PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Komunitas adalah sekumpulan orang dalam jumlah tertentu yang terikat oleh
satuan geografis, ekonomi, adat atau rentan sosial ekonomi. ciri yang umum
KAT(komuitas adat terpencil) paling tidak ada kerentanan ekonomi dan terpencil.
kondisi tersebut memerlukan penanganan, (Kemensos RI, 2015).
Kebidanan Komunitas adalah pelayanan kebidanan yang menekankan pada aspek-
aspek psikososial budaya yang ada di komunitas(masyarakat sekitar). maka seorang
bidan di tuntut mampu memberikan pelayanan yang bersifat individual maupun
kelompok, (elly dwi wahyuni, 2018).
Kegiatan PKL Kebidanan Komunitas ini merupakan suatu penerapan ilmu dan
pengabdian masyarakat oleh mahasiswa AKBID Harapan Bunda Bima Angkatan XII
Tahun Ajaran 2021 yang meyeluruh sepanjang daur kehidupan wanita, dalam rangka
pemecahan masalah kesehatan dan peningkatan status kesehatan masyarakat. Dalam
prosesnya mahasiswa diharapkan mampu mengenal masalah, menentukan prioritas
masalah dan merumuskan alternatif dalam pemecahan masalah. Setelah itu menyusun
rencana pemecahan masalah sesuai dengan keahlian yang dimiliki dengam
memperhatiakan sumber daya yang ada di masyarakat.
Sasaran pelayanan Kebidanan Komunitas adalah pada bayi, Balita, remaja, ibu
hamil, PUS, WUS dan Lansia. Lokasi PKL Mahasiswa AKBID Harapan Bunda
Bima di 6 Puskesmas, di wilayah Kota Bima Nusa Tengga Barat.
Dalam rangka menghasilkan tenaga yang profesional, maka diperlukan adanya
sumber daya kesehatan yang siap terjun ke lapangan, mengelola masalah kesehatan
di suatu daerah dan memberikan kontribusi dalam peningkatan kesehatan
masyarakat. Untuk mewujudkan semua ini, AKBID Harapan Bunda Bima,
melakukan Praktik Kerja Lapangan (PKL) Kebidanan Komunitas di 6 Puskesmas
yang ada di wilayah Kota Bima pada tanggal 01-21 Febuari 2021.
Masalah kesehatan mendapat sorotan yang serius dari berbagai elemen masyarakat
dalam beberapa dekade terakhir. Seiring dengan meningkatnya ilmu pengetahuan dan
teknologi, antusias masyarakat terhadap kesehatan juga meningkat. Masyarakat
sudah ,membuka mata bahwa kesehatan merupakan kebutuhan pokok yang dapat
menentukan mutu hidup mereka nantinya, merupakan suatu kewajiban bagi
1
penyelenggara kesehatan untuk memenuhi kebutuhan tersebut dan selalu bertindak
profsional dalam memberikan pelayanan sehingga masyarakat puas dengan
pelayanan kesehatan, (Elisabet, 2014).
Kegiatan PKL ini, diharapkan dapat mencapai tujuan pendidikan di AKBID
Harapan Bunda Bima secara maksimal sehingga outputnya dapat berperan di
berbagai sektor kesehatan masyarakat dan mampu bersaing dalam menghadapi
globalisasi.
Peningkatan pelaksanaan program kesehatan masyarakat menuntut peningkatan
pengetahuan dan keterampilan dalam pengenalan masalah dan penyebab terjadinya
masalah serta alternatif cara pemecahan masalah, yaitu perencanaan, pengolahan
teknis, dan administrasi serta penilai program di 6 Puskesmas di wilayah Kota Bima.
Masalah-masalah yang ditemukan di 6 Puskesmas, 19 Kelurahan dan 5 Kecematan
yang ada di wilayah Kota Bima adalah sebagai berikut: Ibu hamil yang Anemia, ibu
hamil yang KEK, ibu hamil dengan riwayat LMR, ibu hamil dengan usia beresiko,
ibu hamil dengan penyakit penyerta, ibu hamil yang tidak memiliki P4K, ibu yang
belum mempunyai jaminan kesehatan, ibu hamil tidak mengkonsumsi Tablet Fe, ibu
hamil yang belum memiliki golongan darah, Ibu hamil yang tidak Imunisasi TT, Ibu
hamil yang tidak mengkonsumsi yodium dan, Stunting, Status gizi buruk dan kurang
pada Balita, WUS yang tidak melakukan tehnik SADARI, WUS yang tidak pernah
IVA Test dan remaja yang tidak pernah melakukan tehnik SADARI.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Membantu masyarakat dalam mengupayakan hidup sehat dengan mencapai derajat
kesehatan yang optimal.
2. Tujuan Khusus
a. Mengidentifikasi masalah kesehatan yang ada di 6 Puskesmas, yang ada di
wilayah Kota Bima.
b. Menentukan masalah dan prioritas masalah.
c. Merumuskan berbagai alternatif pemecahan masalah.
d. Implementasi dari hasil alternatif pemecahan masalah.
e. Evaluasi dari hasil implementasi pemecahan masalah.
C. Manfaat
1. Bagi Mahasiswa
a. Dapat menerapkan ilmu yang diperoleh di perkuliahan secara nyata di PKL.
2
b. Mahasiswa mendapatkan pelayanan dalam menyelenggarakan PKL serta
memperoleh pengetahuan dan keterampilan dalam menangani masalah
kesehatan yang ada di masyarakat yang berhubungan dengan KIA/KB.
c. Dapat bekerja sama dengan Institusi terkait dalam rangka mengurangi
masalah kesehatan di 6 Puskesmas, 19 Kelurahan dan 5 Kecematan yang ada
di wilayah Kota bima.
2. Bagi Masyarakat
Dapat menambah pengetahuan masyarakat dalam bidang kesehatan dan
termotifasi bertindak sesuai perilaku hidup sehat.
3. Bagi Institusi
Sebagai bahan masukan untuk pelaksanaan PKL Kebidanan Komunitas
yang akan datang.
D. Metode Pengumpulan Data
Metode yang digunakan dalam penulisan laporan, menggunakan metode
pengumpulan data yaitu :
a. Survey
Survey adalah suatu cara penelitian deskriptif yang dilakukan terhadap
sekumpulan objek yang biasanya cukup banyak dalam jangka waktu
tertentu.
b. Wawancara
Wawancara adalah titik pengambilan data dimana peneliti mendapatkan
keterangan secara lisan dari seseorang atau sasaran penelitian.
c. Observasi
Observasi adalah suatu prosedur terencana meliputi dan mencatat jumlah
dan aktifitas tertentu yang ada hubungannya dengan masalah yang teliti.
Alat yang dibutuhkan dalam observasi antara lain: format pengkajian
asuhan kebidanan. Adapun yang diobservasi dalam kegiatan PKL yaitu
pemeriksaan fisik yang meliputi :
1. Inspeksi
Inspeksi merupakan proses observasi dengan menggunakan mata.
Inspeksi dilakukan untuk mendeteksi tanda-tanda fisik yang
berhubungan dengan status fisik.
2. Palpasi
3
Palpasi merupakan pemeriksaan dengan menggunakan sentuhan
atau rabaan. Metode ini digunakan untuk mendeteksi.
3. Auskultasi
Auskultasi merupakan metode pemeriksaan dengan menggunakan
stetoskop ini digunakan untuk memperjelas pendengaran.
Stetoskop digunakan untuk mendengarkan bunyi jantung, paru-
paru, bising usus, serta untuk mengukur tekanan darah dan denyut
nadi.
4. Perkusi
Perkusi adalah pemeriksaan dengan cara mengetuk. Tujuan perkusi
adalah menentukan batasan-batasan organ atau bagian tubuh
dengan cara merasakan vibrasi yang timbul akibat adanya gerakan
yang diberikan dibawah jaringan.
d. Dokumentasi
Dokumentasi adalah pengumpulan, pemiliham dan penyimpanan
informasi dalam bidang pengetahuan.
E. Langkah Kerja
Mengumpulkan data ibu hamil yang beresiko tinggi di 6 puskesmas yang
ada di wilayah kota bima dan dilakukan pembagian untuk satu ibu hamil pada
masing-masing mahasiswa, selanjutnya dilakukan dengan observasi/kuesioner
dan wawancara pada masing-masing kelurga di 6 Puskesmas yang ada di
wilayah Kota bima, pada kuesioner terdapat pertanyaan yang berkaitan dengan
masalah-masalah kesehatan di 6 Puskesmas yang ada di wilayah Kota bima,
selanjutnya dilakukan kegiatan tabulasi untuk mengetahui masalah-masalah
kesehatan yang ada di 6 Puskesmas di wilayah Kota Bima kemudian dilakukan
kegiatan penyajian hasil pendataan dan penentuan prioritas masalah, rencana
penyelesaian dan waktu penyelesaian yang ditemukan, alternatif penyelesaian
masalah yang hasilnya tertuang dalam kegiatan implementasi. Setelah itu
dilakukan kegiatan penutupan yaitu pemaparan hasil dari pengkajian dan
intervensi yang dilakukan untuk memaparkan kegiatan-kegiatan yang telah
mahasiswa lakukan.
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Keluarga
1. Definisi Keluarga
Unit-unit masyarakat adalah komunitas, keluarga, kelompok yang
mempunyai tujuan dan nilai yang sama. WHO mendefinisikan komunitas sebagai
suatu kelompok sosial dalam wilayah tertentu yang mempunyai keyakinan, nilai
dan budaya serupa yang berinteraksi satu sama lain. (Wahyuni, 2020).
Masyarakat sebagai suatu sistem sosial menunjukkan bahwa semua orang bersatu
untuk saling melindungi dalam kepentingan bersama, dan berfungsi sebagai suatu
kesatuan dan secara terus menerus mengadakan hubungan (interaksi) dengan
sistem yang lebih besar. Bagian-bagian yang saling berinteraksi tersebut
merupakan sub-sistem dari komuniti seperti pendidikan, kesehatan, kesejahteraan
dan keluarga. Keluarga merupakan suatu unit terkecil dari masyarakat dimana
dalam keluarga terdapat kepala keluarga, ibu dan anak dan beberapa orang yang
terkumpul dan tinggal di suatu tempat di bawah satu atap dalam keadaan saling
ketergantungan (Wahyuni, 2020).
Dalam kebidanan/keperawatan kesehatan masyarakat keluarga sebagai unit
utama yang menjadi sasaran pelayanan, karena keluarga merupakan unit terkecil
dari masyarakat. Apabila salah satu diantara anggota keluarga mempunyai
masalah keperawatan atau kesehatan akan mempengaruhi anggota keluarga yang
lain, demikian pula terhadap kelompok dan masyarakat di sekitarnya. Masalah
kesehatan keluarga saling berkaitan terhadap anggota keluarga, kelompok
maupun masyarakat secara keseluruhan yang akhirnya memberikan gambaran
terhadap masalah kesehatan masyarakat secara menyeluruh.
2. Struktur Keluarga
Struktur keluarga didasarkan pada organisasi keluarga, yaitu perilaku anggota
keluarga dan pola hubungan dalam keluarga. Hubungan yang ada dapat bersifat
kompleks, misalnya seorang wanita bisa sebagai istri, sebagai ibu, sebagai
menantu, dan lain-lain, yang semua itu mempunyai kebutuhan, peran dan harapan
yang berbeda. Pola hubungan itu akan membentuk kekuatan dan struktur peran
dalam keluarga. Struktur keluarga dapat diperluas dan dipersempit tergantung
5
dari kemampuan dari keluarga tersebut untuk merespon stressor yang ada dalam
keluarga. Struktur keluarga terdiri dari sebagai berikut.
1. Patrilineal adalah keluarga sedarah yang terdiri dari sanak saudara sedarah
dalam beberapa generasi, di mana hubungan itu disusun melalui jalur garis
ayah.
2. Matrilineal adalah keluarga sedarah yang terdiri dari sanak saudara sedarah
dalam beberapa generasi, di mana hubungan itu disusun melalui jalur garis ibu.
3. Matrilokal adalah sepasang suami istri yang tinggal bersama keluarga sedarah
istri.
4. Patrilokal adalah sepasang suami istri yang tinggal bersama keluarga sedarah
suami.
5. Keluarga kawinan adalah hubungan suami istri sebagai dasar bagi pembinaan
keluarga, dan beberapa sanak saudara yang menjadi bagian keluarga karena
adanya hubungan dengan suami dan istri.
3. Ciri-ciri Keluarga:
1. Terorganisasi
Saling berhubungan saling ketergantungan antara anggota keluarga
2. Ada Keterbatasan
Setiap anggota keluarga memiliki kebebasan tetapi mereka memiliki
keterbatasan dalam menjalankan fungsi dan tugasnya masing-masing
3. Ada perbedaan dan kekhususan
Setiap keluarga mempunyai fungsi dan tugasnya masing-masing.
4. Tipe/Bentuk Keluarga
Keluarga terdiri dari berbagai macam tipe/bentuk. Tipe/bentuk keluarga
antara lain sebagai berikut:
a. Keluarga Inti (Nuclear Family) adalah keluarga yang terdiri dari ayah, ibu
dan anak-anak.
b. Keluarga Besar (Extended Family) adalah keluarga inti ditambah sanak
saudara, misalnya nenek, kakek, keponakan, saudara sepupu, paman, bibi
dan sebagainya.
c. Keluarga Berantai (Serial Family) adalah keluarga yang terdiri dari
perempuan dan laki-laki yang menikah lebih dari satu kali dan merupakan
satu keluarga inti.
6
d. Keluarga Duda/Janda (Single Family) adalah keluarga yang terjadi karena
perceraian atau kematian.
e. Keluarga berkomposisi (Composite) adalah keluarga yang perkawinannya
berpoligami dan hidup secara bersama.
f. Keluarga Kabitas (Cahabitation) adalah dua orang yang menjadi satu tanpa
pernikahan tetapi membentuk suatu keluarga.
a. Patriakal, yaitu pihak ayah yang dominan dan memegang kekuasaan dalam
keluarga.
b. Matriakal, yaitu pihak ibu yang dominan dan memegang kekuasaan dalam
keluarga.
c. Equalitarian, yaitu ayah dan ibu yang memegang kekuasaan dalam
keluarga.
d. Peranan Dan Fungsi Keluarga
Peranan keluarga menggambarkan seperangkat perilaku interpersonal,
sifat, kegiatan yang berhubungan dengan individu dalam posisi dan situasi
tertentu. Peranan individu dalam keluarga didasari oleh harapan dan pola
perilaku dari keluarga, kelompok dan masyarakat. Berbagai peranan yang
umumnya terdapat di dalam kebanyakan keluarga, terutama di Indonesia
adalah sebagai berikut:
1) Peranan ayah
Peranan ayah adalah sebagai suami dari ibu dan ayah untuk anak-
anak. Di samping itu, ayah juga berperan sebagai pencari nafkah,
pendidik, pelindung dan pemberi rasa aman, kepala keluarga, anggota
dari kelompok sosialnya serta sebagai anggota masyarakat dalam
lingkungannya.
2) Peranan ibu
Peranan ibu adalah sebagai istri dan ibu dari anak-anaknya. Ibu
mempunyai peranan untuk mengurus rumah tangga, sebagai pengasuh
dan pendidik anak-anaknya, pelindung dan sebagai salah satu kelompok
dari peranan sosialnya, serta sebagai anggota masyarakat dalam
lingkungannya.
7
3) Peranan anak
Anak dalam keluarga melaksanakan peranan psiko-sosial sesuai
dengan tingkat perkembangannya, baik fisik, mental, sosial, maupun
spiritual.
8
a. Keluarga sebagai unit utama masyarakat dan merupakan lembaga yang
menyangkut kehidupan masyarakat.
b. Keluarga sebagai suatu kelompok dapat menimbulkan, mencegah,
mengabaikan atau memperbaiki masalah-masalah kesehatan dalam
kelompoknya.
c. Masalah-masalah kesehatan dalam keluarga saling berkaitan, dan
apabila salah satu anggota keluarga mempunyai masalah kesehatan akan
berpengaruh terhadap anggota keluarga lainnya.
d. Dalam memelihara kesehatan anggota keluarga sebagai individu
(pasien), keluarga tetap berperan sebagai pengambil keputusan dalam
memelihara kesehatan para anggotanya.
e. Keluarga merupakan perantara yang efektif dan mudah untuk berbagai
upaya kesehatan masyarakat.
f. Setiap keluarga mempunyai cara yang unik dalam menghadapi masalah
kesehatan para anggotanya.
9
Bidan berperan sebagai pemberi pelayanan pada keluarga
dengan memberikan asuhan kebidanan kepada anggota keluarga
yang memerlukan.
3) Koordinator pelayanan kesehatan keluarga
Bidan dapat berperan sebagai koordinator pelayanan
kesehatan keluarga khususnya masalah kesehatan yang terkait
dengan praktik kebidanan. Dalam hal ini, bidan berperan
mengkoordinasikan pelayanan kesehatan keluarga khususnya terkait
dengan praktik kebidanan, baik secara berkelompok maupun
individual.
4) Sebagai fasilitator
Bidan berperan sebagai fasilitator yaitu mampu menjadikan
pelayanan kesehatan khususnya dalam lingkup kebidanan yang
mudah dijangaku oleh keluarga serta mampu mencarikan cara
pemecahan masalahnya.
5) Pendidik kesehatan
Bidan sebagai pendidik kesehatan yaitu untuk mengubah
perilaku keluarga dari perilaku yang kurang/ tidak sehat menjadi
perilaku sehat.
6) Sebagai penyuluh dan konsultan Bidan sebagai penyuluh dan
konsultan yang berperan dalam memberikan petunjuk tentang asuhan
kebidanan dasar dalam keluarga.
b. Tanggung jawab bidan dalam asuhan kebidanan pada keluarga
Bidan sebagai bagian utama dalam pelayanan asuhan kebidanan
pada keluarga mempunyai tanggung jawab, antara lain sebagai berikut:
1) Memberikan asuhan /pelayanan secara langsung
Pelayanan secara langsung harus diberikan secara intermiten
khususnya yang terkait dengan praktik kebidanan sesuai dengan
tugas dan kewenangan Bidan. Namun demikian, pelayanan yang
diberikan di rumah (dalam konteks keluarga) hendaknya lebih
melibatkan anggota keluarga tersebut dalam upayan memberikan
kesadaran bahwa semua anggota keluarga mempunyai tanggung
jawab yang sama terhadap kesehatan. Dengan demikian, pendidikan
10
kesehatan menjadi intervensi utama dalam pelayanan
kesehatan/asuhan kebidanan komunitas pada keluarga.
2) Pendokumentasian proses asuhan kebidanan
Pendokumentasian terhadap proses pelayanan/asuhan
kebidanan selama dalam keluarga sangat penting terutama untuk
melihat kemajuan status kesehatan keluarga khususnya dan
kemajuan keluarga dalam mengatasi masalah kesehatan yang
sedang dialami pada umumnya. Dokumentasi yang jelas dan
komprehensif dari pengkajian hingga evaluasi, di samping mampu
memberikan gambaran tentang perkembangan status kesehatan
keluarga juga dapat membantu keluarga sebagai klien untuk
menentukan kerangka waktu dalam menyelesaikan masalah secara
realistik.
3) Koordinasi dengan tim pelayanan kesehatan lain dan manajemen
kasus.
Bidan mempunyai tanggung jawab untuk
mengkoordinasikan atau berkolaborasi dengan profesi kesehatan
lain dalam memberikan pelayanan kepada keluarga, sehingga
masalah kesehatan yang dihadapi keluarga tersebut dapat diatasi
secara komprehensif. Sedangkan tanggung jawab bidan dalam
manajemen kasus adalah kemampuan untuk mengkaji masalah,
menemukan masalah, menentukan prioritas masalah,
mengidentifikasi cara mengatasi masalah dengan penyusunan
rencana dan mengimplementasikan rencana tersebut secara
sistematis.
4) Menentukan frekuensi dan lamanya asuhan/pelayanan kebidanan
Frekuensi asuhan/pelayanan kebidanan yang dimaksud
adalah intensitas kunjungan yang dilakukan selama periode waktu
tertenu dalam proses asuhan kebidanan yang diberikan. Sedangkan
lamanya asuhan/pelayanan kebidanan adalah lamanya waktu asuhan
pelayanan kebidanan yang dilakukan di rumah atau di dalam
keluarga. Selama proses ini, keluarga senantiasa dilibatkan dalam
dari perencanaan sampai menentukan prioritas rencana rencana
tindakan yang akan diimplementasikan. Bidan juga harus
11
memperkirakan alokasi waktu dan frekuensi yang kemungkinan
berbeda ketika harus berkolaborasi ketika harus berkolaborasi
dengan tenaga kesehatan/profesi lain.
c. Tujuan asuhan kebidanan pada keluarga
Peningkatan status kesehatan keluarga tentunya akan merupakan
tujuan akhir yang diharapkan dapat dicapai dari pelayanan/asuhan
kebidanan pada keluarga yang diberikan. Karena dengan meningkatnya
status kesehatan seluruh anggota keluarga pasti akan meningkatkan pula
produktivitas keluarga tersebut dan dengan meningkatnya produktivitas
keluarga, maka kesejahteraan keluarga akan semakin meningkat.
1) Tujuan umum
Secara umum, tujuan asuhan kebidanan pada keluarga adalah untuk
meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan keluarga dalam
meningkatkan, mencegah dan memelihara kesehatan mereka sehingga
status kesehatannya semakin meningkat serta mampu melaksanakan
tugas-tugas mereka secara produktif.
2) Tujuan khusus
Secara khusus, asuhan kebidanan pada keluarga ditujukan untuk:
a) Meningkatkan kemampuan keluarga dalam mengidentifikasi
masalah kesehatan yang dihadapi khususnya yang berkaitan
dengan kesehatan ibu, bayi baru lahir dan anak.
b) Meningkatkan kemampuan keluarga dalam menanggulangi
masalah kesehatan dasar dalam keluarga.
c) Meningkatkan kemampuan keluarga dalam mengambil keputusan
yang tepat.
d) Meningkatkan kemampuan keluarga dalam memberikan
pelayanan terhadap anggota keluarga yang sakit.
e) Meningkatkan produktivitas keluarga dalam rangka
meningkatkan mutu hidup keluarga (Wahyuni, 2018).
d. Prinsip prinsip asuhan kebidanan pada keluarga
Terdapat beberapa prinsip penting yang harus diperhatikan oleh
bidan dalam memberikan asuhan kebidanan/pelayanan kesehatan, antara
lain sebagai berikut:
12
1) Keluarga sebagai unit atau satu kesatuan dalam pelayanan kesehatan
Dalam konteks ini, keluarga dipandang sebagai klien atau sebagai
fokus utama pengkajian dalam pelayanan/asuhan kebidanan. Keluarga
dipandang sebagai sistem yang saling berinteraksi dengan
memperhatikan dinamika dan hubungan internal keluarga, struktur dan
fungsi keluarga dan saling ketergantungan keluarga dengan pelayanan
kesehatan serta dengan lingkungannya.
2) Dalam memberikan asuhan/pelayanan kebidanan keluarga, status sehat
adalah menjadi tujuan utamanya melalui peningkatan status kesehatan
keluarga khususnya dengan program kesehatan ibu, bayi baru lahir,
dan anak agar keluarga dapat meningkatkan produktivitas dan
kesejahteraannya.
3) Asuhan yang diberikan sebagai sarana dalam mencapai peningkatan
kesehatan keluarga.
4) Dalam memberikan asuhan kebidanan pada keluarga, bidan harus
mampu melibatkan peran aktif dari semua anggota keluarga mulai dari
mengidentifikasi masalah, merumuskan masalah dan kebutuhan
keluarga dalam rangka mengatasi masalah kesehatan yang sedang
dihadapinya.
5) Diupayakan lebih mengutamakan kegiatan yang bersifat promotif dan
preventif dengan tanpa mengabaikan upaya kuratif dan rehabilitatif.
6) Dalam memberikan asuhan kebidanan hendaknya selalu
memanfaatkan sumber daya keluarga semaksimal mungkin.
7) Sasaran pelayanan asuhan kebidanan pada keluarga adalah keluarga
secara keseluruhan.
8) Pendekatan yang digunakan dalam pelayanan asuhan kebidanan pada
keluarga adalah pendekatan pemecahan masalah (problem solving
approach) dengan menggunakan proses asuhan kebidanan pada
keluarga.
9) Kegiatan essensial dalam memberikan asuhan kebidanan keuarga
adalah penyuluhan/pendidikan kesehatan dan pelayanan kesehatan
dasar.
13
10) Pemberian pelayanan/asuhan diutamakan kepada keluarga yang
mempunyai risiko tinggi terhadap masalah kesehatan teruatam
masalah kesehatan ibu, bayi baru lahir dan anak.
a) Ibu hamil dengan usia terlalu muda atau terlalu tua (<16 tahun atau
> 35 tahun).
b) Ibu hamil dengan anemia/kekurangan gizi.
c) Primipara atau multipara.
d) Riwayat persalinan dengan komplikasi.
a) Lahir prematur.
b) Berat badan rendah atau sulit bertambah/naik.
c) Lahir dengan cacat kongenital.
d) Ibu menderita penyakit menular, dan sebagainya.
15
sehat sehingga dapat meningkatkan produktivitas dan derajat
kesehatan keluarga.
2) Cakupan pelayanan kesehatan dan asuhan kebidanan menjadi lebih
luas karena banyak anggota keluarga yang bisa dicakup dan sumber-
sumber keluarga yang ada dapat diarahkan untuk meningkatkan
kesehatan keluarga.
3) Pelayanan kesehatan dan asuhan kebidanan dipusatkan kepada
keluarga sebagai satu kesatuan yang utuh.
4) Pelayanan kesehatan dan asuhan kebidanan lebih ditekankan pada
waktu-waktu rawan dalam kehidupan keluarga, terutama pada
keluarga-keluarga dengan risiko tinggi.
5) Diperlukan pelayanan kesehatan dari tenaga kesehatan yang
mempunyai kemampuan yang kompeten dalam memberikan asuhan
kebidanan secara kontinyu dan sistematis agar dapat mencapai tujuan
dan sasaran yang telah ditetapkan terutama pada keluarga-keluarga
yang rawan terhadap masalah kesehatan.
16
a. Ibu dan bayi sehat dan selamat, keluarga bahagia, serta terjaminnya kehormatan
martabat manusia.
b. Saling menghormati penerima asuhan dan pemberi asuhan
c. Kepuasan ibu, keluarga, dan bidan
d. Adanya kekuatan diri dari wanita dalam menentukan dirinya sendiri
e. Adanya rasa saling percaya dari wanita sebagai penerima asuhan
f. Terwujudnya keluarga sejahtera dan berkualitas (Maternity, 2017).
3. Ciri-ciri Komunitas
Ciri-ciri dari komunitas yaitu:
17
e. Sitem pelaporan bidan di komunitas, berbeda dengan kebidanan klinik. Sistem
pelaporan kebidanan komunitas berhubungan dengan wilayah kerja yang
menjadi tanggung jawabnya.
Sedangkan tanggung jawab bidan pada pelayanan kebidanan komunitas
meliputi kemampuan memberikan penyuluhan dan pelayanan individu, keluarga,
dan masyarakat. Untuk itu diperlukan kemampuan untuk menilai mana tradisi yang
baik dan membahayakan, budaya yang sensitif gender dan tidak, nilai-nilai
masyarakat yang adil gender dan tidak, dan hukum serta norma yang ternyata masih
melanggar hak asasi manusia. Disamping itu, bidan harus mampu bertindak
profesional dalam bentuk:
a. Mampu memisahkan antara nilai-niai dan keyakinan pribadi dengan tugas
kemanusiaan sebagai bidan, dan
b. Mampu bersikap non judgemental (tidak menghakimi), non discriminative (tidak
membeda-bedakan), dan memenuhi standar prosedur kepada semua klien
(perempuan, laki-laki, transgender).
18
c. Mengidentifikasi kebutuhan asuhan/masalah klien. Contoh: Ibu hamil dengan
anemia, maka rencana yang paling tepat adalah memberikan tablet zat besi untuk
meningkatkan kadar haemoglobin.
d. Memberikan informasi dan dukungan pada klien agar mampu mengambil
keputusan untuk kesehatannya. Bidan melakukan pendidikan kesehatan terkait
dengan kondisi kesehatan yang ditemukan dengan harapan klien dapat mengikuti
anjuran dari bidan untuk mengatasi masalah kesehatannya.
e. Mengembangkan rencana asuhan bersama klien. Setiap rencana yang akan
dilakukan sebaiknya melibatkan klien agar klien merasa apa yang diberikan
merupakan kebutuhanya. Contoh: ibu hamil yang anemia perlu penambah zat
besi untuk kesehatan ibu dan janin.
Adapun ruang lingkup pelayanan kebidanan di komunitas adalah sebagai berikut.
19
Deficiency Syndrome (AIDS), kehamilan tidak diinginkan (KTD), kekerasan
dalam rumah tangga (KDRT), prostitusi, korban perkosaan, dan injecting drug
user (IDU).
6. Pemberdayaan Masyarakat
Pemberdayaan masyarakat adalah segala upaya fasilitasi yang bersifat
persuasif dan tidak memerintah yang bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan,
sikap, perilaku, dan kemampuan masayarakat dalam menemukan, merencanakan
dan memecahkan masalah menggunakan sumber daya/potensi yang mereka miliki,
termasuk partisipasi dan dukungan tokoh-tokoh masyarakat serta LSM yang ada
dan hidup di masyarakat. Pemberdayaan keluarga di bidang kesehatan akan
menghasilkan kemandirian keluarga dalam menemukan masalah kesehatan yang
ada dalam keluarganya, kemudian mampu merencanakan dan mengambil
keputusan untuk memecahkan masalah kesehatannya sendiri tanpa bantuan pihak
lain. Salah satu strategi yang dapat ditempuh untuk menghasilkan kemandirian di
bidang kesehatan baik pada masyarakat maupun pada keluarga adalah pendekatan
komunikasi, informasi, dan edukasi (KIE). Artinya bahwa harus ada komunikasi
antara bidan dengan masyarakat, kemudian melalui komunikasi pula bidan
memberikan informasi dan melakukan pendidikan kesehatan.
Strategi pemberdayaan masyarakat dan pemberdayaan perempuan
diantaranya dapat ditempuh dengan langkah sebagai berikut.
20
Sasaran dalam pelayanan kebidanan komunitas adalah individu, keluarga dan
kelompok masyarakat. Keluarga merupakan suatu unit terkecil dari masyarakat di
mana dalam keluarga terdapat kepala keluarga, ibu dan anak, dengan sasaran lebih
lengkap sebagai berikut:
a. Ibu
Meliputi pra-konsepsi, kehamilan, persalinan, nifas, masa menyusui, masa
menopause.
a. Peran Bidan
21
1) Peran sebagai Pelaksana
Bidan sebagai pelaksana memberikan pelayanan kebidanan kepada
wanita dalam siklus kehidupannya yaitu asuhan ibu hamil, bersalin, bayi
baru lahir, nifas, neoantus, bayi anak dan balita, remaja, masa antara,
keluarga berencana dan lansia. Sebagai pelaksana bidan mempunyai tiga
kategori tugas yaitu tugas mandiri, tugas kolaborasi, dan tugas
ketergantungan.
2) Tugas Mandiri
Tugas mandiri bidan meliputi hal-hal berikut ini:
3) Tugas Kolaborasi
Tugas-tugas kolaborasi (kerja sama) bidan, yaitu:
22
b) Memberi asuhan kebidanan pada ibu hamil dengan risiko tinggi dan
pertolongan pertama pada kegawatdaruratan yang memerlukan tindakan
kolaborasi.
c) Mengkaji kebutuhan asuhan pada kasus risiko tinggi dan keadaan
kegawatdaruratan yang memerlukan tindakan kolaborasi.
d) Memberi asuhan kebidanan pada ibu dalam masa persalinan dengan
risiko tinggi serta keadaan kegawatdaruratan yang memerlukan
pertolongan pertama dengan tindakan kolaborasi dengan melibatkan
klien dan keluarga.
e) Memberi asuhan kebidanan pada ibu dalam masa nifas dengan risiko
tinggi serta pertolongan pertama dalam keadaan kegawatdaruratan yang
memerlukan tindakan kolaborasi bersama klien dan keluarga.
f) Memberi asuhan kebidanan pada bayi baru lahir dengan risiko tinggi
dan pertolongan pertama dalam keadaan kegawatdaruratan yang
memerlukan tindakan kolaborasi bersama klien dan keluarga.
g) Memberi asuhan kebidanan pada balita dengan risiko tinggi serta
pertolongan pertama dalam keadaan kegawatdaruratan yang
memerlukan tindakan kolaborasi bersama klien dan keluarga.
23
f) Memberi asuhan kebidanan kepada anak balita dengan kelainan tertentu
dan kegawatdaruratan yang memerlukan konsultasi serta rujukan
dengan melibatkan klien/keluarga.
1) Fungsi Pelaksana
Fungsi bidan sebagai pelaksana mencakup hal-hal sebagai berikut:
24
a) Melakukan bimbingan dan penyuluhan kepada individu, keluarga, serta
masyarakat (khususnya kaum remaja) pada masa pra perkawinan.
b) Melakukan asuhan kebidanan untuk proses kehamilan normal,
kehamilan dengan kasus patologis tertentu, dan kehamilan dengan risiko
tinggi.
c) Menolong persalinan normal dan kasus persalinan patologis tertentu.
d) Merawat bayi segera setelah lahir normal dan bayi dengan risiko tinggi.
e) Melakukan asuhan kebidanan pada ibu nifas.
f) Memelihara kesehatan ibu dalam masa menyusui.
g) Melakukan pelayanan kesehatan pada anak balita dan prasekolah
h) Memberi pelayanan keluarga berencana sesuai dengan wewenangnya.
i) Memberi bimbingan dan pelayanan kesehatan untuk kasus gangguan
sistem reproduksi, termasuk wanita pada masa klimakterium internal dan
menopause sesuai dengan wewenangnya.
2) Fungsi Pengelola
Fungsi bidan sebagai pengelola mencakup hal-hal sebagai berikut:
3) Fungsi Pendidik
Fungsi bidan sebagai pendidik mencakup hal-hal sebagai berikut:
25
c) Memberi bimbingan kepada para bidan dalam kegiatan praktik di klinik
dan di masyarakat.
d) Mendidik bidan atau tenaga kesehatan lainnya sesuai dengan bidang
keahliannya.
4) Fungsi Peneliti
Fungsi bidan sebagai peneliti mencakup hal-hal sebagai berikut.
27
Selain kegiatan posyandu bidan juga turut serta melaksanakan
kegiatan posbindu (pos pembinaan terpadu). Pelayanan ini sasarannya
untuk kelompok masyarakat sehat, berisiko, dan penyandang Penyakit
Tidak Menular (PTM) atau usia di atas 15 tahun, seperti diabetes mellitus
(DM), kanker, penyakit jantung, penyakit paru. Posbindu juga merupakan
salah satu bentuk UKBM.
28
2) Cara pelaksanaan antenatal di komunitas
Adapun cara pelaksanaan antenatal di komunitas yang di lakukan bidan
adalah:
29
e) Takut/tidak mau ke pusat layanan: tidak adanya sosialisasi dari petugas
kesehatan tentang pemanfaat layanan kesehatan yang bisa diakses ke
semua lapiasan masyarakat.
f) Faktor ekonomi: kesulitan ekonomi.
Untuk mengatasi permasalahan ibu hamil yang tidak melakukan
pemeriksaan kehamilan, maka upaya yang bidan lakukan adalah:
30
4) Pengelolaan Ibu hamil di Komunitas
31
a) Bidan meyakini bahwa setiap individu mempunyai hak untuk aman, puas
terhadap pelayanan kesehatan dengan menghargai martabat manusia dan
perbedaan adat kebiasaan.
b) Yakin bahwa proses kehamilan dan persalinan dapat ditingkatkan melalui
pendidikan kesehatan dan intervensi berbentuk dukungan keluarga.
c) Berfokus pada kebutuhan individu dan keluarganya baik fisik, emosi dan
sosial, terlibat aktif sesuai dengan nilai sosial.
d) Asuhan yang terus menerus yang menekankankan pada aspek keamanan,
manajemen klinis yang kompeten, mempertahankan tidak adanya intervensi
pada keadaan normal dan meningkatkan pendidikan kesehatan bagi ibu
selama proses persalinan.
Pelayanan persalinan yang dilakukan oleh bidan di rumah harus
memperhatikan persiapan keluarga dan kondisi rumah.
a) Keluarga
1) Keluarga bersedia dilakukannya pertolongan di rumah, memberikan ide,
dan dukungan.
2) Membahas kegiatan rumah tangga untuk persiapan persalinan di rumah.
b) Rumah dan tempat pertolongan persalinan
Situasi dan kondisi yang perlu diketahui meliputi:
1) Apakah cukup hangat dan aman?
2) Apakah tersedia ruangan yang akan digunakan untuk menolong
persalinan?
3) Apakah tersedia air mengalir?
4) Apakah kebersihan cukup terjamin?
5) Rumah, sebaiknya bidan mengecek rumah sebelum kehamilan 37
minggu.
Sedangkan hal-hal yang harus dipersiapkan persalinan di rumah
adalah sebagai berikut.
10) Tempat sampah atau kantong plastik, ember untuk klorin atau detergent.
a) Keuntungan
1) Pelayanan berkesinambungan antara komunitas dan dokter.
2) Kontak dengan kegiatan rumah sakit sedikit.
3) Gangguan kehidupan keluarga sedikit atau minimal.
4) Mudah memperoleh fasilitas untuk pertolongan emergensi.
5) Pilihan alternatif untuk ibu yang tidak memenuhi persyaratan persalinan
di rumah.
6) Bidan tetap dapat mempertahankan keterampilan menolong persalinan.
b) Kerugian
34
perempuan yang sudah menjadi kodratnya sebagai ibu untuk
merawat anaknya dengan baik secara asah asih dan asuh
b) Deteksi awal dan penatalaksanaan komplikasi
1) Malnutrisi: dengan cara cek kesehatan umum, buta malam, gondok.
2) Depresi/psikosis: apabila ibu murung.
3) Infeksi: memeriksa suhu.
4) Pre-eklamsi: memeriksa tekanan darah, proteinuria.
5) Anemia: cek hemoglobin, conjunktiva/lidah/telapak tangan.
6) Masalah payudara: pemeriksaan payudara, penilaian ASI, berat bayi.
7) Subinvolusi: cek tinggi fundus.
8) Inkontinen/fistula: cek fungsi usus besar dan kandung kemih
9) Tromboflebitis: cek tanda homan dengan cara inspeksi kaki yaitu bila
terlihat tanda kemerahan pada bagian betis belakang dan terasa nyeri
bila ditekan.
10) Infeksi genitalia: cek perineum, lokia/perdaraha/discharge, rapid
plasma reagin (RPR).
c) Kesiapan menghadapi komplikasi
1) Kumpulkan tabungan /rencanakan skemanya.
2) Buat rencana pengambilan keputusan.
3) Mengatur transportasi.
4) Pastikan persiapan pendermaan darah.
d) Asuhan promosi kesehatan dan pencegahan penyakit
1) Zat besi/folat: 1 tablet per oral sehari sekali untuk setidak-tidaknya
40 hari pascapersalinan.
2) Pemberian obat untuk berbagai jenis cacing pada daerah yang
mempunyai prevalensi tinggi setiap 6 bulan sekali.
3) Tidur dengan kelambu. Untuk menghindari gigitan nyamuk.
Terutama di daerah endemik malaria
4) Vitamin A: Satu dos 200,000 IU dalam 30 hari sesudah persalinan
pada tempat dengan defisiensi vitamin A.
5) Suplemen Yodium 400-600 mg per oral atau IM secepatnya setelah
persalinan apabila belum pernah diberikan sebelum trimester ketiga
kehamilan (hanya untuk daerah yang kekurangan yodium).
35
6) Tetanus toxoid. Imunisasi yang diberikan saat masa kehamilan untuk
mencegah terjadinya penyakit tetanus yang sering terjadi pada masa
nifas, baik untuk keselamatan ibu dan janin agar terhindar dari
infeksi.
7) RPR, HIV (uji tes sukarela) jika ada indikasi pada alat genetalia, atau
keluhan yang mengarah pada penyakit HIV.
Pada asuhan pasca persalinan, bidan juga harus mengajarkan hal
keperempuanan (seperti merawat bayi sehari-hari, menyusui ASI dan
mencegah terjadinya hipotermi) dan konseling kepada ibu nifas antara
lain mengenai:
36
1) Konsumsi makan ditingkatkan hingga 10% (fisik kurang aktif)
atau 20% (moderat atau sangat aktif) untuk menggantikan energi
yang diberikan pada ASI.
2) Konsumsi makan makanan dari bahan pokok (biji – bijian).
3) Konsumsi non saturated lemak.
4) Tidak perlu diet.
5) Anjurkan banyak memakan makanan mengandung zat besi,
seperti hati, sayuran berdaun hijau gelap dll.
d) Mengajarkan hal ke-perempuanan dan konseling faktor-faktor yang
mempengaruhi keinginan seksual wanita sesudah persalinan
1) Kecapaian dan gangguan tidur.
2) Laserasi genitalia/episiotomy.
3) Hipo-estrogenisasi vagina.
4) Libido.
5) Masalah kekuasaan dalam perkawinan.
6) Memulai lagi kegiatan seksual.
e) Mengajarkan hal keperempuanan dan konseling KB
1) Informasikan semua pilihan KB pada periode pasca persalinan
(idealnya dilakukan pada saat antepartum juga).
2) Fasilitasi informasi gratis untuk seluruh wanita.
3) Tegaskan bahwa metode non-hormonal (Lactational
Amenorrhea Method/LAM, metode barrier, AKDR dan
sterilisasi) adalah pilihan terbaik untuk ibu menyusui. Jika ibu
nifas tersebut memilih metode hormon dapat menggangu
produksi ASI.
4) Nasehatkan untuk tidak memakai kombinasi oral KB pada
wanita yang sedang menyusui setidak-tidaknya 6 bulan pertama
setelah persalinan atau berhenti menyusui.
Pada kunjungan rumah di masa nifas, dokumentasi persalinan
perlu dilengkapi sebelum menyusun jadwal kunjungan rumah
berikutnya. Dokumentasi disesuaikan dengan keadaan dan kebutuhan
yang ada dan tiap hasilnya dicatat dengan cermat. Beberapa prinsip
umum dalam asuhan masa nifas di rumah adalah:
37
a) Perlu diketahui sedini mungkin akan timbulnya kelainan
meskipun persalinan telah berlangsung normal.
b) Dalam memberikan penyuluhan kepada ibu dan keluarga,
jangan terpaku pada hal-hal yang mendetail dan rinci atau rumit.
Tiap petunjuk disesuaikan dengan keadaan atau budaya
keluarga.
c) Jangan terlalu banyak memberikan instruksi secara verbal dalam
satu kali kunjungan.
d) Jadwal kunjungan rumah dibuat secara fleksibel sehingga dapat
dilakukan kunjungan tambahan kepada keluarga.
e) Kunjungan masa nifas mencakup tinjauan terhadap hal berikut
ini.
f) Tinjau/kaji kembali semua catatan yang lalu untuk melihat
permasalahan yang perlu ditindak lanjuti.
g) Kaji ulang catatan hasil kunjungan terakhir untuk melihat
permasalahan yang perlu ditindak lanjuti.
h) Kaji ulang catatan hasil kunjungan terakhir untuk melihat
permasalahn yang sudah ditangani serta hasilnya.
i) Pemeriksaan laboratorium atau keadaan lain yang perlu
diperiksa kembali.
j) Pemeriksaan fisik dan pengkajian ulang (mammae, ASI, TFU,
oedema, dll).
k) Penyuluhan kesehatan mengenai higiene perseorangan,
pemberian ASI, hubungan seksual, penyuluhan disesuaikan
dengan keadaan ibu (sosial ekonomi dan budaya).
l) Saran rujuk ke pelayanan terdekat untuk memonitoring tindakan
selanjutnya.
38
c) Penyuluhan personal higiene dijaga dan gizi ditingkatkan serta
istirahat/tidur yang cukup.
39
Makan makanan yang bervariasi dan cukup mengandung kalori dan protein
termasuk makanan pokok seperti nasi, ubi dan kentang setiap hari dan makanan
yang mengandung protein seperti daging, ikan, telur, kacang-kacangan atau susu
sekurang-kurangnya sehari sekali. Minyak dari kelapa atau mentega dapat
ditambahkan pada makanan untuk meningkatkan pasokan kalori. Kurang gizi
juga dapat dapat dicegah secara bertahap dengan mencegah cacingan, infeksi,
dan muntaber melalui sanitasi yang baik dan perawatan kesehatan, terutama
mencegah cacingan. Pemberian makanan tambahan dan zat besi pada ibu hamil
yang menderita KEK dan berasal dari Gakin dapat meningkatkan konsentrasi HB
walaupun besar peningkatannya tidak sebanyak ibu hamil dengan status gizi
baik. Pada ibu hamil yang menderita KEK dan dari Gakin kemungkinan masih
membutuhkan intervensi tambahan agar dapat menurunkan prevalensi anemia
sampai ke tingkat yang paling rendah (Rahmah, 2015).
d. Cara penanganan
40
Resiko anemia dalam kehamilan dapat berakibat fatal jika tidak segera di
atasi diantaranya dapat menyebabkan keguguran, partus prematus, partus lama,
atonia uteri dan menyebabkan perdarahan serta syok. Hal tersebut berkaitan
dengan banyak faktor yang berpengaruh antara lain status gizi, umur, pendidikan
dan pekerjaan. Sedangkan pengaruh anemia terhadap hasil kosepsi diantaranya
dapat menyebabkan keguguran, kematian janin dalam kandungan, kematian
janin waktu lahir, kematian perinatal tinggi, prematuritas dan cacat bawaan
(Hariati, 2019). Beberapa pengaruh yang dapat menyebabkan terjadinya anemia
kehamilan diantaranya tingkat pengetahuan, status ekonomi dan kepatuhan
konsumsi tablet Fe (Hariati, 2019).
c. Pencegahan Anemi
1) Minum tablet FE
2) Istirahat yang cukup dengan tidur siang 3-4 jam dan tidur malam 6-8 jam.
3) Mengonsumsi makanan yang mengandung zat besi seperti buah-buahan dan
sayur-sayuran.
d. Cara penanganan Anemia
1) Anjurkan pada ibu untuk meminum tablet FE secara rutin
2) Anjurkan ibu untuk sering memeriksakan kehamilannya.
1) Pengertian Hepatitis B
Hepatitis B adalah suatu penyakit hati yang disebabkan oleh virus Hepatitis
B, yang dapat menyebabkan peradangan hati akut atau kronis yang dapat
berlanjut menjadi sirosis hati atau kanker hati. Hepatitis B akut jika perjalanan
penyakit kurang dari 6 bulan sedangkan Hepatitis B kronis bila penyakit
menetap, tidak menyembuh secara klinis atau laboratorium atau pada
gambaran patologi anatomi selama 6 bulan. (Nugroho, 2019)
2) Resiko Hepatitis B pada kehamilan
Infeksi Hepatitis B kronis atau akut ada kehamilan sama dengan populasi
pada umumnya. Infeksi hepatitis B menyebabkan peningkatan mortalitas
maupun menyebabkan efek teratogenik. Namun, pada infeksi VHB akut
insidensi untuk terjadinya berat bayi lahir rendah dan premature lebih
41
tinggi. Dimana diabetes gestasional, perdarahan antepartum dan persalinan
premature lebih sering terjadi pada infeksi hepatitis b kronik.
Kelahiran premature meningkat sebesar 25-35%, yang kemungkinan
disebabkan karena keadaan penyakitnya berat, pengaruh virus pada janin
atau plasenta. Tidak didapatkannya efek teratogenik maupun kondisi
akutpada janin, sehingga dianggap outcome bayi yang dilahirkan oleh ibu
dengan HbsAg positif dengan bayi yang lahir dari ibu yang tidak terinfeksi
hepatitis B. pada umumnya yang dipermasalahkan adalah penularan
vertical dari ibu ke janinnya saja. Bila ibu terinfeksi pada Trimester I dan II
maka penularan vertikalnya hanya sebesar 10% saja, namun saat ibu
terinfeksi pada Trimester III, penularan vertikalnya menjadi lebih tinggi
yaitu 76%. (Nugroho, 2019).
3) Pencegahan Hepatitis B
a) Jaga kebersihan diri dan lingkungan dengan mencuci tangan sebelum dan
sesudah makan dengan air yang mengalir
b) Lakukan imunisasi
c) Lakukan hubungan seksual secara aman
4) Penanganan Hepatitis B
a) KIE tentang pola makan yang sehat
b) Menghindari aparan sinar matahari yang berlebihan
c) KIE pola hidup sehat
b. Ibu Hamil Dengan Penyakit Penyerta Paru-paru
1) Pengertian
Penyakit paru-paru atau biasa disebut dengan Pneumonia merupakan salah
satu infeksi paru-paru yang mengakibatkan peradangan di asalah satu atau
kedua paru-paru. Salah satu keluhan yang sering dialami oleh ibu hamil yaitu
sesak nafas.
2) Resiko
Pada ibu : dapat mengalami Abortus (keguguran)
Pada janin : kelahiran prematur, gangguan tumbuh kembang janin dan BBLR
3) Pencegahan
a) Rajin mencuci tangan
42
b) Mengonsumsi makanan yang bergizi
c) Istrirahat yang cukup
d) Menghindari kontak langsung dengan orang yang sedang sakit
4) Penanganan
a) Menerapkan pola hidup sehat setiap hari
b) Menganjurkan ibu untuk mengonsumsi makanan yang bergizi
c) Anjurkan ibu untuk memeriksakan kehamilannya secara rutin.
3. Ibu Hamil dengan Umur Resiko Tinggi (<20 tahun dan > 35 tahun)
a. Umur seorang ibu berkaitan dengan alat-alat reproduksi wanita. Umur
reproduksi yang sehat dan aman adalah 20-35 tahun. Kehamilan diusia kurang
darai 20 tahun dan diatas 35 tahun dapat menyebabkan kehamilan resiko
tinggi karena diusia kurang dari 20 tahun secara biologis belum optimal,
emosinya cenderung labil, mentalnya belum matanng sehingga mudah
mengalamikeguncangan yang mengakibatkan kurangnya perhatian terhadap
pemenuhan kebutuhan zat-zat gizi selama kehamilannya.
Sedangkan pada usia 35 tahun terkait dengan kemunduran dan penurunan
daya tahan tubuh serta berbagai penyakit yang menimpa diusia ini makin tua
umur ibu makan akan terjadi kemunduran yang progresif dari
endometriumsehingga untuk mencukupi kebutuhan nutrisi janin diperlukan
pertumbuhan plasenta yang lebih luas.
b. Resiko
Pada ibu :
1) Preeklampsi
2) KEK
3) Anemia
4) Perdarahan
5) Abortus
6) Depresi
Pada bayi :
1) BBLR
2) Still birth(Kelahahiran kematian)
3) Sindrom kelainan kromosom
c. Pencegahan :
43
a. Penyuluhan tenntang kespro pada WUS (Wanita Usia Subur) untuk
mencegah kehamilan resiko tinggi yang disebabkan oleh 4 T (Terlalu
Muda, Terlalu Sering, Terlalu dekat, Terlalu Tua) sebagai upaya untuk
meningkatkan kesehatan perempuan.
b. Hindari berhubungan intim di masa subur dan saat sedang ovulasi.
c. Penyuluhan tentang keluarga berencana.
d. Penanganan
a. Mengonsumsi makanan yang bergizi seimbang
b. Jaga kenaikan berat badan yang sesuai
c. Mengonsumsi tablet FE
d. Periksakan kehamilan secara rutin ke doktek kandungan atau bidan.
e. Hentikan kebiasaan yang dapat membahayakan janin
4. Balita yang Mengalami Stunting
a. Pengertian
Stunting adalah suatu kondisi dimana seseorang lebih pendek dibandingkan
orang lain seusianya hal ini disebabkan oleh kekurangan gizi bahkan sejak
masih dalam kandungan (Trihono dkk, 2015).
b. Resiko stunting
1) Kecerdasan anak di bawah rata-rata sehingga prestasi belajarnya tidak bisa
maksimal.
2) Lebih rentan terhadap penyakit diabetes, penyakit jantung, stroke dan
kanker
3) Memiliki produktivitas yang rendah
4) Sistem imun tubuh anak tidak baik sehingga anak mudah sakit.
c. Pencegahan Stunting
Menurut Delmi Sulastri (2012) menjelaskan bahwa stunting dapat di cegah
dengan cara :
1) Memenuhi kebutuhan gizi sejak hamil
2) Hindari paparan asap rokok
3) Rutin melakukan pemeriksaan kandungan
4) Berikan Asi esklusif hingga usia 6 bulan
5) Berikan makanan pendamping Asi dengan gizi yang cukup bagi bayi di
atas 6 bulan hingga 2 tahun.
44
6) Berikan imunisasi lengakap dan vitamin A
7) Pantau pertumbuhan balita di posyandu terdekat.
8) Perilaku hidup bersih dan sehat
d. Penanganan
1) Pemberian ASI Ekslusif
2) Pemberian ASI didampingan oleh pemberian MPASI pada usia 6-24 bulan
3) Ibu hamil mengonsumsi tablet tambah darah
4) Pemberian makanan tambahan pada ibu hamil
5) Berikan imunisasi lengkap
5. Ibu Hamil yang Memiliki Riwayat LMR
1) perdarahan banyak
2) luka operasi baru di perut
3) cedera pada rahim bagian bawah atau cedera pada kandung kemih (robek)
4) infeksi pada rahim, luka operasi
5) ruptur uteri spontan pada kehamilan mendatang
Pada janin:
1) Depresi susunan saraf pusat janin akibat penggunaan obat-obatan
anesthesia
2) Trauma persalinan
3) Sistem kekebalan janin tidak segera didapatkan karena bayi berhadapan
langsung dengan lingkungan steril.
4) Anak yang dilahirkan tidak spontan menangis yang mengakibatkan harus
dirangsang sesaat untuk bisa menangis.
c. Pencegahan
Lakukan pemeriksaan rutin ke dokter atau bidan untuk mendeteksi
komplikasi.
d. Penanganan
45
1) Saat ANC :
Perawatan antenatal seperti biasa, antisipasi kemungkinan
komplikasi lebih banyak istirahat saat kehamilan 7 bulan sampai aterm.
2) Saat Persalinan :
Diharapkan pervaginan kecuali anak pertama letak lintang. Drip
oksitosin bukan kontraindikasi absolute. Setelah anak pertama lahir,
lakukan membuat posisi membujur untuk anak ke dua tunggu his dan
lakukan amniotomi. Persalinan bisa spontan, vakum atau berbagai
manuver pertolongan letak sungsang tergantung posisi anak.
6. Ibu Hamil yang Tidak Mengonsumsi Tablet FE
a. Pengertian tablet Fe
Suplementasi tablet zat besi adalah adalah pemberian zat besi folat yang
berbentuk tablet, tiap tablet 60 mg besi elemental dan 1,25 mg asam folat,
yang diberikan oleh pemerintah pada ibu hamil untuk mengatasi masalah
anemia gizi besi.
b. Resiko
Pada ibu :
1) Anemia
2) Depresi post partum
Pada janin :
1) BBLR
2) Prematur
c. Pencegahan
1) Memberikan tablet Fe pada ibu hamil secara rutin.
2) Memberikan KIE tentang betapa pentingnya mengkonsumsi tablet Fe pada
ibu hamil.
d. Penanganan
Anjurkan ibu untuk sering minum tablet FE secara rutin
7. Ibu Hamil yang Tidak Imunisasi TT
a. Pengertian imunisasi TT
Imunisasi berasal dari kata imun yang artinyakebal.Imunisasi artinya
kekebalan, pemberian imunisasi toxoid artinyapemberian kekebalan terhadap
penyakit tetanus kepada ibu hamil dan bayiyang dikandungnya.
46
b. Resiko
1) Dapat menyebabkan penyakit tetanus neonatorum yang menyerang pada
bayi yang baru lahir dan menyebabkan kemungkinan tetanus apabila ibu
tersebut terluka.
2) Pada sebagian bayi yang mengalami tetanus neonatorum dapat mengalami
kematian.
c. Pencegahan
1) Memberikan edukasi tentang pentingnya imunisasi TT
2) Memfasilitasi pada ibu untuk imunisasi TT lengkap pada ibu
d. Penanganan
Memberitahukan ibu untuk imunisasi TT
8. Ibu Hamil yang Tidak Memiliki P4K
a. Pengertian
P4K yaitu kegiatan pengabdian masyarakat melalui edukasi P4K
merupakan bagian dari promosi kesehatan primer sebagai upaya peningkatan
kesehatan ibu dan bayi serta penapisan terhadap kemungkinan resiko pada
kehamilan, persalinan, nifas, bayi baru lahir. Berdasarkan pengalaman
sebelumnya, tindakan prefentif dapat menimbulkan perubahan dalam
kesehatan masyarakat.
b. Resiko
Pada ibu :
1) Perdarahan
2) Persalinan macet
Pada bayi :
1) BBLR
2) Asfiksia
c. Pencegahan
1) Memberikan informasi mengenai P4K pada ibu
2) Mengambil stiker P4K pada bidan
3) Memasang stiker P4K depan rumah ibu
d. Penanganan
Memberikan informasi P4K pada ibu
9. Balita yang Mengalami Kurang Gizi dan Gizi Buruk
a. Pengertian balita kurang gizi dan gizi buruk
47
Gizi kurang merupakan keadaan kurang gizi tingkat berat yang disebabkan
oleh rendahnya konsumsi energi protein dari makanan seharihari dan terjadi
dalam waktu yang cukup lama. Gizi buruk adalah bentuk terparah dari proses
terjadinya kekurangan gizi menahun. Gizi buruk merupakan kondisi kurang
gizi yang disebabkan rendahnya konsumsi energi dan protein (KEP) dalam
makanan sehari hari.
b. Resiko
1) Dapat menyebabkan Infeksi kronis
2) Dan dapat menyebabkan Kematian
c. Pencegahan
Berikan penyuluhan tentang gizi seimbang untuk balita
d. Penanganan
1) Berikan makanan yang bergizi seimbang pada balita
2) Berikan makanan tambahan (pmt) pada balita.
3) Lakukan pemeriksaan secara rutin dengan mengikuti posyandu
d. Penanganan
49
BAB III
A. Pengkajian Data
Tanggal Pengkajian dilakukan pada tanggal 02 s/d 03 Februari 2021
1. Identitas Wilayah
Wilayah berada di 6 Puskesmas ( Rasana’e Timur, Kumbe, Penana’e,
Mpunda, Jatibaru dan Paruga), 19 Kelurahan (Dara, Tanjung, Na’e, Melayu,
Paruga, Jatibaru Timur, Jatibaru Barat, Sambina’e, Sadia, Manggemaci, Mande,
Penato’i, Ntobo, Raba Dompu Barat, Raba Dompu Timur, Oimbo, Kumbe,
Nungga dan Lampe) dan 5 Kecamatan (Rasa Na’e Timur, Mpunda, Raba, Asakota,
dan Rasa Na’e Barat) dan di Kota Bima Provinsi Nusa Tenggara Barat.
2. Pola demografis
a. Jumlah kepala keluarga di 6 Puskesmas, 19 Kelurahan, dan 5 Kecamatan di Kota
Bima sebanyak 47 Kepala Keluarga.
b. Jumlah anggota keluarga yang ada di 6 Puskesmas, 19 Kelurahan, dan 5
Kecamatan di Kota Bima sebanyak 140 orang.
c. Jumlah anggota keluarga yang berjenis kelamin laki-laki ada 73 orang.
d. Jumlah anggota keluarga yang berjenis perempuan 67 orang.
50
e. Jumlah pasangan usia subur (PUS) ada 36 orang.
f. Jumlah wanita usia subur (WUS) ada 41 orang.
g. Tidak ada bayi yang ada di 6 Puskesmas, 19 Kelurahan, dan 5 Kecamatan di
Kota Bima.
h. Jumlah balita yang ada di 6 Puskesmas, 19 Kelurahan, dan 5 Kecamatan di Kota
Bima ada 12 orang.
3. Cakupan pelayanan kesehatan
a. Ibu hamil yang sudah melakukan imunisasi TT sebanyak 14 orang dan yang
51
b. Jumlah anggota keluarga yang ada di 19 Kelurahan, 5 Kecamatan dan 6
Puskesmas di Kota Bima sebanyak 140 orang.
c. Jumlah pasangan usia subur (PUS) ada 36 orang.
d. Jumlah balita yang ada di 19 Kelurahan, 5 Kecamatan dan 6 Puskesmas di Kota
Bima ada 12 orang.
e. Jumlah ibu hamil di 19 Kelurahan, 5 Kecamatan dan 6 Puskesmas di Kota Bima
ada 32 ibu hamil dan sudah melakukan pemeriksaan kehamilan secara teratur.
f. Jumlah lansia di 19 Kelurahan, 5 Kecamatan dan 6 Puskesmas di Kota Bima
sebanyak 21 orang.
g. Yang menggunakan alat kontrasepsi yang aktif di 6 Puskesmas, 19 Kelurahan,
dan 5 Kecamatan di Kota Bima sebanyak 16 orang dan yang tidak aktif dalam
menggunakan alat kontrasepsi sebanyak 5 orang.
7. Imunisasi
Ibu hamil yang sudah melakukan imunisasi TT sebanyak 14 orang dan
yang belum melakukan imunisasi TT sebanyak 18 orang.
B. Tabulasi Kelompok Besar
I. Data Dasar
Tabel 1.1
DISTRIBUSI PENDUDUK BERDASARKAN KELOMPOK UMUR DAN
JENIS KELAMIN
Tabel 1.3
DISTRIBUSI PENDUDUK BERDASARKAN PEKERJAAN
(Diatas 17 tahun)
Berdasarkan tabel di atas sebagian besar distribusi penduduk yang tidak memiliki
masalah kesehatan dalam 1 bulan terakhir sebanyak 82,14%.
Tabel 1.7
DISTRIBUSI PEMECAHAN MASALAH KESEHATAN BERDASARKAN
FASILITAS BEROBAT
54
Berdasarkan tabel di atas sebagian besar distribusi penduduk yang tidak mengetahui
golongan darah yaitu sebanyak 30,76% dan yang tidak bersedia mendonorkan darah
sebanyak 3 orang.
Tabel 1.9
DISTRIBUSI KEMATIAN 1 TAHUN TERAKHIR BERDASARKAN
PENDUDUK
II. Data KB
Tabel 2.1
DISTRIBUSI PENDUDUK BERDASARKAN PUS & BPUS
No PUS Jumlah %
1 PUS 36 80%
2 BUKAN PUS 9 20%
Jumlah 45 100%
55
Berdasarkan tabel di atas sebagian besar distribusi penduduk yang berdasarkan PUS
sebanyak 80%.
Tabel 2.2
DISTRIBUSI PUS BERDASARKAN RIWAYAT BER KB
No PUS Jumlah %
1 Akseptor KB aktif 16 76,19%
2 Tidak aktif 5 23,80%
Jumlah 21 100%
Berdasarkan tabel di atas sebagian besar distribusi PUS berdasarkan riwayat berKB
sebanyak 76,19%.
Tabel 2.3
DISTRIBUSI RIWAYAT AKSEPTOR KB BERDASARKAN PEMILIHAN
KONTRASEPSI
No JenisKontrasepsi Jumlah %
1 Pil 0 0%
2 Suntik 17 85%
3 IUD 0 0%
4 Implant 3 15%
5 MOW 0 0%
6 MOP 0 0%
7 Dll 0 0%
Jumlah 20 100%
No FasilitasPelayanan Jumlah %
1 Faskes 20 100%
2 Non Faskes 0 0%
Jumlah 20 100%
Berdasarkan tabel di atas sebagian besar distribusi alasan PUS tidak berKB karena
ingin hamil sebanyak 95%.
Tabel 2.6
DISTRIBUSI ALASAN PUS DROPOUT BER KB
Berdasarkan tabel di atas sebagian besar distribusi alasan PUS Drop Out tidak berkb
kerena tidak mau sebanyak 50%.
No Penyebab Jumlah %
1 Budaya 0 0%
2 Ekonomi 0 0%
3 Pengetahuan 2 22,22%
4 Dll 7 77,77%
Jumlah 9 100%
57
Berdasarkan tabel diatas sebagian besar penyebab pernikahan dini adalah 77,77%.
IV. Data Ibu Hamil
Tabel 4.1
DISTRIBUSI IBU HAMIL BERDASARKAN UMUR IBU
Berdasarkan tabel diatas terdapat sebagian besar ibu hamil yang berusia 20-35
sebanyak 68,75%.
Tabel 4.2
DISTRIBUSI IBU HAMIL BERDASARKAN STATUS GIZI
Berdasarkan tabel diatas sebagian besar status gizi hamil berdasarkan pengukuran lila
yang paling banyak ukuran lila lebih dari 23,5 sebanyak 56,25%.
Tabel 4.3
DISTRIBUSI IBU HAMIL BERDASARKAN STATUS
PEMERIKSAANKEHAMILAN
Berdasarkan tabel diatas sebagian besar yang memeriksa ANC sebanyak 100%.
Tabel 4.4
58
DISTRIBUSI IBU HAMIL BERDASARKAN USIA KEHAMILAN
No UsiaKehamilan Jumlah %
1 0-12 minggu 0 0%
2 13- 28 minggu 19 59,37%
3 29 – 42minggu 13 40,62%
4 > 42 minggu 0 0%
Jumlah 32 100%
Berdasarkan tabel diatas sebagian besar usia kehamilan 13-28 minggu sebanyak
59,37% dan 29-42minggu sebanyak 40,62%
Tabel 4.5
DISTRIBUSI IBU HAMIL BERDASARKAN TEMPAT PEMERIKSAAN
KEHAMILAN
No TempatPemeriksaanKehamilan Jumlah %
1 Faskes 32 100%
2 Non Faskes 0 0%
Jumlah 32 100%
Berdasarkan tabel diatas sebagian besar ibu hamil yang lebih dari 4 kali frekuensi
ANC sebanyak 59,37%
Tabel 4.7
DISTRIBUSI IBU HAMIL BERDASARKAN PENYAKIT SISTEMIK YANG
MENYERTAI KEHAMILAN
59
Berdasarkan tabel diatas sebagian besar ibu hamil tidak memiliki penyakit menyertai
sebanyak 87,5%
Tabel 4.8
DISTRIBUSI ALASAN IBU HAMIL YANG TIDAK ANC
Berdasarkan tabel diatas tidak ada ibu hamil yang tidak melakukan ANC.
Tabel 4.9
DISTRIBUSI IBU HAMIL YANG MENGKONSUMSI TABLET FE
Berdasarkan tabel diatas sebagian besar ibu hamil yang mengkonsumsi tablet FE
sebanyak 96,87% dan ada 1 ibu hamil yang tidak mengkonsumsi tablet FE
Tabel 4.10
DISTRIBUSI IBU HAMIL YANG MENGKONSUMSI YODIUM
No KonsumsiYodium Jumlah %
1 Mengkonsumsi Yodium 22 68,75%
2 Tidak Mengkonsumsi Yodium 10 31,25%
Jumlah 32 100%
Berdasarkan tabel diatas sebagian besar ibu hamil yang mengkonsumsi garam yodium
sebanyak 68,75%.
Tabel 4.11
DISTRIBUSI IBU HAMIL BERDASARKAN P4K
No P4K Jumlah %
1 Ada 24 75%
2 Tidak ada 8 25%
60
Jumlah 32 100%
Berdasarkan tabel diatas sebagian besar ibu hamil yang meliki stiker P4K sebanyak
75%.
Tabel 4.12
DISTRIBUSI IBU HAMIL YANG MEMILIKI CALON PENDONOR DARAH
Berdasarkan tabel diatas sebagian besar ibu hamil yang melakukan persalinan
secara normal sebanyak 84,21%.
Tabel 4. 14
DISTRIBUSI IBU HAMIL DENGAN JARAK DENGAN KEHAMILAN
SEBELUNYA
Berdasarkan tabel diatas sebagian besar ibu hamil dengan jarak kehamilan
sebelumnya sebanyak 94,73%.
Tabel 4. 15
DISTRIBUSI IBU HAMIL DENGAN KEHAMILAN KEBERAPA
Berdasarkan tabel diatas sebagian besar ibu hamil dengan kehamilan pertama
sebanyak 40,62%.
Tabel 4. 16
DISTRIBUSI IBU HAMIL DENGAN PENYULIT PERSALINAN
Berdasarkan tabel diatas sebagian besar ibu hamil tidak ada yang memiliki penyulit
persalinan sebanyak 46,87%.
Tabel 4. 17
DISTRIBUSI IBU HAMIL DENGAN TEMPAT PERSALINAN
Berdasarkan tabel diatas sebagian besar ibu hamil dengan tempat persalinan di
puskesmas sebanyak 68,42%.
Tabel 4.18
DISTRIBUSI IBU HAMIL BERDASARKAN STATUS IMUNISASI TT
Berdasarkan tabel diatas sebagian besar ibu hamil yang memiliki buku KIA sebanyak
96,87%.
Tabel 4.21
DISTRIBUSI IBU HAMIL BERDASARKAN PEMERIKSAAN LAB
Berdasarkan tabel diatas sebagian besar ibu hamil yang melakukan pemeriksaan lab
seperti Hb sebanyak 19 orang, golda sebanyak 30 orang, tes HIV sebanyak 21 orang,
malaria sebanyak 8, HbsAg sebanyak 23 orang, protein urine sebanyak 14 orang, dan
protein reduksi sebanyak 7 orang.
Tabel 4.22
DISTRIBUSI IBU HAMIL BERDASARKAN PEMERIKSAAN KADAR HB 3
BULAN TERAKHIR
Berdasarkan tabel diatas sebagian besar ibu hamil berdasarkan pemeriksaan kadar HB
3 bulan terakhir sebanyak 47,36%.
63
V. Data Anak Balita
Tabel 5.1
DISTRIBUSI RIWAYAT IMUNISASI ANAK BALITA DILIHAT DARI KMS
No Riwayat Imunisasi Jumlah %
1 Lengkap 11 91,66%
2 Tidak lengkap 1 8,33%
Jumlah 12 100%
Berdasarkan tabel diatas sebagian besar anak balita yang dilihat dari KMS
sebanyak 91,66 %.
Tabel 5.2
DISTRIBUSI PEMBERIAN ASI EKSLUSIF
No Asi Ekslusif Jumlah %
1 Ya 9 75%
2 Tidak 3 25%
Jumlah 12 100%
Berdasarkan tabel diatas sebagian besar pemberian ASI eksklusif sebanyak 75%.
Tabel 5.3
DISTRIBUSI STATUS GIZI ANAK BALITA DILIHAT DARI KMS
No Status Gizi Balita Jumlah %
1 Buruk 3 25%
2 Kurang 1 8,33%
3 Sedang 1 8,33%
4 Baik 7 58,33%
Jumlah 12 100%
Berdasarkan tabel diatas sebagian besar anak balita yang dilihat dari KMS adalah
gizi baik sebanyak 58,33%.
Tabel 5.4
DISTRIBUSI STATUS STUNTING ANAK BALITA
No Status Stanting Jumlah %
1 Ya 5 41,66%
2 Tidak 7 58,33%
Jumlah 12 100%
Berdasarkan tabel diatas sebagian besar distribusi status anak balita yang tidak
stunting sebanyak 58,33%.
64
Berdasarkan tabel diatas sebagian besar distribusi remaja berdasarkan jenis
kelamin sebanyak 62,5%.
Tabel 6.2
DISTRIBUSI PENGETAHUAN MENGENAI BAHAYA PERILAKU BERESIKO
No Pengetahuan Mengenai Bahaya Jumlah %
Perilaku Beresiko
1 Merokok 8 33,33%
2 Narkoba/psikotropika 8 33,33%
3 Sex bebas 8 33,33%
Jumlah 32 100%
Berdasarkan tabel diatas sebagian besar distribusi remaja berdasarkan status Aqil
Baliq sebanyak 87,5%.
Tabel 6.6
DISTRIBUSI REMAJA BERDASARKAN STATUS GIZI (LILA, BB, TB, HB)
No Status Gizi Jumlah %
65
1 Pernah Periksa 1 87,5%
2 Tidak Pernah Periksa 7 12,5%
Jumlah 8 100%
Berdasarkan tabel diatas sebagian besar distribusi remaja yang tidak pernah periksa
status gizi sebanyak 12,5%.
Tabel 6.7
DISTRIBUSI REMAJA BERDASARKAN PEMBERIAN TABLET TAMBAH
DARAH
No Status Gizi Jumlah %
1 Pernah Diberikan 1 87,5%
2 Tidak Pernah Diberikan 7 12,5%
Jumlah 8 100%
Berdasarkan tabel diatas sebagian besar distribusi remaja yang pernah diberikan
tablet tambah darah sebanyak 87,5%.
Tabel 6.8
DISTRIBUSI REMAJA BERDASARKAN PENGETAHUAN TENTANG KESPRO
No Pengetahuan Tentang Jumlah %
Kespro
1 Ya 7 87,5%
2 Tidak 1 12,5%
Jumlah 8 100%
Berdasarkan tabel diatas sebagian besar distribusi remaja yang mengetahui tentang
kespro sebanyak 87,5%.
Tabel 6.9
KESEDIAAN REMAJA PUTRI MELAKUKAN TEKNIK SADARI
No Kesediaan remaja putri penyuluhan Jumlah %
tekni sadari
1 Bersedia 5 100%
2 Tidak bersedia 0 0%
Jumlah 5 100%
Berdasarkan tabel diatas sebagian besar kesediaan remaja putri melakukan teknik
sadari sebanyak 100%.
VII.Data Kespro
Tabel 7.1
DISTRIBUSI PUS BERDASARKAN KELUHAN KESEHATAN REPRODUKSI
No Masalah Gangguan Jumlah %
Reproduksi
1 Keputihan Berbau 2 13,33%
2 Gatalpada vagina 6 40%
3 Nyerisaat berhubungan sex 3 20%
66
4 Nyeri BAK 4 26,66%
Jumlah 15 100%
Berdasarkan tabel diatas sebagian besar distribusi PUS yang memiliki keluhan
kesehatan reproduksi sebanyak 26,66%.
Tabel 7.2
DISTRIBUSI KELUHAN KESEHATAN REPRODUKSI PUS BERDASARKAN
KESADARAN BEROBAT
No Masalah Gangguan Sudah Belum Jumlah %
Reproduksi Berobat Berobat
N % N %
1 Keputihan Berbau 0 2 2 13,33%
2 Gatal pada vagina 1 5 6 40%
3 Nyeri saat berhubungan sex 0 3 3 20%
4 Nyeri BAK 0 4 4 26,66%
Jumlah 1 14 15 100%
Berdasarkan tabel diatas tidak ada PUS yang memiliki gangguan kesehatan
reproduksi.
Tabel 7.5
DISTRIBUSI MASALAH KESEHATAN REPRODUKSI PUS BERDASARKAN
KESADARAN BEROBAT
No Masalah Gangguan Sudah Belum Jumlah %
Reproduksi Berobat Berobat
N % N %
1 Ca Payudara 0 0 0 0%
2 Ca Serviks 0 0 0 0%
67
3 HIV/AIDS 0 0 0 0%
Jumlah 0 0 0 0%
Berdasarkan tabel diatas PUS tidak ada yang memiliki masalah kesehatan
reproduksi.
Tabel 7.6
DISTRIBUSI MASALAH KESEHATAN REPRODUKSI PUS BERDASARKAN
TEMPAT BEROBAT
No Tempat berobat Jumlah %
1 Faskes 0 0%
2 Non Faskes 0 0%
Jumlah 0 0%
Berdasarkan tabel diatas PUS tidak ada yang memiliki masalah kesehatan
reproduksi.
Tabel 7.7
DISTRIBUSI PENDUDUK BERDASARKAN WUS
No Kategori Jumlah %
1 WUS 41 85,41%
2 BWUS 7 14,58%
Jumlah 48 100%
Tabel 7.8
DISTRIBUSI PENGETAHUAN WUS TENTANG CA PAYUDARA
No Pengetahuan Capayudara Jumlah %
1 Tahu 29 70,73%
2 Tidak tahu 12 29,26%
Jumlah 41 100%
Tabel 7.9
DISTRIBUSI PENGETAHUAN WUS TENTANG CA PAYUDARA
BERDASARKAN SUMBER INFORMASI
No Sumber informasi Jumlah %
1 Media massa 2 6,89%
2 Media elektronik 6 20,68%
3 Petugas Kesehatan 21 72,41%
Jumlah 29 100%
68
DISTRIBUSI WUS PERNAH MELAKUKAN TEKNIK SADARI DALAM 6
BULAN TERAKHIR
No Teknik sadari Jumlah %
1 Pernah 22 53,65%
2 Tidak Pernah 19 46,34%
Jumlah 41 100%
Berdasarkan tabel diatas sebagian besar distribusi WUS yang pernah melakukan
teknik sadari sebanyak 53,65 %.
Tabel 7.11
DISTRIBUSI ALASAN WUS TIDAK PERNAH MELAKUKAN TEKNIK SADARI
No Alasan tidak Teknik sadari Jumlah %
1 Tidak tahu 19 100%
2 Tidak mau 0 0%
Jumlah 19 100%
Berdasarkan tabel diatas sebagian besar distribusi alasan WUS yang tidak pernah
melakukan teknik sadari sebanyak 100 %.
Tabel 7.12
DISTRIBUSI KESEDIAAN WUS JIKA DIADAKAN PENYULUHAN TEKNIK
SADARI
No Kesediaan WUS penyuluhan teknik Jumlah %
sadari
1 Bersedia 41 100%
2 Tidak Bersedia 0 0
Jumlah 41 100%
Berdasarkan tabel diatas sebagian besar distribusi WUS yang bersedia jika
diadakan penyuluhan tentang teknik sadari sebanyak 100 %.
Tabel 7.13
DISTRIBUSI PENGETAHUAN WUS TENTANG CA CERVIKS
No Pengetahuan WUS Jumlah %
1 Tahu 20 48,78%
2 Tidak tahu 21 51,21%
Jumlah 41 100%
Berdasarkan tabel diatas sebagian besar distribusi WUS yang tidak tahu tentang
CA Cerviks sebanyak 51,21 %.
Tabel 7.14
DISTRIBUSI PENGETAHUAN WUS TENTANG CA CERVIKS BERDASARKAN
SUMBER INFORMASI
No Sumberin formasi Jumlah %
1 Media massa 3 15%
2 Media elektronik 0 0%
3 Petugas kesehatan 17 85%
Jumlah 20 100%
69
Berdasarkan tabel diatas sebagian besar distribusi WUS tentang CA Cerviks
berdasarkan sumber informasi sebanyak 85 %.
Tabel 7.15
DISTRIBUSI PEMERIKSAANWUS MELAKUKAN PAP SMEAR 6 BULAN
TERAKHIR
No Kesadaran WUS Pap Smear Jumlah %
1 Pernah 0 0%
2 Tidak pernah 41 100%
Jumlah 41 100%
Berdasarkan tabel diatas sebagian besar distribusi WUS yang tidak pernah
melakukan PAP SMEAR sebanyak 100 %.
Tabel 7.16
DISTRIBUSI PEMERIKSAAN WUS MELAKUKAN IVA TEST 6 BULAN
TERAKHIR
No Kesadaran WUS IVA test Jumlah %
1 Pernah 0 0%
2 Tidak pernah 41 100%
Jumlah 41 100%
Berdasarkan tabel diatas sebagian besar distribusi WUS yang tidak pernah
melakukan IVA TEST sebanyak 100 %.
Tabel 7.17
DISTRIBUSI ALASAN WUS TIDAK PERNAH PAP SMEAR
No AlasanWUS tidak screening Jumlah %
1 Malu 5 12,19%
2 Takut 3 7,31%
3 Tidak tahu 33 80,48%
Jumlah 41 100%
Berdasarkan tabel diatas sebagian besar distribusi alasan WUS yang tidak pernah
melakukan PAP SMEAR sebanyak 80,48 %.
Tabel 7.18
DISTRIBUSI ALASAN WUS TIDAK PERNAH IVA TEST
No Alasan WUS tidak screening Jumlah %
1 Malu 6 14,63%
2 Takut 3 7,31%
3 Tidak tahu 32 78,04%
Jumlah 41 100%
Berdasarkan tabel diatas sebagian besar distribusi alasan WUS yang tidak pernah
melakukan IVA TEST sebanyak 78,04 %.
Tabel 7.19
DISTRIBUSI KEINGINAN WUS JIKA DIADAKAN PEMERIKSAAN
PAPSMEAR/IVA TEST GRATIS
No Kesadaran WUS Jumlah %
1 Bersedia 33 80,48%
2 Tidak bersedia 8 19,51%
Jumlah 41 100%
70
Berdasarkan tabel diatas sebagian besar distribusi WUS yang bersedia jika diadakan
pemeriksaan PAP SMEAR/IVA TEST sebanyak 80,48 %.
VIII. Lansia
Tabel 8.1
DISTRIBUSI KEAKTIFAN MENOPAUSE DALAM POSYANDU LANSIA
No Posyandu lansia Jumlah %
1 Ikut 0 0%
2 Tidak ikut 21 100%
Jumlah 21 100%
Berdasarkan tabel diatas sebagian besar distribusi alasan lansia tidak aktif dalam
posyandu lansia sebanyak 100%.
IX. Keseling
Tabel 9.1
DISTRIBUSI KESEHATAN LINGKUNGAN
Kepemilikan
SPAL Pengadaan Air Bersih Ventilasi
Jamban
Tdk Terbu Tertut Kuran Pembuangan
Punya PAM BOR Dll Baik
punya ka up g Sampah
N % N % N % N % N % N % N % N % N % N %
Kubur 0 0%
15,
Bakar 5 62
9 3 6 3 9 %
6, 6 6, 3,
3, 1, 5, 1, 6, 59,
3 2 1 2 1 2 2, 2 3 1
7 2 2 6 2 2 8 1 TPA 19 37
0 5 1 1 0 0 5 5 1 2
5 5 2 5 7 %
% % % %
% % % % % 25
Sungai 8
%
Dll 0 0%
32 32 32 32 32
100% 100% 100% 100% 100%
BAB IV
PEMBAHASAN
A. Pengkajian
Mahasiswa Praktek Kerja Lapangan ( PKL ) AKBID Harapan Bunda Bima telah
mengidentifikasi wilayah setempat (daerah binaan) dan segala sumber daya yang ada
di 6 Puskesmas di Kota Bima Nusa Tenggara Barat. Adapun hal-hal yang di
identifikasi meliputi : struktur dan sifat keluarga, faktor ekonomi, sosial dan budaya,
faktor rumah dan lingkungan, dan riwayat kesehatan keluarga.
Hal ini sejalan dengan teori di kemukakan oleh Meilani (2009) yang menyatakan
bahwa dalam mengidentifikasi wilayah binaan terdiri dari data subjektif dan objektif.
Data subjektif meliputi: identifikasi dari suatu keluarga, keadaan suatu keluarga,
pandangan keluarga terhadap kesehatan, kemana anggota meminta pertolongan bila
sakit, kemana ibu memeriksakan kehamilan bila sakit, kemana ibu memeriksakan
kehamilannya, dan kemana ibu meminta pertolongan bila bersalin, apakah anggota
keluarga dapat imunisasi, penyakit-penyakit apa saja yang pernah di derita keluarga,
adat kebiasaan keluarga terhadap ibu hamil dan anak yang dilahirkan. Sedangkan data
72
objektif meliputi : data Desa (Wilayah Desa, penduduk, status keluarga, sosial
ekonomi), beserta data keluarga. Hal ini menunjukkan bahwa tidak ada kesenjangan
antara teori dengan praktek yang dilakukan.
B. Interpretasi Data
Berdasarkan hasil identifikasi yang dilakukan maka dapat di analisa data-data yang
terkumpul dan mencari kaitan satu dengan lainnya sehingga di temukan berbagai
masalah kesehatan. Melalui proses analisis ini dapat ditemukan masalah di berbagai
kelurahan di Kota Bima meliputi : Ibu hamil dengan KEK (Kekurangan Energi
Kronik), ibu hamil dengan anemia, ibu hamil dengan riwayat LMR (Locus Menorus
Resisten), ibu hamil dengan penyakit penyerta, ibu hamil yang belum pernah
imunisasi TT, ibu hamil yang tidak mengkonsumsi tablet Fe, ibu hamil yang tidak
mengkonsumsi garam yodium, usia ibu hamil yang beresiko, ibu hamil yang belum
mendapat P4K, ibu hamil yang belum ada calon pendonor, ibu hamil yang belum
mempunyai jaminan kesehatan, balita yang gizi buruk, kurang, dan sedang dan balita
yang stunting.
Hal ini sejalan dengan Syafrudin dan Hamdin (2009) yang menyatakan seluruh
data yang dikumpulkan yang relevan di gunakan sebagai bahan untuk analisis. Tujuan
analisis adalah menggunakan data-data yang terkumpul dan mencari kaitan angka
dengan yang lainnya sehingga di temukan berbagai masalah. melalui proses analisis
dapat ditemukan tentang : Hubungan antara penyakit dan status kesehatan dan
lingkungan keadaan sosial budaya (perilaku), masalah-masalah kesehatan (termasuk
penyakit) ibu dan anak balita masalah kesehatan ibu dan anak serta penyebab, fakor-
faktor pendukung dan penghambat bila upaya kesehatan ibu, anak, dan balita serta KB
dilakukan. Hal ini menunjukkan bahwa tidak ada kesenjangan antara teori dengan
praktek.
C. Merumuskan Masalah
Berbagai masalah yang telah di analisis dapat dirumuskan masalah kesehatan di
komunitas. Masalah kesehatan di 6 Puskesmas di Kota Bima Nusa Tenggara Barat
Tabel 4.1 Rencana Masalah
74
3 Ibu dengan Robekan rahim Ibu 1. Memberikan KIE 09 Februari
Riwayat LMR atau ruptur uteri, hamil untuk 2021 s/d 17
(Locus Menorus keguguran dan merencanakan Februari 2021
Resisten) perdarahan
tempat persalinan
di Rumah Sakit
2. KIE ibu untuk
mengatur jarak
kehamilan
dengan
menggunakan
KB
76
terluka
2. Pada
sebagian
bayi yang
mengalami
Tetanus
Neonaturum
dapat
mengalami
kematian
No Masalah U S G Total
80
Ibu hamil yang
5. 4 5 4 13
belum imunisasi TT
81
Menurut Meilani (2009), prioritas masalah merupakan langkah selanjutnya
setelah masalah ditemukan dan ditentukan bersama masyarakat dengan tenaga
kesehatan yaitu Bidan. Prioritas disusun karena tidak memungkinkannya
menyelesaikan masalah yang ada dalam komunitas secara bersama-sama. Oleh karena
itu prioritas disusun untuk menentukan tingkatan permasalahan agar peenyelesaian
lebih terfokus dan sesuai sasaran serta harapan. Hal ini menunjukkan tidak ada
kesenjangan antara teori dengan praktek.
E. Fishbone Masalah
FISH BONE KEK
Metode
Manusia
Kurangnya
pengetahuan ibu
Kurangnya
tentang KEK
pengetahuan tentang
makanan yang bergizi
KEK
Kurangnya ekonomi
Berdasarkan penentuan penyebab masalah dengan menggunakan metode fish bone, maka
penyebab dari KEK pada ibu hamil adalah karen kurangnya pengetahuan tentang KEK dan
makanan yang bergizi.
Tidak rutin 82
minum tablet Fe
kurangnya
pengetahuan tentang
anemia
ANEMIA
Berdasarkan penentuan penyebab masalah dengan menggunakan metode fish bone, maka
penyebab dari anemia pada ibu hamil adalah karena kurangnya pengetahuan tentang
anemia, tidak rutin minum tablet Fe, dan kurang mengkonsumsi makanan yang
mengandung zat besi.
Manusia Metode
RIWAYAT
LMR
Faktor
keturunan
PENYAKIT
PENYERTA
Berdasarkan penentuan penyebab masalah dengan menggunakan metode fish bone, maka
penyebab dari penyakit penyerta pada ibu hamil adalah faktor keturunan.
Manusia Metode
Belum kontak
Tidak tersedia vaksin dengan nakes
TT
IMUNISASI
TT
Sarana Dana
Lingkungan
Berdasarkan penentuan penyebab masalah dengan menggunakan metode fish bone,
maka penyebab ibu hamil tidak melakukan imunisasi TT adalah Tidak tersedia vaksin TT,
Belum kontak dengan nakes.
FISH BONE TABLET FE
84
Manusia Metode
TABLET
FE
Berdasarkan penentuan penyebab masalah dengan menggunakan metode fish bone, maka
penyebab dari ibu hamil tidak mengkonsumsi tablet FE adalah karena kurangnya
pengetahuan tentang manfaat mengkonsumsi tablet Fe, merasa mual, dan usia kehamilan
masih muda.
Manusia Metode
Tidak mengetahui
manfaat garam
yodium
Sudah terbiasa
dengan garam biasa
GARAM
YODIUM
Belum tersedia
garam yodium di
faskes
85
FISH BONE USIA IBU HAMIL YANG BERESIKO
Manusia Metode
Kebobolan
USIA IBU
HAMIL
BERESIKO
Berdasarkan penentuan penyebab masalah dengan menggunakan metode fish bone, maka
penyebab dari usia ibu hamil beresiko adalah karena kurangnya pengetahuan, tidak ber
KB dan kebobolan.
Manusia Metode
P4K
Berdasarkan penentuan penyebab masalah dengan menggunakan metode fish bone, maka
penyebab dari ibu hamil yang tidak memiliki P4K adalah karena belum tersedia buku KIA.
86
Manusia Metode
Belum
menemukan Belum tau
pendonor dengan golongan darah
golda yang sama
BELUM ADA
CALON
PENDONOR
Manusia Metode
Tidak mempunyai
waktu luang untuk ke
kantor BPJS
BELUM
MEMPUNYAI
JAMINAN
KESEHATAN
Berdasarkan penentuan penyebab masalah dengan menggunakan metode fish bone, maka
penyebab pada ibu hamil yang tidak mempunyai jaminan kesehatan adalah karena tidak
mempunyai waktu luang untuk ke kantor BPJS.
87
Manusia Metode
Kurangnya
pengetahuan tentang
Tidak ASI ekslusif gizi pada balita
BALITA
GIZI
BURUK,
KURANG
,SEDANG
Berdasarkan penentuan penyebab masalah dengan menggunakan metode fish bone, maka
penyebab dari balita gizi buruk, kurang, sedang adalah karena kurangnya pengetahuan
tentang gizi pada balita dan tidak ASI Ekslusif.
Manusia Metode
Kurangnya pengetahuan
Tidak memberikan ibu tentang makanan dan
ASI ekslusif minuman yang bergizi
BALITA
STUNTING
Berdasarkan penentuan penyebab masalah dengan menggunakan metode fish bone, maka
penyebab dari balita stanting adalah karena kuragnya pengetahuan ibu tentang makanan
dan minuman yang bergizi dan tidak memberikan ASI Ekslusif.
88
F. Perencanaan
Berbagai masalah yang ditemukan di masyarakat akan disusun perencanaan untuk
mengatasi masalah-masalah kesehatan tersebut. perencanaan yang di susun oleh
mahasiswa AKBID Harapan Bunda Bima dengan waktu dan kegiatan yang di
sesuaikan dengan kebutuhan serta keadaan masyarakat setempat.
Langkah keenam ini merupakan tindakan perencanaan yang menyeluruh berdasarkan
data-data yang diperoleh pada langkah-langkah sebelumnya. Tahap ini merupakan
kelanjutan dari manajemen kebidanan komunitas diberbagai kelurahan di Kota Bima,
AKBID Harapan Bunda Bima dalam menangani permasalahan yang timbul di berbagai
kelurahan di Kota Bima.
Perencanaan pemecahan masalah dilakukan atas kerja sama dengan masyarakat
sehingga di temukan beberapa pemecahan masalah yang bisa dilakukan oleh
Mahasiswa AKBID Harapan Bunda Bima. Adapun beberapa alternatif pemecahan
masalah tersebut adalah :
1. Adanya ibu hamil yang mengalami KEK, alternatif pemecahan masalah yang
direncanakan adalah menganjurkan pada ibu untuk mengkonsumsi makanan yang
mengandung zat besi dari bahan makanan hewani (daging, ikan, ayam, hati, dan
telur), bahan makanan nabati (sayuran berwarna hujau, kacang-kacangan dan
tempe). Dan meningkatkan pengetahuan tentang gizi pada ibu hamil dengan KEK
melalui pemberian KIE, memberikan pelayanan gizi dan KIA .
2. Adanya ibu hamil yang mengalami anemia, alternatif pemecahan masalah yang
direncanakan adalah menganjurkan ibu untuk minum tablet Fe, istrahat yang cukup
dengan tidur siang 3-4 jam, tidur malam 6-8 jam serta makan-makanan yang
mengandung zat besi seperti buah-buahan, sayur-sayuran dan lain-lain.
3. Adanya ibu hamil yang memiliki riwayat LMR, alternatif pemecahan masalah
yang direncanakan adalah memberikan KIE untuk merencanakan tempat persalinan
di Rumah Sakit dan KIE ibu untuk mengatur jarak kehamilan dengan
menggunakan KB
4. Adanya ibu hamil yang memiliki penyakit penyerta, alternatif pemecahan masalah
yang direncanakan adalah Pada penderita penyakit paru-paru diteraapkan pola
hidup sehat setiap hari, menganjurkan ibu untuk mengkonsumsi makanan yang
bergizi, dan istirahat yang cukup. Sedangkan pada penderita penyakit HbsAg dapat
diberikan KIE tentang pola makan, menghindari paparan sinar matahari yang
berlebihan, KIE tentang pola hidup sehat.
89
5. Adanya ibu hamil yang belum imunisasi TT, alternatif pemecahan masalah yang
direncanakan adalah memberikan edukasi tentang pentingnya imunisasi TT,
memfasilitasi ibu untuk imunisasi TT Lengkap
6. Adanya ibu hamil yang tidak mengkonsumsi tablet Fe, alternatif pemecahan
masalah yang direncanakan adalah memberikan tablet Fe pada ibu hamil secara
rutin, memberikan KIE betapa pentingnya mengkonsumsi tablet Fe pada ibu hamil
7. Adanya ibu hamil yang tidak mengkonsumsi garam beryodium, alternatif
pemecahan masalah yang direncanakan adalah memberikan KIE pada ibu hamil
untuk mengkonsumsi garam beryodium, dan memberikan garam yodium pada ibu.
8. Usia ibu hamil dengan resiko tinggi, alternatif pemecahan masalah yang
direncanakan adalah melakukan penyuluhan tentang kespro pada WUS (Wanita
Usia Subur) untuk mencegah kehamilan resiko tinggi yang disebabkan oleh 4T
(Terlalu Muda, Terlalu Dekat, Terlalu Sering, Terlalu Tua) sebagai upaya untuk
meningkatkan kesehatan perempuan, dan penyuluhan tentang Keluarga Berencana.
9. Adanya ibu hamil yang belum mendapat P4K, alternatif pemecahan masalah yang
direncanakan adalah memberikan informasi tentang P4K pada ibu, mengambil
stiker P4K pada bidan, dan memasang stiker P4K di depan rumah ibu.
10. Adanya Ibu hamil yang belum ada calon pendonor darah, alternatif pemecahan
masalah adalah memberikan KIE tentang pentingnya persiapan pendonor,
membantu menyiapkan 4 orang pendonor bagi setiap ibu hamil.
11. Adanya Ibu hamil yang belum mempunyai jaminan kesehatan alternatif pemecahan
masalah adalah dengan segera menindaklanjuti agar ibu tercatat sebagai anggota
yang memiliki jaminan kesehatan (BPJS non PBI/BPJS PBI).
12. Adanya Balita dengan gizi buruk, kurang, dan sedang, alternatif pemecahan
masalah adalah pemberian makanan tambahan, KIE tentangpenyajian menu gizi
seimbang pada Balita, dan KIE tentang tumbuh kembang Balita secara teratur
melalui kegiatan Posyandu.
13. Adanya Balita dengan Stunting, alternatif pemecahan masalah adalah
Menganjurkan ibu untuk memberi ASI Ekslusif sampai bayi usia 6 bulan
didampingi dengan MPASI sehat untuk mencegah stunting pada anak, memantau
tumbuh kembang anak dengan buku KIA untuk memastikan bahwa anak masih
memasuki kategori stunting atau tidak, dan Pemberian Makanan Tambahan (PMT).
G. Pelaksanaan
90
Tahap pelaksanaan ini merupakan realisasi dari rencana pemecahan prioritas
masalah, dalam hal ini Mahasiswa AKBID Harapan Bunda Bima melaksanakan
beberapa kegiatan di antaranya Melakukan pemeriksaan , pembagian makanan
tambahan, dan penyuluhan tentang KEK, Anemia, Riwayat LMR, Penyakit pernyerta,
Imunisasi TT, Tablet Fe, Garam Beryodium, Pemberian Imunisasi TT, Usia ibu hamil
resiko tinggi, P4K, Calon pendonor darah, Jaminan Kesehatan, dan Kebutuhan nutrisi
padaa Balita.
Tahap pelaksanaan kegiatan dilakukan sesuai dengan rencana yakni tanggal 9-19
Februari 2021.
Tabel 4.3 Pemecahan Masalah
92
tidak penyuluhan tentang jumat, 13-19 kegiatan sejenis
mengonsumsi garam beryodium Februari secara
garam dan pembagian 2021 berkesinambungan
beryodium sehingga ibu
garam yodium gratis
sebanyak 10 hamil bisa
orang pada ibu hamil mendapatkan
garam beryodium
Dilaksanakan
kegiatan sejenis
secara
berkesinambungan
sehingga ibu
hamil
mendapatkan
calon pendonor
darah
8. Usia ibu hamil - Telah dilakukan Minggu s/d Dilaksanakan 9
yang beresiko penyuluhan kamis, 14-18 kegiatan sejenis
sejumlah 9 tentang kehamilan Februari secara
orang 2021 berkesinambungan
di usia resiko
sehingga resiko
tinggi (< 20 tahun ibu hamil dapat
dan > 35 tahun), teratasi
dan Keluarga
Berencana.
93
setiap ibu hamil
H. Evaluasi
Pada langkah evaluasi ini mahasiswa AKBID Harapan Bunda Bima melakukan
evaluasi kembali atas terlaksananya kegiatan-kegiatan yang bertujuan untuk
pemecahan prioritas masalah. Setiap pelaksanaan kegiatan yang telah dilakukan
diharapkan kegiatan tersebut bisa menjadi saran kepada 6 Puskesmas di Kota Bima
untuk tetap melaksanakan kegiatan tesebut sehingga dapat meningkatkan kesadaran
94
masyarakat akan pentingnya kesehatan. Adapun evaluasi kegiatan yang telah
dilakukan adalah sebagai berikut:
2. Ibu Hamil Kegiatan sudah dilaksanakan 9 Februari 2021 Dengan tetap mengontrol
dengan dengan baik, yaitu Telah keadaan ibu hamil secara
Anemia dilakukan penyuluhan tentang s/d rutin, melakukan
Anemia, pemeriksaan kesehatan pemeriksaan fisik,
19 Februari 2021
( TTV), pemeriksaaan membawa ibu hamil ke
Laboratorium, pemberian faskes untuk melakukan
makanan tambahan (PMT) dan Laboratorium lanjutan
demonstrasi makanan. dan memberikan
makanan tambahan pada
Dari 32 ibu hamil terdapat 13 ibu hamil yang masih
ibu hamil yang mengalami mengalami Anemia
Anemia. Dari ke 13 ibu hamil
tersebut telah memenuhi syarat
dengan meminum tablet Fe,
istirahat yang cukup tidur siang
±3-4 jam, tidur malam ±6-8 jam,
mengkonsumsi makanan yang
mengandung zat besi seperti
buah-buahan, sayur-sayuran,
serta memberikan KIE tentang
tanda gejala, bahaya, cara
mencegah Anemia
Dari 13 ibu hamil tersebut yang
telah sembuh dari anemia
terdapat 8 ibu hamil, sedangkan
5 ibu hamil masih di katakan
95
anemia serta terdapat
penambahan kasus anemia baru
pada ibu hamil sebanyak 5
orang.
8. Usia Ibu Kegiatan telah dilaksanakan 9 Februari 2021 Dengan tetap mengontrol
Hamil Yang dengan baik yaitu dengan keadaan ibu hamil secara
Beresiko melakukan penyuluhan tentang s/d rutin dan memastikan ibu
kehamilan di usia resiko tinggi hamil benar-benar
19 Februari 2021
(< 20 tahun dan > 35 tahun), dan menjadi akseptor KB
Keluarga Berencana. setelah persalinan serta
memberikan makanan
tambahan pada ibu hamil
Dari 9 orang ibu hamil yang yang beresiko
berusia resiko yaitu usia <20
tahun dan > 35 tahun. Semua
ibu hamil sudah di lakukan
penyuluhan sesuai dengan
pemecahan masalah yaitu
memberikan penyuluhan tentang
kespro untuk mencegah
kehamilan resiko tinggi yang di
sebabkan oleh 4T ( terlalu muda,
dekat, sering dan tua) dan
97
penyuluhan tentang keluarga
berencana. Dari hasil
penyuluhan tersebut ibu hamil
setuju untuk menjadi akseptor
KB setelah melahirkan dengan
memilih alat kontrasepsi seperti
Implan, Spiral, KB suntik 3
bulan.
98
dan belum mempunyai calon
pendonor darah.
13. Balita Yang Kegiatan telah dilaksanakan 9 Februari 2021 Dengan tetap mengontrol
Stunting dengan baik yaitu Sudah keadaan balita stunting
dilakukan penyuluhan mengenai s/d secara rutin, dan
Balita stunting, pemenuhan memberikan makanan
19 Februari 2021
asupan gizi ibu sejak hamil, tambahan
pemberian ASI Ekslusif sampai
99
umur bayi 6 bulan dan dampingi
ASI dengan MPASI yang sehat
untuk mencegah stunting.
Sudah kita lakukan pemantauan
tumbuh kembang anak dengan
buku KIA.
Sudah kita lakukan pemberian
makanan tambahan pada balita.
Dari jumlah 12 balita yang telah
dilakukan pengkajian terdapat 5
anak yang mengalami stunting
dan sudah melakukan intervensi
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Setelah pelaksanaan praktek kerja lapangan kebidanan komunitas mahasiswa
Kebidanan Harapan Bunda Bima yang berlangsung dari tanggal 1 Februari sampai 21
Februari 2021 di 19 kelurahan, 5 kecamatan dan 6 puskesmas di Kota Bima.
Telah dilakukan pengkajian dari tanggal 1-3 Februari di 6 wilayah kerja puskemas
( Rasa Na,E, Mpunda, Jatibaru, Kumbe Dan Paruga) 19 Kelurahan ( Dara, Tanjung,
Na,E, Melayu, Sadia, Sambinae, Mande, Paruga, Jatibaru Timur, Jatibaru Barat,
Manggemaci, Oimbo, Kumbe, Nungga Dan Lampe) dan 5 kecamatan (Mpunda,
Asakota, Raba, Rasa Nae Timur Dan Rasa Nae Barat), terdapat 47 kepala keluarga,
jumlah anggota keluarga sebanyak 140 orang, yang berjenis kelamin laki-laki ada 73
100
orang,seadangkan yang berjenis kelamin perempuan sebanyak 67 orang, pasangan usia
subur sebanyak 36 pasang, wanita usia subur 14 orang, balita 12 orang, balita sebanyak
16 orang,dan ibu hamil sebanyak 32 orang.
Setelah dilakukan evaluasi dari 32 ibu hamil terdapat 14 Ibu hamil yang
mengalami KEK dari 14 orang tersebut, ada 4 orang ibu hamil yang sudah teratasi, 13
ibu hamil dengan Anemia dan yang telah sembuh dari anemia terdapat 8 ibu hamil,
sedangkan 5 ibu hamil masih di katakan anemia serta terdapat penambahan kasus
anemia baru pada ibu hamil sebanyak 5 ibu hamil, ibu hamil dengan LMR ada 2 orang
dan dari 2 ibu hamil tersebut 1orang sudah bisa dikatakan sudah tidak tergolong LMR
lagi karena sudah > 4 tahun, dari 18 ibu hamil terdapat 5 yang belum TT dan 5 yang
sudah TT 8 ibu hamil yang sudah TT lengkap/TTL (Long Life), terdapat 10 ibu hamil
yang tidak mengkonsumsi garam yodium dan setelah dilakukan intervensi pada 10 ibu
hamil hanya 1 orang yang tidak mau mengkonsumsi garam yodium, dari pengkajian
data kemarin terdapat 11 ibu hamil yang belum mendapatkan P4K dan dari hasil
intervensi dari ke 11 ibu hamil yang belum mendapatkan P4K sudah mendapatkan
P4K , ibu hamil yang telah ada calon pendonor darah ada 7 orang yang mempunyai
calon pendonor darah yang memenuhi syarat (4 pendonor), 3 orang ibu hamil yang
sudah mempunyai 3 calon pendonor dan 21 orang ibu hamil yang mempunyai calon
pendonor 2 dan 1, dari 12 anak balita ada 7 anak gizi baik dan 3 anak masih
mengalami gizi kurang dan 2 anak masih mengalami gizi buruk namun dalam gizi
buruk 1 anak sudah ada perkembangan/ berat badan bertambah dan 5 anak yang
mengalami stunting.
B. Saran
1. Pada Masyarakat
Dari seluruh kegiatan yang dilakukan baik fisik maupun non fisik diharapkan dapat
bermanfaat bagi masyarakat, dipertahankan dan dikembangkang.
2. Instansi Kesehatan
Agar dapat meningkatkan pelayanan yang menyeluruh dan merata pada
masyarakat dengan melakukan kunjungan kepada masyarakat atau dengan
menggunakan dengan mengunakan puskesmas keliling atau melakukan kunjunga
rumah pada masyarakat.
3. Intansi Akademik
Bagi kampus Akbid Harapan Bunda Bima untuk mengevaluasi dan merancang
serta mempersiapkan lebih baik lagi untuk mata kuliah praktek kerja lapangan bagi
101
angkatan selanjutnya agar dapat mengurangi kesulitan-kesulitan yang akan
dihadapi mahasiswa dalam melaksanakan praktek kerja lapangan.
Demikian kesimpulan dan saran yang penulis dapat sampaikan dalam
proses laporan praktek kerja lapangan ini, semoga saran ini dapat bermanfaat dan
pihak yang berkepentingan.
DAFTAR PUSTAKA
Asyatindo, 2010, Perbedaan Kurang Gizi dan Gizi Buruk dan Istilah Lainnya,
Tanggal 23 Juni 2016 http://www.kaskus.us/showthread =4921977
Hariati, Andi Alim, dan Ali Imran Thamrin. 2019. Kejadian Anemia Pada Ibu Hamil
http;//jurnal.untad.ac.id/jurnal/index.php/HealthyTadulako/article/view/8750/6957
diakses pada 1 Oktober 2019
102
http://juke.kedokteran.unila.ac.id/index.php/majority/article/download/907/815 dakes
pada 4 Oktober 2019
Nur, Fahira A. 2017. Faktor Resiko Kejadian Preeklamsia Pada Ibu Hamil Di RSU
Anutapura Kota Palu. Palu: Jurnal Kesehatan Tadulako.
Energi Kronis (Kek) Pada Ibu Hamil Di Wilayah Kerja Upt Puskesmas I
Wahyuni, Elly Dwi dkk 2018. Asuhan Kebidanan Komunitas. Jakarta: Kementrian
Kesehatan Republik Indonesia
Wahyuni, Elly Dwi dkk 2018. Asuhan Kebidanan Komunitas. Jakarta: Kementrian
103
104
LA
A. LEAFLET
105
106
107
108
109
110
111
112
113
114
115
116
117
118
119
120
121
122
123
124
125
126
127
128
129
130
131
132
B. Sap (Satuan Acara Penyuluhan)
135
G. EVALUASI KEK PADA IBU HAMIL
1. Apa yang di maksud dengan KEK
2. Apa saja tanda dan gejala KEK pada kehamilan
3. Apa saja penyebab terjadinya KEK pada kehamilan
4. Apa saja pengaruh KEK terhadap Kehamilan
5. Apa saja dampak dari KEK
6. Bagaimana cara mencegah KEK
7. Apa saja 10 Pesan Gizi seimbang
MATERI
A. Pengertian
Kekurangan Energi Kronik (KEK) adalah salah satu keadaan malnutrisi.
Dimana keadaan ibu menderita kekurangan makanan yang berlangsung menahun
(Kronik) yang mengakibatkan timbulnya gangguan kesehatan pada ibu secara
relative atau absolut satu atau lebih zat gizi.
Kekurangan Energi Kronik (KEK ) adalah kekurangan energi yang
memiliki dampak buruk terhadap kesehatan ibu dan pertumbuhan perkembangan
janin. Ibu hamil dikategorkan KEK apabila lingkar lengan atas(LILA) <23,5 cm
(muliarini, 2015).
B. Tanda dan Gejala
1. Tanda-tanda KEK menurut Sediaoetomo (2012), meliputi:
a. Lingkar lengan atas (LILA) kurang dari 23,5 cm.
b. Badan Kurus (BB tidak sesuai dengan tinggi badan)
c. Turgor kulit kering
d. Conjungtiva pucat
e. Tensi kurang dari 100 mmHg
f. Hb kurang dari normal (<11gr%)
2. Gejala KEK menurut Winkjosastro (2012), meliputi:
a. Nafsu makan kurang
b. Mual
c. Badan lemas
d. Mata berkunang-kunang
136
Penyebab terjadinya KEK pada ibu hamil (Stephanie dan Kartikasari, 2016)
adalah :
1. Ketidakseimbangan antara asupan untuk pemenuhan kebutuhan dan
pengeluran energi.
2. Usia ibu hamil, Melahirkan pada usia muda atau terlalu tua mengakibatkan
kualitas janin/anak yang rendah dan juga merugikan kesehatan ibu. Karena
terjadi kompetisi makanan antara janin dan ibunya yang masih dalam masa
pertumbuhan.
3. Jarak Kehamilan kurang dari 2 tahun mengakibatkan kualitas
janin atau anak yang rendah dan juga merugikan kesehatan ibu. Ibu tidak
memiliki kesempatan untuk memperbaiki diri, dengan mengandung kembali
makan akan menimbulkan masalah gizi ibu dan janin berikut yang
dikandung.
4. Perilaku yang terdiri dari kebiasaan ibu: mengkonsumsi kafein yang
menghambat penyerapan zat-zat gizi yang dibutuhkan oleh tubuh ibu dan
janin.
D. Pengaruh KEK terhadap Kehamilan
Kekurangan Energi Kronik (KEK) pada saat kehamilan dapat berakibat
pada ibu maupun pada janin yang dikandungnya (Waryana, 2016):
a. Terhadap ibu dapat menyebabkan risiko dan komplikasi antara lain :
anemia, perdarahan, berat badan tidak bertambah secara normal dan terkena
penyakit infeksi.
b. Terhadap persalinan dapat mengakibatkan persalinan sulit dan lama,
persalinan sebelum waktunya (prematur), perdarahan.
c. Terhadap janin dapat mengakibatkan keguguran/abortus, bayi lahir mati,
kematian neonatal, cacat bawaan, anemia pada bayi, bayi dengan Berat
Badan Lahir Rendah (BBLR).
E. Dampak yang ditimbulkan
1. Pada ibu
Gizi kurang pada ibu hamil dapat menyebabkan resiko dan komplikasi
pada ibu antara lain: Anemia, perdarahan, berat badan ibu tidak bertambah
secara normal dan terkena penyakit infeksi. Sehingga akan meningkatkan
kematian ibu.
2. Persalinan
137
Pengaruh gizi kurang terhadap proses persalinan dapat mengakibatkan
persalinan sulit dan lama, persalinan prematur atau sebelum waktunya,
perdarahan post partum, serta persalinan dengan tindakan operasi cesar
cenderung meningkat.
3. Janin
Kurang gizi pada ibu hamil dapat mempengaruhi proses pertumbuhan
janin dan dapat menimbulkan keguguran, abortus, bayi lahir mati, kematian
neonatal, cacat bawaan, asfiksia intra partum, lahir dengan berat badan rendah
(BBLR) (Helena, 2013).
F. Cara pencegahan KEK pada kehamilan
1. Makan makanan bervariasi dan cukup kalori dan protein dengan
menerapkan pedoman umum gizi seimbang
2. Pemberian makakanan tambahan dan zat besi
138
SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)
Topik : Anemia
Waktu : 20 menit
Tempat : Rumah ibu hamil di bedi Rt/Rw 09/03 Kel. Manggemaci. Kec. Mpunda
A. Tujuan
1. Tujuan intstruksional umum
Setelah di lakukan penyuluhan tentang anemia dalam kehamilan selama
20 menit di harapkan dapat menambah pengetahuan tentang anemia serta ibu hamil
dapat mengerti dan mampu memahami tentang anemia pada ibu hamil.
D. Kegiatan penyuluhan
MATERI
A. Pengertian Anemia
Anemia adalah suatu kondisi jumlah sel darah merah tidak mencukupi
untuk memenuhi fisiologis tubuh. Kebutuhan fisiologis seseorang bervariasi
berdasarkan usia, jenis kelamin, tempat tinggal, perilaku merokok dan tahap
kehamilan. (WHO,2019).
Anemia adalah keadaan dimana kadar hemoglobin di bawah batas normal,
Anemia defisiensi besi adalah anemia yang di sebabkan oleh kurangnya zat besi di
dalam sel darah merah hipokrom-miikrositer, kadar besi serum ( serum iron) dan jenuh
transferin menurun, kapasitas total besi meninggi dan cadangan dalam sumsum tulang
serta tempat lain sangat kurang atau tidak ada sema sekali (rukyah, AY.2020).
B. Klasifikasi Anemia.
Klasifikasi anemia menurut WHO adalah :
1. Normal : > 11 gr%/dl
2. Anemia Ringan : 8-10 gr%/dl
3. Anemia Berat : < 7 gr%/dl
Berdasarkan klasifikasi di atas Ny. Dia (17 Tahun) mengalami anemia
ringan karna hasil pemeriksaan Hb Ny. Dia adalah 8 gr%/dl.
140
C. Etiologi
Kebanyakan anemia dalam kehamilan disebabkan oleh defisiensi besi dan
perdarahan akut bahkan tidak jarang keduanya saling berinteraksi.
Penyebab anemia pada umumnya adalah sebagai berikut:
1. Kurang gizi (malnutrisi)
2. Kurang zat besi dalam tubuh
3. Malabsorpsi
4. Kehilangan darah banyak seperti persalinan yang lalu, haid dan lain-lain
5. Penyakit kronik seperti TBC,paru-paru, cacing usus, malaria, dan lain-lain.
Ibu yang berumur dibawah 20 tahun dan lebih dari 35 tahun lebih rentan
menderita anemia hal ini disebabkan oleh faktor fisik dan psikis. Wanita yang
hamil di usia kurang dari 20 tahun beresiko terhadap anemia karena pada usia
141
ini sering terjadi kekurangan gizi. Hal ini muncul biasanya karena usia remaja
menginginkan tubuh yang ideal sehingga mendorong untuk melakukan diet
yang ketat tanpa memperhatikan keseimbangan gizi sehingga pada saat
memasuki kehamilan dengan status gizi kurang. Sedangkan, ibu yang berusia
di atas 35 tahun usia ini rentan terhadap penurunan daya tahan tubuh sehingga
mengakibatkan ibu hamil mudah terkena infeksi dan terserang penyakit
(Herawati dan Astuti, 2010).
Ibu hamil pada umur muda atau di bawah 20 tahun perlu tambahan gizi
yang banyak, karena selain digunakan untuk pertumbuhan dan perkembangan
dirinya sendiri juga harus berbagi dengan janin yang sedang dikandung. Ibu
hamil dengan umur yang tua di atas 35 tahun perlu energi yang besar juga
karena fungsi organ yang makin melemah dan diharuskan untuk bekerja
maksimal maka memerlukan tambahan energi yang cukup guna mendukung
kehamilan yang sedang berlangsung (Kristiyanasari, 2010).
Penelitian yang dilakukan oleh Dwi (2016), usia ibu hamil dapat
mempengaruhi anemia jika usia ibu hamil relatif muda di bawah 20 tahun,
karena pada umur tersebut masih terjadi pertumbuhan yang membutuhkan zat
gizi lebih banyak. Jika zat gizi yang dibutuhkan tidak terpenuhi, akan terjadi
kompetisi zat gizi antara ibu dan bayinya.
c. Status gizi
Melorys dan Nita (2017) menyebutkan dalam penelitiannya bahwa
terdapat hubungan antara status gizi dengan kejadian anemia pada ibu hamil.
Kekurangan gizi tentu saja akan menyebabkan akibat yang buruk bagi ibu dan
janin. Kekurangan gizi dapat menyebabkan ibu menderita anemia, suplai darah
yang mengantarkan oksigen dan makanan pada janin akan terhambat, sehingga
janin akan mengalami gangguan pertumbuhan dan perkembangan. Oleh karena
itu, pemantauan gizi ibu hamil sangat penting dilakukan.
F. Faktor Predisposisi
Faktor predisposisi timbulnya anemia antara lain :
1. Ketidak patuhan dalam komsumsi fe
Kepatuhan adalah suatu perilaku seseorang secara tepat untuk melakukan
aktifitasnya. Perilaku kepatuhan berobat seseorang yang berkaitan dengan sakit dan
dengan penyakitnya, sistem pelayanan, kesehatan dan pengorbanan.
Efek samping mengomsumsi Fe berupa gangguan perut pada pemberian
oral menurunkan kepatuhan secara masal, ternyata rata-rata hanya 15 tablet yang di
pakai oleh wanita hamil.
2. Kebutuhan yang meningkat semasa kehamilan
Kebutuhan ibu selama kehamilan ialah 800mg besi, di antaranya 300mg
untuk janin plasenta dan 500 mg untuk pertambahan eritosit ibu. Dengan demikian
ibu membutuhkan tambahan sekitar 2-3 mg besi/hari.
3. Infeksi kronik, penyakit hati dan thalasemia.
142
G. Dampak Anemia Terhadap Kehamilan
Menurut penelitian tingginya angka kematian ibu berkaiatan erat dengan
anemia. Anemia juga menyebabkan rendahnya kemampuan jasmani karena sel-sel
tidak cukup mendapat pasokan oksigen. Pada wanita hamil, anemia meningkatkan
frekuensi komplikasi pada kehamilan dan persalinan yang beresiko kematian dan lebih
sering berakibat fatal, sebab wanita yang anemia tidak dapat di toleransi kehilangan
darah.
dampak anemia pada kehamilan bervariasi meliputi (Aryanti 2016) :
1. Abortus
2. Bayi lahir prematur
3. Kematian ibu
4. Bayi cacat bawaan
5. Kekurangan cadangan besi
6. Kematian janin
7. Persalinan preterem/sebelum waktunya
8. Proses persalinan lama
9. Perdarahan setelah persalinan
10. Syok
11. Infeksi pada saat dan sesudah persalinan
12. Payah jantung
144
SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)
“KANKER SERVIKS DAN PEMERIKSAAN IVA UNTUK
DETEKSI DINI KANKER SERVIKS”
145
KERANGKA PEMATERI
Waktu Kegiatan
10 menit 1. Pembukaan
Salam
Pengenalan
Tujuan
Agar materi yang
disampaikandapatditerimaolehaudiens
V. Evaluasi
1. Prosedur : Pre-tesdanPos-tes
2. Jenistes : Tulis
3. Bentuk : Pertanyaantertutup
146
VI. Lampiran
Materi
MATERI KANKER SERVIKS
148
d. Mempunyai pasangan yang sering berganti-ganti partner dalam hubungan seks.
e. Berhubungan seks dengan laki-laki yang tidak disunat. Smegma, adalah substansi
berlemak. Biasanya terdapat pada lekukan dekat kepala kemaluan atau penis dan didapati
pada laki-laki yang tidak disunat. Smegma sebenarnya adalah sekret alami yang
dihasilkan kelenjar subaceous pada kulit penis. Namun ternyata hal ini berkaitan dengan
meningkatnya resiko seorang laki-laki sebagai pembawa dan penular virus HPV.
3. Gejala Kanker Serviks
a. Perdarahan vagina yang bersifat abnormal
b. Adanya riwayat keputihan menahun
c. Perdarahan setelah berhubungan seksual
d. Nyeri yang menjalar ke pinggang atau tungkai
e. Nyeri saat perkemih
4. Proses Terjadinya Kanker Serviks
Gejala umum kanker adalah dikarenakan adanya pertumbuhan sel yang tidak normal
dalam tubuh. Namun sebelum sel-sel tersebut menjadi kanker terjadi perubahan bentuk yang
dialami oleh sel-sel tersebut. Perubahan itu tidak hanya satu atau dua tahun saja. Perubahan
itu memakan waktu hingga bertahun-tahun sebelum menjadi kanker. Sebenarnya selama
jeda tersebut jika Anda telah mengetahui bahwa Anda terkena kanker leher rahim maka hal
tersebut dapat dicegah. Anda dapat menghentikan sel-sel yang tidak normal tersebut
sebelum berubah menjadi sel kanker. Sel-sel yang abnormal tersebut dapat dideteksi dengan
kehadiran tes yang disebut dengan pap smear tes. sehingga semakin dini sel-sel abnormal
tadi terdeteksi, semakin rendahlah resiko seseorang menderita kanker leher rahim.Serviks
atau leher rahim/mulut rahim terletak di bagian ujung bawah rahim yang menonjol ke liang
senggama (vagina). Kanker leher rahim terjadi dikarenakan adanya pertumbuhan yang tidak
normal dalam tubuh. Namun perkembangan kanker serviks secara bertahap, tetapi progresif.
Proses terjadinya kanker ini dimulai dengan sel yang mengalami mutasi lalu berkembang
menjadi sel displastik sehingga terjadi kerainan epitel yang disebut disprasia. Dimulai dari
displasia ringan, displasia sedang, displasia berat, dan akhirnya menjadi Karsinoma In-Situ
(KIS), kemudian berkembang lagi menjadi karsinoma invasif.
149
5. Deteksi Dini Kanker Serviks
Deteksi Dini Kanker Serviks adalah Pemeriksaan untuk menemukan kanker di leher
rahim, dari sejak perubahan awal sel sampai dengan pra kanker.
150
leukoplasia, terdapat pada zona transisional, menjorok ke arah endoserviks dan
ektoserviks.
2. Positif 1 (+) : samar, transparan, tidak jelas,terdapat lesi bercak putih yang ireguler pada
serviks. Lesi bercak putih yang tegas, membentuk sudut (angular), geograpic acetowhite
lessions yang terletak jauh dari sambungan skuamosa.
3. Positif 2 (++) : lesi achetowhite yang buram, padat dan berbatas jelas sampai
kesambungan skumokolumnar. Lesi acetowhite yang luas circumorificial, berbatas tegas,
tebal, dan padat. Pertumbuhan pada serviks menjadi acetowhite.
4. Hasil Tes-negatif: permukaan polos dan halus, berwarna merah jambu. Bila area bercak
putih yang berada jauh dari zona transformasi. Area bercak putih halus atau pucat tanpa
batas jelas. Bercak bergaris-garis seperti bercak putih. Bercak putih berbentukgaris yang
terlihat pada batas endocerviks. Tak ada lesi bercak putih. Bercak putih pada polip
endoservikal atau kista nabothi. Garis putih mirip lesi acetowhite pada sambungan
skuamokolumnar.
5. Hasil normal : titik-titik berwarna putih pucat di area endoserviks, merupakan epitel
kolumnar yang berbentuk anggur yang terpulas asam asetat. Licin,merah muda, bentuk
porcio nomal.
6. Infeksi : servisitis (inflamasi, hiperemisis), banyak flour, ektropion, polop.
7. Kanker : massa mirip kembang kol atau ulkus dan mudah berdarah.
8. Keunggulan Tes IVA
1. Mudah dan praktis dilakukan
2. Biaya murah
3. Alat- alat yang dibutuhkan sangat sederhana
4. Dapat segera diterapi
5. Hasil bisa langsung diketahui
6. Dapat dilakukan oleh dokter/bidan
9. Tempat Dimana Saja Dilakukan Pemeriksaan IVA
1. Bidan desa
2. Puskesmas
3. Rumah sakit
DAFTAR PUSTAKA
151
Depkes RI . (2008). Skrining Kanker serviks dengan Metode IVA. Jakarta
Novel S. Sinta dkk.(2010). Kanker Serviks dan Infeksi Human Pappilomavirus (HPV). Jakarta :
Javamedia Network
Rahayu, S.D. (2015). Asuhan Ibu Dengan Kanker Serviks.Jakarta : Salemba Medika
Setiati, Eni. (2009). Waspada 4 Kanker Ganas Pembunuh Wanita. Yogyakarta: Andi Offset
Supinto, Sutiono. (2008). Cegah Dini Kanker dan Tumor.Jakarta: Sunda Kelapa Pustaka
Wiknjosastro, Hanifa . (2007). Ilmu Kandungan. Jakarta: YBPSP
152
SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)
I. IDENTIFIKASI MASALAH
Sadari adalah upaya yang dilakukan untuk mengetahui ada tidaknya kanker
dalam payudara yang dilakukan di depan cermin.
II. PENGANTAR
Topic : Periksa Payudara Sendiri
Sub topic : Sadari
Sasaran : ibu hamil
Jam : 09.00 WIB
Waktu : 30 menit
Penyuluh :Nurhayatun nufus
Tempat : kel oi mbo RT 12 RW 04
V. MATERI
Terlampir
VI. METODE
1. Ceramah
2. Tanya jawab
VII. MEDIA
1. leaflet
153
VIII. KEGIATAN PEMBELAJARAN
1. Pengertian SADARI
2. Bahaya apa bila tidak
dilakukan sadari sejak
dini ?
3. Bagaimana cara
melakukan sadari
3. 5 menit Evaluasi : -merespon dan bertanya
memberi kesempatan kepada
masyarakat untuk bertanya
meminta untu menjelaskan
atau menyebutkan kembali :
1. Pengertian SADARI
2. Bahaya apa bila tidak
dilakukan sadari sejak dini ?
3. Bagaimana cara melakukan
sadari
Memberikan pujian atas
154
keberhasilan ibu menjelaskan
pertanyaan dan memperbaiki
kesalahan, serta
menyimpulkan
Bima,....................................2020
Pemberi Penyuluhan
(Nurhayatun nufus)
X. EVALUASI
Pertanyaan:
1. Apakah sadari itu ?
2. Apa bahaya bila tidak dilakukan sadari sejak dini ?
3. Bagaimana cara melakukan sadari ?
155
XI. LAMPIRAN MATERI
A. Pengertian
Sadari adalah pemeriksaan payudara sendiri yang bertujuan untuk mengetahui
ada tidaknya kanker dalam payudara wanita. Pemeriksaan ini dilakukan dengan
meggunakan cermin dan dilakukan oleh wanita yang berumur 20 tahun ke atas
B. Etiologi
Indikasi utama sadari adalah karena :
Untuk mendeteksi terjadinya Cancer Payudara dengan mengamati payudara
dari depan, sisi kiri dan sisi kanan, apakah ada benjolan, perubahan warna kuli,
putting bersisik dan pengeluaran cairan atau nanah dan darah.
Kanker payudara merupakan jenis kanker dengan jumlah kasus terbanyak di
dunia, sekaligus penyebab kematian terbesar. Sebagian besar penderita baru terdeteksi
di stadium lanjut karena kanker tidak bergejala.
Semakin bertambahnya usia, makin besar pula risiko seorang perempuan
terkena kanker. Hal ini tentu membuat kita khawatir. Meski begitu, kita bisa
mengubah ketakutan menjadi sebuah tindakan nyata untuk mencegah penyakit yang
jadi momok kaum wanita ini.
1. Aktif bergerak
Tidak ada kata tua untuk mulai berolahraga. Penelitian menyebutkan,
olahraga akan menurunkan kadar hormon estrogen, yang berkaitan dengan
kanker. Lakukan olahraga minimal 30 menit sehari.
2. Kurangi berat badan
Setelah menopause, perempuan yang obesitas punya risiko lebih besar
terkena kanker payudara dibanding rekannya yang punya berat badan normal.
Meski begitu, kenaikan bobot tubuh pada wanita yang tadinya beratnya ideal juga
mendatangkan risiko yang sama.
3. Cukupi kebutuhan vitamin D
Studi yang menegaskan manfaat vitamin D sebagai anti-kanker terus
bermunculan. Yang terakhir menyebutkan, 94 persen pasien kanker payudara
yang kekurangan vitamin D, kankernya lebih cepat menyebar dibanding mereka
yang cukup vitamin D.
4. Batasi alcohol
Data terbaru dari National Cancer Institute menunjukkan perempuan yang
156
minum satu atau dua gelas alkohol setiap hari memiliki risiko terkena kanker
payudara 32 persen lebih besar. Para ahli menyarankan untuk membatasi alkohol
tidak lebih dari satu gelas per hari.
5. Perhatikan gejalanya
Gejala awal kanker payudara dapat berupa benjolan yang biasanya
dirasakan berbeda dari jaringan payudara di sekitarnya, tidak menimbulkan nyeri,
dan biasanya memiliki pinggiran tidak teratur. Tanda lain yang mungkin timbul
adalah benjolandi ketiak, perubahan ukuran atau bentuk payudara, keluar cairan
yang abnormal dari puting susu, dan perubahan warna atau tekstur kulit payudara.
6. Lakukan deteksi dini
Skrining dan deteksi dini sebetulnya dapat secara signifikan menurunkan
stadium pada temuan kasus kanker payudara. Selain mamografi, pemeriksaan
payudara sendiri (Sadari) yang dapat diajarkan, kemudian dipraktikkan sendiri
oleh perempuan, jika dilakukan secara teratur bisa mendeteksi tumor 1,2
sentimeter
C. Waktu pelaksanaan
Pemeriksaan payudara dilakukan setelah menstruasi, pada waktu payudara
tidak keras atau bengkak.
157
D. Prosedur pelaksanaan
Langkah 1:
Mulai dengan melihat payudara di depan cermin dengan posisi pundak tegap dan kedua
tangan di pinggang
Angkat tangan dan amati jika ada perubahan-perubahan yang telah disebut pada langkah
pertama.
158
Langkah 3 :
Saat bercermin, coba cermati apakah ada cairan yang keluar dari kedua puting (baik itu cairan
bening, seperti susu, berwarna kuning atau bercampur darah). Pencet puting dan perhatikan
apakah ada cairan yang keluar.
Langkah 4 :
Periksa payudara dengan cara berbaring. Letakkan tangan kiri di belakang kepala dan sebuah
bantal di bawah bahu kiri. Kemudian raba payudara kiri dengan telapak jari-jari kanan, begitu
sebaliknya. Periksalah apakah teraba benjolan pada payudara atau tidak. Gunakan pijatan
pelan namun mantap dengan tiga ujung anda (telunjuk, tengah, dan manis). Jaga posisi ujung
jari datar terhadap permukaan payudara. Gunakan gerakan memutar, sekali putaran
mencakup seperempat bagian payudara.
Pijat seluruh payudara dari atas sampai bawah, kiri kanan, dari tulang pundak sampai bagian
atas perut dan dari ketiak sampai belahan payudara. Buatlah pola memutar untuk memastikan
seluruh payudara sudah di pijat. Mulai dari puting, buat gerakan memutar semakin lama
semakin besar sampai anda mencapai bagian tepi payudara. Atau dapat juga melakukan
pijatan naik turun. Gerakan ini bagi sebagian besar wanita dianggap lebih efektif. Pastikan
anda merasakan seluruh jaringan payudarada dari depan (puting) sampai bagian belakang.
159
Gunakan pijatan ringan untuk kulit dan jaringan tepat dibawah kulit, pijatan sedang untuk
bagian tengah payudara, dan pijatan kuat untuk jaringan bagian dalam.
Lamgkah 5
Terakhir, rasakan payudara saat anda berdiri atau duduk atau saat mandi karena bagi sebagian
wanita, mereka merasa lebih mudah memijat saat kulit payudara dalam keadaan basah dan
licin. Lakukan dengan gerakan yang sama seperti dijelaskan dalam langkah 4.
160
Daftar Acuan Pustaka
Fitramaya
161
SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)
Pertemuan ke :I
C. Pokok Materi
162
1. Defenisi imunisasi TT
2. Manfaat imunisasi TT
3. Jadwal imunisasi TT
Kegiatan
No Materi Keterangan
Penyuluh Sasaran
163
5. Menunjukan tempat disampaikan penyuluh
pelayanan untuk 5. Membayangkan tempat
mendapatkan imunisasi pelayanan untuk
TT yang baik dan benar. mendapatkan imunisasi
TT yang akan didatangi.
164
MATERI
A. Defenisi Imunisasi TT
Imunisasi Tetanus Toksoid adalah proses untuk membangun kekebalan
sebagai upaya pencegahan terhadap infeksi tetanus (Idanati, 2005).Vaksin Tetanus
yaitu toksin kuman tetanus yang telah dilemahkan dan kemudian dimurnikan
(Setiawan, 2006).
Pada dasarnya siapa saja dapat terkena penyakit tetanus.Tetapi yang paling
rentan adalah bayi baru lahir dan ibu yang melahirkan. Oleh karena itu
pencegahan tetanus pada ibu dan bayi sangat diperlukan.Caranya yaitu dengan
mengimunisasi ibu yang sedang hamil.
B. Manfaat Imunisasi TT
1. Melindungi bayi yang baru lahir dari tetanus neonatorum (BKKBN, 2005;
Chin, 2000). Tetanus neonatorum adalah penyakit tetanus yang terjadi pada
neonatus (bayi berusia kurang 1 bulan) yang disebabkan oleh clostridium
tetani, yaitu kuman yang mengeluarkan toksin (racun) dan menyerang sistim
saraf pusat (Saifuddin dkk, 2001)
2. Melindungi ibu terhadap kemungkinan tetanus apabila terluka (Depkes RI,
2000).
C. Jadwal Imunisasi TT
Imunisasi TT untuk ibu hamil diberikan 2 kali (BKKBN, 2005; Saifuddin
dkk, 2001), dengan dosis 0,5 cc di injeksikan intramuskuler/subkutan dalam
(Depkes RI, 2000).
165
Interval
Antigen Lama perlindungan perlindungan
(selang waktu minimal)
166
Satuan Acara Penyuluhan (SAP)
Pentingya Mengkonsumsi Garam Beryodium Pada Ibu Hamil
167
menit
2 Kegiatan Inti 20 1. Mengucapkan salam Menjawab salam Ceramah
menit 2. Memperkenalkan diri Mendengarkan dan
3. Menjelaskan tujuan Mendengarkan dan tanya
kegiatan yang akan Menyimak jawab
dilakukan
4. Kegiatan Inti:
- Menjelaskan Mendengarkan dan
beryodium
- Menjelaskan cara
Mendengarkan dan
pengolahan garam
Menyimak
beryodium
- Menjelaskan
gangguan akibat
Mendengarkan dan
kurangnya garam
Menyimak
beryodium.
- Evaluasi:
- Memberikan
Mendengarkan dan
kesempatan pada
Menyimak
ibu untuk
memberikan
pertanyaan Mendengarkan dan
- Menanyakan Menyimak
kembali pada
peserta penyuluh
tentang materi
yang disampaikan
- Menyimpulkan
hasil penyuluhan
168
3 Penutup 5 1. Mengucapkan salam Menjawab salam
menit
DAFTAR PUSTAKA
Astutik, V.Y. 2017. Tingkat Pengetahuan, Pola Kebiasaan Hidup Berhubungan Dengan
Motivasu Ibu dama Memilih Garam. Jurnal Care. Vol. 5 NO. 2.
169
Topik : Demo tentangLansia yang berumur 50-52 thn
Sub topik : Resiko yang gampang terjadi pada lansia dan cara pencegahan
Sasaran : Lansia
Waktu : 30 menit
I. TUJUAN UMUM
Pada akhir proses penyuluhan, Lansia dapat mengetahui dan mengerti tentang
pengertian lansia resiko yang mudah di alamai dan tindakan serta cara
penyelesaianya dan Menambah wawasan untuk mengetahui tentang kesehatan
pada masa lansia.
1. Mengetahui Resiko yang mudah di alamai dan gampang terjadi pada masa
lansia
2. Mengetahui tindakan ataupun cara penangananya
III. SASARAN
Lansia umur 50-52 tahun
IV. MATERI
1. Demo tentangResiko yang gampan tejadi pada lansia / penyakit tetentu
2. Demo dan Cara tindakan atau penyelesaian masalahnya pada lansia
V. METODE
1. diskusi
2. Tanya Jawab
VI. MEDIA
1. Lembar balik
SAP PENYULUHAN
LANSIA
170
No Tahapan KegiatanPemberi Respon Waktu Media Penyuluh
Penyuluh
1. Pembukaan 1. Mengucapkan salam Mendengarkan, 15
2. Memperkenalkan merespon dan menit
diri membalas
3. Menjelaskan tujuan
salam
kegiatan
2. Pelaksanaan 1. Demo Mendengarkan 15 - lembar
denganMenjelaskan dengan penuh menit balik
Resiko yang mudah perhatian
terjadi pada usia
lanjut
2. Menjelaskan tentang
cara ataupun
tindakan
penyelesaian
masalahnya
171
A. Resiko yang mudah di alami oleh lansia:
1. Mudah lelah dan kondisi tubuh tidak fit lagi serta gampang terserang oleh
penyakit seperti: struk, kanker payudara untuk perempuan, hipertensi, diabetes
serta sesak napas.
B. Tindakan maupun cara penyelesaian masalahnya yaitu:
1. Menganjurkan pada lansia tersebut agar selalu mengontrol kesehatanya dan
memeriksakan kesehatanya ke fasilitas kesehatan setempat, jika terdapat ada
keluhan ataupun sakit dengan mengobati secara dini mungkin agar penyakit
ataupun sakit tidak semakin menjalar ke badan,
2. Memberikan kepada lansia tersebut makanan yang bergizi dan rendah lemak
seperti:
1. Ikan seharga Rp: 10.000
2. telur seharga Rp: 10.000
3. buah seharga Rp : 50.000
4. sayur seharga Rp: 5000
5. susu seharga Rp: 20.000
6. Roti seharga Rp: 15.000
172
Topik : Menopouse
Tempat : -
Waktu : 1 x 90 menit
XIII.MEDIA
1. Leaflet
2. LCD dan Laptop
XIV. KRITERIA EVALUASI
173
1. Evaluasi Struktur
Peserta hadir ditempat penyuluhan
Penyelenggaraan penyuluhan di halaman rumah peserta
2. Evaluasi Proses
Peserta antusias terhadap materi penyuluhan
Tidak ada peserta yang meninggalkan tempat penyuluhan
Peserta mengajukan pertanyaan dan menjawab pertanyaan secara benar
3. Evaluasi Hasil
Ibu-ibu yang hadir mengerti tentang apa itu Menopause
Jumlah kehadiran dalam penyuluhan yaitu 50 orang
SAP PENYULUHAN
MENOPAUSE
N Tahapan KegiatanPemberi Respon Waktu Media Penyuluh
o Penyuluh
1. Pembukaan 4. Mengucapkan salam Mendengarkan, 10 -
5. Memperkenalkan diri merespon dan menit
6. Menjelaskan tujuan membalas
kegiatan salam
2. Pelaksanaan 3. Menjelaskan Mendengarkan 30 LCD, -
pengertian dengan penuh menit Komputer,
Menopause perhatian leaflet,
4. Menjelaskan jenis- demostrasi
jenis Menopause
5. Menjelaskan Tanda
dan Gejala
Menopause
6. Menjelaskan
Penanganan
Menopause
174
MATERI PENYULUHAN MENOPAUSE
C. Pengertian Menopause
Menopause secara etimologi (bahasa) berasal dari bahasa Yunani, yang
tersusun dari kata “Men” dan “Pausis” yang memiliki arti haid atau menstruasi.
Hal ini adalah akhir proses biologis dari siklus menstruasi, disebabkan terjadinya
perubahan hormon yakni penurunan produksi hormon estrogen yang dihasilkan
oleh ovarium.
Definisi menopause menurut WHO adalah masa berhentinya haid yang
permanen akibat dari hilangnya aktivitas folikuler ovarium. Menopause terjadi
sesudah 12 bulan berturut-turut tidak mendapat haid dan tidak ada penyebab
patologi atau fisiologi lain yang nyata.
Menopause adalah berakhirnya siklus menstruasi secara alami, yang
biasanya terjadi saat wanita memasuki usia 45 hingga 55 tahun. Seorang wanita
dikatakan sudah menopause bila tidak mengalami menstruasi lagi, minimal 12
bulan. Penurunan hormon estrogen mengakibatkan siklus menstruasi menjadi
tidak teratur, hal ini juga bisa dijadikan suatu petunjuk terjadinya menopause.
Menopause didefinisikan sebagai haid terakhir, terjadinya menopause berkaitan
denagn menarche atau pertama haid, makin dini menarche terjadi maka makin
lambat atau lama menopause timbul (Mulyani, 2014).
Tidak hanya berhenti menstruasi, banyak perubahan lain terjadi dalam tubuh
wanita yang menopause, mulai dari penampilan fisik, kondisi psikologis, hasrat
seksual, hingga kesuburan. Wanita yang sudah menopause tidak bisa hamil lagi.
D. Jenis-Jenis Menopause
Menopause dibedakan menjadi tiga jenis, antara lain yaitu:
1. Menopause Prematur
Menopause prematur yaitu menopause yang terjadi dibawah usia 40 tahun.
Menopause prematur memiliki tanda yaitu jika terjadi penghentian di masa
menstruasi sebelumnya tepat di waktunya disertai dengan tanda hot flusches
dan juga peningkatan kadar hormon gonadotropin. Apabila tidak mengalami
tanda-tanda, yang seperti disebutkan harus segera diberikan tindak lanjut
kembali penyebab lain terganggu ovarium. Adapu sebab menopause prematur
175
yaitu herediter, gangguan gizi yang cukup sulit, penyakit menahun yang
mengakitbatkan kerusakan kedua ovarium.
2. Menopause Normal
Menopause normal yang alam dan jika terjadi di usia di akhir 40 tahun atau
diawal 50 tahun.
3. Menopause Terlambat
Pada umumnya batas usia terjadinya adalah usia 52 tahun tetapi jika ada
seorang wanita yang mempunyai siklus menstuasi atau dalam arti masih
mengalami menstruasi di usia 52 tahun.
E. Etiologi
Menurut etiologinya, menopause dapat diklasifikasikan menjadi menopause
fisiologis dan buatan.
Adapun menopause fisiologis adalah yang sifatnya alamiah, akibat
berkurangnya pengaruh hormon ovarium.
Menopause buatan terjadi oleh karena terhentinya secara permanen fungsi
ovarium setelah pengangkatan kedua ovarium, kemoterapi, radioterapi,
dan penggunaan berbagai obat-obatan lain.Selain menopause fisiologis dan
buatan, dikenal pula istilah menopause prematur (dini), dimana terjadi
kegagalan ovarium pada seorang wanita sebelum usia 40 tahun.
Menopause merupakan kondisi yang sering terjadi seiring dengan bertambahnya
usia. Namun, apabila menopause terjadi sebelum usia 40 tahun, hal ini dapat
diakibatkan oleh:
1. Primary ovarian insufficiency - Kondisi ini terjadi akibat kelainan genetik atau
penyakit autoimun, yang membuat indung telur berhenti berfungsi.
2. Operasi pengangkatan rahim (histerektomi) Setelah histerektomi, seorang
wanita memang tidak akan langsung mengalami menopause, namun
cenderung akan mengalami menopause lebih awal.
3. Pengobatan kanker- Kemoterapi atau radioterapi untuk mengatasi kanker
rahim dapat merusak indung telur.
F. Tahap menopause
Pada dasarnya menopause dibagi menjadi tiga tahap yaitu masa
pramenopause, menopause dan pasca menopause.
1. Pramenopause
176
Pramenopause yaitu masa transisi antara masa ketika wanita mulai
merasakan gejala menopause (biasanya pada pertengahan atau akhir usia
40 tahun) dan pada masa siklus haid benar-benar terhenti (rata-rata 51
tahun). Pada masa pramenopause akan terjadi perubahan fisik yang berarti.
2. Menopause
Masa menopause menandakan haid terakhir. Penentuan masa menopause
hanya bisa dilakukan setelah seorang wanita tidak haid lagi selama 1 tahun
penuh.
3. Pascamenopause
Masa ini adalah masa setelah haid terakhir seorang wanita. Dengan kata
lain, pascamenopause terjadi setelah masa menopause. Biasanya, keadaan
fisik dan psikologisnya sudah dapat menyesuaikan dii dengan perubahan-
perubahan hormonalnya.
Fase-fase pada menopause
Berdasarkan analisis hormonal maka menopause dapat dibagi dalam beberapa
fase:
1. Fase hipolutein sampai alutein
Pertama-tama terjadi gangguan pembentukan korpus luteum yang berarti
gangguan produksi progesterone dan akibatnya terjadi keadaan dominasi
estrogen. Karena itu terjadi gangguan siklus haid yang menjurus terjadinya
perdarahan uterus disfungsional. Karena tidak terjadi ovulasi maka
hormone folikel akan terus dibentuk, maka terdapat keadaan hiperfolikulin
yang berlangsung berbuln-bulan dengan gejala-gejala retensi air, gangguan
kestabilan emosi, dismenoragia dengn hyperplasia glandularis kistika.
2. Fase hipofolikulin
Selanjutnya karena berkurangnya folikel yang responsive terhadap
rangsang gonadotropin maka hormone folikelpun makin lama makin
berkurang, walaupun terdapat sumber estrogen lain. Hal ini akan
menyebabkan involusi alat-alat genetalia dan atrofi vagina. Pengaruh
estrogen terhadap genetalia dapat dikenali dengan melakukan sediaan usap
vagina.
3. Fase poligonadotorpin
177
Karena tidak adanya hormone steroid ovarium maka hipofise anterior
mengeluarkan hormonnya tanpa hambatan. Hal ini akan menyebabkan
hiperfungsi beberapa kelenjar yang tergantung dari hipofise.
Pembentukan berlebihan dari unsur tireotropin akan mengakibatkan
gangguan kelenjar tiroid dan Basedow klimakterik, penurunan fungsi
tiroid akan diikuti dengan miksedema klimakterik. Meningkatnya hormon
kortikotropin dan gonadotropin akan menyebabkan kelenjar adrenal
seolah-olah merupakan gonad ketiga. Hal ini akan mengakibatkan
meningginya hormon pria dan pada saat yang sama menurunnya estrogen
dari ovarium. Secara klinis hal ini akan tampak sebagai proses
maskulinisasi, rambut melebat, suara berat dan dalam dll. Akibat
meningkatnya adrenalin maka dapat pula dimengerti mengapa wanita
klimakterik menjadi hipersensitif.
G. Patofisiologi Menopause
Pada wanita menopause hilangnya fungsi ovarium secara bertahan akan
menurunkan kemampuan menjawab rangsangan hormon-hormon hipofisis untuk
menghasilkan hormon steroid. Saat dilahirkan wanita mempunyai kurang lebih
750.000 folikel primordial. Dengan meningkatnya usia jumlah folikel akan
semakin berkurang. Pada usia 40-44 tahun rata-rata jumlah folikel primordial
menurun sampai 8300 buah, yang di sebabkan oleh adanya proses ovulasi pada
setiap siklus juga karena adanya apoptosis adalah proses folikel primordial mati
dan terhentinya pertumbuhannya. Proses tersebut terjadi terus menerus selama
kehidupan seorang wanita, hingga pada usia sekitar 50 tahun fungsi ovarium
menjadi sangat menurun. Apabila folikel mencapai jumlah yang kritis, maka akan
terjadi gangguan sistem pengaturan hormon yang berakibat terjadinya insufesiansi
korpus luteum, siklus haid anovulatorik dan pada akhirnya terjadi oligomenore.
Perubahan –perubahan yang terjadi dalam vaskularisasi ovarium sebagai
akibat dari proses panuaan dan terjadi skelerosis pada sistem pembuluh darah
ovarium diperkirakan sebagai penyebab gangguan vaskularisasi ovarium. Apabila
volikel sudah tidak tersedia berarti wanita tersebut telah memasuki masa
menopause. Pada usia menopause berat ovarium tinggal setengah atau sepertiga
dari berat yang sebelumnya. Terjadinya proses penuaan dan penurunan fungsi
178
ovarium menyebabkan ovarium tidak mapu menjawa rangsangan hipofisis untuk
untuk menghasilkan hormon steroid.
Ovarium pada masa menopause tidak lagi menghasilkan esteroidiol (E2)
atau inhibin dan progesteron dalam jumlah yang bermakna, dan estrogen hanya di
bentuk dalam jumlah yang kecil. Oleh karena itu FSH (follicle-stimulating
hormone), dan LH (Luteinizing Hormone) tidak lagi di hambat oleh mekanisme
umpan balik negatif estrogen dan progesteron yang telah menurun dan sekresi
FSH dan LH menjadi meningkat dan FSH dan LH plasma meningkat ke tingkat
yang tinggi. Fluktuasi FSH dan LH serta berkurangnya kadar estrogen
menyebabkna munculnya tanda dan gejala menopause, antara lain rasa hangat
yang menyebar dari badan ke wajah (Hot Flashes), gangguan tidur, keringat pada
malam hari, perubahan urigenital,osteopenia /kepadatan tulang rendah, dan lain-
lain.
Menopause secara alami terjadi karena penurunan aktivitas ovarium yang
diikuti dengan penurunan produksi hormon reproduksi. Ini terjadi secara alamiah.
Seorang wanita secara spontan telah memiliki folikel atau indung telur dari sejak
lahir. Namun, folikel – folikel ini matang dan bekerja untuk menghasilkan sel
telur pada saat memasuki usia pubertas yang ditandai dengan proses menstruasi.
Seiring dengan hal tersebut, granulose secara otomatis menghasilkan estrogen
yang merupakan salah satu hormon reproduksi wanita. Estrogen tadi akan
memaksa folikel untuk mengeluarkan sel telur, keluarnya sel telur dari korpus
luteum ini akan meningkatkan produksi estrogen dan progesteron. Progesteron
sendiri menyiapkan tempat pembuahan dengan menebalkan dinding endometrium.
Setiap bulannya jika sel telur tidak jadi dibuahi, akan membuat dinding
endometrium yang menebal tadi luruh. Luruhnya dinding endometrium dibuktikan
dengan keluarnya darah melalui lubang vagina dan inilah yang disebut menstruasi.
Ketika ovarium tidak lagi produktif, folikel yang dihasilkan berkurang maka
rangsangan produksi hormon estrogen dan progesteron pun berangsur – angsur
menurun. Kondisi ini yang semakin lama mencapai titik pada masa klimakterium
dengan keadaan menopause.
Berdasarkan penyebabnya, ada dua tipe menopause yaitu menopause fisiologis
dan artifisial menopause (DeCherney dan Nathan, 2003).
a. Menopause Fisiologis
179
Menopause secara alami terjadi karena penurunan aktivitas ovarium yang
diikuti dengan penurunan produksi hormon reproduksi. Pada saat lahir, bayi
perempuan memiliki 1 – 2 juta oosit, dan pada saat pubertas jumlah ini
berkurang menjadi 300.000 sampai 500.000 (DeCherney dan Nathan, 2003).
Penurunan jumlah folikel terus berlanjut sampai akhirnya folikel-folikel
ovarium mengalami atresia yang berakibat pada terhentinya siklus menstruasi.
b. Artifisial Menopause
1) Menopause karena operasi.
Ini terjadi akibat proses pembedahan, diantaranya operasi rahim
(histerektomi) dan pengangkatan kedua indung telur (oophorectomy
bilateral). Kondisi ini sering disingkat dengan istilah TAHA/BSO. Bila
rahim diangkat dan dinding telur tetap dipertahankan maka masa haid
berhenti namun gejala menopause tetap berlangsung ketika wanita
tersebut mencapai usia menopause alami. Itu artinya wanita tersebut akan
tetap mengeluhkan rasa ketidaknyamanan seperti keringat berlebih, panas
yang dirasakan ditubuh dan kesulitan tidur pada dirinya saat usianya
mencapai
masa klimaterium atau pada kisaran usia 40 tahun ke atas.
2) Menopause karena kondisi medis.
Kemoterapi karena menderita kanker seringkali berakibat pada kondisi
menopause dini sementara ataupun permanen. Obat – obatan anti kanker
dinilai mempengaruhi produksi hormon yang diproduksi oleh indung
telur.
Tidak hanya itu, perilaku dan kebiasaan mengkonsumsi obat – obatan
anti
hipertensi, reumatik dan jantung akan mempercepat datangnya masa
menopause. Obat – obatan ini diduga akan memberikan efek penekanan
produksi hormon – hormon reproduksi.
H. Tanda dan Gejala Klinis Menopause
Gejala Menopause
Gejala menopause terjadi dalam masa perimenopause, yaitu beberapa bulan atau
beberapa tahun sebelum menstruasi berhenti. Durasi dan tingkat keparahan gejala
yang timbul berbeda-beda pada tiap orang. Gejala menopause dapat berupa:
180
1. Perubahan siklus menstruasi
Menstruasi menjadi tidak teratur, kadang terlambat atau lebih awal dari
biasanya (0ligomenorea).
Darah yang keluar saat menstruasi dapat lebih sedikit atau justru lebih
banyak.
2. Perubahan penampilan fisik
Rambut rontok.
Kulit kering.
Payudara kendur.
Berat badan bertambah.
3. Perubahan psikologis
Suasana hati berubah-ubah atau moody.
Sulit tidur.
Depresi
4. Perubahan seksual
Vagina menjadi kering.
Penurunan libido (gairah seksual).
5. Perubahan fisik
Merasa panas atau gerah, sehingga mudah berkeringat. Kondisi ini disebut
hot flashes.
Berkeringat di malam hari.
Pusing.
Jantung berdebar.
Infeksi berulang pada saluran kemih.
Selain mengalami berbagai perubahan di atas, wanita yang telah menopause
menjadi lebih berisiko mengalami penyakit jantung dan osteoporosis.
Menopause ternyata memberi pengaruh ketidaknyamanan. Gejala menopause
dapat dikelompokkan menjadi gejala vasomotor, gejala urogenital, dan gejala
psikologis. Berikut dikemukakan beberapa gejala yang sering muncul pada
kondisi menopause, antara lain:
1. Perubahan Pola Menstuasi (Perdarahan)
Perdarahan merupakan keluarnya darah dari vagina, gejalan ini seringkali akan
terlihat di awal permulaan masa menopause, perdarahan akan terlihat beberapa
kali dalam rentan beberapa bulan dan pada akhirnya akan berhenti sama sekali.
181
2. Rasa Panas (Hot Flush)
Gejala ini dirasakan dimulai dari wajah hingga keseluruh tubuh. Selain terasa
panas juga diikuti warna kemerahan di kuli dan berkeringat. Rasa panas akan
mengusik pola tidur wanita menjadikan wanita dengan hot flushjes akan
kekurangan tidur. Hot flush berlangsung selama 30 detik hingga 5 menit. Keluhan
hot flushes akan menurun sesudah tubuh menyesuaiakan diri.
Hot flashes yaitu perasaan panas, gerah bahkan rasa seperti terbakar pada
area wajah, lengan, leher, dan tubuh bagian atas serta munculnya keringat berlebih
khususnya pada malam hari. Kondisi ini adalah kondisi yang paling sering
dikeluhkan dan menjadi pemberat utama dalam menghadapi masa klimakterium.
3. Keluar Keringan di Malam Hari
Keluar keringan di malam hari dikarenakan hot flushes. Seluruh wanita akan
mengalami gejolak panas ini. Mungkin hanya terasa seolah-olah suhu meningkat
secara tiba-tiba menjadikan muncul kemerahan dan juga keringat yang mengucur
di seluruh tubuh. Rasa panas ini tidak akan membahayakan dan akan segera
berlalu.
4. Kesulitan Tidur
Kesulitan tidur sepanjang malam dengan atau tanpa gangguan keringat.
Kesulitan tidur ini bisa terjadi karena kegelisahan akibat perubahan faal tubuh
atau mungkin keinginan BAK yang datang lebih sering dari biasanya. Kesulitan
tidur yang dialami wanita akan berakibat buruk pada status kesehatannya, dimana
wanita tersebut akan tampak lemah dan pucat
5. Nafsu Makan Bertambah
Nafsu makan bertambah, sehingga wanita tersebut kelihatan lebih gemuk
ditambah lagi pelebaran pada bagian pinggul, pinggang dan paha. Belum
disadaribenar mengapa keinginan makan pada wanita perimenopause meningkat.
Diduga, lemak tubuh akan diolah untuk terus menghasilkan estrogen sehingga
keinginan makan akan bertambah untuk mensubtitusi pemecahan lemak tubuh
tadi.
6. Kerontokan Rambut
Kerontokan rambut membuat menipisnya rambut di kepala, kemaluan dan
seluruh tubuh. Namun bulu – bulu pada area wajah meningkat. Hal ini sejalan
dengan berkurangnya produksi kelenjar dan lapisan lemak pada kulit.
7. Vagina Kering
182
Pada vagina akan terlihat ada perubahan yang terjadi di lapisan dinding vagina.
Pada masa menopause vagina akan terlihat lebih kering dan kurang elastis. Hal ini
disebabkan adanya penurunan hormon estrogen. Efek gejala ini makan akan
muncul rasa sakit di saaat melakukan hubungan seksual.
Vagina kering akibatnya sakit saat melakukan hubungan seks. Keringnya
vagina dapat terjadi karena penurunan produksi hormon estrogen yang secara
berangsur – angsur meminimalkan pengeluaran cairan vagina. Selain itu otot –
otot vagina juga semakin kendur dan daya kontraksinya lebih rendah. Hal ini
secara tidak langsung nantinya berdampak pada menurunnya libido.
8. Inkontenensia
Inkontenensia yaitu sulitnya menahan BAK terutama dalam kondisi bersin,
tertawa, dan terkejut. Ini mengindentifikasikan hilangnya kelenturan otot halus.
Kondisi seperti ini lebih memberatkan saat malam hari karena mengganggu
aktivitas istirahat dan tidur.
9. Gangguan pada Kulit dan Ekstremitas
Gangguan pada kulit dan ekstremitas adanya gelenyar – gelenyar pada
kaki dan tangan yang diakibatkan kurangnya vitamin B12, perubahan kelenturan
pembuluh darah dan menipisnya kadar potassium dan kalsium. Juga kondisi kulit
kering dan pecah – pecah.
Selain gejala fisik seperti yang dikemukakan di atas, terdapat pula gejala
psikis yang menonjol pada wanita menopause seperti : mudah tersinggung, susah
tidur, kecemasan, gangguan daya ingat, stress, depresi, tertekan, gugup dan
kesepian. Ada juga wanita yang kehilangan harga diri karena menurunnya daya
tarik fisik dan seksual, mereka merasa tidak dibutuhkan suami dan keluarga.
Semua tanda dan gejala diatas mulai datang pada waktu yang lebih awal yaitu
sekitar 3 – 5 tahun sebelum menopause atau sebanding dengan usia 40 – 45 tahun.
I. Diagnosis Menopause
Seorang wanita dikatakan mengalami menopause bila menstruasi telah berhenti
selama 12 bulan. Menopause didahului dengan munculnya berbagai perubahan
pada masa perimenopause, yang disebut gejala menopause.
Untuk lebih memastikannya, atau bila dokter mencurigai adanya penyebab lain
dari menopause, dapat dilakukan:
1. Berhenti haid secara fisiologis paling sedikit 12 bulan berturut-turut
2. Adanya gejala dini menopause seperti gejolak panas dan berkeringat banyak.
183
3. Serum estradiol < 20 pg/ml.
4. Serum FSH dan LH > 100 m IU/ml.
5. Pemeriksaan FSH (follicle-stimulating hormone) dan hormon estrogen- Pada
kondisi menopause, kadar FSH akan meningkat, sedangkan kadar estrogen
rendah.
6. Pemeriksaan TSH (thyroid-stimulating hormone) dan hormon tiroid
Pemeriksaan kadar hormon ini untuk memastikan penderita tidak mengalami
hipotiroidisme atau penurunan hormon tiroid, yang dapat menimbulkan gejala
serupa dengan menopause.
J. Penatalaksaan dan Pengobatan Perimenopause
Perimenopause merupakan kondisi alami yang tidak dapat dihindari. Oleh karena
itu, tidak diperlukan obat-obatan untuk mengatasinya. Namun untuk meringankan
gejala perimenopause, dokter kandungan dapat meresepkan beberapa obat berikut
ini:
1. Obat pengganti hormon
Hormon estrogen tetap menjadi penanganan paling efektif untuk meredakan
gejala perimenopause, khususnya hot flashes dan berkeringat di malam hari.
Hormon esterogen bisa diberikan dalam beragam sediaan, mulai dari pil, obat
tempel di kulit, hingga gel atau krim.Untuk menurunkan risiko kanker akibat
penggunaan hormon estrogen, terapi pengganti hormon estrogen dapat
dikombinasikan dengan hormon progesteron.
2. Obat estrogen vaginal
Untuk menangani vagina kering, hormon estrogen dapat langsung dimasukkan
ke dalam vagina menggunakan tablet, ring, atau krim vagina. Estrogen vaginal
ini juga dapat mengurangi rasa nyeri saat melakukan hubungan seksual serta
gangguan saat buang air kecil pada masa perimenopause.
3. Gabapentin
Selain untuk menangani kejang, gabapentin ternyata dapat mengurangi hot
flashes. Dokter akan memberikan gabapentin pada wanita yang tidak bisa
diberikan hormon estrogen.
4. Antidepresan
Beberapa antidepresan dapat mengurangi hot flashes akibat perimenopause.
Obat ini sering diresepkan kepada wanita yang tidak dapat menerima terapi
esterogen karena alasan kesehatan.Selain menggunakan obat yang diresepkan
184
oleh dokter, wanita yang merasakan gejala perimenopause dapat melakukan
hal-hal berikut ini untuk meredakan gejalanya.
185
atau rileks, seperti yoga atau mandi dengan air hangat, terutama menjelang
waktu tidur.
L. Penanganan Menopause oleh Dokter
Bila gejala menopause sangat mengganggu. Terapi ini efektif untuk meredakan
gejala menopause. Terdapat dua jenis terapi pengganti hormon untuk menopause,
yaitu:
1. Terapi pengganti hormon estrogen
Terapi ini diberikan pada wanita yang sudah menjalani operasi pengangkatan
rahim.
2. Terapi kombinasi (estrogen dan progesteron)
Terapi ini diberikan pada wanita yang mengalami menopause secara alami.
Terapi pengganti hormon dapat diberikan dalam bentuk tablet, krim, atau gel.
Namun, terapi ini tidak dianjurkan bagi wanita yang menderita kanker
payudara atau berisiko tinggi mengalami kanker payudara. Selain terapi
pengganti hormon, beberapa jenis obat juga dapat diberikan untuk mengatasi
gejala menopause, antara lain
3. Obat antidepresan
Obat ini diberikan untuk mengatasi gejala hot flashes dan ganguan suasana
hati, bila pil estrogen tidak dapat diberikan karena alasan kesehatan.
4. Gabapentin
Obat kejang ini diberikan untuk mengatasi keringat yang muncul pada malam
hari.
5. Clonidine
Obat untuk hipertensi ini diberikan untuk meredakan gejala hot flashes.
6. Antibiotik
Antibiotik diberikan bila terjadi infeksi berulang pada saluran kemih.
7. Minoxidil
Produk perawatan rambut yang mengandung minoxidil dapat diberikan untuk
mengatasi rambut rontok.
8. Obat tidur
Obat tidur diberikan untuk mengatasi sulit tidur, dan harus dikonsumsi di
bawah pengawasan dokter.
Setelah 3 bulan pengobatan, penderita dianjurkan untuk memeriksakan diri
kembali ke dokter. Setelah itu, pemeriksaan ulang dapat dilakukan setiap satu
186
tahun. Pemeriksaan rutin ini bertujuan untuk memastikan efektivitas
pengobatan yang diberikan, sekaligus memantau kondisi kesehatan pasien.
187
SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP) IBU HAMIL TM II
A. Tujuan
1. Tujuan khusus
Setelah melakukan demo dan penyuluhan kesehatan tentang ibu hamil TM II
pada masa kehamilan selama 20 menit, sasaran atupun ibu hamil tersebut
mampu memahami tentang apa saja kehamilan TM II.
B. Sub pokok bahasa
1. Demo Resiko kehamilan TM II
2. Demo dan Tindakan maupun cara penyelesaian masalah ibu hamil TM II
C. Kegiatan penyuluhan
D. Metode
Ceramah, tanya jawab
E. Alat bantu
Lembar balik
188
F. Evaluasi
Pertanyaan
1. Resiko yang gampang di alami ibu hamil TM II
2. Demo maupun tindakan yang kalian lakukan terhadap kehamilan TM II
MATERI
189
SATUAN ACARA PENYULUHAN(SAP) VAKSINASI COVID 19
Sasaran : Responden
Materi : terlampir
A. Tujuan
1. Tujuan umum
Setelah melakukandemo dan penyuluhan kesehatan tentang vaksinasi covid 19
pada masa pandemi selama 15 menit, sasaran di harapkan mampu memahami
tentang pentingnya melakukan vaksinasi covid 19 demi kesehatan individu
maupun orang sekitar.
2. Tujuan khusus
Setelah di berikan penyuluhan mengenai pentingnya vaksinasi covid 19
a. Mampu memahami demo yang saya sampaikan tentang resiko ketika tidak
melakukan vaksinasi covid 19
b. Memahami tindakan ataupun penyelesaian masalahnya yang saya sudah
demo kan.
B. Sub pokok bahasa
1. Resiko ketika tidak melakukan vaksinasi covid 19
2. Tindakan ataupun cara penyelesaian masalah.
C. Kegiatan penyuluhan
190
3. 3 menit - Menggali - Dapat mengulang
pengetahuan sasaran kembali informasi
denganmemberi yang telah di dapat
pertanyaan
4. - Penutup - Menjawab salam
- Memberi salam
penutup
D. Metode
Ceramah
Tanya jawab
E. Alat bantu
Lembar balik
F. Evaluasi
Pertanyaan
1. Apa sajademo yang kamu sampaikan terhadap resiko ketika tidak melakukan
vaksinasi covid 19?
2. Bagaimana demo atau Tindakan untuk penyelesaian masalah ini?
MATERI
191
SATUAN ACARA PENYULUHAN
Materi : demo yang akan saya lakukan adalah untuk menganjurkan pada ibu
melakukan pemeriksaan HB.
A. Tujuan
1. Tujuan khusus
Setelah melakukan penyuluhan kesehatan tentang ibu hamil yang belum melakukan
pemeriksaan HB selama kehamilan, selama -+15 menit sasaran di harapkan memahami
tentang melakukan pemeriksan HB pada masa kehamilan yang saya sampaikan atau yang
saya demokan.
1. Saya akan melakukan demo terhadap ibu hamil ini tentang betapa pentingnya
memeriksakan kadar HB
2. demo mauupun tindakan penyelesaian masalah yang akan saya lakukan pada ny.i
C. Kegiatan penyuluhan
192
D. Metode
E. Alat bantu
Lembar balik
F. Evaluasi
Pertanyaan
MATERI
1. Saya melakukan demo dengan Resiko ibu hamil yang belum melakukan
pemeriksaan kadar Hb yaitu:
a. Pada ibu hamil:
- Perdarahan
- Eklamsia
- Infeksi
b. Pada janin:
- Berat badan bayi lahir rendah
- Lahir prematur
- Robekan rahim/ruptur uteri serta keguguran
2. Tindakan atau penyelesaian masalahnya yaitu:
- Menganjurkan pada ibu untuk selalu mengkonsumsi sari kurmadengan harga Rp:
20.000 dan sayur sayuran hijau seperti sayur bening dengan harga Rp:5000
ketika hasil dari kadar Hb <11gr/dl/tidak normal
- Makan satu porsi lebih banyak pada saat hamil agar kadar Hb dalam keadaan
normal dengan teratur yaitu 3x sehari dengan mengkonsumsi makanan yang
bergizi seimbang serta makanan pendamping seperti buah buahan apel dan anggur
dengan harga Rp: 40.000
- Saya akan memberikan KIE kepada ibu untuk merencanakan tempat persalinan di
rumah sakit jika ada komlikasi.
193
SATUAN ACARA PENYULUHAN
Pokok Bahasan :demo tentang pergaulan bebas di kalangan remaja laki laki
Pokok bahasan :menyampaikan tujuan demo yang saya susun tentang pergaulan bebas
pada remaja laki2.
Waktu : 20 menit
Sasaran : remaja
B. Tujuan Umum
C. Tujuan Khusus
Setelah mengikuti kegiatan penyuluhan Remaja dapat memahami tentang demo mengenai
bahanya pergaulan bebas di kalangan remaja laki laki.
A. Materi
(Terlampir)
B. METODE
1. Ceramah
2. Tanya Jawab
C. MEDIA
Lembar balik
D. KEGIATAN PEMBELAJARAN
194
3 6 menit Meminta audiens menyimak Menjawab pertanyaan
kembali menyenai materi
yang telah di paparkan
4 2 menit penutup Menjawab salam
E. EVALUASI
a. Jelaskan kembali tentang bahayanya pergaulan bebas di kalangan remaja?
MATERI
195
SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)
PREEKLAMSIA PADA IBU HAMIL
D. Metode
1. Ceramah
2. Tanya jawab
F. Kegiatan Penyuluhan
196
No Waktu Kegiatan penyuluhan Kegiatan ibu
1. Pembukaan 5 Pendahuluan 1.membalas salam
menit 1.penyampaikan salam 2. mendengarkan
2. menjelaskan tujuan 3. memberi respon
3. kontrak waktu
2. Inti 15 menit Inti Mahasiswa menjelaskan : 1. Menanyakanyang belum jelas
1. Apa itu preeklamsia pada ibu 2. Aktif bersamaMenyimpulkan
hamil. c. 3. Membalas salam
2. Etiologi Preeklamsia.
3. Gejalah Preeklamsia /
Menifestasi Klinis
4. Macam-Macam Preeklamsia
5. Factor Resiko Preeklamsia
Pada Ibu Dan Janin
6. Pencegahan Preeklamsia
G. Evaluasi
Prosedur : Post Test
Bentuk : Lisan
Jenis : Tanya jawab
JenisPertanyaan:
1. Apa yang dimaksud dengan preeklamsia pada ibu hamil?
2. Jelaskan etiologi preeklamsia?
3. Sebutkan gejalah-gejalah atau menifestasi klinis preeklamsia?
197
4. Sebutkan macam-macam preeklamsia?
5. Sebutkan factor resiko preeklamsia pada ibu dan janin?
6. Apa pencegahan dari preeklamsia?
MATERI
PREEKLAMSIA PADA IBU HAMIL
1. Pengartian Preeklamsia
2. Etiologi Preeklamsia
Etiologi preeklamsia sampai saat ini belum diketahui dengan pasti. Ditandai
dengan perubahan pembuluh darah plasenta, dengan cepat menyebabkan
gangguan fungsi plasenta, diduga yang berperan menyebabkan hal ini adalah tiga
faktor yaitu maladaptasi imunologi, genetik predisposisi, dan factor media-
vaskular.
3. Gejalah Preeklamsia / Menifestasi Klinis
Tanda dan gejala preeclampsia dibedakan menjadi dua macam yaitu berdasarkan
gambaran klinik ditandai dengan :
a. pertambahan berat badan yang berlebihan
b. edema
c. Hipertensi
d. Proteinuria
198
b. nyeri epigastrium
c. gangguan visus: penglihatan kabur, skotoma, diplopia, mual, muntah
d. gangguan serebral lainnya: reflek meningkat dan tidak tenang.
4. Macam-Macam Preeklamsia
Klasifikasi preeklampsia dibagi menjadi dua golongan yaitu preeklamsia ringan
dan preeklamsia berat.
a. Preeklamsi aringan di tandai dengan pertambahan berat badan, edema umum
di kaki dan muka, hipertensi dengan tekanan darah lebih atau sama dengan
140/90mmHg setelah gestasi20 minggu, proteinuria lebih atau sama dengan
300 mg per liter dan 1+ atau 2+ pada dipstick, danbelum ditemukan gejala-
gejala subyektif.
b. preeklamsia berat ditandai dengan tekanan darah sistolik≥ 160 mmHg dan
tekanan darah diastolic ≥ 110 mmHg, proteinuria 2 gram per liter atau≥ 2+
pada
dipstick, oliguria < 400 ml/24 jam, kreatinin serum > 1,2 mg/dl, nyeri
epigastrium, edema
pulmonum, sakit kepala di daerah frontal, diplopia dan pandangan kabur, serta
perdarahan retina.
5. Factor Resiko Preeklamsia Pada Ibu Dan Janin
Komplikasi preeklampsia dibedakan menjadi komplikasi pada ibu dan komplikasi
pada janin/bayi.
a. Komplikasi pada ibu di antaranya : atonia uteri, sindrom HELLP, gagal ginjal,
perdarahan otak, edema paru, gagal jantung,
b. komplikasi pada janin/bayi seperti asfiksia neonatorum, pertumbuhan bayi
terhambat (Intra Uterin Fetal Retardation), hipoksia intrauteri, kelahiran
prematur dan berat badan lahir
rendah.
6. Pencegahan Preeklamsia
Pencegahan terhadap preeklampsia dibagi menjadi 3 tingkatan, yakni pencegahan
primer, sekunder, dan tersier.
a. Pencegahan primer bertujuan untuk mencegah terjadinya preeklampsia.
Karena patogenesis preeklampsia belum diketahui secara pasti sampai saat ini,
maka pencegahan primer yang paling baik adalah dengan mencegah terjadinya
199
kehamilan, misalnya dengan menggunakan kontrasepsi. Namun, beberapa
modifikasi faktor risiko juga diharapkan dapat mengurangi angka kejadian
preeklampsia, antara lain : memeperpanjang waktu paparan terhadap sperma,
hamil pada usia yang tidak terlalu muda dan tidak terlalu tua, serta memilih
patner yang tidak memiliki riwayat istri dengan preeklampsia sebelumnya.
b. Pencegahan sekunder preeklampsia berarti menghentikan proses perjalanan
penyakit tersebut sebelum mencapai gejala klinis. Pencegahan sekunder ini
hanya dapat dilakukan bila patogenesis penyakit tersebut telah diketahui
dengan jelas, ketersediaan metode untuk deteksi dini, serta intervensi dan
koreksi proses patofisiologi yang sedang terjadi. Banyak penderita
preeklampsia yang tidak
menunjukkan gejala klinis di awal terjadinya penyakit, sehingga deteksi dini
dari preeklampsia akan sangat bermanfaat untuk diagnosis dini preeklampsia.
Saat ini telah banyak penanda yang diajukan sebagai alat untuk membantu
deteksi dini
preeklampsia, termasuk salah satunya adalah C-Reactive Protein yang akan
dibahas
lebih mendalam di bagian selanjutnya.
c. Pencegahan tersier preeklampsia merupakan upaya untuk mencegah terjadinya
komplikasi yang ditimbulkan dari penyakit tersebut. Tanpa diragukan, asuhan
antenatal memiliki peranan penting dalam pencegahan tersier preeclampsia
yang pada akhirnya diharapkan dapat menurunkan angka mortalitas dan
morbiditas. Melalui asuhan antenatal yang rutin kita dapat memberikan terapi
dini terhadap penderita preeklampsia dan memonitor keberhasilan terapi yang
diberikan
REFERENSI
200
RI: 2014.
201
SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)
KEHAMILAN RESIKO TINGGI PADA IBU HAMIL
K. Metode
3. Ceramah
4. Tanya jawab
L. Media dan Alat Peraga
2. Leaflat
M. Kegiatan Penyuluhan
202
menit 1.penyampaikan salam 2. mendengarkan
2. menjelaskan tujuan 3. memberi respon
3. kontrak waktu
2. Inti 15 menit Inti Mahasiswa menjelaskan : 1. Menanyakanyang belum jelas
7. Apa itu kehamilan resiko 2. Aktif bersamaMenyimpulkan
tinggi. c. 3. Membalas salam
8. Etiologi kehamilan resiko
tinggi.
9. Macam-Macam kehamilan
resiko tinggi
10. Factor Resiko kehamilan
resiko tinggi
N. Evaluasi
Prosedur : Post Test
Bentuk : Lisan
Jenis : Tanya jawab
JenisPertanyaan:
7. Apa yang dimaksud dengan kehamilan resiko tinggi pada ibu hamil?
8. Jelaskan etiologi kehamilan resiko tinggi?
9. Sebutkan macam-macam kehamilan resiko tinggi?
10. Sebutkan dan jelaskan factor resiko kehamilan resiko tinggi?
MATERI
203
KEHAMILAN RESIKO TINGGI PADA IBU HAMIL
204
c. Faktor kamplikasi pada ibu paritas akan mengganggu kesehatan ibu misalnya
anemia, perut ibu terlihat menggantung, kehamilan letak lintang, persalinan
lama,
perdarahan paska persalinan, solusio plasenta dan plasenta previa.
d. Risiko tinggi pada Ibu hamil yang jarak kehamilan < 2 tahun sangat
memungkinkan terjadinya perdarahan karena kondisi ibu lemah, melahirkan
prematur dan melahirkan
BBLR (Astuti, dkk, 2017).
DAFTAR PUSTAKA
Astuti, Sri, dkk. 2017. AsuhanIbu Dalam Masa Kehamilan Buku Ajar Kebidanan
Antenatal Care; Erlangga, Yogyakarta.
Christiyanti, Joan, dkk. 2014. PersepsiIbu Hamil Dengan Faktor Resiko Tinggi
205
SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)
BAHAYA MEROKOK
206
2. menjelaskan tujuan 3. memberi respon
3. kontrak waktu
2. Inti 15 menit Inti Mahasiswa menjelaskan : 1. Menanyakanyang belum jelas
11. Apa itu rokok. 2. Aktif bersamaMenyimpulkan
12. Kandungan dalam rokok. c. 3. Membalas salam
13. Penyebab orang merokok
14. Bahaya merokok
15. Kategori perokok
U. Evaluasi
Prosedur : Post Test
Bentuk : Lisan
Jenis : Tanya jawab
JenisPertanyaan:
11. Apa yang dimaksud dengan rokok?
12. Sebutkan dan Jelaskan kandungan yang ada pada rokok?
13. Sebutkan dan jelaskan penyebab orang merokok?
14. Jelaskan bahaya merokok?
15. Sebutkan dan jelaskan kategori merokok?
MATERI
BAHAYA MEROKOK
1. Pengertian rokok
Rokok mengandung zat adiktif yang bila digunakan mengakibatkan
bahaya bagi kesehatan individu maupun masyarakat. Rokok adalah salah satu
207
produk tembakau yang dimaksudkan untuk dibakar, dihisap dan atau dihirup
termasuk rokok kretek, rokok putih, cerutu atau bentuk lainnya yang dihasilkan
dari tanaman Nicotiana Tabacum, Nicotiana Rustica, dan spesies lainnya atau
sintesisnya yang asapnya mengandung nikotin dan tar dengan atau tanpa bahan
tambahan.
Menurut data WHO, bila dilihat berdasarkan proporsi perokok di
Indonesia, negara Indonesia merupakan negara ketiga dengan jumlah perokok
terbesar di dunia setelah Cina dan India. ASEAN merupakan kawasan dengan
10% dari seluruh perokok di dunia. Presentase perokok pada penduduk di negara
ASEAN, Indonesia menduduki peringkat pertama yaitu dengan jumlah perokok
46,16% (Kemenkes, 2015b).
Merokok menimbulkan beban kesehatan, sosial, ekonomi dan lingkungan
tidak saja bagi perokok tetapi juga bagi orang lain. Seseorang yang bukan perokok
namun terpaksa menghisap atau menghirup asap rokok yang dikeluarkan oleh
perokok disebut perokok pasif.
2. Kandungan dalam rokok
Rokok mengandung 4000 jenis senyawa kimia. Sebanyak 400 jenis diantaranya
adalah termasuk zat berbahaya dan 43 jenis yang tergolong karsinogenik (zat
penyebab kanker). Zat yang terkandung antara lain:
a. Nikotin
Nikotin, adalah zat berbahaya yang menyebabkan kecanduan (adiktif). Nikotin
bekerja di otak yang akan merangsang pelepasan zat dopamin yang memberi
rasa nyaman yang menyebabkan rasa ketergantungan.
b. Tar
adalah cairan dan partikel-partikel kecil yang berasal dari asap rokok yang
lengket bersama membentuk bahan yang berwarna hitam kecoklat-coklatan
dan
bau. Tar mengandung bahan kimia yang beracun, dapat merusak paru-paru
dan
menyebabkan kanker.
c. Karbon Monoksida (CO)
Karbon Monoksida (CO), adalah salah satu gas beracun yang menurunkan
kandungan oksigen dalam darah.
d. Sianida,
208
menghambat penggunaan oksigen di dalam sel.
e. Benzopyrene
adalah bahan atau substansi yang terdapat di dalam tar dan mengendap di
saluran udara: mulut, pangkal tenggorokan, cabang tenggorokan dan paru-
paru, serta masih banyak lagi bahan kimia yang beracun berada pada sebatang
rokok.
3. Penyebab orang merokok
a. Faktor Orang Tua
Seseorang yang berasal keluarga yang konservatif (keluarga yang menjaga dan
memperhatikan anak-anaknya) lebih sulit untuk terlibat dengan
rokok.sedangkan seseorang yang berasal dari keluarga yang permisif (keluarga
yang tidak terlalu menjaga anaknya dan menerima perilaku anak) cenderung
akan mudah untuk terlibat dengan rokok.
b. Faktor Teman Sebaya
Kajian telah menunjukkan bahwa remaja yang masih mempunyai kawan-
kawan yang merokok adalah lebih mungkin merokok berbanding dengan yang
sebaliknya.banyak orang terdorong menjadi perokok pemula karena untuk
menyesuaikan diri pada sebuah komunitas pergaulan. Rokok membuat mereka
merasa lebih diterima
oleh banyak orang.
c. Faktor Kepribadian
Orang mencoba untuk merokok karena alas an ingin tahu atau ingin
melepaskan diri dari rasa sakit dan kebosanan. Secara kepribadian, kondisi
mental yang sedang menurun nseperti stress, gelisah, takut, kecewa, dan putus
asa sering mendorong orang untuk menghisap asap rokok. Mereka merasa
lebih tenang dan lebih mudah melewati masamasa sulit setelah merokok.
d. Faktor Iklan.
Iklan merupakan media informasi yang dibuat sedemikian rupa sehingga dapat
menarik para konsumen atau khalayak secara sukarela terdorong untuk
melakukan suatu tindakan sesuai dengan yang diinginkan pengiklan.
Banyaknya iklan rokok dimedia cetak, elektronik dan media luar ruang telah
mendorong rasa ingin tahu penonton termasuk remaja tentang produk rokok
4. Bahaya Rokok
209
Konsumsi rokok dapat mengakibatkan masalah kesehatan. Penyakit yang
disebabkan oleh rokok antara lain: Kanker, penyakit jantun, bronchitis, gangguan
kehamilan dan janin, membuat rambut rontok, katarak, kulit keriput, pendengaran
terganggu, osteoporosis, tukak lambung, kanker uterus, kanker kulit, disklorasi
jari-jari, karies, serta menyebabkan kerusakan sperma.
Bagi perokok aktif, ancaman terkena penyakit jantung dan stroke menjadi
dua kali lebih besar.
Perokok pasif juga memiliki resiko terkena penyakit akibat asap rokok
seperti kerusakan paru-paru, penyakit jantung, sakit tenggorokan, dan batuk.
DAFTAR PUSTAKA
Amazin. Co. 4 Efek Buruk Asap Rokok pada Kesehatan dan Perkembangan janin.
http://www.amazine.co/39395/4-efek-buruk-asap-rokok-pada kesehatan
perkembangan
Asizah, Nur. (2015). Faktor Individu yang Berhubungan dengan Tindakan Merokok
Mahasiswa
210
di Universitas Hasanuddin. Skripsi. Universitas Hasanuddin.
Damayanti, I. 2013. Hubungan Ibu Hamil Perokok Pasif terhadap Kejadian Ketuban
Pecah
211
SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)
Tempat : -
Hari/Tanggal :
Waktu : 30 menit
212
HbsAg
Penutup 5 menit 1. penegasan materi 1. menjawab Tanya
2. meminta ibu untuk pertanyaan yang jawab
menjelaskan kembali diberikan
yang telah di 2. menjawab
sampaikan dengan salam
singkat menggunakan
bahasa klien atau ibu
sendiri
3. menutup acara
dengan
mmengucapkan salam
(hepatitis)
5. Mengetahui cara penularan penyakit HbsAg (hepatiis)
III. KEGIATAN PENYULUHAN
IV. EVALUASI
V. MATERI
(Terlampir)
213
B. Gejala Penyakit Hepatitis B
214
D. Cara Penularan
E. Pencegahan Hepatitis B
215
SATUAN ACARA PENYULUHAN
Waktu/Tanggal :
Tempat :-
216
Penyajian 10 Menjelaskan materi Mendengarkan Ceramah Leaflet
menit 1. Menjelaskan dan dan tanya
pengertian gizi balita memperhatikan jawab
2. Menjelaksakan Mengajukan
manfaat makanan pertanyaan
bergizi diusia balita
3. Menyusun menu
sehat bagi balita
4. Memilih makanan
yang bergizi bagi
belita.
Penutup 5 menit 1. Penegasan materi menjawab Tanya
2. meminta ibu untuk pertanyaan jawab
menjelaskan kembali yang diberikan
yang telah di menjawab
sampaikan dengan salam
singkat
menggunakan bahasa
klien atau ibu sendiri
3. menutup acara
dengan
mengucapkan salam
IV. EVALUASI
V. MATERI
(Terlampir)
VI. MATERI GIZI BALITA
A. PENGERTIAN
217
Di usia balita, seorang anak membutuhkan berbagai nutrisi
untuk membantu memaksimalkan perkembangan otak dan juga
menjaga tubuhnya sehat dan kuat.
Usia balita adalah usia kritis dimana seorang anak akan
bertumbuh dengan pesat baik secara fisik maupun mental. Dimasa-
masa inilah seorang anak sangat membutuhkan nutrisi yang dapat
membantu pertumbuhan dan perkembangan tubuh dan otaknya. Gizi
yang tepat dan lengkap akan memberikan dampak yang positif bagi
tumbuh kembang otak dan juga fisik. Jadi gizi pada usia balita
sangat bermanfaat bagi pertumbuhan otak dan tumbuh kembang
balita.
Mengatur Makanan Anak Usia (1-5 Thn)
219
Upaya pemerintah dalam menyelenggarakan jaminan sosial dan
jaminan kesehatan yaitu membentuk Badan Penyelenggara Jaminan
Sosial Kesehatan (BPJS Kesehatan) pada 1 Januari 2014 berdasarkan
Undang-undang Nomor 24 tahun 2011. Peserta BPJS kesehatan berhak
mendapatkan pelayanan kesehatan secara menyeluruh yang terdiri dari
pelayanan kesehatan tingkat pertama, pelayanan kesehatan rujukan
tingkat lanjutan, pelayanan persalinan, pelayanan gawat darurat, dan
pelayanan ambulan yang berkualitas dan berkeadilan.
220
SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)
Sub topik : Resiko yang terjadi pada ibu hamil yang berumur lebih dari 35 tahun dan
cara yang harus ibu lakukan untuk menghindari masalah tersebut.
Hari/tanggal :
Waktu :
221
VIII. KEGIATAN PENYULUHAN
3 10 Evaluasi : Menjawab
Menit Menanyakan kembali kepada pertanyaan
ibu tentang materi yang telah
disampaikan.
4 5 Terminasi : Mendengarkan
Menit Mengucapkan terimakasih atas Menjawab salam
peran serta peserta.
Mengucapakan salam penutup
IX. PENGORGANISASIAN
Pembawa acara :
Pembicara :
Fasilitator :
Observer :
222
MATERI
Resiko Ibu Hamil Yang Berumur Lebih Dari 35 Tahun
1. Resiko yang dapat terjadi pada ibu hamil yang berumur lebih dari 35 tahun
a. Penyakit diabetes gestasional : disebabkan karena pengaruh hormon
kehamilan pada usia diatas 35 tahun lebih tinggi. Jadi untuk ibu hamil di atas
umur 35 tahun harus bisa mengatasi kadar gula dalam darah melalui asupan
makanan yang sehat, dan tidak lupa melakukan olahraga untuk mencegah
penyakit diabetes gestasional ini semakin memburuk.
b. Perdarahan yang Banyak
Pada ibu hamil dengan usia 35 tahun atau lebih, perdarahan yang banyak
disebabkan oleh peningkatan kadar gula darah secara drastis selama kehamilan
yang menyebabkan janin semakin besar. Janin yang semakin besar akan
menyebabkan peregangan berlebihan pada rahim dan ini akan mengganggu
kontraksi, sehingga dapat menyebabkan perdarahan.
c. Keguguran adalah kamatian janin dalam kandungan sebelum usia kehamilan
mencapai 20 minggu. Untuk mencegah hal ini periksakan kehamilan secara
rutin dan mengonsumsi vitamin.
d. Bayi lahir caesar : ibu hamil dengan usia di atas 35 tahun rentan menderita
komplikasi penyakit saat hamil sehingga bayi harus dilahirkan dengan operasi
caesar, salah satunya karena plasenta previa yaitu keadaan plasenta yang
menghalangi leher rahim (serviks).
e. Penyakit hipertensi gestasional : kerena kehamilan di atas 35 tahun rentan
menderita hipertensi gestasional (tekanan darah tinggi selama kehamilan),
hipertensi gestasional dapat mengurangi suplai darah ke plasenta hingga bayi
kesulitan untuk mendapatkan oksigen dan nutrisi yang dibutuhkan untuk
perkembangannya. Lakukan pemeriksaan secara rutin ke dokter/bidan untuk
memantau tekanan darah dan perkembangan janin.
f. Kelahiran prematur dan bayi BBLR : ibu hamil yang berusia di atas 35 tahun
rentan melahirkan bayi prematur dan bayi BBLR. Bayi prematur (sebelum
usia kandungan 37 minggu) biasanya mengalami BBLR (Berat Badan Lahir
Rendah). Hal ini dikarenakan pertumbuhan dan perkembangan bayi belum
223
sempurna saat dilahirkan, bayi yang lahir terlalu kecil dapat meningkatkan
risiko bayi memiliki masalah kesehatan pada usia selanjutnya.
g. Ketidak normalan kromosom : bayi yang lahir dari perempuan yang berusia di
atas 35 tahun dapat meningkatkan resiko terkena penyakit yang disebabkan
oleh kelainan kromosom, seperti down syndrom.
2. Cara yang harus ibu lakukan untuk menghindari kehamilan resiko tinggi yaitu :
Bagi ibu hamil yang berumur lebih dari 35 tahun dianjurkan untuk menggunakan
kontrasepsi mantap atau kontrasepsi jangka panjang seperti (Implan, IUD dan
MOW).
224
SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)
Waktu : 1 x 30 menit
XVIII. SASARAN
Anak BALITA
XIX. MATERI
1. Pengertian gizi
2. Kurang Gizi
225
3. Penyebab kurang gizi
4. Akibat kurang gizi
5. Cara memasak yang tepat
6. Pola pemberian makanan pada bayi umur 2-5 tahun
XX. METODE
5. Penyuluhan
6. Tanya Jawab
XXI. MEDIA
Leaflet kebutuhan nutrisi pada BALITA
226
9. Menjelaskan tujuan
kegiatan
10. Menyebutkan
materi yang akan
diberikan
2. Pelaksanaan 7. Menjelaskan Mendengarkan 15 menit Leaflet Miftahul
pengertian gizi dengan penuh Khairah
8. Menjelaskan perhatian
penyebab kurang
gizi
9. Menjelaskaan
akibat kekurangan
gizi
10. Menjelaskan cara
memasak yang
benar
11. Menjelaskan pola
pemberian makanan
pada bayi umur 2-5
tahun.
3. Penutup 9. Memberi 7. Peserta 12 menit - Miftahul
kesempatan kepada bertanya Khairah
peserta untuk 8. Peserta aktif
bertanya menjawab
10. Mengevaluasi bersama
peserta 9. Membalas
11. Mengucapkan salam
terimakasih
12. Mengucapkan
salam penutup
XXIV. PENGORGANISASIAN
1. Pembawa Acara ; Miftahul Khairah
227
2. Pembicara ; Miftahul Khairah
A. Pengertian Gizi
Gizi adalah makanan dan zat-zat yang dibutuhkan oleh tubuh yang berhubungan
dengan kesehatan untuk mempertahankan kehidupan, pertumbuhan dan fungsi
organ tubuh
B. Kekurangan Gizi
Kurang gizi terjadi ketika zat gizi tidak terpenuhi sehingga terjadi perubahan
tubuh yaitu kurus, lemah dan pucatTanda-tanda kurang gizi yaitu badan kurus,
kulit kering kusamlemas dan pucat, mata , kaki dan tangan bengkak
C. Penyebab
1. Kurang makan
2. Makanan Yang tidak seimbang
3. Makanan yang tidak teratur
4. Salah dalam pengolahan makanan
D. Akibat Kekurangan Gizi
1. Gangguan pertumbuhan
2. Mudah sakit
3. Kurang cerdas
E. Cara Memasak yang Tepat
Dalam mengolah makanan harus diperhatikan jenis bahan makanan yang ada,
misalnya sayuran sebelum dipotong, dicuci terlebih dahuludan dalam merebus
atau mengukus tidak boleh lebihdari 20 menit, sedangkan dalam menggoreng ikan
tidak boleh sampai kering. Agar gizi yang terkandung dalam makanan tidak
hilang.
Catatan:
1. Cucilah tangan sebelum menyuapkan makanan pada balita
3. Pakailah bahan makanan yang baik dan aman, peralatan masak yang bersih dan
cara memasak yang benar
F. Pola Pemberian Makanan pada bayi umur 2-5 Tahun
Pada bayi umur 2 sampai 5 tahun dapat diberikan susu 2 sampai 3 kali sehari,
buah 1 kali sehari, makanan seperti keluarga 3 kali sehari dan makanan kecil 1
kali sehari
228
SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)
Topik : KB
Waktu : 1 x 30 menit
XXVII. SASARAN
Ibu hamil umur 37 tahun
XXVIII. MATERI
1. Pengertian KB Implant
2. Macam-macam Alat Kontrasepsi
3. Cara Kerja KB Implant
229
4. Keuntungan dan Kerugian KB Implant
5. Indikasi dan kontraindikasi KB Implant
6. Efek Samping KB Implant
XXIX. METODE
1. Penyuluhan
2. Tanya Jawab
XXX. MEDIA
Leaflet KB Implant
XXXI. KRITERIA EVALUASI
1. Evaluasi Struktur
Peserta hadir ditempat penyuluhan
Penyelenggaraan penyuluhan di halaman rumah peserta
2. Evaluasi Proses
Peserta antusias terhadap materi penyuluhan
Tidak ada peserta yang meninggalkan tempat penyuluhan
Peserta mengajukan pertanyaan dan menjawab pertanyaan secara benar
3. Evaluasi Hasil
Ibu yang hadir mengerti tentang apa itu KB Implant
Jumlah kehadiran dalam penyuluhan yaitu minimal semua anggota
keluarga
XXXII. KEGIATAN PENYULUHAN
SAP PENYULUHAN
MENOPAUSE
N Tahapan KegiatanPemberi Responden Waktu Media Penyuluh
o Penyuluh
1. Pembukaan 11. Mengucapkan Menjawab 3 - Miftahul
salam salam, menit Khairah
12. Memperkenalka Mendengarkan,
n diri dan
13. Menjelaskan memperhatikan
tujuan kegiatan
14. Menyebutkan
materi yang akan
230
diberikan
2. Pelaksanaan 12. Menjelaskan Mendengarkan 15 Leaflet Miftahul
pengertian KB dengan penuh menit Khairah
Implant perhatian
13. Menjelaskan Macam-
macam alat-alat
kontrasepsi
14. Menjelaskan Cara
Kerja KB Implant
15. Menjelaskan
Keuntungan dan
Kerugian KB Implant
16. Menjelaskan Indikasi
dan Kontraindikasi
KB Implant
17. Menjelaskan Efek
Samping KB Implant
XXXIII. PENGORGANISASIAN
1. Pembawa Acara ; Miftahul Khairah
2. Pembicara ; Miftahul Khairah
231
MATERI PENYULUHAN
ALAT KONTRASEPSI IMPLANT
A. Pengertian KB
Keluarga Berencana adalah sarana bagi setiap keluarga baru untuk merencanakan
pembentukan keluarga yang ideal, bahagia dan sejahtera lahir batin
C. Pengertian KB Implant
KB Implant adalah salahsatu alat kontrasepsi yang dipasang pada lengan atas
yang dimasukkan kebawah kulit, mengandung hormon progestin dab bersifat
jangka panjang, dapat mencegah terjadinya kehamilan antara tiga hingga lima
tahun
232
3. Haid tidak teratur atau tidak haid samasekali.
F. Indikasi dan Kontraindikasi
Indikasi ;
1. Wanita yang dalam masa menyusui atau 6 minggu setelah menyusui
2. Wanita pasca keguguran
3. Wanita usia reproduksi
4. Tekanan darah <180/110 MmHg
5. Wanita yang ingin kontrasepsi jangka panjang
Kontraindikasi;
1. Hamil atau diduga hamil
2. Tidak dapat menerima perubahan pola haid
3. Perdarahan pervaginam yang tidak diketahui penyebabnya
4. Penyakit jantung, kanker payudara
5. Obesitas
G. Efek Samping
1. Amenorea
2. Spotting atau bercak darah
3. Ekspulsi
4. Infeksi pada daerah insersia
5. Berat badan naik/turun
6. Sakit kepala dan timbul jerawat
233
Satuan Acara Penyuluhan (SAP)
Pemeriksaan Lengkap Laboratorium pada Ibu Hamil
234
menit 6. Memperkenalkan diri salam dan
7. Menjelaskan tujuan - Mendengarkan tanya
kegiatan yang akan - Mendengarkan jawab
dilakukan dan Menyimak
8. Kegiatan Inti:
- Menjelaskan Pengertian
jenis- jenis pemeriksaan - Mendengarkan
hamil.
- Menjelaskan manfaat dari
- Mendengarkan
pemeriksaan laboratorium
dan Menyimak
pada ibu hamil.
9. Evaluasi:
- Memberikan
- Mendengarkan
kesempatan pada ibu
dan Menyimak
untuk memberikan
pertanyaan
- Menanyakan kembali
- Mendengarkan
pada peserta penyuluh
dan Menyimak
tentang materi yang
disampaikan
- Menyimpulkan hasil - Mendengarkan
penyuluhan dan Menyimak
- Ibu bertanya
- Ibu
235
menyampaikan
kembali materi
yang sudah
disampaikan
3 Penutup 5 2. Mengucapkan salam - Menjawab
menit salam
DAFTAR PUSTAKA
Aryawati, W. (2016). Pengembangan Model Pencegahan Resiko Tinggi Model
Kehamilan dan Persalinan yang Terencana dan Antisipatif (regite) the Development
of Regita Model For Prevention of High Risk Pregenancy and Childbrith Plannedand
Anticipatory.
236
PHBS
237
Sehat Dirumah Tangga
3. Apa manfaat ruma tangga ber
PHBS ?
3. 40 menit Evaluasi Merespon dan bertanya
1. Memberikan kesempatan
kepada ibu-ibu untuk bertanya
238
aman,bersih, dan steril sehingga mencegah terjadinya infeksi dan bahaya
kesehatan lainnya.
2. Memberi bayi asi ekslusif.
Adalah bayi usia 0-6 hanya diberi ASI saja tanpa memberikan tambahan
makanan atau minuman lain. ASI adalah makanan alamiah berupa cairan dengan
kandungan gizi yang cukup dan sesuai untuk kebutuhan bayi, sehingga bayi
tumbuh dan berkembang dengan baik. Air Susu ibu pertama berupa cairan bening
berwarna kekuningan (kolostrum), sangat baik untuk bayi karena mengandung
zat kekebalan terhadap penyakit
Apa manfaat memberikan ASI?
Bagi ibu:
a. Menjalin hubungan kasih sayang antara ibu dengan bayi.
b. Mengurangi pendarahan setelah persalinan.
c. Mampercepat pemulihan kesehatan ibu.
d. Menunda kehamilan berikutnya.
e. Mengurangi resiko terkena kanker payudara.
Bagi bayi:
a. Bayi lebih sehat, lincah dan tidak cengeng.
b. Bayi tidak sering sakit.
Bagi keluarga:
a. Praktis dan tidak perlu mengeluarkan biaya untuk pembelian susu formula
dan perlengkapannya.
b. Tidak perlu waktu dan tenaga untuk menyediakan susu formula misalnya
merebus air dan perlengkapannya.
3. Menimbang balita setiap bulan.
a. Mengapa balita perlu di timbang setiap bulan?
Penimbangan balita di maksudkan untuk memantau pertumbuhannya setiap
bulan.
b. Kapan dan di mana penimbangan balita di lakukan?
Penimbangan balita di lakukan setiap bulan mulai dari umur 1 tahun sampai 5
tahun diposyandu.
c. Bagaimana mengetahui pertumbuhan dan perkembangan balita?
239
Setelah balita ditimbang di buku KIA (kesehatan ibu dan anak) atau kartu
menuju sehat (KMS) maka akan terlihat berat badannya naik atau tidak naik
(lihat perkembangannya)
4. Menggunakan air bersih.
Mengapa kita harus menggunakan air bersih? Air adalah kebutuhan dasar yang
dipergunakan sehari-hari untuk minum, memasak, mandi, berkumur,
membersihkan lantai, mencuci alat-alat dapur, mencuci pakaian, dan sebagainya,
Agar kita tidak terkena penyakit atau terhindar sakit.
Apa syarat-syarat air bersih itu? Air bersih secara fisik dapat dibedakan melalui
indra kita, antara lain (dapat dilihat, dirasa, dicium, dan diraba):
a. Air harus berwarna bening/jernih.
b. Air tidak keruh, harus bebas dari pasir, debu, lumpur, sampah, busa dan
kotoran lainnya.
c. Air tidak berasa, tidak berasa asin, tidak berasa asam, tidak payau, dan tidak
pahit harus bebas dari bahan kimia beracun.
d. Air tidak berbau seperti bau amis, anyir, busuk atau belerang.
Apa manfaat menggunakan air bersih?
a. Terhindar dari gangguan penyakit seperti Diare, Kolera, Disentri, Thypus,
Kecacingan, penyakit mata, penyakit kulit atau keracunan.
b. Setiap anggota keluarga terpelihara kebersihan dirinya.
Di mana dapat memperoleh sumber air bersih?
a. Mata air
b. Air sumur atau air sumur pompa
c. Air ledeng atau perusahaan air minum
d. Air hujan
e. Air dalam kemasan
Mengapa air bersih harus dimasak mendidih bila ingin diminum?
Meski terlihat bersih, air belum tentu bebas kuman penyakit. kuman penyakit
dalam air mati pada suhu 100 derajat C (saat mendidih).
5. Mencuci tangan dengan air bersih dan sabun.
Mengapa harus mencuci tangan dengan menggunakan air bersih dan sabun?
Air yang tidak bersih banyak mengandung kuman dan bakteri penyebab penyakit.
Bila digunakan, kuman berpindah ke tangan. Pada saat makan, kuman dengan
cepat masuk ke dalam tubuh, yang bisa menimbulkan penyakit. Sabun dapat
240
membersihkan kotoran dan membunuh kuman, karena tanpa sabun kotoran dan
kuman masih tertinggal di tangan.
Kapan saja harus mencuci tangan?
a. Setiap kali tangan kita kotor (setelah; memegang uang, memegang binatang,
berkebun, dll).
b. Setelah buang air besar
c. Setelah menceboki bayi atau anak
d. Sebelum makan dan menyuapi anak
e. Sebelum memegang makanan
f. Sebelum menyusui bayi
Apa manfaat mencuci tangan?
a. Membunuh kuman penyakit yang ada ditangan
b. Mencegah penularan penyakit seperti Diare, Kolera Disentri, Typus,
kecacingan, penyakit kulit, Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA), Flu
burung atau Severe Acute Respiratory Syndrome (SARS).
c. Tangan menjadi bersih dan bebas dari kuman.
Bagaimana cara mencuci tangan yang benar?
a. Cuci tangan dengan air bersih yang mengalir dan memakai sabun.
b. Bersihkan telapak, pergelangan tangan, sela-sela jari dan punggung tangan.
c. Setelah itu keringkan dengan lap bersih.
6. Menggunakan jamban sehat.
Jamban adalah suatu ruangan yang mempunyai fasilitas pembuangan kotoran
manusia yang terdiri atas tempat jongkok atau tempat duduk dengan leher angsa
(cemplung) yang dilengkapi dengan unit penampungan kotoran dan air untuk
membersihkannya.
Siapa yang diharapkan menggunakan jamban?
Setiap anggota rumah tangga harus menggunakan jamban untuk buang air
besar/buang air kecil.
Mengapa harus menggunakan jamban?
a. Menjaga lingkungan bersih, sehat, dan tidak berbau.
b. Tidak mencemari sumber air yang ada disekitarnya.
c. Tidak mengundang datangnya lalat atau serangga yang dapat menjadi penular
penyakit Diare, Kolera Disentri,Typus, kecacingan, penyakit saluran
pencernaan, penyakit kulit, dan keracunan.
241
Apa saja syarat jamban sehat?
a. Tidak mencemari sumber air minum (jarak antara sumber air minum dengan
lubang penampungan minimal 10 meter)
b. berbau.
c. Kotoran tidak dapat dijamah oleh serangga dan tikus.
d. Tidak mencemari tanah sekitarnya.
e. mudah dibersihkan dan aman digunakan.
f. Dilengkapi dinding dan atap pelindung.
g. Penerangan dan ventilasi yang cukup.
h. Lantai kedap air dan luas ruangan memadai.
i. Tersedia air, sabun, dan alat pembersih.
Bagaimana cara memelihara jamban sehat?
a. Lantai jamban hendaknya selalu bersih dan tidak ada genangan air.
b. Bersihkan jamban secara teratur sehingga ruang jamban dalam keadaan
bersih.
c. Di dalam jamban tidak ada kotoran yang terlihat.
d. Tidak ada serangga,(kecoa,lalat,) dan tikus yang berkeliaran.
e. Tersedia alat pembersih (sabun, sikat, dan air bersih).
f. Bila ada kerusakan, segera perbaiki.
7. Memberantas jentik di rumah sekali seminggu.
Apa itu rumah bebas jentik?
Rumah bebas jentik adalah rumah tangga yang setelah dilakukan pemeriksaan
jentik secara berkala tidak terdapat jentik nyamuk.
Apa itu pemeriksaan jentik berkala (PJB)?
Adalah pemeriksaan tempat-tempat perkembangbiakan nyamuk (tempat-tempat
penampungan air) yang ada didalam rumah seperti bak mandi/WC, vas bunga,
tatakan kulkas, dll dan diluar rumah seperti talang air, alas pot kembang, ketiak
daun, lubang pohon, pagar bambu, dll yang dilakukan secara teratur sekali dalam
seminggu.
Siapa yang melakukan Pemeriksaan Jentik Berkala?
a. Anggota rumah tangga
b. Kader
c. Juru pemantau jentik (Jumatik)
d. Tenga pemeriksa jentik lainnya.
242
e. Apa yang pelu dilakukan agar Rumah Bebas Jentik?
Lakukan Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) dengan cara :
a. 3 M plus (Menguras, Menutup, Mengubur, plus Menghindari gigitan
nyamuk).
b. PSN merupakan kegiatan memberantas telur, jentik, dan kepompong nyamuk
penular berbagai penyakit seperti Demam Berdarah Dengue, Chikungunya,
Malaria, Filariasis (kaki gajah) di tempat-tempat perkembangannya.
3M Plus adalah tiga cara plus yang dilakukan pada saat PSN yaitu:
a. Menguras dan menyikat tempat-tempat penampungan air seperti bak mandi,
tatakan kulkas, tatakan pot kembang dan tempat air minum burung.
b. Menutup rapat-rapat tempat penampungan air seperti lubang bak control,
lubang pohon, lekukan-lekukan yang dapat menampung air hujan.
c. Mengubur ataumenyingkirkan barang-barang bekas yang dapat menampung
air seperti ban bekas, kaleng bekas, plastik-plastik yang dibuang sembarangan
(bekas botol/gelas akua, plastik kresek, dll).
Plus Menghindari gigitan nyamuk, yaitu:
a. Menggunakan kelambu ketika tidur.
b. Memakai obat yang dapat mencegah gigitan nyamuk, misalnya obat nyamuk ;
bakar, semprot, oles/usap ke kulit, dll.
c. Menghindari kebiasaan menggantung pakaian didalam kamar.
d. Mengupayakan pencahayaan dan ventilasi yang memadai
e. Memperbaiki saluran talang air yang rusak
f. Menaburkan larvasida (bubuk pembunuh jentik) di tempat-tempat yang sulit
dikuras misalnya di talang air atau di daerah sulit air.
g. Memilihara ikan pemakan jentik di kolam/bak penampung air, misalnya ikan
cupang, ikan nila, dll.
h. Menanam tumbuhan pengusir nyamuk misalnya, Zodia,Lavender,Rosemerry,
dll
Apa manfaat Rumah Bebas Jentik?
a. Populasi nyamuk menjadi terkendali sehingga penularan penyakit dengan
perantara nyamuk dapat dicegah atau dikurangi.
b. Kemungkinan terhindar dari berbagai penyakit semakin besar seperti Demam
Berdarah Dengue (DBD), Malaria, Cikungunya atau kaki gajah.
c. Lingkungan rumah menjadi bersih dan sehat.
243
8. Makan buah dan sayur setiap hari.
Siapa yang diharapkan makan sayur dan buah?
Setiap anggota rumah tangga mengkonsunsi minimal 3 porsi buah dan 2 porsi
sayuran atau sebaliknya setiap hari.
Mengapa kita harus makan sayuran dan buah?
Makan sayur dan buah setiap hari sangat penting, karena:
a. Mengandung vitamin dan mineral, yang mengatur pertumbuhan dan
pemeliharaan tubuh.
b. Mengandung serat yang tinggi. Serat adalah makanan yang berasal dari
tumbuh-tumbuhan yang sangat berfungsi untuk memelihara usus. Serata tidak
dapat dicerna oleh pencernaan sehingga serat tidak menghasilkan tenaga dan
dibuang melalui tinja. Serat tidak untuk mengenyangkan tetapi dapat
menunda pengosongan lambung sehingga orang menjadi tidak cepat lapar.
Manfaat mengkonsumsi buah dan sayur ?
a. Mencegah Diabetes .
b. Melancarkan buang air besar.
c. Menurunkan berat badan.
d. Membantu proses pembersihan racun (detoksifikasi)
e. Mencegah kanker
f. Memperindah kulit, rambut dan kuku.
g. Membantu mengatasi Anemia (kurang darah)
h. Membantu perkembangan bakteri yang baik dalam usus.
1. Melakukan aktifitas fisik setiap hari.
Aktifitas fisik bisa berupa :
a. Olah raga
b. Jalan santai
c. Maraton
2. Tidak merokok di dalam rumah.
Karena didalam rokok terdapat zat-zat kimia yang berbahaya bagi tubuh, seperti
Tar dan Nicotin. Sehingga jika terhirup dapat menimbulakan kanker dan penyakit
lainnya.
Apa manfaat Rumah Tangga Ber-PHBS?
Bagi Rumah Tangga :
a. Setiap anggota keluarga menjadi sehat dan tidak mudah sakit.
244
b. Anak tumbuh sehat dan cerdas.
c. Anggota keluarga giat bekerja.
d. Pengeluaran biaya rumah tangga dapat ditujukan untuk memenuhi gizi
keluarga, pendidikan dan modal usaha untuk menambah pendapatan keluarga.
Bagi Masyarakat:
a. Masyarakat mampu mengupayakan lingkungan sehat.
b. Masyarakat mampu mencegah dan menanggulangi masalah –masalah
kesehatan.
c. Masyarakat memanfaatkan pelayanan kesehatan yang ada.
d. Masyarakat mampu mengembangkan Upaya Kesehatan Bersumber
Masyarakat (UKBM) seperti Posyandu, tabungan ibu bersalin, arisan jamban,
ambulans desa dan lain-lain.
DAFTAR PUSTAKA
Pusat Promosi Kesehatan Departemen Kesehatan RI, Perilaku Hidup Bersi Dan Sehat Di
Rumah Tangga, 2006
Syaugi Al-Fanjari Dr, Ahmad, Nilai Kesehatan Dalam Syariat Islam ,Bumi Aksara;
Desember 1996
Budihardjo ir, eko, prof. M.S.C. kota dan lingkungan, united nation, university pers
Jakarta, LP3ES, 2003
245
SATUAN ACARA PENYULUHAN(SAP)
P4K
C. Materi Penyuluhan
a) Pengertian P4K
b) Resiko ibu hamil belum dapat P4K
c) Rencana Penyelesaian Masalah
D. Metode
Penyampai materi
Tanya jawab
E. Media
Liflet
246
E. Kegiatan Penyuluhan
NO Waktu Kegiatan Kegiatan Ibu
Penyuluhan
1 Pembukaan(5 - Menyampaikan salam - Menjawab
menit ) - Menyampaikan tujuan salam
247
(P4K) PROGRAM PERENCANAAN PERSALINAN DAN PENCEGAHAN
KOMPLIKASI
1. Pengertian P4K
Program Perencanaan Persalinan dan Pencegahan Komplikasi (P4K) adalah
suatu kegiatan yang difasilitasi oleh bidan di desa dalam rangka peningkatan peran
aktif suami, keluarga dan masyarakat dalam merencanakan persalinan yang aman dan
persiapan menghadapi komplikasi bagi ibu hamil, termasuk perencanaan penggunaan
kontrasepsi pasca persalinan dengan menggunakan stiker sebagai media notifikasi
sasaran dalam rangka meningkatkan cakupan dan mutu pelayanan kesehatan bagi ibu
dan bayi baru lahir (Depkes, 2009).
2. Pentingnya P4K
Program P4K adalah Program Perencanaan Persalinan dan Pencegahan
Komplikasi (P4K) yang memiliki tujuan untuk meningkatkan persiapan menghadapi
komplikasi pada saat kehamilan termasuk perencanaan pemakaian alat/obat
kontrasepsi pasca kehamilan.Program P4K dilakukan dengan cara menempelkan
stiker dirumah ibu hamil.
Stiker program P4K akan ditempel dirumah ibu hamil, maka setiap ibu hamil akan
tercatat, terdata dan terpantau secara tepat. Stiker P4K berisi data tentang nama ibu
hamil,taksiran persalinan,penolong persalinan,tempat persalinan,pendamping
persalinan,Transport yang digunakan dan calon donor darah.Setelah didata dengan
menggunakan stiker, ibu hamil akan diberikan buku KIA. Buku KIA adalah Buku
Kesehatan Ibu dan Anak.
Buku KIA berisikan catatan kesehatan ibu hamil (hamil, bersalin dan nifas) dan
anak bayi (bayi baru lahir s/d usia 6 tahun) serta berbagai informasi cara memelihara
kesehatan ibu dan anak.keluarga, kader, tenaga kesehatan dan bidan di lingkungan
setempat dalam memantau secara intensif keadaan dan perkembangan kesehatan ibu
hamil.
Hal tersebut dimaksudkan agar ibu hamil mendapatkan pelayanan yang sesuai
standar pada saat antenatal, persalinan dan nifas. Sehingga proses persalinan sampai
nifas termasuk rujukannya dapat berjalan dengan aman dan selamat,tidak terjadi
kesakitan dan kematian ibu serta bayi yang dilahirkan.selamat dan sehat.Selain itu,
program P4K juga mendorong ibu hamil untuk memeriksakan kehamilan, bersalin,
pemeriksaan nifas dan bayi yang dilahirkan oleh tenaga kesehatan terampil termasuk
248
skrining status imunisasi tetanus lengkap pada setiap ibu hamil. Ibu hamil juga akan
diedukasi untuk melakukan inisiasi menyusu dini (IMD) dilanjutkan pemberian ASI
eksklusif selama 6 bulan
3. Tujuan P4K
Menurut Departeman Kesehatan Republik Indonesia (2009), tujuan P4K digolongkan
menjadi 2 yaitu:
a. Tujuan umum
Meningkatkan cakupan dan mutu pelayanan kesehatan bagi ibu hamil dan bayi
baru lahir melalui peningkatan peran aktif keluarga dan masyarakat dalam
merencanakan persalinan yang aman dan persiapan menghadapi komplikasi dan
tanda bahaya kebidanan bagi ibu sehingga bersalin dengan aman dan melahirkan
bayi yang sehat.
b. Tujuan khusus
Tujuan khusus program P4K yaitu :
1) Dipahami setiap persalinan beresiko oleh masyarakat luas.
2) Memfokuskan pola motivasi kepada keluarga saat ANC dan adanya
rencana
3) persalinan yang disepakati antara ibu hamil, suami, keluarga dengan bidan.
4) Terdatanya sasaran dan terpasangnya stiker P4K.
5) Adanya kesiapan menghadapi komplikasi yang disepakati ibu hamil,
suami,
6) dan keluarga dengan bidan.
7) Adanya dukungan secara luas dari tokoh-tokoh masyarakat baik formal
8) maupun non formal, kader, dan dukun bayi.
9) Memantau kemitraan antara bidan, dukun bayi, dan kader.
10) Adanya rencana alat kontrasepsi setelah melahirkan yang disepakati antara
ibu
11) hamil, suami, dan keluarga, dengan bidan atau tenaga kesehatan.
4. Manfaat P4K
Manfaat P4K menurut Departemen Kesehatan RI (2009) diantaranya :
a. Percepat fungsi desa siaga.
b. Meningkatkan cakupan pelayanan Antenatal Care (ANC) sesuai standar.
c. Meningkatkan cakupan persalinan oleh tenaga kesehatan terampil.
d. Meningkatkan kemitraan bidan dan dukun.
249
e. Tertanganinya kejadian komplikasi secara dini.
f. Meningkatnya peserta KB pasca salin.
g. Terpantaunya kesakitan dan kematian ibu dan bayi.
h. Menurunnya kejadian kesakitan dan kematian ibu serta bayi.
5. Sasaran P4K
Program P4K memiliki sasaran yaitu penanggungjawab dan pengelola
program KIA provinsi dan kabupaten atau kota, bidan koordinator, kepala Puskesmas,
dokter, perawat, bidan, kader, forum peduli KIA seperti forum P4K serta pokja
posyandu (Depkes RI, 2009). Indikator keberhasilan P4K ada 7 yaitu :
a. Persentase desa melaksanakan P4K dengan stiker.
b. Persentase ibu hamil mendapat stiker.
c. Persentase ibu hamil berstiker mendapat pelayanan ANC sesuai standar.
d. Persentase ibu hamil berstiker bersalin di tenaga kesehatan.
e. Persentase ibu hamil, bersalin dan nifas berstiker yang mengalami komplikasi
tertangani.
f. Persentase menggunakan KB pasca salin.
g. Persentase ibu bersalin di tenaga kesehatan mendapatkan pelayanan nifas.
6. Output P4K
Menurut Departemen Kesehatan RI (2009), output yang diharapkan adalah
sebagai berikut:
a. Semua ibu hamil terdata dan rumahnya tertempel stiker P4K.
b. Bidan memberikan pelayanan antenatal sesuai dengan standar.
c. Ibu hamil dan keluarganya mempunyai rencana persalinan termasuk
kontrasepsi yang dibuat bersama dengan penolong persalinan.
d. Bidan menolong persalinan sesuai standar.
e. Bidan memberikan pelayanan nifas sesuai standar.
f. Keluarga menyiapkan biaya persalinan, kebersihan dan kesehatan lingkungan.
g. Adanya keterlibatan tokoh masyarakat baik formal maupun non formal dan
Forum Peduli KIA atau Pokja Posyandu dalam rencana persalinan termasuk
kontrasepsi pasca persalinan sesuai dengan perannya masing-masing.
h. Ibu mendapat pelayanan kontrasepsi pasca persalinan.
i. Adanya kerjasama yang mantap antara Bidan, Forum Peduli KIA atau Pokja
Posyandu dan (bila ada) dukun bayi dan pendamping persalinan.
250
7. Pelaksanaan operasionalisasi P4K
Menurut Departemen Kesehatan RI (2009), operasionalisasi P4K meliputi :
a. Memanfaatkan pertemuan bulanan di tingkat desa atau kelurahan untuk
meningkatkan partisipasi aktif ibu hamil, keluarga dan masyarakat dalam
membantu mempersiapkan persalinan yang aman bagi ibu.
b. Aktifnya forum peduli KIA yang sudah ada di masyarakat misalnya GSI,
Forum Desa Siaga serta Pokja Posyandu.
c. Kontak ibu hamil dan keluarga dalam pengisian stiker yang dilakukan bersama
bidan didampingi kader.
d. Pemasangan stiker di rumah ibu hamil yang dilakukan setelah mendapat
konseling, stiker dipasang didepan rumah sebagai penanda untuk pendataan
dan pemantauan terhadap ibu hamil.
e. Pengelolaan donor darah dan sarana transportasi atau ambulan desa.
f. Penggunaan, pengelolaan, dan pengawasan tabungan ibu bersalin.
g. Pembuatan dan penandatanganan amanat persalinan, dokumen, amanat
persalinan untuk memperkuat pencatatan ibu hamil dengan stiker.
8. Perencanaan Persalinan Dan Pencegahan Komplikasi Komponen Persiapan
Menghadapi Persalinan Dan Komplikasi Persalinan Meliputi :
1. Persiapan Fisik
Merupakan kesiapan fisik ibu yang dipersiapkan dalam menghadapi proses
persalinan dan kesiapan apabila mengalami kejadian komplikasi persalinan.
Kesehatan fisik perlu diperhatikan menjelang persalinan agar saat proses
persalinan berlangsung seorang ibu berada dalam kondisi yang sehat (Subakti dan
Anggrarani, 2007). Kesiapan fisik yang dapat dilakukan oleh ibu hamil dalam
menghadapi persalinannya yaitu mempersiapkan dan menjaga nutrisi, menjaga
pola istirahat yang cukup, menjaga kebersihan diri, menjaga kebersihan payudara
untuk persiapan laktasi dan melakukan aktifitas yang ringan.
2. Persiapan Psikis
Suatu keadaan mempersiapkan psikis ibu hamil menjelang persalinan
dimana ibu menerima kondisi kehamilannya serta ibu siap menerima peran dan
tanggung jawab yang lebih besar sebagai seorang ibu dalam merawat anak dan
keluarganya serta mempersiapkan mental menjelang proses persalinan penting
dilakukan agar pencapaian peran ibu dapat terwujud secara maksimal dan ibu siap
251
secara psikis dan mental apabila dalam persalinan menghadapi komplikasi
persalinan (Murya, 2007).
Pengetahuan juga termasuk di dalam persiapan psikis dimana keadaan ibu.
Pengetahuan yang perlu dipersiapkan oleh ibu hamil menjelang proses
persalinannya seperti pengetahuan mengenai tanda-tanda persalinan yakni sakit
perut hilang timbul, keluar lendir bercampur darah, dan keluar air ketuban. Ibu
juga mengetahui bahwa persalinan merupakan proses fisiologis namun sewaktu-
waktu dapat menjadi patologis dan terjadi komplikasi pada proses persalinan
tersebut sehingga dengan ibu mengetahui hal tersebut ibu menjadi lebih siap dan
tidak merasa cemas saat persalinan berlangsung (Manuaba, 2012).
3. Persiapan penolong dan tempat bersalin
tempat persalinan yang sesuai dengan keinginan dan kemampuan pasutri
perlu dilakukan sedini mungkin sehingga dapat diketahui sebelumnya informasi
mengenai biaya, fasilitas yang tersedia, dan penolong persalinan (Depkes RI,
2009). Dimana ibu dalam kondisi siap menghadapi
persalinan dalam memilih tempat bersalin di tempat pelayanan kesehatan seperti
rumah sakit, polindes, rumah bersalin, puskesmas bersalin, maupun bidan praktik
dan penolong persalinan oleh tenaga kesehatan terampil yaitu dokter spesialis
kandungan dan bidan.
4. Persiapan pendamping persalinan
Peran pendamping dalam persalinan adalah untuk memberikan dukungan
kepada ibu berupa dukungan fisik, dukungan psikis, dukungan instrumen, serta
dukungan informasi. Sehingga ibu dalam keadaan siap menjelang persalinannya
dalam menentukan orang yang akan mendampinginya selama proses
persalinannya nanti. Pendamping persalinan yang dapat dipilih oleh ibu yaitu
suami, orang tua maupun kerabat dekat ibu.
5. Persiapan dana
Mempersiapkan suatu rencana persalinan merupakan hal yang penting,
termasuk rencana bila terjadi komplikasi, persiapannya adalah dana untuk
persalinan serta dana cadangan untuk kejadian komplikasi (Depkes RI, 2009).
Sehingga ibu beserta keluarganya dalam keadaan siap dana untuk bersalin serta
dana untuk cadangan apabila terjadi kegawatdaruratan baik berupa tabungan
pribadi maupun jaminan kesehatan ibu.
252
6. Persiapan transportasi
Transportasi perlu dipersiapkan untuk mencegah terjadinya keterlambatan
menuju tempat persalinan bila terjadi komplikasi persalinan. Pemilihan jenis
transportasi yang akan digunakan berdasarkan pertimbangan jarak tempat bersalin
dari rumah (Indiarti, 2007). Sehinngga ibu hamil beserta keluarganya dalam
keadaan siap keandaraan roda dua (sepeda motor) atau roda empat (ambulan
maupun mobil pribadi) untuk menuju ke tempat bersalin atau tempat rujukan.
253
Depkes RI, 2009. Sistem Kesehatan Nasional. Jakarta
254
Satuan Acara Penyuluhan
Topik :Asma
Waktu : 20 menit
E. Tujuan
3. Tujuan Umum
Setelah dilakukan dan mengikuti penyuluhan kesehatan tentaang asma diharapkan
ibu hamil dapat memahami asma
4. Tujuan Khusus
Setelah mengikuti penyuluhan selama 20 menit, diharapkan ibu hamil dapat
menjelaskan tentang:
a. Apa pengertian dari asma pada ibu hamil
b. Apa saja tanda dan gejala pada ibu hamil
c. Faktor penyebab asma pada ibu hamil
d. Apa dampak anemia pada ibu hamil
e. Resiko asma saat hamil
f. Cara mengendalikan asma saat hamil
g. Penatalaksanaan Pengobatan asma
F. Strategi pelaksanaan
Metode : penyajian dan diskusi
Media : leaflet
Pemateri : Nurhardyanti
Peserta penyuluhan duduk berhadapan dengan penyaji
G. Garis besar materi
1. Apa pengertian dari asma pada ibu hamil
255
2. Apa saja tanda dan gejala pada ibu hamil
3. Faktor penyebab asma pada ibu hamil
4. Apa dampak anemia pada ibu hamil
5. Resiko asma saat hamil
6. Cara mengendalikan asma saat hamil
7. Penatalaksanaan Pengobatan asma
H. Kegiatan penyuluhan
MATERI
Asma pada ibu hamil
A. Pengertian asma
Asma merupakan suatu penyakit yang ditandai dengan adanya respon
yang berlebihan dari trakea dan bronkus terhadap berbagai macam rangsangan, yang
mengakibatkan penyempitan saluran nafas yang tersebar luas diseluruh paru dan
derajatnya dapat berubah secara sepontan atau setelah mendapat pengobatan,(Tjen
Daniel, 1991)
256
Status Asmatikus merupakan serangan asma berat yang tidak dapat
diatasi dengan pengobatan konvensional dan merupakan keadaan darurat medik ,bila
tidak diatasi dengan cepat akan terjadi gagal pernafasan,(Aryanto Suwondo, karnen B.
Baratawidjaja, 1995).
B. Tanda dan gejala asma
Sesak nafas
Batuk yang bertambah parah pada malam dan pagi hari
Batuk saat melakukan aktifitas fisik
Dada terasa tertekan
Kulit tampak pucat
Lemas
Bibi dan jari tangan tampak kebiruan
Frekuensi dan beratnya serangan asma bervariasi. Beberapa penderita lebih sering
terbebas dari gejala dan hanya mengalami serangan serangan sesak nafas yang
singkat dan ringan, yang terjadi sewaktu-waktu. Menangis atau tertawa keras juga
bisa menyebabkan timbulnya gejala
C. Faktor penyebab asma pada ibu hamil
1. Inhalan yang masuk ke tubuh melalui alat pernafasan :
- Debu
- bulu binatang
- spora jamur
2. Ingestan (pemasukan) yang masuk ke mulut :
- Susu
- Telur
- ikan
3. Kontakkan yang masuk ke badan dengan kontak kulit :
- logam
D. Dampak asma pada ibu
Penderita asma harus merubah gaya hidup sehari-hari untuk menghindari faktor
pencetus. Perubahan ini dimulai dari lingkungan hidup sanpai dengan lingkungan
kerja. Pada klien dengan serangan asma, maka terjadi
- penurunan nafsu makan, minum sehingga mempengarui status nutrisi
klien
257
- Dalam istirahat klien sangat terganggu sehingga dapat menyebabkan
kelelahan.
- Adanya ketidakseimbangan antara kebutuhan dan penyediaan oksigen
mempengarui toleransi dalam melakukan aktivitas, kelelahan cepat lelah.
- merasa tidak mampu
- berkepribadian labil
- mudah tersinggung
- gelisah
- cemas
E. Resiko asma saat hamil
Bila asma tidak terkontrol dengan baik selama kehamilan makan akan beresiko
mengalami kondisi-kondisi berikut:
Morning sickness
Preeklamsia
Perdarahan lewat vagina
Komplikasi persalinan
Hambatan pertumbuhan janin
Melahirkan bayi premature dengan berat badan lahir rendah
258
Seperti debu,asap, bulu binatang, jangan merokok dan rajinlah berolahraga
(senam hamil, yoga)
3. Rutin chek-up
4. Menghindari konsumsi makanan yang pedas dan asam yang memicu kondisi
panas pada perut
5. Biasakan untuk mengonsumsi buah apel, kandungan dari buah apel yaitu
flavonoid sangat bermanfaat untuk kesehatan paru-paru
G. Penatalaksanaan Pengobatan asma
Untuk algoritma serangan asma yaitu pemberian beta dua agonist misalnya
salbutamolMDI spacer diulang 20 menit sampai 1 jam atau bisa di ganti dengan
nebulisasi beta dua agonist
1. Penatalaksanaan Pengobatan asma secara garis besar dibagi dalam pengobatan
non farmakologik dan pengobatan farmakologik.
a) Pengobatan non farmakologik
- Penyuluhan Penyuluhan ini ditujukan pada peningkatan
pengetahuan klien tentang penyakit asma sehinggan klien secara
sadar menghindari faktor-faktor pencetus, serta menggunakan obat
secara benar dan berkonsultasi pada tim kesehatan.
- Menghindari faktor pencetus
Klien perlu dibantu mengidentifikasi pencetus serangan asma yang
ada pada lingkungannya, serta diajarkan cara menghindari dan
mengurangi faktor pencetus, termasuk pemasukan cairan yang
cukup bagi klien.
- Fisioterapi
dapat digunakan untuk mempermudah pengeluaran mukus. Ini
dapat dilakukan dengan drainage postural, perkusi dan fibrasi dada.
b) Pengobatan farmakologik
- Agonis beta
Bentuk aerosol bekerja sangat cepat diberika 3-4 kali semprot dan
jarak antara semprotan pertama dan kedua adalan 10 menit. Yang
termasuk obat ini adalah metaproterenol ( Alupent, metrapel ).
- Metil Xantin
259
adalan aminophilin dan teopilin, obat ini diberikan bila golongan
beta agonis tidak memberikan hasil yang memuaskan. Pada orang
dewasa diberikan 125-200 mg empatkali sehari.
- Kromolin merupakan obat pencegah asma, khususnya anak anak.
Dosisnya berkisar 1-2 kapsul empat kali sehari.
260
SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)
Topik :Stunting
Sasaran : Balita
Waktu : 20 menit
A. Tujuan
1. Tujuan Umum
Memberi pengetahuan tentang stunting pada balita dan keluarga serta cara
mencegahnya
2. Tujuan Khusus
Setelah diberikan penyuluhan selama 20 menit diharapkan ibu hamil mampu :
261
C. Kegiatan penyuluhan
No Kegiatan Penyuluh Peserta Waktu
7. Pendahuluan Salam pembuka Menjawab salam 2 menit
Menyampaikan penyuluhan Mendengarkan
Merespon
8. Kerja Penyampaian garis besar Mendengarkan 15 menit
materi stunting Menanyakan hal-hal
Memberi kesempatan yang belum jelas
peserta untuk bertanya memperhatikan
Menjawab pertanyaan jawaban dari penyaji
Evaluasi Menjawab
pertanyaan
D. Strategi pelaksanaan
Metode : penyajian dan diskusi
Media : leaflet
Pemateri : Nurhardyanti
Peserta penyuluhan duduk berhadapan dengan penyaji
E. Rencana Evaluasi
1. Apa Pengertian stunting?
2. apa penyebab stunting pada balita?
3. Apa saja ciri anak dengan stunting ?
4. Bagaimana pengaruh stunting pada anak balita?
5. Bagaimana pencegahan stunting pada anak balita?
6. Bagaimana penanggulangan stunting pada anak balita?
MATERI
Pentingnya mengonsumsi garam beryodium bagi ibu hamil
262
kegagalan pertumbuhan dimasa lalu dan digunakan sebagai indicator jangka
panjang untuk gizi kurang pada anak.
Menurut beberapa penelitian, kejadian stunting pada anak merupakan suatu proses
kumulatif yang terjadi sejak kehamilan, masa kanak-kanak dan sepanjang siklus
kehidupan. Pada masa ini merupakan proses terjadinya stunting pada anak dan
peluang peningkatan stunting terjadi dalam 2 tahun pertama kehidupan.
a. Faktor gizi ibu sebelum dan selama kehamilan merupakan penyebab tidak
langsung yang memberikan kontribusi terhadap pertumbuhan dan
perkembangan janin, ibu hamil dengan gizi kurang akan menyebabkan janin
mengalami intrauteri growth retardation (IUGR) sehingga bayi akan lahir
dengan kurang gizi dan mengalami gangguan pertumbuhan dan
perkembaangan.
c. Banyak kebiasaan buruk dan persepsi salah yang masih dilakukan oleh
masyarakat di lingkungannya antara lain yang memberikan ASI eksklusif pada
bayinya
d. Menurut UNICEF penyebab utama gizi buruk dan stunting adalah kemiskinan
e. Anak stuting juga dikaitkan dengan budaya dan pengetahuan masyarakat akan
gizi, namun kedua faktor ini masih belum menjadi faktor penyebab utama
kemiskinan
263
masih rendah, padahal protein dan omega yang dikandung sangat bermanfaat
bagi anak.
264
lahirrendah, ASI yang tidak memadai, makanan tambahan yangtidak
sesuai, diare berulang, dan infeksi pernapasan.Berdasarkan penelitian
sebagian besar anak-anak denganstunted mengkonsumsi makanan yang
berada di bawahketentuan rekomendasi kadar gizi, berasal dari keluarga
miskin dengan jumlah keluarga banyak, bertempat tinggal di wilayah
pinggiran kota dan komunitas pendesaan.
3. Pengaruh giji pada anak usia dini yang mengalami stunting dapat
mengganggu pertumbuhan dan perkembangan kognitif yang kurang. Anak
stunting pada usia lima tahun cenderung menetap sepanjang hidup,
kegagalan pertumbuhan anak usia dini berlanjut pada masa remaja dan
kemudian tumbuh menjadi wanita dewasa yang stunting dan
mempengaruhi secara langsung pada kesehatan dan produktivitas sehingga
meningkatkan peluang melahirkan anak dengan BBLR.
F. Pencegaahan
G. Penanggulangan
265
langsung adalahketersediaan makanan, pola asuh dan ketersediaan
airminum (bersih), sanitasi dan pelayanan kesehatan. Seluruhfaktor
penyebab ini dipengaruhi oleh beberapa akar masalah yaitu kelembagaan,
politik dan ideologi, kebijakan ekonomi,dan sumberdaya, lingkungan,
teknologi, serta kependudukan.
266
Persalinan ditolong oleh bidan atau dokter terlatih
danbegitu bayi lahir melakukan Inisiasi Menyusu Dini
(IMD).
267
SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)
Topik : Merokok
268
perokok pasif
3. Memahami
bagaimana
dampak
merokok dan
perokok pasif
VI. EVALUASI
1. Meminta bapak dan ibu untuk menjelaskan kembali tentang pengertian perokok
aktif dan pasif
2. Meminta bapak dan ibu untuk Menjelaksakan kembali tentang bahaya bagi
perokok aktif dan pasif
3. Meminta bapak untuk Menjelaksakan kembali cara menghentikan rokok atau
menghindari rokok dan dampak bagi ibu hamil
V. MATERI
(Terlampir)
A. PENGERTIAN
1. Perokok Aktif
Adalah orang yang mengkonsumsi rokok secara rutin berapapun
jumlahnya, atau menghirup asap secara sengaja.
2. Perokok Pasif
Adalah orang bukan perokok tapi dengan terpaksa menghirup asap
rokok orang lain yang berada disekitarnya.
B. BAHAYA MEROKOK
Rokok mengandung 4000 bahan kimia 200 di antaranya beracun dan 43
penyebab kanker. Racun utama pada rokok adalah nikotin, tar dan karbon
monoksida (CO).
a. Nikotin
269
Adalah zat adiktif (menimbulkan kekambuhan) yang mempengaruhi
syaraf dan peredaran darah. Zat ini mampu memicu kanker paru fan
penyakit jantungyang mematikan
b. Tar
Adalah substansi hidrokarbon yang bersifat lengket dan menempel
pada paru-paru sehingga merusak dan menggangu fungsi paru.
c. Karbon Monoksida
Adalah zat yang mengikat hemoglobin dalam darah, membuat darah
tidak mampu mengikat oksigen. Oksigen sangat dibutuhkan oleh
tubuh manusia.
Asap tembakau mengandung sekitar 4.000 bahan kimia dan lebih dari
50 di antaranya telah dikaitkan dengan kanker. Menghirup asap rokok
dapat berdampak buruk, baik sementara maupun dalam jangka panjang.
Terpajang asap rokok dapat menimbulkan gejala seperti mata teriritasi,
sakit kepala, batuk, sakit tenggorokan, dan pusing.
C. DAMPAK MEROKOK
1. Kerontokan rambut
2. Gangguan pada mata seperti katarak
3. Kehilangan pendengaran lebih awal di banding bukan perokok
4. Sakit paru-paru kronis
5. Merusak gigi dan bau mulut yang tidak sedap
6. Serangan jantung dan stroke
7. Kerapuhan tulang sehingga mudah pata
8. Kanker kulit, kanker payudara, kanker mulut kelenjar ludah, kanker
kerongkongan, kanker anus dan kanker ginjal
9. Kemandulan dan impotensi
10. Keguguran pada ibu hamil.
270
6. Gantilah kebiasaan memegang rokok
7. Catat kemajuan anda
8. Giat berolahraga
9. Kurangi tidur larut malam
10. Minum sari jeruk
11. Kuat niat untuk berhenti merokok dan tetapkan tanggal akan berhenti
12. Minta orang terdekat untuk mendukung
Dampak dari asap rokok bagi Ibu hamil yaitu ibu hamil bisa menerima efek yang
berat terhadap CO yang masuk ke dalam tubuh. Sifat CO yang mudah berikatan dengan
haemoglobin pada darah dan menetap cukup lama pada saluran pernafasan, tidak hanya
berbahaya bagi ibu hamil, namun juga bagi janin yang dikandung.
271
Satuan acara penyuluhan (SAP) nyeri BAK pada ibu hamil
Pokok pembahasan : Demo maupun cara penyelesaian masalah pada ibu hamil yang
mengalami BAK pada ibu hamil
Sup pokok pembahasan : tindakan yang akan saya lakukan untuk penyelesaian masalah
yang di alami ny”J” dengan nyeri BAK
C. Metode
Memberika KIE
Diskusi
Tanya jawab
D. Kegiatan penyuluhan
MATERI
1. Menjelaskan pada ibu tentang Resiko ibu hamil yang mengalami nyeri BAK,
salah satu bahaya infeksi saluran kemih pada ibu hamil adalah meningkatkan
resiko kelahiran prematur, sebab selama peradangan terjadi akibat infeksi saluran
kemih pada ibu hamil, sistem imun akan terus menghasilkan senyawa
prostaglandin yaitu hormon yang terbilang sangat penting untuk tubuh seperti
penyembuhan luka secara alami
2. Menganjurkan pada ibu untuk istrahat yang cukup
3. Menganjurkan pada ibu untuk sesering mungkin mencuci atau membersihkan
vaginanya
4. Menganjurkan pada ibu untuk minum sesering mungkin
273
Satuan Acara Penyuluhan (SAP)
Pokok pembahasan : Demo maupun cara penyelesaian masalah pada ibu hamil yang
mengalami anemia
Sup pokok pembahasan : tindakan yang akan saya lakukan untuk penyelesaian masalah
yang di alami ny”J” dengan penyakit penyerta
G. Metode
Memberika KIE
Diskusi
Tanya jawab
H. Kegiatan penyuluhan
274
pertanyaan
15. Penutup Menyimpulkan Menjawab salam 3 menit
Memberi Salam
MATERI
5. Resiko ibu hamil yang meiliki penyakit menyerta yaitu :
Resiko pada ibu :
abortus
Resiko pada janin :
Berat badan lahir rendah (BBLR)
Lahir prematur
Gangguan perkembangan janin
6. Memberika KIE pada ibu tentang kb yang aman untuk ibu hamil yang memiliki
riwayat penyakit paru-paru
7. Menganjurkan pada ibu untuk sering melakukan control ke dokter tentang
penyakit paru-paru yang ibu alami
275
SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP) IBU HAMIL TM II
Materi : terlampir
A. Tujuan
1. Tujuan umum
Setelah melakukan penyuluhan kesehatantentang ibu hamil TM II pada masa
kehamilan selama 20 menit, sasaran atupun ibu hamil tersebut mampu
memahami tentang apasaja kehamilan TM II.
2. Tujuan khusus
Setelah di berikan penyuluhan tentang kehamilan TM II
a. Ibu hamil TM II
b. Resiko ibu hamil TM II
c. Tindakan ataupun cara penyelesaianya
276
3. 2 menit - Menggali pengetahuan - Dapat mengulang
sasaran dengan kembali informasi
memberi pertanyaan yang telah di dapat
4. - Penutup - Menjawab salam
- Memberi salam
penutup
D. Metode
Ceramah, tanya jawab
E. Alat bantu
Pamflet
F. Evaluasi
Pertanyaan
3. Resiko yang gampang di alami ibu hamil TM II
4. Tindakan maupu cara penyelesaian masalah tersebut
G. Dana Demonstrasi
1. Ikan Tongkol : Rp 10.000.00
2. Tomat : Rp 5.000.00
3. Terasi : Rp 1.000.00
4. Cabe kecil : Rp 5.000.00
Total : 21.000.00
MATERI
1. Resiko pada ibu hamil TM II yaitu:
- Persalinan prematur
- Perdarahan
- Ketuban pecah dini
- Masalah pernapasan
- Preeklamsia
277
C. BERITA ACARA
278
279
280
281
282
283
284
285
286
287
288
289
290
291
292
293
294
295
296
297
298
299
300
301
302
303
304
D.
305
306
307
308
309
310
311
312
313
314
315
316
317
318
319
320
321
322
323
324
325
326
327
328
329
330
331
332
333
334
335
336
337
338
339
340
341
342
343
344
345
346
347
348
349
D. DOKUMENTASI KEGIATAN
NURLAELLA
NURHAYUN NUFUS
350
MIRA AULIA
HASYATUN
WINDI WINANDA
351
ST. NURWATI
LAELA MAGFIRAH
RATIH
352
NUZULIA KHAIRUNNISA
NUR FATILLAH
353
LISANTRI
MIFTAHUL KHAIRAH
ERNITA SARI
354
RENI PEBRIANI
NUR AFDIANA
NURILLAH
355
NUR HARDIYANTI
DARA ALIFAH
FITRI HIJRIATI
356
MEGA
NILA SULASTRI
ARDINA
357
ANDRIYANI
TANTI ANDRIYANI
ASTUTI
358
RABIATUL AULIA
JUMIATI
359
NUR HIDAYATI
NUR WAHIDA
360
IRAWATI
JUMAITI
361