pada aspek keamanan,
manajemen klinis yang kompeten, mempertahankan tidak adanya intervensi
pada keadaan normal dan meningkatkan pendidikan kesehatan bagi ibu
selama proses persalinan.
Pelayanan persalinan yang dilakukan oleh bidan di rumah harus
memperhatikan persiapan keluarga dan kondisi rumah.

a) Keluarga
1) Keluarga bersedia dilakukannya pertolongan di rumah, memberikan ide,
dan dukungan.
2) Membahas kegiatan rumah tangga untuk persiapan persalinan di rumah.
b) Rumah dan tempat pertolongan persalinan
Situasi dan kondisi yang perlu diketahui meliputi:
1) Apakah cukup hangat dan aman?
2) Apakah tersedia ruangan yang akan digunakan untuk menolong
persalinan?
3) Apakah tersedia air mengalir?
4) Apakah kebersihan cukup terjamin?
5) Rumah, sebaiknya bidan mengecek rumah sebelum kehamilan 37
minggu.
Sedangkan hal-hal yang harus dipersiapkan persalinan di rumah
adalah sebagai berikut.

1) Ruangan yang bersih, aman, dan nyaman.


2) Makanan dan minuman untuk ibu yang akan melahirkan.
3) Tempat tidur yang dapat dicapai dari dua sisi.
4) Penerangan yang cukup.
5) Peralatan untuk perawatan bayi baru lahir (penghangat dll).
32
6) Peralatan mandi dan kebersihan tubuh ibu.
7) Tempat/meja untuk meletakkan peralatan.
8) Sebaiknya ada sarana telekomunikasi.
9) Tersedianya pakaian bayi dan pakaian ibu yang bersih.

10) Tempat sampah atau kantong plastik, ember untuk klorin atau detergent.

Pertolongan asuhan Persalinan di komunitas juga dapat dilakukan


dengan cara DOMINO, yaitu pertolongan persalinan DOMINO
(DOMICILIARY In and Out) memiliki karakteristik sebagai berikut.

a) Pelayanan kombinasi antara rumah pasien dan unit kesehatan.


b) Bidan dipanggil saat ada/mulai tanda persalinan.
c) Bila ada penyimpangan dapat segera ditangani.
d) Bila persalinan tidak ada komplikasi ibu dapat pulang 2-6 jam postpartum
atau esok harinya.
Adapun keuntungan dan kerugian persalinan dengan DOMINO ini
adalah sebagai berikut.

a) Keuntungan
1) Pelayanan berkesinambungan antara komunitas dan dokter.
2) Kontak dengan kegiatan rumah sakit sedikit.
3) Gangguan kehidupan keluarga sedikit atau minimal.
4) Mudah memperoleh fasilitas untuk pertolongan emergensi.
5) Pilihan alternatif untuk ibu yang tidak memenuhi persyaratan persalinan
di rumah.
6) Bidan tetap dapat mempertahankan keterampilan menolong persalinan.

b) Kerugian

1) Risiko tertunda ke rumah sakit karena jarak yang jauh.


2) Merepotkan waktu pulang ke rumah dari rumah sakit setelah persalinan.

6) Masa Nifas (Pasca Persalinan)


Setelah melewati persalinan maka bidan masih harus mendampingi
ibu pada masa post partum/nifas, karena asuhan kebidanan masih berlanjut
untuk pegawasan kesehatan ibu dan bayinyanya. Setelah persalinan akan
membantu merawat ibu dan bayi secara intensif dan berkesinambungan.
33
Kunjungan postpartum dapat dilakukan di klinik maupun dengan
kunjungan rumah. Selama masa postpartum, bidan memberikan support
emosional serta pendidikan mengenai perawatan bayi atau kesehatan ibu
serta memonitor kebutuhan ibu dan bayi
Tujuan asuhan pasca persalinan yang dilakukan oleh bidan adalah
sebagai berikut:

a) Mencegah atau mendeteksi dan menatalaksanakan komplikasi yang


timbul pada waktu pasca persalinan, baik medis, bedah, atau obstetri.
b) Dukungan pada ibu dan keluarganya pada keadaan peralihan ke suasana
keluarga yang baru.
c) Promosi dan mempertahankan kesehatan fisik, mental, dan sosial ibu
dan bayinya dengan cara memberikan pengetahuan mengenai tanda-
tanda bahaya, gizi, istirahat dan tidur, kesehatan diri, serta mikronutrisi
(jika perlu).
d) Konseling asuhan bayi baru lahir.
e) Dukungan ASI.
f) Konseling dan pelayanan KB termasuk nasehat hubungan seksual.
g) Imunisasi ibu terhadap tetanus.
h) Bersama ibu dan keluarganya dilakukan konseling kepada keluarga
untuk mempersiapkan apabila terjadi komplikasi.
Asuhan pasca persalinan yang baik adalah dilakukan kunjungan
pada 6 jam, 6 hari dan 6 minggu pasca persalinan. Asuhan diberikan oleh
petugas terlatih, sebaiknya juga yang menolong persalinan adalah tenaga
kesehatan (bidan, dokter umum atau SpOG). Selain itu juga perlu ada
intregasi asuhan pasca persalinan dan asuhan bayi baru lahir. Komponen
kunjungan asuhan pasca persalinan adalah sebagai berikut.

a) Deteksi dini dan menatalaksanakan segera komplikasi

1) Kesiapan menangani komplikasi.


2) Mempromosikan kesehatan dan pencegahan penyakit.
3) Mengajarkan hal ke perempuanan. Yang dimaksud dengan hal
keperempuanan adalah mengajarkan tentang peran sebagai

34
perempuan yang sudah menjadi kodratnya sebagai ibu untuk
merawat anaknya dengan baik secara asah asih dan asuh
b) Deteksi awal dan penatalaksanaan komplikasi
1) Malnutrisi: dengan cara cek kesehatan umum, buta malam, gondok.
2) Depresi/psikosis: apabila ibu murung.
3) Infeksi: memeriksa suhu.
4) Pre-eklamsi: memeriksa tekanan darah, proteinuria.
5) Anemia: cek hemoglobin, conjunktiva/lidah/telapak tangan.
6) Masalah payudara: pemeriksaan payudara, penilaian ASI, berat bayi.
7) Subinvolusi: cek tinggi fundus.
8) Inkontinen/fistula: cek fungsi usus besar dan kandung kemih
9) Tromboflebitis: cek tanda homan dengan cara inspeksi kaki yaitu bila
terlihat tanda kemerahan pada bagian betis belakang dan terasa nyeri
bila ditekan.
10) Infeksi genitalia: cek perineum, lokia/perdaraha/discharge, rapid
plasma reagin (RPR).
c) Kesiapan menghadapi komplikasi
1) Kumpulkan tabungan /rencanakan skemanya.
2) Buat rencana pengambilan keputusan.
3) Mengatur transportasi.
4) Pastikan persiapan pendermaan darah.
d) Asuhan promosi kesehatan dan pencegahan penyakit
1) Zat besi/folat: 1 tablet per oral sehari sekali untuk setidak-tidaknya
40 hari pascapersalinan.
2) Pemberian obat untuk berbagai jenis cacing pada daerah yang
mempunyai prevalensi tinggi setiap 6 bulan sekali.
3) Tidur dengan kelambu. Untuk menghindari gigitan nyamuk.
Terutama di daerah endemik malaria
4) Vitamin A: Satu dos 200,000 IU dalam 30 hari sesudah persalinan
pada tempat dengan defisiensi vitamin A.
5) Suplemen Yodium 400-600 mg per oral atau IM secepatnya setelah
persalinan apabila belum pernah diberikan sebelum trimester ketiga
kehamilan (hanya untuk daerah yang kekurangan yodium).

35
6) Tetanus toxoid. Imunisasi yang diberikan saat masa kehamilan untuk
mencegah terjadinya penyakit tetanus yang sering terjadi pada masa
nifas, baik untuk keselamatan ibu dan janin agar terhindar dari
infeksi.
7) RPR, HIV (uji tes sukarela) jika ada indikasi pada alat genetalia, atau
keluhan yang mengarah pada penyakit HIV.
Pada asuhan pasca persalinan, bidan juga harus mengajarkan hal
keperempuanan (seperti merawat bayi sehari-hari, menyusui ASI dan
mencegah terjadinya hipotermi) dan konseling kepada ibu nifas antara
lain mengenai:

a) Tanda-tanda bahaya yang sering terjadi pada saat masa nifas

1) Perdarahan hebat atau tiba-tiba meningkat melalui vagina.


2) Demam.
3) Keluaran vagina yang berbau.
4) Rasa panas dan sakit pada payudara.
5) Sakit perut.
6) Sangat lelah.
7) Edema pada tangan dan muka.
8) Teramat pusing kepala.

b) Mengajarkan hal ke-perempuanan dan konseling tanda bahaya pada


bayi baru lahir

1) Radang tali pusat atau bernanah


2) Kurang mengisap
3) Mata bengkak, lengket, atau bernanah
4) Tubuh tetap sejuk walaupun telah dihangatkan
5) Tubuh panas walaupun semua pakaian telah dilepaskan
6) Sukar bernafas
7) Lembek
8) Kejang
c) Mengajarkan hal ke-perempuanan dan konseling gizi

36
1) Konsumsi makan ditingkatkan hingga 10% (fisik kurang aktif)
atau 20% (moderat atau sangat aktif) untuk menggantikan energi
yang diberikan pada ASI.
2) Konsumsi makan makanan dari bahan pokok (biji – bijian).
3) Konsumsi non saturated lemak.
4) Tidak perlu diet.
5) Anjurkan banyak memakan makanan mengandung zat besi,
seperti hati, sayuran berdaun hijau gelap dll.
d) Mengajarkan hal ke-perempuanan dan konseling faktor-faktor yang
mempengaruhi keinginan seksual wanita sesudah persalinan
1) Kecapaian dan gangguan tidur.
2) Laserasi genitalia/episiotomy.
3) Hipo-estrogenisasi vagina.
4) Libido.
5) Masalah kekuasaan dalam perkawinan.
6) Memulai lagi kegiatan seksual.
e) Mengajarkan hal keperempuanan dan konseling KB
1) Informasikan semua pilihan KB pada periode pasca persalinan
(idealnya dilakukan pada saat antepartum juga).
2) Fasilitasi informasi gratis untuk seluruh wanita.
3) Tegaskan bahwa metode non-hormonal (Lactational
Amenorrhea Method/LAM, metode barrier, AKDR dan
sterilisasi) adalah pilihan terbaik untuk ibu menyusui. Jika ibu
nifas tersebut memilih metode hormon dapat menggangu
produksi ASI.
4) Nasehatkan untuk tidak memakai kombinasi oral KB pada
wanita yang sedang menyusui setidak-tidaknya 6 bulan pertama
setelah persalinan atau berhenti menyusui.
Pada kunjungan rumah di masa nifas, dokumentasi persalinan
perlu dilengkapi sebelum menyusun jadwal kunjungan rumah
berikutnya. Dokumentasi disesuaikan dengan keadaan dan kebutuhan
yang ada dan tiap hasilnya dicatat dengan cermat. Beberapa prinsip
umum dalam asuhan masa nifas di rumah adalah:

37
a) Perlu diketahui sedini mungkin akan timbulnya kelainan
meskipun persalinan telah berlangsung normal.
b) Dalam memberikan penyuluhan kepada ibu dan keluarga,
jangan terpaku pada hal-hal yang mendetail dan rinci atau rumit.
Tiap petunjuk disesuaikan dengan keadaan atau budaya
keluarga.
c) Jangan terlalu banyak memberikan instruksi secara verbal dalam
satu kali kunjungan.
d) Jadwal kunjungan rumah dibuat secara fleksibel sehingga dapat
dilakukan kunjungan tambahan kepada keluarga.
e) Kunjungan masa nifas mencakup tinjauan terhadap hal berikut
ini.
f) Tinjau/kaji kembali semua catatan yang lalu untuk melihat
permasalahan yang perlu ditindak lanjuti.
g) Kaji ulang catatan hasil kunjungan terakhir untuk melihat
permasalahan yang perlu ditindak lanjuti.
h) Kaji ulang catatan hasil kunjungan terakhir untuk melihat
permasalahn yang sudah ditangani serta hasilnya.
i) Pemeriksaan laboratorium atau keadaan lain yang perlu
diperiksa kembali.
j) Pemeriksaan fisik dan pengkajian ulang (mammae, ASI, TFU,
oedema, dll).
k) Penyuluhan kesehatan mengenai higiene perseorangan,
pemberian ASI, hubungan seksual, penyuluhan disesuaikan
dengan keadaan ibu (sosial ekonomi dan budaya).
l) Saran rujuk ke pelayanan terdekat untuk memonitoring tindakan
selanjutnya.

m. Persiapan rujukan meliputi:


a) Penjelasan dan motivasi perlunya dirujuk guna penanganan
tindakan medis yang lebih lanjut dan segera.
b) Manajemen selanjutnya, setelah pasien pulang dari
RS/pengobatan medis dilakukan asuhan tindak lanjut di rumah
guna pengamatan lebih lanjut terhadap kesehatan klien.

38
c) Penyuluhan personal higiene dijaga dan gizi ditingkatkan serta
istirahat/tidur yang cukup.

Pada masa nifas, Bidan juga wajib memberikan penyuluhan


dan bimbingan kepada ibu tentang bayi baru lahir dengan cara:

1) Pemantauan tanda vital bayi, yaitu mencegah hipotermi,


hipoglikemi, dan kejang.
2) Pemberian kolostrum dan ASI secara ekslusif selama 6 bulan.
3) Perawatan tali pusat yaitu hindari dari kotoran, jangan dibubuhi
apapun karena kondisi tali pusat harus kering dan bersih.
4) Informasikan kepada ibu agar tahu kemana harus merujuk bila
terjadi masalah-masalah yang tidak dapat ditanggulangi (Wahyuni,
2018).
C. Masalah Kesehatan Ibu Hamil Di Wilayah Kota Bima

1. Ibu Hamil Yang Mengalami KEK


a. Pengertian KEK
Gangguan gizi pada ibu hamil yang paling sering terjadi adalah Kurang
Energi Kronis (KEK). KEK pada ibu hamil merupakan suatu keadaan ibu
kurangnya asupan protein dan energi pada masa kehamilan yang dapat
mengakibatkan timbulnya gangguan kesehatan pada ibu dan janin. Ibu hamil
yang berisiko mengalami KEK dapat dilihat dari pengukuran lingkar lengan atas
(LILA) dengan nilai kurang dari 23,5 cm (Teguh, 2019).
b. Resiko KEK pada ibu hamil, proses persalinan, dan janin
KEK pada ibu hamil dapat menyebabkan risiko terjadinya anemia,
pendarahan, berat badan ibu tidak bertambah secara normal, terkena penyakit
infeksi, dan menjadi penyebab tidak langsung kematian ibu. Sedangkan
pengaruh KEK terhadap proses persalinan dapat mengakibatkan persalinan sulit
dan lama, persalinan prematur iminen (PPI), pendarahan post partum, serta
peningkatan tindakan sectio caesaria. KEK pada ibu hamil juga dapat
menyebabkan intrauterine growth retardation (IUGR) atau bahkan intrauterine
fetal death (IUFD), kelainan kongenital, anemia, serta lahir dengan berat badan
lahir rendah (BBLR). (Teguh, 2019).
c. Cara pencegahan KEK

39
Makan makanan yang bervariasi dan cukup mengandung kalori dan protein
termasuk makanan pokok seperti nasi, ubi dan kentang setiap hari dan makanan
yang mengandung protein seperti daging, ikan, telur, kacang-kacangan atau susu
sekurang-kurangnya sehari sekali. Minyak dari kelapa atau mentega dapat
ditambahkan pada makanan untuk meningkatkan pasokan kalori. Kurang gizi
juga dapat dapat dicegah secara bertahap dengan mencegah cacingan, infeksi,
dan muntaber melalui sanitasi yang baik dan perawatan kesehatan, terutama
mencegah cacingan. Pemberian makanan tambahan dan zat besi pada ibu hamil
yang menderita KEK dan berasal dari Gakin dapat meningkatkan konsentrasi HB
walaupun besar peningkatannya tidak sebanyak ibu hamil dengan status gizi
baik. Pada ibu hamil yang menderita KEK dan dari Gakin kemungkinan masih
membutuhkan intervensi tambahan agar dapat menurunkan prevalensi anemia
sampai ke tingkat yang paling rendah (Rahmah, 2015).

d. Cara penanganan

1) Menganjurkan ibu untuk mengkonsumsi makan-makanan yang mengandung


zat besi dari bahan makanan hewani (daging, ikan, ayam, hati, dan telur) dan
bahan makanan nabati (sayur, kacang-kacangan dan tempe).
2) Meningkatkan pendidikan gizi ibu hamil tentang KEK melalui pemberian
KIE, memberikan pelayanan gizi dan pelayanan KIA pada ibu hamil resiko
KEK dan memberikan makanan tambahan (PMT).

2. Ibu Hamil yang Mengalami Anemia


a. Pengertian Anemia
Anemia disebabkan karena kurangnya jumlah sel darah merah sehat untuk
menghantarkan oksigen ke jaringan dan janin, anemia dapat diketahui bila kadar
Hb < 11 mg. Anemia dalam kehamilan adalah kondisi ibu dengan kadar
hemoglobin (Hb) < 11 gr% pada trimester I dan III, sedangkan pada trimester II
kadar hemoglobin < 10,5 gr%. Anemia kehamilan di sebut “potentional danger
to mother and child” (potensi membahayakan ibu dan anak), karena itulah
anemia memerlukan perhatian serius dari semua pihak yang terkait dalam
pelayanan kesehatan (Hariati, 2019).
b. Resiko anemia pada kehamilan dan pada janin

40
Resiko anemia dalam kehamilan dapat berakibat fatal jika tidak segera di
atasi diantaranya dapat menyebabkan keguguran, partus prematus, partus lama,
atonia uteri dan menyebabkan perdarahan serta syok. Hal tersebut berkaitan
dengan banyak faktor yang berpengaruh antara lain status gizi, umur, pendidikan
dan pekerjaan. Sedangkan pengaruh anemia terhadap hasil kosepsi diantaranya
dapat menyebabkan keguguran, kematian janin dalam kandungan, kematian
janin waktu lahir, kematian perinatal tinggi, prematuritas dan cacat bawaan
(Hariati, 2019). Beberapa pengaruh yang dapat menyebabkan terjadinya anemia
kehamilan diantaranya tingkat pengetahuan, status ekonomi dan kepatuhan
konsumsi tablet Fe (Hariati, 2019).
c. Pencegahan Anemi
1) Minum tablet FE
2) Istirahat yang cukup dengan tidur siang 3-4 jam dan tidur malam 6-8 jam.
3) Mengonsumsi makanan yang mengandung zat besi seperti buah-buahan dan
sayur-sayuran.
d. Cara penanganan Anemia
1) Anjurkan pada ibu untuk meminum tablet FE secara rutin
2) Anjurkan ibu untuk sering memeriksakan kehamilannya.

3. Ibu Hamil Dengan Penyakit Penyerta

a. Ibu hamil dengan HbsAg

1) Pengertian Hepatitis B
Hepatitis B adalah suatu penyakit hati yang disebabkan oleh virus Hepatitis
B, yang dapat menyebabkan peradangan hati akut atau kronis yang dapat
berlanjut menjadi sirosis hati atau kanker hati. Hepatitis B akut jika perjalanan
penyakit kurang dari 6 bulan sedangkan Hepatitis B kronis bila penyakit
menetap, tidak menyembuh secara klinis atau laboratorium atau pada
gambaran patologi anatomi selama 6 bulan. (Nugroho, 2019)
2) Resiko Hepatitis B pada kehamilan
Infeksi Hepatitis B kronis atau akut ada kehamilan sama dengan populasi
pada umumnya. Infeksi hepatitis B menyebabkan peningkatan mortalitas
maupun menyebabkan efek teratogenik. Namun, pada infeksi VHB akut
insidensi untuk terjadinya berat bayi lahir rendah dan premature lebih
41
tinggi. Dimana diabetes gestasional, perdarahan antepartum dan persalinan
premature lebih sering terjadi pada infeksi hepatitis b kronik.
Kelahiran premature meningkat sebesar 25-35%, yang kemungkinan
disebabkan karena keadaan penyakitnya berat, pengaruh virus pada janin
atau plasenta. Tidak didapatkannya efek teratogenik maupun kondisi
akutpada janin, sehingga dianggap outcome bayi yang dilahirkan oleh ibu
dengan HbsAg positif dengan bayi yang lahir dari ibu yang tidak terinfeksi
hepatitis B. pada umumnya yang dipermasalahkan adalah penularan
vertical dari ibu ke janinnya saja. Bila ibu terinfeksi pada Trimester I dan II
maka penularan vertikalnya hanya sebesar 10% saja, namun saat ibu
terinfeksi pada Trimester III, penularan vertikalnya menjadi lebih tinggi
yaitu 76%. (Nugroho, 2019).

3) Pencegahan Hepatitis B
a) Jaga kebersihan diri dan lingkungan dengan mencuci tangan sebelum dan
sesudah makan dengan air yang mengalir
b) Lakukan imunisasi
c) Lakukan hubungan seksual secara aman
4) Penanganan Hepatitis B
a) KIE tentang pola makan yang sehat
b) Menghindari aparan sinar matahari yang berlebihan
c) KIE pola hidup sehat
b. Ibu Hamil Dengan Penyakit Penyerta Paru-paru

1) Pengertian
Penyakit paru-paru atau biasa disebut dengan Pneumonia merupakan salah
satu infeksi paru-paru yang mengakibatkan peradangan di asalah satu atau
kedua paru-paru. Salah satu keluhan yang sering dialami oleh ibu hamil yaitu
sesak nafas.
2) Resiko
Pada ibu : dapat mengalami Abortus (keguguran)
Pada janin : kelahiran prematur, gangguan tumbuh kembang janin dan BBLR

3) Pencegahan
a) Rajin mencuci tangan
42
b) Mengonsumsi makanan yang bergizi
c) Istrirahat yang cukup
d) Menghindari kontak langsung dengan orang yang sedang sakit
4) Penanganan
a) Menerapkan pola hidup sehat setiap hari
b) Menganjurkan ibu untuk mengonsumsi makanan yang bergizi
c) Anjurkan ibu untuk memeriksakan kehamilannya secara rutin.
3. Ibu Hamil dengan Umur Resiko Tinggi (<20 tahun dan > 35 tahun)
a. Umur seorang ibu berkaitan dengan alat-alat reproduksi wanita. Umur
reproduksi yang sehat dan aman adalah 20-35 tahun. Kehamilan diusia kurang
darai 20 tahun dan diatas 35 tahun dapat menyebabkan kehamilan resiko
tinggi karena diusia kurang dari 20 tahun secara biologis belum optimal,
emosinya cenderung labil, mentalnya belum matanng sehingga mudah
mengalamikeguncangan yang mengakibatkan kurangnya perhatian terhadap
pemenuhan kebutuhan zat-zat gizi selama kehamilannya.
Sedangkan pada usia 35 tahun terkait dengan kemunduran dan penurunan
daya tahan tubuh serta berbagai penyakit yang menimpa diusia ini makin tua
umur ibu makan akan terjadi kemunduran yang progresif dari
endometriumsehingga untuk mencukupi kebutuhan nutrisi janin diperlukan
pertumbuhan plasenta yang lebih luas.
b. Resiko
Pada ibu :
1) Preeklampsi
2) KEK
3) Anemia
4) Perdarahan
5) Abortus
6) Depresi
Pada bayi :
1) BBLR
2) Still birth(Kelahahiran kematian)
3) Sindrom kelainan kromosom
c. Pencegahan :

43
a. Penyuluhan tenntang kespro pada WUS (Wanita Usia Subur) untuk
mencegah kehamilan resiko tinggi yang disebabkan oleh 4 T (Terlalu
Muda, Terlalu Sering, Terlalu dekat, Terlalu Tua) sebagai upaya untuk
meningkatkan kesehatan perempuan.
b. Hindari berhubungan intim di masa subur dan saat sedang ovulasi.
c. Penyuluhan tentang keluarga berencana.

d. Penanganan
a. Mengonsumsi makanan yang bergizi seimbang
b. Jaga kenaikan berat badan yang sesuai
c. Mengonsumsi tablet FE
d. Periksakan kehamilan secara rutin ke doktek kandungan atau bidan.
e. Hentikan kebiasaan yang dapat membahayakan janin
4. Balita yang Mengalami Stunting
a. Pengertian
Stunting adalah suatu kondisi dimana seseorang lebih pendek dibandingkan
orang lain seusianya hal ini disebabkan oleh kekurangan gizi bahkan sejak
masih dalam kandungan (Trihono dkk, 2015).
b. Resiko stunting
1) Kecerdasan anak di bawah rata-rata sehingga prestasi belajarnya tidak bisa
maksimal.
2) Lebih rentan terhadap penyakit diabetes, penyakit jantung, stroke dan
kanker
3) Memiliki produktivitas yang rendah
4) Sistem imun tubuh anak tidak baik sehingga anak mudah sakit.
c. Pencegahan Stunting
Menurut Delmi Sulastri (2012) menjelaskan bahwa stunting dapat di cegah
dengan cara :
1) Memenuhi kebutuhan gizi sejak hamil
2) Hindari paparan asap rokok
3) Rutin melakukan pemeriksaan kandungan
4) Berikan Asi esklusif hingga usia 6 bulan
5) Berikan makanan pendamping Asi dengan gizi yang cukup bagi bayi di
atas 6 bulan hingga 2 tahun.
44
6) Berikan imunisasi lengakap dan vitamin A
7) Pantau pertumbuhan balita di posyandu terdekat.
8) Perilaku hidup bersih dan sehat
d. Penanganan
1) Pemberian ASI Ekslusif
2) Pemberian ASI didampingan oleh pemberian MPASI pada usia 6-24 bulan
3) Ibu hamil mengonsumsi tablet tambah darah
4) Pemberian makanan tambahan pada ibu hamil
5) Berikan imunisasi lengkap
5. Ibu Hamil yang Memiliki Riwayat LMR

a. Pengertian LMR (Locus Menorus Resisten)


Kehamilan yang sertai riwayat pembedahan atau operasi pada uterus sekali
atau lebih misalnya sectio caesaria atau pasca miomektomi pada kehamilan
sebelumnya.
b. Resiko
Pada ibu :

1) perdarahan banyak
2) luka operasi baru di perut
3) cedera pada rahim bagian bawah atau cedera pada kandung kemih (robek)
4) infeksi pada rahim, luka operasi
5) ruptur uteri spontan pada kehamilan mendatang
Pada janin:
1) Depresi susunan saraf pusat janin akibat penggunaan obat-obatan
anesthesia
2) Trauma persalinan
3) Sistem kekebalan janin tidak segera didapatkan karena bayi berhadapan
langsung dengan lingkungan steril.
4) Anak yang dilahirkan tidak spontan menangis yang mengakibatkan harus
dirangsang sesaat untuk bisa menangis.
c. Pencegahan
Lakukan pemeriksaan rutin ke dokter atau bidan untuk mendeteksi
komplikasi.
d. Penanganan
45
1) Saat ANC :
Perawatan antenatal seperti biasa, antisipasi kemungkinan
komplikasi lebih banyak istirahat saat kehamilan 7 bulan sampai aterm.
2) Saat Persalinan :
Diharapkan pervaginan kecuali anak pertama letak lintang. Drip
oksitosin bukan kontraindikasi absolute. Setelah anak pertama lahir,
lakukan membuat posisi membujur untuk anak ke dua tunggu his dan
lakukan amniotomi. Persalinan bisa spontan, vakum atau berbagai
manuver pertolongan letak sungsang tergantung posisi anak.
6. Ibu Hamil yang Tidak Mengonsumsi Tablet FE
a. Pengertian tablet Fe
Suplementasi tablet zat besi adalah adalah pemberian zat besi folat yang
berbentuk tablet, tiap tablet 60 mg besi elemental dan 1,25 mg asam folat,
yang diberikan oleh pemerintah pada ibu hamil untuk mengatasi masalah
anemia gizi besi.
b. Resiko
Pada ibu :
1) Anemia
2) Depresi post partum
Pada janin :

1) BBLR
2) Prematur

c. Pencegahan
1) Memberikan tablet Fe pada ibu hamil secara rutin.
2) Memberikan KIE tentang betapa pentingnya mengkonsumsi tablet Fe pada
ibu hamil.
d. Penanganan
Anjurkan ibu untuk sering minum tablet FE secara rutin
7. Ibu Hamil yang Tidak Imunisasi TT
a. Pengertian imunisasi TT
Imunisasi berasal dari kata imun yang artinyakebal.Imunisasi artinya
kekebalan, pemberian imunisasi toxoid artinyapemberian kekebalan terhadap
penyakit tetanus kepada ibu hamil dan bayiyang dikandungnya.
46
b. Resiko
1) Dapat menyebabkan penyakit tetanus neonatorum yang menyerang pada
bayi yang baru lahir dan menyebabkan kemungkinan tetanus apabila ibu
tersebut terluka.
2) Pada sebagian bayi yang mengalami tetanus neonatorum dapat mengalami
kematian.
c. Pencegahan
1) Memberikan edukasi tentang pentingnya imunisasi TT
2) Memfasilitasi pada ibu untuk imunisasi TT lengkap pada ibu
d. Penanganan
Memberitahukan ibu untuk imunisasi TT
8. Ibu Hamil yang Tidak Memiliki P4K
a. Pengertian
P4K yaitu kegiatan pengabdian masyarakat melalui edukasi P4K
merupakan bagian dari promosi kesehatan primer sebagai upaya peningkatan
kesehatan ibu dan bayi serta penapisan terhadap kemungkinan resiko pada
kehamilan, persalinan, nifas, bayi baru lahir. Berdasarkan pengalaman
sebelumnya, tindakan prefentif dapat menimbulkan perubahan dalam
kesehatan masyarakat.
b. Resiko
Pada ibu :
1) Perdarahan
2) Persalinan macet
Pada bayi :
1) BBLR
2) Asfiksia
c. Pencegahan
1) Memberikan informasi mengenai P4K pada ibu
2) Mengambil stiker P4K pada bidan
3) Memasang stiker P4K depan rumah ibu
d. Penanganan
Memberikan informasi P4K pada ibu
9. Balita yang Mengalami Kurang Gizi dan Gizi Buruk
a. Pengertian balita kurang gizi dan gizi buruk
47
Gizi kurang merupakan keadaan kurang gizi tingkat berat yang disebabkan
oleh rendahnya konsumsi energi protein dari makanan seharihari dan terjadi
dalam waktu yang cukup lama. Gizi buruk adalah bentuk terparah dari proses
terjadinya kekurangan gizi menahun. Gizi buruk merupakan kondisi kurang
gizi yang disebabkan rendahnya konsumsi energi dan protein (KEP) dalam
makanan sehari hari.
b. Resiko
1) Dapat menyebabkan Infeksi kronis
2) Dan dapat menyebabkan Kematian
c. Pencegahan
Berikan penyuluhan tentang gizi seimbang untuk balita
d. Penanganan
1) Berikan makanan yang bergizi seimbang pada balita
2) Berikan makanan tambahan (pmt) pada balita.
3) Lakukan pemeriksaan secara rutin dengan mengikuti posyandu

10. Ibu Hamil yang Tidak Mengonsumsi Garam Yudium

a. Pengertian Garam Yudium


Garam yudium adalah garam yang telah di perkaya dengan yodium yang
dibutuhkan untuk pertumbuhan dan kecerdasan
b. Resiko karna Tidak Mengkonsumsi Garam Yodium
Pada ibu : Ibu hamil akan mengalami keguguran
Pada janin : hipotiroit kongenital pada anak, kelahiran premature, IUFD,
Kretinisme pada anak dapat menyebabkan gangguan tumbuh kembang seperti
otot yang tegang, stunting, gangguan cara berjalan dan tuli
c. Pencegahan

1) Memberikan KIE pada ibu hamil ntuk mengonsumsi garam beryodium


untuk mencegah terjadinya gondok dan untuk pertumbuhan bayi dalam
kandungan
2) Memberikan garam yudium pada ibu.

d. Penanganan

1) Anjurkan ibu untuk mengonsumsi garam yudium


48
2) Anjurkan ibu untukmemeriksakan kehamilannya secara rutin
11. Ibu Hamil yang Belum Memiliki Calon Pendonor Darah
a. Pengertian
Calon pendonor adalah seseorang yang akan menyumbangkan darahnya
kepada orang lain, dan orang tersebut harus memenuhi syarat yaitu : berumur
17-60 tahun, berat badan minimal 45 kg, tekanan darah systole 110-
160mmHg diastole 70-100 mmHg, dengan HB 12 gram (perempuan) dan 12,5
(laki-laki) dll.
b. Resiko
Ibu berpotensi mengalami resiko yang mengancam keselamatan jiwanya serta
janin yang dikandungnya apabila ibu mengalami perdarahan
c. Pencegahan
1) Memberikan KIE tentang pentingnya persiapan calon pendonor.
2) Menyiapkan 4 orang pendonor bagi setiap ibu hamil
d. Penanganan
Carikan pendonor untuk ibu hamil minimal 4 oang
12. Ibu Hamil yang Belum Mempunyai Jaminan Kesehatan
a. Pengertian
Jaminan kesehatan adalah janiman berupa perlindungan kesehatan agar
peserta memperoleh manfaat pemeliharaan kesehatan dan perlindungan dalam
memenuhi kebutuhan dasar kesehatan yang diberikan kepada setiap orang ang
telah membayari iurannya dibayar oleh pemerintah.
b. Resiko
Ibu yang tidak mempunyai jaminan kesehatan ketika melakukan
pemeriksaan kehamilan sampai proses persalinan akan mengeluaran biaya
sendiri.
c. Pencegahan
Segera menindak lanjuti agar ibu tercatat sebagai anggota yang memiliki
jaminan kesehatan (BPJS NON PBI / BPJS PBI).
d. Penanganan
Segera buatkan BPJS ibu dengan mendatangi kantor PBJS terdekat.

49
BAB III

MANAJEMEN KEBIDANAN BERDASARKAN MASALAH

DI 6 PKM DI KOTA BIMA

A. Pengkajian Data
Tanggal Pengkajian dilakukan pada tanggal 02 s/d 03 Februari 2021
1. Identitas Wilayah
Wilayah berada di 6 Puskesmas ( Rasana’e Timur, Kumbe, Penana’e,
Mpunda, Jatibaru dan Paruga), 19 Kelurahan (Dara, Tanjung, Na’e, Melayu,
Paruga, Jatibaru Timur, Jatibaru Barat, Sambina’e, Sadia, Manggemaci, Mande,
Penato’i, Ntobo, Raba Dompu Barat, Raba Dompu Timur, Oimbo, Kumbe,
Nungga dan Lampe) dan 5 Kecamatan (Rasa Na’e Timur, Mpunda, Raba, Asakota,
dan Rasa Na’e Barat) dan di Kota Bima Provinsi Nusa Tenggara Barat.
2. Pola demografis
a. Jumlah kepala keluarga di 6 Puskesmas, 19 Kelurahan, dan 5 Kecamatan di Kota
Bima sebanyak 47 Kepala Keluarga.
b. Jumlah anggota keluarga yang ada di 6 Puskesmas, 19 Kelurahan, dan 5
Kecamatan di Kota Bima sebanyak 140 orang.
c. Jumlah anggota keluarga yang berjenis kelamin laki-laki ada 73 orang.
d. Jumlah anggota keluarga yang berjenis perempuan 67 orang.

50
e. Jumlah pasangan usia subur (PUS) ada 36 orang.
f. Jumlah wanita usia subur (WUS) ada 41 orang.
g. Tidak ada bayi yang ada di 6 Puskesmas, 19 Kelurahan, dan 5 Kecamatan di
Kota Bima.
h. Jumlah balita yang ada di 6 Puskesmas, 19 Kelurahan, dan 5 Kecamatan di Kota
Bima ada 12 orang.
3. Cakupan pelayanan kesehatan

a. Ibu hamil yang sudah melakukan imunisasi TT sebanyak 14 orang dan yang

belum melakukan imunisasi TT sebanyak 18 orang.

b. Yang menggunakan alat kontrasepsi yang aktif di 6 Puskesmas, 19 Kelurahan,


dan 5 Kecamatan di Kota Bima sebanyak 16 orang dan yang tidak aktif dalam
menggunakan alat kontrasepsi sebanyak 5 orang.
c. Jumlah ibu hamil di 6 Puskesmas, 19 Kelurahan, dan 5 Kecamatan di Kota Bima
ada 32 ibu hamil dan sudah melakukan pemeriksaan kehamilan secara teratur.
d. Dari hasil pengkajian yang kami dapatkan terhadap balita yang mengalami
pertumbuhan dan perkembangan yang terhambat atau di sebut stunting yaitu
sebanyak 5 balita dan yang tidak stunting sebanyak 7 balita. Kemudian
pengkajian pada status gizi balita terdapat 3 balita yang memiliki gizi buruk, gizi
kurang 1 balita, gizi sedang 1 balita, dan gizi baik 7 balita.
4. Saranan dan prasaranan kesehatan
a. Di 6 Puskesmas, 19 Kelurahan, dan 5 Kecamatan di Kota Bima sudah
mempunyai tenaga kesehatan.
b. Terdapat fasilitas kesehatan di 6 Puskesmas, 19 Kelurahan, dan 5 Kecamatan di
Kota Bima seperti puskesmas, polindes dan pustu.
5. Sumber daya masyarakat
a. Sarana ibadah di 6 Puskesmas, 19 Kelurahan, dan 5 Kecamatan di Kota Bima
terdapat Masjid dan Mushola.
b. Saranan pendidikan di 6 Puskesmas, 19 Kelurahan, dan 5 Kecamatan di Kota
Bima terdapat SD,SMP dan SMA.
6. Data dasar
a. Jumlah kepala keluarga di 19 Kelurahan, 5 Kecamatan dan 6 Puskesmas di Kota
Bima sebanyak 47 kepala keluarga.

51
b. Jumlah anggota keluarga yang ada di 19 Kelurahan, 5 Kecamatan dan 6
Puskesmas di Kota Bima sebanyak 140 orang.
c. Jumlah pasangan usia subur (PUS) ada 36 orang.
d. Jumlah balita yang ada di 19 Kelurahan, 5 Kecamatan dan 6 Puskesmas di Kota
Bima ada 12 orang.
e. Jumlah ibu hamil di 19 Kelurahan, 5 Kecamatan dan 6 Puskesmas di Kota Bima
ada 32 ibu hamil dan sudah melakukan pemeriksaan kehamilan secara teratur.
f. Jumlah lansia di 19 Kelurahan, 5 Kecamatan dan 6 Puskesmas di Kota Bima
sebanyak 21 orang.
g. Yang menggunakan alat kontrasepsi yang aktif di 6 Puskesmas, 19 Kelurahan,
dan 5 Kecamatan di Kota Bima sebanyak 16 orang dan yang tidak aktif dalam
menggunakan alat kontrasepsi sebanyak 5 orang.
7. Imunisasi
Ibu hamil yang sudah melakukan imunisasi TT sebanyak 14 orang dan
yang belum melakukan imunisasi TT sebanyak 18 orang.
B. Tabulasi Kelompok Besar
I. Data Dasar
Tabel 1.1
DISTRIBUSI PENDUDUK BERDASARKAN KELOMPOK UMUR DAN
JENIS KELAMIN

No KelompokUmur Laki-laki Perempuan Jumlah %


1 0-28 hari (Neonatus) 0 0 0 0%
2 29 hari- 6 bulan (ASI Ekslusif) 0 0 0 0%
3 <6 bln – 12 bln (Bayi) 0 0 0 0%
4 >1 – 5 tahun (Balita) 8 4 12 8,57%
5 6 – 12 tahun (Anak Sekolah) 11 8 19 13,57%
6 10 – 19 tahun (Remaja) 6 8 14 10%
7 20-45 tahun (Dewasa) 35 35 70 50%
8 46- 65 tahun (Lansia) 10 11 21 15%
9 >65tahun (Manula) 3 1 4 2,85%
Jumlah 73 67 140 100%

Berdasarkan tabel di atas sebagaian besar distribusi penduduk berdasarkan kelompok


umur dan jenis kelamin adalah umur 20-45 tahun (dewasa) sebanyak 50% dengan jenis
kelamin perempuan 35 orang dan laki-laki 35 orang.
Tabel 1.2
DISTRIBUSI PENDUDUK BERDASARKAN TINGKAT PENDIDIKAN

No Tingkat Pendidikan Kelulusan Jumlah %


1 Tidak Sekolah 23 23 16,42%
52
2 SD 23 23 16,42%
3 SMP 14 14 10%
4 SMU/SMA 50 50 35,71%
5 Perguruan Tinggi 0 0 0%
6 Sarjana 30 30 21,42%
Jumlah 140 140 100%

Berdasarkan tabel diatas sebagian besar distribusi penduduk berdasarkan tingkat


pendidikannya adalah SMA/SMU (Sekolah Menengah Atas) sebanyak 35,71 %.

Tabel 1.3
DISTRIBUSI PENDUDUK BERDASARKAN PEKERJAAN
(Diatas 17 tahun)

No Jenis Pekerjaan Jumlah %


1 Petani 11 10,67%
2 Pedagang 9 8,73%
3 Pengusaha / Home Industry 5 4,85%
4 Karyawan 4 3,88%
5 TNI / Polri 0 0%
6 PNS 2 1,94%
7 Pensiunan 0 0%
8 Profesional 2 1,94%
9 Tidak Bekerja 39 37,86%
10 Nelayan 0 0%
11 Dll 31 30,09%
Jumlah 103 100%

Berdasarkan tabel di atas sebagian besar distribusi penduduk berdasarkan pekerjaan


yang paling banyak adalah tidak bekerja sebanyak 37,86 %.
Tabel 1.4
DISTRIBUSI PENGHASILAN BERDASARKAN PENDUDUK DI ATAS 17
TAHUN

No Penghasilan perbulan Jumlah %


1 < 1.000.000 40 62,5%
2 ≥ 1.000.000 – 2.700.000 15 23,43%
3 >2.700.000 – 5.000.000 7 10,93%
4 > 5.000.000 2 3,12%
Jumlah 64 100%

Berdasarkan tabel di atas sebagian besar distribusi penghasilan berdasarkan penduduk


di atas 17 tahun adalah <1.000.000 sebanyak 62,5%.
Tabel 1.5
DISTRIBUSI KEPEMILIKAN ASURANSI KESEHATAN BERDASARKAN KK
No Jenis asuransi Jumlah %
1 BPJS non PBI 17 14,78%
53
2 BPJS PBI 83 72,17%
3 Dasolin 0 0%
4 Asuransi lain 15 13,04
Jumlah 115 100%

Berdasarkan tabel di atas sebagian besar distribusi kepemilikan asuransi kesehatan


berdasarkan KK adalah BPJS PBI sebanyak 72,17%.
Tabel 1.6
DISTRIBUSI KK YANG MEMILIKI MASALAH KESEHATAN DALAM 1
BULAN TERAKHIR

No Masalah Kesehatan Jumlah %


1 Ada 25 17,85%
2 Tidak 115 82,14%
Jumlah 140 100%

Berdasarkan tabel di atas sebagian besar distribusi penduduk yang tidak memiliki
masalah kesehatan dalam 1 bulan terakhir sebanyak 82,14%.
Tabel 1.7
DISTRIBUSI PEMECAHAN MASALAH KESEHATAN BERDASARKAN
FASILITAS BEROBAT

No Fasilitas Berobat Jumlah %


1 Faskes 24 96%
2 Non Faskes 1 4%
Jumlah 25 100%

Berdasarkan tabel di atas sebagian besar distribusi pemecahan masalah berdasarkan


fasilitas berobat adalah menggunakan fasilitas kesehatan sebanyak 96%.
Tabel 1.8
DISTRIBUSI PENDUDUK BERDASARKAN GOLONGAN DARAH
(Diatas 17 tahun)

No GolonganDara Jumlah % Kesediaan untuk mendonorkan


h darah
Bersedia Tidak bersedia
1 O 22 21,15% 2 2
2 A 11 10,57% 3 1
3 B 24 23,07% 4 0
4 AB 15 14,42% 2 0
5 Tidak tahu 32 30,76% 0 0
Jumlah 104 100% 11 3

54
Berdasarkan tabel di atas sebagian besar distribusi penduduk yang tidak mengetahui
golongan darah yaitu sebanyak 30,76% dan yang tidak bersedia mendonorkan darah
sebanyak 3 orang.
Tabel 1.9
DISTRIBUSI KEMATIAN 1 TAHUN TERAKHIR BERDASARKAN
PENDUDUK

No Kematian 1 tahun terakhir Jumlah %


1 Ada 0 0%
2 Tidak 0 0%
3 Jumlah 0 0%

Berdasarkan tabel di atas sebagian besar distribusi kematian 1 tahun terakhir


berdasarkan penduduk adalah tidak ada kematian dalam 1 tahun terakhir.
Tabel 1.10
DISTRIBUSI KEMATIAN 1 TAHUN TERAKHIR BERDASARKAN
PENYEBAB KEMATIAN TERBANYAK

No Kematian 1 tahun terakhir Jumlah %


1 0 0 0%
2 0 0 0%
3 0 0 0%
Jumlah 0 0%

Berdasarkan tabel di atas sebagian besar distribusi kematian 1 tahun terakhir


berdasarkan penyebab kematian terbanyak adalah tidak ada.
Tabel 1.11
DISTRIBUSI PENERAPAN PROTOKOL KESEHATAN

No Alat pelindung Diri Jumlah %


1 Masker 135 42,58%
2 Hand sanitizer 97 30,59%
3 Jaga jarak 85 26,81%
Jumlah 317 100%

Berdasarkan tabel di atas sebagian besar distribusi penerapan protokol kesehatan


sebanyak 42,85%.

II. Data KB
Tabel 2.1
DISTRIBUSI PENDUDUK BERDASARKAN PUS & BPUS

No PUS Jumlah %
1 PUS 36 80%
2 BUKAN PUS 9 20%
Jumlah 45 100%
55
Berdasarkan tabel di atas sebagian besar distribusi penduduk yang berdasarkan PUS
sebanyak 80%.
Tabel 2.2
DISTRIBUSI PUS BERDASARKAN RIWAYAT BER KB

No PUS Jumlah %
1 Akseptor KB aktif 16 76,19%
2 Tidak aktif 5 23,80%
Jumlah 21 100%

Berdasarkan tabel di atas sebagian besar distribusi PUS berdasarkan riwayat berKB
sebanyak 76,19%.
Tabel 2.3
DISTRIBUSI RIWAYAT AKSEPTOR KB BERDASARKAN PEMILIHAN
KONTRASEPSI

No JenisKontrasepsi Jumlah %
1 Pil 0 0%
2 Suntik 17 85%
3 IUD 0 0%
4 Implant 3 15%
5 MOW 0 0%
6 MOP 0 0%
7 Dll 0 0%
Jumlah 20 100%

Berdasarkan tabel di atas sebagian besar distribusi riwayat akseptor KB


berdasarkan pemilihan kontrasepsi adalah akseptor kb suntik sebanyak 85%.
Tabel 2.4
DISTRIBUSI RIWAYAT AKSEPTOR KB BERDASARKAN TEMPAT
PELAYANAN KB

No FasilitasPelayanan Jumlah %
1 Faskes 20 100%
2 Non Faskes 0 0%
Jumlah 20 100%

Berdasarkan tabel di atas sebagian besar distribusi riwayat akseptor KB


berdasarkan tempat pelayanan KB adalah di fasilitas kesehatan sebanyak 100%.
Tabel 2.5
DISTRIBUSI ALASAN PUS TIDAK BER KB

No Alasan PUS tidakber KB Jumlah %


56
1 Hamil 19 95%
2 Ingin hamil 1 5%
3 Nifas 0 0%
4 Alasan Kesehatan 0 0%
5 Tidak mau 0 0%
Jumlah 20 100%

Berdasarkan tabel di atas sebagian besar distribusi alasan PUS tidak berKB karena
ingin hamil sebanyak 95%.
Tabel 2.6
DISTRIBUSI ALASAN PUS DROPOUT BER KB

No Alasan Drop Out tidak ber KB Jumlah %


1 Hamil 0 0%
2 Ingin hamil 1 50%
3 Nifas 0 0%
4 Alasan Kesehatan 0 0%
5 Tidak mau 1 50%
Jumlah 2 100%

Berdasarkan tabel di atas sebagian besar distribusi alasan PUS Drop Out tidak berkb
kerena tidak mau sebanyak 50%.

III. Data Pernikahan Dini


Tabel 3.1
DISTRIBUSI PERNIKAHAN BERDASARKAN UMUR

No Kategori Umur Umur Istri Jumlah %


Umur Suami
1 < 20 tahun 5 9 14 17,28%
2 20 – 35 tahun 33 29 62 76,54%
3 > 35 tahun 3 2 5 6,17%
Jumlah 41 40 81 100%

Berdasarkan tabel diatas terdapat 14 orang yang melakukan pernikahan dini.


Tabel 3.2
DISTRIBUSI PERNIKAHAN DINI BERDASARKAN PENYEBAB

No Penyebab Jumlah %
1 Budaya 0 0%
2 Ekonomi 0 0%
3 Pengetahuan 2 22,22%
4 Dll 7 77,77%
Jumlah 9 100%

57
Berdasarkan tabel diatas sebagian besar penyebab pernikahan dini adalah 77,77%.
IV. Data Ibu Hamil

Tabel 4.1
DISTRIBUSI IBU HAMIL BERDASARKAN UMUR IBU

No Umur Ibu Jumlah %


1 < 20 tahun 3 9,37%
2 20 – 35 tahun 22 68,75%
3 > 35 tahun 7 21,87%
Jumlah 32 100%

Berdasarkan tabel diatas terdapat sebagian besar ibu hamil yang berusia 20-35
sebanyak 68,75%.
Tabel 4.2
DISTRIBUSI IBU HAMIL BERDASARKAN STATUS GIZI

No Status gizi Jumlah %


1 LILA ≤ 23,5 cm 14 43,75%
2 LILA > 23,5 cm 18 56,25%
Jumlah 32 100%

Berdasarkan tabel diatas sebagian besar status gizi hamil berdasarkan pengukuran lila
yang paling banyak ukuran lila lebih dari 23,5 sebanyak 56,25%.

Tabel 4.3
DISTRIBUSI IBU HAMIL BERDASARKAN STATUS
PEMERIKSAANKEHAMILAN

No Status Pemeriksaan Jumlah %


kehamilan
1 ANC 32 100%
2 Tidak ANC 0 0%
Jumlah 32 100%

Berdasarkan tabel diatas sebagian besar yang memeriksa ANC sebanyak 100%.
Tabel 4.4

58
DISTRIBUSI IBU HAMIL BERDASARKAN USIA KEHAMILAN

No UsiaKehamilan Jumlah %
1 0-12 minggu 0 0%
2 13- 28 minggu 19 59,37%
3 29 – 42minggu 13 40,62%
4 > 42 minggu 0 0%
Jumlah 32 100%

Berdasarkan tabel diatas sebagian besar usia kehamilan 13-28 minggu sebanyak
59,37% dan 29-42minggu sebanyak 40,62%
Tabel 4.5
DISTRIBUSI IBU HAMIL BERDASARKAN TEMPAT PEMERIKSAAN
KEHAMILAN

No TempatPemeriksaanKehamilan Jumlah %
1 Faskes 32 100%
2 Non Faskes 0 0%
Jumlah 32 100%

Berdasarkan tabel diatas sebagian besar tempat pemeriksaan kehamilan di fasilitas


kesehatan sebanyak 100%.
Tabel 4.6
DISTRIBUSI IBU HAMIL BERDASARKAN FREKWENSI ANC

No Frekwensi ANC Jumlah %


1 <4x 13 40,62%
2 ≥4x 19 59,37%
Jumlah 32 100%

Berdasarkan tabel diatas sebagian besar ibu hamil yang lebih dari 4 kali frekuensi
ANC sebanyak 59,37%

Tabel 4.7
DISTRIBUSI IBU HAMIL BERDASARKAN PENYAKIT SISTEMIK YANG
MENYERTAI KEHAMILAN

No Penyakit sistemik Jumlah %


1 Ada 4 12,5%
2 Tidak ada 28 87,5%
Jumlah 32 100%

59
Berdasarkan tabel diatas sebagian besar ibu hamil tidak memiliki penyakit menyertai
sebanyak 87,5%
Tabel 4.8
DISTRIBUSI ALASAN IBU HAMIL YANG TIDAK ANC

No Alasanibutidak ANC Jumlah %


1 Tidak tahu 0 0%
2 Transportasi Tidak ada 0 0%
3 Pekerjaan 0 0%
4 Lain-lain 0 0%
Jumlah 0 0%

Berdasarkan tabel diatas tidak ada ibu hamil yang tidak melakukan ANC.
Tabel 4.9
DISTRIBUSI IBU HAMIL YANG MENGKONSUMSI TABLET FE

No Konsumsi Tablet FE Jumlah %


1 Mengkonsumsi FE 31 96,87%
2 Tidak Mengkonsumsi FE 1 3,12%
Jumlah 32 100%

Berdasarkan tabel diatas sebagian besar ibu hamil yang mengkonsumsi tablet FE
sebanyak 96,87% dan ada 1 ibu hamil yang tidak mengkonsumsi tablet FE
Tabel 4.10
DISTRIBUSI IBU HAMIL YANG MENGKONSUMSI YODIUM

No KonsumsiYodium Jumlah %
1 Mengkonsumsi Yodium 22 68,75%
2 Tidak Mengkonsumsi Yodium 10 31,25%
Jumlah 32 100%

Berdasarkan tabel diatas sebagian besar ibu hamil yang mengkonsumsi garam yodium
sebanyak 68,75%.

Tabel 4.11
DISTRIBUSI IBU HAMIL BERDASARKAN P4K

No P4K Jumlah %
1 Ada 24 75%
2 Tidak ada 8 25%
60
Jumlah 32 100%

Berdasarkan tabel diatas sebagian besar ibu hamil yang meliki stiker P4K sebanyak
75%.
Tabel 4.12
DISTRIBUSI IBU HAMIL YANG MEMILIKI CALON PENDONOR DARAH

No Calon Pendonor Darah Jumlah %


1 Ada 21 65,62%
2 Tidak ada 11 34,37%
Jumlah 32 100%
Berdasarkan tabel diatas sebagian besar ibu hamil yang memiliki calon pendonor
sebanyak 65,62%.
Tabel 4. 13
DISTRIBUSI IBU HAMIL DENGAN RIWAYAT PERSALINAN SEBELUMNYA

No Riwayat persalinan sebelumnya Jumlah %


1. Normal 16 84,21%
2. Tidak normal 3 15,78%
Jumlah 19 100%

Berdasarkan tabel diatas sebagian besar ibu hamil yang melakukan persalinan
secara normal sebanyak 84,21%.
Tabel 4. 14
DISTRIBUSI IBU HAMIL DENGAN JARAK DENGAN KEHAMILAN
SEBELUNYA

No Jarak Dengan Kehamilan Jumlah %


Sebelunya
1. > 1 tahun 1 5,26%
2. > 2 tahun 18 94,73%
3. > 10 tahun 0 0%
Jumlah 19 100%

Berdasarkan tabel diatas sebagian besar ibu hamil dengan jarak kehamilan
sebelumnya sebanyak 94,73%.

Tabel 4. 15
DISTRIBUSI IBU HAMIL DENGAN KEHAMILAN KEBERAPA

No Kehamilan Keberapa Jumlah %


1. Pertama 13 40,62%
2. Kedua 8 25%
61
3. Ketiga 5 15,62%
4. Dan selanjutnya 6 18,75%
Jumlah 32 100%

Berdasarkan tabel diatas sebagian besar ibu hamil dengan kehamilan pertama
sebanyak 40,62%.
Tabel 4. 16
DISTRIBUSI IBU HAMIL DENGAN PENYULIT PERSALINAN

No Penyulit persalinan Jumlah %


1. Ada 6 18,75%
2. Tidak ada 15 46,87%
Jumlah 32 100%

Berdasarkan tabel diatas sebagian besar ibu hamil tidak ada yang memiliki penyulit
persalinan sebanyak 46,87%.
Tabel 4. 17
DISTRIBUSI IBU HAMIL DENGAN TEMPAT PERSALINAN

No Tempat persalinan Jumlah %


1. Puskesmas 13 68,42%
2. Rumah sakit 6 31,57%
Jumlah 19 100%

Berdasarkan tabel diatas sebagian besar ibu hamil dengan tempat persalinan di
puskesmas sebanyak 68,42%.
Tabel 4.18
DISTRIBUSI IBU HAMIL BERDASARKAN STATUS IMUNISASI TT

No Status imunisasi TT Jumlah %


1 Imunisasi 14 46,87%
2 Tidak imunisasi 18 53,12%
Jumlah 32 100%
Berdasarkan tabel diatas sebagian besar ibu hamil yang tidak melakukan imunisasi TT
53,12%.
Tabel 4.19
DISTRIBUSI ALASAN IBU HAMIL TIDAK IMUNISASI TT

No Alasan ibu tidak imunisasi Jumlah %


1 Tidak tahu 6 35,29%
2 Tidak mau 0 0%
3 Tidak ada transportasi 0 0%
4 Dll 11 64,70%
Jumlah 17 100%
62
Berdasarkan tabel diatas sebagian besar alasan ibu hamil tidak melakukan imunisasi
TT adalah Dan Lain- lain sebanyak 64,70%.
Tabel 4.20
DISTRIBUSI KEPEMILIKAN BUKU KIA

No Kepemilikan buku KIA Jumlah %


1 Ya 31 96,87%
2 Tidak 1 3,12%
Jumlah 32 100%

Berdasarkan tabel diatas sebagian besar ibu hamil yang memiliki buku KIA sebanyak
96,87%.
Tabel 4.21
DISTRIBUSI IBU HAMIL BERDASARKAN PEMERIKSAAN LAB

No Pemeriksaan Lab Jumlah Jumlah %


yang yang belum
sudah
1 Hb 19 13
2 Golongan Darah 30 2
3 Tes HIV 21 11
4 Malaria 8 24
5 HbsAg 23 9
6 Protein urine 14 18
7 Protein reduksi 7 25
Jumlah

Berdasarkan tabel diatas sebagian besar ibu hamil yang melakukan pemeriksaan lab
seperti Hb sebanyak 19 orang, golda sebanyak 30 orang, tes HIV sebanyak 21 orang,
malaria sebanyak 8, HbsAg sebanyak 23 orang, protein urine sebanyak 14 orang, dan
protein reduksi sebanyak 7 orang.

Tabel 4.22
DISTRIBUSI IBU HAMIL BERDASARKAN PEMERIKSAAN KADAR HB 3
BULAN TERAKHIR

No Kadar Hb 3 bulan terakhir Jumlah %


1 ≤ 7 gr % 0 0%
2 8 – 9 gr % 4 21,05%
3 10 - 11 gr % 9 47,36%
4 > 11 gr % 6 31,57%
Jumlah 19 100%

Berdasarkan tabel diatas sebagian besar ibu hamil berdasarkan pemeriksaan kadar HB
3 bulan terakhir sebanyak 47,36%.
63
V. Data Anak Balita
Tabel 5.1
DISTRIBUSI RIWAYAT IMUNISASI ANAK BALITA DILIHAT DARI KMS
No Riwayat Imunisasi Jumlah %
1 Lengkap 11 91,66%
2 Tidak lengkap 1 8,33%
Jumlah 12 100%

Berdasarkan tabel diatas sebagian besar anak balita yang dilihat dari KMS
sebanyak 91,66 %.
Tabel 5.2
DISTRIBUSI PEMBERIAN ASI EKSLUSIF
No Asi Ekslusif Jumlah %
1 Ya 9 75%
2 Tidak 3 25%
Jumlah 12 100%

Berdasarkan tabel diatas sebagian besar pemberian ASI eksklusif sebanyak 75%.
Tabel 5.3
DISTRIBUSI STATUS GIZI ANAK BALITA DILIHAT DARI KMS
No Status Gizi Balita Jumlah %
1 Buruk 3 25%
2 Kurang 1 8,33%
3 Sedang 1 8,33%
4 Baik 7 58,33%
Jumlah 12 100%

Berdasarkan tabel diatas sebagian besar anak balita yang dilihat dari KMS adalah
gizi baik sebanyak 58,33%.
Tabel 5.4
DISTRIBUSI STATUS STUNTING ANAK BALITA
No Status Stanting Jumlah %
1 Ya 5 41,66%
2 Tidak 7 58,33%
Jumlah 12 100%

Berdasarkan tabel diatas sebagian besar distribusi status anak balita yang tidak
stunting sebanyak 58,33%.

VI. Data Remaja


Tabel 6.1
DISTRIBUSI REMAJA BERDASARKAN JENIS KELAMIN
No Jenis Kelamin Jumlah %
1 Perempuan 5 62,5%
2 Laki-laki 3 37,5%
Jumlah 8 100%

64
Berdasarkan tabel diatas sebagian besar distribusi remaja berdasarkan jenis
kelamin sebanyak 62,5%.
Tabel 6.2
DISTRIBUSI PENGETAHUAN MENGENAI BAHAYA PERILAKU BERESIKO
No Pengetahuan Mengenai Bahaya Jumlah %
Perilaku Beresiko
1 Merokok 8 33,33%
2 Narkoba/psikotropika 8 33,33%
3 Sex bebas 8 33,33%
Jumlah 32 100%

Berdasarkan tabel diatas pengetahuan mengenai bahaya perilaku beresiko sama


saja sebanyak 33,33%.
Tabel 6.3
DISTRIBUSI REMAJA BERDASARKAN SUMBER INFORMASI
No Sumber informasi Jumlah %

1 Media massa 3 37,5%


2 Media eletronik 2 25%
3 Petugas kesehatan 2 25%
4 Teman sebaya 1 12,5%
Jumlah 8 100%

Berdasarkan tabel diatas sebagian besar distribusi remaja berdasarkan sumber


informasi sebanyak 37,5 %.
Table 6.4
DISTRIBUSI REMAJA BERSADARKAN PERILAKU BERESIKO
No Perilaku beresiko Jumlah %
1 Merokok 1 100%
2 Narkoba/psikotropika 0 0%
3 Sex bebas 0 0%
Jumlah 1 100%

Berdasarkan tabel diatas sebagian besar distribusi remaja berdasarkan perilaku


beresiko sebanyak 100%.
Tabel 6.5
DISTRIBUSI REMAJA BERDASARKAN STATUS AQIL BALIQ
No Status AqilBaliq Jumlah %
1 Sudah 7 87,5%
2 Belum 1 12,5%
Jumlah 8 100%

Berdasarkan tabel diatas sebagian besar distribusi remaja berdasarkan status Aqil
Baliq sebanyak 87,5%.
Tabel 6.6
DISTRIBUSI REMAJA BERDASARKAN STATUS GIZI (LILA, BB, TB, HB)
No Status Gizi Jumlah %

65
1 Pernah Periksa 1 87,5%
2 Tidak Pernah Periksa 7 12,5%
Jumlah 8 100%

Berdasarkan tabel diatas sebagian besar distribusi remaja yang tidak pernah periksa
status gizi sebanyak 12,5%.
Tabel 6.7
DISTRIBUSI REMAJA BERDASARKAN PEMBERIAN TABLET TAMBAH
DARAH
No Status Gizi Jumlah %
1 Pernah Diberikan 1 87,5%
2 Tidak Pernah Diberikan 7 12,5%
Jumlah 8 100%

Berdasarkan tabel diatas sebagian besar distribusi remaja yang pernah diberikan
tablet tambah darah sebanyak 87,5%.
Tabel 6.8
DISTRIBUSI REMAJA BERDASARKAN PENGETAHUAN TENTANG KESPRO
No Pengetahuan Tentang Jumlah %
Kespro
1 Ya 7 87,5%
2 Tidak 1 12,5%
Jumlah 8 100%

Berdasarkan tabel diatas sebagian besar distribusi remaja yang mengetahui tentang
kespro sebanyak 87,5%.

Tabel 6.9
KESEDIAAN REMAJA PUTRI MELAKUKAN TEKNIK SADARI
No Kesediaan remaja putri penyuluhan Jumlah %
tekni sadari
1 Bersedia 5 100%
2 Tidak bersedia 0 0%
Jumlah 5 100%

Berdasarkan tabel diatas sebagian besar kesediaan remaja putri melakukan teknik
sadari sebanyak 100%.

VII.Data Kespro
Tabel 7.1
DISTRIBUSI PUS BERDASARKAN KELUHAN KESEHATAN REPRODUKSI
No Masalah Gangguan Jumlah %
Reproduksi
1 Keputihan Berbau 2 13,33%
2 Gatalpada vagina 6 40%
3 Nyerisaat berhubungan sex 3 20%

66
4 Nyeri BAK 4 26,66%
Jumlah 15 100%

Berdasarkan tabel diatas sebagian besar distribusi PUS yang memiliki keluhan
kesehatan reproduksi sebanyak 26,66%.

Tabel 7.2
DISTRIBUSI KELUHAN KESEHATAN REPRODUKSI PUS BERDASARKAN
KESADARAN BEROBAT
No Masalah Gangguan Sudah Belum Jumlah %
Reproduksi Berobat Berobat
N % N %
1 Keputihan Berbau 0 2 2 13,33%
2 Gatal pada vagina 1 5 6 40%
3 Nyeri saat berhubungan sex 0 3 3 20%
4 Nyeri BAK 0 4 4 26,66%
Jumlah 1 14 15 100%

Berdasarkan tabel diatas sebagian besar distribusi keluhan kesehatan reproduksi


PUS yang memiliki kesadaran untuk berobat sebanyak 26,66%.
Tabel 7.3
DISTRIBUSI KELUHAN KESEHATAN REPRODUKSI PUS BERDASARKAN
TEMPAT BEROBAT
No Tempat berobat Jumlah %
1 Faskes 0 0%
2 Non Faskes 1 100%
Jumlah 1 100%

Berdasarkan tabel diatas sebagian besar distribusi keluhan kesehatan reproduksi


PUS berdasarkan tempat berobat sebanyak 100%.
Tabel 7.4
DISTRIBUSI PUS BERDASARKAN GANGGUAN KESEHATAN REPRODUKSI
No Masalah Gangguan Jumlah %
Reproduksi
1 Ca Payudara 0 0%
2 Ca Serviks 0 0%
3 HIV/AIDS 0 0%
Jumlah 0 0%

Berdasarkan tabel diatas tidak ada PUS yang memiliki gangguan kesehatan
reproduksi.
Tabel 7.5
DISTRIBUSI MASALAH KESEHATAN REPRODUKSI PUS BERDASARKAN
KESADARAN BEROBAT
No Masalah Gangguan Sudah Belum Jumlah %
Reproduksi Berobat Berobat
N % N %
1 Ca Payudara 0 0 0 0%
2 Ca Serviks 0 0 0 0%

67
3 HIV/AIDS 0 0 0 0%
Jumlah 0 0 0 0%

Berdasarkan tabel diatas PUS tidak ada yang memiliki masalah kesehatan
reproduksi.

Tabel 7.6
DISTRIBUSI MASALAH KESEHATAN REPRODUKSI PUS BERDASARKAN
TEMPAT BEROBAT
No Tempat berobat Jumlah %
1 Faskes 0 0%
2 Non Faskes 0 0%
Jumlah 0 0%

Berdasarkan tabel diatas PUS tidak ada yang memiliki masalah kesehatan
reproduksi.
Tabel 7.7
DISTRIBUSI PENDUDUK BERDASARKAN WUS
No Kategori Jumlah %
1 WUS 41 85,41%
2 BWUS 7 14,58%
Jumlah 48 100%

Berdasarkan tabel diatas sebagian besar distribusi penduduk berdasarkan WUS


sebanyak 85,41%.

Tabel 7.8
DISTRIBUSI PENGETAHUAN WUS TENTANG CA PAYUDARA
No Pengetahuan Capayudara Jumlah %
1 Tahu 29 70,73%
2 Tidak tahu 12 29,26%
Jumlah 41 100%

Berdasarkan tabel diatas sebagian besar distribusi pengetahuan WUS tentang CA


Payudara sebanyak 70,73 %.

Tabel 7.9
DISTRIBUSI PENGETAHUAN WUS TENTANG CA PAYUDARA
BERDASARKAN SUMBER INFORMASI
No Sumber informasi Jumlah %
1 Media massa 2 6,89%
2 Media elektronik 6 20,68%
3 Petugas Kesehatan 21 72,41%
Jumlah 29 100%

Berdasarkan tabel diatas sebagian besar distribusi pengetahuan WUS tentang CA


Payudara berdasarkan sumber informasi sebanyak 72,41%.
Tabel 7.10

68
DISTRIBUSI WUS PERNAH MELAKUKAN TEKNIK SADARI DALAM 6
BULAN TERAKHIR
No Teknik sadari Jumlah %
1 Pernah 22 53,65%
2 Tidak Pernah 19 46,34%
Jumlah 41 100%

Berdasarkan tabel diatas sebagian besar distribusi WUS yang pernah melakukan
teknik sadari sebanyak 53,65 %.
Tabel 7.11
DISTRIBUSI ALASAN WUS TIDAK PERNAH MELAKUKAN TEKNIK SADARI
No Alasan tidak Teknik sadari Jumlah %
1 Tidak tahu 19 100%
2 Tidak mau 0 0%
Jumlah 19 100%

Berdasarkan tabel diatas sebagian besar distribusi alasan WUS yang tidak pernah
melakukan teknik sadari sebanyak 100 %.

Tabel 7.12
DISTRIBUSI KESEDIAAN WUS JIKA DIADAKAN PENYULUHAN TEKNIK
SADARI
No Kesediaan WUS penyuluhan teknik Jumlah %
sadari
1 Bersedia 41 100%
2 Tidak Bersedia 0 0
Jumlah 41 100%

Berdasarkan tabel diatas sebagian besar distribusi WUS yang bersedia jika
diadakan penyuluhan tentang teknik sadari sebanyak 100 %.
Tabel 7.13
DISTRIBUSI PENGETAHUAN WUS TENTANG CA CERVIKS
No Pengetahuan WUS Jumlah %
1 Tahu 20 48,78%
2 Tidak tahu 21 51,21%
Jumlah 41 100%

Berdasarkan tabel diatas sebagian besar distribusi WUS yang tidak tahu tentang
CA Cerviks sebanyak 51,21 %.
Tabel 7.14
DISTRIBUSI PENGETAHUAN WUS TENTANG CA CERVIKS BERDASARKAN
SUMBER INFORMASI
No Sumberin formasi Jumlah %
1 Media massa 3 15%
2 Media elektronik 0 0%
3 Petugas kesehatan 17 85%
Jumlah 20 100%

69
Berdasarkan tabel diatas sebagian besar distribusi WUS tentang CA Cerviks
berdasarkan sumber informasi sebanyak 85 %.
Tabel 7.15
DISTRIBUSI PEMERIKSAANWUS MELAKUKAN PAP SMEAR 6 BULAN
TERAKHIR
No Kesadaran WUS Pap Smear Jumlah %
1 Pernah 0 0%
2 Tidak pernah 41 100%
Jumlah 41 100%
Berdasarkan tabel diatas sebagian besar distribusi WUS yang tidak pernah
melakukan PAP SMEAR sebanyak 100 %.

Tabel 7.16
DISTRIBUSI PEMERIKSAAN WUS MELAKUKAN IVA TEST 6 BULAN
TERAKHIR
No Kesadaran WUS IVA test Jumlah %
1 Pernah 0 0%
2 Tidak pernah 41 100%
Jumlah 41 100%

Berdasarkan tabel diatas sebagian besar distribusi WUS yang tidak pernah
melakukan IVA TEST sebanyak 100 %.
Tabel 7.17
DISTRIBUSI ALASAN WUS TIDAK PERNAH PAP SMEAR
No AlasanWUS tidak screening Jumlah %
1 Malu 5 12,19%
2 Takut 3 7,31%
3 Tidak tahu 33 80,48%
Jumlah 41 100%

Berdasarkan tabel diatas sebagian besar distribusi alasan WUS yang tidak pernah
melakukan PAP SMEAR sebanyak 80,48 %.
Tabel 7.18
DISTRIBUSI ALASAN WUS TIDAK PERNAH IVA TEST
No Alasan WUS tidak screening Jumlah %
1 Malu 6 14,63%
2 Takut 3 7,31%
3 Tidak tahu 32 78,04%
Jumlah 41 100%

Berdasarkan tabel diatas sebagian besar distribusi alasan WUS yang tidak pernah
melakukan IVA TEST sebanyak 78,04 %.
Tabel 7.19
DISTRIBUSI KEINGINAN WUS JIKA DIADAKAN PEMERIKSAAN
PAPSMEAR/IVA TEST GRATIS
No Kesadaran WUS Jumlah %
1 Bersedia 33 80,48%
2 Tidak bersedia 8 19,51%
Jumlah 41 100%

70
Berdasarkan tabel diatas sebagian besar distribusi WUS yang bersedia jika diadakan
pemeriksaan PAP SMEAR/IVA TEST sebanyak 80,48 %.

VIII. Lansia
Tabel 8.1
DISTRIBUSI KEAKTIFAN MENOPAUSE DALAM POSYANDU LANSIA
No Posyandu lansia Jumlah %
1 Ikut 0 0%
2 Tidak ikut 21 100%
Jumlah 21 100%

Berdasarkan tabel diatas sebagian besar distribusi keaktifan menopause dalam


tidak ikut posyandu lansia sebanyak 100%.
Tabel 8.2
DISTRIBUSI ALASAN LANSIA TIDAK AKTIF DI POSYANDU LANSIA
No Alasan lansia Jumlah %
1 Tidak mau 0 0%
2 Tidak ada posyandu 21 100%
3 Lain-lain 0 0%
Jumlah 21 100%

Berdasarkan tabel diatas sebagian besar distribusi alasan lansia tidak aktif dalam
posyandu lansia sebanyak 100%.

IX. Keseling
Tabel 9.1
DISTRIBUSI KESEHATAN LINGKUNGAN
Kepemilikan
SPAL Pengadaan Air Bersih Ventilasi
Jamban
Tdk Terbu Tertut Kuran Pembuangan
Punya PAM BOR Dll Baik
punya ka up g Sampah
N % N % N % N % N % N % N % N % N % N %
Kubur 0 0%
15,
Bakar 5 62
9 3 6 3 9 %
6, 6 6, 3,
3, 1, 5, 1, 6, 59,
3 2 1 2 1 2 2, 2 3 1
7 2 2 6 2 2 8 1 TPA 19 37
0 5 1 1 0 0 5 5 1 2
5 5 2 5 7 %
% % % %
% % % % % 25
Sungai 8
%
Dll 0 0%
32 32 32 32 32
100% 100% 100% 100% 100%

Berdasarkan tabel diatas ditribusi kepemilikan jamban yang punya sebanyak


93,75%, SPAL tertutup sebanyak 65,6%. Pengadaan air bersih BOR sebanyak 62,5%,
71
ventilasi yang baik sebanyak 96,87% dan pembuangan sampah adalah TPA sebanyak
59,37%.

BAB IV

PEMBAHASAN

Kegiatan PKL ( Praktek Kerja Lapangan ) Kebidanan Komunitas yang dilakukan


oleh mahasiswa AKBID Harapan Bunda Bima di 6 Puskesmas di Kota Bima, Nusa
Tenggara Barat didapatkan pembahasan yang mencakup tentang :

A. Pengkajian
Mahasiswa Praktek Kerja Lapangan ( PKL ) AKBID Harapan Bunda Bima telah
mengidentifikasi wilayah setempat (daerah binaan) dan segala sumber daya yang ada
di 6 Puskesmas di Kota Bima Nusa Tenggara Barat. Adapun hal-hal yang di
identifikasi meliputi : struktur dan sifat keluarga, faktor ekonomi, sosial dan budaya,
faktor rumah dan lingkungan, dan riwayat kesehatan keluarga.
Hal ini sejalan dengan teori di kemukakan oleh Meilani (2009) yang menyatakan
bahwa dalam mengidentifikasi wilayah binaan terdiri dari data subjektif dan objektif.
Data subjektif meliputi: identifikasi dari suatu keluarga, keadaan suatu keluarga,
pandangan keluarga terhadap kesehatan, kemana anggota meminta pertolongan bila
sakit, kemana ibu memeriksakan kehamilan bila sakit, kemana ibu memeriksakan
kehamilannya, dan kemana ibu meminta pertolongan bila bersalin, apakah anggota
keluarga dapat imunisasi, penyakit-penyakit apa saja yang pernah di derita keluarga,
adat kebiasaan keluarga terhadap ibu hamil dan anak yang dilahirkan. Sedangkan data

72
objektif meliputi : data Desa (Wilayah Desa, penduduk, status keluarga, sosial
ekonomi), beserta data keluarga. Hal ini menunjukkan bahwa tidak ada kesenjangan
antara teori dengan praktek yang dilakukan.
B. Interpretasi Data
Berdasarkan hasil identifikasi yang dilakukan maka dapat di analisa data-data yang
terkumpul dan mencari kaitan satu dengan lainnya sehingga di temukan berbagai
masalah kesehatan. Melalui proses analisis ini dapat ditemukan masalah di berbagai
kelurahan di Kota Bima meliputi : Ibu hamil dengan KEK (Kekurangan Energi
Kronik), ibu hamil dengan anemia, ibu hamil dengan riwayat LMR (Locus Menorus
Resisten), ibu hamil dengan penyakit penyerta, ibu hamil yang belum pernah
imunisasi TT, ibu hamil yang tidak mengkonsumsi tablet Fe, ibu hamil yang tidak
mengkonsumsi garam yodium, usia ibu hamil yang beresiko, ibu hamil yang belum
mendapat P4K, ibu hamil yang belum ada calon pendonor, ibu hamil yang belum
mempunyai jaminan kesehatan, balita yang gizi buruk, kurang, dan sedang dan balita
yang stunting.
Hal ini sejalan dengan Syafrudin dan Hamdin (2009) yang menyatakan seluruh
data yang dikumpulkan yang relevan di gunakan sebagai bahan untuk analisis. Tujuan
analisis adalah menggunakan data-data yang terkumpul dan mencari kaitan angka
dengan yang lainnya sehingga di temukan berbagai masalah. melalui proses analisis
dapat ditemukan tentang : Hubungan antara penyakit dan status kesehatan dan
lingkungan keadaan sosial budaya (perilaku), masalah-masalah kesehatan (termasuk
penyakit) ibu dan anak balita masalah kesehatan ibu dan anak serta penyebab, fakor-
faktor pendukung dan penghambat bila upaya kesehatan ibu, anak, dan balita serta KB
dilakukan. Hal ini menunjukkan bahwa tidak ada kesenjangan antara teori dengan
praktek.
C. Merumuskan Masalah
Berbagai masalah yang telah di analisis dapat dirumuskan masalah kesehatan di
komunitas. Masalah kesehatan di 6 Puskesmas di Kota Bima Nusa Tenggara Barat
Tabel 4.1 Rencana Masalah

N Masalah Resiko Sasaran Rencana Waktu


o Pemecahan
Masalah

1 Ibu hamil Resiko pada ibu Ibu 1. Menganjurkan 09 Februari


dengan KEK Hamil pada ibu untuk 2021 s/d 17
73
hamil: mengkonsumsi Februari 2021
1. Preeklampsia makanan yang
2. Perdarahan mengandung zat
pervaginam besi dari bahan
3. Hipertensi makanan hewani
4. Diabetes (daging, ikan,
gestasional ayam, hati, telur)
5. Ketuban dan bahan
pecah dini makanan nabati
Resiko pada (sayur berwarna
janin: hijau, kacang-
1. Pertumbuhan
kacangan, dan
janin tidak
tempe)
maksimal
2. Meningkatkan
pengetahuan
tentang gizi pada
ibu hamil yang
mengalami KEK
melalui
pemberian KIE,
memberikan
pelayanan gizi
dan pelayanan
KIA pada ibu
hamil resiko
KEK dan
Pemberian
Makanan
Tambahan (PMT)

2 Ibu hamil Resiko pada ibu: Ibu 1. Minum tablet Fe 09 Februari


dengan Anemia 1. Perdarahan hamil 2. Istirahat yang 2021 s/d 17
2. Preeklampsia cukup dengan Februari 2021
3. Infeksi tidur siang ±3-4
resiko pada jam
janin: 3. Tidur malam ±6-
1. Berat Bayi
8 jam
Lahir
4. Makan-makanan
Rendah
yang
2. Lahir
mengandung zat
prematur
besi seperti buah-
buahan dan
sayur-sayuran

74
3 Ibu dengan Robekan rahim Ibu 1. Memberikan KIE 09 Februari
Riwayat LMR atau ruptur uteri, hamil untuk 2021 s/d 17
(Locus Menorus keguguran dan merencanakan Februari 2021
Resisten) perdarahan
tempat persalinan
di Rumah Sakit
2. KIE ibu untuk
mengatur jarak
kehamilan
dengan
menggunakan
KB

4 Ibu hamil 1. Resiko Ibu 1. Penyesaian paru- 09 Februari


dengan penyakit penyakit hamil paru: 2021 s/d 17
penyerta paru-paru a. Menerapkan Februari 2021
adalah: pola hidup
Pada ibu: sehat setiap
Abortus hari
Pada janin: b. Menganjurka
 Kelahira n ibu untuk
n mengkonsum
prematur si makanan
 Ganggua yang bergizi
n c. Menganjurka
pertumb n ibu untuk
uhan istirahat yang
janin cukup
 BBLR 2. Penyelesaian
2. Resiko HbsAg;
HbsAg a. KIE tentang
Pada ibu: pola makan
 Diabetes b. Menghindari
gestasio paparan sinar
nal matahari yang
 KPD berlebihan
(Ketuba c. KIE tentang
n Pecah pola hidup
Dini) sehat seperti
 Perdarah menggunakan
an berat handuk,
pada piring, gelas,
akhir dll secara
kehamila pribadi agar
n virusnya tidak
75
 Persalina menular pada
n keluarga
prematur d. Usahakan
Pada janin: menutup
 Kelainan hidung dan
antomi mulut saat
tubuh bersin
janin e. KIE tentang
penggunaan
masker saat
keluar rumah
dan cuci
tangan
sebelum dan
sesudah
melakukan
aktivitas
f. Sering
melakukan
konsultasi
dengan
petugas
kesehatan
baik Bidan
maupun
Dokter

5 Ibu hamil yang 1. Dapat Ibu 1. Memberikan 09 Februari


belum imunisasi menyebabka hamil edukasi 2021 s/d 17
TT (Tetanus n penyakit tentang Februari 2021
Toxoid)
Tetanus pentingnya
Neonaturum imunisasi TT
yang 2. Memfasilitasi
menyerang pada ibu
pada bayi untuk
baru lahir imunisasi TT
dan lengkap pada
menyebabka ibu
n
kemungkinan
tetanus
apabila ibu
tersebut

76
terluka
2. Pada
sebagian
bayi yang
mengalami
Tetanus
Neonaturum
dapat
mengalami
kematian

6 Ibu hamil yang Pada ibu: Ibu 1. Memberikan 09 Februari


Tidak 1. Anemia hamil tablet Fe pada ibu 2021 s/d 17
Mengkonsunsi 2. Depresi hamil secara rutin Februari 2021
Tablet Fe Pospartum 2. Memberikan KIE
Pada janin: tentang betapa
1. Kelahiran pentingnya
prematur mengkonsumsi
2. BBLR tablet Fe pada ibu
hamil

7 Ibu hamil Tidak Pada ibu: Ibu 1. Memberikan KIE 09 Februari


Mengkonsumsi 1. Keguguran hamil pada ibu hamil 2021 s/d 17
Garam Yodium Pada janin: untuk Februari 2021
1. Hipotiroid mengkonsumsi
kongenital garam beryodium
pada anak untuk mencegah
2. Kelahiran terjadinya
prematur gondok dan untuk
3. Janin pertumbuhan
meninggal bayi dalam
dalam kandungan
kandungan 2. Memberikan
4. Kretinisme garam yodium
pada anak pada ibu
dapat
menyebabka
n gangguan
tumbuh
kembang
seperti otot
yang tegang
5. Stunting
6. Gangguan
cara berjalan
77
7. Tuli

8 Usia ibu hamil Pada ibu: Ibu 1. Penyuluhan 09 Februari


yang beresiko 1. Preeklamsia hamil tentang kespro 2021 s/d 17
2. KEK pada WUS Februari 2021
3. Anemia (Wanita Usia
4. Perdarahan Subur) untuk
5. Abortus mencegah
Pada bayi: kehamilan resiko
1. BBLR tinggi yang
2. Still Birth disebabkan oleh
(kelahiran 4T (Terlalu
kematian) muda, Terlalu
3. Sindrom dekat, Terlalu
kelainan sering, Terlalu
kromosom tua) sebagai
upaya untuk
meningkatkan
kesehatan
perempuan
2. Penyuluhan
tentang KB
(Keluarga
Berencana)

9 Ibu hamil yang Pada ibu: Ibu 1. Memberikan 09 Februari


belum dapat 1. Perdarahan hamil informasi 2021 s/d 17
P4K 2. Persalinan mengenai P4K Februari 2021
macet 2. Mengambil stiker
Pada bayi: P4K pada Bidan
1. BBLR 3. Memasang stiker
2. Asfiksia depan rumah ibu

10 Ibu hamil yang Dapat Ibu 1. Memberikan KIE 09 Februari


belum ada calon berpotensi hamil tentang 2021 s/d 17
pendonor mengalami pentingnya Februari 2021
resiko yang
persiapan
mengancam
keselamatan pendonor
jiwanya serta 2. Menyiapkan 4
janin yang orang pendonor
dikandungnya bagi setiap ibu
apabila ibu hamil
mengalami
perdarahan

11 Ibu hamil yang Ibu yang tidak Ibu Segera 09 Februari


78
belum mempunyai hamil menindaklanjuti 2021 s/d 17
mempunyai jaminan agar ibu tercatat Februari 2021
BPJS (Badan kesehatan akan sebagai anggota
Penyelenggara mengalami yang memilki
Jaminan Sosial) kesulitan biaya jaminan
ketika kesehatan (BPJS
melakukan non PBI/BPJS
pemeriksaan PBI )
kehamilan
sampai proses
persalinan

12 Balita gizi 1. Infeksi Balita 1. Pemberian 09 Februari


buruk, kurang kronis Makanan 2021 s/d 17
dan sedang 2. Kematian Tambahan (PMT) Februari 2021
2. KIE tentang
penyajian menu
gizi seimbang
pada balita
3. KIE tentang
pemantauan
tumbuh kembang
balita secara
teratur melalui
kegiatan
Posyandu

13 Balita stuntung 1. Tingkat Balita 1. Melakukan 09 Februari


kognitif penyuluhan pada 2021 s/d 17
rendah ibu hamil untuk Februari 2021
2. Gangguan memenuhi
pertumbuhan asupan gizi sejak
kurang hamil
sempurna 2. Memberi ASI
3. Kurangnya Ekslusif sampai
produktifitas bayi usia 6 bulan,
pada saat dan dampingi
produktifitas ASI Ekslusif
4. Kenaikan dengan MPASI
berat badan sehat untuk
yang cepat, mencagah
beresiko stunting pada
tinggi anak
terhadap 3. Memantau
penyakit tumbuh kembang
kronis, anak dengan
79
seperti buku KIA untuk
obesitas, memastikan
hipertensi bahwa anak
dan diabetes masih memasuki
kategori stunting
atau tidak
4. Pemberian
Makanan
Tambahan (PMT)

Menurut Hermawan (2008) setelah dapat di analisa selanjutnya dirumuskan


masalah kesehatan. Rumusan masalah kesehatan dapat menggambarkan keadaan
kesehatan dan status kesehatan, karena merupakan hasil dari pemikiran dan
pertimbangan yang mendalam tentang situasi kesehatan, lingkungan, norma, nilai
kultur yang di anut oleh keluarga tesebut. Dalam menyusun masalah kesehatan,
seorang Bidan harus selalu mengacu pada metode USG (Urgenchy Seriousness
Groud).

D. Menentukan Prioritas Masalah


Prioritas masalah diurutkan berdasarkan skoring tertinggi sampai dengan terendah
yaitu :
Tabel 4.2
Prioritas Masalah

No Masalah U S G Total

1. Ibu dengan Anemia 5 5 5 15

2. Ibu dengan KEK 5 5 5 15

Ibu dengan riwayat


3. 5 5 4 14
LMR

Ibu dengan Penyakit


4. 5 5 4 14
Penyerta

80
Ibu hamil yang
5. 4 5 4 13
belum imunisasi TT

Ibu hamil yang tidak


6. mengkonsumsi tablet 4 5 4 13
Fe

Ibu hamil yang tidak


7. mengkonsumsi 4 4 4 12
garam yodium

Usia ibu hamil yang


8. 4 5 3 12
Beresiko

Ibu Hamil yang


9. 4 4 3 11
belum dapat P4K

Ibu Hamil yang


10. belum ada calon 3 4 3 11
Pendonor Darah

Ibu hamil yang


11. belum mempunyai 4 3 3 10
Jaminan Kesehatan

Balita yang gizi


12. buruk, kurang dan 3 3 3 9
sedang

13. Balita stunting 3 3 3 9

Berdasarkan hasil skoring dapat disusun prioritas masalah sebagai berikut :


1. Ibu hamil dengan KEK
2. Ibu hamil dengan Anemia
3. Ibu hamil dengan riwayat LMR (Locus Menerus Resistensi)
4. Ibu hamil dengan penyakit penyerta
5. Ibu hamil yang belum imunisasi TT
6. Ibu hamil dengan tidak mengkonsumsi tablet Fe
7. Ibu hamil yang tidak mengkonsumsi garam beryodium
8. Usia ibu hamil yang beresiko tinggi
9. Ibu hamil yang belum mendapat P4K
10. Ibu hamil yang belum ada calon pendonor darah
11. Ibu hamil yang belum mempunyai jaminan kesehatan
12. Balita dengan gizi buruk, kurang, dan sedang
13. Balita dengan Stunting

81
Menurut Meilani (2009), prioritas masalah merupakan langkah selanjutnya
setelah masalah ditemukan dan ditentukan bersama masyarakat dengan tenaga
kesehatan yaitu Bidan. Prioritas disusun karena tidak memungkinkannya
menyelesaikan masalah yang ada dalam komunitas secara bersama-sama. Oleh karena
itu prioritas disusun untuk menentukan tingkatan permasalahan agar peenyelesaian
lebih terfokus dan sesuai sasaran serta harapan. Hal ini menunjukkan tidak ada
kesenjangan antara teori dengan praktek.

E. Fishbone Masalah
FISH BONE KEK

Metode
Manusia
Kurangnya
pengetahuan ibu
Kurangnya
tentang KEK
pengetahuan tentang
makanan yang bergizi

KEK

Kurangnya ekonomi

Sarana Dana Lingkungan

Berdasarkan penentuan penyebab masalah dengan menggunakan metode fish bone, maka
penyebab dari KEK pada ibu hamil adalah karen kurangnya pengetahuan tentang KEK dan
makanan yang bergizi.

FISH BONE ANEMIA

Manusia Kurang mengkonsumsi Metode


makanan yang
mengandung zat besi

Tidak rutin 82
minum tablet Fe
kurangnya
pengetahuan tentang
anemia

ANEMIA

Sarana Dana Lingkungan

Berdasarkan penentuan penyebab masalah dengan menggunakan metode fish bone, maka
penyebab dari anemia pada ibu hamil adalah karena kurangnya pengetahuan tentang
anemia, tidak rutin minum tablet Fe, dan kurang mengkonsumsi makanan yang
mengandung zat besi.

FISH BONE RIWAYAT LMR

Manusia Metode

Trauma lahir normal


Janin letak sungsang karena keracunan air
ketuban

RIWAYAT
LMR

Sarana Dana Lingkungan


Berdasarkan penentuan penyebab masalah dengan menggunakan metode fish bone, maka
penyebab dari LMR pada ibu hamil adalah Trauma lahir normal karena keracunan air
ketuban, Janin letak sungsang.

FISH BONE PENYAKIT PENYERTA


83
Manusia Metode

Faktor
keturunan

PENYAKIT
PENYERTA

Sarana Dana Lingkungan

Berdasarkan penentuan penyebab masalah dengan menggunakan metode fish bone, maka
penyebab dari penyakit penyerta pada ibu hamil adalah faktor keturunan.

FISH BONE IMUNISASI TT

Manusia Metode

Belum kontak
Tidak tersedia vaksin dengan nakes
TT

IMUNISASI
TT

Sarana Dana
Lingkungan
Berdasarkan penentuan penyebab masalah dengan menggunakan metode fish bone,
maka penyebab ibu hamil tidak melakukan imunisasi TT adalah Tidak tersedia vaksin TT,
Belum kontak dengan nakes.
FISH BONE TABLET FE

84
Manusia Metode

Kurangnya Ibu merasa mual


pengetahuan
tentang manfaat
mengkonsumsi Usia kehamilan
tablet Fe masih muda

TABLET
FE

Sarana Dana Lingkungan

Berdasarkan penentuan penyebab masalah dengan menggunakan metode fish bone, maka
penyebab dari ibu hamil tidak mengkonsumsi tablet FE adalah karena kurangnya
pengetahuan tentang manfaat mengkonsumsi tablet Fe, merasa mual, dan usia kehamilan
masih muda.

FISH BONE GARAM YODIUM

Manusia Metode
Tidak mengetahui
manfaat garam
yodium

Sudah terbiasa
dengan garam biasa

GARAM
YODIUM
Belum tersedia
garam yodium di
faskes

Sarana Dana Lingkungan


Berdasarkan penentuan penyebab masalah dengan menggunakan metode fish bone, maka
penyebab dari pada ibu hamil yang tidak mengkonsumsi garam yodium hamil adalah
karena tidak mengetahui manfaat garam yodium, sudah terbiasa dengan garam biasa dan
belum tersedia garam yodium di faskes.

85
FISH BONE USIA IBU HAMIL YANG BERESIKO

Manusia Metode

Kebobolan

Kurang pengetahuan Tidak ber KB

USIA IBU
HAMIL
BERESIKO

Sarana Dana Lingkungan

Berdasarkan penentuan penyebab masalah dengan menggunakan metode fish bone, maka
penyebab dari usia ibu hamil beresiko adalah karena kurangnya pengetahuan, tidak ber
KB dan kebobolan.

FISH BONE P4K

Manusia Metode

Belum tersedia buku


KIA

P4K

Sarana Dana Lingkungan

Berdasarkan penentuan penyebab masalah dengan menggunakan metode fish bone, maka
penyebab dari ibu hamil yang tidak memiliki P4K adalah karena belum tersedia buku KIA.

FISH BONE BELUM ADA CALON PENDONOR

86
Manusia Metode

Belum
menemukan Belum tau
pendonor dengan golongan darah
golda yang sama

BELUM ADA
CALON
PENDONOR

Sarana Dana Lingkungan


Berdasarkan penentuan penyebab masalah dengan menggunakan metode fish bone, maka
penyebab dari ibu hamil yang belum ada calon pendonornya adalah karen belum
menemukan pendonor dengan golongan darah yang sama, belum tau golongan darah.

FISH BONE BELUM MEMPUNYAI JAMINAN KESEHATAN

Manusia Metode
Tidak mempunyai
waktu luang untuk ke
kantor BPJS
BELUM
MEMPUNYAI
JAMINAN
KESEHATAN

Sarana Dana Lingkungan

Berdasarkan penentuan penyebab masalah dengan menggunakan metode fish bone, maka
penyebab pada ibu hamil yang tidak mempunyai jaminan kesehatan adalah karena tidak
mempunyai waktu luang untuk ke kantor BPJS.

FISH BONE BALITA GIZI BURUK, KURANG DAN SEDANG

87
Manusia Metode

Kurangnya
pengetahuan tentang
Tidak ASI ekslusif gizi pada balita

BALITA
GIZI
BURUK,
KURANG
,SEDANG

Sarana Dana Lingkungan

Berdasarkan penentuan penyebab masalah dengan menggunakan metode fish bone, maka
penyebab dari balita gizi buruk, kurang, sedang adalah karena kurangnya pengetahuan
tentang gizi pada balita dan tidak ASI Ekslusif.

FISH BONE BALITA STUNTING

Manusia Metode
Kurangnya pengetahuan
Tidak memberikan ibu tentang makanan dan
ASI ekslusif minuman yang bergizi

BALITA
STUNTING

Sarana Dana Lingkungan

Berdasarkan penentuan penyebab masalah dengan menggunakan metode fish bone, maka
penyebab dari balita stanting adalah karena kuragnya pengetahuan ibu tentang makanan
dan minuman yang bergizi dan tidak memberikan ASI Ekslusif.

88
F. Perencanaan
Berbagai masalah yang ditemukan di masyarakat akan disusun perencanaan untuk
mengatasi masalah-masalah kesehatan tersebut. perencanaan yang di susun oleh
mahasiswa AKBID Harapan Bunda Bima dengan waktu dan kegiatan yang di
sesuaikan dengan kebutuhan serta keadaan masyarakat setempat.
Langkah keenam ini merupakan tindakan perencanaan yang menyeluruh berdasarkan
data-data yang diperoleh pada langkah-langkah sebelumnya. Tahap ini merupakan
kelanjutan dari manajemen kebidanan komunitas diberbagai kelurahan di Kota Bima,
AKBID Harapan Bunda Bima dalam menangani permasalahan yang timbul di berbagai
kelurahan di Kota Bima.
Perencanaan pemecahan masalah dilakukan atas kerja sama dengan masyarakat
sehingga di temukan beberapa pemecahan masalah yang bisa dilakukan oleh
Mahasiswa AKBID Harapan Bunda Bima. Adapun beberapa alternatif pemecahan
masalah tersebut adalah :
1. Adanya ibu hamil yang mengalami KEK, alternatif pemecahan masalah yang
direncanakan adalah menganjurkan pada ibu untuk mengkonsumsi makanan yang
mengandung zat besi dari bahan makanan hewani (daging, ikan, ayam, hati, dan
telur), bahan makanan nabati (sayuran berwarna hujau, kacang-kacangan dan
tempe). Dan meningkatkan pengetahuan tentang gizi pada ibu hamil dengan KEK
melalui pemberian KIE, memberikan pelayanan gizi dan KIA .
2. Adanya ibu hamil yang mengalami anemia, alternatif pemecahan masalah yang
direncanakan adalah menganjurkan ibu untuk minum tablet Fe, istrahat yang cukup
dengan tidur siang 3-4 jam, tidur malam 6-8 jam serta makan-makanan yang
mengandung zat besi seperti buah-buahan, sayur-sayuran dan lain-lain.
3. Adanya ibu hamil yang memiliki riwayat LMR, alternatif pemecahan masalah
yang direncanakan adalah memberikan KIE untuk merencanakan tempat persalinan
di Rumah Sakit dan KIE ibu untuk mengatur jarak kehamilan dengan
menggunakan KB
4. Adanya ibu hamil yang memiliki penyakit penyerta, alternatif pemecahan masalah
yang direncanakan adalah Pada penderita penyakit paru-paru diteraapkan pola
hidup sehat setiap hari, menganjurkan ibu untuk mengkonsumsi makanan yang
bergizi, dan istirahat yang cukup. Sedangkan pada penderita penyakit HbsAg dapat
diberikan KIE tentang pola makan, menghindari paparan sinar matahari yang
berlebihan, KIE tentang pola hidup sehat.
89
5. Adanya ibu hamil yang belum imunisasi TT, alternatif pemecahan masalah yang
direncanakan adalah memberikan edukasi tentang pentingnya imunisasi TT,
memfasilitasi ibu untuk imunisasi TT Lengkap
6. Adanya ibu hamil yang tidak mengkonsumsi tablet Fe, alternatif pemecahan
masalah yang direncanakan adalah memberikan tablet Fe pada ibu hamil secara
rutin, memberikan KIE betapa pentingnya mengkonsumsi tablet Fe pada ibu hamil
7. Adanya ibu hamil yang tidak mengkonsumsi garam beryodium, alternatif
pemecahan masalah yang direncanakan adalah memberikan KIE pada ibu hamil
untuk mengkonsumsi garam beryodium, dan memberikan garam yodium pada ibu.
8. Usia ibu hamil dengan resiko tinggi, alternatif pemecahan masalah yang
direncanakan adalah melakukan penyuluhan tentang kespro pada WUS (Wanita
Usia Subur) untuk mencegah kehamilan resiko tinggi yang disebabkan oleh 4T
(Terlalu Muda, Terlalu Dekat, Terlalu Sering, Terlalu Tua) sebagai upaya untuk
meningkatkan kesehatan perempuan, dan penyuluhan tentang Keluarga Berencana.
9. Adanya ibu hamil yang belum mendapat P4K, alternatif pemecahan masalah yang
direncanakan adalah memberikan informasi tentang P4K pada ibu, mengambil
stiker P4K pada bidan, dan memasang stiker P4K di depan rumah ibu.
10. Adanya Ibu hamil yang belum ada calon pendonor darah, alternatif pemecahan
masalah adalah memberikan KIE tentang pentingnya persiapan pendonor,
membantu menyiapkan 4 orang pendonor bagi setiap ibu hamil.
11. Adanya Ibu hamil yang belum mempunyai jaminan kesehatan alternatif pemecahan
masalah adalah dengan segera menindaklanjuti agar ibu tercatat sebagai anggota
yang memiliki jaminan kesehatan (BPJS non PBI/BPJS PBI).
12. Adanya Balita dengan gizi buruk, kurang, dan sedang, alternatif pemecahan
masalah adalah pemberian makanan tambahan, KIE tentangpenyajian menu gizi
seimbang pada Balita, dan KIE tentang tumbuh kembang Balita secara teratur
melalui kegiatan Posyandu.
13. Adanya Balita dengan Stunting, alternatif pemecahan masalah adalah
Menganjurkan ibu untuk memberi ASI Ekslusif sampai bayi usia 6 bulan
didampingi dengan MPASI sehat untuk mencegah stunting pada anak, memantau
tumbuh kembang anak dengan buku KIA untuk memastikan bahwa anak masih
memasuki kategori stunting atau tidak, dan Pemberian Makanan Tambahan (PMT).
G. Pelaksanaan

90
Tahap pelaksanaan ini merupakan realisasi dari rencana pemecahan prioritas
masalah, dalam hal ini Mahasiswa AKBID Harapan Bunda Bima melaksanakan
beberapa kegiatan di antaranya Melakukan pemeriksaan , pembagian makanan
tambahan, dan penyuluhan tentang KEK, Anemia, Riwayat LMR, Penyakit pernyerta,
Imunisasi TT, Tablet Fe, Garam Beryodium, Pemberian Imunisasi TT, Usia ibu hamil
resiko tinggi, P4K, Calon pendonor darah, Jaminan Kesehatan, dan Kebutuhan nutrisi
padaa Balita.
Tahap pelaksanaan kegiatan dilakukan sesuai dengan rencana yakni tanggal 9-19
Februari 2021.
Tabel 4.3 Pemecahan Masalah

No Masalah Pemecahan Waktu Tindak Lanjut Peserta


Pelaksanaa
n
1 Ibu hamil - Telah dilakukan Sabtu s/d Dilaksanakan 13
dengan KEK penyuluhan tentang Kamis 13-19 kegiatan sejenis
berjumlah 13 KEK ( Kekurangan Februari secara
orang 2021 berkesinambungan
Energi Kronik ),
sehingga ibu
pemeriksaan hamil tidak
kesehatan ( TTV, mengalami KEK
LILA ) pemberian
makanan tambahan
dan demontrasi
makanan.

2 Ibu hamil - Telah dilakukan Sabtu s/d Dilaksanakan 13


dengan anemia penyuluhan tentang Jum’at, 13- kegiatan sejenis
berjumlah 13 Anemia, 19 Februari secara
orang. 2021 berkesinambungan
pemeriksaan
sehingga ibu
kesehatan ( TTV), hamil tidak
pemeriksaaan mengalami
laboratorium, Anemia
pemberian
makanan tambahan
dan demontrasi
makanan.

3. Ibu hamil - Telah dilakukan Minggu dan Dilaksanakan 2


dengan riwayat penyuluhan selasa, 14 kegiatan sejenis
Locus Menorus tentang pentingnya dan 16, secara
Resisten (LMR) Februari berkesinambungan
ber KB dan telah
sejumlah 2 sehingga ibu
91
orang dianjurkan untuk 2021 hamil
menggunakan alat
kontrasepsi jangka
panjang.

4. Ibu hamil yang - Telah dilakukan Senin s/d Dilaksanakan 5


memiliki penyuluhan Jum’at, 15- kegiatan sejenis
penyakit tentang bahayanya 19 Februari secara
penyerta 2021 berkesinambungan
penyakit penyerta
sejumlah 5 sehingga ibu
orang dalam kehamilan hamil
dan telah
dianjurkan pada
setiap ibu hamil
untuk tetap
mengkonsumsi
makanan yang
bergizi serta
dianjurkan pada
ibu hamil yang
memiliki penyakit
HbsAg untuk
memakai peralatan
secara pribadi.

5. Ibu hamil yang - Telah diberikan Minggu s/d Dilaksanakan 18


tidak KIE tentang jumat, 14-19 kegiatan sejenis
melakukan pentingnya Februari secara
imunisasi TT 2021 berkesinambungan
imunisasi TT dan
sebanyak 18 sehingga ibu
orang. dianjurkan untuk hamil mendapat
melakukan imunisasi TT
imunisasi TT, serta
telah difasilitasi
untuk melakukan
imunisai TT

6. Ibu hamil yang - Telah dilakukan Selasa,16 Dilaksanakan 1


tidak penyuluhan Februari kegiatan sejenis
mengkonsumsi tentang pentingnya 2021 secara
Tablet Fe berkesinambungan
mengkonsumsi
sejumlah 1 sehingga ibu
tablet Fe, hamil dapat terus
orang pemeriksaan mengonsumsi
(TTV). Tablet fe

7. Ibu hamil yang - Telah dilakukan Sabtu s/d Dilaksanakan 10

92
tidak penyuluhan tentang jumat, 13-19 kegiatan sejenis
mengonsumsi garam beryodium Februari secara
garam dan pembagian 2021 berkesinambungan
beryodium sehingga ibu
garam yodium gratis
sebanyak 10 hamil bisa
orang pada ibu hamil mendapatkan
garam beryodium

Dilaksanakan
kegiatan sejenis
secara
berkesinambungan
sehingga ibu
hamil
mendapatkan
calon pendonor
darah
8. Usia ibu hamil - Telah dilakukan Minggu s/d Dilaksanakan 9
yang beresiko penyuluhan kamis, 14-18 kegiatan sejenis
sejumlah 9 tentang kehamilan Februari secara
orang 2021 berkesinambungan
di usia resiko
sehingga resiko
tinggi (< 20 tahun ibu hamil dapat
dan > 35 tahun), teratasi
dan Keluarga
Berencana.

9. Ibu hamil yang - Telah dianjuran Minggu s/d Dilaksanakan 11


belum pada ibu hamil kamis, 14- kegiatan sejenis
mendapat P4K untuk 18, Februari secara
sejumlah 11 2021 berkesinambungan
menyediakan
0rang sehingga ibu
syarat dari isi hamil
stiker (P4K) mendapatkan
- Stiker P4K telah stiker P4K
diambil di Bidan
dan telah ditempel
di depan rumah
ibu.

10 Ibu hamil yang - Telah dilakukan Sabtu s/d Dilaksanakan 11


. belum ada KIE tentang kamis , 13- kegiatan sejenis
calon pendonor pentingnya 18 Februari secara
darah sejumlah 2021 berkesinambungan
persiapan calon
11 orang sehingga ibu
pendonor darah hamil
dan telah di mendapatkan
carikan calon calon pendonor
pendonor untuk darah.

93
setiap ibu hamil

11 Ibu hamil yang Telah dibantu Selasa, 16 1


. belum pembuatan BPJS Februari
mempunyai PBI 2021
jaminan
kesehatan 1
orang
12 Balita yang - Telah dilakukan Senin, 15 Dilaksanakan 12
. gizi buruk, penyuluhan Februari kegiatan sejenis
kurang, dan tentang nutrisi 2021 secara
sedang berkesinambungan
pada balita
sejumlah 12 sehingga gizi bayi
orang. - Telah diberikan menjadi lebih baik
Makanan
Tambahan
- Telah dilakukan
pengukuran tinggi
badan
penimbangan berat
badan balita

13 Balita dengan - Telah diberikan Senin, 15 Dilaksanakan 5


. stunting Makanan Februari kegiatan sejenis
sejumlah 5 Tambahan pada 2021 secara
orang berkesinambungan
balita dan
sehingga stunting
memantau tumbuh dapat teratasi
kembang anak
dengan buku KIA
serta telah
dianjurkan pada
ibu untuk tetap
memberikan ASI
Ekslusif sampai
usia 6 bulan

H. Evaluasi

Pada langkah evaluasi ini mahasiswa AKBID Harapan Bunda Bima melakukan
evaluasi kembali atas terlaksananya kegiatan-kegiatan yang bertujuan untuk
pemecahan prioritas masalah. Setiap pelaksanaan kegiatan yang telah dilakukan
diharapkan kegiatan tersebut bisa menjadi saran kepada 6 Puskesmas di Kota Bima
untuk tetap melaksanakan kegiatan tesebut sehingga dapat meningkatkan kesadaran

94
masyarakat akan pentingnya kesehatan. Adapun evaluasi kegiatan yang telah
dilakukan adalah sebagai berikut:

Tabel 4.4 Evaluasi Kegiatan

No Masalah Evaluasi Waktu Pelaksanaan Tindak lanjut

1. Ibu Hamil Kegiatan sudah dilaksanakan Dengan tetap mengontrol


dengan KEK dengan baik, yaitu dilakukan keadaan ibu hamil secara
penyuluhan, dan demonstrasi rutin, melakukan
makanan. 9 Februari 2021 pemeriksaan dan
s/d memberikan makanan
Dari 32 ibu hamil terdapat 14 tambahan pada ibu hamil
Ibu hamil yang mengalami 19 Februari 2021 yang masih mengalami
KEK. dan dari 14 orang tersebut, KEK
ada 4 orang ibu hamil yang
sudah teratasi.

2. Ibu Hamil Kegiatan sudah dilaksanakan 9 Februari 2021 Dengan tetap mengontrol
dengan dengan baik, yaitu Telah keadaan ibu hamil secara
Anemia dilakukan penyuluhan tentang s/d rutin, melakukan
Anemia, pemeriksaan kesehatan pemeriksaan fisik,
19 Februari 2021
( TTV), pemeriksaaan membawa ibu hamil ke
Laboratorium, pemberian faskes untuk melakukan
makanan tambahan (PMT) dan Laboratorium lanjutan
demonstrasi makanan. dan memberikan
makanan tambahan pada
Dari 32 ibu hamil terdapat 13 ibu hamil yang masih
ibu hamil yang mengalami mengalami Anemia
Anemia. Dari ke 13 ibu hamil
tersebut telah memenuhi syarat
dengan meminum tablet Fe,
istirahat yang cukup tidur siang
±3-4 jam, tidur malam ±6-8 jam,
mengkonsumsi makanan yang
mengandung zat besi seperti
buah-buahan, sayur-sayuran,
serta memberikan KIE tentang
tanda gejala, bahaya, cara
mencegah Anemia
Dari 13 ibu hamil tersebut yang
telah sembuh dari anemia
terdapat 8 ibu hamil, sedangkan
5 ibu hamil masih di katakan
95
anemia serta terdapat
penambahan kasus anemia baru
pada ibu hamil sebanyak 5
orang.

3. Ibu Hamil Kegiatan telah dilaksanakan Dengan tetap mengontrol


dengan dengan baik, yaitu sudah di keadaan ibu hamil secara
Riwayat lakukan penyuluhan tentang rutin.
LMR (Locus mengatur jarak kehamilan
Menorus dengan menjadi aseptor KB dan
Resisten) merencanakan tempat persalinan
di RSDA dan RSUD BIMA dan 9 Februari 2021
melakukan konseling tentang
s/d
perokok pasif pada suaminya
Dari 32 ibu hamil terdapat 2 ibu 19 Februari 2021
hamil yang memiliki riwayat
LMR dan dari 2 ibu hamil
tersebut 1orang sudah bisa
dikatakan tidakan sudah tidak
tergolong LMR lagi karena
sudah > 4 tahun

4. Ibu Hamil Kegiatan telah dilaksanakan Dengan tetap mengontrol


dengan dengan baik, yaitu sudah keadaan ibu hamil secara
Penyakit dilakukan penyuluhan tentang rutin
Menyertai HbsAg masih positif, dan 9 Februari 2021
sekarang sedang menjalani
isolasi mandiri karena hasil s/d
rapid nya positif dan masih
tunggu hasil swab selanjutnya. 19 Februari 2021
Untuk evaluasi ibu jaidah
dengan paru-paru, sekarang
ibunya berkata sudah tidak
merasa sakit lagi
5. Ibu Hamil Kegiatan telah dilaksanakan Dengan tetap mengontrol
Yang Belum dengan baik yaitu dilakukan keadaan ibu hamil secara
Imunisasi TT penyuluhan tentang pentingnya rutin, dan membawa ibu
imunisasi TT dan dianjurkan hamil ke faskes unuk
untuk melakukan imunisasi TT, 9 Februari 2021 melakukan imunisasi TT
serta telah difasilitasi untuk s/d lanjutan
melakukan imunisai TT.
19 Februari 2021
Dari 18 pasien terdapat 5 yang
belum TT dan 5 yang sudah TT
8 ibu hamil yang sudah TT
lengkap/TTL (Long Life).
6. Ibu Hamil Kegiatan telah dilaksanakan 9 Februari 2021 Dengan tetap mengontrol
Yang Tidak dengan baik yaitu dilakukan keadaan ibu hamil secara
Mengkonsum penyuluhan tentang pentingnya s/d rutin, mengnjurkan ibu
si Tablet Fe mengkonsumsi tablet Fe, dan untuk tetap
96
pemeriksaan (TTV) , mengkonsumsi tablet Fe
selama kehamilan.
Serta mengantar ibu melakukan
pemeriksaan di fasilitas
kesehatan terdekat, meminta 19 Februari 2021
kepada bidan untuk di berikan
tablet fe dan memberikan kepada
ibu hamil untuk
mengkonsumsinya dan ibu
sudah mengkonsumsinya.
7. Ibu Hamil Kegiatan telah dilaksanakan Dengan tetap mengontrol
Yang Tidak dengan baik yaitu dengan keadaan ibu hamil secara
Mengkonsum melakukan penyuluhan tentang rutin, mengnjurkan ibu
si Garam pentingnya manfaat garam untuk selalu
Yodium beryodium dan pembagian mengkonsumsi garam
garam yodium gratis pada ibu yodium selama
hamil kehamilan
Dari 32 ibu hamil terdapat 10 9 Februari 2021
ibu hamil yang tidak
mengkonsumsi garam yodium s/d
dan setelah dilakukan intervensi
pada 10 ibu hamil hanya 1 orang 19 Februari 2021
yang tidak mau mengkonsumsi
garam yodium dikarenakan tidak
suka/ tidak terbiasa.
Pasien yang atas mana
Ny"Megawati"
alamat:Kel.Mande Kec.Mpunda
Rt.05 Rw. 02

8. Usia Ibu Kegiatan telah dilaksanakan 9 Februari 2021 Dengan tetap mengontrol
Hamil Yang dengan baik yaitu dengan keadaan ibu hamil secara
Beresiko melakukan penyuluhan tentang s/d rutin dan memastikan ibu
kehamilan di usia resiko tinggi hamil benar-benar
19 Februari 2021
(< 20 tahun dan > 35 tahun), dan menjadi akseptor KB
Keluarga Berencana. setelah persalinan serta
memberikan makanan
tambahan pada ibu hamil
Dari 9 orang ibu hamil yang yang beresiko
berusia resiko yaitu usia <20
tahun dan > 35 tahun. Semua
ibu hamil sudah di lakukan
penyuluhan sesuai dengan
pemecahan masalah yaitu
memberikan penyuluhan tentang
kespro untuk mencegah
kehamilan resiko tinggi yang di
sebabkan oleh 4T ( terlalu muda,
dekat, sering dan tua) dan
97
penyuluhan tentang keluarga
berencana. Dari hasil
penyuluhan tersebut ibu hamil
setuju untuk menjadi akseptor
KB setelah melahirkan dengan
memilih alat kontrasepsi seperti
Implan, Spiral, KB suntik 3
bulan.

9. Ibu Hamil Kegiatan telah dilaksanakan Dengan tetap mengontrol


Yang Belum dengan baik yaitu dengan keadaan ibu hamil secara
Dapat P4K melakukan penyuluhan tentang rutin.
(program, P4K, telah dianjuran pada ibu
perencaan, hamil untuk menyediakan
persalinan syarat dari isi stiker (P4K)
dan Stiker P4K telah diambil di 9 Februari 2021
pencegahan Bidan dan telah ditempel di
komplikasi) depan rumah ibu. s/d
19 Februari 2021
Semua rencana penyelesaian
sudah di lakukan dan hasil dari
interfensi kemarin dari 11 ibu
hamil yang belum mendapatkan
P4K setelah intervensi dari 11
ibu hamil tersebut sudah
mendapatkan P4K
10. Ibu Hamil Kegiatan telah dilaksanakan 9 Februari 2021 Dengan tetap mengontrol
Yang Belum dengan baik yaitu dengan keadaan ibu hamil secara
Ada Calon melakukan dilakukan KIE s/d rutin dan mencari
Pendonor dan tentang pentingnya persiapan tambahan calon
19 Februari 2021
Ibu Hamil calon pendonor darah dan telah pendonor bagi ibu yang
Yang Belum di carikan calon pendonor untuk syarat pendonornya
Mengetahui setiap ibu hamil belum terpenuhi.
Golongan
Darah
Dari 32 ibu hamil yang telah ada
calon pendonor darah, ada 7
orang yang mempunyai calon
pendonor darah yang memenuhi
syarat (4 pendonor), 3 orang ibu
hamil yang sudah mempunyai 3
calon pendonor dan 21 orang ibu
hamil yang mempunyai calon
pendonor 2 dan 1.
Sedangkan ibu hamil yang
belum mengetahui golongan
darahnya ketika intervensi
sebelumnya, sekarang sudah
mengetahui golongan darahnya

98
dan belum mempunyai calon
pendonor darah.

11. Ibu Hamil Kegiatan telah dilaksanakan Dengan tetap mengontrol


yang Belum dengan baik yaitu dengan keadaan ibu hamil secara
Mempunyai membantu pembuatan BPJS PBI rutin dan
Jaminan mengkonfirmasi kembali
Kesehatan Dari 32 ibu hamill.. Pengkajian pada suami terkait status
pertama ibu hamil yang tidak BPJS istri.
punya jaminan kesehatan ada 1
orang ibu hamil yaitu ibu Sri ayu
dan setelah itu ibu hamil sudah
mendapatkan jaminan kesehatan
BPJS PBI 9 Februari 2021
Pengkajian kedua dari 32 ibu s/d
hamil. Ibu hamil yang tidak
mempunyai jaminan kesehatan 19 Februari 2021
yaitu ada 2 orang ibu
Fitria wati beralamat Sadia
Rt.10/Rw.02 sedangkan itu ibu
Fitria wati sedang dalam proses
pembuatan Jaminan kesehatan

Suharti Beralamat lampe 2


rt.10/Rw.04

12. Balita Yang Kegiatan telah dilaksanakan Dengan tetap mengontrol


Gizi Buruk, dengan baik yaitu dengan keadaan balita secara
Kurang Dan dilakukan penyuluhan tentang rutin, memberikan
Sedang nutrisi pada balita dan diberikan makanan tambahan dan
Makanan Tambahan dan telah memfasilitasi bantuan
dilakukan pengukuran tinggi makanan tambahan dari
badan penimbangan berat badan 9 Februari 2021 puskesmas berupa biskuit.
balita s/d
Dari 12 anak balita ada 7 anak 19 Februari 2021
gizi baik dan 3 anak masih
mengalami gizi kurang dan 2
anak masih mengalami gizi
buruk namun dalam gizi buruk 1
anak sudah ada perkembangan/
berat badan bertambah

13. Balita Yang Kegiatan telah dilaksanakan 9 Februari 2021 Dengan tetap mengontrol
Stunting dengan baik yaitu Sudah keadaan balita stunting
dilakukan penyuluhan mengenai s/d secara rutin, dan
Balita stunting, pemenuhan memberikan makanan
19 Februari 2021
asupan gizi ibu sejak hamil, tambahan
pemberian ASI Ekslusif sampai
99
umur bayi 6 bulan dan dampingi
ASI dengan MPASI yang sehat
untuk mencegah stunting.
Sudah kita lakukan pemantauan
tumbuh kembang anak dengan
buku KIA.
Sudah kita lakukan pemberian
makanan tambahan pada balita.
Dari jumlah 12 balita yang telah
dilakukan pengkajian terdapat 5
anak yang mengalami stunting
dan sudah melakukan intervensi

BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Setelah pelaksanaan praktek kerja lapangan kebidanan komunitas mahasiswa
Kebidanan Harapan Bunda Bima yang berlangsung dari tanggal 1 Februari sampai 21
Februari 2021 di 19 kelurahan, 5 kecamatan dan 6 puskesmas di Kota Bima.
Telah dilakukan pengkajian dari tanggal 1-3 Februari di 6 wilayah kerja puskemas
( Rasa Na,E, Mpunda, Jatibaru, Kumbe Dan Paruga) 19 Kelurahan ( Dara, Tanjung,
Na,E, Melayu, Sadia, Sambinae, Mande, Paruga, Jatibaru Timur, Jatibaru Barat,
Manggemaci, Oimbo, Kumbe, Nungga Dan Lampe) dan 5 kecamatan (Mpunda,
Asakota, Raba, Rasa Nae Timur Dan Rasa Nae Barat), terdapat 47 kepala keluarga,
jumlah anggota keluarga sebanyak 140 orang, yang berjenis kelamin laki-laki ada 73
100
orang,seadangkan yang berjenis kelamin perempuan sebanyak 67 orang, pasangan usia
subur sebanyak 36 pasang, wanita usia subur 14 orang, balita 12 orang, balita sebanyak
16 orang,dan ibu hamil sebanyak 32 orang.
Setelah dilakukan evaluasi dari 32 ibu hamil terdapat 14 Ibu hamil yang
mengalami KEK dari 14 orang tersebut, ada 4 orang ibu hamil yang sudah teratasi, 13
ibu hamil dengan Anemia dan yang telah sembuh dari anemia terdapat 8 ibu hamil,
sedangkan 5 ibu hamil masih di katakan anemia serta terdapat penambahan kasus
anemia baru pada ibu hamil sebanyak 5 ibu hamil, ibu hamil dengan LMR ada 2 orang
dan dari 2 ibu hamil tersebut 1orang sudah bisa dikatakan sudah tidak tergolong LMR
lagi karena sudah > 4 tahun, dari 18 ibu hamil terdapat 5 yang belum TT dan 5 yang
sudah TT 8 ibu hamil yang sudah TT lengkap/TTL (Long Life), terdapat 10 ibu hamil
yang tidak mengkonsumsi garam yodium dan setelah dilakukan intervensi pada 10 ibu
hamil hanya 1 orang yang tidak mau mengkonsumsi garam yodium, dari pengkajian
data kemarin terdapat 11 ibu hamil yang belum mendapatkan P4K dan dari hasil
intervensi dari ke 11 ibu hamil yang belum mendapatkan P4K sudah mendapatkan
P4K , ibu hamil yang telah ada calon pendonor darah ada 7 orang yang mempunyai
calon pendonor darah yang memenuhi syarat (4 pendonor), 3 orang ibu hamil yang
sudah mempunyai 3 calon pendonor dan 21 orang ibu hamil yang mempunyai calon
pendonor 2 dan 1, dari 12 anak balita ada 7 anak gizi baik dan 3 anak masih
mengalami gizi kurang dan 2 anak masih mengalami gizi buruk namun dalam gizi
buruk 1 anak sudah ada perkembangan/ berat badan bertambah dan 5 anak yang
mengalami stunting.
B. Saran
1. Pada Masyarakat
Dari seluruh kegiatan yang dilakukan baik fisik maupun non fisik diharapkan dapat
bermanfaat bagi masyarakat, dipertahankan dan dikembangkang.
2. Instansi Kesehatan
Agar dapat meningkatkan pelayanan yang menyeluruh dan merata pada
masyarakat dengan melakukan kunjungan kepada masyarakat atau dengan
menggunakan dengan mengunakan puskesmas keliling atau melakukan kunjunga
rumah pada masyarakat.
3. Intansi Akademik
Bagi kampus Akbid Harapan Bunda Bima untuk mengevaluasi dan merancang
serta mempersiapkan lebih baik lagi untuk mata kuliah praktek kerja lapangan bagi
101
angkatan selanjutnya agar dapat mengurangi kesulitan-kesulitan yang akan
dihadapi mahasiswa dalam melaksanakan praktek kerja lapangan.
Demikian kesimpulan dan saran yang penulis dapat sampaikan dalam
proses laporan praktek kerja lapangan ini, semoga saran ini dapat bermanfaat dan
pihak yang berkepentingan.

DAFTAR PUSTAKA

Asyatindo, 2010, Perbedaan Kurang Gizi dan Gizi Buruk dan Istilah Lainnya,
Tanggal 23 Juni 2016 http://www.kaskus.us/showthread =4921977

Elisabeth, 2014, Materi Ajar Lengkap Kebidanan Komunitas,Jakarta PT Bina Pustaka.

Hariati, Andi Alim, dan Ali Imran Thamrin. 2019. Kejadian Anemia Pada Ibu Hamil

(Studi Analitik di Puskesmas Pertiwi Kota Makassar Provinsi Sulawesi Selatan).

Vol. 1, No. 1, pp 8-17)

http;//jurnal.untad.ac.id/jurnal/index.php/HealthyTadulako/article/view/8750/6957
diakses pada 1 Oktober 2019
102
http://juke.kedokteran.unila.ac.id/index.php/majority/article/download/907/815 dakes
pada 4 Oktober 2019

KEMENKES, 2015, KOMUNITAS, Jakarta: Kementrian Kesehatan RI: 2015

Maternity, Dainty dkk. 2017. Asuhan Kebidanan Komunitas. Yogyakarta: Andi.

Meilani,Niken dkk, 2009, Kebidanan Komunitas. Yogyakarta : Fitramaya

Nur, Fahira A. 2017. Faktor Resiko Kejadian Preeklamsia Pada Ibu Hamil Di RSU
Anutapura Kota Palu. Palu: Jurnal Kesehatan Tadulako.

Teguh, Numbi Akhmadi. 2019. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kejadian Kurang

Energi Kronis (Kek) Pada Ibu Hamil Di Wilayah Kerja Upt Puskesmas I

Pekutatan, Jembrana, Bali

Wafiyatunisa, Zahra.2016. Hubungan Obesitas Dengan Terjadinya Preeklamsia.


Lampung: Juke Kedokteran Unila

Wahyuni, dkk. 2020. Kebidanan Komunitas. Jakarta: Yayasan Kita Menulis

Wahyuni, Elly Dwi dkk 2018. Asuhan Kebidanan Komunitas. Jakarta: Kementrian
Kesehatan Republik Indonesia

Wahyuni, dkk. 2020. Kebidanan Komunitas. Jakarta: Yayasan Kita Menulis

Wahyuni, Elly Dwi dkk 2018. Asuhan Kebidanan Komunitas. Jakarta: Kementrian

Kesehatan Republik Indonesia

Wahyuni Dwi Ely, Asuhan Kebidanan, 2015

103
104
LA

A. LEAFLET

105
106
107
108
109
110
111
112
113
114
115
116
117
118
119
120
121
122
123
124
125
126
127
128
129
130
131
132
B. Sap (Satuan Acara Penyuluhan)

Satuan Acara Penuluhan (SAP)


KEK Pada Ibu Hamil (Kekurangan Energi Kronik)

Pokok Pembahasan : Kekurangan Energi Kronik pada ibu hamil


Sub pokok bahasan : 1. Pengertian Kekurangan Energi Kronik pada kehamilan
2. Tanda dan gejala Kekurangan Energi Kronik pada
kehamilan
3. Penyebab dari Kekurangan Energi Kronik
4. Pengaruh KEK terhadap Kehamilan
5. Dampak yang ditimbulkan dari Kekurangan Energi
Kronik
6. Penanggulangan dan Pencegahan Kekurangan Energi
Kronik pada kehamilan
7. 10 Pesan Gizi seimbang
Sasaran : Ibu hamil Ny. Dia
Hari/tanggal : Minggu, 14 Februari 2021
Waktu                 : 20 menit
Tempat : Rumah ibu hamil di bedi Rt/Rw 09/03 Kel. Manggemaci.
Kec. Mpunda

A. Tujuan Intruksi Umum


Setelah dilakukan penyuluhan kesehatan tentang kekurangan energi kronis pada
kehamilan, sasaran diharapkan mampu memahami tentang kekurangan energi
kronis pada kehamilan        .
B. Tujuan Instruksi Khusus
1. Memahami tentang pengertian Kekurangan Energi Kronik pada kehamilan
2. Memahami tentang tanda dan gejala Kekurangan Energi Kronik pada
kehamilan
3. Memahami tentang penyebab dari Kekurangan Energi Kronik
4. Memahami tentang pengaruh KEK terhadap Kehamilan
5. Memahami tentang dampak yang ditimbulkan dari Kekurangan Energi
Kronik
133
6. Memahami tentang penanggulangan dan pencegahan Kekurangan Energi
Kronik pada kehamilan
7. Memahami tentang 10 Pesan Gizi seimbang
C. Materi Penyuluhan
1. Pengertian Kekurangan Energi Kronik pada kehamilan
2. Tanda dan gejala Kekurangan Energi Kronik pada kehamilan
3. Penyebab dari Kekurangan Energi Kronik
4. Pengaruh KEK terhadap Kehamilan
5. Dampak yang ditimbulkan dari Kekurangan Energi Kronik
6. Penanggulangan dan Pencegahan Kekurangan Energi Kronik pada kehamilan
7. 10 Pesan Gizi seimbang
D. Media
- Leafleat
E. Metode
- Ceramah
- Tanya jawab
F. Kegiatan Penyuluhan

NO Waktu Kegiatan Kegiatan Ibu


Penyuluhan
1 Pembukaan (5 - Menyampaikan - Menjawab salam
menit ) salam - Mendengarkan
- Menyampaikan
tujuan

2 Inti (5 menit ) 1. 1. Pembukaan - Mendengarkan


2 2. Memberi Salam - Memperhatikan
3.   3. Kegiatan Inti - Menceritakan
- Menjelaskan pengalamannya dan
pengertian berdiskusi dengan
kekurangan energi mahasiswa
kronik pada ibu (penyuluh)
hamil
- Menjelaskan Tanda
134
dan gejala
Kekurangan Energi
Kronik pada ibu
hamil
- Menjelaskan
Penyebab dari
Kekurangan Energi
Kronik
- Menjelaskan
pengaruh KEK
terhadap Kehamilan
- Menjelaskan
Dampak yang
ditimbulkan dari
Kekurangan Energi
Kronik
- Menjelaskan
Penanggulangan dan
Pencegahan
Kekurangan Energi
Kronik pada
kehamilan
- Menjelaskan 10
Pesan Gizi seimbang

3 Penutup (10 - Tanya jawab - Megajukan pertanyaan


menit) - Menyimpulkan hasil
penyuluhan - Menjawab salam
- Menutup penyuluhan
dengan salam
-

135
G. EVALUASI KEK PADA IBU HAMIL
1. Apa yang di maksud dengan KEK
2. Apa saja tanda dan gejala KEK pada kehamilan
3. Apa saja penyebab terjadinya KEK pada kehamilan
4. Apa saja pengaruh KEK terhadap Kehamilan
5. Apa saja dampak dari KEK
6. Bagaimana cara mencegah KEK
7. Apa saja 10 Pesan Gizi seimbang

MATERI
A. Pengertian
Kekurangan Energi Kronik (KEK) adalah salah satu keadaan malnutrisi.
Dimana keadaan ibu menderita kekurangan makanan yang berlangsung menahun
(Kronik) yang mengakibatkan timbulnya gangguan kesehatan pada ibu secara
relative atau absolut satu atau lebih zat gizi.
Kekurangan Energi Kronik (KEK ) adalah kekurangan energi yang
memiliki dampak buruk terhadap kesehatan ibu dan pertumbuhan perkembangan
janin. Ibu hamil dikategorkan KEK apabila lingkar lengan atas(LILA) <23,5 cm
(muliarini, 2015).
B. Tanda dan Gejala
1. Tanda-tanda KEK menurut Sediaoetomo (2012), meliputi:
a. Lingkar lengan atas (LILA) kurang dari 23,5 cm.
b. Badan Kurus (BB tidak sesuai dengan tinggi badan)
c. Turgor kulit kering
d. Conjungtiva pucat
e. Tensi kurang dari 100 mmHg
f. Hb kurang dari normal (<11gr%)
2. Gejala KEK menurut Winkjosastro (2012), meliputi:
a. Nafsu makan kurang
b. Mual
c. Badan lemas
d. Mata berkunang-kunang

C. Penyebab Terjadinya KEK

136
Penyebab terjadinya KEK pada ibu hamil (Stephanie dan Kartikasari, 2016)
adalah :
1. Ketidakseimbangan antara asupan untuk pemenuhan kebutuhan dan
pengeluran energi.
2. Usia ibu hamil, Melahirkan pada usia muda atau terlalu tua mengakibatkan
kualitas janin/anak yang rendah dan juga merugikan kesehatan ibu. Karena
terjadi kompetisi makanan antara janin dan ibunya yang masih dalam masa
pertumbuhan.
3. Jarak Kehamilan kurang dari 2 tahun mengakibatkan kualitas
janin atau anak yang rendah dan juga merugikan kesehatan ibu. Ibu tidak
memiliki kesempatan untuk memperbaiki diri, dengan mengandung kembali
makan akan menimbulkan masalah gizi ibu dan janin berikut yang
dikandung.
4. Perilaku yang terdiri dari kebiasaan ibu: mengkonsumsi kafein yang
menghambat penyerapan zat-zat gizi yang dibutuhkan oleh tubuh ibu dan
janin.
D. Pengaruh KEK terhadap Kehamilan
Kekurangan Energi Kronik (KEK) pada saat kehamilan dapat berakibat
pada ibu maupun pada janin yang dikandungnya (Waryana, 2016):
a. Terhadap ibu dapat menyebabkan risiko dan komplikasi antara lain :
anemia, perdarahan, berat badan tidak bertambah secara normal dan terkena
penyakit infeksi.
b. Terhadap persalinan dapat mengakibatkan persalinan sulit dan lama,
persalinan sebelum waktunya (prematur), perdarahan.
c. Terhadap janin dapat mengakibatkan keguguran/abortus, bayi lahir mati,
kematian neonatal, cacat bawaan, anemia pada bayi, bayi dengan Berat
Badan Lahir Rendah (BBLR).
E. Dampak yang ditimbulkan
1. Pada ibu
Gizi kurang pada ibu hamil dapat menyebabkan resiko dan komplikasi
pada ibu antara lain: Anemia, perdarahan, berat badan ibu tidak bertambah
secara normal dan terkena penyakit infeksi. Sehingga akan meningkatkan
kematian ibu.
2. Persalinan
137
Pengaruh gizi kurang terhadap proses persalinan dapat mengakibatkan
persalinan sulit dan lama, persalinan prematur atau sebelum waktunya,
perdarahan post partum, serta persalinan dengan tindakan operasi cesar
cenderung meningkat.
3. Janin
Kurang gizi pada ibu hamil dapat mempengaruhi proses pertumbuhan
janin dan dapat menimbulkan keguguran, abortus, bayi lahir mati, kematian
neonatal, cacat bawaan, asfiksia intra partum, lahir dengan berat badan rendah
(BBLR) (Helena, 2013).
F. Cara pencegahan KEK pada kehamilan
1. Makan makanan bervariasi dan cukup kalori dan protein dengan
menerapkan pedoman umum gizi seimbang
2. Pemberian makakanan tambahan dan zat besi

G. 10 Pesan Gizi Seimbang


1. Syukuri dan nikmati anekaragam makanan
2. Banyak makan sayuran dan cukup buah-buahan.
3. Biasakan mengonsumsi lauk pauk yang mengandung protein tinggi
4. Biasakan mengonsumsi anekaragam makanan pokok
5. Batasi konsumsi pangan manis, asin dan berlemak
6. Biasakan Sarapan
7. Biasakan minum air putih yang cukup dan aman
8. Biasakan membaca label pada kemasan pangan
9. Cuci tangan pakai sabun dengan air bersih mengalir
10. Lakukan aktivitas fisik yang cukup dan pertahankan berat badan normal

138
SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)

Tentang Anemia Pada Ibu Hamil

Topik : Anemia

Sub topik : Anemia Pada Ibu Hamil

Sasaran : Ibu Hamil Ny. Dia

Hari/tanggal : Minggu, 14 Februaru 2021

Waktu : 20 menit

Penyuluh : Mahasiswa Kebidanan Harapan Bunda Bima

Tempat : Rumah ibu hamil di bedi Rt/Rw 09/03 Kel. Manggemaci. Kec. Mpunda

A. Tujuan
1. Tujuan intstruksional umum
Setelah di lakukan penyuluhan tentang anemia dalam kehamilan selama
20 menit di harapkan dapat menambah pengetahuan tentang anemia serta ibu hamil
dapat mengerti dan mampu memahami tentang anemia pada ibu hamil.

2. Tujuan instruksional khusus


Setelah mengikuti penyuluhan selama 20 menit, diharapkan ibu hamil
dapat menjelaskan tentang:
a. Apa pengertian dari anemia pada ibu hamil
b. Apa saja klasifikasi anemia pada ibu hamil?
c. Apa saja penyebab anemia pada ibu hamil?
d. Apa tanda dan gejala pada ibu hamil?
e. Apa saja faktor resiko penyebab anemia pada ibu hamil?
f. Apa saja faktor predisposisi timbulnya anemia?
g. Apa dampak anemia pada ibu hamil ?
h. Bagaimana cara pencegahan anemia terhadap kehamilan?
i. Bagaimana cara meningkatkan asupan fed an asam folat?
j. Bagaimana cara minum tablet fe?
B. Strategi pelaksanaan
 Metode : penyajian dan diskusi
 Media : leaflet
C. Garis besar materi
1. Apa pengertian dari anemia pada ibu hamil?
2. Apa saja klasifikasi anemia pada ibu hamil?
3. Apa saja penyebab anemia pada ibu hamil?
4. Apa tanda dan gejala pada ibu hamil?
5. Apa saja faktor resiko penyebab anemia pada ibu hamil?
6. Apa saja faktor predisposisi timbulnya anemia?
139
7. Apa dampak anemia pada ibu hamil ?
8. Bagaimana cara pencegahan anemia terhadap kehamilan?
9. Bagaimana cara meningkatkan asupan fed an asam folat?
10. Bagaimana cara minum tablet fe?

D. Kegiatan penyuluhan

No Kegiatan Penyuluh Peserta Waktu


1. Pendahuluan Salam pembuka Menjawab salam 5 menit
Menyampaikan penyuluhan Mendengarkan
Merespon
2. Kerja Penyampaian garis besar Mendengarkan 10 menit
materi anemia Menanyakan hal-hal
Memberi kesempatan yang belum jelas
peserta untuk bertanya memperhatikan
Menjawab pertanyaan jawaban dari penyaji
Evaluasi Menjawab
pertanyaan
3. Penutup Menyimpulkan Menjawab salam 5 menit
Member Salam penutup

MATERI

A. Pengertian Anemia
Anemia adalah suatu kondisi jumlah sel darah merah tidak mencukupi
untuk memenuhi fisiologis tubuh. Kebutuhan fisiologis seseorang bervariasi
berdasarkan usia, jenis kelamin, tempat tinggal, perilaku merokok dan tahap
kehamilan. (WHO,2019).
Anemia adalah keadaan dimana kadar hemoglobin di bawah batas normal,
Anemia defisiensi besi adalah anemia yang di sebabkan oleh kurangnya zat besi di
dalam sel darah merah hipokrom-miikrositer, kadar besi serum ( serum iron) dan jenuh
transferin menurun, kapasitas total besi meninggi dan cadangan dalam sumsum tulang
serta tempat lain sangat kurang atau tidak ada sema sekali (rukyah, AY.2020).

B. Klasifikasi Anemia.
Klasifikasi anemia menurut WHO adalah :
1. Normal : > 11 gr%/dl
2. Anemia Ringan : 8-10 gr%/dl
3. Anemia Berat : < 7 gr%/dl
Berdasarkan klasifikasi di atas Ny. Dia (17 Tahun) mengalami anemia
ringan karna hasil pemeriksaan Hb Ny. Dia adalah 8 gr%/dl.

140
C. Etiologi
Kebanyakan anemia dalam kehamilan disebabkan oleh defisiensi besi dan
perdarahan akut bahkan tidak jarang keduanya saling berinteraksi.
Penyebab anemia pada umumnya adalah sebagai berikut:
1. Kurang gizi (malnutrisi)
2. Kurang zat besi dalam tubuh
3. Malabsorpsi
4. Kehilangan darah banyak seperti persalinan yang lalu, haid dan lain-lain
5. Penyakit kronik seperti TBC,paru-paru, cacing usus, malaria, dan lain-lain.

D. Tanda Dan Gejala


Tanda dan gejala dapat berupa :
1. Perasaan mudah lelah,lemah,letih,lesu,lunglai (5L)
2. Mual muntah, anokresia
3. Sering ngantuk
4. Napas pendek ( pada anemia yang parah )
5. Sakit kepala, konsentrasi hilang
6. Kulit, mukos, gusi,kuku jari,dan telapak tangan pucat
7. Lidah licin, rambut dan kuku rapuh (pada anemia parah )

E. Faktor Resiko Penyebab Anemia Pada Ibu Hamil


a. Penyakit infeksi
Perdarahan patologis akibat penyakit atau infeksi parasit seperti cacingan
dan saluran pencernaan juga berhubungan positif terhadap anemia. Darah yang
hilang akibat infestasi cacing bervariasi antara 2-100cc/hari, tergantung
beratnya infestasi. Anemia yang disebabkan karena penyakit infeksi, seperti
seperti malaria, infeksi saluran pernapasan atas (ISPA) dan cacingan terjadi
secara cepat saat cadangan zat besi tidak mencukupi peningkatan kebutuhan zat
besi (Listiana, 2016).
Kehilangan besi dapat pula diakibatkan oleh infestasi parasit seperti
cacing tambang, Schistoma, dan mungkin pula Trichuris trichura. Hal ini lazim
terjadi di negara tropis, lembab serta keadaan sanitasi yang buruk. Penyakit
kronis seperti ISPA, malaria dan cacingan akan memperberat anemia. Penyakit
infeksi akan menyebabkan gangguan gizi melalui beberapa cara yaitu
menghilangkan bahan makanan melalui muntah-muntah dan diare serta dapat
menurunkan nafsu makan. Infeksi juga dapat menyebabkan pembentukan
hemoglobin (hb) terlalu lambat. Penyakit diare dan ISPA dapat menganggu
nafsu makan yang akhirnya dapat menurunkan tingkat konsumsi gizi (Listiana,
2016).
b. Umur

Ibu yang berumur dibawah 20 tahun dan lebih dari 35 tahun lebih rentan
menderita anemia hal ini disebabkan oleh faktor fisik dan psikis. Wanita yang
hamil di usia kurang dari 20 tahun beresiko terhadap anemia karena pada usia
141
ini sering terjadi kekurangan gizi. Hal ini muncul biasanya karena usia remaja
menginginkan tubuh yang ideal sehingga mendorong untuk melakukan diet
yang ketat tanpa memperhatikan keseimbangan gizi sehingga pada saat
memasuki kehamilan dengan status gizi kurang. Sedangkan, ibu yang berusia
di atas 35 tahun usia ini rentan terhadap penurunan daya tahan tubuh sehingga
mengakibatkan ibu hamil mudah terkena infeksi dan terserang penyakit
(Herawati dan Astuti, 2010).

Ibu hamil pada umur muda atau di bawah 20 tahun perlu tambahan gizi
yang banyak, karena selain digunakan untuk pertumbuhan dan perkembangan
dirinya sendiri juga harus berbagi dengan janin yang sedang dikandung. Ibu
hamil dengan umur yang tua di atas 35 tahun perlu energi yang besar juga
karena fungsi organ yang makin melemah dan diharuskan untuk bekerja
maksimal maka memerlukan tambahan energi yang cukup guna mendukung
kehamilan yang sedang berlangsung (Kristiyanasari, 2010).

Penelitian yang dilakukan oleh Dwi (2016), usia ibu hamil dapat
mempengaruhi anemia jika usia ibu hamil relatif muda di bawah 20 tahun,
karena pada umur tersebut masih terjadi pertumbuhan yang membutuhkan zat
gizi lebih banyak. Jika zat gizi yang dibutuhkan tidak terpenuhi, akan terjadi
kompetisi zat gizi antara ibu dan bayinya.

c. Status gizi
Melorys dan Nita (2017) menyebutkan dalam penelitiannya bahwa
terdapat hubungan antara status gizi dengan kejadian anemia pada ibu hamil.
Kekurangan gizi tentu saja akan menyebabkan akibat yang buruk bagi ibu dan
janin. Kekurangan gizi dapat menyebabkan ibu menderita anemia, suplai darah
yang mengantarkan oksigen dan makanan pada janin akan terhambat, sehingga
janin akan mengalami gangguan pertumbuhan dan perkembangan. Oleh karena
itu, pemantauan gizi ibu hamil sangat penting dilakukan.

F. Faktor Predisposisi
Faktor predisposisi timbulnya anemia antara lain :
1. Ketidak patuhan dalam komsumsi fe
Kepatuhan adalah suatu perilaku seseorang secara tepat untuk melakukan
aktifitasnya. Perilaku kepatuhan berobat seseorang yang berkaitan dengan sakit dan
dengan penyakitnya, sistem pelayanan, kesehatan dan pengorbanan.
Efek samping mengomsumsi Fe berupa gangguan perut pada pemberian
oral menurunkan kepatuhan secara masal, ternyata rata-rata hanya 15 tablet yang di
pakai oleh wanita hamil.
2. Kebutuhan yang meningkat semasa kehamilan
Kebutuhan ibu selama kehamilan ialah 800mg besi, di antaranya 300mg
untuk janin plasenta dan 500 mg untuk pertambahan eritosit ibu. Dengan demikian
ibu membutuhkan tambahan sekitar 2-3 mg besi/hari.
3. Infeksi kronik, penyakit hati dan thalasemia.
142
G. Dampak Anemia Terhadap Kehamilan
Menurut penelitian tingginya angka kematian ibu berkaiatan erat dengan
anemia. Anemia juga menyebabkan rendahnya kemampuan jasmani karena sel-sel
tidak cukup mendapat pasokan oksigen. Pada wanita hamil, anemia meningkatkan
frekuensi komplikasi pada kehamilan dan persalinan yang beresiko kematian dan lebih
sering berakibat fatal, sebab wanita yang anemia tidak dapat di toleransi kehilangan
darah.
dampak anemia pada kehamilan bervariasi meliputi (Aryanti 2016) :
1. Abortus
2. Bayi lahir prematur
3. Kematian ibu
4. Bayi cacat bawaan
5. Kekurangan cadangan besi
6. Kematian janin
7. Persalinan preterem/sebelum waktunya
8. Proses persalinan lama
9. Perdarahan setelah persalinan
10. Syok
11. Infeksi pada saat dan sesudah persalinan
12. Payah jantung

H. Cara Pencegahan Anemia


Cara pencegahan anemia (Arantika dan Fatimah, 2019) adalah:
1. Dengan meminum 1 tablet tambah dara setiap hari begitu di ketahui bahwa ibu
tersebut hamil dan di nasehatkan untuk mengkomsumsi sayuran hija.
Mengkomsumsi makanan yang mengandung Zat besi seperti sayur mayor dan
buah-buahan.
2. Memakan makanan yang kaya akan sumber zat besi secara teratur
3. Memakan makanan yang kaya sumber vitamin C untuk memperlancar penyerapan
zat besi.
4. Menghindari minum teh, kopi, susu, coklat setelah makan karena dapat
menghambat penyerapan zat besi
5. Dengan mengatur jarak kelahiran dan membatasi kehamilan dengan mejadi peserta
KB.

I. Cara Meningkatkan Asupan Fe Dan Asam Folat


1. Mengkomsumsi protein hewani (daging,seafoods,susu, dan hasil olahan)
2. Komsumsi makanan sumber asam folat (asparagus, bayam, buncis, hati sapi, kapri,
kacang tanah, orange juece, almond, berasmerah/tumbuk, kembang kol,selada,
sereal instant)
3. Meningkatkan asupan buah berwarna jingga dan merah segar seperti (jeruk, pisang,
kiwi,semangka,nanas)
4. Mengkomsumsi makanan fortifikasi (susu,keju,es krim,makanan berbasis tepung)
5. Komsumsi vitamin C, untuk meningkatkan aborsi Fe dalam usus
143
6. Komsumsi makanan sumber vitamin B12 (daging, hati, ikan, makanan fermentasi,
yogurt,udang,susu)
7. Jika perlu di tambahkan suplemen vitamin B12, Fe dan vitamin C
8. Komsumsi sayuran hijau paling tidak 3 porsi/hari
9. Komsumsi sari buah yang kaya vitamin C minimal 1 gelas/hari.
J. Cara Minum Tablet FE
 Sehari minum tablet FE pada malam hari untuk mengurangi rasa mual
 Minum tablet FE bersamaan dengan vitamin B dan vitamin B12, misalnya
dengan jusjeruk atau air lemon untuk membantu proses penyerapan
 Jangan minum tablet FE bersamaan dengan kopi, teh, alkohol atau susu karena
dapat menghambat proses penyerapan.

144
SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)
“KANKER SERVIKS DAN PEMERIKSAAN IVA UNTUK
DETEKSI DINI KANKER SERVIKS”

PokokBahasan: Kanker serviks dan cara pencegahannya.

Sub PokokBahasan : Pemeriksaan IVA untuk deteksi dini kanker serviks

Waktu :10: 36 wita

Tanggal : 16 Februari 2021

Tempat : Kel. Oi Mbo Rt 012 Rw 04

Oleh : Nurhayatun Nufus

I. Tujuan Intruksional Umum


Setelah mengikuti penyuluhan, ibu hamil mampu mengetahui
tentang pemeriksaan IVA untuk deteksi dini kanker serviks.
II. Tujuan Intruksional Khusus
Setelah diberikan penyuluhan selama 30 menit, sasaran dapat :
menjelaskan tentang materi yang telah disampaikan.
III. Materi
1. Pengertian Kanker serviks
2. Faktor resiko terjadinya kanker serviks
3. Gejala Kanker serviks
4. Proses Terjadinya Kanker Serviks
5. Deteksi dini kanker serviks
6. Cara pencegahannya
7. Pemeriksaan IVA
8. Cara pemeriksaan
9. Hasil Pemeriksaan IVA
10. Keunggulan tes IVA
11. Tempat dimana saja dilakukan pemeriksaan IVA

145
KERANGKA PEMATERI

Waktu Kegiatan

10 menit 1. Pembukaan
 Salam
 Pengenalan
 Tujuan
Agar materi yang
disampaikandapatditerimaolehaudiens

30 menit 2. Inti / materi


a. Penyuluhmenjelaskanmateri
o Pengertian Kanker serviks
o Faktor resiko terjadinya kanker serviks
o Gejala Kanker serviks
o Proses Terjadinya Kanker Serviks
o Deteksi dini kanker serviks
o Cara pencegahannya
o Pemeriksaan IVA
o Cara pemeriksaan
o Hasil pemeriksaan
o Keunggulan tes IVA
o Tempat dimana saja dilakukan pemeriksaan IVA
b. Sasaranmenyimakmateri
20 menit 3. Penutup
a. Menyimpulkanmateri
b. Melakukan post testdengan pengisian kuesioner
c. Memberisalam

IV. Media &Sumber


 Media : Ceramah
 Sumber : Dari Materi Tesis Peneliti

V. Evaluasi
1. Prosedur : Pre-tesdanPos-tes
2. Jenistes : Tulis
3. Bentuk : Pertanyaantertutup

146
VI. Lampiran
 Materi
MATERI KANKER SERVIKS

1. Pengertian Kanker Serviks


Kanker serviks adalah tumor ganas yang tumbuh dalam leher rahim/ serviks (bagian yang
terendah dari rahim yang menempel pada puncak vagina) (Rasjidi, 2010). Sedang menurut
Sukaca 2009, Kanker seviks adalah kanker yang terjadi pada serviks uterus (leher rahim,
suatu daerah pada organ reproduksi wanita yang merupakan pintu masuk ke arah rahim yang
terletak antara rahim dan liang senggama (vagina). Kanker serviks sering disebut juga
kanker leher rahim.
2. Faktor Resiko Terjadinya Kanker Serviks
a. Umur nampaknya memainkan peran tertentu, insiden akan meningkat sekitar usia 35
tahun ke atas dan menurun pada usia menopause dan sangat jarang terjadi pada wanita
kurang dari usia 15 tahun.
b. Merokok. Wanita yang merokok memiliki resiko tiga kali lebih besar terhadap kanker
serviks daripada non-perokok. Bahan-bahan yang ditemukan dalam rokok setelah terhisap
melalui paru-paru dapat terdistribusi luas ke seluruh tubuh melalui aliran darah. Beberapa
senyawa tersebut dapat dijumpai pada lendir serviks wanita yang merokok. Peneliti
meyakini bahwa bahan-bahan kimia tersebut dapat merusak DNA pada sel-sel serviks
dan berkontribusi terhadap berkembangnya kanker serviks.
c. Pil KB. Penggunaan pil KB dapat meningkatkan risiko kejadian kanker serviks, terutama
yang sudah positif terkena HPV. Fakta menunjukkan bahwa penggunaan kontrasepsi oral
(pil KB) sedikitnya 5 tahun ada hubungannya dengan peningkatan risiko kanker serviks.
Analisis data oleh International Agency for Research on Cancer (IARC) pada tahun 2003
menemukan bahwa ada peningkatan resiko kanker serviks dengan penggunaan
kontrasepsi oral, dan resiko berkurang ketika obat kontrasepsi oral dihentikan. Laporan
dari IARC menyatakan bahwa dari 8 studi mengenai efek penggunaan kontrasepsi oral
pada wanita yang positif terhadap HPV, ditemukan peningkatan resiko 4 kali lebih besar
pada mereka yang menggunkan kontrasepsi oral lebih dari 5 tahun. Resiko kanker serviks
juga meningkat pada wanita yang menggunakan kontrasepsi oral pada usia sebelum 20
147
tahun.

148
d. Mempunyai pasangan yang sering berganti-ganti partner dalam hubungan seks.
e. Berhubungan seks dengan laki-laki yang tidak disunat. Smegma, adalah substansi
berlemak. Biasanya terdapat pada lekukan dekat kepala kemaluan atau penis dan didapati
pada laki-laki yang tidak disunat. Smegma sebenarnya adalah sekret alami yang
dihasilkan kelenjar subaceous pada kulit penis. Namun ternyata hal ini berkaitan dengan
meningkatnya resiko seorang laki-laki sebagai pembawa dan penular virus HPV.
3. Gejala Kanker Serviks
a. Perdarahan vagina yang bersifat abnormal
b. Adanya riwayat keputihan menahun
c. Perdarahan setelah berhubungan seksual
d. Nyeri yang menjalar ke pinggang atau tungkai
e. Nyeri saat perkemih
4. Proses Terjadinya Kanker Serviks
Gejala umum kanker adalah dikarenakan adanya pertumbuhan sel yang tidak normal
dalam tubuh. Namun sebelum sel-sel tersebut menjadi kanker terjadi perubahan bentuk yang
dialami oleh sel-sel tersebut. Perubahan itu tidak hanya satu atau dua tahun saja. Perubahan
itu memakan waktu hingga bertahun-tahun sebelum menjadi kanker. Sebenarnya selama
jeda tersebut jika Anda telah mengetahui bahwa Anda terkena kanker leher rahim maka hal
tersebut dapat dicegah. Anda dapat menghentikan sel-sel yang tidak normal tersebut
sebelum berubah menjadi sel kanker. Sel-sel yang abnormal tersebut dapat dideteksi dengan
kehadiran tes yang disebut dengan pap smear tes. sehingga semakin dini sel-sel abnormal
tadi terdeteksi, semakin rendahlah resiko seseorang menderita kanker leher rahim.Serviks
atau leher rahim/mulut rahim terletak di bagian ujung bawah rahim yang menonjol ke liang
senggama (vagina). Kanker leher rahim terjadi dikarenakan adanya pertumbuhan yang tidak
normal dalam tubuh. Namun perkembangan kanker serviks secara bertahap, tetapi progresif.
Proses terjadinya kanker ini dimulai dengan sel yang mengalami mutasi lalu berkembang
menjadi sel displastik sehingga terjadi kerainan epitel yang disebut disprasia. Dimulai dari
displasia ringan, displasia sedang, displasia berat, dan akhirnya menjadi Karsinoma In-Situ
(KIS), kemudian berkembang lagi menjadi karsinoma invasif.

149
5. Deteksi Dini Kanker Serviks
Deteksi Dini Kanker Serviks adalah Pemeriksaan untuk menemukan kanker di leher
rahim, dari sejak perubahan awal sel sampai dengan pra kanker.

Pencegahan yang dapat dilakukan antara lain:


1. Pencegahan Primer
Pencegahan primer adalah pencegahan terhadap etiologi penyakit.
2. Pencegahan Sekunder
Pencegahan sekunder adalah penemuan dini, diagnosis dini, dan terapi dini terhadap
kanker.
3. Pencegahan Tertier
Yang dimaksud pencegahan tertier adalah upaya meningkatkan angka kesembuhan,
angka survival, dan kualitas hidup dalam terapi kanker.
6. Cara Pencegahannya
a. IVA
b. Pap Smear
c. Biopsi
7. Pemeriksaan IVA
Pemeriksaan IVA merupakan pemeriksaan yang sederhana, murah, cepat dan cukup
akurat untuk menemukan kelainan pada tahap kelainan sel (displasia) atau sebelum pra
kanker bila dibandingkan dengan pemeriksaan lainnya. IVA salah satu cara melakukan tes
kanker serviks yang mempunyai kelebihan yaitu kesederhanaan teknik dan kemampuan
memeberikan hasil yang segera kepada ibu. Selain itu juga bisa dilakukan oleh hampir
semua tenaga kesehatan yang telah mendapatkan pelatihan.
8. Cara Pemeriksaan
Pemeriksaan Iva dilakukan dengan melihat langsung leher rahim yang telah di olesi
dengan larutan asam asetat 3- 5 %. Setelah ditunggu 1- 2 menit akan terlihat bercak putih
bila terdapat perubahan pada mulut rahim.
9. Hasil Pemeriksaan
1. Hasil Tes-positif : bila diketemukan plak putih yang tebal berbatas tegas atau epitel
acetowhite (bercak putih), terlihat menebal dibanding dengan sekitarnya , seperti

150
leukoplasia, terdapat pada zona transisional, menjorok ke arah endoserviks dan

ektoserviks.

2. Positif 1 (+) : samar, transparan, tidak jelas,terdapat lesi bercak putih yang ireguler pada
serviks. Lesi bercak putih yang tegas, membentuk sudut (angular), geograpic acetowhite
lessions yang terletak jauh dari sambungan skuamosa.
3. Positif 2 (++) : lesi achetowhite yang buram, padat dan berbatas jelas sampai
kesambungan skumokolumnar. Lesi acetowhite yang luas circumorificial, berbatas tegas,
tebal, dan padat. Pertumbuhan pada serviks menjadi acetowhite.
4. Hasil Tes-negatif: permukaan polos dan halus, berwarna merah jambu. Bila area bercak
putih yang berada jauh dari zona transformasi. Area bercak putih halus atau pucat tanpa
batas jelas. Bercak bergaris-garis seperti bercak putih. Bercak putih berbentukgaris yang
terlihat pada batas endocerviks. Tak ada lesi bercak putih. Bercak putih pada polip
endoservikal atau kista nabothi. Garis putih mirip lesi acetowhite pada sambungan
skuamokolumnar.
5. Hasil normal : titik-titik berwarna putih pucat di area endoserviks, merupakan epitel
kolumnar yang berbentuk anggur yang terpulas asam asetat. Licin,merah muda, bentuk
porcio nomal.
6. Infeksi : servisitis (inflamasi, hiperemisis), banyak flour, ektropion, polop.
7. Kanker : massa mirip kembang kol atau ulkus dan mudah berdarah.
8. Keunggulan Tes IVA
1. Mudah dan praktis dilakukan
2. Biaya murah
3. Alat- alat yang dibutuhkan sangat sederhana
4. Dapat segera diterapi
5. Hasil bisa langsung diketahui
6. Dapat dilakukan oleh dokter/bidan
9. Tempat Dimana Saja Dilakukan Pemeriksaan IVA
1. Bidan desa
2. Puskesmas
3. Rumah sakit
DAFTAR PUSTAKA

151
Depkes RI . (2008). Skrining Kanker serviks dengan Metode IVA. Jakarta

Novel S. Sinta dkk.(2010). Kanker Serviks dan Infeksi Human Pappilomavirus (HPV). Jakarta :
Javamedia Network

Rahayu, S.D. (2015). Asuhan Ibu Dengan Kanker Serviks.Jakarta : Salemba Medika

Samadi, Heru P.(2011).Yes, I know Everything About Kanker Serviks.Solo: Metagraf

Setiati, Eni. (2009). Waspada 4 Kanker Ganas Pembunuh Wanita. Yogyakarta: Andi Offset

Supinto, Sutiono. (2008). Cegah Dini Kanker dan Tumor.Jakarta: Sunda Kelapa Pustaka
Wiknjosastro, Hanifa . (2007). Ilmu Kandungan. Jakarta: YBPSP

152
SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)

I. IDENTIFIKASI MASALAH
Sadari adalah upaya yang dilakukan untuk mengetahui ada tidaknya kanker
dalam payudara yang dilakukan di depan cermin.

II. PENGANTAR
Topic : Periksa Payudara Sendiri
Sub topic : Sadari
Sasaran : ibu hamil
Jam : 09.00 WIB
Waktu : 30 menit
Penyuluh :Nurhayatun nufus
Tempat : kel oi mbo RT 12 RW 04

III. TUJUAN INSTRUKSIONAL UMUM (TIU)


Setelah mengikuti penyuluhan diharapkan ibu hamil bisa mandapatkan informasi
tentang Pemeriksaan Payudara Sendiri (SADARI)

IV. TUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUS (TIK)


a. Ibu hamil mendapatkan informasi tentang SADARI
b. Ibu hamil termotivasi untuk melakukan pemeriksaan payudara sendiri

V. MATERI
Terlampir

VI. METODE
1. Ceramah
2. Tanya jawab

VII. MEDIA
1. leaflet

153
VIII. KEGIATAN PEMBELAJARAN

No Waktu Kegiatan Penyuluhan Kegiatan Peserta


1. 3 menit Pembukaan : memberi menjawab salam mendengarkan
salam menjelaskan dan memperhatikan
tujuan pembelajaran
menyebutkan materi/pokok
bahasan yang disampaikan
2. 20 menit Pelaksanaan : - menyimak dan memperhatikan
-menjelaskan materi penyuluhan
secara berurutan dan teratur
Materi :

1. Pengertian SADARI
2. Bahaya apa bila tidak
dilakukan sadari sejak
dini ?
3. Bagaimana cara
melakukan sadari
3. 5 menit Evaluasi : -merespon dan bertanya
memberi kesempatan kepada
masyarakat untuk bertanya
meminta untu menjelaskan
atau menyebutkan kembali :
1. Pengertian SADARI
2. Bahaya apa bila tidak
dilakukan sadari sejak dini ?
3. Bagaimana cara melakukan
sadari
Memberikan pujian atas

154
keberhasilan ibu menjelaskan
pertanyaan dan memperbaiki
kesalahan, serta
menyimpulkan

4. 2 menit Penutup : -menjawab salam


-mengucapkan terimakasih dan
mengucapkan salam

Bima,....................................2020
Pemberi Penyuluhan

(Nurhayatun nufus)

X. EVALUASI
Pertanyaan:
1. Apakah sadari itu ?
2. Apa bahaya bila tidak dilakukan sadari sejak dini ?
3. Bagaimana cara melakukan sadari ?

155
XI. LAMPIRAN MATERI

A. Pengertian
Sadari adalah pemeriksaan payudara sendiri yang bertujuan untuk mengetahui
ada tidaknya kanker dalam payudara wanita. Pemeriksaan ini dilakukan dengan
meggunakan cermin dan dilakukan oleh wanita yang berumur 20 tahun ke atas
B. Etiologi
Indikasi utama sadari adalah karena :
Untuk mendeteksi terjadinya Cancer Payudara dengan mengamati payudara
dari depan, sisi kiri dan sisi kanan, apakah ada benjolan, perubahan warna kuli,
putting bersisik dan pengeluaran cairan atau nanah dan darah.
Kanker payudara merupakan jenis kanker dengan jumlah kasus terbanyak di
dunia, sekaligus penyebab kematian terbesar. Sebagian besar penderita baru terdeteksi
di stadium lanjut karena kanker tidak bergejala.
Semakin bertambahnya usia, makin besar pula risiko seorang perempuan
terkena kanker. Hal ini tentu membuat kita khawatir. Meski begitu, kita bisa
mengubah ketakutan menjadi sebuah tindakan nyata untuk mencegah penyakit yang
jadi momok kaum wanita ini.
1. Aktif bergerak
Tidak ada kata tua untuk mulai berolahraga. Penelitian menyebutkan,
olahraga akan menurunkan kadar hormon estrogen, yang berkaitan dengan
kanker. Lakukan olahraga minimal 30 menit sehari.
2. Kurangi berat badan
Setelah menopause, perempuan yang obesitas punya risiko lebih besar
terkena kanker payudara dibanding rekannya yang punya berat badan normal.
Meski begitu, kenaikan bobot tubuh pada wanita yang tadinya beratnya ideal juga
mendatangkan risiko yang sama.
3. Cukupi kebutuhan vitamin D
Studi yang menegaskan manfaat vitamin D sebagai anti-kanker terus
bermunculan. Yang terakhir menyebutkan, 94 persen pasien kanker payudara
yang kekurangan vitamin D, kankernya lebih cepat menyebar dibanding mereka
yang cukup vitamin D.
4. Batasi alcohol
Data terbaru dari National Cancer Institute menunjukkan perempuan yang
156
minum satu atau dua gelas alkohol setiap hari memiliki risiko terkena kanker
payudara 32 persen lebih besar. Para ahli menyarankan untuk membatasi alkohol
tidak lebih dari satu gelas per hari.
5. Perhatikan gejalanya
Gejala awal kanker payudara dapat berupa benjolan yang biasanya
dirasakan berbeda dari jaringan payudara di sekitarnya, tidak menimbulkan nyeri,
dan biasanya memiliki pinggiran tidak teratur. Tanda lain yang mungkin timbul
adalah benjolandi ketiak, perubahan ukuran atau bentuk payudara, keluar cairan
yang abnormal dari puting susu, dan perubahan warna atau tekstur kulit payudara.
6. Lakukan deteksi dini
Skrining dan deteksi dini sebetulnya dapat secara signifikan menurunkan
stadium pada temuan kasus kanker payudara. Selain mamografi, pemeriksaan
payudara sendiri (Sadari) yang dapat diajarkan, kemudian dipraktikkan sendiri
oleh perempuan, jika dilakukan secara teratur bisa mendeteksi tumor 1,2
sentimeter

C. Waktu pelaksanaan
Pemeriksaan payudara dilakukan setelah menstruasi, pada waktu payudara
tidak keras atau bengkak.

157
D. Prosedur pelaksanaan

Langkah 1:

Mulai dengan melihat payudara di depan cermin dengan posisi pundak tegap dan kedua
tangan di pinggang

Yang harus diperhatikan adalah :

1. Apakah bentuk dan ukuran payudara kanan dan kiri simetris ?


2. Apakah payudara membesar atau mengeras ?
3. Apakah arah puting tidak lurus ke depan atau berubah arah ?
4. Apakah puting tertarik ke dalam ?
5. Apakah puting atau kulit ada yang lecet ?
6. Apakah ada perubahan warna kulit (kemerahan) ?
7. Apakah kulit payudara menebal dengan pori-pori melebar (seperti kulit jeruk)
8. Apakah permukaan kulit tidak mulus seperti ada kerutan atau cekungan ?
9.
Langkah 2:

Angkat tangan dan amati jika ada perubahan-perubahan yang telah disebut pada langkah
pertama.

158
Langkah 3 :

Saat bercermin, coba cermati apakah ada cairan yang keluar dari kedua puting (baik itu cairan
bening, seperti susu, berwarna kuning atau bercampur darah). Pencet puting dan perhatikan
apakah ada cairan yang keluar.
Langkah 4 :

Periksa payudara dengan cara berbaring. Letakkan tangan kiri di belakang kepala dan sebuah
bantal di bawah bahu kiri. Kemudian raba payudara kiri dengan telapak jari-jari kanan, begitu
sebaliknya. Periksalah apakah teraba benjolan pada payudara atau tidak. Gunakan pijatan
pelan namun mantap dengan tiga ujung anda (telunjuk, tengah, dan manis). Jaga posisi ujung
jari datar terhadap permukaan payudara. Gunakan gerakan memutar, sekali putaran
mencakup seperempat bagian payudara.

Pijat seluruh payudara dari atas sampai bawah, kiri kanan, dari tulang pundak sampai bagian
atas perut dan dari ketiak sampai belahan payudara. Buatlah pola memutar untuk memastikan
seluruh payudara sudah di pijat. Mulai dari puting, buat gerakan memutar semakin lama
semakin besar sampai anda mencapai bagian tepi payudara. Atau dapat juga melakukan
pijatan naik turun. Gerakan ini bagi sebagian besar wanita dianggap lebih efektif. Pastikan
anda merasakan seluruh jaringan payudarada dari depan (puting) sampai bagian belakang.

159
Gunakan pijatan ringan untuk kulit dan jaringan tepat dibawah kulit, pijatan sedang untuk
bagian tengah payudara, dan pijatan kuat untuk jaringan bagian dalam.

Lamgkah 5
Terakhir, rasakan payudara saat anda berdiri atau duduk atau saat mandi karena bagi sebagian
wanita, mereka merasa lebih mudah memijat saat kulit payudara dalam keadaan basah dan
licin. Lakukan dengan gerakan yang sama seperti dijelaskan dalam langkah 4.

160
Daftar Acuan Pustaka

Manuaba, I. B. G. 2009. Memahami Kesehatan Reproduksi Wanita.

Jakarta:EGC. Widyastuti, 2009. Kesehatan Reproduksi. Yogyakarta:

Fitramaya

161
SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)

Masalah : Kurang pengetahuan tentang imunisasi TT saat hamil

Pokok Bahasan : Imunisasi

Sub Pokok Bahasan : Imunisasi TT (Tetanus toxoid) pada kehamilan

Sasaran : ibu hamil

Waktu : 09.00 – 09.20 (20 menit)

Pertemuan ke :I

Tanggal : -Februari 2021

Pelaksana : Nurhayatun nufus

Tempat : kel. Oi mbo Rt 012 Rw 04

A. Tujuan Instruksional Umum (TIU)


Setelah diberikan penyuluhan selama 20 menit, sasaran mampu memahami
tentang pentingnya Imunisasi TT. (C2)

B. Tujuan Instruksional Khusus (TIK)


Setelah diberikan penyuluhan diharapkan sasaran dapat :

1. Menjelaskan pengertian dan manfaat dari imunisasi TT tanpa melihat


catatan(C5)

2. Melukiskan dengan kata-kata sendiri tentang pentingnya imunisasi TT dengan


tepat. (C2)

3. Mendiskusikan tentang jadwal imunisasi dan efek samping imunisasi TT (A1)

4. Memilih tempat pelayanan untuk mendapatkan imunisasi TT dengan


tepat,sesuai yang dijelaskan oleh penyuluh. (A1)

5. Mengikuti imunisasi TT secara tepat sesuai dengan jadwal yang disarankan.


(P5)

C. Pokok Materi

162
1. Defenisi imunisasi TT

2. Manfaat imunisasi TT

3. Jadwal imunisasi TT

4. Efek samping imunisasi TT

5. Tempat pelayanan untuk mendapatkan imunisasi TT

D. Kegiatan Belajar Mengajar


- Metode : diskusi,tanya jawab
- Langkah – langkah kegiatan :

Kegiatan
No Materi Keterangan
Penyuluh Sasaran

1. Kegiatan Pra 1. Mempersiapkan materi, 1. Mempersiapkan diri 2 menit


pembelajaran media dan tempat untuk mendengarkan
2. Memberi salam materi
3. Perkenalan 2. Membalas salam
4. Kontrak waktu 3. Memperhatikan
4. Menyetujui kesepakatan
waktu

2. Membuka 1. Menjelaskan tujuan 1. Mendengarkan 3 menit


Pembelajaran 2. Menjelaskan pokok penyuluh dengan
bahasan seksama
3. Apersepsi 2. Mendengarkan
penyuluh
menyampaikan materi
3. Menyampaikan
pengetahuannya tentang
materi penyuluhan

3. Kegiatan inti 1. Menjelaskan definisi 1. Mendengarkan 10 menit


imunisasi TT penyuluh dengan
2. Menjelaskan Manfaat seksama
imunisasi TT 2. Memahami materi yang
3. Menjelaskan jadwal disampaikan penyuluh
imunisasi TT 3. Memahami materi yang
4. Menjelaskan Efek disampaikan penyuluh
samping imunisasi TT 4. Memahami materi yang

163
5. Menunjukan tempat disampaikan penyuluh
pelayanan untuk 5. Membayangkan tempat
mendapatkan imunisasi pelayanan untuk
TT yang baik dan benar. mendapatkan imunisasi
TT yang akan didatangi.

4. Penutup 1. Melakukan post test 1. Menjawab pertanyaan 5 menit


2. Menyimpulkan materi yang diberikan oleh
3. Memberi salam penyuluh
2. Memahami materi yang
disampaikan penyuluh
3. Menjawab salam

E. Media Dan Sumber


1. Media : Leaflet, flipchart
2. Sumber :
Depkes RI, 2000
Kusmiyati. 2010. Perawatan Ibu Hamil. Yogyakarta: Fitramaya (hlm: 187)
Lia. 2010. Imunisasi TT (Tetanus Toxoid) Pada Ibu Hamil.
bidanlia.blogspot.com/2010/06/imunisasi-tt-tetanus-toxoid-pada-ibu.html
F. Evaluasi
1. Prosedur : Post test
2. Jenis test : Pertanyaan secara lisan
3. Butir soal : 5 soal

a. Sebutkan apa itu imunisasi TT!


b. Sebutkan manfaat imunisasi TT!
c. Sebutkan jadwal imunisasi TT!
d. Sebutkan efek samping imunisasi TT!
e. Sebutkan tempat pelayanan yang tepat untuk mendapatkan imunisasi TT !

164
MATERI

A. Defenisi Imunisasi TT
Imunisasi Tetanus Toksoid adalah proses untuk membangun kekebalan
sebagai upaya pencegahan terhadap infeksi tetanus (Idanati, 2005).Vaksin Tetanus
yaitu toksin kuman tetanus yang telah dilemahkan dan kemudian dimurnikan
(Setiawan, 2006).

Penyakit tetanus adalah penyakit yang disebabkan oleh racun kuman


Clostridium tetani.Penyakit ini sangat berbahaya, karena dapat menimbulkan
kejang dan kegagalan pernapasan yang berujung pada kematian.

Pada dasarnya siapa saja dapat terkena penyakit tetanus.Tetapi yang paling
rentan adalah bayi baru lahir dan ibu yang melahirkan. Oleh karena itu
pencegahan tetanus pada ibu dan bayi sangat diperlukan.Caranya yaitu dengan
mengimunisasi ibu yang sedang hamil.

B. Manfaat Imunisasi TT
1. Melindungi bayi yang baru lahir dari tetanus neonatorum (BKKBN, 2005;
Chin, 2000). Tetanus neonatorum adalah penyakit tetanus yang terjadi pada
neonatus (bayi berusia kurang 1 bulan) yang disebabkan oleh clostridium
tetani, yaitu kuman yang mengeluarkan toksin (racun) dan menyerang sistim
saraf pusat (Saifuddin dkk, 2001)
2. Melindungi ibu terhadap kemungkinan tetanus apabila terluka (Depkes RI,
2000).
C. Jadwal Imunisasi TT
Imunisasi TT untuk ibu hamil diberikan 2 kali (BKKBN, 2005; Saifuddin
dkk, 2001), dengan dosis 0,5 cc di injeksikan intramuskuler/subkutan dalam
(Depkes RI, 2000).

Imunisasi TT sebaiknya diberikan sebelum kehamilan 8 bulan untuk


mendapatkan imunisasi TT lengkap (BKKBN, 2005). TT1 dapat diberikan sejak
di ketahui postif hamil dimana biasanya di berikan pada kunjungan pertama ibu
hamil ke sarana kesehatan (Depkes RI, 2000).

165
Interval
Antigen Lama perlindungan perlindungan
(selang waktu minimal)

TT1 Pada kunjungan antenatal pertama - -

TT2 4 minggu setelah TT1 3 tahun 80 %

TT3 6 bulan setelah TT2 5 tahun 95%

TT4 1 tahun setelah TT3 10 tahun 99%

TT5 1 tahun setelah TT4 25 tahun/Seumur 99%


hidup

D. Efek Samping imunisasi TT


Biasanya hanya gejala-gejala ringan saja seperti nyeri, kemerahan dan
pembengkakan pada tempat suntikan (Depkes RI, 2000). TT adalah antigen yang
sangat aman untuk wanita hamil. Tidak ada bahaya bagi janin apabila ibu hamil
mendapatkan imunisasi TT (Saifuddin dkk, 2001). Efek samping tersebut
berlangsung 1-2 hari, ini akan sembuh sendiri dan tidak perlukan
tindakan/pengobatan (Depkes RI, 2000).

E. Tempat Pelayanan Imunisasi TT


1. Puskesmas
2. Rumah sakit
3. Rumah bersalin
4. Polindes
5. Posyandu
6. Rumah sakit swasta
7. Dokter praktik, dan
8. Bidan praktik (Depkes RI, 2004).

166
Satuan Acara Penyuluhan (SAP)
Pentingya Mengkonsumsi Garam Beryodium Pada Ibu Hamil

Pokok Pembahasan : pentingnya mengkonsumsi garam beryodium pada ibu hamil


Sub pokok bahasan :
1. Pengertian garam beryodium
2. Cara pengolahan garam beryodium
3. Gangguan akibat kurang garam beryodium pada ibu hamil.
Sasaran : Ibu hamil Ny. “F”
Tempat : Rumah Bapak “S” Kelurahan sadia RT 10/RW 02
Tanggal : 16 Februari 2021

A. Tujuan Intruksi Umum


Setelah dilakukan penyuluhan kesehatan tentang pentingnya mengkonsumsi garam
beryodium, sasaran diharapkan mampu memahami tentang manfaat garam yodium
pada saat kehamilannya.
B. Tujuan Instruksi Khusus
1. Memahami tentang pengertian garam beryodium
2. Memahami tentang Cara pengolahan garam beryodium
3. Memahami tentang ganguan akibat garam beryodium
C. Materi Penyuluhan
1. Pengertian garam beryodium
2. Memahami tentang Cara pengolahan garam beryodium
3. Memahami tentang ganguan akibat garam beryodium
D. Media
- Leafleat
E. Metode
-Tanya jawab
-wawancara
F. Kegiatan Penyuluhan
No Tahap Waktu Kegiatan Penyuluhan Kegiatan Peserta Metode
Kegiatan
1 Pra Kegiatan 5 1. Menyiapkan leafleat

167
menit
2 Kegiatan Inti 20 1. Mengucapkan salam Menjawab salam Ceramah
menit 2. Memperkenalkan diri Mendengarkan dan
3. Menjelaskan tujuan Mendengarkan dan tanya
kegiatan yang akan Menyimak jawab
dilakukan
4. Kegiatan Inti:
- Menjelaskan Mendengarkan dan

Pengertian garam Menyimak

beryodium
- Menjelaskan cara
Mendengarkan dan
pengolahan garam
Menyimak
beryodium
- Menjelaskan
gangguan akibat
Mendengarkan dan
kurangnya garam
Menyimak
beryodium.
- Evaluasi:
- Memberikan
Mendengarkan dan
kesempatan pada
Menyimak
ibu untuk
memberikan
pertanyaan Mendengarkan dan
- Menanyakan Menyimak
kembali pada
peserta penyuluh
tentang materi
yang disampaikan
- Menyimpulkan
hasil penyuluhan

168
3 Penutup 5 1. Mengucapkan salam Menjawab salam
menit

Garam beryodium pada ibu hamil


A. Pengertian
Garam iodium atau garam beryodium adalah garam yang telah diperkaya dengan
yodium yang dibutuhkan untuk pertumbuhan dan kecerdasan. penggunaan garam
beryodium sangat penting bagi kesehatan terutama kesehatan keluarga.
Manfaat garam beryodium antara lain memicu pertumbuhan otak, mencerdaskan
otak, menyehatkan proses tumbuh kembang janin
B. Cara pengolahan garam yodium yang benar
Garam yodium dimasukkan ke dalam masakan setelah sayuran yang dimasak
sudah diangkat dari kompor.
C. Dampak akibat kurangnya garam yodium antara lain penyakit gondok, kurangnya
hormon tiroid yang berfungsi sebagai mengatur anggota tubuh. Jika menderita
kekurangan hormon tiroid maka akan terjadi gejala seperti ;
 Benjolan dileher
 Tubuh terasa lelah dan lemah
 Marasa kedinginan
 Kulit menjadi kering

DAFTAR PUSTAKA
Astutik, V.Y. 2017. Tingkat Pengetahuan, Pola Kebiasaan Hidup Berhubungan Dengan
Motivasu Ibu dama Memilih Garam. Jurnal Care. Vol. 5 NO. 2.

SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)

169
Topik : Demo tentangLansia yang berumur 50-52 thn

Sub topik : Resiko yang gampang terjadi pada lansia dan cara pencegahan

Sasaran : Lansia

Tempat : Rumah lansia

Hari/Tanggal : Selasa 16 november 2021/09:00wita sampai selesai

Waktu : 30 menit

I. TUJUAN UMUM
Pada akhir proses penyuluhan, Lansia dapat mengetahui dan mengerti tentang
pengertian lansia resiko yang mudah di alamai dan tindakan serta cara
penyelesaianya dan Menambah wawasan untuk mengetahui tentang kesehatan
pada masa lansia.

II. TUJUAN KHUSUS


Setelah diberikan penyuluhan ibu lansia dapat:

1. Mengetahui Resiko yang mudah di alamai dan gampang terjadi pada masa
lansia
2. Mengetahui tindakan ataupun cara penangananya
III. SASARAN
Lansia umur 50-52 tahun
IV. MATERI
1. Demo tentangResiko yang gampan tejadi pada lansia / penyakit tetentu
2. Demo dan Cara tindakan atau penyelesaian masalahnya pada lansia
V. METODE
1. diskusi
2. Tanya Jawab
VI. MEDIA
1. Lembar balik

VII. KEGIATAN PENYULUHAN

SAP PENYULUHAN
LANSIA

170
No Tahapan KegiatanPemberi Respon Waktu Media Penyuluh
Penyuluh
1. Pembukaan 1. Mengucapkan salam Mendengarkan, 15
2. Memperkenalkan merespon dan menit
diri membalas
3. Menjelaskan tujuan
salam
kegiatan
2. Pelaksanaan 1. Demo Mendengarkan 15 - lembar
denganMenjelaskan dengan penuh menit balik
Resiko yang mudah perhatian
terjadi pada usia
lanjut
2. Menjelaskan tentang
cara ataupun
tindakan
penyelesaian
masalahnya

3. Penutup 1. Memberi 1. Peserta 20


kesempatan kepada bertanya menit
peserta untuk 2. Peserta aktif
bertanya menjawab
2. Mengevaluasi bersama
peserta 3. Membalas
3. Mengucapkan salam
terimakasih
4. Mengucapkan salam
penutup

MATERI PENYULUHAN LANSIA.

171
A. Resiko yang mudah di alami oleh lansia:
1. Mudah lelah dan kondisi tubuh tidak fit lagi serta gampang terserang oleh
penyakit seperti: struk, kanker payudara untuk perempuan, hipertensi, diabetes
serta sesak napas.
B. Tindakan maupun cara penyelesaian masalahnya yaitu:
1. Menganjurkan pada lansia tersebut agar selalu mengontrol kesehatanya dan
memeriksakan kesehatanya ke fasilitas kesehatan setempat, jika terdapat ada
keluhan ataupun sakit dengan mengobati secara dini mungkin agar penyakit
ataupun sakit tidak semakin menjalar ke badan,
2. Memberikan kepada lansia tersebut makanan yang bergizi dan rendah lemak
seperti:
1. Ikan seharga Rp: 10.000
2. telur seharga Rp: 10.000
3. buah seharga Rp : 50.000
4. sayur seharga Rp: 5000
5. susu seharga Rp: 20.000
6. Roti seharga Rp: 15.000

SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)

172
Topik : Menopouse

Sub topik : Tanda gejala menopause

Sasaran : ( Ibu Lansia umur 40 tahun ke atas)

Tempat : -

Hari/Tanggal : Rabu, 11 Nopember 2020

Waktu : 1 x 90 menit

VIII. TUJUAN INSTRUKSIONAL UMUM


Pada akhir proses penyuluhan, Ibu Lansia dapat mengetahui dan mengerti tentang
Tanda dan Gejala Menopause dan Menambah wawasan untuk mengetahui
tentang Menopause

IX. TUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUS


Setelah diberikan penyuluhan ibu lansia dapat:

3. Mengerti dan mengetahui apa itu Menopause


4. Mengetahui jenis-jenis Menopause
5. Mengetahui tanda dan gejala Menopause
6. Mengetahui cara penanganan Menopause
X. SASARAN
Ibu Lansia umur 40 tahun keatas
XI. MATERI
1. Pengertian Menopause
2. Jenis-jenis Menopause
3. Tanda dan Gejala Menopause
4. Cara penanganan Menopause
XII. METODE
3. Penyuluhan
4. Tanya Jawab

XIII.MEDIA
1. Leaflet
2. LCD dan Laptop
XIV. KRITERIA EVALUASI

173
1. Evaluasi Struktur
 Peserta hadir ditempat penyuluhan
 Penyelenggaraan penyuluhan di halaman rumah peserta
2. Evaluasi Proses
 Peserta antusias terhadap materi penyuluhan
 Tidak ada peserta yang meninggalkan tempat penyuluhan
 Peserta mengajukan pertanyaan dan menjawab pertanyaan secara benar
3. Evaluasi Hasil
 Ibu-ibu yang hadir mengerti tentang apa itu Menopause
 Jumlah kehadiran dalam penyuluhan yaitu 50 orang

XV. KEGIATAN PENYULUHAN

SAP PENYULUHAN
MENOPAUSE
N Tahapan KegiatanPemberi Respon Waktu Media Penyuluh
o Penyuluh
1. Pembukaan 4. Mengucapkan salam Mendengarkan, 10 -
5. Memperkenalkan diri merespon dan menit
6. Menjelaskan tujuan membalas
kegiatan salam
2. Pelaksanaan 3. Menjelaskan Mendengarkan 30 LCD, -
pengertian dengan penuh menit Komputer,
Menopause perhatian leaflet,
4. Menjelaskan jenis- demostrasi
jenis Menopause
5. Menjelaskan Tanda
dan Gejala
Menopause
6. Menjelaskan
Penanganan
Menopause

3. Penutup 5. Memberi kesempatan 4. Peserta 50


kepada peserta untuk bertanya menit
bertanya 5. Peserta aktif
6. Mengevaluasi menjawab
peserta bersama
7. Mengucapkan 6. Membalas
terimakasih salam
8. Mengucapkan salam
penutup

174
MATERI PENYULUHAN MENOPAUSE

C. Pengertian Menopause
Menopause secara etimologi (bahasa) berasal dari bahasa Yunani, yang
tersusun dari kata “Men” dan “Pausis” yang memiliki arti haid atau menstruasi.
Hal ini adalah akhir proses biologis dari siklus menstruasi, disebabkan terjadinya
perubahan hormon yakni penurunan produksi hormon estrogen yang dihasilkan
oleh ovarium.
Definisi menopause menurut WHO adalah masa berhentinya haid yang
permanen akibat dari hilangnya aktivitas folikuler ovarium. Menopause terjadi
sesudah 12 bulan berturut-turut tidak mendapat haid dan tidak ada penyebab
patologi atau fisiologi lain yang nyata.
Menopause adalah berakhirnya siklus menstruasi secara alami, yang
biasanya terjadi saat wanita memasuki usia 45 hingga 55 tahun. Seorang wanita
dikatakan sudah menopause bila tidak mengalami menstruasi lagi, minimal 12
bulan. Penurunan hormon estrogen mengakibatkan siklus menstruasi menjadi
tidak teratur, hal ini juga bisa dijadikan suatu petunjuk terjadinya menopause.
Menopause didefinisikan sebagai haid terakhir, terjadinya menopause berkaitan
denagn menarche atau pertama haid, makin dini menarche terjadi maka makin
lambat atau lama menopause timbul (Mulyani, 2014).
Tidak hanya berhenti menstruasi, banyak perubahan lain terjadi dalam tubuh
wanita yang menopause, mulai dari penampilan fisik, kondisi psikologis, hasrat
seksual, hingga kesuburan. Wanita yang sudah menopause tidak bisa hamil lagi.
D. Jenis-Jenis Menopause
Menopause dibedakan menjadi tiga jenis, antara lain yaitu:
1. Menopause Prematur
Menopause prematur yaitu menopause yang terjadi dibawah usia 40 tahun.
Menopause prematur memiliki tanda yaitu jika terjadi penghentian di masa
menstruasi sebelumnya tepat di waktunya disertai dengan tanda hot flusches
dan juga peningkatan kadar hormon gonadotropin. Apabila tidak mengalami
tanda-tanda, yang seperti disebutkan harus segera diberikan tindak lanjut
kembali penyebab lain terganggu ovarium. Adapu sebab menopause prematur

175
yaitu herediter, gangguan gizi yang cukup sulit, penyakit menahun yang
mengakitbatkan kerusakan kedua ovarium.
2. Menopause Normal
Menopause normal yang alam dan jika terjadi di usia di akhir 40 tahun atau
diawal 50 tahun.
3. Menopause Terlambat
Pada umumnya batas usia terjadinya adalah usia 52 tahun tetapi jika ada
seorang wanita yang mempunyai siklus menstuasi atau dalam arti masih
mengalami menstruasi di usia 52 tahun.
E. Etiologi
Menurut etiologinya, menopause dapat diklasifikasikan menjadi menopause
fisiologis dan buatan.
 Adapun menopause fisiologis adalah yang sifatnya alamiah, akibat
berkurangnya pengaruh hormon ovarium.
 Menopause buatan terjadi oleh karena terhentinya secara permanen fungsi
ovarium setelah pengangkatan kedua ovarium, kemoterapi, radioterapi,
dan penggunaan berbagai obat-obatan lain.Selain menopause fisiologis dan
buatan, dikenal pula istilah menopause prematur (dini), dimana terjadi
kegagalan ovarium pada seorang wanita sebelum usia 40 tahun.
Menopause merupakan kondisi yang sering terjadi seiring dengan bertambahnya
usia. Namun, apabila menopause terjadi sebelum usia 40 tahun, hal ini dapat
diakibatkan oleh:
1. Primary ovarian insufficiency - Kondisi ini terjadi akibat kelainan genetik atau
penyakit autoimun, yang membuat indung telur berhenti berfungsi.
2. Operasi pengangkatan rahim (histerektomi) Setelah histerektomi, seorang
wanita memang tidak akan langsung mengalami menopause, namun
cenderung akan mengalami menopause lebih awal.
3. Pengobatan kanker- Kemoterapi atau radioterapi untuk mengatasi kanker
rahim dapat merusak indung telur.
F. Tahap menopause
Pada dasarnya menopause dibagi menjadi tiga tahap yaitu masa
pramenopause, menopause dan pasca menopause.
1. Pramenopause

176
Pramenopause yaitu masa transisi antara masa ketika wanita mulai
merasakan gejala menopause (biasanya pada pertengahan atau akhir usia
40 tahun) dan pada masa siklus haid benar-benar terhenti (rata-rata 51
tahun). Pada masa pramenopause akan terjadi perubahan fisik yang berarti.
2. Menopause
Masa menopause menandakan haid terakhir. Penentuan masa menopause
hanya bisa dilakukan setelah seorang wanita tidak haid lagi selama 1 tahun
penuh.
3. Pascamenopause
Masa ini adalah masa setelah haid terakhir seorang wanita. Dengan kata
lain, pascamenopause terjadi setelah masa menopause. Biasanya, keadaan
fisik dan psikologisnya sudah dapat menyesuaikan dii dengan perubahan-
perubahan hormonalnya.
Fase-fase pada menopause
Berdasarkan analisis hormonal maka menopause dapat dibagi dalam beberapa
fase:
1. Fase hipolutein sampai alutein
Pertama-tama terjadi gangguan pembentukan korpus luteum yang berarti
gangguan produksi progesterone dan akibatnya terjadi keadaan dominasi
estrogen. Karena itu terjadi gangguan siklus haid yang menjurus terjadinya
perdarahan uterus disfungsional. Karena tidak terjadi ovulasi maka
hormone folikel akan terus dibentuk, maka terdapat keadaan hiperfolikulin
yang berlangsung berbuln-bulan dengan gejala-gejala retensi air, gangguan
kestabilan emosi, dismenoragia dengn hyperplasia glandularis kistika.
2. Fase hipofolikulin
Selanjutnya karena berkurangnya folikel yang responsive terhadap
rangsang gonadotropin maka hormone folikelpun makin lama makin
berkurang, walaupun terdapat sumber estrogen lain. Hal ini akan
menyebabkan involusi alat-alat genetalia dan atrofi vagina. Pengaruh
estrogen terhadap genetalia dapat dikenali dengan melakukan sediaan usap
vagina.
3. Fase poligonadotorpin

177
Karena tidak adanya hormone steroid ovarium maka hipofise anterior
mengeluarkan hormonnya tanpa hambatan. Hal ini akan menyebabkan
hiperfungsi beberapa kelenjar yang tergantung dari hipofise.
Pembentukan berlebihan dari unsur tireotropin akan mengakibatkan
gangguan kelenjar tiroid dan Basedow klimakterik, penurunan fungsi
tiroid akan diikuti dengan miksedema klimakterik. Meningkatnya hormon
kortikotropin dan gonadotropin akan menyebabkan kelenjar adrenal
seolah-olah merupakan gonad ketiga. Hal ini akan mengakibatkan
meningginya hormon pria dan pada saat yang sama menurunnya estrogen
dari ovarium. Secara klinis hal ini akan tampak sebagai proses
maskulinisasi, rambut melebat, suara berat dan dalam dll. Akibat
meningkatnya adrenalin maka dapat pula dimengerti mengapa wanita
klimakterik menjadi hipersensitif.

G. Patofisiologi Menopause
Pada wanita menopause hilangnya fungsi ovarium secara bertahan akan
menurunkan kemampuan menjawab rangsangan hormon-hormon hipofisis untuk
menghasilkan hormon steroid. Saat dilahirkan wanita mempunyai kurang lebih
750.000 folikel primordial. Dengan meningkatnya usia jumlah folikel akan
semakin berkurang. Pada usia 40-44 tahun rata-rata jumlah folikel primordial
menurun sampai 8300 buah, yang di sebabkan oleh adanya proses ovulasi pada
setiap siklus juga karena adanya apoptosis adalah proses folikel primordial mati
dan terhentinya pertumbuhannya. Proses tersebut terjadi terus menerus selama
kehidupan seorang wanita, hingga pada usia sekitar 50 tahun fungsi ovarium
menjadi sangat menurun. Apabila folikel mencapai jumlah yang kritis, maka akan
terjadi gangguan sistem pengaturan hormon yang berakibat terjadinya insufesiansi
korpus luteum, siklus haid anovulatorik dan pada akhirnya terjadi oligomenore.
Perubahan –perubahan yang terjadi dalam vaskularisasi ovarium sebagai
akibat dari proses panuaan dan terjadi skelerosis pada sistem pembuluh darah
ovarium diperkirakan sebagai penyebab gangguan vaskularisasi ovarium. Apabila
volikel sudah tidak tersedia berarti wanita tersebut telah memasuki masa
menopause. Pada usia menopause berat ovarium tinggal setengah atau sepertiga
dari berat yang sebelumnya. Terjadinya proses penuaan dan penurunan fungsi

178
ovarium menyebabkan ovarium tidak mapu menjawa rangsangan hipofisis untuk
untuk menghasilkan hormon steroid.
Ovarium pada masa menopause tidak lagi menghasilkan esteroidiol (E2)
atau inhibin dan progesteron dalam jumlah yang bermakna, dan estrogen hanya di
bentuk dalam jumlah yang kecil. Oleh karena itu FSH (follicle-stimulating
hormone), dan LH (Luteinizing Hormone) tidak lagi di hambat oleh mekanisme
umpan balik negatif estrogen dan progesteron yang telah menurun dan sekresi
FSH dan LH menjadi meningkat dan FSH dan LH plasma meningkat ke tingkat
yang tinggi. Fluktuasi FSH dan LH serta berkurangnya kadar estrogen
menyebabkna munculnya tanda dan gejala menopause, antara lain rasa hangat
yang menyebar dari badan ke wajah (Hot Flashes), gangguan tidur, keringat pada
malam hari, perubahan urigenital,osteopenia /kepadatan tulang rendah, dan lain-
lain.
Menopause secara alami terjadi karena penurunan aktivitas ovarium yang
diikuti dengan penurunan produksi hormon reproduksi. Ini terjadi secara alamiah.
Seorang wanita secara spontan telah memiliki folikel atau indung telur dari sejak
lahir. Namun, folikel – folikel ini matang dan bekerja untuk menghasilkan sel
telur pada saat memasuki usia pubertas yang ditandai dengan proses menstruasi.
Seiring dengan hal tersebut, granulose secara otomatis menghasilkan estrogen
yang merupakan salah satu hormon reproduksi wanita. Estrogen tadi akan
memaksa folikel untuk mengeluarkan sel telur, keluarnya sel telur dari korpus
luteum ini akan meningkatkan produksi estrogen dan progesteron. Progesteron
sendiri menyiapkan tempat pembuahan dengan menebalkan dinding endometrium.
Setiap bulannya jika sel telur tidak jadi dibuahi, akan membuat dinding
endometrium yang menebal tadi luruh. Luruhnya dinding endometrium dibuktikan
dengan keluarnya darah melalui lubang vagina dan inilah yang disebut menstruasi.
Ketika ovarium tidak lagi produktif, folikel yang dihasilkan berkurang maka
rangsangan produksi hormon estrogen dan progesteron pun berangsur – angsur
menurun. Kondisi ini yang semakin lama mencapai titik pada masa klimakterium
dengan keadaan menopause.
Berdasarkan penyebabnya, ada dua tipe menopause yaitu menopause fisiologis
dan artifisial menopause (DeCherney dan Nathan, 2003).
a. Menopause Fisiologis

179
Menopause secara alami terjadi karena penurunan aktivitas ovarium yang
diikuti dengan penurunan produksi hormon reproduksi. Pada saat lahir, bayi
perempuan memiliki 1 – 2 juta oosit, dan pada saat pubertas jumlah ini
berkurang menjadi 300.000 sampai 500.000 (DeCherney dan Nathan, 2003).
Penurunan jumlah folikel terus berlanjut sampai akhirnya folikel-folikel
ovarium mengalami atresia yang berakibat pada terhentinya siklus menstruasi.

b. Artifisial Menopause
1) Menopause karena operasi.
Ini terjadi akibat proses pembedahan, diantaranya operasi rahim
(histerektomi) dan pengangkatan kedua indung telur (oophorectomy
bilateral). Kondisi ini sering disingkat dengan istilah TAHA/BSO. Bila
rahim diangkat dan dinding telur tetap dipertahankan maka masa haid
berhenti namun gejala menopause tetap berlangsung ketika wanita
tersebut mencapai usia menopause alami. Itu artinya wanita tersebut akan
tetap mengeluhkan rasa ketidaknyamanan seperti keringat berlebih, panas
yang dirasakan ditubuh dan kesulitan tidur pada dirinya saat usianya
mencapai
masa klimaterium atau pada kisaran usia 40 tahun ke atas.
2) Menopause karena kondisi medis.
Kemoterapi karena menderita kanker seringkali berakibat pada kondisi
menopause dini sementara ataupun permanen. Obat – obatan anti kanker
dinilai mempengaruhi produksi hormon yang diproduksi oleh indung
telur.
Tidak hanya itu, perilaku dan kebiasaan mengkonsumsi obat – obatan
anti
hipertensi, reumatik dan jantung akan mempercepat datangnya masa
menopause. Obat – obatan ini diduga akan memberikan efek penekanan
produksi hormon – hormon reproduksi.
H. Tanda dan Gejala Klinis Menopause
Gejala Menopause
Gejala menopause terjadi dalam masa perimenopause, yaitu beberapa bulan atau
beberapa tahun sebelum menstruasi berhenti. Durasi dan tingkat keparahan gejala
yang timbul berbeda-beda pada tiap orang. Gejala menopause dapat berupa:

180
1. Perubahan siklus menstruasi
 Menstruasi menjadi tidak teratur, kadang terlambat atau lebih awal dari
biasanya (0ligomenorea).
 Darah yang keluar saat menstruasi dapat lebih sedikit atau justru lebih
banyak.
2. Perubahan penampilan fisik
 Rambut rontok.
 Kulit kering.
 Payudara kendur.
 Berat badan bertambah.
3. Perubahan psikologis
 Suasana hati berubah-ubah atau moody.
 Sulit tidur.
 Depresi
4. Perubahan seksual
 Vagina menjadi kering.
 Penurunan libido (gairah seksual).
5. Perubahan fisik
 Merasa panas atau gerah, sehingga mudah berkeringat. Kondisi ini disebut
hot flashes.
 Berkeringat di malam hari.
 Pusing.
 Jantung berdebar.
 Infeksi berulang pada saluran kemih.
Selain mengalami berbagai perubahan di atas, wanita yang telah menopause
menjadi lebih berisiko mengalami penyakit jantung dan osteoporosis.
Menopause ternyata memberi pengaruh ketidaknyamanan. Gejala menopause
dapat dikelompokkan menjadi gejala vasomotor, gejala urogenital, dan gejala
psikologis. Berikut dikemukakan beberapa gejala yang sering muncul pada
kondisi menopause, antara lain:
1. Perubahan Pola Menstuasi (Perdarahan)
Perdarahan merupakan keluarnya darah dari vagina, gejalan ini seringkali akan
terlihat di awal permulaan masa menopause, perdarahan akan terlihat beberapa
kali dalam rentan beberapa bulan dan pada akhirnya akan berhenti sama sekali.

181
2. Rasa Panas (Hot Flush)
Gejala ini dirasakan dimulai dari wajah hingga keseluruh tubuh. Selain terasa
panas juga diikuti warna kemerahan di kuli dan berkeringat. Rasa panas akan
mengusik pola tidur wanita menjadikan wanita dengan hot flushjes akan
kekurangan tidur. Hot flush berlangsung selama 30 detik hingga 5 menit. Keluhan
hot flushes akan menurun sesudah tubuh menyesuaiakan diri.
Hot flashes yaitu perasaan panas, gerah bahkan rasa seperti terbakar pada
area wajah, lengan, leher, dan tubuh bagian atas serta munculnya keringat berlebih
khususnya pada malam hari. Kondisi ini adalah kondisi yang paling sering
dikeluhkan dan menjadi pemberat utama dalam menghadapi masa klimakterium.
3. Keluar Keringan di Malam Hari
Keluar keringan di malam hari dikarenakan hot flushes. Seluruh wanita akan
mengalami gejolak panas ini. Mungkin hanya terasa seolah-olah suhu meningkat
secara tiba-tiba menjadikan muncul kemerahan dan juga keringat yang mengucur
di seluruh tubuh. Rasa panas ini tidak akan membahayakan dan akan segera
berlalu.
4. Kesulitan Tidur
Kesulitan tidur sepanjang malam dengan atau tanpa gangguan keringat.
Kesulitan tidur ini bisa terjadi karena kegelisahan akibat perubahan faal tubuh
atau mungkin keinginan BAK yang datang lebih sering dari biasanya. Kesulitan
tidur yang dialami wanita akan berakibat buruk pada status kesehatannya, dimana
wanita tersebut akan tampak lemah dan pucat
5. Nafsu Makan Bertambah
Nafsu makan bertambah, sehingga wanita tersebut kelihatan lebih gemuk
ditambah lagi pelebaran pada bagian pinggul, pinggang dan paha. Belum
disadaribenar mengapa keinginan makan pada wanita perimenopause meningkat.
Diduga, lemak tubuh akan diolah untuk terus menghasilkan estrogen sehingga
keinginan makan akan bertambah untuk mensubtitusi pemecahan lemak tubuh
tadi.
6. Kerontokan Rambut
Kerontokan rambut membuat menipisnya rambut di kepala, kemaluan dan
seluruh tubuh. Namun bulu – bulu pada area wajah meningkat. Hal ini sejalan
dengan berkurangnya produksi kelenjar dan lapisan lemak pada kulit.
7. Vagina Kering

182
Pada vagina akan terlihat ada perubahan yang terjadi di lapisan dinding vagina.
Pada masa menopause vagina akan terlihat lebih kering dan kurang elastis. Hal ini
disebabkan adanya penurunan hormon estrogen. Efek gejala ini makan akan
muncul rasa sakit di saaat melakukan hubungan seksual.
Vagina kering akibatnya sakit saat melakukan hubungan seks. Keringnya
vagina dapat terjadi karena penurunan produksi hormon estrogen yang secara
berangsur – angsur meminimalkan pengeluaran cairan vagina. Selain itu otot –
otot vagina juga semakin kendur dan daya kontraksinya lebih rendah. Hal ini
secara tidak langsung nantinya berdampak pada menurunnya libido.
8. Inkontenensia
Inkontenensia yaitu sulitnya menahan BAK terutama dalam kondisi bersin,
tertawa, dan terkejut. Ini mengindentifikasikan hilangnya kelenturan otot halus.
Kondisi seperti ini lebih memberatkan saat malam hari karena mengganggu
aktivitas istirahat dan tidur.
9. Gangguan pada Kulit dan Ekstremitas
Gangguan pada kulit dan ekstremitas adanya gelenyar – gelenyar pada
kaki dan tangan yang diakibatkan kurangnya vitamin B12, perubahan kelenturan
pembuluh darah dan menipisnya kadar potassium dan kalsium. Juga kondisi kulit
kering dan pecah – pecah.
Selain gejala fisik seperti yang dikemukakan di atas, terdapat pula gejala
psikis yang menonjol pada wanita menopause seperti : mudah tersinggung, susah
tidur, kecemasan, gangguan daya ingat, stress, depresi, tertekan, gugup dan
kesepian. Ada juga wanita yang kehilangan harga diri karena menurunnya daya
tarik fisik dan seksual, mereka merasa tidak dibutuhkan suami dan keluarga.
Semua tanda dan gejala diatas mulai datang pada waktu yang lebih awal yaitu
sekitar 3 – 5 tahun sebelum menopause atau sebanding dengan usia 40 – 45 tahun.
I. Diagnosis Menopause
Seorang wanita dikatakan mengalami menopause bila menstruasi telah berhenti
selama 12 bulan. Menopause didahului dengan munculnya berbagai perubahan
pada masa perimenopause, yang disebut gejala menopause.
Untuk lebih memastikannya, atau bila dokter mencurigai adanya penyebab lain
dari menopause, dapat dilakukan:
1. Berhenti haid secara fisiologis paling sedikit 12 bulan berturut-turut
2. Adanya gejala dini menopause seperti gejolak panas dan berkeringat banyak.

183
3. Serum estradiol < 20 pg/ml.
4. Serum FSH dan LH > 100 m IU/ml.
5. Pemeriksaan FSH (follicle-stimulating hormone) dan hormon estrogen- Pada
kondisi menopause, kadar FSH akan meningkat, sedangkan kadar estrogen
rendah.
6. Pemeriksaan TSH (thyroid-stimulating hormone) dan hormon tiroid
Pemeriksaan kadar hormon ini untuk memastikan penderita tidak mengalami
hipotiroidisme atau penurunan hormon tiroid, yang dapat menimbulkan gejala
serupa dengan menopause.
J. Penatalaksaan dan Pengobatan Perimenopause
Perimenopause merupakan kondisi alami yang tidak dapat dihindari. Oleh karena
itu, tidak diperlukan obat-obatan untuk mengatasinya. Namun untuk meringankan
gejala perimenopause, dokter kandungan dapat meresepkan beberapa obat berikut
ini:
1. Obat pengganti hormon
Hormon estrogen tetap menjadi penanganan paling efektif untuk meredakan
gejala perimenopause, khususnya hot flashes dan berkeringat di malam hari.
Hormon esterogen bisa diberikan dalam beragam sediaan, mulai dari pil, obat
tempel di kulit, hingga gel atau krim.Untuk menurunkan risiko kanker akibat
penggunaan hormon estrogen, terapi pengganti hormon estrogen dapat
dikombinasikan dengan hormon progesteron.
2. Obat estrogen vaginal
Untuk menangani vagina kering, hormon estrogen dapat langsung dimasukkan
ke dalam vagina menggunakan tablet, ring, atau krim vagina. Estrogen vaginal
ini juga dapat mengurangi rasa nyeri saat melakukan hubungan seksual serta
gangguan saat buang air kecil pada masa perimenopause.
3. Gabapentin
Selain untuk menangani kejang, gabapentin ternyata dapat mengurangi hot
flashes. Dokter akan memberikan gabapentin pada wanita yang tidak bisa
diberikan hormon estrogen.
4. Antidepresan
Beberapa antidepresan dapat mengurangi hot flashes akibat perimenopause.
Obat ini sering diresepkan kepada wanita yang tidak dapat menerima terapi
esterogen karena alasan kesehatan.Selain menggunakan obat yang diresepkan

184
oleh dokter, wanita yang merasakan gejala perimenopause dapat melakukan
hal-hal berikut ini untuk meredakan gejalanya.

K. Penanganan Menopause Secara Mandiri


Menopause tidak membutuhkan penanganan khusus. Penanganan yang dilakukan
hanya bertujuan untuk meredakan gejala, yaitu dengan:
1. Menghindari makanan/minuman tertentu
Makanan pedas dan minuman panas, berkafein, atau beralkohol dapat
membuat gejala menopause, seperti hot flashes dan jantung berdebar, menjadi
lebih parah.
2. Mengenakan pakaian tipis berbahan katun
Cara ini dapat mengurangi hot flashes yang dirasakan selama masa
perimenopause.
3. Menerapkan teknik relaksasi
Teknik relaksasi yang dimaksud antara lain adalah meditasi, pengaturan napas,
yoga, serta taichi. Teknik-teknik ini dapat membantu mengurangi tingkat stres
serta mencegah depresi.
4. Menggunakan pelumas vagina berbahan dasar air
Tujuannya adalah untuk mengurangi rasa tidak nyaman akibat vagina yang
kering. Jangan menggunakan produk pelumas vagina yang mengandung
gliserin, karena berisiko menimbulkan iritasi.
5. Untuk mencegah penyakit yang dapat timbul akibat menopause, seorang wanita
disarankan untuk menjalani gaya hidup sehat. Caranya adalah dengan tidur
yang cukup, rutin berolahraga, serta menerapkan pola makan yang sehat.
6. Pola makan yang dianjurkan adalah mengonsumsi makanan dengan gizi
seimbang dan memperbanyak asupan serat, seperti buah, sayur, atau biji-
bijian. Selain itu, batasi asupan lemak, gula, dan minyak. Jika dibutuhan,
konsumsi suplemen kalsium dan vitamin D untuk memelihara kesehatan
tulang. Selain itu, hindarilah konsumsi alkohol, karena bisa menyebabkan sulit
tidur.
7. Berhenti merokok dan tidak minum alkohol.
Mengurangi konsumsi kafein. Rutin berolahraga, namun hindari berolahraga
pada malam hari. Hindari tidur siang jika mengalami gejala gangguan tidur
Hindari makan dengan porsi besar. Lakukan aktivitas yang membuat tenang

185
atau rileks, seperti yoga atau mandi dengan air hangat, terutama menjelang
waktu tidur.
L. Penanganan Menopause oleh Dokter
Bila gejala menopause sangat mengganggu. Terapi ini efektif untuk meredakan
gejala menopause. Terdapat dua jenis terapi pengganti hormon untuk menopause,
yaitu:
1. Terapi pengganti hormon estrogen
Terapi ini diberikan pada wanita yang sudah menjalani operasi pengangkatan
rahim.
2. Terapi kombinasi (estrogen dan progesteron)
Terapi ini diberikan pada wanita yang mengalami menopause secara alami.
Terapi pengganti hormon dapat diberikan dalam bentuk tablet, krim, atau gel.
Namun, terapi ini tidak dianjurkan bagi wanita yang menderita kanker
payudara atau berisiko tinggi mengalami kanker payudara. Selain terapi
pengganti hormon, beberapa jenis obat juga dapat diberikan untuk mengatasi
gejala menopause, antara lain
3. Obat antidepresan
Obat ini diberikan untuk mengatasi gejala hot flashes dan ganguan suasana
hati, bila pil estrogen tidak dapat diberikan karena alasan kesehatan.
4. Gabapentin
Obat kejang ini diberikan untuk mengatasi keringat yang muncul pada malam
hari.
5. Clonidine
Obat untuk hipertensi ini diberikan untuk meredakan gejala hot flashes.
6. Antibiotik
Antibiotik diberikan bila terjadi infeksi berulang pada saluran kemih.
7. Minoxidil
Produk perawatan rambut yang mengandung minoxidil dapat diberikan untuk
mengatasi rambut rontok.
8. Obat tidur
Obat tidur diberikan untuk mengatasi sulit tidur, dan harus dikonsumsi di
bawah pengawasan dokter.
Setelah 3 bulan pengobatan, penderita dianjurkan untuk memeriksakan diri
kembali ke dokter. Setelah itu, pemeriksaan ulang dapat dilakukan setiap satu

186
tahun. Pemeriksaan rutin ini bertujuan untuk memastikan efektivitas
pengobatan yang diberikan, sekaligus memantau kondisi kesehatan pasien.

187
SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP) IBU HAMIL TM II

Topik : demo tentang Ibu hamil TM II

Sasaran : ibu hamil

Waktu : selasa 16 februari 2021/09:00 wita sampai selesai

Tempat : rumah ibu hamil

Materi : demo tentang ibu hamil yang sudah memasuki kehamilan TM II

A. Tujuan
1. Tujuan khusus
Setelah melakukan demo dan penyuluhan kesehatan tentang ibu hamil TM II
pada masa kehamilan selama 20 menit, sasaran atupun ibu hamil tersebut
mampu memahami tentang apa saja kehamilan TM II.
B. Sub pokok bahasa
1. Demo Resiko kehamilan TM II
2. Demo dan Tindakan maupun cara penyelesaian masalah ibu hamil TM II
C. Kegiatan penyuluhan

NO Waktu Kegiatan Respon

1. 2 menit - Salam pembuka - Menjawab salam


- Menyampaikan - Mendengarkan dan
penyuluhan memperhatikan
2. 10 menit - Penyampaian materi - Mendengarkan dan
- Ceramah memperhatikan
- Menjelaskan tahap - Mendengarkan dan
demi tahap memperhatikan
- Memberikan - Mendengarkan dan
kesempatan bertanya memperhatikan
- Mendengarkan dan
memperhatikan
3. 2 menit - Menggali pengetahuan - Dapat mengulang
sasaran dengan kembali informasi
memberi pertanyaan yang telah di dapat
4. - Penutup - Menjawab salam
- Memberi salam
penutup

D. Metode
Ceramah, tanya jawab
E. Alat bantu
Lembar balik

188
F. Evaluasi
Pertanyaan
1. Resiko yang gampang di alami ibu hamil TM II
2. Demo maupun tindakan yang kalian lakukan terhadap kehamilan TM II

MATERI

1. Resiko pada ibu hamil TM II yaitu:


- Persalinan prematur
- Perdarahan
- Ketuban pecah dini
- Masalah pernapasan
- Preeklamsia
2. Demo dan Tindakan ataupun cara penyelesaian masalahnya ibu hamil TM II
adalah:
- Selalu memeriksakan berat badan
- Saya akan memberikan konseling pada ibu hamil tersebut tentang selalu menjaga
pola makan agar tetap sehat dan bergizi seimbang seperti buah buahan dan roti
dengan harga masing2 Rp: 30.000 dan selalu rutin berolahraga. Di halaman rumah
melakukan gerakan kecil seperti berjalan depan rumah di pagi hari

189
SATUAN ACARA PENYULUHAN(SAP) VAKSINASI COVID 19

Topik : Melakukan demo Vaksinasi covid 19

Sasaran : Responden

Waktu :selasa 16 februari 2021/10:00 wita sampai selesai

Tempat :rumah ibu hamil

Materi : terlampir

A. Tujuan
1. Tujuan umum
Setelah melakukandemo dan penyuluhan kesehatan tentang vaksinasi covid 19
pada masa pandemi selama 15 menit, sasaran di harapkan mampu memahami
tentang pentingnya melakukan vaksinasi covid 19 demi kesehatan individu
maupun orang sekitar.
2. Tujuan khusus
Setelah di berikan penyuluhan mengenai pentingnya vaksinasi covid 19
a. Mampu memahami demo yang saya sampaikan tentang resiko ketika tidak
melakukan vaksinasi covid 19
b. Memahami tindakan ataupun penyelesaian masalahnya yang saya sudah
demo kan.
B. Sub pokok bahasa
1. Resiko ketika tidak melakukan vaksinasi covid 19
2. Tindakan ataupun cara penyelesaian masalah.
C. Kegiatan penyuluhan

NO Waktu Kegiatan Respon

1. 2 menit - Salam pembuka - Menjawab salam


- Menyampaikan - Mendengarkan dan
penyuluhan memperhatikan

2. 10 menir - Penyampaian materi - Mendengarkan dan


- Ceramah memperhatikan
- Menjelaskan tahap - Mendengarkan dan
demi tahap memperhatikan
- Memberikan - Mendengarkan dan
kesempatan bertanya memperhatikan
- Mendengarkan dan
memperhatika

190
3. 3 menit - Menggali - Dapat mengulang
pengetahuan sasaran kembali informasi
denganmemberi yang telah di dapat
pertanyaan
4. - Penutup - Menjawab salam
- Memberi salam
penutup

D. Metode
Ceramah
Tanya jawab
E. Alat bantu
Lembar balik
F. Evaluasi
Pertanyaan
1. Apa sajademo yang kamu sampaikan terhadap resiko ketika tidak melakukan
vaksinasi covid 19?
2. Bagaimana demo atau Tindakan untuk penyelesaian masalah ini?

MATERI

1. Resiko ketika tidak melakukan vaksinasi covid 19 adalah:


- Kekebalan tubuh rendah dan akan mudah terserang gejala covid 19, jika
sudah terserang imun tubuh pun ikut rendah dan kondisi tubuh lemas serta
demam tinggi.
2. Demo ataupun tindakan yang akan saya lakukan untuk menyelesaikan
masalah ini adalah :
- Menjelaskan kepada bapak tersebut bahwa orang yang di sunti vaksin tidak
akan langsung di suntik akan di lihat dan di cek terlebih dahulu apakah ada
penyakit tertentu ataupun penyakit bawaan atau penyakit penyerta, jika
memang ada berarti tidak akan di suntik vaksin dan di lihat juga dari imunitas
tubuh apakah rendah atau tidak, jadi tidak sembarang di suntikan vaksin.
- Vaksin covid juga bukan hanya bermanfaat bagi individu tetapi bermanfaat
juga bagi orang sekitar dan bermanfaat bagi kesehatan dan kekebalan tubuh
kita

191
SATUAN ACARA PENYULUHAN

Topik : ibu hamil yang belum melakukan pemeriksaan HB

Sasaran : ibu hamil

Waktu :selasa 16 februari 2021/09:00 wita sampai selesai

Tempat :rumah ibu hamil

Materi : demo yang akan saya lakukan adalah untuk menganjurkan pada ibu
melakukan pemeriksaan HB.

A. Tujuan

1. Tujuan khusus

Setelah melakukan penyuluhan kesehatan tentang ibu hamil yang belum melakukan
pemeriksaan HB selama kehamilan, selama -+15 menit sasaran di harapkan memahami
tentang melakukan pemeriksan HB pada masa kehamilan yang saya sampaikan atau yang
saya demokan.

B. Sub pokok bahasa

1. Saya akan melakukan demo terhadap ibu hamil ini tentang betapa pentingnya
memeriksakan kadar HB

2. demo mauupun tindakan penyelesaian masalah yang akan saya lakukan pada ny.i

C. Kegiatan penyuluhan

NO Waktu Kegiatan Respon


1. 2 menit - Salam pembuka - Menjawab salam
- Menyampaikan - Mendengarkan dan
penyuluhan memperhatikan
2. 10 menit - Penyampaian materi - Mendengarkan dan
- Ceramah memeprhatikan
- Menjelaskan tahap demi - Mendengarkan dan
tahap memperhatikan
- Memberikan kesempatan - Mendengarkan dan
bertanya memperhatika
- Mendengarkan dan
memperhatika
3. 2 menit - Menggali pengetahuan - Dapat mengulang
sasaran dengan kembali informasi
memberikan pertanyaan yang telah di dapat
4. - Penutup - Menjawab salam
- Memberi salam penutup

192
D. Metode

Ceramah, Tanya jawab

E. Alat bantu

Lembar balik

F. Evaluasi

Pertanyaan

1. Resiko ibu hamil yang belum memeriksakan kadar Hb

2. demo /Tindakan penyelesaian masalah yang harus di lakukan

MATERI

1. Saya melakukan demo dengan Resiko ibu hamil yang belum melakukan
pemeriksaan kadar Hb yaitu:
a. Pada ibu hamil:
- Perdarahan
- Eklamsia
- Infeksi
b. Pada janin:
- Berat badan bayi lahir rendah
- Lahir prematur
- Robekan rahim/ruptur uteri serta keguguran
2. Tindakan atau penyelesaian masalahnya yaitu:
- Menganjurkan pada ibu untuk selalu mengkonsumsi sari kurmadengan harga Rp:
20.000 dan sayur sayuran hijau seperti sayur bening dengan harga Rp:5000
ketika hasil dari kadar Hb <11gr/dl/tidak normal
- Makan satu porsi lebih banyak pada saat hamil agar kadar Hb dalam keadaan
normal dengan teratur yaitu 3x sehari dengan mengkonsumsi makanan yang
bergizi seimbang serta makanan pendamping seperti buah buahan apel dan anggur
dengan harga Rp: 40.000
- Saya akan memberikan KIE kepada ibu untuk merencanakan tempat persalinan di
rumah sakit jika ada komlikasi.

193
SATUAN ACARA PENYULUHAN

KESEHATAN REPRODUKSI PADA REMAJA

Pokok Bahasan :demo tentang pergaulan bebas di kalangan remaja laki laki

Pokok bahasan :menyampaikan tujuan demo yang saya susun tentang pergaulan bebas
pada remaja laki2.

Hari/Tanggal : selasa 16 februari 2021/09:00 wita sampai selesai

Waktu : 20 menit

Tempat : rumah remaja

Sasaran : remaja

B. Tujuan Umum

Setelah mengikuti demo maupun penyuluhan diharapkan Remaja dapat mengetahui


tentang pentingnya menjauhi yang namanya pergaulan bebas di karenakan akan merusak
masa depan maupun kesehatan.

C. Tujuan Khusus

Setelah mengikuti kegiatan penyuluhan Remaja dapat memahami tentang demo mengenai
bahanya pergaulan bebas di kalangan remaja laki laki.

A. Materi
(Terlampir)
B. METODE
1. Ceramah
2. Tanya Jawab
C. MEDIA
Lembar balik
D. KEGIATAN PEMBELAJARAN

no Waktu Kegiatan penyuluhan Kegiatan peserta

1. 1 Menit 1. Memberi salam 1. Menjawab salam


2. Menyebutkan materi atau 2. Mendengarkan dan
pokok memperhatikan
pembahasan yang akan
disampaikan
2. 20 menit Menjelaskan materi Menyimak dan
penyuluhan secara memperhatikan
berurutan

194
3 6 menit Meminta audiens menyimak Menjawab pertanyaan
kembali menyenai materi
yang telah di paparkan
4 2 menit penutup Menjawab salam

E. EVALUASI
a. Jelaskan kembali tentang bahayanya pergaulan bebas di kalangan remaja?

MATERI

A. Demo tentang pergaulan bebas di kalanagan remaja laki laki


1. Demo dengan Memberikan edukasi kepada remaja tersebut tentang bahanya
pergaulan bebas pada kalanagan remaja laki laki seperti:
- Bahanya merokok karena akan menyebabkan, asma, infeksi paru paru, dan
kanker pada tenggorokan.
- Minum minuman keras sangan berbahaya bagi masa depan juga kesehatan
seperti:kepala berkunang kunang, bicara melantur, dan buruknya kerja akal
serta kontrol diri
- Baha narkoba di kalangan remaja seperti: merusak masa depan,
menyebabkan gangguan mental , depresi dan kecemasan terus menerus.
- Berhubungan sexs bebas seperti: akan terkena HIV AIDS/ dan ISK(infeksi
saluran kemih serta penyakit menular lainya.
- Dan saya berharap semoga apa yang saya demokan dan saya sampaikan
dapat menyadari remaja laki-laki ini tentang bahanya pergaulan bebeas dan
dapat menjauhkan.

195
SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)
PREEKLAMSIA PADA IBU HAMIL

Pokok bahasan            : Asuhan pada ibu hamil


Sub pokok bahasan     : Preeklamsi pada ibu hamil
Sasaran                        : Ibu hamil
Jumlah sasaran            : 1
Penyuluh                     : St. Nurwati
Jam /waktu                  : 25 menit
Tempat                        :Kelurahan Na,e
Hari/tanggal                : Seni/15 Februari 2021

A. Tujuan Instruksi umum (TIU)


Setelah mengikuti pendidikan kesehatan pada ibu hamil di harapkan dapat menambah
pengetahuan tentang preeklamsia.
B. Tujuan Instruksional khusus (TIK)    
Setelah mengikuti penyuluhan diharapkan ibu dapat mengetahui tentang:
1. Apa itu preeklamsia pada ibu hamil.
2. Etiologi Preeklamsia.
3. Gejalah Preeklamsia / Menifestasi Klinis
4. Macam-Macam Preeklamsia
5. Factor Resiko Preeklamsia Pada Ibu Dan Janin
6. Pencegahan Preeklamsia
C. Materi
Terlampir

D. Metode
1. Ceramah
2. Tanya jawab

E. Media dan Alat Peraga


1. Leaflat

F. Kegiatan Penyuluhan

196
No Waktu Kegiatan penyuluhan Kegiatan ibu
1. Pembukaan 5 Pendahuluan 1.membalas salam
menit 1.penyampaikan salam 2. mendengarkan
2. menjelaskan tujuan 3. memberi respon
3. kontrak waktu
2. Inti 15 menit Inti Mahasiswa menjelaskan :      1. Menanyakanyang belum jelas
1. Apa itu preeklamsia pada ibu 2. Aktif bersamaMenyimpulkan
hamil. c.   3. Membalas salam
2. Etiologi Preeklamsia.
3. Gejalah Preeklamsia /
Menifestasi Klinis
4. Macam-Macam Preeklamsia
5. Factor Resiko Preeklamsia
Pada Ibu Dan Janin
6. Pencegahan Preeklamsia

3. Penutupan 5 menit Penutup      1.Menanyakan yang belum jelas


1.      1.Tanya jawab b.   2.Aktif bersama
2.      2.Tes akhir c.   3. Menyimpulkan
3.      3.Menyimpulkan hasilpenyuluhan 4.membalas salam
4.      4. Memberi salam Penutup 4

G. Evaluasi
Prosedur                           : Post Test
Bentuk                             : Lisan
Jenis                                 : Tanya jawab
JenisPertanyaan:
1. Apa yang dimaksud dengan preeklamsia pada ibu hamil?
2. Jelaskan etiologi preeklamsia?
3. Sebutkan gejalah-gejalah atau menifestasi klinis preeklamsia?

197
4. Sebutkan macam-macam preeklamsia?
5. Sebutkan factor resiko preeklamsia pada ibu dan janin?
6. Apa pencegahan dari preeklamsia?

MATERI
PREEKLAMSIA PADA IBU HAMIL
1. Pengartian Preeklamsia

Preeklampsia adalah sindrom spesifik kehamilan berupa bekurangnya


perfusiorgan akibat vasospasme dan aktivitas endotel yang ditandai dengan
proteinuria dan hipertensi.
Hipertensi yang dimaksudkan disini adalah terjadinya peningkatan tekanan
diastolik
sekurang-kurangnya 30 mmHg, atau peningkatan diastolik sekurang-sekurangnya
15 mmHg, atau adanya tekanan sistolik sekurang-kurangnya 140 mmHg, atau
tekanan diastolik sekurang-kurangnya 90 mmHg. Pemeriksaan dilakukan
sekurang-kurangnya dua kesempatan dengan perbedaan waktu 6 jam dan harus
didasarkan pada nilai tekanan darah sebelumnya yang diketahui.

2. Etiologi Preeklamsia
Etiologi preeklamsia sampai saat ini belum diketahui dengan pasti. Ditandai
dengan perubahan pembuluh darah plasenta, dengan cepat menyebabkan
gangguan fungsi plasenta, diduga yang berperan menyebabkan hal ini adalah tiga
faktor yaitu maladaptasi imunologi, genetik predisposisi, dan factor media-
vaskular.
3. Gejalah Preeklamsia / Menifestasi Klinis
Tanda dan gejala preeclampsia dibedakan menjadi dua macam yaitu berdasarkan
gambaran klinik ditandai dengan :
a. pertambahan berat badan yang berlebihan
b. edema
c. Hipertensi
d. Proteinuria

dan berdasarkan gejala subyektif yang ditandai dengan:

a. sakit kepala di daerah frontal

198
b. nyeri epigastrium
c. gangguan visus: penglihatan kabur, skotoma, diplopia, mual, muntah
d. gangguan serebral lainnya: reflek meningkat dan tidak tenang.
4. Macam-Macam Preeklamsia
Klasifikasi preeklampsia dibagi menjadi dua golongan yaitu preeklamsia ringan
dan preeklamsia berat.
a. Preeklamsi aringan di tandai dengan pertambahan berat badan, edema umum
di kaki dan muka, hipertensi dengan tekanan darah lebih atau sama dengan
140/90mmHg setelah gestasi20 minggu, proteinuria lebih atau sama dengan
300 mg per liter dan 1+ atau 2+ pada dipstick, danbelum ditemukan gejala-
gejala subyektif.
b. preeklamsia berat ditandai dengan tekanan darah sistolik≥ 160 mmHg dan
tekanan darah diastolic ≥ 110 mmHg, proteinuria 2 gram per liter atau≥ 2+
pada
dipstick, oliguria < 400 ml/24 jam, kreatinin serum > 1,2 mg/dl, nyeri
epigastrium, edema
pulmonum, sakit kepala di daerah frontal, diplopia dan pandangan kabur, serta
perdarahan retina.
5. Factor Resiko Preeklamsia Pada Ibu Dan Janin
Komplikasi preeklampsia dibedakan menjadi komplikasi pada ibu dan komplikasi
pada janin/bayi.
a. Komplikasi pada ibu di antaranya : atonia uteri, sindrom HELLP, gagal ginjal,
perdarahan otak, edema paru, gagal jantung,
b. komplikasi pada janin/bayi seperti asfiksia neonatorum, pertumbuhan bayi
terhambat (Intra Uterin Fetal Retardation), hipoksia intrauteri, kelahiran
prematur dan berat badan lahir
rendah.
6. Pencegahan Preeklamsia
Pencegahan terhadap preeklampsia dibagi menjadi 3 tingkatan, yakni pencegahan
primer, sekunder, dan tersier.
a. Pencegahan primer bertujuan untuk mencegah terjadinya preeklampsia.
Karena patogenesis preeklampsia belum diketahui secara pasti sampai saat ini,
maka pencegahan primer yang paling baik adalah dengan mencegah terjadinya

199
kehamilan, misalnya dengan menggunakan kontrasepsi. Namun, beberapa
modifikasi faktor risiko juga diharapkan dapat mengurangi angka kejadian
preeklampsia, antara lain : memeperpanjang waktu paparan terhadap sperma,
hamil pada usia yang tidak terlalu muda dan tidak terlalu tua, serta memilih
patner yang tidak memiliki riwayat istri dengan preeklampsia sebelumnya.
b. Pencegahan sekunder preeklampsia berarti menghentikan proses perjalanan
penyakit tersebut sebelum mencapai gejala klinis. Pencegahan sekunder ini
hanya dapat dilakukan bila patogenesis penyakit tersebut telah diketahui
dengan jelas, ketersediaan metode untuk deteksi dini, serta intervensi dan
koreksi proses patofisiologi yang sedang terjadi. Banyak penderita
preeklampsia yang tidak
menunjukkan gejala klinis di awal terjadinya penyakit, sehingga deteksi dini
dari preeklampsia akan sangat bermanfaat untuk diagnosis dini preeklampsia.
Saat ini telah banyak penanda yang diajukan sebagai alat untuk membantu
deteksi dini
preeklampsia, termasuk salah satunya adalah C-Reactive Protein yang akan
dibahas
lebih mendalam di bagian selanjutnya.
c. Pencegahan tersier preeklampsia merupakan upaya untuk mencegah terjadinya
komplikasi yang ditimbulkan dari penyakit tersebut. Tanpa diragukan, asuhan
antenatal memiliki peranan penting dalam pencegahan tersier preeclampsia
yang pada akhirnya diharapkan dapat menurunkan angka mortalitas dan
morbiditas. Melalui asuhan antenatal yang rutin kita dapat memberikan terapi
dini terhadap penderita preeklampsia dan memonitor keberhasilan terapi yang
diberikan

REFERENSI

Jumiatun. Hubungan antara Preeklamsia dalam Persalinan dengan Kejadian Asfeksia di

RSUD Kab.Batang. Jurnal Kebidanan STIKes Widya Husada: Semarang.


2013;11:1-17.

Kementerian Kesehatan RI. Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2013. Jakarta


:Kementerian Kesehatan

200
RI: 2014.

Hashemi, A. Hubungan Paritas pada Penderita Preeklampsia Berat Terhadap Kejadian


asfiksia

Neonatorum di RSUD dr. Soebandi Kabupaten Jember. [Skripsi]. Jember:


Universitas Jember. 2015.

201
SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)
KEHAMILAN RESIKO TINGGI PADA IBU HAMIL

Pokok bahasan            : Asuhan pada ibu hamil


Sub pokok bahasan     : kehamilan Resiko tinggi pada ibu hamil
Sasaran                        : Ibu hamil
Jumlah sasaran            : 1
Penyuluh                     : St. Nurwati
Jam /waktu                  : 25 menit
Tempat                        :Kelurahan Na,e
Hari/tanggal                : Seni/15 Februari 2021

H. Tujuan Instruksi umum (TIU)


Setelah mengikuti pendidikan kesehatan pada ibu hamil di harapkan dapat menambah
pengetahuan tentang kehamilan resiko tinggi.
I. Tujuan Instruksional khusus (TIK)    
Setelah mengikuti penyuluhan diharapkan ibu dapat mengetahui tentang:
7. Apa itu kehamilan resiko tinggi.
8. Etiologi kehamilan resiko tinggi.
9. Macam-Macam kehamilan resiko tinggi
10. Factor Resiko kehamilan resiko tinggi
J. Materi
Terlampir

K. Metode
3. Ceramah
4. Tanya jawab
L. Media dan Alat Peraga
2. Leaflat
M. Kegiatan Penyuluhan

No Waktu Kegiatan penyuluhan Kegiatan ibu


1. Pembukaan 5 Pendahuluan 1.membalas salam

202
menit 1.penyampaikan salam 2. mendengarkan
2. menjelaskan tujuan 3. memberi respon
3. kontrak waktu
2. Inti 15 menit Inti Mahasiswa menjelaskan :      1. Menanyakanyang belum jelas
7. Apa itu kehamilan resiko 2. Aktif bersamaMenyimpulkan
tinggi. c.   3. Membalas salam
8. Etiologi kehamilan resiko
tinggi.
9. Macam-Macam kehamilan
resiko tinggi
10. Factor Resiko kehamilan
resiko tinggi

3. Penutupan 5 menit Penutup      1.Menanyakan yang belum jelas


1.      1.Tanya jawab b.   2.Aktif bersama
2.      2.Tes akhir c.   3. Menyimpulkan
3.      3.Menyimpulkan hasilpenyuluhan 4.membalas salam
4.      4. Memberi salam Penutup 4

N. Evaluasi
Prosedur                           : Post Test
Bentuk                             : Lisan
Jenis                                 : Tanya jawab
JenisPertanyaan:
7. Apa yang dimaksud dengan kehamilan resiko tinggi pada ibu hamil?
8. Jelaskan etiologi kehamilan resiko tinggi?
9. Sebutkan macam-macam kehamilan resiko tinggi?
10. Sebutkan dan jelaskan factor resiko kehamilan resiko tinggi?

MATERI

203
KEHAMILAN RESIKO TINGGI PADA IBU HAMIL

1. Pengertian kehamilan resiko tinggi


Kehamilan risiko tinggi merupakan suatu kehamilan yang memiliki risiko
lebih besar dari biasanya (baik bagi ibu maupun bayinya) yang dapat
mengakibatkan terjadinya penyakit atau kematian sebelum maupun sesudah
persalinan.
2. Etiologi kehamilan resiko tinggi
Kehamilan yang termasuk kelompok risiko tinggi yaitu kehamilan yang
dipengaruhi oleh 4T, antara lain terlalu tua dengan usia ibu > 35 tahun, terlalu
muda dengan usia ibu < 19 tahun, terlau sering dengan ibu yang melahirkan > 3
kali dan terlalu dekat dengan jarak melahirkan < 2 tahun.
3. Macam- macam kehamilah resiko tinggi
a. Kehamilan terlalu muda
b. Kehamilan terlalu tua
c. Kehamilan terlalu jauh jarak kehamilan
d. Kehamilan terlalu dekat
4. Factor resiko pada kehamilan resiko tinggi
a. Faktor risiko tinggi yang mempunyai potensi komplikasi yaitu usia< 19 tahun
karena pada usia tersebut tergolong usia remaja yang masih mengalami
pertumbuhan dan
perkembangan secara fisik dan psikologis maka akan menimbulkan
komplikasi terutama pada persalinan misalnya perdarahan karena Rahim
belum dapat berkontraksi dengan baik dan dapat menyebabkan persalinan
lebih awal sehingga bayi
lahir prematur.
b. Komplikasi ibu hamil dengan usia > 35 tahun memiliki risiko tinggi karena
organ reproduksi telah mengalami penurunan fungsi, sehingga dapat
memudahkan
terjadinya komplikasi pada saat kehamilan dan persalinan misalnya hipertensi
dalam kehamilan, persalinan lama karena kehamilan yang tidak kuat dan
perdarahan
karena otot rahim tidak berkontraksi dengan baik.

204
c. Faktor kamplikasi pada ibu paritas akan mengganggu kesehatan ibu misalnya
anemia, perut ibu terlihat menggantung, kehamilan letak lintang, persalinan
lama,
perdarahan paska persalinan, solusio plasenta dan plasenta previa.
d. Risiko tinggi pada Ibu hamil yang jarak kehamilan < 2 tahun sangat
memungkinkan terjadinya perdarahan karena kondisi ibu lemah, melahirkan
prematur dan melahirkan
BBLR (Astuti, dkk, 2017).

DAFTAR PUSTAKA

Astuti, Sri, dkk. 2017. AsuhanIbu Dalam Masa Kehamilan Buku Ajar Kebidanan
Antenatal Care; Erlangga, Yogyakarta.

Christiyanti, Joan, dkk. 2014. PersepsiIbu Hamil Dengan Faktor Resiko Tinggi

Kehamilan. http://manisanasam.files.ac.id.Di akseskan tanggal 24 Februari


2018.

Prianita, Anna, Widi. Pengaruh faktor Usia Ibu Terhadap Keluaran


Maternal dan

Perinatal Pada Persalinan Primigravida Di RS. Dr. Kariadi Semarang


Periode
Tahun 2010

205
SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)
BAHAYA MEROKOK

Pokok bahasan            : Asuhan pada dewasa laki-laki


Sub pokok bahasan     : Bahaya merokok
Sasaran                        : dewasa laki-laki
Jumlah sasaran            : 1
Penyuluh                     : St. Nurwati
Jam /waktu                  : 25 menit
Tempat                        :Kelurahan Na,e
Hari/tanggal                : Seni/15 Februari 2021

O. Tujuan Instruksi umum (TIU)


Setelah mengikuti pendidikan kesehatan pada ibu hamil di harapkan dapat menambah
pengetahuan tentang bahaya merokok.
P. Tujuan Instruksional khusus (TIK)    
Setelah mengikuti penyuluhan diharapkan ibu dapat mengetahui tentang:
11. Apa itu rokok.
12. Kandungan dalam rokok.
13. Penyebab orang merokok
14. Bahaya merokok
15. Kategori perokok
Q. Materi
Terlampir
R. Metode
5. Ceramah
6. Tanya jawab
S. Media dan Alat Peraga
3. Leaflat
T. Kegiatan Penyuluhan
No Waktu Kegiatan penyuluhan Kegiatan ibu
1. Pembukaan 5 Pendahuluan 1.membalas salam
menit 1.penyampaikan salam 2. mendengarkan

206
2. menjelaskan tujuan 3. memberi respon
3. kontrak waktu
2. Inti 15 menit Inti Mahasiswa menjelaskan :      1. Menanyakanyang belum jelas
11. Apa itu rokok. 2. Aktif bersamaMenyimpulkan
12. Kandungan dalam rokok. c.   3. Membalas salam
13. Penyebab orang merokok
14. Bahaya merokok
15. Kategori perokok

3. Penutupan 5 menit Penutup      1.Menanyakan yang belum jelas


1.      1.Tanya jawab b.   2.Aktif bersama
2.      2.Tes akhir c.   3. Menyimpulkan
3.      3.Menyimpulkan hasilpenyuluhan 4.membalas salam
4.      4. Memberi salam Penutup 4

U. Evaluasi
Prosedur                           : Post Test
Bentuk                             : Lisan
Jenis                                 : Tanya jawab
JenisPertanyaan:
11. Apa yang dimaksud dengan rokok?
12. Sebutkan dan Jelaskan kandungan yang ada pada rokok?
13. Sebutkan dan jelaskan penyebab orang merokok?
14. Jelaskan bahaya merokok?
15. Sebutkan dan jelaskan kategori merokok?
MATERI

BAHAYA MEROKOK

1. Pengertian rokok
Rokok mengandung zat adiktif yang bila digunakan mengakibatkan
bahaya bagi kesehatan individu maupun masyarakat. Rokok adalah salah satu

207
produk tembakau yang dimaksudkan untuk dibakar, dihisap dan atau dihirup
termasuk rokok kretek, rokok putih, cerutu atau bentuk lainnya yang dihasilkan
dari tanaman Nicotiana Tabacum, Nicotiana Rustica, dan spesies lainnya atau
sintesisnya yang asapnya mengandung nikotin dan tar dengan atau tanpa bahan
tambahan.
Menurut data WHO, bila dilihat berdasarkan proporsi perokok di
Indonesia, negara Indonesia merupakan negara ketiga dengan jumlah perokok
terbesar di dunia setelah Cina dan India. ASEAN merupakan kawasan dengan
10% dari seluruh perokok di dunia. Presentase perokok pada penduduk di negara
ASEAN, Indonesia menduduki peringkat pertama yaitu dengan jumlah perokok
46,16% (Kemenkes, 2015b).
Merokok menimbulkan beban kesehatan, sosial, ekonomi dan lingkungan
tidak saja bagi perokok tetapi juga bagi orang lain. Seseorang yang bukan perokok
namun terpaksa menghisap atau menghirup asap rokok yang dikeluarkan oleh
perokok disebut perokok pasif.
2. Kandungan dalam rokok
Rokok mengandung 4000 jenis senyawa kimia. Sebanyak 400 jenis diantaranya
adalah termasuk zat berbahaya dan 43 jenis yang tergolong karsinogenik (zat
penyebab kanker). Zat yang terkandung antara lain:
a. Nikotin
Nikotin, adalah zat berbahaya yang menyebabkan kecanduan (adiktif). Nikotin
bekerja di otak yang akan merangsang pelepasan zat dopamin yang memberi
rasa nyaman yang menyebabkan rasa ketergantungan.
b. Tar
adalah cairan dan partikel-partikel kecil yang berasal dari asap rokok yang
lengket bersama membentuk bahan yang berwarna hitam kecoklat-coklatan
dan
bau. Tar mengandung bahan kimia yang beracun, dapat merusak paru-paru
dan
menyebabkan kanker.
c. Karbon Monoksida (CO)
Karbon Monoksida (CO), adalah salah satu gas beracun yang menurunkan
kandungan oksigen dalam darah.
d. Sianida,

208
menghambat penggunaan oksigen di dalam sel.
e. Benzopyrene
adalah bahan atau substansi yang terdapat di dalam tar dan mengendap di
saluran udara: mulut, pangkal tenggorokan, cabang tenggorokan dan paru-
paru, serta masih banyak lagi bahan kimia yang beracun berada pada sebatang
rokok.
3. Penyebab orang merokok
a. Faktor Orang Tua
Seseorang yang berasal keluarga yang konservatif (keluarga yang menjaga dan
memperhatikan anak-anaknya) lebih sulit untuk terlibat dengan
rokok.sedangkan seseorang yang berasal dari keluarga yang permisif (keluarga
yang tidak terlalu menjaga anaknya dan menerima perilaku anak) cenderung
akan mudah untuk terlibat dengan rokok.
b. Faktor Teman Sebaya
Kajian telah menunjukkan bahwa remaja yang masih mempunyai kawan-
kawan yang merokok adalah lebih mungkin merokok berbanding dengan yang
sebaliknya.banyak orang terdorong menjadi perokok pemula karena untuk
menyesuaikan diri pada sebuah komunitas pergaulan. Rokok membuat mereka
merasa lebih diterima
oleh banyak orang.
c. Faktor Kepribadian
Orang mencoba untuk merokok karena alas an ingin tahu atau ingin
melepaskan diri dari rasa sakit dan kebosanan. Secara kepribadian, kondisi
mental yang sedang menurun nseperti stress, gelisah, takut, kecewa, dan putus
asa sering mendorong orang untuk menghisap asap rokok. Mereka merasa
lebih tenang dan lebih mudah melewati masamasa sulit setelah merokok.
d. Faktor Iklan.
Iklan merupakan media informasi yang dibuat sedemikian rupa sehingga dapat
menarik para konsumen atau khalayak secara sukarela terdorong untuk
melakukan suatu tindakan sesuai dengan yang diinginkan pengiklan.
Banyaknya iklan rokok dimedia cetak, elektronik dan media luar ruang telah
mendorong rasa ingin tahu penonton termasuk remaja tentang produk rokok
4. Bahaya Rokok

209
Konsumsi rokok dapat mengakibatkan masalah kesehatan. Penyakit yang
disebabkan oleh rokok antara lain: Kanker, penyakit jantun, bronchitis, gangguan
kehamilan dan janin, membuat rambut rontok, katarak, kulit keriput, pendengaran
terganggu, osteoporosis, tukak lambung, kanker uterus, kanker kulit, disklorasi
jari-jari, karies, serta menyebabkan kerusakan sperma.

Bagi perokok aktif, ancaman terkena penyakit jantung dan stroke menjadi
dua kali lebih besar.

Perokok pasif juga memiliki resiko terkena penyakit akibat asap rokok
seperti kerusakan paru-paru, penyakit jantung, sakit tenggorokan, dan batuk.

Paparan asap rokok mempengaruhi semua tahap reproduksi manusia.


Termasuk ibu hamil jika terpapar asap rokok akan terjadi yaitu peningkatan
resiko untuk kehamilan ektopik, ketuban pecah dini, solusio plasenta, plasenta
previa, keguguran, lahir mati, lahir prematur, berat badan lahir rendah, kecil untuk
usia kehamilan dan bawaan anomali seperti bibir sumbing.
5. Kategori Perokok
a. Perokok Pasif
Perokok pasif adalah orang yang bukan perokok namun terpaksa menghisap
atau menghirup asap rokok yang dikeluarkan oleh perokok.
b. Perokok Aktif
Perokok aktif adalah orang yang merokok dan langsung menghisap rokok
melalui mulutnya serta dapat mengakibatkan bahaya bagi kesehatan diri
sendiri maupun lingkungan sekitar.

DAFTAR PUSTAKA

Amazin. Co. 4 Efek Buruk Asap Rokok pada Kesehatan dan Perkembangan janin.

http://www.amazine.co/39395/4-efek-buruk-asap-rokok-pada kesehatan
perkembangan

janin/. Diunduh tanggal 15 Oktober 2016 dari Online Popular Knowledge

Asizah, Nur. (2015). Faktor Individu yang Berhubungan dengan Tindakan Merokok
Mahasiswa

210
di Universitas Hasanuddin. Skripsi. Universitas Hasanuddin.

Damayanti, I. 2013. Hubungan Ibu Hamil Perokok Pasif terhadap Kejadian Ketuban
Pecah

Dini. Surakarta: UNS

211
SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)

Topik : HbsAg (HEPATITIS)

Sub topik : Resiko HbsAg (HEPATITIS) pada ibu hamil

Sasaran : (ibu hamil dengan HbsAg positif)

Tempat : -

Hari/Tanggal :

Waktu : 30 menit

I. TUJUAN INSTRUKSIONAL UMUM

Pada akhir proses penyuluhan, ibu hamil dapat mengetahui dan


mengerti tentang resiko bahaya HbsAg pada kehamilan dan
menambah wawasan ibu tentang HbsAg

II. TUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUS


Setelah mengikuti penyuluhan tentang penyakit hepatitis B pada
ibu hamil dengan HbsAg positif di harapkan ibu mampu mengetahui
dan memahami tentang:

1. Mengetahui tentang definisi HbsAg (hepatitis)


2. Mengetahui Jenis-jenis HbsAg (hepatitis)
3. Mengetahui gejala HbsAg (hepatitis)
4. Mengetahui dan memahami faktor dan penyebab resiko penyakit
HbsAg

Tahap Waktu Kegiatan Kegiatan ibu Metode media


Pendahuluan 1 menit 1. Memberi salam 1. Menjawab Ceramah -
2. Memperkenalkan diri salam dan tanya
3. Menjelaskan tujuan 2. Mendengarkan jawab
penyuluhan dan dan
pokok materi yang memperhatikan
akan disampaikan 3. Menjawab
pertanyaan
Penyajian 15 menit Menjelaskan materi 1. Mendengarkan Ceramah Leaflet
1. Definisi penyakit da dan tanya
HbsAg memperhatika jawab
2. Gejala penyakit 2. Mengajukan
3. Faktor dan resiko pertanyaan
4. Cara penularannya
5. Pencegahan penyakit

212
HbsAg
Penutup 5 menit 1. penegasan materi 1. menjawab Tanya
2. meminta ibu untuk pertanyaan yang jawab
menjelaskan kembali diberikan
yang telah di 2. menjawab
sampaikan dengan salam
singkat menggunakan
bahasa klien atau ibu
sendiri
3. menutup acara
dengan
mmengucapkan salam
(hepatitis)
5. Mengetahui cara penularan penyakit HbsAg (hepatiis)
III. KEGIATAN PENYULUHAN

IV. EVALUASI

Bentuk post test lisan


1. meminta ibu untuk menjelaskan pengertian penyakit HbsAg
(hepatitis)
2. meminta ibu menyebutkan tentang penyebab HbsAg (hepatitis)
3. meminta ibu menjelakan cara penularan penyakit HbsAg (hepatitis)

V. MATERI

(Terlampir)

A. Definisi Penyakit hepatitis B (HbsAg)

Penyakit hepatitis B atau HbsAg merupakan peradangan atau


infeksi pada sel-sel hati yang disebabkan oleh virus hepatitis B. virus
hepatitits B ini dapat bersifat akut maupun kronik dan termasuk penyakit
hati yang paling berbahaya dibandingkan dengan penyakit hati yang lain.
Karena hepatitis B ini tidak menunjukan gejala yang jelas, hanya sedikit
warna kuning pada mata dan kulit kulit disertai lesu. Penyakit hepatitis B
dapat di deteksi salah satunya dengan pemeriksaan Hbsag ( Hepatitis B
surface antigen) yang merupakan antigen permukaan dari virus hepatitis
B. penderita sering tidak sadar bahwa dirinya sering terinfeksi vrus
Hepatitis B dan tanpa sadar pula dapat menularkan infeksi Hepatitis B
kepada orang lain.
Bayi dalam kandungan umunya tidak terpengaruh oleh hepatitis B
milik ibunya selama kehamilan. Namum ada beberapa kemungkinan
peningkatan resiko tertentu saat melahirkan.

213
B. Gejala Penyakit Hepatitis B

Hepatitis B menjadi virus yang dapat menyebabkan infeksi serius


serta merusak hati. Jika ibu hamil sudah terinfeksi hepatitis B, maka
kemungkinan menularnya kepada bayi yang akan berkembang jauh lebih
tinggi.
Pada fase awal penderita belum merasakan gejala yang spesifik.
Dan dapat terjadi penumpukan cairan di rongga perut sehingga perut
terlihat membuncit, pada perabaan, perut kanan atas terasa membesar
karena terjadi pembesaran hati.
Beberapa gejala dari hepatitis B seperti:
1. Dimulai dari rasa sakit dan nyeri
2. Nyeri pada bagian sendi
3. Kehilangan selera makan
4. Kadang mual berujung muntah
5. Warna urin lebih gelap
6. Mata dan kulit sedikit kekuningan
7. Mudah lelah
8. Turunnya berat badan secara drastis
Jika ibu hamil sudah mengidap hepatitis perlu lebih waspada karena
ini dapar komplikasi pada kesehatan lainnya
C. Faktor dan Resiko

Faktor yang dapat menyebabkan ibu hamil terken hepatitis B, yakni


bisa melalui tusuk gigi, sikat gigi, alat-alat medis, hingga berhubungan
seks dengan pengidap hepatitis. Untuk itu, sebaiknya agar terhindar dari
hepatitis B, sebelum menikah pasangan disarankan untuk mendapatkan
vaksin hepatitis terlebih dahulu.

Resiko pada ibu hamil yang memiliki penyakit hepatitis B bisa


mendapatkan kemungkinan besar terjai resiko sebagia berikut:
1. Resiko terkena diabetes gestasional
2. Persalinan prematur
3. Bayi lahir dengan berat bdan rendah atau BBLR
4. Mengalamin ketuban pecah dini sebelum waktunya
5. Berpotensi mengalami perdarahan berat pada akhir-akhir kehamilan
6. Mengalami batu empedu, sehingga menimbulkan penyakit kuning
selama kehamilan yang diakibatkan perubahan garam empedu.
Resiko hepatitis bagi perkembangan janin dan setelah dilahirkan.
1. Dapat menyebabkan kelainan pada anatomi tubuh bayi
2. Perkembangan bayi terhambat
3. Mudah terkena infeksi atau virus hepatitis B

214
D. Cara Penularan

Penularan hepatitis B ini ditularkan melalui cairan tubuh penderita


seperti darah, air liur, cairan vagina, dan cairan tubuh lainnya, adapun
penularan yang sering di alami oleh wanita seperti berhubungan seks
dengan penderita penyakit hepatitis.

E. Pencegahan Hepatitis B

Tingkat infeksi dapat diturunkan dengan modifikasi tingkah laku


dan peningkatan pengetahuan individu. Pencegahan spesifik dapat
dilakukan dengan memberikan vaksin hepatitis B pada kelompok resiko
tinggi. Vaksin hepatitis B yang tersedia saat ini merupakan vaksin
rekombinan HbsAg yang di produksi dengan bantuan ragi.

215
SATUAN ACARA PENYULUHAN

Topik : Gizi Pada Balita

Sub Topik : Memenuhi Asupa Gizi Pada Balita

Sasaran : Ibu Yang Mempunyai Anak Balita

Waktu/Tanggal :

Tempat :-

I. TUJUAN INSTRUKSIONAL UMUM


Setelah mengikuti penguluhan ini, di harapkan ibu dapat memahami gizi
yang tepat bagi balita.

II. TUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUS


Setelah mendengarkan penyuluhan ini, di harapkan ibu mampu:

1. Menjelaskan pengertian gizi balita


2. Menjelaksakan manfaat makanan bergizi diusia balita
3. Menyusun menu sehat bagi balita
4. Memilih makanan yang bergizi bagi belita

Garis besar materi:


1. Pengertisn gizi untuk balita
2. Menjelaskan manfaat makanan yang bergizi diusia balita
3. Kebutuhan gizi balita
4. Contoh menu sehat balita
5. Contoh bahan makanan yang bergizi untuk balita

III. KEGIATAN PENYULUHAN

Tahap Waktu Kegiatan Kegiatan ibu Metode Media


Pendahuluan 1 Menit 1. Memberi salam  Menjawab Ceramah -
2. Memperkenal salam dan tanya
diri  Mendengarkan jawab
3. Menjelaskan dan
materi memperhatikan
penyuluhan  Menjawab
yang akan di pertanyaan
sampaikan

216
Penyajian 10 Menjelaskan materi  Mendengarkan Ceramah Leaflet
menit 1. Menjelaskan dan dan tanya
pengertian gizi balita memperhatikan jawab
2. Menjelaksakan  Mengajukan
manfaat makanan pertanyaan
bergizi diusia balita
3. Menyusun menu
sehat bagi balita
4. Memilih makanan
yang bergizi bagi
belita.
Penutup 5 menit 1. Penegasan materi  menjawab Tanya
2. meminta ibu untuk pertanyaan jawab
menjelaskan kembali yang diberikan
yang telah di  menjawab
sampaikan dengan salam
singkat
menggunakan bahasa
klien atau ibu sendiri
3. menutup acara
dengan
mengucapkan salam
IV. EVALUASI

Bentuk laten post lisan


1. Meminta ibu untuk menjelaskan kembali tentang pengertian gizi balita
2. Meminta ibu untuk Menjelaksakan kembali manfaat makanan
bergizi diusia balita
3. Meminta ibu untuk Menjelaskan kembali tentang gizi balita
4. Meminta ibu untuk menjelaskan kembali Menyusun menu sehat bagi balita
5. Meminta ibu untuk menjelaskan kembali bagaimana Memilih makanan
yang bergizi bagi belita

V. MATERI
(Terlampir)
 
VI. MATERI GIZI BALITA

A. PENGERTIAN

Gizi adalah makanan dan zat-zat yang diperlukan oleh tubuh


yang berhubungan dengan kesehatan, sedangkan gizi anak balita
adalah segala sesuatu yng berhubungan dengan makanan dan dan
berpengaruh pada pertumbuhan dan perkembangan balita.

B. MANFAAT GIZI UNTUK BALITA

217
Di usia balita, seorang anak membutuhkan berbagai nutrisi
untuk membantu memaksimalkan perkembangan otak dan juga
menjaga tubuhnya sehat dan kuat.
Usia balita adalah usia kritis dimana seorang anak akan
bertumbuh dengan pesat baik secara fisik maupun mental. Dimasa-
masa inilah seorang anak sangat membutuhkan nutrisi yang dapat
membantu pertumbuhan dan perkembangan tubuh dan otaknya. Gizi
yang tepat dan lengkap akan memberikan dampak yang positif bagi
tumbuh kembang otak dan juga fisik. Jadi gizi pada usia balita
sangat bermanfaat bagi pertumbuhan otak dan tumbuh kembang
balita.

C. KEBUTUHAN BALITA BESERTA CONTOH BAHAN


MAKANANNYA

Pertumbuhan otak dipengaruhi oleh faktor keturunan dan


nutrisi. Sementara perkembangan otak dipengaruhi oleh faktor
keturunan dan lingkungan (stimulasi)

Agar otak tumbuh optimal, kebutuhan tubuh anak akan


nutrisi khususnya nutrisi yang membantu meningkatkan
pertumbuhan otak.

Selain tumbuh kembang otak, tumbuh kembang fisik balita


pun perlu diperhatikan. Pemenuhan nutrisi yang makro dan mikro
yang lengkap dan seimbang sesuai dengan usia anak membantu
proses tumbuh kembang lebih optimal. Tubuh balita membutuhkan
berbagai nutrisi dimasa pertumbuhan ini, antara lain protein, vitamin
A, C, E, B12, K, kelenium, zine, zat besi, kalsium dan fosfor, dan
juga prebiotik onulin untuk membantu pencernaannya.

Sumber makanan yang dapat mendukung kebutuhan nutrisi


di atas antara lain adalah telur, daging merah ( sapi, dll), ayam, ikan,
buah-buahan seperti jeruk dan kiwi, dn sayur-sayur hijau dan kol.

D. CONTOH MENU SEHAT BALITA


Pemberian makan sehari, pada anak balita adalah sebagai berikut:
1. Makanan sumber zat tenaga: 3-4 piring bisa pengganti nasinya
seperti roti dan bihun.
2. Makanan sumber zat pembangun: 3-4 porsi lauk 50 gr misalnya
telur, daging, tempe tahu. Dianjurkan 2 porsi berasal dari protein
hewani.
3. Makanan sumber zat pengatur: 2-3 porsi sayuran, buah-buahan
berwarna. Satu porsi sayurn sama dengan satu mangkok
sayuran, satu porsi kurang lebih 100 gram
218
Contoh menu sehari (kalori =1200-3000 kalori; protein=25-39gr)

1. Pagi : segelas susu, nasi sup kacang merah


Snack (makanan ringan): roti isi selay strobery
Siang :nasi, ikan goreng, tempe bacom, sayur bening (labu
air, kacang
panjang, jagung muda) buah
snack (mkanan ringan): bubur kacang ijo
malam : nasi, sup ayam( sayuran bunga kol, wortel, buncis),
satu gelas
susu
2. Pagi : nasi, sup (bayam, wortel, dan bakso), segelas susu
Snack : biskuit dan sari buah
Siang : nasi, daging, tempe, sup sayur, buah
Snack : pastel ayam
Malam : nasi, ayam gpreng, tumis sayur, buah, segelas susu

Mengatur Makanan Anak Usia (1-5 Thn)

Dalam memenuhi kebutuhan gizi usia 1-5 thn hendaknya


digunakan kebutuhan prinsip sebagai berikut:
1. Bahan makanan sumber kalori harus dipenuhi baik berasal dari
makanan pokok, minyak dan zat lemak serta gula.
2. Berikan sumber protein nabati dan hewani
3. Jangan  memaksa anak makan makanan yang tidak disenangi
berikan makanan lain yang diterima anak.
4. Berilah makanan selingan  (makanan ringan) misalnya biskuit dan
semacamnya diberikan antara waktu makan pagi, siang dan malam.

Makanan anak usia 1 thn belum banyak berbeda dengan


makanan waktu usia kurang dari 1 thn, sebagaimana dijelaskan
bahwa anak disapih lebih baik pada umur 2 thn sehingga pada umur
diatas 1 thn asi masih diberikan pada anak.
Pada umumnya makanan masih berbentuk lemak baik nasi,
sayur dan
lauk  pauk seperti daging hendaknya dimasak sedemikian rupa sehin
gga anak mudah mengunyahnya dan mudah dicerna, anak mulai
diajak makan bersama-sama keluarga yaitu makan pagi, siang dan
malam.

Pemanfaatan layanan BPJS Kesehatan merupakan proses


memperoleh pelayanan kesehatan yang menyeluruh bagi peserta.
Pemanfaatan layanan tidak lepas dari persepsi dan dukungan keluarga
pada diri peserta.

219
Upaya pemerintah dalam menyelenggarakan jaminan sosial dan
jaminan kesehatan yaitu membentuk Badan Penyelenggara Jaminan
Sosial Kesehatan (BPJS Kesehatan) pada 1 Januari 2014 berdasarkan
Undang-undang Nomor 24 tahun 2011. Peserta BPJS kesehatan berhak
mendapatkan pelayanan kesehatan secara menyeluruh yang terdiri dari
pelayanan kesehatan tingkat pertama, pelayanan kesehatan rujukan
tingkat lanjutan, pelayanan persalinan, pelayanan gawat darurat, dan
pelayanan ambulan yang berkualitas dan berkeadilan.

ibu hamil yang tidak mempunyai BPJS akan kesulitan mendapatkan


fasilitas kesehatan, terutama kesehatan selama kehamilan, kesehatan janin
dan tidak akan dapat menerima bantuan dari masyarakat.

220
SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)

Topik : Resiko ibu hamil yang berumur lebih dari 35 tahun

Sub topik : Resiko yang terjadi pada ibu hamil yang berumur lebih dari 35 tahun dan
cara yang harus ibu lakukan untuk menghindari masalah tersebut.

Sasaran : Ibu hamil

Tempat : Rumah ibu hamil

Hari/tanggal :

Waktu :

I. TUJUAN INSTRUKSIONAL UMUM


Pada akhir proses penyuluhan, ibu hamil dapat menerapkan apa yang telah
disampaikan.
II. TUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUS
Setelah diberikan penyuluhan ibu hamil dapat :
1. Mengerti resiko pada ibu hamil yang berumur lebih dari 35tahun.
2. Mengerti apa yang harus ibu lakukan untuk menghindari resiko tersebut.
III. SASARAN
Ibu hamil yang berumur lebih dari 35 tahun
IV. MATERI
1. Resiko yang dapat terjadi pada ibu hamil yang berumur lebih dari 35 tahun
2. Cara yang harus ibu lakukan untuk menghindari kehamilan resiko tinggi
V. METODE
1. Ceramah
2. Tanya jawab
VI. MEDIA
Leaflet
VII. KRITERIA EVALUASI
1. Evaluasi struktur
 Penyelenggaraan penyuluhan dilaksanakan di rumah ibu “Rahma”
kelurahan Nungga Rt 06/Rw 02.
 Pengorganisasian penyelenggaraan penyuluhan dilakukan sebelumnya.
2. Evaluasi Proses
 Ibu antusias terhadap materi penyuluhan
 Ibu mengajukan pertanyaan dan menjawab pertanyaan secara benar
3. Evaluasi Hasil
Ibu mengetahui betapa beresikonya hamil di umur lebih dari 35 tahun.

221
VIII. KEGIATAN PENYULUHAN

No. WAKTU KEGIATAN PENYULUHAN KEGIATAN


PESERTA
1 5 Pembukaan :  Menjawab salam
Menit  Membuka kegiatan dengan  Mendengarkan
mengucapkan salam.  Memperhatikan
 Memperkenalkan diri.  Memperhatikan
 Menjelaskan tujuan dari
penyuluhan.
 Menyebutkan materi yang
akan diberikan.
2 20 Pelaksanaan :  Memperhatikan
Menit  Resiko yang dapat terjadi pada  Memperhatikan
ibu hamil yang berumur lebih  Bertanya dan
dari 35 tahun. menjawab
 Cara yang harus ibu lakukan pertanyaan yang
untuk menghindari kehamilan diajukan.
resiko tinggi.
 Memberikan kepada peserta
untuk bertanya.

3 10 Evaluasi :  Menjawab
Menit  Menanyakan kembali kepada pertanyaan
ibu tentang materi yang telah
disampaikan.
4 5 Terminasi :  Mendengarkan
Menit  Mengucapkan terimakasih atas  Menjawab salam
peran serta peserta.
 Mengucapakan salam penutup

IX. PENGORGANISASIAN
Pembawa acara :
Pembicara :
Fasilitator :
Observer :

222
MATERI
Resiko Ibu Hamil Yang Berumur Lebih Dari 35 Tahun

1. Resiko yang dapat terjadi pada ibu hamil yang berumur lebih dari 35 tahun
a. Penyakit diabetes gestasional : disebabkan karena pengaruh hormon
kehamilan pada usia diatas 35 tahun lebih tinggi. Jadi untuk ibu hamil di atas
umur 35 tahun harus bisa mengatasi kadar gula dalam darah melalui asupan
makanan yang sehat, dan tidak lupa melakukan olahraga untuk mencegah
penyakit diabetes gestasional ini semakin memburuk.
b. Perdarahan yang Banyak
Pada ibu hamil dengan usia 35 tahun atau lebih, perdarahan yang banyak
disebabkan oleh peningkatan kadar gula darah secara drastis selama kehamilan
yang menyebabkan janin semakin besar. Janin yang semakin besar akan
menyebabkan peregangan berlebihan pada rahim dan ini akan mengganggu
kontraksi, sehingga dapat menyebabkan perdarahan.
c. Keguguran adalah kamatian janin dalam kandungan sebelum usia kehamilan
mencapai 20 minggu. Untuk mencegah hal ini periksakan kehamilan secara
rutin dan mengonsumsi vitamin.
d. Bayi lahir caesar : ibu hamil dengan usia di atas 35 tahun rentan menderita
komplikasi penyakit saat hamil sehingga bayi harus dilahirkan dengan operasi
caesar, salah satunya karena plasenta previa yaitu keadaan plasenta yang
menghalangi leher rahim (serviks).
e. Penyakit hipertensi gestasional : kerena kehamilan di atas 35 tahun rentan
menderita hipertensi gestasional (tekanan darah tinggi selama kehamilan),
hipertensi gestasional dapat mengurangi suplai darah ke plasenta hingga bayi
kesulitan untuk mendapatkan oksigen dan nutrisi yang dibutuhkan untuk
perkembangannya. Lakukan pemeriksaan secara rutin ke dokter/bidan untuk
memantau tekanan darah dan perkembangan janin.
f. Kelahiran prematur dan bayi BBLR : ibu hamil yang berusia di atas 35 tahun
rentan melahirkan bayi prematur dan bayi BBLR. Bayi prematur (sebelum
usia kandungan 37 minggu) biasanya mengalami BBLR (Berat Badan Lahir
Rendah). Hal ini dikarenakan pertumbuhan dan perkembangan bayi belum

223
sempurna saat dilahirkan, bayi yang lahir terlalu kecil dapat meningkatkan
risiko bayi memiliki masalah kesehatan pada usia selanjutnya.
g. Ketidak normalan kromosom : bayi yang lahir dari perempuan yang berusia di
atas 35 tahun dapat meningkatkan resiko terkena penyakit yang disebabkan
oleh kelainan kromosom, seperti down syndrom.
2. Cara yang harus ibu lakukan untuk menghindari kehamilan resiko tinggi yaitu :
Bagi ibu hamil yang berumur lebih dari 35 tahun dianjurkan untuk menggunakan
kontrasepsi mantap atau kontrasepsi jangka panjang seperti (Implan, IUD dan
MOW).

224
SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)

Topik : Gizi Kurang

Sub topik : Kebutuhan nutrisi pada BALITA

Sasaran : Keluarga ( Anak )

Tempat : Rumah Bapak Agusalim

Hari/Tanggal : Senin, 15 Februari 2021

Waktu : 1 x 30 menit

XVI. TUJUAN INSTRUKSIONAL UMUM


Pada akhir proses penyuluhan, Ibu hamil anak BALITA mengerti tentang
kebutuhan nutrisi pada anak BALITA

XVII. TUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUS


Setelah diberikan penyuluhan ibu dapat:

7. Mengerti dan mengetahui apa itu gizi


8. Mengetahui tanda kurang gizi
9. Mengetahui penyebab kurang gizi
10. Mengetahui akibat kekurangan gizi
11. Mengetahui cara memasak yang tepat
12. Mengetahui pola pemberian makanan pada bayi umur 2-5 tahun

XVIII. SASARAN
Anak BALITA
XIX. MATERI
1. Pengertian gizi
2. Kurang Gizi

225
3. Penyebab kurang gizi
4. Akibat kurang gizi
5. Cara memasak yang tepat
6. Pola pemberian makanan pada bayi umur 2-5 tahun

XX. METODE
5. Penyuluhan
6. Tanya Jawab

XXI. MEDIA
Leaflet kebutuhan nutrisi pada BALITA

XXII. KRITERIA EVALUASI


1. Evaluasi Struktur
 Peserta hadir ditempat penyuluhan
 Penyelenggaraan penyuluhan di halaman rumah peserta
2. Evaluasi Proses
 Peserta antusias terhadap materi penyuluhan
 Tidak ada peserta yang meninggalkan tempat penyuluhan
 Peserta mengajukan pertanyaan dan menjawab pertanyaan secara benar
3. Evaluasi Hasil
 Ibu yang hadir mengerti tentang apa itu gizi
 Jumlah kehadiran dalam penyuluhan yaitu minimal semua anggota
keluarga
XXIII. KEGIATAN PENYULUHAN
SAP PENYULUHAN
KEBUTUHAN NUTRISI PADA BALITA
No Tahapan KegiatanPemberi Responden Waktu Media Penyuluh
Penyuluh
1. Pembukaan 7. Mengucapkan Menjawab salam, 3 menit - Miftahul
salam Mendengarkan, Khairah
8. Memperkenalkan dan
diri memperhatikan

226
9. Menjelaskan tujuan
kegiatan
10. Menyebutkan
materi yang akan
diberikan
2. Pelaksanaan 7. Menjelaskan Mendengarkan 15 menit Leaflet Miftahul
pengertian gizi dengan penuh Khairah
8. Menjelaskan perhatian
penyebab kurang
gizi
9. Menjelaskaan
akibat kekurangan
gizi
10. Menjelaskan cara
memasak yang
benar
11. Menjelaskan pola
pemberian makanan
pada bayi umur 2-5
tahun.
3. Penutup 9. Memberi 7. Peserta 12 menit - Miftahul
kesempatan kepada bertanya Khairah
peserta untuk 8. Peserta aktif
bertanya menjawab
10. Mengevaluasi bersama
peserta 9. Membalas
11. Mengucapkan salam
terimakasih
12. Mengucapkan
salam penutup

XXIV. PENGORGANISASIAN
1. Pembawa Acara ; Miftahul Khairah

227
2. Pembicara ; Miftahul Khairah

MATERI PENYULUHAN KEBUTUHAN NUTRISI PADA BALITA

A. Pengertian Gizi
Gizi adalah makanan dan zat-zat yang dibutuhkan oleh tubuh yang berhubungan
dengan kesehatan untuk mempertahankan kehidupan, pertumbuhan dan fungsi
organ tubuh
B. Kekurangan Gizi
Kurang gizi terjadi ketika zat gizi tidak terpenuhi sehingga terjadi perubahan
tubuh yaitu kurus, lemah dan pucatTanda-tanda kurang gizi yaitu badan kurus,
kulit kering kusamlemas dan pucat, mata , kaki dan tangan bengkak 
C. Penyebab
1. Kurang makan
2. Makanan Yang tidak seimbang
3. Makanan yang tidak teratur
4. Salah dalam pengolahan makanan
D. Akibat Kekurangan Gizi
1. Gangguan pertumbuhan
2. Mudah sakit
3. Kurang cerdas
E. Cara Memasak yang Tepat
Dalam mengolah makanan harus diperhatikan jenis bahan makanan yang ada,
misalnya sayuran sebelum dipotong, dicuci terlebih dahuludan dalam merebus
atau mengukus tidak boleh lebihdari 20 menit, sedangkan dalam menggoreng ikan
tidak boleh sampai kering. Agar gizi yang terkandung dalam makanan tidak
hilang.
Catatan:
1. Cucilah tangan sebelum menyuapkan makanan pada balita
3. Pakailah bahan makanan yang baik dan aman, peralatan masak yang bersih dan
cara memasak yang benar
F. Pola Pemberian Makanan pada bayi umur 2-5 Tahun
Pada bayi umur 2 sampai 5 tahun dapat diberikan susu 2 sampai 3 kali sehari,
buah 1 kali sehari, makanan seperti keluarga 3 kali sehari dan makanan kecil 1
kali sehari

228
SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)

Topik : KB

Sub topik : KB Implant

Sasaran : Keluarga ( Ibu hamil)

Tempat : Rumah Bapak Agusalim

Hari/Tanggal : Senin, 15 Februari 2021

Waktu : 1 x 30 menit

XXV. TUJUAN INSTRUKSIONAL UMUM


Pada akhir proses penyuluhan, Ibu hamil dapat mengetahui dan mengerti tentang
KB Implant.

XXVI. TUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUS


Setelah diberikan penyuluhan ibu hamil dapat:

13. Mengerti dan mengetahui apa itu KB Implant


14. Mengetahui macam-macam alat kontrasepsi
15. Mengetahui cara kerja KB implant
16. Mengetahui keuntungan dan kerugian KB Implant
17. Mengetahui Indikasi dan kontraindikasi KB Implant
18. Mengetahui tentang efek samping KB Implant

XXVII. SASARAN
Ibu hamil umur 37 tahun
XXVIII. MATERI
1. Pengertian KB Implant
2. Macam-macam Alat Kontrasepsi
3. Cara Kerja KB Implant

229
4. Keuntungan dan Kerugian KB Implant
5. Indikasi dan kontraindikasi KB Implant
6. Efek Samping KB Implant
XXIX. METODE
1. Penyuluhan
2. Tanya Jawab
XXX. MEDIA
Leaflet KB Implant
XXXI. KRITERIA EVALUASI
1. Evaluasi Struktur
 Peserta hadir ditempat penyuluhan
 Penyelenggaraan penyuluhan di halaman rumah peserta
2. Evaluasi Proses
 Peserta antusias terhadap materi penyuluhan
 Tidak ada peserta yang meninggalkan tempat penyuluhan
 Peserta mengajukan pertanyaan dan menjawab pertanyaan secara benar
3. Evaluasi Hasil
 Ibu yang hadir mengerti tentang apa itu KB Implant
 Jumlah kehadiran dalam penyuluhan yaitu minimal semua anggota
keluarga
XXXII. KEGIATAN PENYULUHAN
SAP PENYULUHAN
MENOPAUSE
N Tahapan KegiatanPemberi Responden Waktu Media Penyuluh
o Penyuluh
1. Pembukaan 11. Mengucapkan Menjawab 3 - Miftahul
salam salam, menit Khairah
12. Memperkenalka Mendengarkan,
n diri dan
13. Menjelaskan memperhatikan
tujuan kegiatan
14. Menyebutkan
materi yang akan

230
diberikan
2. Pelaksanaan 12. Menjelaskan Mendengarkan 15 Leaflet Miftahul
pengertian KB dengan penuh menit Khairah
Implant perhatian
13. Menjelaskan Macam-
macam alat-alat
kontrasepsi
14. Menjelaskan Cara
Kerja KB Implant
15. Menjelaskan
Keuntungan dan
Kerugian KB Implant
16. Menjelaskan Indikasi
dan Kontraindikasi
KB Implant
17. Menjelaskan Efek
Samping KB Implant

3. Penutup 13. Memberi 10. Peserta 12 - Miftahul


kesempatan kepada bertanya menit Khairah
peserta untuk 11. Peserta aktif
bertanya menjawab
14. Mengevaluasi bersama
peserta 12. Membalas
15. Mengucapkan salam
terimakasih
16. Mengucapkan salam
penutup

XXXIII. PENGORGANISASIAN
1. Pembawa Acara ; Miftahul Khairah
2. Pembicara ; Miftahul Khairah

231
MATERI PENYULUHAN
ALAT KONTRASEPSI IMPLANT
A. Pengertian KB
Keluarga Berencana adalah sarana bagi setiap keluarga baru untuk merencanakan
pembentukan keluarga yang ideal, bahagia dan sejahtera lahir batin

B. Macam-macam Alat Kontrasepsi


1. Alat kontrasepsi sederhana yaitu kondom, diafragma, cup serviks dan
spermisida
2. Kontrasepsi hormonal yaitu Pil KB, Suntik, Implant, dan IUD (Intra Uterine
Device)
3. Kontrasepsi Mantap/Sterilisasi yaitu MOP (Metode Operatif Pria) dan MOW
(Metode Operatif Wanita)

C. Pengertian KB Implant
KB Implant adalah salahsatu alat kontrasepsi yang dipasang pada lengan atas
yang dimasukkan kebawah kulit, mengandung hormon progestin dab bersifat
jangka panjang, dapat mencegah terjadinya kehamilan antara tiga hingga lima
tahun

D. Cara Kerja KB Implant


1. Mengentalkan lendir serviks
2. Mengganggu proses Endometrium sehingga sulit terjadi implantasi
3. Mengurangi transportasi sperma dan menekan ovulasi

E. Keuntungan dan Kerugian KB Implant


Keuntungan;
1. Perlindungan jangka panjang
2. Tidak mengganggu kegiatan senggama dan ASI
3. Dapat kembali subur 2 minggu setelah implant dilepaskan
Kerugian;
1. Tidak dapat mencegah penyakit menular
2. Akseptor tidak dapat menghentikan sendiri pemakaian kontrasepsi

232
3. Haid tidak teratur atau tidak haid samasekali.
F. Indikasi dan Kontraindikasi
Indikasi ;
1. Wanita yang dalam masa menyusui atau 6 minggu setelah menyusui
2. Wanita pasca keguguran
3. Wanita usia reproduksi
4. Tekanan darah <180/110 MmHg
5. Wanita yang ingin kontrasepsi jangka panjang
Kontraindikasi;
1. Hamil atau diduga hamil
2. Tidak dapat menerima perubahan pola haid
3. Perdarahan pervaginam yang tidak diketahui penyebabnya
4. Penyakit jantung, kanker payudara
5. Obesitas
G. Efek Samping
1. Amenorea
2. Spotting atau bercak darah
3. Ekspulsi
4. Infeksi pada daerah insersia
5. Berat badan naik/turun
6. Sakit kepala dan timbul jerawat

233
Satuan Acara Penyuluhan (SAP)
Pemeriksaan Lengkap Laboratorium pada Ibu Hamil

Pokok Pembahasan : pemeriksaan lengkap laboratorium


Sub pokok bahasan :
4. Pengertian jenis-jenis pemeriksaan laboratorium
5. Manfaat jenis pemeriksaan laboratorium
Sasaran : Ibu hamil Ny. “F”
Tempat : Rumah Bapak “S” Kelurahan sadia RT10/RW02
Tanggal : 16 Februari 2021

A. Tujuan Intruksi Umum


Setelah dilakukan penyuluhan kesehatan tentang pemeriksaan laboratorium ini,
sasaran diharapkan mampu memahami manfaat dari pemeriksaan laboratorium
tersebut.
B. Tujuan Instruksi Khusus
4. Memahami tentang pengertian jenis-jenis pemeriksaan laboratorium
5. Memahami tentang manfaat jenis pemeriksaan laboratorium
C. Materi Penyuluhan
4. Pengertian jeni-jenis pemeriksaan laboratorium
5. Manfaat jenis pemeriksaan laboratorium
D. Media
- Leafleat
E. Metode
-Ceramah
-Tanya jawab
F. Kegiatan Penyuluhan
No Tahap Waktu Kegiatan Penyuluhan Kegiatan Peserta Metode
Kegiatan
1 Pra Kegiatan 5 2. Menyiapkan leafleat
menit
2 Kegiatan Inti 20 5. Mengucapkan salam - Menjawab Ceramah

234
menit 6. Memperkenalkan diri salam dan
7. Menjelaskan tujuan - Mendengarkan tanya
kegiatan yang akan - Mendengarkan jawab
dilakukan dan Menyimak
8. Kegiatan Inti:
- Menjelaskan Pengertian
jenis- jenis pemeriksaan - Mendengarkan

laboratorium pada ibu dan Menyimak

hamil.
- Menjelaskan manfaat dari
- Mendengarkan
pemeriksaan laboratorium
dan Menyimak
pada ibu hamil.
9. Evaluasi:
- Memberikan
- Mendengarkan
kesempatan pada ibu
dan Menyimak
untuk memberikan
pertanyaan
- Menanyakan kembali
- Mendengarkan
pada peserta penyuluh
dan Menyimak
tentang materi yang
disampaikan
- Menyimpulkan hasil - Mendengarkan
penyuluhan dan Menyimak

- Ibu bertanya

- Ibu

235
menyampaikan
kembali materi
yang sudah
disampaikan
3 Penutup 5 2. Mengucapkan salam - Menjawab
menit salam

PEMERIKSAAN LABORATORIUM PADA IBU HAMIL


A. Pengertian
Pemeriksaan laboratorium adalah suatu tindakan dan prosedur pemeriksaan
khusus dengan mengambil bahan atau sampel dari pasien dalam bentuk darah,
urine ( air kencing ) dan cairan tubuh lainnya dengan tujuan untuk menentukan
diagnosis atau membantu menegakkan diagnosisi penyakit.
Fungsi pemeriksaan laboratorium yaitu untuk mendeteksi penyaki, menentukan
resiko, memantau perkembangan penyakit, memantau perkembangan pengobatan,
dan lain-lain.
B. Manfaat pemeriksaan laboratorium
1. Untuk mempersiapkan masa kehamilan, persalinan, dam menyusui yang sehat
dan aman bagi iu hamil dan janin.
2. Mencegah resiko terjadinya preeklampsia, riwayat hipertensi, dan gangguan
kehamilan lainnya yang sekirannya bisa menghambat masa kehamilan.
3. Mencegah janin cacat sejak dalam kandungan, atau meninggal di dalam
kandungan.

DAFTAR PUSTAKA
Aryawati, W. (2016). Pengembangan Model Pencegahan Resiko Tinggi Model
Kehamilan dan Persalinan yang Terencana dan Antisipatif (regite) the Development
of Regita Model For Prevention of High Risk Pregenancy and Childbrith Plannedand
Anticipatory.

SATUAN ACARA PENYULUHAN ( SAP)

236
PHBS

Topic : Prilaku Hidup Bersih Dan Sehat


Sasaran : Ibu hamil NY “S”
Tempat : Rumah Bapak “K” Di kelurahan raba dompu timur rt 06 rw 02
Hari/ Tgl : Selasa, 15 febuari 2021
A. TUJUAN UMUM
Dengan diadakannya penyuluhan berupa Perilaku Hidup Bersih Dan Sehat
diharapkan semua kalangan masyarakat dapat mengerti apa itu Perilaku Hidup Bersih
Dan Sehat, serta mengerti apa manfaat dari Perilaku Hidup Bersih Dan Sehat.
B. MATERI
1. Pengertian perilaku hidup bersih dan sehat
2. Perilaku hidup hidup bersih dan sehat
C. MEDIA
1. Leaflet
D. METODE
1. Ceramah
2. Tanya jawab
E. KEGIATAN
No Waktu Kegiatan Penyuluhan Kegiatan Peserta
1. 5 menit Pembukaan:
1. Member salam 1. Menjawab salam
2. Menjelaskan tujuan 2. Mendengarkan dan
penyuluhan memperhatikan
3. Menyebutkan materi atau
pokok
2. 45 menit Pelaksanaa Menyimak dan
Menjelaskan materi penyuluhan secara memperhatikan.
menyeluruh dan teratur
Materi:
1. Pengertian Perilaku Hidup
bersih Dan Sehat.
2. Perilaku Hidup Bersih Dan

237
Sehat Dirumah Tangga
3. Apa manfaat ruma tangga ber
PHBS ?
3. 40 menit Evaluasi Merespon dan bertanya
1. Memberikan kesempatan
kepada ibu-ibu untuk bertanya

4. 2 menit Penutup Menjawab salam


Mengakhiri penyuluhan mengucapkan
terimakasih dan salam

PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT

A. Pengertian Perilaku Hidup Bersih Dan Sehat


PHBS adalah semua perilaku yang dilakukan atas kesadaran, sehingga anggota
keluarga atau keluarga dapat menolong dirinya sendiri di bidang kesehatan dan
berperan aktif dalam kegiatan-kegiatan kesehatan dimasyarakat.

B. Perilaku Hidup Bersih Dan Sehat Dirumah Tangga.


PHBS di rumah tangga adalah upaya untuk memperdayakan anggota rumah tangga
agar tahu, mau dan mampu melaksanakan perilaku hidup bersih dan sehat serta
berperan aktif dalam gerakan kesehatan di masyarakat.
Rumah tangga Ber-PHBS adalah rumah tangga yang melakukan 10 PHBS di rumah
tangga yaitu :
1. Persalinan di tolong oleh tenaga kesehatan.
Adalah persalinan yang ditolong oleh tenaga kesehatan (bidan, dokter, dan tenaga
para medis lainnya)
Mengapa setiap persalinan harus ditolong oleh tenaga kesehatan?
Tenaga kesehatan merupakan orang yang sudah ahli dalam membantu persalinan,
sehingga keselamatan ibid an bayi lebih terjamin. Apabila terdapat kelainan dapat
diketahui dan segera ditolong atau dirujuk ke puskesmas atau rumah sakit.
Persalinan yang ditolong oleh tenaga kesehatan menggunakan perlatan yang

238
aman,bersih, dan steril sehingga mencegah terjadinya infeksi dan bahaya
kesehatan lainnya.
2. Memberi bayi asi ekslusif.
Adalah bayi usia 0-6 hanya diberi ASI saja tanpa memberikan tambahan
makanan atau minuman lain. ASI adalah makanan alamiah berupa cairan dengan
kandungan gizi yang cukup dan sesuai untuk kebutuhan bayi, sehingga bayi
tumbuh dan berkembang dengan baik. Air Susu ibu pertama berupa cairan bening
berwarna kekuningan (kolostrum), sangat baik untuk bayi karena mengandung
zat kekebalan terhadap penyakit
Apa manfaat memberikan ASI?
Bagi ibu:
a. Menjalin hubungan kasih sayang antara ibu dengan bayi.
b. Mengurangi pendarahan setelah persalinan.
c. Mampercepat pemulihan kesehatan ibu.
d. Menunda kehamilan berikutnya.
e. Mengurangi resiko terkena kanker payudara.
Bagi bayi:
a. Bayi lebih sehat, lincah dan tidak cengeng.
b. Bayi tidak sering sakit.
Bagi keluarga:
a. Praktis dan tidak perlu mengeluarkan biaya untuk pembelian susu formula
dan perlengkapannya.
b. Tidak perlu waktu dan tenaga untuk menyediakan susu formula misalnya
merebus air dan perlengkapannya.
3. Menimbang balita setiap bulan.
a. Mengapa balita perlu di timbang setiap bulan?
Penimbangan balita di maksudkan untuk memantau pertumbuhannya setiap
bulan.
b. Kapan dan di mana penimbangan balita di lakukan?
Penimbangan balita di lakukan setiap bulan mulai dari umur 1 tahun sampai 5
tahun diposyandu.
c. Bagaimana mengetahui pertumbuhan dan perkembangan balita?

239
Setelah balita ditimbang di buku KIA (kesehatan ibu dan anak) atau kartu
menuju sehat (KMS) maka akan terlihat berat badannya naik atau tidak naik
(lihat perkembangannya)
4. Menggunakan air bersih.
Mengapa kita harus menggunakan air bersih? Air adalah kebutuhan dasar yang
dipergunakan sehari-hari untuk minum, memasak, mandi, berkumur,
membersihkan lantai, mencuci alat-alat dapur, mencuci pakaian, dan sebagainya,
Agar kita tidak terkena penyakit atau terhindar sakit.
Apa syarat-syarat air bersih itu? Air bersih secara fisik dapat dibedakan melalui
indra kita, antara lain (dapat dilihat, dirasa, dicium, dan diraba):
a. Air harus berwarna bening/jernih.
b. Air tidak keruh, harus bebas dari pasir, debu, lumpur, sampah, busa dan
kotoran lainnya.
c. Air tidak berasa, tidak berasa asin, tidak berasa asam, tidak payau, dan tidak
pahit harus bebas dari bahan kimia beracun.
d. Air tidak berbau seperti bau amis, anyir, busuk atau belerang.
Apa manfaat menggunakan air bersih?
a. Terhindar dari gangguan penyakit seperti Diare, Kolera, Disentri, Thypus,
Kecacingan, penyakit mata, penyakit kulit atau keracunan.
b. Setiap anggota keluarga terpelihara kebersihan dirinya.
Di mana dapat memperoleh sumber air bersih?
a. Mata air
b. Air sumur atau air sumur pompa
c. Air ledeng atau perusahaan air minum
d. Air hujan
e. Air dalam kemasan
Mengapa air bersih harus dimasak mendidih bila ingin diminum?
Meski terlihat bersih, air belum tentu bebas kuman penyakit. kuman penyakit
dalam air mati pada suhu 100 derajat C (saat mendidih).
5. Mencuci tangan dengan air bersih dan sabun.
Mengapa harus mencuci tangan dengan menggunakan air bersih dan sabun?
Air yang tidak bersih banyak mengandung kuman dan bakteri penyebab penyakit.
Bila digunakan, kuman berpindah ke tangan. Pada saat makan, kuman dengan
cepat masuk ke dalam tubuh, yang bisa menimbulkan penyakit. Sabun dapat

240
membersihkan kotoran dan membunuh kuman, karena tanpa sabun kotoran dan
kuman masih tertinggal di tangan.
Kapan saja harus mencuci tangan?
a. Setiap kali tangan kita kotor (setelah; memegang uang, memegang binatang,
berkebun, dll).
b. Setelah buang air besar
c. Setelah menceboki bayi atau anak
d. Sebelum makan dan menyuapi anak
e. Sebelum memegang makanan
f. Sebelum menyusui bayi
Apa manfaat mencuci tangan?
a. Membunuh kuman penyakit yang ada ditangan
b. Mencegah penularan penyakit seperti Diare, Kolera Disentri, Typus,
kecacingan, penyakit kulit, Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA), Flu
burung atau Severe Acute Respiratory Syndrome (SARS).
c. Tangan menjadi bersih dan bebas dari kuman.
Bagaimana cara mencuci tangan yang benar?
a. Cuci tangan dengan air bersih yang mengalir dan memakai sabun.
b. Bersihkan telapak, pergelangan tangan, sela-sela jari dan punggung tangan.
c. Setelah itu keringkan dengan lap bersih.
6. Menggunakan jamban sehat.
Jamban adalah suatu ruangan yang mempunyai fasilitas pembuangan kotoran
manusia yang terdiri atas tempat jongkok atau tempat duduk dengan leher angsa
(cemplung) yang dilengkapi dengan unit penampungan kotoran dan air untuk
membersihkannya.
Siapa yang diharapkan menggunakan jamban?
Setiap anggota rumah tangga harus menggunakan jamban untuk buang air
besar/buang air kecil.
Mengapa harus menggunakan jamban?
a. Menjaga lingkungan bersih, sehat, dan tidak berbau.
b. Tidak mencemari sumber air yang ada disekitarnya.
c. Tidak mengundang datangnya lalat atau serangga yang dapat menjadi penular
penyakit Diare, Kolera Disentri,Typus, kecacingan, penyakit saluran
pencernaan, penyakit kulit, dan keracunan.

241
Apa saja syarat jamban sehat?
a. Tidak mencemari sumber air minum (jarak antara sumber air minum dengan
lubang penampungan minimal 10 meter)
b. berbau.
c. Kotoran tidak dapat dijamah oleh serangga dan tikus.
d. Tidak mencemari tanah sekitarnya.
e. mudah dibersihkan dan aman digunakan.
f. Dilengkapi dinding dan atap pelindung.
g. Penerangan dan ventilasi yang cukup.
h. Lantai kedap air dan luas ruangan memadai.
i. Tersedia air, sabun, dan alat pembersih.
Bagaimana cara memelihara jamban sehat?
a. Lantai jamban hendaknya selalu bersih dan tidak ada genangan air.
b. Bersihkan jamban secara teratur sehingga ruang jamban dalam keadaan
bersih.
c. Di dalam jamban tidak ada kotoran yang terlihat.
d. Tidak ada serangga,(kecoa,lalat,) dan tikus yang berkeliaran.
e. Tersedia alat pembersih (sabun, sikat, dan air bersih).
f. Bila ada kerusakan, segera perbaiki.
7. Memberantas jentik di rumah sekali seminggu.
Apa itu rumah bebas jentik?
Rumah bebas jentik adalah rumah tangga yang setelah dilakukan pemeriksaan
jentik secara berkala tidak terdapat jentik nyamuk.
Apa itu pemeriksaan jentik berkala (PJB)?
Adalah pemeriksaan tempat-tempat perkembangbiakan nyamuk (tempat-tempat
penampungan air) yang ada didalam rumah seperti bak mandi/WC, vas bunga,
tatakan kulkas, dll dan diluar rumah seperti talang air, alas pot kembang, ketiak
daun, lubang pohon, pagar bambu, dll yang dilakukan secara teratur sekali dalam
seminggu.
Siapa yang melakukan Pemeriksaan Jentik Berkala?
a. Anggota rumah tangga
b. Kader
c. Juru pemantau jentik (Jumatik)
d. Tenga pemeriksa jentik lainnya.

242
e. Apa yang pelu dilakukan agar Rumah Bebas Jentik?
Lakukan Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) dengan cara :
a. 3 M plus (Menguras, Menutup, Mengubur, plus Menghindari gigitan
nyamuk).
b. PSN merupakan kegiatan memberantas telur, jentik, dan kepompong nyamuk
penular berbagai penyakit seperti Demam Berdarah Dengue, Chikungunya,
Malaria, Filariasis (kaki gajah) di tempat-tempat perkembangannya.
3M Plus adalah tiga cara plus yang dilakukan pada saat PSN yaitu:
a. Menguras dan menyikat tempat-tempat penampungan air seperti bak mandi,
tatakan kulkas, tatakan pot kembang dan tempat air minum burung.
b. Menutup rapat-rapat tempat penampungan air seperti lubang bak control,
lubang pohon, lekukan-lekukan yang dapat menampung air hujan.
c. Mengubur ataumenyingkirkan barang-barang bekas yang dapat menampung
air seperti ban bekas, kaleng bekas, plastik-plastik yang dibuang sembarangan
(bekas botol/gelas akua, plastik kresek, dll).
Plus Menghindari gigitan nyamuk, yaitu:
a. Menggunakan kelambu ketika tidur.
b. Memakai obat yang dapat mencegah gigitan nyamuk, misalnya obat nyamuk ;
bakar, semprot, oles/usap ke kulit, dll.
c. Menghindari kebiasaan menggantung pakaian didalam kamar.
d. Mengupayakan pencahayaan dan ventilasi yang memadai
e. Memperbaiki saluran talang air yang rusak
f. Menaburkan larvasida (bubuk pembunuh jentik) di tempat-tempat yang sulit
dikuras misalnya di talang air atau di daerah sulit air.
g. Memilihara ikan pemakan jentik di kolam/bak penampung air, misalnya ikan
cupang, ikan nila, dll.
h. Menanam tumbuhan pengusir nyamuk misalnya, Zodia,Lavender,Rosemerry,
dll
Apa manfaat Rumah Bebas Jentik?
a. Populasi nyamuk menjadi terkendali sehingga penularan penyakit dengan
perantara nyamuk dapat dicegah atau dikurangi.
b. Kemungkinan terhindar dari berbagai penyakit semakin besar seperti Demam
Berdarah Dengue (DBD), Malaria, Cikungunya atau kaki gajah.
c. Lingkungan rumah menjadi bersih dan sehat.

243
8. Makan buah dan sayur setiap hari.
Siapa yang diharapkan makan sayur dan buah?
Setiap anggota rumah tangga mengkonsunsi minimal 3 porsi buah dan 2 porsi
sayuran atau sebaliknya setiap hari.
Mengapa kita harus makan sayuran dan buah?
Makan sayur dan buah setiap hari sangat penting, karena:
a. Mengandung vitamin dan mineral, yang mengatur pertumbuhan dan
pemeliharaan tubuh.
b. Mengandung serat yang tinggi. Serat adalah makanan yang berasal dari
tumbuh-tumbuhan yang sangat berfungsi untuk memelihara usus. Serata tidak
dapat dicerna oleh pencernaan sehingga serat tidak menghasilkan tenaga dan
dibuang melalui tinja. Serat tidak untuk mengenyangkan tetapi dapat
menunda pengosongan lambung sehingga orang menjadi tidak cepat lapar.
Manfaat mengkonsumsi buah dan sayur ?
a. Mencegah Diabetes .
b. Melancarkan buang air besar.
c. Menurunkan berat badan.
d. Membantu proses pembersihan racun (detoksifikasi)
e. Mencegah kanker
f. Memperindah kulit, rambut dan kuku.
g. Membantu mengatasi Anemia (kurang darah)
h. Membantu perkembangan bakteri yang baik dalam usus.
1. Melakukan aktifitas fisik setiap hari.
Aktifitas fisik bisa berupa :
a. Olah raga
b. Jalan santai
c. Maraton
2. Tidak merokok di dalam rumah.
Karena didalam rokok terdapat zat-zat kimia yang berbahaya bagi tubuh, seperti
Tar dan Nicotin. Sehingga jika terhirup dapat menimbulakan kanker dan penyakit
lainnya.
Apa manfaat Rumah Tangga Ber-PHBS?
Bagi Rumah Tangga :
a. Setiap anggota keluarga menjadi sehat dan tidak mudah sakit.

244
b. Anak tumbuh sehat dan cerdas.
c. Anggota keluarga giat bekerja.
d. Pengeluaran biaya rumah tangga dapat ditujukan untuk memenuhi gizi
keluarga, pendidikan dan modal usaha untuk menambah pendapatan keluarga.
Bagi Masyarakat:
a. Masyarakat mampu mengupayakan lingkungan sehat.
b. Masyarakat mampu mencegah dan menanggulangi masalah –masalah
kesehatan.
c. Masyarakat memanfaatkan pelayanan kesehatan yang ada.
d. Masyarakat mampu mengembangkan Upaya Kesehatan Bersumber
Masyarakat (UKBM) seperti Posyandu, tabungan ibu bersalin, arisan jamban,
ambulans desa dan lain-lain.

DAFTAR PUSTAKA

Pusat Promosi Kesehatan Departemen Kesehatan RI, Perilaku Hidup Bersi Dan Sehat Di
Rumah Tangga, 2006
Syaugi Al-Fanjari Dr, Ahmad, Nilai Kesehatan Dalam Syariat Islam ,Bumi Aksara;
Desember 1996
Budihardjo ir, eko, prof. M.S.C. kota dan lingkungan, united nation, university pers
Jakarta, LP3ES, 2003

245
SATUAN ACARA PENYULUHAN(SAP)
P4K

Pokok Pembahasan            : ( p4k ) progran perencanaan persalinan dan pencegahan


komplikasi

Sub pokok bahasan            : 1. Pengertian P4K


2. Resiko ibu hamil belum dapat P4K
3. Rencana Penyelesaian Masalah
Sasaran                              : Ibu hamil Ny. susanti
Hari/tanggal        : 15 Februari 2021
Waktu                : 45 menit
Tempat               : Rumah ibu hamil di kelurahan raba dompu timur Rt/Rw
006/002 Kel.raba

A.    Tujuan Intruksi Umum


Setelah melakukan penyuluhan kesehatan tentang Mengetahui maksud dari P4K

B.    Tujuan Instruksi Khusus


Memasang Stiker P4K di depan rumah ibu

C.    Materi Penyuluhan
a) Pengertian P4K
b) Resiko ibu hamil belum dapat P4K
c) Rencana Penyelesaian Masalah

D. Metode
 Penyampai materi
 Tanya jawab
E. Media
 Liflet

246
E. Kegiatan Penyuluhan
NO Waktu Kegiatan Kegiatan Ibu
Penyuluhan
1 Pembukaan(5 - Menyampaikan salam - Menjawab
menit ) - Menyampaikan tujuan salam

2 Inti (30 menit ) Mahasiswamenjelaskan : - Mendengark


1. Memberikan
an
pemahamanapaituP4K.P4K
(Program perencanaan persalinan - Memahami
pencegahan komplikasi) Adanya
penjelasan
rencana persalinan yang aman;
Adanya rencana kontrasepsi yang
akan di pakai;Adanya dukungan
masyarakat, Toma, kader, dukung
untuk ikut KB pasca persalinan;
Adanya dukungan sukarela dalam
persiapan biaya, transportasi, donor
darah; Memantapkan kerjasama
antara bidan, dukun bayi dan kader.
2. Memasang stiker P4K depan rumah
ibu,sebagai upaya untuk
meningkatkan pengetahuan ibu
hamil,suami dan keluarga tentang
Kehamilan berisiko;Bahaya
kehamilan; Ajakan pada ibu, suami
dan keluarga untuk merencanakan
persalinan
3. Menganjurkan pada ibu untuk
mencarikan 4 calon pendonor jika
sudah mengetahui goldanya

3 Penutup - Tanya jawab - Megajukanper


(10menit) - Menyimpulkan hasil penyuluhan tanyaan
- Menutup penyuluhan dengan salam - Menjawabsala
- m

247
(P4K) PROGRAM PERENCANAAN PERSALINAN DAN PENCEGAHAN
KOMPLIKASI

1. Pengertian P4K
Program Perencanaan Persalinan dan Pencegahan Komplikasi (P4K) adalah
suatu kegiatan yang difasilitasi oleh bidan di desa dalam rangka peningkatan peran
aktif suami, keluarga dan masyarakat dalam merencanakan persalinan yang aman dan
persiapan menghadapi komplikasi bagi ibu hamil, termasuk perencanaan penggunaan
kontrasepsi pasca persalinan dengan menggunakan stiker sebagai media notifikasi
sasaran dalam rangka meningkatkan cakupan dan mutu pelayanan kesehatan bagi ibu
dan bayi baru lahir (Depkes, 2009).
2. Pentingnya P4K
Program P4K adalah Program Perencanaan Persalinan dan Pencegahan
Komplikasi (P4K) yang memiliki tujuan untuk meningkatkan persiapan menghadapi
komplikasi pada saat kehamilan termasuk perencanaan pemakaian alat/obat
kontrasepsi pasca kehamilan.Program P4K dilakukan dengan cara menempelkan
stiker dirumah ibu hamil.
Stiker program P4K akan ditempel dirumah ibu hamil, maka setiap ibu hamil akan
tercatat, terdata dan terpantau secara tepat. Stiker P4K berisi data tentang nama ibu
hamil,taksiran persalinan,penolong persalinan,tempat persalinan,pendamping
persalinan,Transport yang digunakan dan calon donor darah.Setelah didata dengan
menggunakan stiker, ibu hamil akan diberikan buku KIA. Buku KIA adalah Buku
Kesehatan Ibu dan Anak.
Buku KIA berisikan catatan kesehatan ibu hamil (hamil, bersalin dan nifas) dan
anak bayi (bayi baru lahir s/d usia 6 tahun) serta berbagai informasi cara memelihara
kesehatan ibu dan anak.keluarga, kader, tenaga kesehatan dan bidan di lingkungan
setempat dalam memantau secara intensif keadaan dan perkembangan kesehatan ibu
hamil.
Hal tersebut dimaksudkan agar ibu hamil mendapatkan pelayanan yang sesuai
standar pada saat antenatal, persalinan dan nifas. Sehingga proses persalinan sampai
nifas termasuk rujukannya dapat berjalan dengan aman dan selamat,tidak terjadi
kesakitan dan kematian ibu serta bayi yang dilahirkan.selamat dan sehat.Selain itu,
program P4K juga mendorong ibu hamil untuk memeriksakan kehamilan, bersalin,
pemeriksaan nifas dan bayi yang dilahirkan oleh tenaga kesehatan terampil termasuk

248
skrining status imunisasi tetanus lengkap pada setiap ibu hamil. Ibu hamil juga akan
diedukasi untuk melakukan inisiasi menyusu dini (IMD) dilanjutkan pemberian ASI
eksklusif selama 6 bulan
3. Tujuan P4K
Menurut Departeman Kesehatan Republik Indonesia (2009), tujuan P4K digolongkan
menjadi 2 yaitu:
a. Tujuan umum
Meningkatkan cakupan dan mutu pelayanan kesehatan bagi ibu hamil dan bayi
baru lahir melalui peningkatan peran aktif keluarga dan masyarakat dalam
merencanakan persalinan yang aman dan persiapan menghadapi komplikasi dan
tanda bahaya kebidanan bagi ibu sehingga bersalin dengan aman dan melahirkan
bayi yang sehat.
b. Tujuan khusus
Tujuan khusus program P4K yaitu :
1) Dipahami setiap persalinan beresiko oleh masyarakat luas.
2) Memfokuskan pola motivasi kepada keluarga saat ANC dan adanya
rencana
3) persalinan yang disepakati antara ibu hamil, suami, keluarga dengan bidan.
4) Terdatanya sasaran dan terpasangnya stiker P4K.
5) Adanya kesiapan menghadapi komplikasi yang disepakati ibu hamil,
suami,
6) dan keluarga dengan bidan.
7) Adanya dukungan secara luas dari tokoh-tokoh masyarakat baik formal
8) maupun non formal, kader, dan dukun bayi.
9) Memantau kemitraan antara bidan, dukun bayi, dan kader.
10) Adanya rencana alat kontrasepsi setelah melahirkan yang disepakati antara
ibu
11) hamil, suami, dan keluarga, dengan bidan atau tenaga kesehatan.
4. Manfaat P4K
Manfaat P4K menurut Departemen Kesehatan RI (2009) diantaranya :
a. Percepat fungsi desa siaga.
b. Meningkatkan cakupan pelayanan Antenatal Care (ANC) sesuai standar.
c. Meningkatkan cakupan persalinan oleh tenaga kesehatan terampil.
d. Meningkatkan kemitraan bidan dan dukun.

249
e. Tertanganinya kejadian komplikasi secara dini.
f. Meningkatnya peserta KB pasca salin.
g. Terpantaunya kesakitan dan kematian ibu dan bayi.
h. Menurunnya kejadian kesakitan dan kematian ibu serta bayi.
5. Sasaran P4K
Program P4K memiliki sasaran yaitu penanggungjawab dan pengelola
program KIA provinsi dan kabupaten atau kota, bidan koordinator, kepala Puskesmas,
dokter, perawat, bidan, kader, forum peduli KIA seperti forum P4K serta pokja
posyandu (Depkes RI, 2009). Indikator keberhasilan P4K ada 7 yaitu :
a. Persentase desa melaksanakan P4K dengan stiker.
b. Persentase ibu hamil mendapat stiker.
c. Persentase ibu hamil berstiker mendapat pelayanan ANC sesuai standar.
d. Persentase ibu hamil berstiker bersalin di tenaga kesehatan.
e. Persentase ibu hamil, bersalin dan nifas berstiker yang mengalami komplikasi
tertangani.
f. Persentase menggunakan KB pasca salin.
g. Persentase ibu bersalin di tenaga kesehatan mendapatkan pelayanan nifas.
6. Output P4K
Menurut Departemen Kesehatan RI (2009), output yang diharapkan adalah
sebagai berikut:
a. Semua ibu hamil terdata dan rumahnya tertempel stiker P4K.
b. Bidan memberikan pelayanan antenatal sesuai dengan standar.
c. Ibu hamil dan keluarganya mempunyai rencana persalinan termasuk
kontrasepsi yang dibuat bersama dengan penolong persalinan.
d. Bidan menolong persalinan sesuai standar.
e. Bidan memberikan pelayanan nifas sesuai standar.
f. Keluarga menyiapkan biaya persalinan, kebersihan dan kesehatan lingkungan.
g. Adanya keterlibatan tokoh masyarakat baik formal maupun non formal dan
Forum Peduli KIA atau Pokja Posyandu dalam rencana persalinan termasuk
kontrasepsi pasca persalinan sesuai dengan perannya masing-masing.
h. Ibu mendapat pelayanan kontrasepsi pasca persalinan.
i. Adanya kerjasama yang mantap antara Bidan, Forum Peduli KIA atau Pokja
Posyandu dan (bila ada) dukun bayi dan pendamping persalinan.

250
7. Pelaksanaan operasionalisasi P4K
Menurut Departemen Kesehatan RI (2009), operasionalisasi P4K meliputi :
a. Memanfaatkan pertemuan bulanan di tingkat desa atau kelurahan untuk
meningkatkan partisipasi aktif ibu hamil, keluarga dan masyarakat dalam
membantu mempersiapkan persalinan yang aman bagi ibu.
b. Aktifnya forum peduli KIA yang sudah ada di masyarakat misalnya GSI,
Forum Desa Siaga serta Pokja Posyandu.
c. Kontak ibu hamil dan keluarga dalam pengisian stiker yang dilakukan bersama
bidan didampingi kader.
d. Pemasangan stiker di rumah ibu hamil yang dilakukan setelah mendapat
konseling, stiker dipasang didepan rumah sebagai penanda untuk pendataan
dan pemantauan terhadap ibu hamil.
e. Pengelolaan donor darah dan sarana transportasi atau ambulan desa.
f. Penggunaan, pengelolaan, dan pengawasan tabungan ibu bersalin.
g. Pembuatan dan penandatanganan amanat persalinan, dokumen, amanat
persalinan untuk memperkuat pencatatan ibu hamil dengan stiker.
8. Perencanaan Persalinan Dan Pencegahan Komplikasi Komponen Persiapan
Menghadapi Persalinan Dan Komplikasi Persalinan Meliputi :
1. Persiapan Fisik
Merupakan kesiapan fisik ibu yang dipersiapkan dalam menghadapi proses
persalinan dan kesiapan apabila mengalami kejadian komplikasi persalinan.
Kesehatan fisik perlu diperhatikan menjelang persalinan agar saat proses
persalinan berlangsung seorang ibu berada dalam kondisi yang sehat (Subakti dan
Anggrarani, 2007). Kesiapan fisik yang dapat dilakukan oleh ibu hamil dalam
menghadapi persalinannya yaitu mempersiapkan dan menjaga nutrisi, menjaga
pola istirahat yang cukup, menjaga kebersihan diri, menjaga kebersihan payudara
untuk persiapan laktasi dan melakukan aktifitas yang ringan.
2. Persiapan Psikis
Suatu keadaan mempersiapkan psikis ibu hamil menjelang persalinan
dimana ibu menerima kondisi kehamilannya serta ibu siap menerima peran dan
tanggung jawab yang lebih besar sebagai seorang ibu dalam merawat anak dan
keluarganya serta mempersiapkan mental menjelang proses persalinan penting
dilakukan agar pencapaian peran ibu dapat terwujud secara maksimal dan ibu siap

251
secara psikis dan mental apabila dalam persalinan menghadapi komplikasi
persalinan (Murya, 2007).
Pengetahuan juga termasuk di dalam persiapan psikis dimana keadaan ibu.
Pengetahuan yang perlu dipersiapkan oleh ibu hamil menjelang proses
persalinannya seperti pengetahuan mengenai tanda-tanda persalinan yakni sakit
perut hilang timbul, keluar lendir bercampur darah, dan keluar air ketuban. Ibu
juga mengetahui bahwa persalinan merupakan proses fisiologis namun sewaktu-
waktu dapat menjadi patologis dan terjadi komplikasi pada proses persalinan
tersebut sehingga dengan ibu mengetahui hal tersebut ibu menjadi lebih siap dan
tidak merasa cemas saat persalinan berlangsung (Manuaba, 2012).
3. Persiapan penolong dan tempat bersalin
tempat persalinan yang sesuai dengan keinginan dan kemampuan pasutri
perlu dilakukan sedini mungkin sehingga dapat diketahui sebelumnya informasi
mengenai biaya, fasilitas yang tersedia, dan penolong persalinan (Depkes RI,
2009). Dimana ibu dalam kondisi siap menghadapi
persalinan dalam memilih tempat bersalin di tempat pelayanan kesehatan seperti
rumah sakit, polindes, rumah bersalin, puskesmas bersalin, maupun bidan praktik
dan penolong persalinan oleh tenaga kesehatan terampil yaitu dokter spesialis
kandungan dan bidan.
4. Persiapan pendamping persalinan
Peran pendamping dalam persalinan adalah untuk memberikan dukungan
kepada ibu berupa dukungan fisik, dukungan psikis, dukungan instrumen, serta
dukungan informasi. Sehingga ibu dalam keadaan siap menjelang persalinannya
dalam menentukan orang yang akan mendampinginya selama proses
persalinannya nanti. Pendamping persalinan yang dapat dipilih oleh ibu yaitu
suami, orang tua maupun kerabat dekat ibu.
5. Persiapan dana
Mempersiapkan suatu rencana persalinan merupakan hal yang penting,
termasuk rencana bila terjadi komplikasi, persiapannya adalah dana untuk
persalinan serta dana cadangan untuk kejadian komplikasi (Depkes RI, 2009).
Sehingga ibu beserta keluarganya dalam keadaan siap dana untuk bersalin serta
dana untuk cadangan apabila terjadi kegawatdaruratan baik berupa tabungan
pribadi maupun jaminan kesehatan ibu.

252
6. Persiapan transportasi
Transportasi perlu dipersiapkan untuk mencegah terjadinya keterlambatan
menuju tempat persalinan bila terjadi komplikasi persalinan. Pemilihan jenis
transportasi yang akan digunakan berdasarkan pertimbangan jarak tempat bersalin
dari rumah (Indiarti, 2007). Sehinngga ibu hamil beserta keluarganya dalam
keadaan siap keandaraan roda dua (sepeda motor) atau roda empat (ambulan
maupun mobil pribadi) untuk menuju ke tempat bersalin atau tempat rujukan.

7. Persiapan calon donor darah


Persiapan donor darah perlu dilakukan oleh setiap ibu hamil karena setiap saat
proses persalinan yang fisiologis dapat menjadi patologis. Bila sewaktuwaktu
terjadi komplikasi maka sudah tersedia calon donor dengan golongan darah yang
sesuai untuk mendonorkan darahnya kepada ibu dan tidak terjadi keterlambatan
(Depkes RI, 2009). Sehingga ibu hamil dalam keadaan siap dengan calon donor
darah baik itu dari keluarga, suami, maupun teman yang sesuai dengan golongan
darah ibu, serta calon donor darah memenuhi syarat sebagai seorang pendonor
darah.
8. Persiapan perlengkapan ibu dan bayi
Persiapan perlengkapan ibu dan bayi bertujuan untuk tetap menjaga
kenyamanan ibu dan bayi setelah proses persalinan. Ibu bersalin beserta
keluarganya tidak akan kebingungan atau berkemas-kemas lagi untuk mencari
perlengkapan ibu dan bayi yang harus segera dibawa ke tempat bersalin (Subakti
dan Anggarani, 2007). Ibu dalam keadaan siap dimana ibu telah mempersiapkan
perlengkapan ibu dan bayi seperti baju ibu yang longgar berisi kancing di depan,
handuk, waslap, sabun, celana dalam, kain panjang, peralatan mandi,
perlengkapan rambut, serta bra khusus untuk menyusui dan perlengkapan bayi
seperti handuk, selimut tebal, penghalas kain, baju bayi, popok, kaos kaki, sarung
tangan, topi serta perawatan sehari-harinya, serta seluruh perlengkapan sudah siap
dipakai, dicuci dan disetrika untuk menjaga kebersihannya.
DAFTAR PUSTAKA

Iswarati (2010), Fertilitas di Indonesia (Analisis Lanjut SDKI 2007), Didownload dari


http://pustaka.bkkbn.go.id. tanggal 06 Januari 2013

253
Depkes RI, 2009. Sistem Kesehatan Nasional. Jakarta

Kusumawati (2015). Gambaran Peran Kader Dalam Pelaksanaan Program Perencanaan


Persalinan Dan Pencegahan Komplikasi (P4K). Jurnal Ilmiah Kesehatan Keperawatan
Volume 11.No. 3 Oktober 2015

254
Satuan Acara Penyuluhan

Tentang Asma Pada Ibu Hamil

Topik :Asma

Sub topik : Asma pada Ibu Hamil

Sasaran : Ibu Hamil

Hari/tanggal : 15 Februari 2021

Waktu : 20 menit

Penyuluh : Mahasiswa Kebidanan Harapan Bunda Bima

Tempat : Rasa lewi Rt 016/ Rw 006 (Rumah Ibu )

E. Tujuan
3. Tujuan Umum
Setelah dilakukan dan mengikuti penyuluhan kesehatan tentaang asma diharapkan
ibu hamil dapat memahami asma
4. Tujuan Khusus
Setelah mengikuti penyuluhan selama 20 menit, diharapkan ibu hamil dapat
menjelaskan tentang:
a. Apa pengertian dari asma pada ibu hamil
b. Apa saja tanda dan gejala pada ibu hamil
c. Faktor penyebab asma pada ibu hamil
d. Apa dampak anemia pada ibu hamil
e. Resiko asma saat hamil
f. Cara mengendalikan asma saat hamil
g. Penatalaksanaan Pengobatan asma
F. Strategi pelaksanaan
 Metode : penyajian dan diskusi
 Media : leaflet
 Pemateri : Nurhardyanti
 Peserta penyuluhan duduk berhadapan dengan penyaji
G. Garis besar materi
1. Apa pengertian dari asma pada ibu hamil

255
2. Apa saja tanda dan gejala pada ibu hamil
3. Faktor penyebab asma pada ibu hamil
4. Apa dampak anemia pada ibu hamil
5. Resiko asma saat hamil
6. Cara mengendalikan asma saat hamil
7. Penatalaksanaan Pengobatan asma

H. Kegiatan penyuluhan

No Kegiatan Penyuluh Peserta Waktu


4. Pendahuluan Salam pembuka Menjawab salam 2 menit
Menyampaikan penyuluhan Mendengarkan
Merespon
5. Kerja Penyampaian garis besar Mendengarkan 15 menit
materi asma Menanyakan hal-hal
Memberi kesempatan yang belum jelas
peserta untuk bertanya memperhatikan
Menjawab pertanyaan jawaban dari penyaji
Evaluasi Menjawab
pertanyaan
6. Penutup Menyimpulkan Menjawab salam 3 menit
Member Salam penutup

MATERI
Asma pada ibu hamil

A. Pengertian asma
Asma merupakan suatu penyakit yang ditandai dengan adanya respon
yang berlebihan dari trakea dan bronkus terhadap berbagai macam rangsangan, yang
mengakibatkan penyempitan saluran nafas yang tersebar luas diseluruh paru dan
derajatnya dapat berubah secara sepontan atau setelah mendapat pengobatan,(Tjen
Daniel, 1991)

256
Status Asmatikus merupakan serangan asma berat yang tidak dapat
diatasi dengan pengobatan konvensional dan merupakan keadaan darurat medik ,bila
tidak diatasi dengan cepat akan terjadi gagal pernafasan,(Aryanto Suwondo, karnen B.
Baratawidjaja, 1995).
B. Tanda dan gejala asma
 Sesak nafas
 Batuk yang bertambah parah pada malam dan pagi hari
 Batuk saat melakukan aktifitas fisik
 Dada terasa tertekan
 Kulit tampak pucat
 Lemas
 Bibi dan jari tangan tampak kebiruan
Frekuensi dan beratnya serangan asma bervariasi. Beberapa penderita lebih sering
terbebas dari gejala dan hanya mengalami serangan serangan sesak nafas yang
singkat dan ringan, yang terjadi sewaktu-waktu. Menangis atau tertawa keras juga
bisa menyebabkan timbulnya gejala
C. Faktor penyebab asma pada ibu hamil
1. Inhalan yang masuk ke tubuh melalui alat pernafasan :
- Debu
- bulu binatang
- spora jamur
2. Ingestan (pemasukan) yang masuk ke mulut :
- Susu
- Telur
- ikan
3. Kontakkan yang masuk ke badan dengan kontak kulit :
- logam
D. Dampak asma pada ibu
Penderita asma harus merubah gaya hidup sehari-hari untuk menghindari faktor
pencetus. Perubahan ini dimulai dari lingkungan hidup sanpai dengan lingkungan
kerja. Pada klien dengan serangan asma, maka terjadi
- penurunan nafsu makan, minum sehingga mempengarui status nutrisi
klien

257
- Dalam istirahat klien sangat terganggu sehingga dapat menyebabkan
kelelahan.
- Adanya ketidakseimbangan antara kebutuhan dan penyediaan oksigen
mempengarui toleransi dalam melakukan aktivitas, kelelahan cepat lelah.
- merasa tidak mampu
- berkepribadian labil
- mudah tersinggung
- gelisah
- cemas
E. Resiko asma saat hamil
Bila asma tidak terkontrol dengan baik selama kehamilan makan akan beresiko
mengalami kondisi-kondisi berikut:
 Morning sickness
 Preeklamsia
 Perdarahan lewat vagina
 Komplikasi persalinan
 Hambatan pertumbuhan janin
 Melahirkan bayi premature dengan berat badan lahir rendah

F. Cara mengendalikan asma saat hamil


Penderita asma harus merubah gaya hidup sehari-hari untuk menghindari faktor
pencetus. Perubahan ini dimulai dari lingkungan hidup sampai dengan lingkungan
kerja. Beberapa cara untuk mengendalikan asma yaitu:
1. Mengonsumsi obat asma
Mengontrol asma saat hamil adalah dengan tetap rutin mengonsumsi obat
asma. Obat asma ada yang hirup atau inhaler yang berisi terbutaline, albuterol,
prednisone dan theophylline aman dikonsumsi untuk ibu hamil. Namun hati-
hati, obat asma yang diminum ( obat oral) dikhawatirkan beresiko pada janin
dan untuk memastikan aman sebaiknya konsultasikan ke dokter kandungan
sejak awal kehamilan serta informasikan secara rinci kepada dokter mengenai
riwayat penyakit asma yang diderita
2. Hindari pemicu munculnya gejala asma

258
Seperti debu,asap, bulu binatang, jangan merokok dan rajinlah berolahraga
(senam hamil, yoga)
3. Rutin chek-up
4. Menghindari konsumsi makanan yang pedas dan asam yang memicu kondisi
panas pada perut
5. Biasakan untuk mengonsumsi buah apel, kandungan dari buah apel yaitu
flavonoid sangat bermanfaat untuk kesehatan paru-paru
G. Penatalaksanaan Pengobatan asma
Untuk algoritma serangan asma yaitu pemberian beta dua agonist misalnya
salbutamolMDI spacer diulang 20 menit sampai 1 jam atau bisa di ganti dengan
nebulisasi beta dua agonist
1. Penatalaksanaan Pengobatan asma secara garis besar dibagi dalam pengobatan
non farmakologik dan pengobatan farmakologik.
a) Pengobatan non farmakologik
- Penyuluhan Penyuluhan ini ditujukan pada peningkatan
pengetahuan klien tentang penyakit asma sehinggan klien secara
sadar menghindari faktor-faktor pencetus, serta menggunakan obat
secara benar dan berkonsultasi pada tim kesehatan.
- Menghindari faktor pencetus
Klien perlu dibantu mengidentifikasi pencetus serangan asma yang
ada pada lingkungannya, serta diajarkan cara menghindari dan
mengurangi faktor pencetus, termasuk pemasukan cairan yang
cukup bagi klien.
- Fisioterapi
dapat digunakan untuk mempermudah pengeluaran mukus. Ini
dapat dilakukan dengan drainage postural, perkusi dan fibrasi dada.
b) Pengobatan farmakologik
- Agonis beta
Bentuk aerosol bekerja sangat cepat diberika 3-4 kali semprot dan
jarak antara semprotan pertama dan kedua adalan 10 menit. Yang
termasuk obat ini adalah metaproterenol ( Alupent, metrapel ).
- Metil Xantin

259
adalan aminophilin dan teopilin, obat ini diberikan bila golongan
beta agonis tidak memberikan hasil yang memuaskan. Pada orang
dewasa diberikan 125-200 mg empatkali sehari.
- Kromolin merupakan obat pencegah asma, khususnya anak anak.
Dosisnya berkisar 1-2 kapsul empat kali sehari.

260
SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)

BAHAYA STUNTING PADA BALITA

Topik :Stunting

Sub topik : Bahaya stunting bagi balita

Sasaran : Balita

Hari/tanggal : 15 Februari 2021

Waktu : 20 menit

Penyuluh : Mahasiswa Kebidanan Harapan Bunda Bima

Tempat : Rasa lewi Rt 016/ Rw 006 (Rumah Ibu )

A. Tujuan

1. Tujuan Umum
Memberi pengetahuan tentang stunting pada balita dan keluarga serta cara
mencegahnya
2. Tujuan Khusus
Setelah diberikan penyuluhan selama 20 menit diharapkan ibu hamil mampu :

a. Menjelaskan tentang Pengertian stunting


b. Untuk Mengetahui penyebab stunting pada balita
c. Untuk Mengetahui ciri anak dengan stunting
d. Untuuk mengetahui pengaruh stunting pada anak balita
e. Untuk mengetahui tentang pencegahan stunting pada anak balita
f. Untuk mengetahui penanggulangan stunting pada anak balita
B. Garis besar materi
1. Pengertian stunting
2. penyebab stunting pada balita
3. ciri anak dengan stunting
4. pengaruh stunting pada anak balita
5. pencegahan stunting pada anak balita
6. penanggulangan stunting pada anak balita

261
C. Kegiatan penyuluhan
No Kegiatan Penyuluh Peserta Waktu
7. Pendahuluan Salam pembuka Menjawab salam 2 menit
Menyampaikan penyuluhan Mendengarkan
Merespon
8. Kerja Penyampaian garis besar Mendengarkan 15 menit
materi stunting Menanyakan hal-hal
Memberi kesempatan yang belum jelas
peserta untuk bertanya memperhatikan
Menjawab pertanyaan jawaban dari penyaji
Evaluasi Menjawab
pertanyaan

9. Penutup Menyimpulkan Menjawab salam 3 menit


Member Salam penutup

D. Strategi pelaksanaan
 Metode : penyajian dan diskusi
 Media : leaflet
 Pemateri : Nurhardyanti
 Peserta penyuluhan duduk berhadapan dengan penyaji

E. Rencana Evaluasi
1. Apa Pengertian stunting?
2. apa penyebab stunting pada balita?
3. Apa saja ciri anak dengan stunting ?
4. Bagaimana pengaruh stunting pada anak balita?
5. Bagaimana pencegahan stunting pada anak balita?
6. Bagaimana penanggulangan stunting pada anak balita?

MATERI
Pentingnya mengonsumsi garam beryodium bagi ibu hamil

A. Pengertian Garam Beryodium


Stunting adalah keadaan dimana tinggi badan berdasarkan umur rendah atau
keaadan dimana tubuh anak lebih pendek dibandingkan dengan anak-anak lain
seusianya (MCN, 2009). Stunting ditandai dengan terlambatnya pertumbuhan
anak yang mengakibatkan kegagalan dalam mencapai tinggi badan yang normal
dan sehat sesuai usia anak. Stunting merupakan kekurangan gizi kronis atau

262
kegagalan pertumbuhan dimasa lalu dan digunakan sebagai indicator jangka
panjang untuk gizi kurang pada anak.

B. Penyebab stunting pada anak

Menurut beberapa penelitian, kejadian stunting pada anak merupakan suatu proses
kumulatif yang terjadi sejak kehamilan, masa kanak-kanak dan sepanjang siklus
kehidupan. Pada masa ini merupakan proses terjadinya stunting pada anak dan
peluang peningkatan stunting terjadi dalam 2 tahun pertama kehidupan.

a. Faktor gizi ibu sebelum dan selama kehamilan merupakan penyebab tidak
langsung yang memberikan kontribusi terhadap pertumbuhan dan
perkembangan janin, ibu hamil dengan gizi kurang akan menyebabkan janin
mengalami intrauteri growth retardation (IUGR) sehingga bayi akan lahir
dengan kurang gizi dan mengalami gangguan pertumbuhan dan
perkembaangan.

b. Anak-anak yang mengalami hambatan dalam pertumbuhan disebabkan


kurangnya asupan makanan yang memadai dan penyakit infeksi yang berulang
dan meningkatkan kebutuhan metabolic serta mengurangi nafsu makan,
sehingga meningkatkan kekurangan gizi pada anak. Keadaan ini semakin
mempersulit untuk mengatasi gangguan pertumbuhan yang akhirnya peluang
terjadinya stunting

c. Banyak kebiasaan buruk dan persepsi salah yang masih dilakukan oleh
masyarakat di lingkungannya antara lain yang memberikan ASI eksklusif pada
bayinya

d. Menurut UNICEF penyebab utama gizi buruk dan stunting adalah kemiskinan

e. Anak stuting juga dikaitkan dengan budaya dan pengetahuan masyarakat akan
gizi, namun kedua faktor ini masih belum menjadi faktor penyebab utama
kemiskinan

f. Pemenuhan gizi yang kurang pada masyarakat dengan kemiskinan merupakan


salah satu biang kerok munculnya anak stunting. Karena pola makan sering
kali seiring dengan kondisi kesejahteraan, konsumsi ikan laut masyarakat

263
masih rendah, padahal protein dan omega yang dikandung sangat bermanfaat
bagi anak.

C. Ciri-ciri stunting pada anak

1. Anak yang stunted, pada usia 8-10 tahun lebihterkekang/tertekan (lebih


pendiam, tidak banyak melakukaneye-contact) dibandingkan dengan anak
non-stunted jikaditempatkan dalam situasi penuh tekanan.

2. Anak dengan kekurangan protein dan energi kronis (stunting)menampilkan


performa yang buruk pada tes perhatian danmemori belajar, tetapi masih
baik dalam koordinasi dankecepatan gerak.c.

3. Pertumbuhan melambat, batas bawah kecepatan tumbuhadalah 5cm/tahun


decimald.

4. Tanda tanda pubertas terlambat (payudara, menarche,rambut pubis, rambut


ketiak, panjangnya testis dan volumetestise.

5. Wajah tampak lebih muda dari umurnyaf.

6. Pertumbuhan gigi yang terlambat

D. pemeriksaan dan diagnosis

Riwayat Antenatal, Natal dan Postnatal, adanya keterlambatanpertumbuhan


dan masurasi dalam keluarga (pendek, menarche),penyakit infeksi kongential,
KMK (kecil masa kehamilan),penyakit kronis pada organ-organ (saluran
cerna,kaardiovaskular, organ pernafasan dan ginjal)

E. pengaruh stunting pada anak

Menurut laporan UNICEF (1998) beberapa fakta terkait stunteddan pengaruhnya


adalah sebagai berikut:a.

1. Anak-anak yang mengalami stunted lebih awal yaitu sebelumusia enam


bulan, akan mengalami stunted lebih beratmenjelang usia dua tahun.
Stunted yang parah pada anak-anak akan terjadi deficit jangka panjang
dalamperkembangan fisik dan mental sehingga tidak mampuuntuk belajar
secara optimal di sekolah, dibandingkan anak-anak dengan tinggi badan
normal. Anak-anak dengan stuntedcenderung lebih lama masuk sekolah
dan lebih sering absendari sekolah dibandingkan anak-anak dengan status
gizi baik.Hal ini memberikan konsekuensi terhadap kesuksesan anakdalam
kehidupannya dimasa yang akan datang.

2. Stunted akan sangat mempengaruhi kesehatan danperkembanangan anak.


Faktor dasar yang menyebabkanstunted dapat mengganggu pertumbuhan
dan perkembanganintelektual. Penyebab dari stunted adalah bayi berat

264
lahirrendah, ASI yang tidak memadai, makanan tambahan yangtidak
sesuai, diare berulang, dan infeksi pernapasan.Berdasarkan penelitian
sebagian besar anak-anak denganstunted mengkonsumsi makanan yang
berada di bawahketentuan rekomendasi kadar gizi, berasal dari keluarga
miskin dengan jumlah keluarga banyak, bertempat tinggal di wilayah
pinggiran kota dan komunitas pendesaan.

3. Pengaruh giji pada anak usia dini yang mengalami stunting dapat
mengganggu pertumbuhan dan perkembangan kognitif yang kurang. Anak
stunting pada usia lima tahun cenderung menetap sepanjang hidup,
kegagalan pertumbuhan anak usia dini berlanjut pada masa remaja dan
kemudian tumbuh menjadi wanita dewasa yang stunting dan
mempengaruhi secara langsung pada kesehatan dan produktivitas sehingga
meningkatkan peluang melahirkan anak dengan BBLR.

F. Pencegaahan

1. Pemberian ASI secara baik dan tepat disertai denganpengawasan berat


badan secara teratur dan terus menerusb.

2. Menghindari pemberian makanan buatan kepada anak untukmengganti


ASI sepanjang ibu masih mampu menghasilkanASI, terutama pada usia
dibawah empat bulanc.

3. Meningkatkan pendapatan keluarga yang dapat dilakukandengan upaya


mengikutsertakan para anggota keluarga yangsudah cukup umur untuk
bekerja dengan diimbangi denganpenggunaan uang yang terarah dan
efisien. Cara lain yangdapat ditempuh ialah pemberdayaan melalui
peningkatanketerampilan dan kewirausahaand.

4. Meningkatkan intensitas komunikasi informasi edukasi (KIE)kepada


masyarakaat, terutama para ibu mengenai pentingnyakonsumsi zat besi
yang diatur sesuai kebutuhan. Hal inidapat dikoordinasikan dengan
kegiatan posyandu.

G. Penanggulangan

1. Periode yang paling kritis dalam penanggulangan stuntingdimulai sejak


janin dalam kandungan sampai anak berusia 2tahun yang disebut dengan
periode emas (seribu hari pertama kehidupan). Oleh karena itu perbaikan
gizi diprioritaskanpada usia seribu hari pertama kehidupan yaitu 270
hariselama kehamilannya dan 730 hari pada kehidupan pertamabayi yang
dilahirkannya.

2. Secarami langsung masalah gizi disebabkan oleh rendahnyaasupan gizi


dan masalah kesehatan. Selain itu asupan gizidan masalah kesehatan
merupakan dua hal yang salingmempengaruhi. Adapun pengaruh tidak

265
langsung adalahketersediaan makanan, pola asuh dan ketersediaan
airminum (bersih), sanitasi dan pelayanan kesehatan. Seluruhfaktor
penyebab ini dipengaruhi oleh beberapa akar masalah yaitu kelembagaan,
politik dan ideologi, kebijakan ekonomi,dan sumberdaya, lingkungan,
teknologi, serta kependudukan.

3. Berdasarkan faktor penyebab masalah gizi tersebut, makaperbaikan gizi


dilakukan dengan dua pendekatan yaitu secaralangsung (kegiatan spesifik)
dan secara tidak langsung(kegiatan sensitif). Kegiatan spesifik umumnya
dilakukan olehsektor kesehatan seperti PMT ibu hamil KEK,
pemberiantablet tambah darah, pemeriksaan kehamilan, imunisasi
TT,pemberian vitamin A pada ibu nifas. Untuk bayi dan balitadimulai
dengan inisiasi menyusu dini (IMD), ASI eksklusif,pemberian vitamin A,
pemantauan pertumbuhan, imunisasidasar, pemberian MP-ASI. Sedangkan
kegiatan yang sensitifmelibatkan sektor terkait seperti penanggulangan
kemiskinan,penyediaan pangan, penyediaan lapangan kerja,
perbaikaninfrastruktur (perbaikan jalan, pasar), dlld.

4. Kegiatan perbaikan gizi dimaksudkan untuk mencapaipertumbuhan yang


optimal. Menurut penelitian yangdilakukan oleh Multicentre Growth
Reference Study (MGRS) Tahun 2005 yang kemudian menjadi dasar
standarpertumbuhan internasional, pertumbuhan anak sangatditentukan
oleh kondisi sosial ekonomi, riwayat kesehatan,pemberian ASI dan MP-
ASI. Untuk mencapai pertumbuhan

5. Penanggulangan stunting yang paling efektif dilakukan padaseribu hari


pertama kehidupan, meliputi :

a) Pada ibu hamil

 Memperbaiki gizi dan kesehatan Ibu hamil merupakancara


terbaik dalam mengatasi stunting. Ibu hamil perlumendapat
makanan yang baik, sehingga apabila ibuhamil dalam
keadaan sangat kurus atau telahmengalami Kurang Energi
Kronis (KEK), maka perludiberikan makanan tambahan
kepada ibu hamiltersebut.

 Setiap ibu hamil perlu mendapat tablet tambah


darah,minimal 90 tablet selama kehamilan.

 Kesehatan ibu harus tetap dijaga agar ibu tidak mengalami


sakit

b) Pada saat bayi lahir

266
 Persalinan ditolong oleh bidan atau dokter terlatih
danbegitu bayi lahir melakukan Inisiasi Menyusu Dini
(IMD).

 Bayi sampai dengan usia 6 bulan diberi Air Susu Ibu(ASI)


saja (ASI Eksklusif)

c) Bayi berusia 6 bulan sampai dengan 2 tahun

 Mulai usia 6 bulan, selain ASI bayi diberi


MakananPendamping ASI (MP-ASI). Pemberian ASI
terusdilakukan sampai bayi berumur 2 tahun atau lebih.
Bayidan anak memperoleh kapsul vitamin A,
taburia,imunisasi dasar lengkap.

 Perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) harusdiupayakan


oleh setiap rumah tangga

Dengan kata lain stunting dapat diketahui bila seorang balitasudah


ditimbang berat badannya dan diukur panjang atau tinggibadannya, lalu
dibandingkan dengan standar, dan hasilnya berada.

267
SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)

Topik : Merokok

Sub Topik : Bahaya Merokok

Sasaran : Perokok Aktif dan Pasif

Waktu/Tanggal : 14 februari 2021

Tempat : Rumah pasien

I. TUJUAN INSTRUKSIONAL UMUM

Setelah dilakukan penyuluhan ini, diharapkan bapak mampu memahami


pentingnya bahaya merokok bagi kesehatan.

II. TUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUS

Setelah menyikuti penyuluhan ini diharapkan bapak mampu:


1. Memahami tentang pengertian merokok
2. Memahami tentang bahaya merokok
3. Memahami bagaimana dampak merokok
III. KEGIATAN PENYULUHAN

Tahap Waktu Kegiatan Kegiatan klaen Metode Media


Pendahulu 5 mnit 1. Menyampaika  Menjawab Ceramah -
an n salam salam dan
2. Memperkenalk  Mendengar tanya
an diri kan dan jawab
3. Menjelaskan memperhati
tentang materi kan
penyuluhan  Menjawab
yang akan pertanyaan
disampaikan

Penyajian 10 mnit Menjelaskan  Mendengar Ceramah leaflet


materi kan dan dan
1.Memahami memperhati tanya
tentang kan jawab
pengertian  Mengajuka
peroko aktif n
dan pasif pertanyakan
2. Memahami
tentang bahaya
merokok dan

268
perokok pasif
3. Memahami
bagaimana
dampak
merokok dan
perokok pasif

Penutup 5 mnit Penegasan materi Menjawab Tanya


Meminta bapak pertanyaan yang jawab
untuk diberikan dan
menjelaskan menjawab salam
kembali tentang
materi yang telah
diberikan
Menutup acara
dengan menutup
salam

VI. EVALUASI

1. Meminta bapak dan ibu untuk menjelaskan kembali tentang pengertian perokok
aktif dan pasif
2. Meminta bapak dan ibu untuk Menjelaksakan kembali tentang bahaya bagi
perokok aktif dan pasif
3. Meminta bapak untuk Menjelaksakan kembali cara menghentikan rokok atau
menghindari rokok dan dampak bagi ibu hamil

V. MATERI
(Terlampir)

A. PENGERTIAN

Membakar tembakau kemudian menghisap asapnya, baik yang telah di


bentuk rokok maupun yang menggunakan pipa.

1. Perokok Aktif
Adalah orang yang mengkonsumsi rokok secara rutin berapapun
jumlahnya, atau menghirup asap secara sengaja.
2. Perokok Pasif
Adalah orang bukan perokok tapi dengan terpaksa menghirup asap
rokok orang lain yang berada disekitarnya.
B. BAHAYA MEROKOK
Rokok mengandung 4000 bahan kimia 200 di antaranya beracun dan 43
penyebab kanker. Racun utama pada rokok adalah nikotin, tar dan karbon
monoksida (CO).
a. Nikotin

269
Adalah zat adiktif (menimbulkan kekambuhan) yang mempengaruhi
syaraf dan peredaran darah. Zat ini mampu memicu kanker paru fan
penyakit jantungyang mematikan

b. Tar
Adalah substansi hidrokarbon yang bersifat lengket dan menempel
pada paru-paru sehingga merusak dan menggangu fungsi paru.
c. Karbon Monoksida
Adalah zat yang mengikat hemoglobin dalam darah, membuat darah
tidak mampu mengikat oksigen. Oksigen sangat dibutuhkan oleh
tubuh manusia.

Bahaya yang mengintai perokok pasif ?

Ketika seseorang merokok, sebagian besar asapnya dilepaskan ke


udara, sehingga asap tersebut dapat dihirup oleh perokok pasif. Meski
tidak secara langsung merokok, perokok pasif bisa turut kena dampak
buruknya juga. Semakin sering terpapar asap rokok, semakin tinggi pula
risiko gangguan kesehatan yang mungkin dialami perokok pasif.

Asap tembakau mengandung sekitar 4.000 bahan kimia dan lebih dari
50 di antaranya telah dikaitkan dengan kanker. Menghirup asap rokok
dapat berdampak buruk, baik sementara maupun dalam jangka panjang.
Terpajang asap rokok dapat menimbulkan gejala seperti mata teriritasi,
sakit kepala, batuk, sakit tenggorokan, dan pusing.

C. DAMPAK MEROKOK
1. Kerontokan rambut
2. Gangguan pada mata seperti katarak
3. Kehilangan pendengaran lebih awal di banding bukan perokok
4. Sakit paru-paru kronis
5. Merusak gigi dan bau mulut yang tidak sedap
6. Serangan jantung dan stroke
7. Kerapuhan tulang sehingga mudah pata
8. Kanker kulit, kanker payudara, kanker mulut kelenjar ludah, kanker
kerongkongan, kanker anus dan kanker ginjal
9. Kemandulan dan impotensi
10. Keguguran pada ibu hamil.

Tips berhenti merokok:

1. Kurangi jumlah batang rokok yang dihisap tiap hari


2. Kurangi kadang nikotin perbatang rokok yang dihisap perhari
3. Jauhkan atribut rokok
4. Kenalin keadaan dengan kebiasaan merokok
5. Jauhi tempat dimana banyak perokok

270
6. Gantilah kebiasaan memegang rokok
7. Catat kemajuan anda
8. Giat berolahraga
9. Kurangi tidur larut malam
10. Minum sari jeruk
11. Kuat niat untuk berhenti merokok dan tetapkan tanggal akan berhenti
12. Minta orang terdekat untuk mendukung

Dampak dari asap rokok bagi Ibu hamil yaitu ibu hamil bisa menerima efek yang
berat terhadap CO yang masuk ke dalam tubuh. Sifat CO yang mudah berikatan dengan
haemoglobin pada darah dan menetap cukup lama pada saluran pernafasan, tidak hanya
berbahaya bagi ibu hamil, namun juga bagi janin yang dikandung.

271
Satuan acara penyuluhan (SAP) nyeri BAK pada ibu hamil

Pokok pembahasan : Demo maupun cara penyelesaian masalah pada ibu hamil yang
mengalami BAK pada ibu hamil

Sup pokok pembahasan : tindakan yang akan saya lakukan untuk penyelesaian masalah
yang di alami ny”J” dengan nyeri BAK

Sasaran : ibu hamil “J”

Tempat : Rumah ibu hamil

Tanggal : rabu 17 februari 2021, jam o9:00 wita sampai selesai

A. Tujuan intruksi umum


Setelah di lakukan penyuluhan kesehatan tentang nyeri BAK pada ibu hamil.
Sasaran di harapkan mampu memahami tentang resiko apabila ibu mengalami
nyeri BAK
B. Media
Lembar balik

C. Metode
 Memberika KIE
 Diskusi
 Tanya jawab

D. Kegiatan penyuluhan

No Kegiatan Penyuluh Peserta Waktu


10. Pendahuluan Salam pembuka Menjawab salam 2 menit
Menyampaikan penyuluhan Mendengarkan
Merespon
11. Kegiatan Penyampaian garis besar Mendengarkan 15 menit
inti materi tantang kb suami, Menanyakan hal-hal
Waktu 5 Memberi kesempatan yang belum jelas
menit peserta untuk bertanya memperhatikan
Menjawab pertanyaan jawaban dari penyaji
Evaluasi Menjawab
pertanyaan
272
12. Penutup Menyimpulkan Menjawab salam 3 menit
Memberi Salam

MATERI
1. Menjelaskan pada ibu tentang Resiko ibu hamil yang mengalami nyeri BAK,
salah satu bahaya infeksi saluran kemih pada ibu hamil adalah meningkatkan
resiko kelahiran prematur, sebab selama peradangan terjadi akibat infeksi saluran
kemih pada ibu hamil, sistem imun akan terus menghasilkan senyawa
prostaglandin yaitu hormon yang terbilang sangat penting untuk tubuh seperti
penyembuhan luka secara alami
2. Menganjurkan pada ibu untuk istrahat yang cukup
3. Menganjurkan pada ibu untuk sesering mungkin mencuci atau membersihkan
vaginanya
4. Menganjurkan pada ibu untuk minum sesering mungkin

273
Satuan Acara Penyuluhan (SAP)

Pada Ibu Hamil Dengan Penyakit Penyerta (Paru-Paru)

Pokok pembahasan : Demo maupun cara penyelesaian masalah pada ibu hamil yang
mengalami anemia

Sup pokok pembahasan : tindakan yang akan saya lakukan untuk penyelesaian masalah
yang di alami ny”J” dengan penyakit penyerta

Sasaran : ibu hamil “J”

Tempat : Rumah ibu hamil

Tanggal : rabu 17 februari 2021, jam o9:00 wita sampai selesai

E. Tujuan intruksi umum


Setelah di lakukan penyuluhan kesehatan tentang resiko yang akan terjadi apabila
ibu memiliki penyakit penyerta. Sasaran di harapkan mampu memahami tentang
resiko yang terjadi apabila ibu memiliki penyakit penyerta
F. Media
Lembar balik

G. Metode
 Memberika KIE
 Diskusi
 Tanya jawab

H. Kegiatan penyuluhan

No Kegiatan Penyuluh Peserta Waktu


13. Pendahuluan Salam pembuka Menjawab salam 2 menit
Menyampaikan penyuluhan Mendengarkan
Merespon
14. Kegiatan Penyampaian garis besar Mendengarkan 15 menit
inti materi tantang kb suami, Menanyakan hal-hal
Waktu 5 Memberi kesempatan yang belum jelas
menit peserta untuk bertanya memperhatikan
Menjawab pertanyaan jawaban dari penyaji
Evaluasi Menjawab

274
pertanyaan
15. Penutup Menyimpulkan Menjawab salam 3 menit
Memberi Salam

MATERI
5. Resiko ibu hamil yang meiliki penyakit menyerta yaitu :
 Resiko pada ibu :
 abortus
 Resiko pada janin :
 Berat badan lahir rendah (BBLR)
 Lahir prematur
 Gangguan perkembangan janin
6. Memberika KIE pada ibu tentang kb yang aman untuk ibu hamil yang memiliki
riwayat penyakit paru-paru
7. Menganjurkan pada ibu untuk sering melakukan control ke dokter tentang
penyakit paru-paru yang ibu alami

275
SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP) IBU HAMIL TM II

Topik : Ibu hamil TM II

Sasaran : ibu hamil

Waktu :19 februari 2021

Tempat :rumah ibu hamil

Materi : terlampir

A. Tujuan

1. Tujuan umum
Setelah melakukan penyuluhan kesehatantentang ibu hamil TM II pada masa
kehamilan selama 20 menit, sasaran atupun ibu hamil tersebut mampu
memahami tentang apasaja kehamilan TM II.
2. Tujuan khusus
Setelah di berikan penyuluhan tentang kehamilan TM II
a. Ibu hamil TM II
b. Resiko ibu hamil TM II
c. Tindakan ataupun cara penyelesaianya

B. Sub pokok bahasa


1. Kehamilan TM II
2. Resiko kehamilan TM II
3. Tindakan maupun cara penyelesaian masalahnya
C. Kegiatan penyuluhan

NO Waktu Kegiatan Respon

1. 2 menit - Salam pembuka - Menjawab salam


- Menyampaikan - Mendengarkan dan
penyuluhan memperhatikan
2. 10 menit - Penyampaian materi - Mendengarkan dan
- Ceramah memperhatikan
- Menjelaskan tahap - Mendengarkan dan
demi tahap memperhatikan
- Memberikan - Mendengarkan dan
kesempatan bertanya memperhatikan
- Mendengarkan dan
memperhatikan

276
3. 2 menit - Menggali pengetahuan - Dapat mengulang
sasaran dengan kembali informasi
memberi pertanyaan yang telah di dapat
4. - Penutup - Menjawab salam
- Memberi salam
penutup

D. Metode
Ceramah, tanya jawab
E. Alat bantu
 Pamflet
F. Evaluasi
Pertanyaan
3. Resiko yang gampang di alami ibu hamil TM II
4. Tindakan maupu cara penyelesaian masalah tersebut

G.    Dana Demonstrasi
1. Ikan Tongkol : Rp 10.000.00
2. Tomat : Rp 5.000.00
3. Terasi : Rp 1.000.00
4. Cabe kecil : Rp 5.000.00

Total : 21.000.00

MATERI
1. Resiko pada ibu hamil TM II yaitu:
- Persalinan prematur
- Perdarahan
- Ketuban pecah dini
- Masalah pernapasan
- Preeklamsia

2. Kebutuhan gizi ibu hamil TM II:


- Menkonsumsi makanan dan minuman dan kaya akan aneka nutrisi.seperti
zat
besi,lemak omega 3,folat,proien,kalsaium,kalbohidrat.
- Suplemen yang sudah diresepkan.

277
C. BERITA ACARA

278
279
280
281
282
283
284
285
286
287
288
289
290
291
292
293
294
295
296
297
298
299
300
301
302
303
304
D.

305
306
307
308
309
310
311
312
313
314
315
316
317
318
319
320
321
322
323
324
325
326
327
328
329
330
331
332
333
334
335
336
337
338
339
340
341
342
343
344
345
346
347
348
349
D. DOKUMENTASI KEGIATAN

YAYUK VIKA YUSRIANI

NURLAELLA

NURHAYUN NUFUS

350
MIRA AULIA

HASYATUN

WINDI WINANDA

351
ST. NURWATI

LAELA MAGFIRAH

RATIH

352
NUZULIA KHAIRUNNISA

NUR FATILLAH

353
LISANTRI

MIFTAHUL KHAIRAH

ERNITA SARI

354
RENI PEBRIANI

NUR AFDIANA

NURILLAH

355
NUR HARDIYANTI

DARA ALIFAH

FITRI HIJRIATI

356
MEGA

NILA SULASTRI

ARDINA

357
ANDRIYANI

TANTI ANDRIYANI

ASTUTI

358
RABIATUL AULIA

JUMIATI

359
NUR HIDAYATI

NUR WAHIDA

360
IRAWATI

JUMAITI

361

Anda mungkin juga menyukai