Anda di halaman 1dari 11

Diagnosis Diferensial

Miringitis Bullosa
Miringitis bullosa merupakan suatu keadaan nyeri pada telinga yang disebabkan oleh
pembentukan bulla pada membran timpani. Biasanya miringitis bullosa disebabkan oleh virus,
bakteri, dan mycoplasma.
Miringtis bullosa dianggap sebagai penyakit self limiting.3 Gambaran klinis dari miringitis
bulosa adalah nyeri telinga hebat (otalgia). Nyeri disebabkan karena bula terbentuk pada daerah
yang memiliki banyak persarafan yaitu pada epitel terluar membran timpani. Nyeri biasanya
terletak di dalam telinga namun dapat menyebar ke ujung mastoid. Pada kebanyakan pasien nyeri
mereda dalam satu atau dua hari, namun beberapa keluhan biasanya dirasakan selama tiga atau
empat hari. Rasa sakit tidak sepenuhnya hilang setelah miringotomi atau setelah bula pecah
spontan. Membran timpani kembali ke keadaan normalnya dalam dua atau tiga minggu. Miringitis
bullosa biasanya hanya unilateral.3 Peningkatan suhu tubuh biasanya terlihat dalam perjalanan
awal myringitis bullosa. Prinsip terapinya dapat diberi obat tetes telinga antibiotik untuk mencegah
infeksi dan dapat diberi analgetik.

Otitis Media Supuratif Kronik (OMSK)


Otitis media supuratif kronik dahulu disebut otitis media perforasi atau dalam sebutan
sehari-hari disebut congek. Yang disebut otitis media supuratif kronis ialah infeksi kronis ditelinga
tengah dengan perforasi membran timpani dan sekret yang keluar dari telinga tengah terus menerus
atau hilang timbul. Sekret mungkin ketal, bening atau berupa nanah.
Beberapa faktor yang menyebabkan OMA menjadi OMSK adalah terapi yang terlambat
diberikan, terapi yang tidak adekuat, virulensi kuman tinggi, daya tahan tubuh rendah (gizi kurang)
atau hygiene buruk.4
Diagnosis OMSK dapat ditandai dengan adanya keluar cairan telinga yang berbau busuk,
mengandung darah, paralisis facial, vertigo, sakit kepala, mual, muntah, gangguan pendengaran,
serta pada pemeriksaan didapatkan membran timpani mengalami perforasi.
Prinsip terapi OMSK ialah konservatif atau dengan medikamentisa. Bila secret keluar
terus-menerus maka berikan obat pencuci telinga berupa larutan H2O2 3% selama 3-5 hari.4 Setelah
sekret berkurang, maka terapi dilanjutkan dengan memberikan obat tetes telinga yang mengandung
antibiotik dan kortikosteroid. Tetapi banyak para ahli yang berpendapat bahwa obat tetes telinga
yang di jual dipasaran mengandung antibiotik yang ototoksik. Sehingga disarankan agar obat tetes
telinga tidak digunakan terus-menerus lebih dari 1 atau 2 minggu. Secara oral berika antibiotik
golongan ampisilin 50-100 mg/kgBB/hari atau eritromisin 40 mg/kgBB/hari (bila pasien alergi
terhadap penisilin).4 Bila sekret telah kering, tetapi perforasi masih ada setelah di observasi selama
2 bulan, maka idealnya dilakukan miringoplasti atau timpanoplasti. Operasi ini bertujuan untuk
menghentikan infeksi secara permanen, memperbaiki membran timpani yang mengalami
perforasi, mencegah terjadinya komplikasi atau kerusakan pendengaran yang lebih berat, serta
memperbaiki pendengaran.

Anatomi Telinga

Gambar 1

a. Telinga Luar
Telinga luar terdiri dari aurikula (pinna) dan kanalis auditorius eksternus, dipisahkan dari
telinga tengan oleh struktur seperti cakram yang dinamakan membrana timpani (gendang
telinga). Telinga terletak pada kedua sisi kepala kurang lebih setinggi mata. Aurikulus melekat
kesisi kepala oleh kulit dan tersusun terutama oleh kartilago, kecuali lemak dan jaringan bawah
kulit pada lobus telinga.5 Aurikulus membantu pengumpulan gelombang suara dan
perjalanannya sepanjang kanalis auditorius eksternus. Tepat didepan meatus auditorius
eksternus adalah sendi temporal mandibular. Kaput mandibula dapat dirasakan dengan
meletakkan ujung jari di meatus auditorius eksternus ketika membuka dan menutup mulut.
Kanalis auditorius eksternus panjangnya sekitar 2,5 cm.5 Sepertiga lateral mempunyai
kerangka kartilago dan fibrosa padat dimana kulit terlekat. Dua pertiga medial tersusun atas
tulang yang dilapisi kulit tipis. Kanalis auditorius eksternus berakhir pada membrana timpani.
Kulit dalam kanal mengandung kelenjar khusus, glandula seruminosa yang mensekresi
substansi seperti lilin yang disebut serumen. Mekanisme pembersihan diri telinga mendorong
sel kulit tua dan serumen kebagian luar tetinga.

b. Membran Timpani
Membrana timpani atau gendang telinga adalah suatu bangunan berbentuk kerucut dengan
puncaknya yang mengarah ke medial. Membran timpani umumnya bulat. Membrana timpani
tersusun oleh suatu lapisan epidermis dibagian luar, lapisan fibrosa dilapisan tengah dimana
tangkai maleus dilekatkan, dan lapisan mukosa bagian dalam. Lapisan fibrosa tidak terdapat
diatas processus lateralis maleus dan ini menyebabkan bagian membrana timpani yang disebut
shrapnell menjadi lemas (plaksid).5
Membran timpani mempunyai tiga lapisan yaitu stratum kutaneum (lapisan epitel) berasal
dari liang telinga, stratum mukosum (lapisan mukosa) berasal dari kavum timpani, stratum
fibrosum (lamina propria) yang letaknya antara stratum kutaneum dan mukosum. Lamina
propria terdiri dari dua lapisan anyaman penyabung elastis yaitu bagian dalam sirkuler dan
bagian luar radier.
Secara anatomis membrana timpani dibagi dalam 2 bagian yaitu pars tensa dan pars
flaksida. Pars tensa merupakan bagian terbesar dari membran timpani, dan merupakan suatu
permukaan yang tegang dan bergetar yang sekelilingnya menebal dan melekat pada anulus
fibrosus pada sulkus timpanikus bagian tulang dari tulang temporal. Sedangkan pars flaksida
atau membran Shrapnell letaknya dibagian atas depan dan lebih tipis dari pars tensa. Pars
flasida dibatasi oleh 2 lipatan yaitu plika maleolaris anterior (lipatan depan) dan plika
maleolaris posterior (lipatan belakang).5
Membran timpani terletak dalam saluran yang dibentuk oleh tulang dinamakan sulkus
timpanikus. Akan tetapi taerdapat bagian yang tidak terdapat sulkus ini dan bagian ini disebut
insisura timpanika (Rivini). Permukaan luar dari membrana timpani di persarafi oleh cabang
nervus aurikulo temporalis yang berasal dari nervus mandibula dan nervus vagus. Permukaan
dalam disarafi oleh nervus timpani cabang dari nervus glosofaringeal. Aliran darah membrana
timpani berasal dari permukaan luar dan dalam. Kemudian, pembuluh-pembuluh epidermal
berasal dari aurikula yang dalam cabang dari arteri maksilaris interna. Permukaan mukosa
telinga tengah di perdarahi oleh timpani anterior cabang dari arteri maxilaris interna dan oleh
stylomastoid cabang dari arteri aurikula posterior.

c. Telinga Tengah
Telinga tengah mengandung tulang terkecil (osikuli) yang terdiri menjadi 3 bagian yaitu
malleus, inkus, stapes. Osikuli dipertahankan pada tempatnya oleh sendian, otot, dan ligamen
yang membantu hantaran suara. Dinding superior telinga tengah berbatasan dengan lantai fossa
cranii media. Pada bagian atas dinding posterior terdapat aditus ada antrum tulang mastoid dan
dibawahnya adalah nervus facialis.5 Otot stapedius timbul pada daerah saraf fasialis dan
tendonnya menembus melalui suatu piramid tulang menuju ke leher stapes. Nervus corda
timpani timbul dari nervus fasialis dibawah stapedius dan berjalan ke lateral depan menuju
incus tetapi di medial maleus, untuk keluar dari telinga lewat sutura petrotimpanika. Corda
timpani kemudian bergabung dengan nevus lingualis dan menghantarkan serabut-serabut
sekretomotorik ke ganglion submandibularis dan serabut-serabut pengecap dari dua per tiga
anterior lidah.
Dasar telinga tengah adalah atap bulbus jugularis yang disebelah superola lateral menjadi
sinus sigmodeus dan lebih ke tengah menjadi sinus transversus. Keduanya adalah muara tuba
eustakius dan otot tensor timpani yang menempati daerah superior tuba kemudian membalik
,melingkari prosesus kokleariformis dan berinsersi pada leher maleus. Dinding lateral dari
telinga tengah adalah dnding tulang epitimpanum dibagian atas, membrana timpani, dan
dinding tulang hipotimpanum dibagian bawah.
Bangunan yang paling menonjol pada dinding medial adalah promontorium yang menutup
lingkaran koklea yang pertama. Nervus timpanikus berjalan melintas promontorium ini.
Fenestra rotundum terletak di posterior inferior dari promontorium, sedangkan kaki stapes
terletak di atas fenestra ovalis mulai dari prosesus kokleariformis dianterior hingga piramid
stapedius di posterior.
Rongga mastoid berbentuk seperti piramid bersisi tiga dengan puncak mengarah ke kaudal.
Atap mastoid adalah fossa kranii media. Dinding medial adalah dinding lateral fossa kranii
posterior. Sinus sigmoideus terletak di bawah durameter pada daerah ini. Pada dinding anterior
mastoid terdapat aditus ad antrum.5 Tonjolan kanalis semisirkularis lateralis menonjol ke
dalam antrum. Di bawah ke dua patokan ini berjalan nervus fasialis dalam kanalis tulangnya
untuk keluar dari tulang temporal melalui foramen stilomastoideus diujung anterior krista yang
di bentuk oleh insersio otot digastrikus. Dinding lateral mastoid adalah tulang subkutan yang
dengan mudah dapat dipalpasi di posterior aurikula.

d. Tuba Eustachius5
Tuba Eustachius menghubungkan rongga telinga tengah dengan nasofaring. Bagian lateral
tuba eustachius adalah yang bertulang, sedangkan dua pertiga bagian medial bersifat
kartilaginosa. Origo otot tensor timpani terletak disebelah atas bagian bertulang sementara
canalis caroticus terletak dibagian bawahnya.
Bagian bertulang rawan berjalan melintasi dasar tengkorak untuk masuk ke faring diatas
otot konstriktor superior. Bagian ini biasanya tertutup tapi dapat dibuka melalui kontraksi otot
levator palatinum dan tensor palatinum yang masing-masing disarafi plexus faringealis dan
nervus mandibularis. Tuba eustachius berfungsi untuk menyeimbangkan tekanan udara pada
kedua sisi membran timpani.

e. Telinga Dalam
Bentuk telinga dalam sedemikian kompleksnya sehingga disebut sebagai labirin. Deriva
vesikel otika membentuk suatu rongga tertutup yaitu labirin membran yang terisi endolimfe,
satu-satunya cairan ekstraselular dalam tubuh yang tinggi kalium dan rendah natrium. Labirin
membran dikelilingi oleh cairan perilimfe (tinggi natrium, rendah kalium) yang terdapat dalam
kapsula otika bertulang. Labirin tulang dan membran memiliki memiliki bagian vestibular dan
bagian koklear (pars inferior) merupakan organ pendengaran.
Koklea melingkar seperti rumah siput dengan dua dan satu-setengah putaran. Aksis dari
spinal tersebut dikenal sebagai modiolus, berisi berkas saraf dan suplai arteri dari arteri
vertebralis. Serabut saraf kemudian berjalan menerobos suatu lamina tulang yaitu lamina
spiralis oseus untuk mencapai sel-sel sensorik organ corti. Rongga koklea bertulang dibagi
menjadi tiga bagian oleh duktus koklearis yang panjangnya 35 mm dan berisi endolimfe.6
Bagian atas adalah skala vestibuli, berisi perilimfe dan dipisahkan dari duktus koklearis oleh
membrane Reissner yang tipis. Bagian bawah adalah skala timpani juga mengandung perilimfe
dan dipisahkan dari duktus koklearis oleh membrane basiliaris. Perilimfe pada kedua skala
berhubungan pada apeks koklea spiralis tepat setelah ujung buntu duktus koklearis melalui
celah yang dikenal sebagai helikotrema. Membran basilaris sempit pada basisnya (nada tinggi)
dan melebar pada apeks (nada rendah).
Terletak diatas membrane basiliaris dari basis ke apeks adalah organ corti, yang
mengandung organel-organel penting untuk mekanisme saraf perifer pendengaran. Organ corti
terdiri dari satu barisan sel rambut dalam dan tiga baris sel rambut luar. Sel-sel ini
menggantung lewat lubang-lubang lengan horizontal dari suatu jungkat-jangkit yang dibentuk
oleh sel-sel penyokong. Ujung saraf aferen dan eferen menempel pada ujung bawah sel rambut.
Pada permukaan sel-sel rambut terdapat streosilia yang melekat pada suatu selubung diatasnya
yang cenderung datar, bersifat gelatinosa dan aselular, dikenal sebagai membrane tektorial.
Bagian vestibulum telinga dalam bentuk oleh sakulus, utrikulus, dan kanalis semisirkularis.
Utrikulus dan sakulus mengandung makula yang diliputi oleh sel-sel rambut.6 Menutupi sel-
sel rambut ini adalah suatu lapisan gelatinosa yang ditembus oleh silia, dan pada lapisan ini
terdapat pula otolit yang mengandung kalsium dan dengan berat jenis yang lebih besar daripada
endolimfe. Karena pengaruh gravitasi, maka gaya dari otolit akan membengkokkan silia sel-
sel rambut dan menimbulkan rangsangan pada sel reseptor.
Sakulus berhubungan dengan utrikulus melalui suatu duktus sempit yang juga merupakan
saluran menuju endolimfatikus. Makula utrikulus terletak pada bidang yang tegak lurus
terhadap macula sakulus. Ketiga kanalis semisirkularis bermuara pada utrikulus. Masing-
masing kanalis mempunyai suatu ujung yang melebar membentuk ampula dan mengandung
sel-sel rambut Krista.6 Sel-sel rambut menonjol pada suatu kupula gelatinosa. Gerakan
endolimfe dalam kanalis semisirkularis akan menggerakkan kupula yang selanjutnya akan
membengkokkan silia sel-sel rambut krista dan merangsang sel reseptor.7 Pembuluh darah
telinga ada dua yaitu arteri temporalis superior dan arteri auricularis superior

Diagnosis Kerja
Otitis Media Akut
Otitis media akut stadium supurasi adalah peradangan akut sebagian atau seluruh periosteum
telinga tengah. Otitis media akut merupakan keadaan dimana cairan yang berbau keluar terus-
menerus atau hilang timbul didalam telinga tengah. Penyakit ini dapat disebabkan berbagai kuman
pathogen seperti Streptococcus pneumoniae, Haemophilus influenzae, Streptococcus pyogenes,
Moraxella catharalis, virus dan anaerob tertentu.7
Perubahan mukosa telinga tengah sebagai akibat infeksi dibagi atas 5 stadium: (1) stadium
oklusi tuba Eustachius, (2) stadium hieremis, (3) stadium supurasi, (4) stadium perforasi, (5)
stadium resolusi.7 Keadaan ini berdasarkan gambaran membrane timpani yang diamati melalui
liang telinga luar.
a. Stadium oklusi tuba eustachius
Tanda adanya oklusi tuba eustachius adalah gambaran retraksi membrane timpani akibat
terjadinya tekanan negatif ditelinga tengah, akibat absorbsi udara. Kadang-kadang membran
timpani tampak normal (tidak ada kelainan) atau berwarna keruh pucat. Efusi mungkin telah
terjadi, tapi tidak depat dideteksi. Stadium ini sukar dibedakan dengan otitis media serosa yang
disebabkan oleh virus atau alergi.
b. Stadium hiperemis (stadium pre-supurasi)
Pada stadium hiperemis, tampak pembuluh darah yang melebar di membran timpani atau
seluruh membran timpani tampak hiperemis serta edem. Sekret yang telah terebentuk mungkin
masih bersifat eksudat yang serosa sehingga sukar dilihat.
c. Stadium supurasi
Pada stadium supurasi terjadi edema yang sangat hebat pada mukosa telinga tengah dan
hancurnya sel epitel superficial, serta terbentuknya eksudat yang purulen di kavum timpani,
menyebabkan membran timpani menonjol (bulging) ke arah liang telinga luar. Pada keadaan
ini pasien tampak sangat sakit, nadi dan suhu meningkat, serta rasa nyeri di telinga bertambah
hebat.
Apabila tekanan nanah di kavum timpani tidak berkurang, maka terjadi iskemia, akibat
tekanan pada kapiler-kapiler, serta timbul trombofleibitis pada vena-vena kecil dan nekrosis
mukosa dan submukosa. Nekrosis ini pada membran timpani terlihat sebagai daerah yang lebih
lembek dan berwarna kekuningan, di tempat ini akan terjadi ruptur.
d. Stadium perforasi
Karena beberapa sebab seperti terlambatnya pemberian antibiotik atau virulensi kuman
yang tinggi, maka dapat terjadi rupture membrane timpani dan nanah mengalir keluar dari
telinga tengah ke liang telinga. Anak yang tadinya gelisah sekarang menjadi tenang, suhu tubuh
turun dan anak dapat tertidur nyenyak.
e. Stadium resolusi
Bila membrane timpani tetap utuh, maka membrane timpani perlahan-lahan akan kembali
normal. Bila sudah terjadi perforasi, maka sekret akan berkurang dan akhirnya kering. Bila
daya tahan tubuh baik atau virulensi kuman rendah, maka resolusi dapat terjadi walaupun tanpa
pengobatan. OMA berubah menjadi OMSK bila perforasi menetap dengan sekret yang keluar
terus menerus atau hilang timbul. OMA dapat menimbulkan gejala sisa (sequele) berupa otitis
media serosa bila sekret menetap di kavum timpani tanpa terjadi perforasi.

Epidemiologi
Di Amerika Serikat, penyakit otitis media adalah yang paling sering terjadi pada anak, dan
terdapat sekitar 20 juta kasus per tahun. Berbagai penelitian epidemiologi melaporkan tingkat
prevalensi otitis media akut menjadi 17-20% dalam 2 tahun pertama kehidupan. Otitis media
adalah penyakit berulang.7 Dan, sepertiga dari anak-anak mengalami 6 atau lebih episode otitis
media akut pada usia 7 tahun.

Etiologi
Telinga tengah biasanya steril, meskipun terdapat mikroba di nasofaring dan faring. Secara
fisiologik terdapat mekanisme pencegahan masuknya mikroba ke dalam telinga tengah oleh silia
mukosa tuba eustachius, enzim dan antibodi. Otitis media akut terjadi karena faktor pertahanan
tubuh ini terganggu. Sumbatan Eustachius merupakan faktor penyebab utama dari otitis media.
Karena fungsi tuba Eustachius terganggu, pencegahan invasi kuman ke dalam telinga tengah juga
terganggu, sehingga kuman masuk ke dalam telinga tengah dan terjadi peradangan.
Dikatakan juga, bahwa pencetus terjadinya OMA adalah infeksi saluran napas atas.
Organisme penginfeksi yang paling lazim pada otitis media kaut adalah Streptococcus pneumonia.
Dua patogen utamanya adalah Haemophilus influenza tetapi yang tidak dapat ditipekan adalah
Moraxella catarrhalis. Berbagai bakteri lain menyebabkan sebagian kecil sisa infeksi. Ini dapat
meliputi bakteri gram positif maupun gram negatif. Pada neonates diatas usia 2 minggu,
S.pneumoniae dan H.influinzae terus merupakan infeksi yang paling lazim.4 Namun pada bayi
umur kurang dari 2 minggu atau mereka yang masih dirawat inap bakteri gram negatif,
Stahylococcus aureus dan Streptococcus grup B menjadi lebih lazim.5

Patofisiologi
Otitis media sering diawali dengan infeksi pada saluran napas seperti radang tenggorokan
atau pilek yang menyebar ke telinga tengah lewat saluran Eustachius. Saat bakteri melalui saluran
Eustachius maka dapat menyebabkan infeksi disaluran tersebut sehingga terjadi pembengkakan
disekitar saluran dan menyebabkan saluran tersumbat.5 Kemudian karena terjadinya infeksi maka
sel-sel darah putih akan melawan dan membunuh bakteri. Namun apabila terjadi infeksi akut maka
sel darah putih tidak dapat melakukan fungsinya dan terbentuk menjadi nanah didalam telinga
tengah. Selain itu pembengkakan jaringan sekitar saluran Eustachius menyebabkan lendir yang
dihasilkan sel-sel di telinga tengah terkumpul di belakang gendang telinga.
Jika lendir dan nanah bertambah banyak, pendengaran dapat terganggu karena gendang
telinga dan tulang-tulang kecil penghubung gendang telinga dengan organ pendengaran di telinga
dalam tidak dapat bergerak bebas. Kehilangan pendengaran yang dialami umumnya sekitar 24
desibel (bisikan halus). Namun cairan yang lebih banyak dapat menyebabkan gangguan
pendengaran hingga 45 desibel (kisaran pembicaraan normal).5
Selain itu telinga juga akan terasa nyeri. Dan yang paling berat, cairan yang terlalu banyak
tersebut akhirnya dapat merobek gendang telinga karena tekanannya. OMA dapat berkembang
menjadi otitis media supuratif kronis apabila gejala berlangsung lebih dari 2 bulan, hal ini
berkaitan dengan beberapa faktor antara lain higiene, terapi yang terlambat, pengobatan yang tidak
adekuat, dan daya tahan tubuh yang kurang baik.5

Manifestasi Klinis
Gejala OMA biasanya tergantung pada stadium dan usia pasien. Pada anak yang sudah
dapat berbicara keluhan utama adalah rasa nyeri didalam telinga dan suhu tubuh yang tinggi. Serta,
biasanya terdapat riwayat batuk pilek sebelumnya.6
Pada orang dewasa, selain rasa nyeri didapatkan juga gangguan pendengaran berupa rasa
penuh di telinga atau kurang dengar.6 Pada bayi dan anak kecil gejala khas otitis media anak adalah
suhu tubuh yang tinggi dapat mencapai 39,5°C (stadium supuratif), gelisah, sulit tidur, tiba-tiba
menjerit saat tidur, diare, kejang, dan kadang-kadang memegang telinga yang sakit. Setelah terjadi
ruptur membran tinmpani, suhu tubuh akan turun dan anak tertidur dengan tenang.

Tatalaksana
Terapi bergantung pada stadium penyakitnya. Pengobatan pada stadium awal ditujukan
untuk mengobati infeksi saluran napas, dengan pemberian antibiotik, dekongestan lokal atau
sistemik, dan antipiretik.7
a. Stadium Oklusi
Terapi ditujukan untuk membuka kembali tuba Eustachius sehingga tekanan negatif di telinga
tengah hilang. Diberikan obat tetes hidung HCl efedrin 0,25 % untuk anak < 12 tahun atau HCl
efedrin 0,5 % dalam larutan fisiologis untuk anak diatas 12 tahun dan dewasa.
b. Stadium Presupurasi
Diberikan antibiotik, obat tetes hidung dan analgesik. Bila membran timpani sudah terlihat
hiperemis difus, sebaiknya dilakukan miringotomi. Dianjurkan pemberian antibiotik golongan
penisilin atau eritromisin. Jika terjadi resistensi, dapat diberikan kombinasi dengan asam
klavulanat atau sefalosporin. Untuk terapi awal diberikan penisilin intramuskular agar
konsentrasinya adekuat di dalam darah sehingga tidak terjadi mastoiditis terselubung,
gangguan pendengaran sebagai gejala sisa dan kekambuhan. Antibiotik diberikan minimal
selama 7 hari. Bila pasien alergi terhadap penisilin maka dapat diberikan eritromisin. Pada
anak, penisilin diberikan dengan dosis 50-100mg/kgBB/hari dibagi dalam 4 dosis, atau
amoxicilyn 40mg/kgBB/hari dibagi dalam 3 dosis atau eritromisin 40mg/kgBB/hari.
c. Stadium Supurasi
Selain antibiotik, pasien harus dirujuk untuk melakukan miringotomi bila membran timpani
masih utuh sehingga gejala cepat hilang dan tidak terjadi ruptur.
d. Stadium Perforasi
Terlihat sekret banyak keluar, kadang secara berdenyut. Diberikan obat cuci telinga H2O2 3%
selama 3-5 hari serta antibiotik yang adekuat sampai 3 minggu. Biasanya sekret akan hilang
dan perforasi akan menutup sendiri dalam 7-10 hari.
e. Stadium Resolusi
Membran timpani berangsur normal kembali, sekret tidak ada lagi, dan perforasi membrane
timpani menutup. Bila tidak terjadi resolusi biasanya tampak sekret mengalir diliang telinga
luar melalui perforasi di membrane timpani. Keadaan ini dapat disebabkan karena berlanjutnya
edema mukosa telinga tengah. Pada keadaan demikian antibiotic dapat dilanjutkan hingga 3
minggu. Bila 3 minggu setelah pengobatan sekret masih tetap banyak , kemungkinan telah
terjadi mastoiditis.

Preventif
Modifikasi gaya hidup untuk mencegah otitis media akut. Edukasi dan penyuluhan
pendidikan kepada para penjaga dan ibu bapa memainkan peranan penting dalam menurunkan
insidensi otitis media akut, dan The National Association of Daycare Providers telah menyediakan
bahan-bahan edukasi berbentuk material kepada pusatnya dan juga kepada para ibu bapak.
Beberapa hal yang tampaknya dapat mengurangi risiko OMA adalah dengan pencegahan ISPA
pada bayi dan anak-anak, pemberian ASI minimal selama 6 bulan, penghindaran pemberian susu
di botol saat anak berbaring, dan penghindaran pajanan terhadap asap rokok.5

Komplikasi
Sebelum ada antibiotik, OMA dapat menimbulkan abses subperiosteal hingga komplikasi
yang berat seperti meningitis dan abses otak. Sekarang setelah adanya antibiotic, semua jenis
komplikasi itu biasanya didapatkan sebagai komplikasi dari OMSK.7

Prognosis
Prognosis at bonam apabila dapat ditangani dengan cepat dan tepat serta diberikan
antibiotika segera. Namun, apabila penangannya terlambat maka akan menyebabkan terjadina
OMSK sehingga prognosisnya at malam.

Anda mungkin juga menyukai