Anda di halaman 1dari 11

Manajemen dan Evaluasi Program Puskesmas

Inesa Unika Sakaria/B4


Inesa.2015fk122@civitas.ukrida.ac.id
Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana
Jl. Arjuna Utara No.6 Kebon Jeruk, Jakarta 11510

Pendahuluan
Setiap orang pasti menghendaki keadaan sehat baik jasmani maupun rohani, dan untuk
dapat mewujudkannya banyak hal yang perlu dilakukan baik oleh masyarakat itu sendiri maupun
dari pemerintah. Salah satu yang memiliki peranan yang cukup penting dalam mendukung hal
tersebut adalah dengan menyelenggarakan pelayanan kesehatan. Banyak bentuk dan jenis
pelayanan kesehatan di berbagai negara dan salah satu jenis pelayanan kesehatan di Indonesia yaitu
Puskesmas, yang mulai dikembangkan pada tahun 2001 untuk mendukung tercapainya tujuan
pembangunan kesehatan nasional, yakni meningkatkan kesadaran serta kemauan dan kemampuan
hidup sehat agar terwujudnya derajat kesehatan yang setinggi-tingginya.
Puskesmas menyelenggarakan pelayanan kesehatan mulai dari dasar, menyeluruh dan
terpadu kepada masyarakat di wilayah kerjanya. Pelayanan kesehatan yang diberikan Puskesmas
secara menyeluruh itu meliputi pelayanan kuratif (pengobatan), preventif (upaya pencegahan),
promotif (peningkatan kesehatan), dan rehabilitatif (pemulihan kesehatan). Semua program pokok
yang dilaksanakan di Puskesmas dikembangkan berdasarkan program pokok pelayanan kesehatan
dasar seperti yang dianjurkan World Health Organization (WHO) yang dikenal dengan Basic
Seven.4 Dan dalam memberikan pelayanan di masyarakat, Puskesmas biasanya memiliki subunit
pelayanan seperti Puskesmas pembantu, Puskesmas keliling, posyandu, pos kesehatan desa
maupun pos bersalin desa (polindes).

Pengertian Puskesmas
Suatu kesatuan organisasi kesehatan fungsional yang merupakan pusat pengembangan
kesehatan masyarakat yang juga membina peran serta masyarakat disamping memberikan
pelayanan secara menyeluruh dan terpadu kepada masyarakat di wilayah kerjanya dalam bentuk
kegiatan pokok.1

1
Peran Puskesmas
Puskesmas mempunyai peran yang sangat penting sebagai institusi pelaksana teknis,
dituntut memiliki kemampuan manajerial dan wawasan jauh ke depan untuk meningkatkan
kualitas pelayanan kesehatan. Peran tersebut ditunjukkan dalam bentuk keikutsertaan dalam
menentukan kebijakan daerah melalui sistem perencanaan yang matang dan realistis, tata laksana
kegiatan yang tersusun rapi, serta sistem evaluasi dan pemantauan yang akurat. Pada masa
mendatang, Puskesmas juga dituntut berperan dalam pemanfaatan teknologi informasi terkait
upaya peningkatan pelayanan kesehatan secara komprehensif dan terpadu.2

Fungsi Puskesmas
Sesuai dengan Sistem Kesehatan Nasional, Puskesmas sebagai fasilitas pelayanan
kesehatan tingkat pertama mempunyai tiga fungsi sebagai berikut:2
a. Pusat penggerak pembangunan berwawasan kesehatan
Memiliki makna bahwa Puskesmas harus mampu membantu menggerakkan (motivator,
fasilitator) dan turut serta memantau pembangunan yang diselenggarakan di tingkat
kecamatan agar dalam pelaksanaannya mengacu, berorientasi serta dilandasi oleh
kesehatan sebagai faktor pertimbangan utama. Diharapkan setiap pembangunan yang
dilaksanakan seyogyanya yang mendatangkan dampak positif terhadap kesehatan.
b. Memberdayakan masyarakat dan keluarga
Pemberdayaan masyarakat adalah segala upaya fasilitas yang bersifat non instruktif
guna m eningkatkan pengetahuan dan kemampuan mas yarakat agar m ampu
mengidentifikasi masalah, merencanakan dan melakukan pemecahannya dengan
memanfaatkan potensi setempat dan fasilitas yang ada, baik dari instansi lintas sektoral
maupun LSM (Lembaga Swadaya Masyarakat) dan tokoh masyarakat. Sedangkan,
pemberdayaan keluarga adalah segala upaya fasilitas yang bersifat non instruktif guna
meningkatkan pengetahuan dan kemampuan keluarga agar mampu mengidentifikasi
masalah, merencanakan dan mengambil keputusan untuk melakukan pemecahan
masalah dengan benar tanpa atau dengan bantuan pihak lain.
c. Memberikan pelayanan kesehatan tingkat pertama
Upaya pelayanan kesehatan tingkat pertama yang diselenggarakan Puskesmas bersifat holistik,
komprehensif atau menyeluruh, terpadu dan berkesinambungan. Pelayanan kesehatan tingkat

2
pertama adalah pelayanan yang bersifat pokok (basic health service), yang sangat dibutuhkan
oleh sebagian besar masyarakat serta mempunyai nilai strategis untuk meningkatkan
derajat kesehatan masyarakat. Pelayanan kesehatan tingkat pertama meliputi pelayanan
kesehatan masyarakat dan pelayanan medik. Pada umumnya pelayanan kesehatan
tingkat pertama ini bersifat pelayanan rawat jalan (ambulatory/out patient service).
Dalam melaksanakan fungsinya tersebut, Puskesmas dapat melakukan cara-cara dengan
memotivasi masyarakat untuk melakukan kegiatan dalam rangka menunjang dirinya sendiri,
memberi petunjuk kepada masyarakat tentang bagaimana menggali serta menggunakan
sumber daya yang ada secara efektif dan efisien, selain itu dengan memberi bantuan yang
bersifat bimbingan teknis materi dan rujukan medis maupun rujukan kesehatan kepada
masyarakat dengan ketentuan bantuan tersebut tidak menimbulkan ketergantungan, memberi
pelayanan kesehatan langsung pada masyarakat dan bekerja sama dengan sektor-sektor yang
bersangkutan dalam melaksanakan program kerja Puskesmas.3

Tugas Dokter Puskesmas


FIVE STAR DOCTOR, menurut dr. Charles Boelen:
1. Care Provider → Mampu menyediakan perawatan.
Selain memberikan perawatan individu “five stars doctor” harus memperhitungkan total (fisik,
mental, sosial) kebutuhan pasien. Mereka harus memastikan bahwa berbagai pengobatan-
kuratif, preventif, rehabilitatif- akan dibagikan denga cara yang saling melengkapi,
terintegritas, dan berkesinambungan. Dan mereka harus memastikan bahwa pengobatan adalah
kualitas tertinggi.1
2. Decision Maker → Mampu menjadi penentu keputusan.
Dalam transparasi “five star doctor” akan mengambil keputusan yang dapat dibenarkan dalam
hal efikasi dan biaya. Dari semua cara yang mungkin untuk mengobati kondisi kesehatan yang
diberikan, salah satu yang tampaknya paling sesuai dalam situasi tertentu harus dipilih.5
Sebagai pengeluaran regards, sumber daya terbatas yang tersedia untuk kesehatan harus dibagi
secara adil untuk kepentingan setiap individu dalam masyarakat.
3. Communicator → Mampu menjadi komunikator yang baik.
Lifestyle aspek seperti diet seimbang, langkah-langkah keselamatan di tempat kerja, jenis
kegiatan rekreasi, menghormati lingkungan dan sebagainya semua memiliki pengaruh yang

3
menentukan kesehatan. Keterlibatan individu dalam melindungi dan memulihkan
kesehatannya itu sendiri, sangat penting karena paparan resiko kesehatan sangat ditentukan
oleh perilaku seseorang. Para dokter juga harus seorang komunikator yang sangat baik dalam
rangka membujuk pasien, keluarga dan masyarakat yang merupakan tanggung jawab dokter
untuk mengadopsi gaya hidup sehat dan menjadi mitra dalam upaya kesehatan.
4. Community Leader → Mampu menjadi pemimpin dalam komunitas atau masyarakat
Kebutuhan dan masalah seluruh masyarakat tidak boleh dilupakan. Dengan memahami faktor-
faktor penentu kesehatan yang melekat dalam lingkungan fisik dan sosial dan dengan
menghargai luasnya setiap masalah atau resiko kesehatan, “five stars doctor” tidak akan hanya
mengobati individu yang mencari bantuan tetapi juga akan mengambil bunga positif dalam
kegiatan kesehatan masyarakat yang akan bermanfaat bagi sejumlah besar orang.2
5. Manager → Mampu dan bisa memiliki skill manajerial yang baik untuk menjalankan fungsi-
fungsi diatas.
Untuk melaksanakan semua fungsi, maka penting untuk “five stars doctor” untuk memperoleh
keterampilan manajerial. Ini akan memungkinkan mereka untuk memulai pertukaran informasi
dalam rangka membuat keputusan yang lebih baik, dan untuk bekerja dalam tim multidisiplin
yang erat hubungannya dengan mitra lain untuk kesehatan dan pembangunan sosial, apakah
ditakdirkan untuk individu atau untuk masyarakat.8

Evaluasi Program
Evaluasi adalah suatu kegiatan untuk mengumpulkan data secara statistik lalu dianalisis
dan digunakan untuk menjawab apa yang diharapkan pada suatu program terutama mengenai
efektivitas dan efisiensi dan orang-orang. Batasan penilaian banyak macamnya. Beberapa di
antaranya yang dianggap cukup penting adalah:1
a) Penilaian adalah suatu cara belajar yang sistimatis dari pengalaman yang dimiliki untuk
meningkatkan pencapaian, pelaksanaan, dan perencanaan suatu program melalui pemilihan
secara seksama berbagai kemungkinan yang tersedia guna penerapan selanjutnya (The
World Health Organization).
b) Penilaian adalah suatu proses untuk menentukan nilai atau jumlah keberhasilan dari
pelaksanaan suatu program dalarn mencapai tujuan yang telah ditetapkan (The American
Public Association).

4
c) Penilaian adalah suatu proses yang teratur dan sistematis dalam, membandingkan hasil
yang dicapai dengan tolok ukur atau kriteria yang telah ditetapkan, dilanjutkan dengan
pengambilan kesimpulan serta penyusunan saran-saran, yang dapat dilakukan pada setiap
tahap dari pelaksanaan program (The International Clearing House on Adolescent
Fertility Control for Population Options).
d) Penilaian adalah pengukuran terhadap akibat yang ditimbulkan dan dilaksanakannya suatu
program dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan (Riecken).3
Evaluasi program meliputi:
1. Tujuan program
2. Sasaran program yang dituju
3. Evaluasi terhadap (hasil)
4. Kegiatan-kegiatan yang dilakukan untuk mencapai tujuan, sasaran dan target
5. Sumber daya yang digunakan
6. Waktu yang diperulukan dalam pelaksanaan

Analisis Masalah
Masukan (input)
Masukan merupakan suatu struktur yang berupa sumber daya manusia (man), dana (money),
sarana fisik perlengkapan dan peralatan (material), organisasi dan manajemen (method).6
Proses
- Perencanaan. Merupakan proses penyusunan rencana tahunan Puskesmas untuk mengatasi
masalah kesehatan di wilayah kerja Puskesmas. Perencana akan memberikan arahan secara
menyeluruh terhadap semua pekerjaan yang akan dijalankan, siapa yang akan melakukan
dan kapan akan dilakukan. Puskesmas merupakan unit pelaksana pelayanan kesehatan
masyarakat tingkat I yang bertanggungjawab untuk melaksanakan identifikasi kondisi
masalah kesehatan masyarakat dan lingkungan serta fasilitas pelayanan kesehatan meliputi
cakupan mutu pelayanan, identifikasi mutu sumber daya manusia dan provider, serta
menetapkan kegiatan untuk menyelesaikan masalah.1
- Pengorganisasian. Dinas Kesehatan Kota memiliki tugas untuk menetapkan struktur
organisasi Puskesmas dengan pertimbangan sebagai fasilitas pelayanan kesehatan
masyarakat tingkat I. Pola organisasi meliputi kepala, wakil kepala, unit tata usaha, unit

5
fungsional agar tidak terjadi tumpang tindih dalam pelaksanaan kegiatan yang nantinya
akan berpengaruh terhadap kualitas program yang ditangani.4 Struktur organisasi
puskesmas terdiri dari unsur pimpinan (Kepala Puskesmas), unsur pembantu pimpinan
(Tata usaha), unsur pelaksana (Unit I, II, III, IV, V, VI, VII).
- Pelaksanaan (actuating) merupakan fungsi penggerak semua kegiatan untuk mencapai
tujuan organisasi yang telah ditetapkan pada perencanaan. Secara praktis fungsi
pelaksanaan ini merupakan usaha untuk menciptakan kerjasama di antara staf pelaksana
program sehingga tujuan organisasi tercapai secara efektif dan efisien.1 Tujuan fungsi
pelaksanaan antara lain menciptakan kerjasama yang lebih efisien, mengembangkan
kemampuan dan ketrampilan staf, menumbuhkan rasa memiliki dan menyukai
pekerjaannya, mengusahakan suasana lingkungan kerja yang dapat meningkatkan motivasi
dan prestasi kerja staf, serta membuat organisasi berkembang lebih dinamis.
- Pengawasan (controlling) dalam manajemen puskesmas merupakan fungsi terakhir yang
berkait erat dengan fungsi manajemen yang lainnya. Melalui fungsi pengawasan dan
pengendalian, standar keberhasilan selalu dibandingkan dengan hasil yang telah dicapai
atau yang mampu dikerjakan. Jika ada kesenjangan atau penyimpangan diupayakan agar
penyimpangannya dapat dideteksi secara dini, dicegah, dikendali atau dikurangi. Kegiatan
fungsi pengawasan dan pengendalian bertujuan agar efisiensi penggunaan sumber daya
dapat lebih berkembang, dan efektifitas tugas-tugas staf untuk mencapai tujuan program
dapat lebih terjamin.6
Keluaran
Keluaran adalah hasil akhir dari kegiatan dan tindakan tenaga kesehatan terhadap pasien atau
terhadap suatu program yang dilaksanakan.
Sasaran
Sasaran merupakan golongan yang menjadi tumpuan terhadap pelaksanaan suatu program yang
direncanakan. Sasaran dapat berupa perorangan, keluarga, kelompok dan masyarakat.
Dampak
Hasil dari pelaksanaan yang di jadikan indikator apakah kebutuhan dan tuntutan kelompok sasaran
terpenuhi atau tidak. Dampak merupakan indikator yang sulit untuk dinilai.
Umpan balik
Umpan balik merupakan hasil dari keluran yang menjadi masukan dari suatu sistem.

6
Lingkungan
Lingkungan fisik (faktor kesulitan geografis, iklim, transport) dan non fisik (sosial budaya, tingkat
pendapatan ekonomi masyarakat, pendidikan masyarakat).

Siklus Pemecahan Masalah (Problem Solving Cycle)


Suatu kegiatan atau program agar dapat memenuhi target sasaran yang ingin dicapai harus
melalui beberapa tahapan berikut:
a. Planning (Perencanaan)
Perencanaan merupakan fungsi yang terpenting karena merupakan awal dan arah dari proses
manajemen posyandu secara keseluruhan.Perencanaan dimulai dengan sebuah ide atau
perhatian yang khusus ditujukan untuk situasi tertentu.Perencanaan program yandu bersifat
operasional karena langsung akan diimplementasikan (dilaksanakan) di lapangan.Perencanaan
program yandu terdiri dari lima langkah penting yaitu:2
- Menjelaskan berbagai masalah
Untuk dapat menjelaskan masalah program yandu diperlukan upaya analisis
situasi.Sasaran analisis situasi adalah berbagai aspek penting pelaksanaan program yandu
di di berbagai wilayah, khususnya di wilayah puskesmas.Aspek yang dinilai meliputi aspek
epidemiologis masalah kesehatan, aspek demografis, aspek geografis, aspek sosial
ekonomi dan aspek organisasi pelaksana program.2
- Menentukan prioritas masalah
Penetapan prioritas masalah adalah sebuah keharusan karena begitu kompleksnya masalah
dan terbatasnya sumber daya yang tersedia.Semua masalah yang telah diidentifikasi
kemudian ditentukan priortasnya.Prioritas masalah dijadikan dasar untuk menentukan
tujuan perencanaan program.Prioritas masalah secara praktis dapat ditetapkan berdasarkan
pengalaman staf, jumlah dana yang tersedia, dan mudah tidaknya masalah itu dipecahkan.2
- Menetapkan tujuan dan indikator keberhasilannya
Apabila prioritas program dan wilayah binaan sudah ditetapkan, langkah selanjutnya
adalah menetapkan tujuan dan target masing-masing program berdasarkan jumlah
penduduk sasaran di suatu wilayah kelima program posyandu.2

7
- Mengkaji hambatan dan kendala
Sebelum menetapkan tolak ukur, perlu dipelajari lebih dahulu hambatan-hambatan
program kesehatan yang pernah dialami atau yang diperkirakan dapat terjadi, baik yang
bersumber dari masyarakat, lingkungan, puskesmas maupun sektor-sektor lainnya di
tingkat kecamatan.2
- Menyusun rencana kerja operasional
Dahulu rencana kerja operasional (RKO) akan memudahkan pimpinan mengetahui sumber
daya yang dibutuhkan dan sebagai alat untuk pemantauan program secara menyeluruh.2
b. Pengorganisasian
Dari struktur organisasi Puskesmas dapat diketahui mekanisme pelimpahan wewenang dari
pimpinan kepada staf sesuai dengan tugas-tugas yang diberikan. Dalam lokakarya mini
biasanya dihasilkan kesepakatan kerja sama secara tertulis di antara staf untuk menyelesaikan
tugasnya masing-masing.2
c. Penggerakan-Pelaksanaan
Keberhasilan pengembangan fungsi menajemen ini sangat dipengaruhi oleh keberhasilan
pimpinan Puskesmas menumbuhkan motivasi kerja staf dan semangat kerja sama antara staf
dengan staf lainnya di Puskesmas (lintas program), antara staf Puskesmas dengan masyarakat,
antara staf Puskesmas dengan pimpinan instansi ditingkat kecamatan (lintas
sektoral).Mekanisme komunikasi yang dikembangkan oleh pimpinan Puskesmas dengan
stafnya, demikian pula antara pimpinan puskesmas dengan camat dan pimpinan sektor lainnya
di tingkat kecamatan, termasuk dengan aparat di tingkat desa akan sangat berpengaruhpada
keberhasilan fungsi menajemen ini.2
d. Pengawasan dan pengendalian (Wasdal)
Tolak ukur keberhasilan program yandu sudah ditetapkan melalui RKO (Rencana Kerja
Operasional) yang telah disusun. Pimpinan puskesmas dan koordiantor program yandu dapat
mengevaluasi keberhasilan program dengan menggunakan RKO sebagai standar dan
membandingkan hasil kegiatan program dimasing-masing posyandu. Tanggung jawab
pengawasan program yandu tetap berada di tangan pimpinan Puskesmas tetapi wewenang
pengawasan di lapangan dilimpahkan kepada coordinator program.2

8
e. Penilaian
Untuk mengetahui keberhasilan pelaksanaan program yandu, kajian output (cakupan) masing-
masing program yang dibandingkan dengan targetnya adalah salah satu cara yang dapat
dipakai sebagai bahan penilaian. Cakupan program adalah hasil langsung (output) kegiatan
program yandu. Cakupan setiap program dapat dihitung segera setelah pelaksanaan kegiatan
program.Perhitungan cakupan ini dapat dilakukan dengan menggunakan statistik sederhana
yaitu jumlah orang yang mendapatkan pelayanan dibagi dengan jumlah penduduk sasaran
setiap program.2

Penyebab Peningkatan Angka Kematian Ibu dan Bayi


Angka kematian ibu dan bayi sangat meningkat terutaman pada negara-negara
berkembang. Penyebab meningkatnya angka kematian ibu dibagi menjadi dua, yaitu penyebeb
langsung seperti perdarahan pasca persalinan, eclampsia, serta infeksi. Sedangkan penyebab
meningkatnya angka kematian ibu secara tidak langsung di bagi menjadi:
a. 4T yang berarti 4 terlalu yang terjadi pada seorang ibu hamil, yaitu:7
- Terlalu muda untuk hamil pertama kali
- Terlalu tua untuk hamil pertama kali
- Terlalu sering hamil (jarak kehamilan terlalu singkat)
- Terlalu banyak melahirkan (multipara)
b. 4K adalah 4 keterlambatan yang terjadi pada saat kehamilan dan persalinan, yaitu:
- Keterlambatan untuk menyadari atau mengetahui adanya kelainan atau penyulit selama
kehamilan dan persalinan.
- Keterlambatan mengambil keputusan untuk mencari pertolongan dari tenaga kesehatan.
- Keterlambatan tiba di tempat pelayanan kesehatan
- Keterlambatkan mendapatkan pertolongan oleh tenaga kesehatan

Program Kesehatan Ibu dan Anak (KIA)


Tujuan umum dari program KIA adalah untuk a) Menurunkan kematian (mortality) dan
kejadian sakit (morbility) dimana kegiatan program ini ditujukan untuk menjaga kesehatan ibu
selama kehamilan, saat bersalin dan saat ibu menyusui. b) Meningkatkan derajat kesehatan anak,
melalui pemantauan status gizi dan pencegahan sedini mungkin berbagai penyakit menular yang

9
dapat dicegah dengan imunisasi dasar sehingga anak dapat tumbuh dan berkembang secara
optimal.2 Sasarannya adalah ibu hamil, ibu menyusui, dan anak-anak sampai dengan umur 5 tahun.
Kelompok-kelompok masyarakat ini sasaran primer. Sasaran sekunder adalah dukun bersalin dan
kader kesehatan.2
Ruang lingkup kegiatan: kegiatan KIA terdiri dari kegaitan pokok dan integratif. Kegiatan
integrative adalah kegiatan kegiatan program lain (misalnya kegiatan imunisasi merupakan pokok
P2M) yang dilaksanakan pada program KIA karena sasaran penduduk program P2M (ibu hamil
dan anak-anak) juga menjadi sasaran program KIA.
a. Memeriksa kesehatan ibu hamil (ANC)
b. Mengamati gizi ibu selama kehamilan dan gizi bayi dan anak balita
c. Promosi kesehatan khususnya PHBS (perilaku hidup bersih dan sehat) meliputi penimbangan
balita, ASI eksklusif, penggunaan air bersih, penggunaan jamban sehat, cuci tangan dengan air
bersih, serta makan makanan sehat dan bergizi.
d. Gerakan sayang ibu (GSI)

Kesimpulan
Hipotesis diterima
Peningkatan Angka Kematian Ibu dan Bayi dapat dicegah dan diturunkan dengan menerapkan
program KIA.

10
Daftar Pustaka

1. Chandra B. Ilmu kedokteran pencegahan dan komunitas.Jakarta:EGC;2010.h 1,9-12.


2. Muninjaya AAG. Manajemen kesehatan. Edisi ke-2.Jakarta: EGC;2013.h 9-10,144-179.
3. Gibney M, Margetts B,Kearney J, Lenore A. Gizi kesehatan masyarakat. Ed 1. Jakarta:
EGC, 2012. Hal 29.
4. Departemen Kesehatan Republik Indonesia.Pedoman lokakarya mini pusat kesehatan
masyarakat.Jakarta:Departemen Kesehatan RI;2010.h.81-4.
5. Departemen Kesehatan Republik Indonesia.Pedoman manajemen
puskesmas.Jakarta:Departemen Kesehatan RI;2015.h6-8.
6. Chandra B. Ilmu kedokteran pencegahan dan komunitas. Dalam manajemen dan
pelaksanaan kesehatan di Indonesia. Penerbit buku kedokteran EGC. Jakarta. 2015. Hal
230-235
7. Muninjaya AG. Manajemen kesehatan. Edisi ke-2. Jakarta: EGC;2014.h. 170-250.
8. Azwar A. Pengantar administrasi kesehatan. Edisi ke-3. Jakarta: Binarupa
Aksara;2013.h.17-24, 181-241, 329-33.

11

Anda mungkin juga menyukai