Anda di halaman 1dari 7

SELF REFLEKSI MINI DALAM PELAKSANAAN KKN IPE

POLTEKKES KEMENKES DENPASAR KELOMPOK


13 DESA TEJAKULA

Oleh:
NI LUH SRIANI
NIM P07124220045
SARJANA TERAPAN KEBIDANAN

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES DENPASAR
SARJANA TERAPAN
JURUSAN KEBIDANAN
DENPASAR
2024
1. Nilai dan Etik Kolaborasi Interprofesional
Kuliah Kerja Nyata (KKN) adalah salah satu wujud Tri Dharma Perguruan
Tinggi yang memberikan pengalaman belajar dan bekerja kepada mahasiswa
tentang penerapan dan pengembangan ilmu dan teknologi di luar kampus.
Interprofessional Education (IPE) adalah salah satu bentuk pembelajaran bagi
mahasiswa untuk berkoordinasi diantara berbagai profesi dalam kegiatan mengatasi
suatu masalah yang ditemukan. Dalam pelaksanaannya KKN IPE di Poltekkes
Kemenkes Denpasar merupakan bentuk kolaborasi dari seluruh jurusan yang ada di
lingkungan kampus yakni Jurusan Keperawatan, Jurusan Kebidanan, Jurusan Gizi,
Jurusan Kesehatan Lingkungan, Jurusan Kesehatan Gigi, dan Jurusan Teknologi
Laboratorium Medis dalam memecahkan suatu masalah kesehatan yang pada tahun
ini berfokus pada pencegahan stunting.
Pelaksanaan KKN IPE tahun 2024 melibatkan 643 mahasiswa tingkat akhir
yang diselenggarakan pada 15 Januari sampai dengan 02 Februari 2024 dengan
mengambil 25 lokasi kerja berkelanjutan yang tersebar di tiga kabupaten/kota di
Provinsi Bali. Tema yang diambil pada KKN IPE tahun 2024 adalah “Sinergisme
KKN IPE dalam Mewujudkan Transformasi Pelayanan Kesehatan Primer”. Tema
tersebut diambil mengingat pelayanan kesehatan primer atau primary health care
akan menjadi penekanan yang sangat penting dalam srategi dalam mencapai tujuan
kesehatan untuk semua masyarakat. Untuk mewujudkan layanan yang bermutu dan
terjangkau bagi rakyat Indonesia bukanlah hal yang mudah. Memperoleh layanan
yang dapat diakses oleh semua kalangan penduduk tanpa memandang status sosial
ekonomi baik secara promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif merupakan
impian bagi seluruh rakyat Indonesia
Dalam tindakan mewujudkan transformasi pelayanan kesehatan primer dengan
penguatan keluarga maka sasaran yang diambil dalam KKN IPE tahun 2024 yakni
ibu hamil, balita yang berusia 0-5 tahun, remaja berusia 10-19 tahun dan lansia yang
berusia ≥ 60 tahun. Masing- masing mahasiswa diharapkan mencari 8 keluarga
binaan dengan target atau output diperoleh data kesehatan keluarga, pemahaman
keluarga terhadap kesehatan dan masalah kesehatan lain yang ditemui, adanya
media edukasi, sosialisasi melalui platform media sosial serta terbentuknya keluarga
tangguh dalam mewujudkan pelayanan kesehatan primer.
Nilai kolaborasi interprofesional yang diimplementasikan pada KKN IPE tahun
ini adalah bagaimana memecahkan permasalahan yang ditemui di masyarakat
khususnya masalah kesehatan primer yang ditinjau dari 6 profesi yang ada di
Poltekkes Kemenkes Denpasar. Seluruh mahasiswa yang ada memberikan
pandangan dari masing-masing profesi yang dapat memberikan insight baru bagi
profesi lain yang tidak mendalami ilmu tersebut sehingga dapat menambah
informasi dan pengetahuan mengenai permasalahan yang ditemui. Dalam proses
kolaborasi yang dilakukan terdapat komunikasi dan diskusi yang dilakukan
sehingga etik masing-masing profesi juga digunakan dalam proses kolaborasi
interprofesional. Salah satu etik yang diterapkan pada kolaborasi ini adalah saling
menghormati dan berbagi ilmu satu sama lain. Dalam bekerja sama tim, hal yang
diharapkan adalah tercapainya tujuan pemecahan masalah dengan maksimal yang
berfokus pada keluarga binaan. Berdasarkan hal tersebut maka sikap saling
menghormati antar berbagai profesi diperlukan untuk mencegah timbulnya konflik
dan rasa ingin menang sendiri.
Ditinjau dari kolaborasi yang dilakukan berasal dari berbagai profesi maka
diperlukan kerangka pemecahan masalah maka dari itu model pemecahan masalah
dengan motode Fishbone analysis atau sering disebut dengan cause effect diagram
digunakan dalam hal ini untuk membantu memecahkan masalah yang ada dengan
melakukan analisis sebab akibat dari masalah kesehatan keluarga dengan prioritas
masalah pelayanan kesehatan primer dan faktor penyebabnya yang ditemui di
masyarakat dengan melihat dari seluruh sudut pandang profesi.

2. Peran dan Tanggung Jawab Interprofesional


KKN IPE kelompok 13 di Desa Tejakula, Kabupaten Buleleng terdiri dari 26
mahasiswa dari 6 jurusan yang ada di Poltekkes Kemenkes Denpasar. Wilayah yang
diambil untuk lokasi KKN mencangkup 1 Desa Dinas dan 10 Banjar Adat sehingga
dari 26 mahasiswa di bagi kembali ke dalam 10 kelompok yang terdiri dari 2-3
orang mahasiswa dari jurusan yang berbeda sehingga dapat mencangkup seluruh
wilayah yang ada dengan batas waktu yang telah ditentukan.
Peran dan tanggung jawab masing-masing profesi tentunya berbeda satu sama
lain disesuaikan dengan keahlian yang dimiliki satu sama lain. Terkait dengan peran
dan tanggung jawab dari profesi Gizi sebagai profesi yang sering terpapar terhadap
topik stunting yang diberikan yaitu:
a. Melakukan pengukuran antropometri pada sasaran
Pada saat KKN IPE berlangsung pada minggu pertama dilaksanakan pengkajian
data keluarga salah satunya adalah untuk menggali informasi terkait data
antropometri sasaran. Peran profesi gizi dalam hal ini adalah melakukan
pengukuran antropometri terkait yakni berat badan menggunakan timbangan digital,
tinggi badan menggunakan microtoise, dan lingkar lengan atas (LilA) remaja putri
dan ibu hamil menggunakan pita LiLA.
b. Menilai dan menentukan status gizi masing-masing sasaran
Setelah pengumpulan data dilakukan pengkajian data keluarga untuk
mengetahui masalah kesehatan yang akan diintervensi nantinya. Menilai satus gizi
merupakan salah satu kompeten dari profesi gizi sehingga gizi berperan dalam hal
ini untuk menilai status gizi sasaran. Profesi gizi yang ada di kelompok 13 Desa
Tejakula, Buleleng yakni 4 orang sehingga masing-masing orang mengkaji status
gizi dari satu kelompok sasaran. Setelah menentukan nilai dari masing- masing
kelompok sasaran dilakukan penentuan status gizi masing-masing sasaran sesuai
dengan kelompok umur. Penulis mendapatkan bagian untuk mengkaji status gizi
balita. Status gizi balita ditentukan menurut BB/U dan PB/U atau TB/U dengan
kategori status gizi mengacu pada PMK No.2 Tahun 2020 tentang Standar
Antropometri Anak.
c. Menentukan masalah terkait gizi
Analisis yang telah dilakukan selanjutnya dilakukan penentuan masalah yang
menyimpang dari teori yang ada. Permasalahan gizi yang ditemukan ditentukan
oleh profesi gizi sesuai dengan ilmu yang didapatkan seperti permasalahan status
gizi balita yakni BB kurang menurut BB/U dan pendek menurut TB/U atau PB/U,
ditemukan kasus KEK dan obesitas pada remaja yang ditentukan dengan LiLA dan
IMT serta status KEK ibu hamil yang ditentukan dengan ukuran LiLA. d. Membuat
SAP (Satuan Acara Penyuluhan) Stunting
Saat melakukan intervensi berupa penyuluhan maka diperlukan SAP untuk
menjadi acuan dalam memberikan materi penyuluhan. Dalam hal ini bersama-sama
dengan rekan profesi gizi lainnya membuat SAP terkait dengan materi stunting yang
akan diberikan kepada sasaran ibu hamil dan ibu balita. e. Membuat SAP (Satuan
Acara Penyuluhan) Anemia
Saat melakukan intervensi berupa penyuluhan maka diperlukan SAP untuk
menjadi acuan dalam memberikan materi penyuluhan. Dalam hal ini bersama-sama
dengan rekan profesi gizi lainnya membuat SAP terkait dengan materi anemia yang
akan diberikan kepada sasaran remaja putri. f. Melakukan intervensi terkait gizi
Setelah data didapatkan maka dilakukan analisis masalah yang didiskusikan
secara interprofesional kemudian diberikan intervensi sesuai dengan masalah yang
ditemukan. Dalam melalukan intervensi gizi berperan dalam memberikan edukasi
terkait stunting sesuai sasaran.

3. Komunikasi Interprofesional
Komunikasi Interprofesional menjadi sangat penting dalam pelayanan
kesehatan saat ini, dimana dapat memperluas populasi jangkauan pelayanan
kesehatan khususnya dalam memberikan layanan kesehatan. Komunikasi
Interprofesional efektif adalah keterampilan penting yang dapat meningkatkan
fungsi tim yang berkualitas dalam memberikan layanan kesehatan kepada
masyarakat dengan melibatkan beberapa disiplin ilmu seperti Keperawatan,
Kesehatan Gigi, Kebidanan, Gizi, Teknologi Laboratorium Medis dan Kesehatan
Lingkungan. Komunikasi adalah kunci kesuksesan suatu kegiatan dalam
berkolaborasi dengan kelompok sama seperti halnya pada kegiatan KKN ini,
dengan adanya komunikasi yang baik diharapkan akan terwujudnya kegiatan yang
berjalan dengan lancer dan sesuai dengan apa yang direncanakan sebelumnya. Pada
saat komunikasi dengan kelompok perlu halnya dalam menyamakan persepsi dan
pendapat didalam pemecahan suatu masalah sehingga kegiatan dapat berjalan sesuai
target. Didalam KKN IPE ini, penulis memiliki kesempatan serta peluang dalam
mempelajari ilmu yang baru dari masing-masing profesi yang ada sehingga
menambah wawasan serta pengalaman nantinya.
Komunikasi interprofesional yang baik diperlukan untuk efektifitas
menyampaian pesan kepada anggota kelompok. Untuk menjadi komunikasi
interprofesional berjalan baik dalam kelompok tetap selalu bertanya apa yang
menjadi pertanyaan yang belum dimengerti baik secara langsung atau melalui media
salah satunya pesan whatsapp. Dalam komunikasi interprofesional kelompok 13,
juga terdapat diskusi yang dilakukan secara langsung dengan melakukan evaluasi
setiap harinya, lalu menyampaikan pandangan atau pendapat yang diperlukan untuk
kelompok agar aspirasi tersampaikan dengan baik.
Bentuk implementasi lain dari komunikasi interprofesional yang dilakukan
kelompok 13 selain dengan sesama anggota kelompok juga dengan sasaran saat
melakukan penyebaran abate door to door sekaligus edukasi terkait sanitasi
dilingkungan rumah. Materi yang diberikan untuk kelompok sasaran terdiri dari
berbagai profesi sehingga 26 mahasiswa dibagi ke dalam 10 kelompok yang terdiri
dari 2-3 orang. Selalu berkoordinasi dengan pihak pembimbing kampus,
pembimbing lapangan baik di desa dan puskesmas juga merupakan bentuk
komunikasi interprofesional untuk berdiskusi terkait dengan permasalahan yang
sekiranya ditemukan di lapangan sehingga meminimalisir adanya penyimpangan
Selama proses kegiatan KKN IPE berlangsung, komunikasi yang kami jalankan
sudah berjalan dengan baik, baik dengan mahasiswa antar jurusan, dosen
pembimbing dan pembimbing didesa yang sudah senantiasa datang untuk
melakukan proses bimbingan dan memberikan masukan, baik itu kritik dan saran
untuk kegiatan yang akan penulis lakukan kedepannya. Pada kelompok 1, hal ini
juga sudah diterapkan dengan baik yang tercermin pada saat kami melakukan
analisis data hasil kuisioner dan menentukan masalah-masalah yang terjadi pada
keluarga binaan kami. Setelah data kuisioner itu direkap melalui bantuan google
form, lalu penulis berdiskusi antar profesi untuk menganalisis permasalahan dari
hasil kuisioner, kemudian penulis menyampaikan pendapat dan saling memberikan
saran tentang prioritas masalah yang akan diintervensi.

4. Bekerja Dalam Tim


Dalam pengorganisasian kelompok agar berjalan dengan efektif, maka
diperlukan pembagian tupoksi sehingga tim bekerja dengan baik. Seluruh anggota
KKN Desa Tejakula, Buleleng bekerja dengan baik sesuai dengan tupoksi yang
diberikan. Dalam tim dibagi menjadi beberapa tugas seperti inti yang terdiri dari
ketua, wakil, sekretaris dan bendaraha serta beberapa sie seperti sie acara, sie
humas, sie pdd dan sie perlengkapan yang dikolaborasikan dari berbagai profesi
(tidak terdapat sie yang terdiri dari satu profesi). Penulis mendapatkan posisi
sebagai koordinator sie acara yang memiliki tupoksi sebagai berikut. a.
Mengordinasikan pembuatan rundown kegiatan
Salah satu hal yang diperlukan dalam kegiatan adalah susunan acara atau
rundown kegiatan yang digunakan sebagai acuan dalam pelaksanaan acara. Dalam
hal ini tugas sie acara adalah untuk menyusun rundown serta perangkat yang
bertugas dalam acara sehingga acara berjalan sesuai dengan yang diharapkan. b.
Mengordinasikan pembagian kelompok kecil
Terdapat beberapa pembagian kelompok yang dilakukan untuk efektifitas
pekerjaan yang dilakukan dalam kelompok seperti kelompok pengumpulan data,
kelompok intervensi, kelompok pengkajian data maupun kelompok penyusunan
laporan besar. Kelompok tersebut dibagi oleh sie acara dengan pembagian rata dari
berbagai profesi sehingga kerjasama dapat tercipta dan seluruh anggota dapat
mengenal satu sama lain.
c. Mengordinasikan tugas-tugas kelompok
Dalam menyelesaikan target atau output perminggu maka kelompok dibagi
tugas-tugasnya untuk memaksimalkan kinerja dari seluruh anggota kelompok
sehingga tidak terdapat tumpang tindih satu sama lain. Tugas-tugas kelompok
dijelaskan oleh sie acara sehingga anggota lain dapat bekerja sesuai dengan tupoksi,
baik tugas profesi ataupun tugas kelompok seperti laporan besar.
Selain itu, saat turun ke lapangan ditemukan beberapa masalah sesuai sasaran
seperti remaja putri jarang mengonsumsi TTD, remaja KEK dan balita pendek.
Maka dari itu kelompok berdiskusi dan bekerja untuk memberikan pendapat
intervensi yang dapat diberikan sesuai berbagai profesi. Seluruh hasil dari kegiatan
KKN IPE ini baik dari peran dan tanggung jawab profesi, komunikasi interprofesi,
dan bekerja dalam tim diharapkan dapat memberikan pengalaman interprofesional
bagi mahasiswa dari jurusan yang berbeda yang dapat diterapkan di dunia kerja
nantinya serta memberikan pengalaman interkolaborasi antara sesama dosen dari
berbagai jurusan yang berbeda.

Anda mungkin juga menyukai