Anda di halaman 1dari 53

LAPORAN TUTORIAL

BLOK 10 MODUL 2

MANAJEMEN KESEHATAN MASYARAKAT

Tutor : drg
Ketua : Khanza Adiba
Sekretaris meja : Fauzan Fuadi
Sekretaris papan : Siti Arifa
Anggota :
1. Sayyid Azzam Muntashir
2. Hana Aziza Cahayani
3. Marelda Harsya Azzahra
4. Aisya Virgie Tiffosi Hika Hideti
5. Fatimah Az Zahra
6. Sausan Syifaarani Setiyawan
7. Sarah Amelia Putri Anfa
8. Reviola Amanda Putri
9. Windi Putri Arnores
10. Luthfiyah Nabila Zuri
MANAJEMEN KESEHATAN MASYARAKAT
Skenario 2

Program Puskesmas

Drg. Belu bertugas di Puskesmas Maju Jaya sebagai koordinator Upaya Kehatan
Masyarakat (UKM). Saat ini, Drg. Belu sedang sibuk mempersiapkan Lokakarya Mini (Lokmin)
tahunan puskesmas. Seluruh program puskesmas harus dievaluasi sesuai standar dan administrasi
yang benar. Dari hasil evaluasi Lokmin puskesmas diketahui bahwa terdapat beberapa program
puskesmas yang tidak mencapai target. Untuk meningkatkan pencapaian target program
puskesmas, drg belu melakukan tahapan problem solving cycle.
Dari hasil tahapan tersebut, didapatkan prioritas masalah di puskesmas Maju Jaya adalah
masalah stunting yang harus dicarikan akar penyebab masalah sehingga dapat dirancang program
yang tepat.
Bagaimana anda menjelaskan mengenai manajemen kesehatan masyarakat?

A. Mengklarifikasi Terminologi yang tidak diketahui dan mendefinisikan hal-hal yang


dapat menimbulkan kesalahan interpretasi
 Stunting : gangguan pertumbuhan yang terjadi pada anak dan memiliki dampak terhadap
pertumbuhan, ditandai dengan kurangnya tinggi badan, penyebab: kurang asupan
nutrisi.
 Lokakarya : suatu acara yang dimana orang berkumpul untuk memecahkan masalah
tertentu dan memecahkan solusinya
 Problem solving cycle : suatu kemampuan untuk mendefenisikan dan menyelesaikan
suatu masalah melalui penyusunan alternatif solusi
B. Menentukan Rumusan Masalah
 Apa saja manfaat manajemen kesehatan khususnya di bidang puskesmas?
 Apa saja kendala dalam pencapaian program puskesmas?
 Apa saja jenis dari lokakarya?
 Apa saja prinsip manajemen kesehatan?
 Apa saja program yang dapat dirancang untuk permasalahan kesehatan di
masyarakat?
 Apa metode yang digunakan untuk menilai manajemen puskesmas?
 Apa tujuan suatu puskesmas harus memiliki akreditasi?
 Apa saja standar pelayanan puskesmas?
 Apa saja tahap tahap manajemen kesehatan?
 Apa tujuan dilakukannya lokmin puskesmas?
 Apa saja tahapan problem solving cycle?
 Bagaimana penyelenggaraan manajemen puskesmas yang baik?

C. Menganalisa Masalah melalui brain storming dengan menggunakan prior


knowledge
1. Apa saja manfaat manajemen kesehatan khususnya di bidang puskesmas?
Agar terlaksana pengelola sumber daya yang efisien, memudahkan dalam
pemantauan penyakit scr lebih baik, memudahkan dalam koordinasi program kesehatan.
Koordinasi dan kerjasama lintas sektor, pengambilan keputusan berdasarkan data. Agar
meningkatkan pelayanan kesehatan, memenuhi kebutuhan dan tuntutan masyarakat.
Menciptakan keteraturan dalam berlangsungnya program, meningkatkan mutu.

2. Apa saja kendala dalam pencapaian program puskesmas?


Kendala internal : karna terjadi keterbatasan tenaga kesehatan, kurang sarana,
ketidaktertiban administrasi
Eksternal : adanya partisipasi masyarakat yang masih kurang, kepeduliaan lintas sektor
yang masih kurang.
3. Apa saja jenis dari lokakarya?
 Lokakarya mini bulanan puskesmas : pemantauan hasil kerja petugas dengan cara
membandingkan rencana kerja bulan lalu dari setiap petugas dengan hasil
kegiatannya
 Lokakarya mini triwulan puskesmas : pemantauan pelaksanaan kerjasama lintas
sektoral dengan lokakarya mini yang diselenggarakan setiap triwulan.
 Berdasarkan sifat : mengikat dan tidak mengikat
 Berdasarkan waktu : beruntun dan berkala.

4. Apa saja prinsip manajemen kesehatan?


Perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan dan pembimbingan, pengawasan, evaluasi.

5. Apa saja program yang dapat dirancang untuk permasalahan kesehatan di masyarakat?
 Program utama (upaya promosi kesehatan: penyuluhan, upaya perbaikan gizi:
masyarakat hidup sehat) dan pengembangan (upaya kesehatan di sekolah dan
kesehatan gigi dan mulut)
 Program pencegahan penyakit menular, pengendalian penyakit tidak menular,
kesehatan jiwa.
 Program KB, kesehatan lingkungan, usaha kesehatan sekolah, penanganan
gawatdarurat.
 Program imunisasi, kesehatan reproduksi, kesehatan anak, manajemen penyakit
kronis.

6. Apa metode yang digunakan untuk menilai manajemen puskesmas?


Metode survei, isian singkat/angket terbuka, wawancara dan kuesioner.

7. Apa tujuan suatu puskesmas harus memiliki akreditasi?


Untuk menjamin pembinaan atau mutu melalui perbaikan yang berkesinambungan thdp
sistem manajemen mutu dan sistem penyelenggaraan sistem kesehatan serta sistem
manajemen risiko.
8. Apa saja standar pelayanan puskesmas?
 Pelayanan kesehatan primer : pemeriksaan rutin penyakit umum
 Pelayanan kesehatan keluarga : ibu dan anak, prenatal dan postnatal
 Kesehatan lingkungan : sanitasi lingkungan dan pengendalian penyakit menular
 Kesehatan masyarakat : penyuluhan
 Gawatdarurat dan rujukan ketingkatan selanjutnya.

9. Apa saja tahap tahap manajemen kesehatan?


Tahap perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, pengawasan, koordinasi, dan
evaluasi. Tahap pelaksanaan dan pembimbingan.

10. Apa tujuan dilakukannya lokmin puskesmas?


Untuk meningkatkan kondisi puskesmas melalui kerjasama. Untuk mencari solusi dan
mengkomunikasikan program, menggali permasalahan di bidang kesehatan di wilayah
kerja.

11. Apa saja tahapan problem solving cycle?


Analisis situasi, identifikasi masalah, prioritas masalah, alternatif solusi, pelaksanaan
teknik terpilih, evaluasi solusi.

12. Bagaimana penyelenggaraan manajemen puskesmas yang baik?


Harus memiliki fasilitas pelayanan kesehatan dan izin dari pemerintah, memiliki struktur,
memiliki alur rujukan dan pelayanan, rekam medik.
D. Membuat skema atau diagram dari komponen-komponen permasalahan dan
mencari korelasi dan interaksi antar masing-masing komponen untuk membuat
solusi secara terintegrasi

E. Memformulasikan Tujuan Pembelajaran


1. Mahasiswa mampu memahami dan mengetahui tentang Program
Puskesmas

2. Mahasiswa mampu memahami dan mengetahui tentang Prinsip dasar


manajemen puskesmas

3. Mahasiswa mampu memahami dan mengetahui tentang Konsep pelayanan


kesehatan masyarakat
4. Mahasiswa mampu memahami dan mengetahui tentang Fungsi dan
Langkah Perencanaan Program puskesmas
5. Mahasiswa mampu memahami dan mengetahui tentang Evaluasi Program
Puskesmas

6. Mahasiswa mampu memahami dan mengetahui tentang Prioritas Masalah

7. Mahasiswa mampu memahami dan mengetahui tentang Langkah


Pemecahan masalah program puskesmas

F. Mengumpulkan Informasi di perpustakaan, internet dan lain-lain

G. Sintesa dan Uji Informasi yang telah di Peroleh


1. Mahasiswa mampu memahami dan mengetahui tentang
Program Puskesmas

• Definisi Puskesmas
Puskesmas adalah suatu kesatuan organisasi kesehatan fungsional yang merupakan
pusat pengembangan kesehatan masyarakat yang juga membina peran serta masyarakat
di samping memberikan pelayanan secara menyeluruh dan terpadu kepada masyarakat
di wilayah kerjanya dalam bentuk kegiatan pokok. Puskesmas didirikan untuk
memberikan pelayanan kesehatan dasar, menyeluruh, paripurna, dan terpadu bagi
seluruh penduduk yang tinggal di wilayah kerja Puskesmas.

• Program dan upaya kesehatan yang diselenggarakan oleh puskesmas


b. Program Pokok/Esensial Puskesmas
Upaya kesehatan masyarakat esensial merupakan program wajib yang diselenggarakan
oleh setiap Puskesmas untuk mendukung standar pelayanan minimal kabupaten/kota
bidang kesehatan.Program esensial puskesmas diantaranya:

1. Pelayanan Promosi Kesehatan


Promosi kesehatan merupakan bagian integral dari pembangunan nasional.
Hal ini merupakan salah satu pilar pembangunan kesehatan menuju
Indonesia Sehat melalui peningktana kesadaran,kemauan,dan kemampuan
hidup bagi setiap orang agar terwujudnya derjat kesehatan masyarakat
setinggi-tingginya.

Jenis kegiatan Promosi Kesehatan:


a) Menyediakan berbagai media seperti
flashcard,poster,brosur,pemutaran film yang berisi penyakit
beserta tata cara pencegahan dan pelayanan yang bisa
diperoleh di puskesmas tersebut.
b) Promosi kesehtan melalui pendekatan kelompok seperti karang
taruna dan posyandu,organisasi masyarakat seperti kelompok
kesenian tradisional.
c) Penggerakan dan pengorganisasian masyrakat seperti
kunjungan rumah,pemberdayaan berjenjang,dan survey
mawas diri.

1. Pelayanan Kesehatan Lingkungan


Kesehatan lingkungan merupakan suatu kondisi lingkungan yang mampu
menopang keseimbangan ekologi yang dinamis antara manusia dan
lingkungannya untuk mendukung tercapainya kualitas hidup manusia yang
sehat dan bahagia.
Jenis kegiatan Kesehatan Lingkungan:
a) Penyediaan air bersih
Syarat-syarat kualitas air bersih adalah:

• Syarat fisik : tidak berbau,tidak berasa,dan tidak


berwarna
• Syarat kimia : kesadahan maksimal 500 mg/L
• Syarat mikrobiologis : total koliform (maks 0 per 100
ml air)

b) Pembuangan kotoran tinja


Metode pembuangan tinja yang baik yaitu dengan jamban dengan
syarat sebagai berikut :

• Tanah permukaan tidak boleh terkontaminasi


• Tidak boleh terkontaminasi pada air tanah yang
mungkin memasuki mata air atau sumur
• Tidak dapat dijangkau oleh lalat atau hewan lain
• Jamban harus bebas dari bau atau kondisi yang tidak
sedap dipandang
c) Kesehatan pemukiman
Secara umum rumah dikatakan sehat apabila memenuhi kriteria:

• Kebutuhan fisiologis : pencahayaan,penghawaan dan


ruang gerak yang cukup,terhindar dari kebisingan yang
mengganggu
• Kebutuhan psikologis : privasi yang cukup,komunikasi
sehat antar anggota keluarga dan penghuni rumah
• Memenuhi syarat pencegahan penularan penyakit :
penyediaan air bersih,pengelolaan tinja dan limbah
rumah tangga,kepadatan hunian yang tidak berlebihan.
• Memenuhi persyaratan pencegahan terjadinya
kecelakaan : konstruksi yang tidak mudah
roboh,tidak mudah terbakar,dan tidak cenderung
membuat penghuninya jatuh tergelincir.

d) Pembuangan sampah
Teknik pengelolaan sampah yang baik dan benar harus
memperhatikan unsur berikut :

• Penyimpanan sampah
• Pengumpulan dan pengolahan serta pemanfataan
kembali
• Pengangkutan
• Pembuangan

e) Serangga dan bintanag pengganggu

• Menggunakan kelambu
• 3M (Menguras,mengubur,dan menutup) tempat
penampungan air

2. Pelayanan KIA dan KB


Program Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) adalah program untuk mengurangi AKI
dan AKB. Program ini di Indonesia ditungkan dalam bentuk program
Keluarga Berencana (KB),pelayanan pemeriksaan dan perawatan
kehamilan,persalinan sehat dan aman,serta pelayanan obstetric esensial di
pusat pelayanan kesehatan masyarakat.
Program KIA:
a) Meningkatkan kesehatan remaja
melalui perbaikan status gizi
(terutama anemia),imunisasi,pencegahan NAPZA
b) Perencanaan keluarga (menikah usia >21 tahun,jarak
antara kehamilan
2-3 tahun,jumlah anak maksimal 2,melahirkan sebelum usia 35 tahun)
c) Pemeriksaan penyakit dan Virus ( Virus Rubella,CMV,Virus
Hepatitis,dan Virus HIV) untuk menghindari diturunlan
penyakit akibat virus-virus tersebut kepada janin.
d) Pemeriksaan darah pada pasutri untuk antisipasi perbedaan
golongan darah dan rhesus antara ibu dan bayinya.
e) Perawatan selama kehamilan seperti mengukur BB dan TB,ukur
tekanan darah,nilai status gizi,tetntukan persentase janin dan
denyut jantung janin,skrining status imunisasi Tetanus Toksid
(TT),tes labor
f) Perwatan selama proses kehamilan,seperti pencegahan
infeksi,pertolongan persalinans sesuai standar,merujuk
kasus jika tidak dapat ditangani puskesmas ke faskes
tingkat 2
g) Perawatan esensial pada bayi baru lahir,seperti kunjungan
Neonatal hingga bayi berumur 28 hari baik dilakuan di
puskesmas maupun kunjungan ke rumah

3. Pelayanan Gizi Kegiatan :


a) Harian:

• Peningkatan pemberian ASI ekslusif


• Pemberian makanan pendamping ASI
• Pemberian tablet zat besi pada ibu hamil semasa
kehamilan
b) Bulanan :

• Pemantauan berat badan balita


• Kegiatan konseling gizi dalam rangka peningkatan
pendidikan gizi dan pemberdayaan usaha
perbaikan gizi
keluarga/masyarakat
c) Tahunan :

• Pemantauan status gizi balita


• Pemantauan konsumsi gizi

4. Pelayanan Pencegahan dan Pengendalian Penyakit


a) Penyakit Menular Langsung

• HIV/AIDS : memeberi pengobatan dan perawatan


untuk mencegah penularan,mengedukasi masyarakat
untuk meningkatkan pengetahuan dan kepedulian
masyarakat terhadap HIV/AIDS,pemberian layanan
k=Komprehensif Berkesinambungan di beberapa
kab/kota di Indonesia.
• TB : peningkatan akes layanan Temukan

Obati Sampai
Sembuh),Pengendalian factor resiko TB

• ISPA : penemuan dan tatalaksana kasus pneumonia


pada balita secara dini diharapkan dapat menekan
angka kematian akibat pneumonia.
• Hepatitis : melaksanakan upaya peningkatan
pengetahuan dan kepedulian,pencegahan secara
komprehensif,pengamatan penyakit dan pengendalian
termasuk tatalaksana dan pengendalian termasuk
tatalaksana dan peningkatan akses layanan.
b) Penyakit Tidak Menular

Pembentukan Pos Pembinaan Terpadu (Posbindu) : deteksi


dini factor resiko,penyuluhan,dan kegiatan bersama
komunitas untuk menuju pilaku hidup sehat dan bersih.

c. Program Pengembangan Puskesmas


l Program Pengembangan pelayanan kesehatan Puskesmas adalah beberapa
upaya kesehatan pengembangan yang ditetapkan Puskesmas dan Dinas
Kesehatan kabupaten/kota sesuai dengan permasalahan, kebutuhan dan
kemampuan puskesmas. Dalam struktur organisasi puskesmas program
pengembangan ini biasa disebut Program spesifik lokal,
l Menurut KEPMENKES RI NO: 128/MENKES/SK/AI/2004, Progmm
pengembangan pelayanan kesehatan Puskesmas tersebut adalah
1. Usaha Kesehatan Sekolah, adalah pembinaan kesehatan
masyarakat yang dilakukan petugas Puskesmas di sekolah-sekolah
(SD,SMP dan SMP) diwilayah kerja Puskesmas
2. Kesehatan Olah Raga adalah semua bentuk kegiatan yang
menerapkan ilmu pengetahuan fisik untuk meningkatkan kesegaran
jasmani masyarakat, naik atlet maupun masyarakat umum. Misalnya
pembinaan dan pemeriksaan kesegaran jasmani anak sekolah dan
kelompok masyarakat yang dilakukan puskesmas di luar gedung
3. Perawatan Kesehatan Masyarakat, adalah program pelayanan
penanganan kasus tertentu dari kunjungan puskesmas akan ditindak lanjuti atau
dikunjungi ketempat tinggalnya untuk dilakukan asuhan keperawatan induvidu
dan asuhan keperawatan keluarganya. Misalnya kasus gizi kurang penderita
ISPA/Pneumonia 4. Kesehatan Kerja, adalah program pelayanan keschatan
kerja puskesmas yang ditujuhkan untuk masyarakat pekerja informal maupun
formal diwilayah kerja puskesmas dalam rangka pencegahan dan
pemberantasan penyakit serta kecelakaan yang berkaitan dengan pekerjaan dan
lingkungan kerja. Misalnya pemeriksaan secara berkala di tempat kerja oleh
petugas puskesmas
5. Kesehatan Gigi dan Mulut, adalah program pelayanan kesehatan gizi
dan mulut yang dilakukan Puskesmas kepada masyarakat baik didalam maupun
diluar gedung (mengatasi kelainan atau penyakit ronggo mulut dan gizi yang
merupakan salah satu penyakit yang terbanyak di jumpai di Puskesmas
6. Kesehatan Jiwa, adalah program pelayanan keschatan jiwa yang
dilaksanakan oleh tenaga Puskesmas dengan didukung oleh peman serta
masyarakat, dalam rangka mencapai derajat keschatan jiwa masyarakat yang
optimal melalui kegiatan pengenalan/deteksi dini gangguan jiwa, pertolongan
pertama gangguan jiwa dan konseling jiwa. Sehat jiwa adalah perasaan sehat
dan bahagia serta mampu menghadapi tantangan hidup, dapat menerima orang
lain sebagaimana adanya dan mempunyai sikap positif terhadap diri sendiri dan
orang lain. Misalnya ada konseling jiwa di Puskesmas,
7. Kesehatan Mata adalah program pelayanan kesehatan mata
terutama pemeliharaan kesehatan (promotif, preventif, kuratif dan
rehabilitatif) dibidang mata dan pencegahan kebutaan oleh tenaga keschatan
Puskesmas dan didukung oleh peran serta aktif masyarakat. Misalnya upaya
penanggulangan gangguan refraksi pada anak sekolah.
8. Keschatan Usia Lanjut, adalah program pelayanan keschatan usia lanjut
atau upaya keschatan khusus yang dilaksanakan oleh tenaga Puskesmas dengan
dukungan peran serta aktif masyarakat dalam rangka meningkatkan derajat
kesehatan masyarakat usia lanjut. Misalnya pemeriksaan kesehatan untuk
mendeteksi dini penyakit degeneratif, kardiovaskuler seperti : diabetes Melitus,
Hipertensi dan Osteoporosis pada kelompok masyarakat usia lanjut.
9. Pembinaan Pengobatan Tradisional, Adalah program pembinaan
terhadap pelayanan pengobatan tradisional, pengobat tradisional dan cara
pengobatan tradisional. Yang dimaksud pengobatan tradisional adalah
pengobatan yang dilakukan secara turun temurun, baik yang menggunakan
herbal (jamu), alat (tusuk jarum, juru sunat) maupun keterampilan (pijat, patah
tulang).

Setiap program yang dilaksanakan di puskesmas di lengkapi dengan pelaksana


program yang terlatih dan sesuai dengan keahlianya, peralatan kesehatan (alat
pelayanan dan bahan habis pakai keschatan), dilengkapi juga dengan pedoman
pelaksanan program dan sasaran program (populasi sasaran dan target sasaran)
termasuk sistem pencatatan ( register pencatatan pelayanan) dan pelaporannya
serta standar operasional prosedur pelayanan keschatan programnya, dan
beberapa kelengkapan lainnya misalnya kendaran roda dua dan empat.
Kelengkapan program Puskesmas ini selalu mendapatkan pengawasan, evaluasi
dan bimbingan dari Dinas Kesehatan Kabupaten/kotanya.
2. Mahasiswa mampu memahami dan mengetahui tentang Prinsip dasar
manajemen puskesmas
l Definisi
Manajemen Puskesmas adalah suatu rangkaian kegiatan perencanaan,
pengorganisasian, pelaksanaan, pengendalian, penilaian dan
pertanggungjawaban yang secara sistematik dilaksanakan puskesmas dalam
rangka menyelenggarakan tugas dan fungsi sehingga menghasilkan luaran
puskesmas yang efektif dan efisien. Untuk dapat melaksanakan usaha pokok
puskesmas secara efisien, efektif, produktif, dan berkualitas, pimpinan
Puskesmas harus memahami dan menerapkan prinsip-prinsip manajemen.

Manajemen bermanfaat untuk membantu pimpinan dan pelaksana program


agar kegiatan program Puskesmas dilaksanakan secara efektif dan efisien.

l Tahapan Pokok Manajemen Puskesmas:

a. Perencanaan

b. Pelaksanaan dan pengendalian

c. Pengawasan dan pertanggungjawaban

a. Perencanaan

Perencanaan merupakan proses penyusunan rencana tahunan Puskesmas untuk


mengatasi masalah kesehatan di wilayah kerja Puskesmas. Hal ini meliputi:

1. Rencana usulan kegiatan, terdiri dari:

l Upaya Kesehatan Puskesmas Wajib,

l Upaya Kesehatan Puskesmas Pengembangan


2. Rencana pelaksanaan kegiatan, merupakan rancangan yang dibuat
ketika akan melaksanakan kegiatan. Terdiri dari upaya wajib dan
pengembangan.

b. Pelaksanaan Dan Pengendalian

Pelaksanaan dan pengendalian merupakan proses penyelenggaraan, pemantauan


serta penilaian terhadap penyelenggaraan rencana tahunan Puskesmas. Ada
empat komponen yang ada dalam tahap ini, yaitu:

1. Pengorganisasian

- Penentuan penanggung jawab dan pelaksana kegiatan per-


satuan wilayah kerja

- Membagi habis pekerjaan

- Penggalangan kerjasama tim dg lintas sektoral

2. Penyelenggaraan

Dalam penyelenggaraan harus memperhatikan :

- Azas penyelenggaraan puskesmas

- Standar dan Pedoman pelayanan

- Menyelenggarakan kendali mutu dan kendali biaya

3. Pemantauan

Pemantauan dilaksanakan dengan memperhatikan:

a. kinerja (cakupan, mutu, biaya)

b. masalah dan hambatan

c. menggunakan data dari SIMPUS (Sistem Informasi Manajemen


Puskesmas)
4. Penilaian – sumber data utama SIMPUS

c. Pengawasan Dan Pertanggungjawaban


Pengawasan dan pertanggungjawaban merupakan proses memperoleh suatu
kepastian atas kesesuaian penyelenggaraan dan pencapaian tujuan puskesmas
terhadap rencana dan peraturan perundang-undangan serta berbagai kewajiban
yang berlaku.

1. Pengawasan, dilakukan secara Internal dan Eksternal

2. Pertanggungjawaban, dilaporkan dalam bentuk laporan


pertanggungjawaban yang terdiri dari:

- laporan berkala

- laporan pertanggung jawaban masa jabatan

l Asas Pengelolaan Puskesmas

1. Asas pertanggung jawaban wilayah


a. Puskesmas bertanggung jawab dalam meningkatkan derajat
kesehatan masyarakat yang bertempat tinggal di wilayanya. Seperti
puskesmas andalas bertanggung jawab atas Kesehatan masyarakat di
derah jati.
b. Puskesmas juga bertanggung jawab dalam melakukan
kegiatan baik dalam Gedung dan di luar Gedung. Contoh
kegiatan seperti imunisasi, Kesehatan gigi dan mulut, dll.
c. Puskesmas yang berada di desa akan ditunjang kegiatan nya
dengan puskesmas pembantu, bidan desa, dan puskesmas keliling
yang berada di daerah tersebut.

2. Asas pemberdayaan masyarakat


a. Setiap puskesmas yang berada di wilayah kerjanya harus
memberdayakan perorangan, keluaraga, dan masyarakat, agar
berperan aktif dalam menyelenggarakan setiap program upaya
puskesmas, contoh pemberdayaan perorangan : antara pasien dan
dokter. Sedangkan masyarakat seperti promosi Kesehatan.

b. Potensi masyarakat perlu dihimpun dalam UKBM yaitu UKBM


adalah wahana pemberdayaan masyarakat bidang kesehatan yang
dibentuk atas dasar kebutuhan masyarakat, dikelola oleh, dari,
untuk, dan bersama masyarakat dalam penyelenggaraan
pembangunan kesehatan guna memberdayaan masyarakat dan
memberikan kemudahan dalam memperoleh pelayanan kesehatan
dasar / sosial dasar untuk mempercepat penurunan Angka Kematian
Ibu, Angka Kematian Bayi dan Pencegahan
Stunting.

3. Asas rujukan
a. Puskesmas juga melakukan sisitem rujukan ke beberapa pelayanan
Kesehatan lainnya. Dengan alas an jika puskesmas tersebut tidak
memiliki sarana/prasarana yang cukup memadai, tenaga Kesehatan
yang tidak memadai, dan bisa juga karena tenaga ahli yang bergerak
dibidang itu tidak dimiliki oleh puskesmas tersebut.

l Instrumen Manajemen Puskesmas


Untuk menunjang pelaksanaan fungsi dan penyelenggaraan upayanya,
Puskesmas dilengkapi dengan instrumen manajemen yang terdiri dari :
1. Perencanaan tingkat Puskesmas

Adapun tahapan dalam penyusunan perencanaan tingkat


puskesmas adalah sebagai berikut :
- Persiapaan
- Analisis situasi
- Penyusunan Rencana Usulan Kegiatan
- Penyusunan Rencana Pelaksanaan Kegiatan

2. Lokakarya Mini Puskesmas


Bentuknya Lokakarya Mini
a. Lokmin Lintas Program , bertujuan :

i. Meningkatkan kerjasama
antar petugas
internal puskesmas
ii. Mendapatkan kesepakatan sesuai
rencana pelaksanaan kegiatan
iii. Meningkatkan motivasi tugas seluruh staf
puskesmas : Mengkaji pelaksanaan rencana
kerja (RPK) yang telah disusun.
b. Lokmin Lintas Sektor, bertujuan :
i. Mendapatkan kesepakatan rencana kerja
lintas sektoral,
ii. untuk membina dan mengembangkan
peran serta masyarakat dalam bidang
Kesehatan

Tujuan dan Manfaat dari Lokakarya Mini Puskesmas yaitu

- Efisiensi Efektivitas sumber kerja daya


- Motivasi kerja petugas
- Jaga mutu
- Penggerakkan peran serta masyarakat -
Koordinasi-komunikasi-informasi KERJASAMA
3. Penilaian Kinerja Puskesmas.
Termasuk manajemen Sumber Daya termasuk alat, obat,
keuangan dan Tenaga serta didukung dengan manajemen sistem
pencatatan dan pelaporan disebutsistem informasi manajemen
Puskesmas ( SIMPUS ) dan upaya peningkatan mutu pelayanan

Kinerja cakupan pelayanan di kelompokkan sebagai berikut


:

a. Kelompok I (kinerja baik) : Tingkat pencapaian


hasil ≥
91 %
b. Kelompok II (kinerja cukup) : Tingkat pencapaian
hasil 81
– 90 %
c. Kelompok III (kinerja kurang) : Tingkat pencapaian
hasil

80 %

3. Mahasiswa mampu memahami dan mengetahui tentang Konsep


pelayanan kesehatan masyarakat
• Definisi Pelayanan Kesehatan Masyarakat
Menurut Levey dan Loomba, setiap upaya yang diselenggarakan sendiri atau
secara bersama-sama dalam suatu organisasi untuk memelihara dan meningkatkan
kesehatan, mencegah dan menyembuhkan penyakit serta memulihkan kesehatan
perseorangan keluarga, kelompok ataupun masyarakat.

• Ciri-ciri pelayanan kesehatan masyarakat


1. Usaha sendiri : misalnya pelayanan dokter praktek
2. Usaha lembaga atau organisasi : misalnya pelayanan kesehatan
masyarakat di puskesmas
3. Memiliki tujuan yang dicapai : tujuannya untuk meningkatkan
derajat kesehatan masyakarakat
4. Lingkup program : seperti kegiatan pemeliharaan kesehatan,
peningkatan kesehatan, pencegahan penyakit, penyembuhan
penyakit, pemulihan kesehatan atau gabungan semuanya.

• Jenis dan Bentuk Pelayanan Kesehatan Menurut Hodgetts dan cascio


:
1. Pelayanan kedokteran

Ditandai dengan cara perngoranisasian yang dapat bersifat sendiri atau secara
bersama dalam satu organisasi, tujuan utamanya untuk menyembuhkan penyakit
dan memilihkan kesehatan serta sasaranya terutama untuk perseorangan dan
keluarga

2. Pelayanan kesehatan masyarakat

Ditandai dengan cara perngoranisasian yang umumnya secara bersama sama


dalam satu organisasi, tujuan utamanya untuk meningkatkan kesehatan serta
mencegah penyakit, dan sasaran utamanya kelompok dan masyarakat.

• Perbedaan Kesehatan Masyarakat dan Kedokteran


• Syarat yang harus dipenuhi agar pelaynan kesehatan masyarakat baik
a. Tersedia dan berkesinambungan

Pelayanan tersebut harus tersedia di masyarakat (available) dan bersifat


berkesinambungan (continous) artinya semua jenis pelayanan kesehatan
yang dibutuhkan oleh masyarakat tidak sulit
ditemukan, serta keberadaannya dalam masyarakat ada pada setiap saat
yang dibutuhkan.

b. Dapat diterima dan wajar (acceptable & appropriate)

Pelayanan tersebut tidak bertentangan dengan adat istiadat, kebudayaan,


keyakinan dan kepercayaan masyarakat serta bersifat wajar.

c. Mudah dicapai (accessible)


Pengertian tercapai disini terutama dari sudut lokasi. Untuk dapat
mewujudkan pelayanan kesehatan yang baik maka pengaturan
distribusi sarana kesehatan menjadi sangat penting. Pelayanan
kesehatan yang terlalu terkonsentrasi di daerah perkotaan saja dan
tidak ditemukan di daerah pedesaan, bukanlah pelayanan kesehatan
yang baik.

d. Mudah dijangkau (affordable)

Pengertian keterjangkauan ini terutama dari sudut biaya. Untuk dapat


mewujudkan keadaan seperti ini harus dapat diupayakan biaya
pelayanan kesehatan tersebut sesuai dengan kemampuan ekonomi
masyarakat.

e. Bermutu (quality)

Pengertian bermutu disini adalah yang menunjukkan pada tingkat

kesempurnaan pelayanan kesehatan yang diselenggarakan yang

disatu pihak dapat memuaskan para pemakai jasa pelayanan dan di

pihak lain tata cara penyelenggaraannya sesuai dengan kode etik

serta standar yang telah ditetapkan.


4. Mahasiswa mampu memahami dan mengetahui tentang Fungsi dan
Langkah
Perencanaan Program puskesmas

Definisi
ü Perencanaan adalah suatu proses kegiatan yang berurutan dan harus
dilakukan untuk mengatasi permasalahan dalam rangka mencapai
tujuan yang telah ditentukan dengan memanfaatkan sumberdaya
yang tersedia secara efektif dan efisien.
ü Perencanaan Tingkat Puskesmas (PTP) adalah proses penyusunan rencana
kegiatan tingkat Puskesmas untuk tahun yang akan datang, dilakukan
secara sistematis untuk mengatasi masalah atau sebagian masalah
kesehatan masyarakat di wilayah kerjanya.
ü PTP Terpadu adalah suatu pendekatan perencanaan tingkat Puskesmas yang
mana komponen perencanaan terpadu dari IMP dipakai sebagai dasar
analisa semua program kesehatan dasar Puskesmas dan penentuan
kampung prioritas serta penentuan kegiatan terpilih untuk dimasukkan ke
dalam Rencana Usulan Kegiatan (RUK) Puskesmas.

Fungsi Perencanaan
1. Perencanaan dapat memberikan petunjuk untuk menyelenggarakan
upaya kesehatan secara efektif dan efisien
demi mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
2. Perencanaan memudahkan pengawasan dan
pertanggungjawaban.
3. Perencanaan dapat mempertimbangkan hambatan, dukungan dan
potensi yang tersedia

Tujuan PTP Terpadu


1. Menyusun rencana 5 (lima) tahunan yang kemudian dirinci kedalam
rencana tahunan;
2. Menggerakan pelaksanaan upaya kesehatan secara efisien dan
efektif;

3. Mengelola sumber daya secara efisien dan efektif;

4. Menyusun perencanaan dan penganggaran sesuai alur manajemen


puskesmas dalam mengatasi permasalahan di kampung dengan
memastikan semua anggota masyarakat dapat terlayani secara rutin

5. Terbentuknya semangat dan komitmen untuk bekerja secara tim, tidak


terkotakkotak, sehingga pelayanan kesehatan pada masyarakat dapat
dilaksanakan dengan lebih efektif untuk mencapai cakupan dan
kualitas pelayanan yang setinggitingginya.

l Ruang Lingkup PTP


Perencanaan Tingkat Puskesmas mencakup semua kegiatan yang termasuk
dalam Upaya Kesehatan Esensial, Upaya Kesehatan Pengembangan dan upaya
kesehatan penunjang. Perencanaan ini disusun oleh Puskesmas sebagai
Rencana Tahunan Puskesmas

l Dasar Hukum PTP


Dasar hukum Perencanaan Tingkat Puskesmas Terpadu:

1. Undang-Undang Republik Indonesia No.36 Tahun 2009 tentang


Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009
Nomor.144, Tambahan Lembaran

2. Negara Republik Indonesia Nomor 5063).

3. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 75 tahun


2014 tentang Pusat Kesehatan Masyarakat. (Berita Negara
Republik Indonesia Tahun 2014 No.1676)
4. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.44 Tahun
2016, tentang Pedoman Manajemen Puskesmas. (Berita Negara
Republik Indonesia Tahun 2016 Nomor 1423)

5. Peraturan Menteri Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan


Transmigrasi No.8 Tahun 2016 tentang Penggunaan Dana Desa.

l Tahapan Perencanaan
Perencanaan Tingkat Puskesmas disusun melalui 4 tahap yaitu:

1. Tahap persiapan

Tahap ini bertujuan mempersiapkan staf Puskesmas yang terlibat dalam


proses penyusunan Perencanaan Tingkat Puskesmas agar memperoleh
kesamaan pandangan dan pengetahuan untuk melaksanakan
tahap-tahap perencanaan.

Pada tahap ini Tim Puskesmas mempelajari hal-hal berikut ini:

a. Rencana Lima Tahunan Puskesmas


b. Penjabaran tahunan rencana capaian target Standar Pelayanan
Minimal tingkat kabupaten/kota.

c. Target yang disepakati bersama Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dan


menjadi tanggung jawab Puskesmas.

d. Pedoman Umum Program Indonesia Sehat dengan Pendekatan


keluarga.

e. Penguatan Manajemen Puskesmas Melalui Pendekatan keluarga.

f. NSPK lainnya yang dianggap perlu untuk diketahui oleh Tim di dalam
penyusunan perencanaan Puskesmas.
2. Tahap analisa situasi

Tahap ini dimaksudkan untuk memperoleh informasi mengenai keadaan dan


masalah yang dihadapi Puskesmas melalui proses analisa terhadap data yang
dikumpulkan. Dalam tahap ini Tim Puskesmas melakukan langkah–langkah
sebagai berikut:

a. Mengumpulkan data kinerja Puskesmas:

Puskesmas mengumpulkan dan mempelajari data kinerja dan gambaran status


kesehatan masyarakat di wilayah kerja Puskesmas di tahun (N-2) untuk setiap
desa/kelurahan. Data diperoleh dari Sistem Informasi Puskesmas (SIP)

b. Melakukan Analisa data

Hasil analisa data harus bisa menggambarkan:

1) Kecenderungan pencapaian status kesehatan masyarakat dan hasil kinerja


Puskesmas pada tahun (N-3) dan tahun (N-2). Status kesehatan keluarga
dan masyarakat dapat dilihat dari hasil Indeks Keluarga Sehat yang
diperoleh dari pelaksanaan Program Indonesia Sehat dengan Pendekatan
Keluarga.

2) Hasil kinerja dan mutu penyelenggaraan kesehatan di tahun (N-2).


3) Prediksi status kesehatan dan tingkat kinerja Puskesmas di tahun N,
baik prediksi untuk pencapaian target kinerja dan status kesehatan
masyarakat maupun untuk kesenjangan pencapaian hasilnya, serta
antisipasi terhadap kemungkinan penyebab dan hambatan nyata dan
yang mungkin akan terjadi.

4) Mengidentifikasi faktor-faktor yang mendukung kemungkinan terjadinya


suatu perubahan signifikan, baik perubahan ke arah yang lebih baik dan
perubahan ke arah lebih buruk, dan memanfaatkan
pengalaman tersebut untuk mengadakan perbaikan pelayanan kesehatan.

5) Ketersediaan dan kemampuan sumber daya Puskesmas.

b. Analisis masalah dari sisi pandang masyarakat, dilakukan melalui


Survey Mawas Diri (SMD) atau Community Self Survey (CSS).

Ada dua kelompok data yang dikumpulkan untuk dilakukan analisa


situasi yaitu data umum dan data khusus. Kedua data ini diolah dengan
menggunakan aplikasi yang di excel menggunakan dalam file “Form 1-12 PTP
2018”.

1. Data Umum:

a) Data dasar Puskesmas (Format Puskesmas)

Nama Puskesmas, alamat Puskesmas, nomor registrasi Puskesmas,


karakteristik wilayah kerja Puskesmas, kemampuan penyelenggaraan
Puskesmas, angka kelahiran kasar (CBR), angka kematian bayi (AKB), tahun
data dan jumlah kampung.

b) Data Wilayah Kerja dan Fasilitas Pelayanan (Format F1)

Nama kampung/desa, kampung/desa tertinggal, kampung gondok endemik,


luas wilayah, jumlah desa/dusun/RT/RW, jarak desa dengan Puskesmas,
waktu tempuh ke Puskesmas, jumlah sekolah, jumlah fasilitas pelayanan
kesehatan yang ada termasuk Posyandu. Data ini dapat diperoleh di Kantor
Kecamatan/Distrik atau Kampung/Desa.

c) Data Sumber Daya

Data sumber daya Puskesmas (termasuk Puskesmas Pembantu dan Bidan di


Desa), mencakup:
- Ketenagaan (Format F2a)

- Ketenagaan meliputi: Jumlah Tenaga Kesehatan, Non Kesehatan dan Status


Kepegawaian, Standar Ketenagaan Minimal di Puskesmas dan Posisi Saat
Ini, Standar Ketenagaan Minimal di Puskesmas Pembantu, Standar
Ketenagaan Minimal di Polindes/Poskeskam.

- Ketersediaan obat dan vaksin (Format F2b).

- Keadaan peralatan kesehatan (Format F2c).

- Pembiayaan Kesehatan (Format F2d)

- Keadaan Sarana Prasarana Kesehatan (Format F2e)

d) Data Peran Serta Masyarakat (Format F3)

Data ini mencakup jumlah Posyandu, kader, dukun bayi dan tokoh masyarakat.

e) Data Penduduk dan Sasaran Program (Format F4)

Data penduduk dan sasaran program mencakup: jumlah penduduk berdasarkan


jenis kelamin, kelompok umur (sesuai sasaran program dan SPM), di setiap
desa/kampung. Data ini dapat diperoleh di kantor kampung/desa, kantor
kecamatan, dan data estimasi sasaran di Dinas Kesehatan Kabupaten/ Kota.

f) Data sekolah (Format F5)

Data sekolah dapat diperoleh dari dinas pendidikan setempat, mencakup jenis
sekolah, jumlah siswa, klasifikasi sekolah UKS, jumlah dokter kecil, jumlah
guru UKS/guru BP, dan lain-lain.

2. Data Khusus (hasil capaian kinerja Puskesmas)

a) Data Kesehatan Lingkungan wilayah kerja Puskesmas (Format F6)


Data kesehatan lingkungan mencakup rumah sehat, tempat pembuatan
makanan/minuman, tempat-tempat umum, tempat pembuangan sampah, sarana
air bersih, jamban keluarga, sistem pembuangan air limbah, sarana air minum
dan sanitasi.

b) Status Kesehatan terdiri dari:

1. Data kematian berdasarkan jenis kelamin dan kelompok umur


(Format F7)

2. Data Kunjungan Kesakitan berdasarkan jenis kelamin dan jumlah


kunjungan baru atau lama (Format F8)

3. Pola Penyakit yaitu 10 penyakit terbesar yang ditemukan


berdasarkan jenis kelamin (Format F9)

c) Kejadian Luar Biasa (Format F10), dapat dilihat pada Laporan W1


(SIP).

d) Cakupan Program Pelayanan Kesehatan 1 (satu) tahun terakhir di setiap


kampung/desa, dapat dilihat dari Laporan Capaian Kinerja Puskesmas
(Format F11a, F11b, F11c). Sedangkan format F11d adalah format untuk
memantau capaian SPM, format F11e khusus disediakan untuk membantu
Puskesmas dalam menentukan prioritas kampung berdasarkan kategori
kampung sesuai masingmasing program.

(Catatan: Format 11a s.d 11e merupakan format pengembangan dari modul
IMP yang telah dimodifikasi sesuai kebutuhan PTP Terpadu).

e) Hasil survey (bila ada), dapat dilakukan sendiri oleh Puskesmas atau
pihak lain (Format F12).

3. Tahap penyusunan Rencana Usulan Kegiatan

Penyusunan RUK dirumuskan setelah melalui tahapan Analisa Situsi dan


Perumusan Masalah, bersama dengan pihak lintas sektor terkait dan
didampingi oleh dinas kesehatan kabupaten/kota. Penyusunan RUK terintegrasi
ke dalam sistem perencanaan daerah dan dalam tataran target pencapaian akses,
target kualitas pelayanan, target pencapaian output dan outcome, serta
menghilangkan kondisi yang dapat menyebabkan kehilangan peluang dari
sasaran program untuk mendapatkan pelayanan kesehatan yang seharusnya
dapat dilaksanakan secara terintegrasi dalam satu pelaksanaan (missed
opportunity).

Penyusunan Rencana Usulan Kegiatan (RUK), dilaksanakan dengan

memperhatikan hal-hal sebagai berikut:

a. Menyusun RUK bertujuan untuk mempertahankan kegiatan yang sudah


dicapai pada periode sebelumnya dan memperbaiki program yang masih
bermasalah.

b. Menyusun rencana kegiatan baru yang disesuaikan dengan kondisi


kesehatan di wilayah tersebut dan kemampuan Puskesmas. RUK yang disusun
perlu diperjuangkan untuk mendapatkan dukungan pembiayaan sesuai dengan
sumber pembiayaan yang dicantumkan dalam RUK tersebut. Untuk
memperoleh dukungan dana APBD, RUK Puskesmas perlu dijabarkan dalam
dalam bentuk RKA (Rencana Kegiatan Anggaran). Penjabaran ke dalam RKA
sebaiknya menggunakan rincian yang telah dibuat lewat Hitung RUK yang
terdapat dalam file “RUK Puskesmas”

4. Tahap penyusunan Rencana Pelaksanaan Kegiatan

Langkah-langkah penyusunan RPK dapat diringkas sebagai berikut:

1. Mempelajari alokasi kegiatan dan biaya yang sudah disetujui.

2. Membandingkan alokasi kegiatan yang disetujui dengan


Rencana Usulan Kegiatan (RUK) yang
3. diusulkan dan situasi pada saat penyusunan RPK.

4. Menyusun rancangan awal, rincian dan volume kegiatan yang


akan dilaksanakan serta sumber daya pendukung menurut bulan
dan lokasi pelaksanaan.

5. Mengadakan Lokakarya Mini Tahunan untuk membahas


kesepakatan RPK.
6. Membuat RPK yang telah disusun dalam bentuk matriks.

5. Mahasiswa mampu memahami dan mengetahui tentang Evaluasi


Program Puskesmas
• Pengertian Evaluasi Program Puskesmas
Evaluasi merupakan bagian dari sitem manajemen yaitu perencanaan,
organisasi, pelaksanaan dan monitoring dan evaluasi. Menurut Stufflebeam
dalam Lababa (2008), evaluasi adalah “the process of delineating, obtaining,
and providing useful information for judging decision alternative” artinya
evaluasi merupakan proses menggambarkan, memperoleh, dan menyajikan
informasi yang berguna untuk merumuskan suatu alternatif keputusan.
Evaluasi pogram Kesehatan masyarakat adalah suatu proses untuk
menyediakan informasi tentang sejauh mana suatu pogram Kesehatan
masyarakat telah dicapai, bagaimana perbedaan pencapaian itu dengan suatu
standar tertentu untuk mengetahui apakah ada selisih antara keduanya, serta
bagaimana manfaat yang telah didapatkan dari pogram Kesehatan masyarakat
yang telah dilaksanakan bila dibandingkan dengan harapan harapan yang ingin
diperoleh (Umar,2002).
• Tujuan Evaluasi Program Puskesmas
Tujuan evaluasi pogram puskesman/ Kesehatan masyarakat (Husna, 2012) :
1. Memberikan masukan bagi perencanaan pogram Kesehatan
masyarakat
2. Menyajikan masukan bagi pengambil keputusan yang berkaitan
dengan tindak lanjut, pelunasan atau pengehntian pogram Kesehatan
masyarakat
3. Memberikan masukan bagi yang mengambil keputusan tentang
modifikasi atau perbaikan pogram Kesehatan masyarakat
4. Memberikan masukan yang berkenaan dengan factor pendukung dan
penghambat pogram Kesehatan masyarakat
5. Memberi masukan untuk kegiatan motivasi
dan pembinaan bagi penyelenggara, pengelola, dan pelaksanaan
pogram Kesehatan masyarakat

Komponen dan Indikator Evaluasi Program Puskesmas


Menurut Tayibnafis, ada komponen tertentu yang selalu ditemukan dalam setiap
perencanaan evaluasi, yaitu :
1. Tujuan Evaluasi
Memahami tujuan evaluasi adalah salah satu wawasan paling penting yang
harus dimiliki seirang evaluator. Apapapun bentuk dan pendekatan evaluasi,
penentuan tujuan evaluasi akan selalu berkenan dengan apa yang diharapkan
dari pelaksanaan suatu evaluasi, yaitu output dan outcame.
2. Metode Evaluasi
Pendekatan utama dalam evaluasi :
1. Pendekatan yang berorientasi pada tujuan, yang fokusnya
adalah menentukan tujuan dan sasaran serta pencapaian.
2. Pendekatan yang berorintasi pada manajemen, yang fokus
utamanya adalah identifikasi dan pemenuhan kebutuhan
informasi bagi para pembuat keputusan manajerial.
3. Pendekatan yang berorintasi pada klien, yaitu masalah utamanya
adalah mengembangkan informasi evaluasi dalam produk
produk, misal pendidikan, untuk digunakan oleh pengguna
pendidikan dalam memilih kurikulum.
4. Pendekatan yang berorintasi pada para ahli, yang sangat
bergantung pada penerapan langsung dari para profesinal
dalam menilai kualitas.
5. Pendekatan yang berorintasi pada lawan atau pesaing, yaitu
sebagai kontra atau penyeimbang dari pendekatan yang
berorientasi pada paa ahli pada umumnya
6. Pendekatan naturalistic yang berorientasi pada
partisipan,
keterlibatan partisipan merupakan penentu utama dalam nilai-nilai,
kriteria, kebutuhan dan sifat data untuk evaluasi

Sedangkan menurut Wolter W. Holland, komponen utama evaluasi :


1. Kesesuaian yang berkaitan dengan alasan atau maksud
mengadakan program, rencana kegiatan, pelayanan atau unit-
unit
2. Tinjauan terhadap kemajuan program
3. Daya guna dan hasil guna program
4. Dampak pelaksanaan program

Dari 2 pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa komponen evaluasi terdiri


dari tujuan, metode, sasaran kegiatan dan sumber daya evaluasi,

Dalam WHO indikator didefinisikan sebagai variabel yang membantu untuk


mengukur perubahan. indikator adalah variabel yang dapat membantu mengukur
perubahan-perubahan. variabel adalah alat bantu evaluasi yang
dapat mengukur perubahan secara langsung dan tak langsung. misalnya, kalau tujuan
dari program adalah untuk melatih sejumlah tertentu tenaga kesehatan tiap tahun maka
suatu indikator langsung untuk mengevaluasi boleh jadi berupa jumlah tenaga
kesehatan yang betul-betul dilatih setiap tahunnya.

Menurut Supriyanto, macam-macam indikator kesehatan :


1. Indikator berkaitan dengan status kesehatan yang berhubungan dengan
kualitas hidup dan itu berarti mengukur pelayanan kesehatan titik sebagai
indikator Survival yang utama untuk mengukur sistem kesehatan
masyarakat ditetapkan WHO untuk mencapai health for all By Year.
indikator Survival Selain itu adalah indikator kualitas hidup di sini Tentu
saja tidak hanya indikator kesehatan namun juga indikator kesehatan
lainnya berupa indikator pertumbuhan badan, indikator status gizi dan
yang spesifik adalah angka kesakitan dan kematian bayi dan anak.
2. Indikator non kesehatan yang berhubungan dengan kualitas hidup seperti
indikator sosial ekonomi pendidikan budaya lingkungan hidup dan
perumahan status kesehatan wanita. kualitas hidup bersifat multisektoral
dan menjadi masalah serta diselesaikan secara multisektoral. dengan
demikian evaluasi juga multisektoral

Contoh indikator program kesehatan:


1. Indikator kebijakan kesehatan
a. komitmen politis pada tingkat tertinggi terhadap kesehatan bagi
semua
b. alokasi sumber daya yang cukup untuk pelayanan kesehatan dasar
c. tingkat keterlibatan masyarakat dalam mencapai kesehatan bagi
semua
d. penyusunan status kerangka organisasi dan manajerial yang
sesuai dengan strategi nasional untuk kesehatan bagi semua
e. manifestasi praktis dari komitmen politik internasional untuk
keseluruhan bagi semua
2. Indikator status kesehatan
a. Presentase bayi-bayi yang dilahirkan dengan berat badan pada
waktu lahir paling sedikit 2500 gram
b. presentase anak ACC yang berat badannya menurut umur dan
normanorma tertentu
c. indikator-indikator perkembangan psikososial anak-anak
d. angka kematian bayi
e. angka kematian anak
f. angka kematian anak dibawah umur 5 tahun
g. harapan hidup pada umur tertentu
h. angka kematian ibu
i. angka kematian menurut jenis penyakit.
3. Indicator sistem manajemen kesehatan
a. Indicator input : tersedianya sumber daya tenaga kesehatan,
tersediannya anggaran sumber daya tenaga kesehatan,
tersedianya anggaran kesehatan, perlengkapan, obat obatan yang
di perlukan dan tersedianya metode pengobatan, dll
b. Indicator proses dipandang dari sudut manajemen yang
diperlukan : pelaksanaan daripada fungsi-fungsi manajemen
seperti perencanaan, pengorganisasian, pengendalian dan
penilaian.
c. Indicator output : ukuran –ukuran khusus bagi output program
sepertu jumlah puskesmas yang berhasil dibangun, jumlah kader
gisi yang terlatih, jumlah anak yang dimunisasi, jumlah MCK
yang dibangun dll

d. Indikator outcomes (dampak jangka pendek) : ukuran dari


berbagai dampak program seperti meningkatkan derajat
kesehatan anak balita, menurun angka kesakitan.
e. Indicator impact (dampak jangka panjang) : seperti angka
kematian bayi,angka kematian ibu, meningkatnya status gizi
anak dll

Ruang Lingkup Evaluasi Program Puskesmas


Sesuai dengan luasnya pengertian kesehatan, maka ruang lingkup penilaian
yakni hal-hal yang akan dinilai dari suatu program kesehatan amat luas.
Beberapa ahli memberikan pedoman sebagai berikut, yakni (Azwar: 1996):
1) Deniston
Deninston menyebuutkan bahwa hal-hal yang dapat dinilai dari suatu
program kesehatan dibedakan menjadi 4 macam, yakni:
a. Kelayakan program
Penilaian dilakukan disini ialah terhadap program secara keseluruhan.
Program dinilai layak (appropriateness) jika program tersebut telah
dapat dilaksanakan dengan hasil yang sesuai dengan situasi dan kondisi
yang dihadapi.
b. Kecukupan program
Sama halnya dengan kelayakan, maka penilaian yang dilakukan disini
adalah juga terhadap program secara keseluruhan. Suatu program
dinilai cukup (adequancy) jika program tersebut telah dapat
dilaksanakan dengan hasil yang sesuai dengan tujuan yang telah
ditetapkan
c. Efektivitas program
Penilaian juga dilakukan terhadap program secara keseluruhan. Suatu
program dinilai efektif (effectiveness) jika program tersebut telah dapat
dilaksanakan dengan hasil yang dapat menyelesaikan masalah yang
dihadapi.
d. Efisiensi Sama halnya dengan efektifitas, maka penilaian juga
dilakukan terhadap program secara keseluruhan. Suatu program
dinilai efisien (efficiency) jika program tersebut dilaksanakan
dengan hasil yang dapat menyelesaikan masalah dan juga pada
waktu pelaksanaannya tidak memerlakukan sumber daya yang
besar.
2) George James
Sama halnya dengan Demiston, maka George James juga
membedakan ruang lingkup penilaian suatu program kesehatan atas
empat macam. Dua ruang lingkup penilaian adalah sama, sedangkan
dua lainnya berbeda.
Rincian selengkapnya adalah sebagai berikut:
a. Upaya Program
Penilaian yang dilakukan di sini adalah terhadap upaya yang
dilaksanakan oleh program dalam mencapai tujuan yang telah
ditetapkan. Jika upaya (effort) yang dilaksanakan telah sesuai
dengan rencana yang telah ditetapkan, maka program tersebut
dari sudut upaya mendapat penilaian yang baik.
b. Penampilan Program
Penilaian yang dilakkan di sini adalah terhadap penampilan
program (performance) yang dibandingkan dengan rencana yang
telah ditetapkan. Jika penampilan tersebut yakni hasil yang
dicapai dinilai sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan,
maka program tersebut dari sudut penampilannya mendapat
penilaian yang baik
c. Ketepatan Penampilan Program
Penilaian yang dilakkan di sini ialah terhadap penampilan
program (adequacy of performance) yang dibandingkan
dengan tujuan yang telah ditetapkan. Jika hasil yang dicapai
dinilai dapat mencapai tujuan yang telah ditetapkan, maka
program tersebut dari sudut ketepatan penampilannya mendapat
penilaian yang baik.
d. Efisiensi Program
Penilaian yang dilakkan di sini ialah terhadap penampilan
program yang dibandingkan tidak hanya terhadap tujuan dan
atau masalah, tetapi juga terhadap penggunaan sumberdaya
(efficiency). Jika hasil yang dicapai dinilai dapat mencapai
tujuan, berhasil mengatasi masalah serta penggunaan
sumberdayanya terbatas, maka program tersebut dari sudut
efisiensi mendapat penilaian yang baik.
3) Milton R. Roemer
Milton R. Roemer membedakan ruang lingkup penilaian suatu program
kesehatan atas enam macam yaitu:
a. Status Kesehatan yang dihasilkan
Di sini penilaian yang dilakukan terhadap tingkat kesehatan
(health status outcomes) yang dihasilkan dari dilaksanakannya
suatu program kesehatan. Mudah dipahami bahwa penilaian ini
sulit dilakukan, karena berbagai faktor lainnya yang sebenarnya
turut mempengaruhi status kesehatan seseotrang atau
masyarakat, harus turut diperhitungkan.
b. Kualitas pelayanan yang diselenggarakan Penilaian
yang dilakukan di sini ialah erhadap kualitas pelayanan
(estimated quality of services) oleh suatu
program. Penilaian dilakukan dengan membandingkannya
terhadap suatu tolak ukur ataupu kriteria yang telah
ditetapkan (minimum medical standard). Suatu program
kesehatan dianggap baik, jika kualitas pelayanan telah sesuai
dengan standar minimal pelayanan kesehatan yang telah
ditetapkan. Tolak ukur dan ataupun kriteria yang digunakan
sebaga perbandingan banyak macamnya.
Misalnya angka kesembuhan, lama rata-rata hari perawatan dan
ataupun obat yang diberikan terhadap penderita.
c. Kuantitas pelayanan yang dihasilkan
Dasar penilaian ini ialah adanya perbedaan pelayanan yang
diselenggaraka (quantity of services provided).
Misalnya pelayanan pencegahan lebih baik dari pada pelayanan
pengobatan. Jadi jika suatu program kesehatan lebih banyak
menekankan pelayanan pencegahan, maka program tersebut
dianggap lebih baik dari pada program yang terlalu
mengutamakan pelayanan pengobatan. Perlu diingat bahwa
dalam melakukan penilaian seperti ini harus diperhutungkan
berbagai faktor yang mempengaruki program, misalnya
pemakaian sumber dana, tenaga dan sarana yang tersedia.
Secara umum disebutkan jika rasio antara dana dan
masyarakat, rasio antara tenaga dan masyarakat serta rasi antara
sarana dan masyarakat adalah tinggi, maka pelayanan kesehatan
tersebut dinilai baik, karena berarti kontak antara masyarakat
dengan pelayanan kesehatan dapat lebih sering. Tentu mudah
dipahami bahwa penarikan kesempulan yang seperti ini harus
hatihati. Karena kadang kala ditemukan banyaknya pengunjung
suatu sarana pelayanan kesehatan (dengan demikian kontak
antara
dokter dengan penderita adalah juga tinggi), justr disebabkan
kualitas program kesehatan yang tidak baik.
d. Sikap masyarakat terhadap perogram kesehatan Program
kesehatan juga dapat dinilai dari sikap masyarakat (attitude
of recipients) yang memanfaatkan pogram kesehatan
tersebut. Penilalian yang seperti ini bersifat subjektif dan
karena itu hasilnya sulit dipercaya.
e. Sumberdaya yang tersedia Penilaian yang dilakukan di sini
ialah terhadap sumber daya yang tersedia (resources made
of available), baik terhadap sumber dana, tenaga dan
ataupun sumber sarana. Jika sumber tersebut tersedia
secara memadai, maka program tersebut dinilai cukup baik.
Biaya yang dipergunakan Penilaian yang dilakukan di sini adalah
terhadap biaya (cost of the program) yang digunakan oleh program.
Dasar penilaian adalah melakukan perbandingan antara input dengan
output. Jika perbedaannya terlalu besar, maka program tersebut dinilai
tidak baik.

• Teknik Evaluasi Program Puskesmas


Teknik penilaian banyak macamnya, karena semua tergantung dari program
yang akan dinilai. Dalam praktek sehari-hari yang sering dipergunakan adalah
teknik Ragpie Program Matrix (RPM). Adapun prinsip RPM tersebut sebagai
berikut (Azwar: 1996):
a. Menyederhanakan dan mengelompokkan program dalam tiga
tahapan, yakni tahap perencanaan, tahap pelaksanaan dan tahap
penilaian (akhir) program.
b. Menyederhanakan dan mengelompokkan program kedalam tiga
komponen yakni komponen sumber, komponen kegiatan dan
komponen tujuan
c. Mengisi tabel dengan informasi yang sesuai.

• Langkah-langkah Evaluasi Program Puskesmas


Evaluasi atau penilaian memerlukan pedoman dalam melaksanakannya.
Pedoman yang dimaksud pada dasarnya terdiri dari langkah-lạngkah yang
harus dilakukan pada waktu melaksanakan penilaian. Untuk ini ada beberapa
pendapat yang dikenal yaitu (Azwar, 1996):
1. Mac Mahon Mac Mahon membedakan langkah-langkah penilaian atas
tiga tahap yaitu:
a. Tahap menentukan macam dan ruang lingkup penilaian
Langkah pertama yang harus dilakukan pada penilaian ialah
menentukan dahulu macam dan ruang lingkup penilaian yang
akan dilaksanakan. Memilih macam dan ruang lingkup yang
sesuai, setelah itu menyusun rencana penilaian.
b. Tahap pemahaman program yang akan dinilai
Langkah selanjutnya yang harus dilakukan adalah memahami dengan
lengkap program yang akan dinilai. Berhasil atau tidaknya penilaian yang
akan dilakukan sangat dipengaruhi sekali oleh pemahaman terhadap
program yang akan dinilai.
c. Tahap pelaksanaan penilaian dan menarik kesimpulan Langkah
terakhir yang dilakukan ialah melaksanakan penilaian tersebut untuk
kemudian menarik kesimpulan terhadap hasil yang diperoleh. Untuk
dapat menarik kesimpulan yang tepat dianjurkan untuk
mempergunakan hasil dari program lain yang sesuai. Lakukanlah
perbandingan antara keduanya dan tariklah kesimpulan
2. The World Health Organization (WHO) The World Health
Organization membedakan langkah-langkah penilaian dalam
sembilan tahap, yakni (Azwar, 1996):
a. Tahap penentuan hal yang akan dinilai
Langkah pertama yang dilakukan ialah menentukan dahulun hal
yang akan dinilai. Pekerjaan ini akan dapat dilakukan jika dapat
dipelajari dengan baik program yang akan dinilai.
b. Tahap melengkapkan keterangan yang dibutuhkan
Langkah selanjutnya yang akan dilakukan ialah mengumpulkan
berbagai keterangan yang ada hubungannya dengan program yang akan
dinilai. Untuk ini perlulah dipelajari secara cemat berbagai laporan
yang ada dan yang berhubungan dengan pelaksanaan program.
c. Tahap memeriksa hubungan antara keterangan dengan tujuan
penilaian Apabila berbagai keterangan telah berhasil diperoleh,
lanjutkanlah dengan penyeleksian keterangan. Buanglah keterangan
yang tidak ada hubungannya dengan tujuan penilaian.
d. Tahap menilai kecukupan keterangan
Lanjutkan pekerjaan penilaian ini dengan menilai kecukupan keterangan
yang diperoleh. Apabila keterangan tersebut dianggap belum cukup,
lakukan pengumpulan keterangan lagi. Jika telah cukup lanjutkan
ketahap berikutnya.
e. Tahap menetapkan kemajuan program
Nilai kemajuan program dengan mempergunakan keterangan yang telah
dikumpulkan. Kemajuan program dapat dinilai dari keberhasilannya
mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
f. Tahap menetapkan efektivitas program
Langkah selanjutnya ialah menetapkan efektivitas program. Suatu
program dianggap efektif jika dinilai dapat mengatasi masalah yang
mendasari dilaksanakannya program tersebut.

g. Tahap menetapkan efisiensi program


Lanjutkan dengan menilai efisiensi program yakni yang dikaitkan
dengan besarnya dana yang dipergunakan untuk melaksanakan
program tersebut.
h. Tahap menetapkan dampak program
Setelah ditetapkan efektivitas dan efisiensi program, lanjutkan dengan
menetapkan dampak program.
i. Tahap menarik kesimpulan dan menyusun saran
Langkah terakhir yang dilakukan ialah menarik kesimpulan serta
menyusun saran-saran sesuai dengan hasil penilaian.

6. Mahasiswa mampu memahami dan mengetahui tentang Prioritas Masalah

Penetapan Prioritas dalam masalah kesehatan penduduk dan penentuan prioritas dalam
program intervensiyang dilaksanakan merupakansesuatu yangpentingmengingat
adanya keterbatasansumberdaya SDM dan dana. Untuk itu ada 4 metoda dalam
penetapan prioritas masalahkesehatanpenduduk yaitu Matematik,Delbeque,
BebanKerugian Kesehatan dan perbandingan capaian program dengan target yang
ditetapkan
(diseaseburde).

1. MetodaMatematika
Metoda ini dikenal juga sebagai metoda PAHO yaitu singkatan dari Pan
American Health Organization, karena digunakan dan dikembangkan di
wilayah Amerika Latin. Dalam metoda ini dipergunakan beberapa kriteria
untuk menentukan prioritas masalah kesehatan disuatu wilayah
berdasarkan:
(a) Luasnya masalah (magnitude)
(b) Beratnya kemgian yang timbul (Severity)
(c) Tersedianya sumberdaya untuk mengatasi masalah kesehatan
tersebut (Vulnerability )
(d) Kepedulian/dukungan politis dan dukungan masyarakat
(Community andpolitical concern)
(e) Ketersediaandata(Affordability)
Dalam penerapan metoda ini untuk prioritas masalah kesehatan, maka
masingmasing kriteria tersebut diberi skor dengan nilai ordinal, misalnya
antara angka 1 menyatakan terendah sampai angka 5 menyatakan
tertinggi . Setelah diberi skor, masing-masing penyakit hitung nilai skor
akhirnya yaitu perkalian antara nilai skor
masing-masing kriteri untuk penyakit tersebut.

2. MetodaDelbequedanDelphi
Metoda Delbeque adalah metoda kualitatif dimana prioritas masalah
penyakit ditentukan secara kualitatif oleh panel expert. Caranya
sekelompok pakar diberi informasi tentang masalah penyakit yang perlu
ditetapkan prioritasnya termasuk data kuantitatif yang ada untuk masing-
masing penyakit tersebut. Dalam penentuan prioritas masalah
kesehatandisuatu wilayahpada dasarnya kelompok pakar melalui langka-
langkah :
(1) Penetapankriteria yang disepakati bersama oleh para pakar
(2) memberikanbobot masalah
(3) menentukan skoring setiap masalah. Dengan demikian dapat
ditentukan masalah mana yang menduduki peringkat prioritas
tertinggi.

3. Metoda Perbandingan antara Target dan Pencapaian Program


Tahunan Metoda penetapan prioritas masalah kesehatan
beradasarkan pencapaian program tahunan yang dilakukan adalah
dengan membandingkan antara target yang ditetapkan dari setia program
dengan hasil pencapaian dalam suatu kurun waktu 1 tahun. Penetapan
prioritas masalah kesehatan seperti ini sering digunakan oleh pemegang
atau pelaksana program kesehatan di tingkat Puskesmas dan Tingkat
Kabupaten/Kota padaera desentralisasi saat ini.

4. Metode USG

Urgency, Seriousness, Growth (USG) adalah salah satu alat untuk


menyusun urutan prioritas isu yang harus diselesaikan. Caranya dengan
menetapkan skala nilai 1–5 atau 1–10 untuk melihat tingkat urgensi,
keseriusan, dan perkembangan isu. Isu dengan total skor tertinggi
merupakan isu prioritas. Masing-masing elemen dalam USG dapat
diuraikan sebagai berikut:

u Urgency. Seberapa mendesak isu tersebut. Urgency dilihat dari


tersedianya waktu, mendesak atau tidak masalah tersebut untuk
diselesaikan.

u Seriousness. Seriousness dilihat dari dampak masalah tersebut terhadap


produktivitas kerja, pengaruh terhadap keberhasilan, dan
membahayakan sistem atau tidak.

u Growth. Seberapa kemungkinannya isu tersebut menjadi berkembang


dikaitkan kemungkinan masalah penyebab isu akan makin
memburuk kalau dibiarkan.

Data atau informasi yang dibutuhkan dalam pelaksanaan metode USG ialah:
(1) hasil analisa situasi, (2) informasi tentang sumber daya yang dimiliki,
(3)Dokumen tentang perundang-undangan, peraturan, serta kebijakan
pemerintah yang berlaku.
5. Metode Bryan

Metode ini merupakan cara pemilihan prioritas dengan memberikan score


(nilai) untuk parameter yang ditetapkan. Parameter tersebut terdiri dari

Community Concern
Yakni sejauh mana masyarakat menganggap masalah tersebut penting atau
dapat juga disebut perhatian atau kepentingan masyarakat dan pemerintah
atau instansi terkait terhadap masalah tersebut.
Prevalensi
Yakni berapa banyak penduduk yang terkena masalah (penyakit) tersebut.
Seriousness yakni sejauh mana dampak yang ditimbulkan penyakit
tersebut atau tingginya angka morbiditas atau mortalitas serta
kecenderungannya.
Manageability
Yakni sejauh mana kita memiliki kemampuan untuk mengatasinya dengan
ketersediaan sumber daya (tenaga, dana, sarana dan metode/cara).

Menurut cara ini masing-masing kriteria tersebut diberi scoring, kemudian


masing-masing skor dikalikan. Hasil perkalian ini dibandingkan antara
masalah-masalah yang dinilai. Masalah-masalah dengan skor tertinggi, akan
mendapat prioritas yang tinggi pula.
Metode Bryant menggunakan skor yang berdasarkan pada kriteria :

P, artinya besarnya kelompok atau staf yang terkena masalah, S,


artinya tingkat keseriusan atau kegawatan masalah
C, artinya dampak masalah terhadap perusahaan atau istansi terkait
M, artinya ketersediaan sumber daya (tenaga, dana, sarana dan metode/cara)

Rumus: Total skor =P x S x C x M

Untuk mendapatkan skor dari kriteia P, S, C, dan M yaitu dengan cara


berikut ini :

Pada kriteria P diatas skornya didapatkan dari rumus berikut :


P = besarnya kelompok atau staf yang terkena masalah
Skor:
1 = jumlah individu/masyarakat yang terkena sangat sedikit
2 = jumlah individu/masyarakat yang terkena sedikit
3 = jumlah individu/masyarakat yang terkena cukup besar
4 = jumlah individu/masyarakat yang terkena sangat besar
Pada kriteria S skor didapatkan dari tingkat keseriusan atau
kegawatan suatu masalah.
Skor:
1 = masalah yang ditimbulkan tidak berat
2 = masalah yang ditimbulkan cukup berat
3 = masalah yang ditimbulkan berat
4 = masalah yang ditimbulkan sangat berat
Pada kriteria C merupakan dampak masalah terhadap perusahan atau instansi
terkait.
Skor:
1 = tidak mendapat perhatian masyarakat
2 = kurang mendapat perhatian masyarakat
3 = cukup mendapat perhatian masyarakat
4 = sangat mendapat perhatian masyarakat
Kriteria M dimaksudkan sebagai ketersediaan teknisi atau ketersediaan
perangkat.
Skor:
1 = tidak dapat dikelola dan diatasi
2 = cukup dikelola dan diatasi
3 = dapat dikelola dan diatasi
4 = sangat dapat dikelola dan diatasi

Setelah nilai dari tiap kriteria didapatkan, kemudian nilai dari tiap kriteria
tersebut ditotal dengan cara dikalikan dan nilai tertinggi yang akan
menjadi prioritas masalah.

7. Mahasiswa mampu memahami dan mengetahui tentang Langkah


Pemecahan masalah program puskesmas
Langkah-langkah dalam pemecahan masalah

Untuk menetapkan cara pemecahan masalah dapat dilakukan kesepakatan di


antara anggota tim dengan didahului brainstorming (curah pendapat). Bila tidak
terjadi kesepakatan dapat digunakan tabel cara pemecahan masalah.

Langkah-langkah pemecahan masalah sebagai berikut:

1. Brainstorming (Curah Pendapat)


Dilaksanakan untuk membangkitkan ide/gagasan/pendapat tentang suatu topik
atau masalah tertentu dari setiap anggota tim dalam periode waktu yang singkat
dan bebas dari kritik.

l Manfaat Brainstroming

Manfaat dari brainstorming adalah untuk:


• Mendapatkan ide/pendapat/gagasan sebanyakbanyaknya

• Pengembangan kreatifitasi berpikir dari anggota tim

• Memacu keterlibatan seluruh peserta (anggota tim).

l Tipe brainstorming:

l Terstruktur, tiap anggota tim menyampaikan ide/gagasan bergiliran.

l Tidak terstruktur, tiap peserta yang mempunyai ide/gagasan dapat langsung


menyampaikannya.

Langkah-langkah:

a. Tetapkan suatu topik/masalah sejelas mungkin.

b. Beri waktu beberapa saat kepada anggota untuk


memahami dan memikirkannya.

c. Tetapkan waktu yang akan digunakan untuk curah


pendapat, misalnya 30-45 menit.

d. Anggota tim menyampaikan ide.

e. Apabila terdapat beberapa anggota yang mendominasi,


gunakan curah pendapat terstruktur sehingga seluruh
anggota mempunyai kesempatan yang sama. Bila yang
dipilih secara terstruktur, anggota yang tidak
menyampaikan pendapat pada gilirannya harus
mengucapkan “Pass” dan kesempatan diberikan pada
anggota berikutnya.

f. Beri dorongan/rangsangan agar anggota berani


memberikan/mengajukan pendapat.
g. Selama brainstorming berjalan, tidak dibenarkan
menanggapi pendapat anggota yang sedang berbicara. Bila
ini terjadi, pimpinan sidang harus segera menegur.

l Kelebihan dan Kekurangan Brainstroming

Kelebihan:
ü Mendapatkan masalah, penyebab masalah dan cara pemecahan
masalah dengan cepat
ü Merupakan data primer
ü Dapat digunakan bila tidak mempunyai data sekunder ü
Menghasilkan ide atau pemikiran baru yang kreatif dan
inovatif dengan cepat

Kelemahan:
ü Tidak dapat digunakan pada sampel atau peserta yang besar
ü Risiko terjadinya subyektivitas bila tidak ditunjang dengan
datadata yang ada.

l Langkah-langkah pemecahan masalah sebagai berikut:


1. Kesepakatan di antara anggota tim, berdasarkan hasil dari
curah pendapat (brainstorming).Hasil kesepakatan
dipergunakan sebagai bahan penyusunan Rencana Lima
Tahunan.
2. Bila tidak terjadi kesepakatan, digunakan metode Tabel cara
pemecahan masalah sebagai berikut:

l Prioritas Alternatif Pemecahan Masalah (Decisian Making)

a. Yang perlu diperhatikan dalam pengambilan keputusan


:
1. Adanya uraian/deskripsi tujuan yang jelas,
2. Adanya uraian tentang alternatif yang tersedia,
3. Informasi tentang konsekuensi masing-masing alternatif

b. Jenis-jenis Pengambilan Keputusan (Decision Making)


Ada 2 macam pengamtbilan keputusan:
1) Menyangkut tujuan (ends), baik ketika menentukannyaataupun
ketika menilai tercapai atau tidaknya tujuan tersebut
2) Menyangkut tata cara atau alat yang akan dipergunakan (mean).
Keputusan dilakukan untuk menentukan tata cara atau alat apa yang dipakai
sedemikian rupa hingga tujuan yang telah ditetapkan dapat tercapai

c. Langkah-langkah pengambilan keputusan (Decision


Making) 1) Menetapkan tujuan
2) Menetapkan kriteria, yang terdiri dari:
a. kriteria mutlak, adalah persyaratan yang mutlak (tidak dapat
ditawar) yang harus dipenuhi oleh keputusan yang dihasilkan.
Kriteria ini menyangkut output dan resources (sumber daya)
b. Kriteria keinginan, gunanya untuk menyaring alternatif yang tidak
dapat memenuhi salah satu saja dari kriteria mutlak, maka harus
disingkirkan

• Menetapkan bobot dari criteria keinginan


• Inventarisasi alternatif-alternatif Yang harus
dipertimbangkan adalah:
• Relevensi
• Efektivitas
• Relative cost
• Technical feasibility
• Hambatan
• Hal-hal yang mendukung (skoring, penentuan keputusan
sementara, konsekuaensi, keputusan tetap)
Pendekatan Decision Making
A. Pendekatan CARL
1. Definisi
Merupakan suatu cara untuk menentukan prioritas masalah jika data
yang tersedia adalah data kualitatif. Dilakukan dengan menentukan skor
atas kriteria tertentu, yaitu Capability, Accessability, Readiness dan
Leverage (CARL), semakin besar skor maka semakin besar masalahnya,
sehingga semakin tinggi letaknya pada urutan prioritas.
2. Kapan metode CARL digunakan?
Metode CARL digunakan apabila pelaksana program masih
mempunyai keterbatasan (belum siap) dalam menyelesaikan masalah.
Penggunaan metode ini menekankan pada kemampuan
pelaksana program.
3. Kelebihan dan Kelemahan penggunaan metode CARL
Kelebihan :
Dengan masalah yang relatif banyak, bisa ditentukan peringkat atas
masing-masing masalah, sehingga bisa diperoleh prioritas masalahnya
Kelemahan:
1. Penentuan skor sangat subyektif, sehingga sulit untuk
distandarisasi
2. Penilaian atas maising-masing kriteria terhadap masalah yang
diskor perlu kesepakatan agar diperoleh hasil yang maksimal
dalam penentuan peringkat (prioritas).
3. Obyektifitas hasil peringkat masalah kurang bisa
dipertanggungjawabkan, karena penentuan skor atas kriteria yang
ada subyektif sifatnya.
4.

Anda mungkin juga menyukai