Anda di halaman 1dari 45

PEMERINTAH KABUPATEN BULUNGAN

DINAS KESEHATAN
UPTD PUSKESMAS PIMPING
Jalan H.M. Ardans RT.20 Ds. Karang Agung Kec. Tanjung Palas Utara Kab. Bulungan,
Kalimantan Utara 77253, Telepon 08115902118, Laman puskesmaspimping@gmail.com,
web : pkmpimping.bulungan.go.id

PEDOMAN PELAKSANAAN PROMOSI KESEHATAN


UPTD. PUSKESMAS PIMPING

BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Dalam rangka mencapai tujuan Pembangunan Kesehatan, tenaga Kesehatan
memiliki peranan penting untuk meningkatkan kualitas pelayanan Kesehatan yang
maksimal kepada Masyarakat agar mampu untuk meningkatkan kesadaran, kemauan
hidup sehat sehingga akan terwujud derajat Kesehatan yang setinggi-tingginya
sebagai investasi bagi Pembangunan sumber daya manusia yang produktif secara
sosial dan ekonomi serta sebagai salah satu unsur kesejahteraan umum
sebagaimana dimaksud dalam pembukaan undang-undang dasar negara republik
Indonesia tahun 1945. Dan Kesehatan merupakan hak asasi manusia yang harus
diwujudkan dalam bentuk pemberian berbagai pelayanan Kesehatan kepada seluruh
Masyarakat melalui penyelanggaraan Pembangunan Kesehatan yang menyeluruh
oleh Pemerintah daerah dan Masyarakat yang terarah, terpadu, berkualitas dan
terjangkau oleh Masyarakat Indonesia.
Pelayanan Kesehatan adalah upaya yang diberikan oleh Puskesmas kepada
masyarakat, mencakup perencanaan, pelaksanaan, evaluasi, pencatatan, pelaporan,
dan dituangkan dalam suatu sistem. Puskesmas mempunyai tugas melaksanakan
kebijakan kesehatan untuk mencapai tujuan pembangunan kesehatan di wilayah
kerjanya dalam rangka terwujudnya kecamatan sehat. Dalam melaksanakan tugas
Puskesmas menyelenggarakan fungsi :
1. Penyelenggaraan Upaya Kesehatan Masyarakat (UKM) tingkat pertarna di
wilayah kerjanya, dan
2. Penyelenggaraan Upaya Kesehatan Perorangan (UKP) tingkat pertama di
wilayah kerjanya.
Dalam menyelenggarakan fungsi penyelenggaraan UKM, puskesmas
berwenang untuk :

1 / 45
1. Melaksanakan perencanaan berdasarkan analisis masalah kesehatan
masyarakat dan analisis kebutuhan pelayanan yang diperlukan;
2. Melaksanakan advokasi dan sosialisasi kebijakan Kesehatan;
3. Melaksanakan komunikasi, inforrrasi, edukasi, dan pemberdayaan masyarakat
dalam bidang Kesehatan;
4. Menggerakkan masyarakat untuk mengidentifikasi dan menyelesaikan masalah
Kesehatan pada setiap tingkat perkembangan masyarakat yang bekerjasama
dengan sektor lain terkait;
5. Melaksanakan pembinaan teknis terhadap jaringan pelayanan dan upaya
kesehatan berbasis Masyarakat;
6. Melaksanakan peningkatan kompetensi sumber daya manusia Puskesmas;
7. Memantau pelaksanaan pembangunan agar berwawasan Kesehatan;
8. Melaksanakan pencatatan, pelaporan, dan evaluasi terhadap akses, mutu, dan
cakupan Pelayanan Kesehatan;
9. Memberikan rekomendasi terkait masalah kesehatan masyarakat termasuk
dukungan terhadap sistem kewaspadaan dini dan respon penanggulangan
penyakit.
Dari hasil pelaksanaan program Upaya program di tahun 2022 ditemukan
beberapa masalah yang menyebabkan beberapa Upaya program tidak mencapai
target kegiatan yang telah ditetapkan pada tahun sebelumnya. Beberapa program
pada Promosi kesehatan yang sudah tercapai namun belum 100% yaitu rumah
tangga sehat 69,77%, Posyandu Purnama Mandiri 95,83% dan program yang belum
mencapai target yaitu Institusi Yang dibina dan sudah ber-PHBS 65,12%, Jumlah
Kader Posyandu Yang Telah Disertifikasi 96,34%, Jumlah desa siaga aktif 66,67%.
Dan cakupan program lain yang berkaitan dengan perilaku hidup bersih dan sehat
yaitu Persalinan oleh tenaga Kesehatan 94,53%, bayi mendapatkan ASI Eksklusif
69,46%, Balita ditimbang rutin setiap bulan 79,91%, akses air bersih 95,89%, akses
jamban sehat 100%, angka bebas jentik 64,13%, Kawasan tanpa rokok 18,18%.
Sehubung hal tersebut maka pelayanan kesehatan dimasyarakat perlu
ditingkatkan baik bersifat promotif, preventif, kuratif maupun rehabilitatif. Puskesmas
sebagai penanggung jawab penyelenggaraan upaya kesehatan terdepan tidak hanya
berfungsi sebagai pusat pelayanan kesehatan bagi masyarakat tetapi juga sebagai
pusat komunikasi masyarakat.
Namun dalam pelaksanaannya puskesmas masih menghadapi berbagai
masalah antara lain kegiatan puskesmas kurang berorientasi pada masalah
kebutuhan masyarakat dan keterlibatan masyarakat yang merupakan andalan
penyelenggaraan pelayanan kesehatan belum dikembangkan secara optimal.

2 / 45
Disadari untuk mengatasi masalah tersebut sesuai dengan salah satu azas
penyelenggaraan puskesmas yaitu pemberdayaan masyarakat yaitu puskesmas
wajib menggerakkan dan memberdayakan masyarakat agar berperan aktif dalam
penyelenggaraan setiap upaya kesehatan sehingga promosi kesehatan sangat
penting diterapkan untuk mengatasi masalah kesehatan.
Untuk melaksanakan Upaya Kesehatan Masyarakat tersebut di Puskesmas
Pimping, maka diperlukan Upaya Pelayanan Promosi Kesehatan yang dikelola
secara profesional. Keberadaan program promosi kesehatan di Puskesmas Pimping
berperan sebagai "agen perubahan" di masyarakat sehingga masyarakat lebih
berdaya dan timbul gerakan-gerakan upaya kesehatan yang bersumber pada
masyarakat.
Kegiatan Promosi Kesehatan dilakukan sesuai Visi Puskesmas yaitu Pelayanan
Kesehatan Prima menuju Kecamatan Tanjung Palas Utara Sehat dan Mandiri,
dengan misi yaitu :
1. Menggerakkan Pembangunan berwawasan Kesehatan;
2. Mendorong kemandirian untuk hidup sehat;
3. Memelihara, meningkatkan mutu, pemerataan dan keterjangkauan pelayanan;
4. Menjalin hubungan Kerjasama dengan lintas sektor;
5. Memelihara dan meningkatkan Kesehatan perorangan, keluarga, kelompok dan
Masyarakat beserta lingkungannya;
6. Melaksanakan komitmen Puskesmas dalam Upaya meningkatkan kinerja dan
Mutu pelayanan yang prima.
Selanjutnya pelayanan promosi Kesehatan juga dilakukan sesuai dengan tata
nilai Puskesmas yaitu KREASI : Kreatif, Ramah, Empati, Aman, Senyum dan Inovasi.
Kreatif : Kemampuan baik berfikir atau tindakan untuk menyelesaikan masalah-
masalah dalam melaksanakan kegiatan pelayanan atau program
dengan tetap memperhatikan aturan, konsep, petunjuk yang telah
ditetapkan sehingga dapat memecahkan permasalahan dengan tepat
dan bermanfaat.
Ramah : Sikap bersahabat, mau menyapa setiap sasaran program serta sikap
ingin membantu dan perasaan senang saat bertemu dengan teman
kerja maupun sasaran program hingga merasa diterima secara layak
dan penuh harapan dalam menyelesaikan permasalahan yang
dihadapinya dan merasa nyaman dalam memperoleh pelayanan
Kesehatan.
Empati : Kemampuan untuk merasakan keadaan emosional atau mengetahui
apa yang dirasakan dan dipikirkan orang lain/pasien/sasaran program
terkait dengan permasalahan yang dihadapinya dan menciptakan

3 / 45
keinginan untuk menolong sesama, merasa simpatik dan mencoba
menyelesaikan masalah dan mengambil perspektif orang lain.
Aman : Memenuhi dimensi keamanan dengan tujuan layanan program yang
diberikan harus aman, baik bagi sasaran program, pemberi layanan
maupun masyarakat sekitarnya, aman dari risiko cidera, infeksi, efek
samping, atau bahaya lain.
Senyum : Bahwa dalam memberikan pelayanan program petugas senantiasa
tersenyum sehingga dapat menularkan energi positif dan memberikan
perasaan nyaman, terlindungi pada diri setiap sasaran program.
Inovasi : Bahwa dalam proses pengembangan dan pemanfaatan/mobilisasi
pengetahuan, keterampilan (termasuk keterampilan teknologis) dan
pengalaman dalam memberikan pelayanan kesehatan sehingga
pelayanan dapat lebih efektif dan efisien. Bukan hanya dapat
meningkatkan derajat kesehatan, tetapi juga dapat menghemat waktu,
tenaga, dan materi serta memberikan manfaat bagi sasaran program.
B. TUJUAN PEDOMAN
Sebagai acuan bagi petugas kesehatan di Puskesmas Pimping dalam
menyelenggarakan kegiatan promosi kesehatan di wilayah kerja Puskesmas
Pimping. Sehingga pelayanan promosi kesehatan dapat dilaksanaan sesuai dengan
rencana serta memperoleh hasil sesuai yang diharapkan.
C. SASARAN PEDOMAN
Sasaran pedoman pelayanan promosi kesehatan Puskesmas Pimping meliputi :
1. Tolak ukur keberhasilan program promosi Kesehatan yaitu dinilai dari cakupan
kegiatan survei rumah tangga sehat, Institusi Pendidikan (Sekolah Dasar) yang
sudah Ber PHBS, Institusi Yang dibina dan sudah ber-PHBS, Jumlah Posyandu
Balita Aktif, Posyandu Purnama Mandiri, Jumlah Kader Posyandu Aktif, Jumlah
Kader Posyandu Yang Telah Disertifikasi, Jumlah Desa Siaga Aktif, Jumlah Desa
yang memanfaatkan Alokasi Dana Desa (DD) minimal 10% Untuk UKBM,
Penyuluhan NAPZA di tiap wilayah kerja puskesmas dan Penyuluhan Esensi
Kesehatan.
2. Kategori sasaran pelayanan promosi kesehatan meliputi :
a. Sasaran Primer yakni individu, keluarga, kelompok dan Masyarakat dan
lingkunganya;
b. Sasaran Sekunder yakni tokoh Masyarakat;
c. Sasaran Tertier yakni stake holder/pengambil kebijakan.
3. Jumlah sasaran yang dilakukan pelayanan promosi Kesehatan yaitu :
a. Rumah tangga sehat : 3.636 KK

4 / 45
b. Institusi Pendidikan (Sekolah Dasar) yang sudah Ber PHBS : 13 Sekolah
Dasar
c. Institusi Yang dibina dan sudah ber-PHBS : 64 Institusi
d. Jumlah Posyandu Balita Aktif : 24 Posyandu Balita
e. Posyandu Purnama Mandiri : 24 Posyandu Balita
f. Jumlah Kader Posyandu Aktif : 191 orang kader
g. Jumlah Kader Posyandu Yang Telah Disertifikasi : 191 orang kader
h. Jumlah Desa Siaga Aktif : 6 Desa
i. Jumlah Desa yang memanfaatkan Alokasi Dana Desa (DD) minimal 10%
Untuk UKBM : 6 Desa
j. Penyuluhan NAPZA di tiap wilayah kerja puskesmas : 15 kali
k. Penyuluhan Esensi Kesehatan : 15 kali
4. Target cakupan yang dilakukan pelayanan promosi Kesehatan yaitu :
a. Rumah tangga sehat : 65%
b. Institusi Pendidikan (Sekolah Dasar) yang sudah Ber PHBS : 60%
c. Institusi Yang dibina dan sudah ber-PHBS : 70%
d. Jumlah Posyandu Balita Aktif : 80%
e. Posyandu Purnama Mandiri : 80%
f. Jumlah Kader Posyandu Aktif : 80%
g. Jumlah Kader Posyandu Yang Telah Disertifikasi : 100%
h. Jumlah Desa Siaga Aktif : 80%
i. Jumlah Desa yang memanfaatkan Alokasi Dana Desa (DD) minimal 10%
Untuk UKBM : 60%
j. Penyuluhan NAPZA di tiap wilayah kerja puskesmas : > 15 kali
k. Penyuluhan Esensi Kesehatan : > 15 kali
5. Target tersebut dicapai selambat-lambatnya dalam waktu kurang dari 11 bulan
dalam setahun berjalan.
D. RUANG LINGKUP PEDOMAN
1. Ruang lingkup pelayanan Promosi Kesehatan meliputi :
a. Kegiatan promosi kesehatan di dalam gedung puskesmas Pimping
b. Kegiatan promosi kesehatan di luar gedung puskesmas Pimping
2. Jaringan pelayanan Promosi Kesehatan Puskesmas adalah :
a. Puskesmas Pembantu
b. Bidan / perawat Desa
c. Praktik mandiri kesehatan
3. Jejaring pelayanan promosi Kesehatan Puskesmas adalah :
a. Pemerintah Kecamatan
b. Unsur forkopimcam (Kantor urusan agama, Polsek, Koramil)

5 / 45
c. Pemerintah Desa
d. Institusi Pendidikan (TK/PAUD, SD/MI, SMP/MTs, SMA/SMK,MA)
e. Lembaga kemasyarakatan (TP.PKK, TP.UKS, LMD, Desa Siaga, Dan lainnya)
E. BATASAN OPERASIONAL
Promosi Kesehatan adalah upaya untuk meningkatkan kemampuan
masyarakat melalui pembelajaran diri, oleh, untuk dan bersama masyarakat agar
mereka dapat menolong diri sendiri serta mengembangkan kegiatan yang bersumber
daya masyarakat sesuai dengan kondisi sosial budaya setempat dan didukung
kebijakan publik yang berwawasan kesehatan.

BAB II

6 / 45
STANDAR KETENAGAAN

A. KUALIFIKASI SUMBER DAYA MANUSIA


Sumber daya utama yang diperlukan untuk penyelenggaraan promosi
kesehatan Puskesmas Pimping adalah tenaga Sumber Daya Manusia (SDM)
Kesehatan. Penanggung jawab pelayanan promosi kesehatan Puskesmas Pimping
dilakukan oleh koordinator yang mempunyai kapasitas di bidang promosi kesehatan.
Koordinator tersebut dipilih dari tenaga khusus promosi kesehatan (yaitu pejabat
fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat atau PKM). Jika tidak tersedia tenaga
khusus promosi kesehatan tersebut dapat dipilih dari semua tenaga kesehatan
Puskesmas yang melayani pasien/klien (dokter, perawat, bidan, sanitarian, dan lain-
lain). Semua tenaga kesehatan yang ada di Puskesmas hendaknya memiliki
pengetahuan dan keterampilan dalam memberikan informasi atau konseling. jika
keterampilan ini ternyata belum dimiliki, maka harus diselenggarakan program
pelatihan/kursus.
Sesuai Surat Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1114/ Menkes/SK/VIl/2005
tentang Pedoman Pelaksanaan Promosi Kesehatan di Daerah disebutkan bahwa
standar tenaga khusus promosi kesehatan untuk Puskesmas adalah sebagai berikut :
Kualifikasi Jumlah Kompetensi Umum
D III Kesehatan + minat dan 1 orang 1. Membantu tenaga Kesehatan lain
bakat di bidang Promosi merancang pemberdayaan Kesehatan.
2. Melakukan bina suasana dan advokasi

B. DISTRIBUSI KETENAGAAN
Distribusi ketenagaan pelayanan promosi Kesehatan Puskesmas Pimping :
Puskesmas
No. Jenis Tenaga
Wajib Ada Kekurangan
1. Sarjana Kedokteran Umum 1 2 0
2. Sarjana Kedokteran Gigi 1 1 0
3. Sarjana Kesehatan Masyarakat 1 2 0
4. Sarjana Farmasi 1 2 0
5. D III Keperawatan 5 8 0
6. D III Kebidanan 5 6 0
7. D III Analis Kesehatan 1 3 0
8. D III Rekam medis 1 1 0

C. JADWAL KEGIATAN
Jadwal kegiatan pelayanan promosi Kesehatan Puskesmas Pimping yaitu :

7 / 45
No. Jenis Pelayanan Waktu Keterangan
1. Promosi Kesehatan dalam 07.30 s.d 14.00 Jadwal pelayanan khusus
Gedung Puskesmas WITA hari Jumat sampai jam 11.00
menggunakan media WITA dan hari Sabtu sampai
promosi Kesehatan. jam 13.30 WITA
2. Promosi Kesehatan luar Sesuai jadwal Jadwal lainnya yang
Gedung Puskesmas. pertemuan rutin menyesuaikan dengan situasi
lintas sektor /sesuai dan kondisi Masyarakat dapat
jadwal yang dibuat disepakati maksimal hingga
untuk pertemuan pukul 22.00 WITA
yang tidak rutin
antara pukul 08.00
s.d 15.00 WITA

8 / 45
BAB III
STANDAR FASILITAS

A. DENAH RUANG

Ruang
Promkes

Loket Apotik
Penda

Pintu masuk

B. STANDAR FASILITAS
Ketersediaan peralatan kesehatan sangat menenfukan terselenggaranya
pelayanan Kesehatan yang optimal, efektif dan efisien di Puskesmas. Berdasarkan
Pedoman Peralatan Kesehatan Puskesmas dari Dirjen Bina Upaya Kesehatan
Kementerian Kesehatan RI tahun 2013, standar sarana/peralatan pelayanan promosi
kesehatan di Puskesmas Pimping adalah sebagai berikut :
1. Alat peraga cara menyusui : 1 unit
2. Alat permainan Edukatif (APE) : 1 paket
3. Papan informasi : 1 buah
4. Kamera foto / handy camp : 1 unit
5. Leaflet : sesuai kebutuhan
6. Poster : sesuai kebutuhan
7. Baliho : sesuai kebutuhan
8. Laptop : 1 unit
9. Proyelctor/LCD : 1 unit
10. Radio kaset / tape recorder : 1 unit
11. Televisi dan antena : 1 unit
12. VCD / DVD Player : 1 unit
13. Wireless system microphone : 1 unit
14. Flipcharts & stands : 1 set
15. Lembar Balik Kelas Balita : 2 Buah
16. Lembar Balik Kelas Bumil : 2 Buah

9 / 45
17. Lembar Balik ABPK KB : 1 Buah
18. Papan Informasi : 1 Buah

BAB IV
TATALAKSANA PELAYANAN

10 / 45
A. LINGKUP KEGIATAN
1. Kegiatan Promosi Kesehatan Di Dalam Gedung
Yang dimaksud dengan promosi kesehatan didalam gedung puskesmas
adalah promosi kesehatan yang dilaksanakan dilingkungan dan gedung
puskesmas seperti di pendaftaran, ruang pengobatan, ruang perawatan,
laboratorium, ruang obat tempat pembayaran dan halaman puskesmas, adapun
pelaksanaan promosi kesehatan yang dilakukan didalam gedung puskesmas
sejalan dengan pelayanan yang diselenggarakan oleh puskesmas. Untuk
kegiatan promosi kesehatan didalam gedung antara lain :
a. Di Ruang Pelayanan KIA dan KB
Di pelayanan KIA & KB selain dijumpai pasien sakit (misalnya bayi atau
balita), sebagian besar pengunjung adalah ibu-ibu atau wanita yang tidak
sakit. Yaitu ibu-ibu yang memeriksakan kehamilannya atau hendak bersalin,
atau mereka yang memerlukan pelayanan kontrasepsi. Petugas kesehatan di
pelayanan KIA & KB tersebut perlu meluangkan waktunya untuk menjawab
pertanyaan-pertanyaan pasien/individu berkenaan dengan pelayanan yang
didapatnya. jika belum mampu, dapat dilimpahkan ke klinik khusus.
Pihak yang paling berpengaruh terhadap pasien/ individu yang
mendapat pelayanan KIA & KB, juga orang yang mengantarkannya ke
Puskesmas. Oleh karena itu, di pelayanan KIA & KB perlu dipasang poster-
poster atau d isediakan selebaran-selebaran (leaflets) tentang berbagai
penyakit, khususnya yang menyerang bayi dan balita. Disamping itu, tentang
pentingnya memeriksakan kehamiIan teratur pentingnya tablet Fe bagi ibu
hamil, pentingnya imunisasi lengkap bagi bayi, pentingnya pemberian ASI
eksklusif, pentingnya memantau tumbuh-kembang balita, dan lain-lain.
Dengan mendapatkan informasi yang benar tentang berbagai hal tersebut,
pengantar diharapkan dapat membantu Puskesmas memberikan informasi
kepada pasien/individu tersebut. Pasien/ individu pun merasa dalam suatu
lingkungan yang mendorongnya untuk berperilaku sesuai yang dikehendaki
untuk kesehatannya.
b. Di Ruang Pelayanan dan perawatan
Pemberdayaan terhadap pasien rawat inap dilakukan terhadap pasien ibu-ibu
bersalin, pasien yang sudah dalam fase penyembuhan dan pasien penyakit
kronis (kanker, tuberkulosis, dan lain-lain). Tujuannya adalah agar pasien
tidak kambuh dan dapat menjaga kesehatannya setelah pulang ke rumah
terutama bagi pasien yang menderita penyakit kronis. Beberapa cara
pemberdayaan yang dapat dilakukan sebagai berikut :

11 / 45
1) Di poliklinik
a) Klinik khusus diselenggarakan dalam rangka meningkatkan upaya
promosi kesehatan di dalam gedung Puskesmas. Khususnya untuk
pelayanan-pelayanan yang perlu mendapat tambahan dalam hal
promosi kesehatannya. Biasanya karena pasien terlalu banyak
sedangkan petugas kesehatan yang melayani terbatas (misalnya di
poliklinik), atau karena pasien dan keluarganya memang memerlukan
informasi/ konsultasi khusus (misalnya tentang sanitasi/ kesehatan
lingkungan, gizi, KB, kesehatan reproduksi, HIV/AIDS, dan lain-lain).
Dalam hal ini beberapa Puskesmas mengembangkan klinik-klinik
khusus sebagai upaya inovasi, seperti misalnya: Klinik Gizi, Klinik
Sanitasi, Klinik Konsultasi Remaja, dan lain-lain.
b) Kegiatan promosi kesehatan yang diselenggarakan di klinik-klinik
khusus ini umumnya adalah berupa layanan konseling. Umumnya
pelayanan di sini berupa membantu upaya pemecahan masalah yang
dirujuk dari poliklinik atau pelayanan KIA & KB.
2) Di tempat tidur
a) Penyuluhan di tempat tidur dilakukan terhadap pasien rawat inap yang
belum dapat atau masih sui it meninggalkan tempat tidurnya dan harus
terus berbaring. Dalam hal ini petugas Kesehatan puskesmas
mendatangi pasien/individu, duduk di samping tempat tidur pasien
tersebut, dan melakukan penyuluhan.
b) Oleh karena harus berpindah dari satu tempat ke tempat lain, maka
alat peraga atau media komunikasi yang digunakan haruslah yang
mudah dibawa-bawa seperti lembar balik (flashcards), gambar-gambar
atau foto-foto. Alat peraga tersebut sebaiknya sesedikit mungkin
mencantumkan kata-kata atau kalimat.
3) Penggunaan Bahan Bacaan
a) Bahan-bahan bacaan sebagai sarana untuk membantu proses
penyembuhan penyakit yang diderita pasien Puskesmas.
Perpustakaan-perpustakaan yang dimiliki Puskesmas tidak hanya
berperan dalam mendukung perkembangan pengetahuan petugas,
melainkan juga dalam upaya penyembuhan pasien.
b) Para pasien boleh meminjam bahan bacaan yang diminati untuk
beberapa lama, dan mengembalikan bahan bacaan yang telah selesai
dibacanya.
4) Penyuluhan Berkelompok

12 / 45
Untuk penyuluhan berkelompok, digunakan alat peraga atau media
komunikasi untuk kelompok juga menggunakan metode yang bersifat
menghibur seperti permainan atau simulasi. Lebih baik digunakan media
yang lebih besar agar mudah terbaca seperti flipchart, poster, atau
standing banner. Jika penyuluhan kelompok dilakukan di ruangan, dapat
digunakan laptop, LCD projector dan layarnya untuk menayangkan
gambar-gambar atau bahkan film.
5) Pemanfaatan Ruang Tunggu
a) Lingkungan yang besar pengaruhnya terhadap pasien adalah para
keluarga atau penjenguk. Biasanya para keluarga / penjenguk ini
sudah berdatangan beberapa saat sebelum waktu kunjungan dimulai.
Agar para penjenguk tertib saat menunggu waktu berkunjung,
sebaiknya Puskesmas menyediakan ruang tunggu bagi mereka. Jika
demikian, ruang tunggu ini dapat digunakan sebagai sarana untuk bina
suasana.
b) Pada dinding ruang tunggu dapat dipasang berbagai poster,
disediakan boks berisi selebaran atau leaflet yang boleh diambiI
secara gratis. Dengan berbagai informasi tersebut diharapkan para
pengunjung mendapat informasi yang nantinya dapat disampaikan
juga kepada keluarganya.
6) Pendekatan Keagamaan
a) Suasana yang mendukung terciptanya peri laku untuk mempercepat
penyembuhan penyakit dapat dilakukan pula dengan pendekatan
keagamaan. Dalam hal ini para petugas kesehatan baik dengan upaya
sendiri atau pun dengan dibantu pemuka agama, mengajak pasien
untuk melakukan pembacaan doa-doa.
b) Rujukan terhadap kitab suci untuk memperkuat nasehat biasanya
dilakukan, sehingga pasien pun merasa lebih yakin akan kebenaran
perilaku yang harus dilaksanakannya untuk mempercepat
penyembuhan penyakitnya.
c) Acara keagamaan ini dapat dilakukan secara personal ataupun
berkelompok. Juga dapat melibatkan keluarga dan teman-teman
pasien. Frekuensinya bisa seminggu sekali, sebulan dua kali, atau
sebulan sekali sesuai dengan kemampuan Puskesmas.
c. Di Laboratorium
1) Di laboratorium, selain dapat dijumpai pasien (orang sakit), juga
individu/pengunjung (orang sehat), dan para pengantarnya. Kesadaran

13 / 45
yang ingin diciptakan dalam diri mereka adalah pentingnya melakukan
pemeriksaan laboratorium, yaitu :
a) Bagi pasien adalah untuk ketepatan diagnosis yang dilakukan oleh
dokter.
b) Bagi pengunjung yang sehat lainnya adalah untuk memantau kondisi
kesehatan, agar dapat diupayakan untuk tetap sehat.
2) Pada umumnya pasien atau pengantarnya tidak tinggal terlalu lama di
laboratorium. Oleh karena itu, di kawasan ini sebaiknya dilakukan promosi
kesehatan dengan media yang bersifat swalayan (self service) seperti
poster yang dapat di baca atau leaflet yang dapat diambil gratis.
d. Di Ruang obat
1) Di kamar obat juga dapat dijumpai baik pasien/ individu, keluarga atau
pengantarnya. Kesadaran yang ingin diciptakan dalam diri mereka adalah
terutama tentang :
a) Manfaat obat generik dan keuntungan jika menggunakan obat generik.
b) Kedisiplinan dan kesabaran dalam menggunakan obat, sesuai dengan
petunjuk dokter.
c) Pentingnya memelihara Taman Obat Keluarga (TOGA) dalam rangka
memenuhi kebutuhan akan obat-obatan sederhana.
2) Disamping dipasang poster dan disediakan leaflet/ selebaran tentang
informasi kesehatan, di tempat ruang ini dapat dioperasikan video yang
menyampaikan pesan-pesan tersebut.
e. Di Tempat pembayaran
Sebelum pulang, pasien rawat inap yang sudah sembuh atau kerabatnya
harus singgah di tempat pembayaran. Di ruang perpisahan 1n1 hendaknya
tetap menyampaikan salam hangat dan ucapan selamat jalan, semoga
semakin bertambah sehat. Perlu juga disampaikan bahwa kapan pun kelak
pasien membutuhkan lagi pertolongan, jangan ragu-ragu untuk datang lagi ke
Puskesmas. Mereka juga diingatkan kembali untuk menjaga dan
mempromosikan kesehatan di lingkungannya.
f. Di Halaman
Di halaman Puskesmas, yaitu di tempat parkir, taman, dinding, pagar, kantin
dan tempat ibadah dapat dilakukan promosi Kesehatan.
1) Tempat parkir Puskesmas biasanya berupa lapangan parkir, sebaiknya
dilakukan promosi kesehatan yang bersifat umum. Misalnya tentang
pentingnya melaksanakan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS),
Seruan Presiden tentang Kesehatan, himbauan untuk menggunakan obat

14 / 45
generik berlogo, bahaya merokok, bahaya mengonsumsi minuman keras,
bahaya menyalahgunakan napza, dan lain-lain.
2) Pesan-pesan tersebut dapat ditampilkan dalam bentuk baliholbillboard di
sudut lapangan parkir. Pengaturan dalam pemasangan media komunikasi
ini harus dilakukan dengan konsultasi kepada ahlinya, sehingga mudah
ditangkap oleh mereka ang berada di lapangan parkir, tanpa merusak
keindahan lapangan tersebut.
3) Puskesmas pada umumnya memiliki taman, baik di halaman depan, di
sekeliling, atau pun di belakang gedung Puskesmas. Taman-taman di
halaman Puskesmas memang diperlukan guna memperindah
pemandangan di sekitar Puskesmas. Namun demikian, taman-taman
Puskesmas ini sebenarnya digunakan sebagai sarana memperkenalkan
berbagai jenis tanaman yang berkhasiat obat. Jika demikian, taman-taman
tersebut dapat dikatakan sebagai Taman Obat Keluarga (TOGA).
4) Di taman Puskesmas, sekaligus ditunjukkan jenis-jenis tanaman dengan
kandungan gizinya, seperti wortel, kacang-kacangan, pohon buah, ubi,
jagung, kedelai dan lain-lain. Bahkan dapat ditampilkan berbagai hewan
sumber protein hewani (kalau tidak mau repot, dapat diwujudkan dalam
bentuk patung-patung), seperti ikan, unggas, kelinci, dan lain-lain. Kolam
beserta ikan-ikan sungguhan juga dapat dibuat guna menambah
keindahan taman.
5) Di dinding Puskesmas dapat ditampilkan pesan-pesan promosi kesehatan,
misalnya dalam bentuk poster. Namun demikian, agar penampilan pesan
ini tidak merusak keindahan gedung atau ruangan Puskesmas disarankan
tidak banyak memasang poster di dinding.
6) Pada saat-saat tertentu, misalnya kampanye Hari Kesehatan Nasional,
kampanye Hari AIDS, dan lainlain, di pagar pembatas sekeliling kawasan
Puskesmas, khususnya yang berbatasan dengan jalan, dapat dipasang
spanduk-spanduk. Pemasangan spanduk di pagar ini pun harus
diperhitungkan dengan cermat, sehingga tidak merusak keindahan pagar
Puskesmas.
7) Tidak jarang, di kawasan Puskesmas terdapat kantin, warung, atau kios
yang menyediakan berbagai kebutuhan pengunjung Puskesmas. Sarana-
sarana ini sebaiknya juga dimanfaatkan untuk promosi Kesehatan.
8) Pesan-pesan yang ditampilkan di sarana-sarana tersebut disesuaikan
dengan fungsi sarana. Misalnya di kantin, sebaiknya ditampilkan pesan-
pesan yang berkaitan dengan konsumsi gizi seimbang, di kios bacaan

15 / 45
ditampilkan pesan tentang bagaimana membaca secara sehat (agar tidak
merusak mata), dan lain sebagainya.
9) Bentuk media komunikasi yang cocok untuk sarana-sarana ini adalah
poster atau neon box, dan leaflet, brosur atau selebaran yang dapat
diambil secara gratis.
10) Tempat ibadah yang tersedia di Puskesmas biasanya berupa tempat
ibadah untuk kepentingan individu atau kelompok kecil, seperti musholla.
Di tempat ibadah kecil tentu tidak dilakukan khotbah atau ceramah. Oleh
sebab itu, pesan-pesan kesehatan dapat disampaikan dalam bentuk
pemasangan poster atau penyediaan leaflet, brosur atau selebaran yang
dapat diambil secara gratis. Adapun pesan-pesan yang disampaikan
sebaiknya berupa pesan-pesan untuk kesehatan jiwa (yang dikaitkan
dengan perintah-perintah agama) dan pentingnya menjaga kebersihan/
kesehatan lingkungan.
2. Kegiatan Promosi Kesehatan Di Luar Gedung
Promosi kesehatan di luar gedung adalah promosi kesehatan yang dilakukan
petugas puskesmas di luar Gedung puskesmas. Artinya promosi kesehatan
dilakukan untuk masyarakat yang berada di wilayah kerja puskesmas.
Pelaksanaan promosi kesehatan di luar gedung puskesmas yang dilakukan oleh
Puskesmas sebagai suatu upaya untuk meningkatkan PHBS melalui
pengorganisasian masyarakat. Pengorganisasian masyarakat merupakan suatu
proses penggerakkan dan pemberdayaan masyarakat yang meliputi pelaksanaan,
pencatatan, dan penilaian dalam membangun masyarakat untuk mau dan mampu
mengatasi masalahnya sendiri secara swadaya sesuai kemampuannya,
khususnya yang berkaitan dengan PHBS. Diharapkan masyarakat dapat bersama
petugas kesehatan melaksanakan hal-hal diantaranya Mempersiapkan dan
mengusulkan rencana aksi program PHBS berdasarkan prioritas masalah
kesehatan masyarakat yang dihadapi, Menggali dan mendorong partisipasi
Masyarakat, Bersama-sama melaksanakan program secara efektif dan efisien,
lkut memantau dan membina, Melaporkan perkembangan pelaksanaan dan
keberhasilan promosi kesehatan di instansi terkait tingkat kecamatan.
Pelaksanaan promosi kesehatan di luar gedung dilakukan oleh Puskesmas
bekerja sama dengan berbagai pihak potensial lainnya, dengan menerapkan ABG
(Advokasi, Bina suasana, dan Pemberdayaan Masyarakat), yaitu Promosi
Kesehatan melalui pendekatan individu, Promosi Kesehatan melalui pendekatan
kelompok (Tim Penggerak PKK, Posyandu, karang taruna, Saka Bakti Husada,
dan majelis taklim), Promosi kesehatan melal ui pendekatan organisasi massa

16 / 45
(seperti kelompok kesenian tradisional dan lain-lain) dan Penggerakkan dan
pengorganisasian Masyarakat.
Adapun kegiatan pelayanan Promosi Kesehatan Di Luar Gedung dapat
dilakukan melalui berikut ini :
a. Kunjungan rumah
Kunjungan rumah dilakukan petugas kesehatan Puskesmas sebagai
tindak lanjut dan upaya promosi kesehatan di dalam gedung Puskesmas yang
telah dilakukan kepada pasien/ keluarga. Terutama pasien/keluarga yang
memiliki masalah kesehatan cukup berat dan atau mereka yang sepakat
untuk melaksanakan langkah-langkah tindak lanjut di rumah tangganya
(misalnya menyemen lantai rumah, membuat jamban keluarga, membuat
TOGA, dan lain-lain).
Untuk pasien/keluarga yang memiliki masalah kesehatan cukup berat,
kunjungan rumah dilakukan untuk membantu proses pemecahan masalah
tersebut (konseling) di tingkat keluarga, dalam hal ini berlaku prinsip-prinsip
konseling.
Untuk pasien/keluarga yang sepakat melaksanakan langkah-langkah
tindak lanjut, kunjungan rumah dilakukan sebagai upaya supervisi dan
bimbingan, sekaligus sebagai penghargaan (apresiasi) jika langkah-langkah
tersebut telah terlaksana. Namun tidak jarang, kunjungan rumah jenis ini
dapat berubah menjadi kunjungan konseling, bila ternyata langkah-langkah
yang telah disepakati belum terlaksana atau terkendala. Artinya, petugas
kesehatan Puskesmas harus membantu keluarga yang dikunjungi tadi dalam
mengatasi masalah atau kendala yang dihadapi.
Tidak jarang, kunjungan rumah yang semula dimaksud untuk
menyelenggarakan konseling keluarga berkembang menjadi konseling yang
lebih luas (misalnya tingkat dasa wisma atau bahkan lebih luas lagi). Hal ini
terjadi jika bahwa masalah yang dihadapi keluarga tersebut ternyata juga
dihadapi oleh banyak keluarga lain. Atau jika proses pemecahan masalah
keluarga yang bersangkutan menghendaki terlibatnya keluarga-keluarga lain.
Keadaan sepert ini, petugas kesehatan Puskesmas tadi harus mengubah
pendekatan menjadi pengorganisasian Masyarakat.
b. Pemberdayaan berjenjang
Promosi kesehatan di masyarakat secara menyeluruh sebaiknya tidak
ditangani sendiri oleh petugas kesehatan Puskesmas. Masyarakat begitu luas
dan terdiri dari beberapa tatanan. Oleh karena itu, untuk menjangkaunya,
Puskesmas lebih baik bekerjasama dengan mitra-mitra yaitu para pemuka
masyarakat, dan kader-kader. Untuk itu, di setiap tatanan harus diidentifikasi

17 / 45
pemuka-pemuka masyarakatnya dan siapa saja yang sekiranya dapat direkrut
sebagai kader dengan format sebagai berikut :
TATANAN MITRA / PEMUKA MASYARAKAT KADER
Rumah tangga Kepala Desa, Pengurus, RW/RT, Anggota PKK
pemuka agama, Tim penggerak PKK
Sarana Pendidikan Kepala Sekolah, Kyai, Guru, Ustadz, Murid / santri
Pengurus PGRI terpilih
Tempat Kerja Pengelola tempat kerja, pengurus Karyawan terpilih
serikat kerja

Selanjutnya, sesuai dengan tatanan yang akan digarap, diselenggarakan


pemberdayaan secara berjenjang, yaitu :
1) Petugas kesehatan atau petugas PKM Puskesmas mengembangkan
kemitraan dan memberdayakan para pemuka masyarakat,
2) Para pemuka masyarakat memilih dan merekrut kader, lalu
memberdayakan para kader.
3) Para kader memberdayakan masyarakatnya.
Proses pemberdayaan secara berjenjang ini umumnya diselenggarakan
melalui pendekatan yang dikenal dengan sebutan "Pengorganisasian
Masyarakat".
c. Pengorganisasian Masyarakat
Pengorganisasian masyarakat (community organization) dengan
demikian dapat diterapkan di tatanan mana pun yang akan digarap di suatu
RT/RW, di suatu sekolah, di suatu pondok pesantren, di suatu kantor, di suatu
pabrik, dan seterusnya.
Petugas puskesmas membantu para pemuka masyarakat, dengan
langkah-langkah :
1) Survei Mawas Diri (SMD). Dalam langkah ini, para pemuka masyarakat
(misalnya para Pengurus RW/RT, Pemuka Agama, Tim Penggerak PKK)
dibimbing untuk melakukan pengenalan masalah-masalah kesehatan
yang sering melanda masyarakatnya. Di sini, dilakukan observasi dan
digali penyebab-penyebab dari masalah tersebut (termasuk aspek
perilakunya) serta potensi-potensi yang dapat digunakan untuk mengatasi
masalah. Dengan melakukan SMD diharapkan para pemuka masyarakat
menjadi sadar (mawas diri) bahwa di masyarakatnya terdapat berbagai
masalah kesehatan . Namun demikian di masyarakatnya juga terdapat
potensi sumber daya yang dapat digunakan untuk mengatasi masalah-
masalah tersebut.

18 / 45
2) Musyawarah Masyarakat (MM). Dalam langkah ini para pemuka
masyarakat dibimbing membahas hasil SMD dalam musyawarah kecil di
antara mereka, untuk dirumuskan dan direncanakan jalan keluarnya
(pemecahannya). Dalam hal ini petugas kesehatan juga dapat membantu
melakukan advokasi ke berbagai pihak untuk menggalang dukungan
(kebijakan/ sumber daya). Hasil rumusan para pemuka masyarakat ini
kemudian dibahas lebih lanjut dengan masyarakat dalam musyawarah
besar. Musyawarah besar dapat berlangsung beberapa kali sampai
dihasilkan suatu rencana kongkrit mengatasi masalah yang ada.
Selanjutnya para pemuka masyarakat dibimbing untuk memberdayakan
para kader melalui Langkah :
a) Persiapan Pelaksanaan Kegiatan (PPK)
Dalam langkah ini para pemuka Masyarakat dibimbing untuk
menetapkan Pengurus/Pengelola UKBM (dalam bentuk sesuai untuk
mengatasi masalah, yaitu misalnya : Pos Kesehatan Desa atau
Poskesdes), dan pelaksana UKBM (yaitu tenaga kesehatan dan
kader). Jika pengurus dan pelaksana sudah ditetapkan, maka
selanjutnya dilakukan :
i. Pelatihan Kaderoleh Pemuka Masyarakat (dibantu petugas
kesehatan) tentang cara-cara mengatasi masalah kesehatan
yang ada (sebagai latar belakang pengetahuan) dan cara-cara
melaksanakan tugas-tugas kader di UKBM yang dibentuk. Jika
itu Poskesdes misalnya, materi pelatihan mencakup:
bagaimana menggunakan formulir pengamatan, bagaimana
menangani faktor-faktor risiko, bagaimana menangani
kegawatdaruratan, dan lain-lain. Termasuk di sini adalah cara-
cara memberdayakan masyarakat, khususnya teknik konseling
individu dan konseling kelompok/keluarga. (Sementara itu,
petugas kesehatan pelaksana Poskesdes juga dilatih oleh
Dinas Kesehatan Kabupaten).
ii. Pembentukan UKBM (yaitu misalnya: Poskesdes) oleh para
pemuka masyarakat dan para kader. Setelah para kader
selesai dilatih, mereka kemudian bertugas memberdayakan sel
uruh masyarakat melalui Langkah pelaksanaan kegiatan.
b) Pelaksanaan Kegiatan (PK)
Dalam langkah ini, petugas kesehatan dan para kader mulai
melakukan pelayanannya kepada masyarakat melalui kegiatan -
kegiatan UKBM (misalnya Poskesdes). Umumnya para kaderlah

19 / 45
yang akan lebih banyak melakukan pemberdayaan masyarakat
dengan memfasiIitasi proses pemecahan masalah-masalah yang
dihadapi individu, keluarga, atau kelompok. Dengan demikian para
kader akan banyak melakukan kegiatan konseling individu di
Poskesdes, konseling keluarga di kunjungan rumah, dan konseling
kelompok di Dasa Wisma. Aspek-aspek medis dan pemecahan
masalah kemudian diserahkan kepada petugas kesehatan untuk
membantunya lebih lanjut. Sedangkan aspek-aspek perilakunya akan
dibina terus oleh kader, sehingga tercipta sadar gizi serta perilaku
hidup bersih dan sehat (PHBS) di kalangan masyarakat. Akhirnya,
guna menjaga keberlanjutan (kelestarian) UKBM yang telah dibentuk,
Puskesmas dan para pemuka masyarakat melakukan Dukungan,
Pemantauan, dan Bimbingan.
c) Dukungan, Pemantauan, dan Bimbingan (DPB)
Dalam langkah ini, Puskesmas dibantu Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota melaksanakan bina suasana dan advokasi. Selain
itu, bersama pemuka masyarakat, juga dirumuskan dan di
laksanakan Upaya-upaya guna memotivasi kader melalui pemenuhan
kebutuhan-kebutuhan mereka. Bagi kader yang masih disibukkan
dengan kebutuhan dasar (pangan/sandang/papan), bentuk-bentuk
motivasi yang sesuai seperti pemberian gaji/insentif, pemberian
fasilitas (berobat gratis, misalnya), pemberian dana operasional
kegiatan, atau dibantu agar bisa berwirausaha. Sedangkan bagi
kader yang sudah tidak direpotkan oleh kebutuhan dasar, bentuk-
bentuk motivasi yang sesuai adalah pemberian kesempatan untuk
menghadiri pertem uan-pertemuan/pelatihan/dII, pemberian atribut-
atribut (misalnya baju seragam), penugasan untuk
menyelenggarakan pertemuan-pertemuan, atau pemberian tugas-
tugas yang menantang lainnya. Hal lain yang juga penting dilakukan
dalam langkah ini adalah dirumuskan dan dilaksanakannya sistem
pencatatan dan pelaporan oleh para kader/pengurus UKBM ke
Puskesmas. Di luar itu semua, para petugas Puskesmas selanjutnya
mendukung terus upaya para kader dan pemuka masyarakat melalui
penyelenggaraan pelayanan Puskesmas, baik pelayanan dalam
gedung maupun pelayanan di masyarakat. Yang perlu diperhatikan di
sini adalah dukungan dalam menggulirkan tradisi pemecahan
masalah-masalah kesehatan di kalangan masyarakat. Oleh sebab itu,
maka petugas-petugas kesehatan Puskesmas harus mau dan

20 / 45
mampu membimbing individu-individu yang datang ke Puskesmas
melalui konseling (pelayanan dalam gedung). Di sam ping itu,
sesekali mereka harus datang ke masyarakat untuk membantu para
kader, melalui kunjungan rumah (pelayanan di masyarakat).
Bekerjasama dengan petugas promosi kesehatan dan
Kabupaten/Kota, Puskesmas juga terus melakukan bina suasana
(ceramah/pnyebaran/leflet/pemasangan poster/dan lain-lain).
B. METODE
Metode yang dimaksud disini adalah metode komunikasi. Pada prinsipnya, baik
pemberdayaan, bina suasana, maupun advokasi adalah proses komunikasi. Oleh
sebab itu, perlu ditentukan metode yang tepat dalam proses tersebut. Pemilihan
metode harus dilakukan dengan memperhatikan kemasan informasinya, keadaan
penerima informasi (termasuk sosial budayanya), dan hal-hal lain seperti ruang dan
waktu.
Media atau sarana informasi juga perlu dipilih mengikuti metode yang telah
ditetapkan, memperhatikan sasaran atau penerima informasi. Bila penerima informasi
tidak bisa membaca maka komunikasi tidak akan efektif jika digunakan media yang
penuh tulisan, atau bila penerima informasi hanya memiIiki waktu sangat singkat,
tidak akan efektif jika di pasang poster yang berisi kalimatterlalu Panjang.
C. LANGKAH KEGIATAN
Langkah kegiatan yang dilakukan
1. Pemberdayaan
Pemberdayaan terhadap masyarakat (sekelompok anggota masyarakat)
yang dilakukan oleh petugas puskesmas merupakan upaya penggerakan atau
pengorgan isasian masyarakat. Penggerakan atau pengorganisasian masyarakat
diawali dengan membantu kelompok masyarakat mengenali masalah-masalah
yang mengganggu kesehatan sehingga masalah tersebut menjadi masalah
bersama. Kemudian masalah tersebut dimusyawarahkan untuk dipecahkan
secara bersama. Dari hasil tersebut tentunya masyarakat melakukan upaya-
upaya agar masalah tersebut tidak menjadi masalah lagi. Tentunya upaya-upaya
kesehatan tersebut bersumber dari masyarakat sendiri dengan dukungan dari
puskesmas. Peran aktif masyarakat tersebut diharapkan dalam penanggulangan
masalah kesehatan di lingkungan mereka dengan dukungan dari puskesmas.
Beberapa yang harus dilakukan oleh Puskesmas dalam pemberdayaan
masyarakatyang berwujud UKBM :
a. Upaya kesehatan ibu dan anak Posyandu, Polindes, Bina Keluarga Balita
b. Upaya pengobatan: Pos Obat Desa, Pos Kesehatan Desa

21 / 45
c. Upaya perbaikan gizi : Posyandu, Panti Pemulihan Gizi, KeluargaSadarGizi
(Kadarzi)
d. Upaya kesehatan sekolah : dokter kecil, penyertaan guru dan orang tua/wali
murid, Saka Bakti Husada, Pos Kesehatan Pesantren.
e. Upaya kesehatan lingkungan : Kelompok Pemakai Air (Pokmair), Desa
Percontohan Kesehatan Lingkungan.
Disamping itu, Puskesmas juga berfungsi sebagai pusat penggerak
pembangunan berwawasan kesehatan yaitu :
a. Menggerakkan lintas sektor dan dunia usaha di wilayah kerjanya agar
menyelenggarakan pembangunan yang berwawasan kesehatan.
b. Memantau dan melaporkan secara aktif dampak kesehatan dan
penyelenggaraan setiap program pembangunan di wilayah kerjanya.
c. Mengutamakan pemeliharaan kesehatan dan pencegahan penyakit tanpa
mengabaikan penyembuhan dan pemulihan.
Ketiga hal tersebut bertujuan untuk mendorong masyarakat LS/LSM/Dunia
Swasta untuk membantu pelayanan promosi kesehatan melalui bantuan dana,
sarana, metode yang dimilikinya dan diutamakan pada sasaran yang tepat.
2. Bina Suasana
Bina suasana adalah upaya menciptakan suasana atau lingkungan sosial
yang mendorong individu, keluarga dan masyarakat untuk mencegah penyakit
dan meningkatkan kesehatannya serta menciptakan lingkungan sehat dan
berperan aktif dalam setiap upaya penyelenggaraan kesehatan. Seseorang akan
terdorong untuk mau melakukan peri laku yang diperkenalkan apabila lingkungan
sosialnya (keluarga, tokoh panutan, kelompok pengajian dll) mendukung. Oleh
karena itu, untuk mendukung proses pemberdayaan masyarakat, khususnya
dalam upaya mengajak individu, keluarga dan masyarakat mengalami
peningkatan dari fase "tahu" ke fase "mau" perlu diciptakan lingkungan yang
mendukung. Keluarga atau orang yang mengantarkan pasien ke Puskesmas,
penjenguk (penjenguk pasien) dan petugas kesehatan mempunyai pengaruh
untuk menciptakan lingkungan yang kondusif atau mendukung opini yang positif
terhadap perilaku yang sedang diperkenalkan.
Pengantar pasien tentu tidak mungkin dipisahkan dari pasien, misalnya
pasien dikumpulkan dalam satu ruangan untuk mendapat penjelasan/ informasi.
Oleh karena itu, metode yang tepat di sini adalah penggunaan media, seperti
misalnya pembagian selebaran (leaflet), pemasangan poster atau penayangan
video berkaitan dengan penyakit dari pasien. Dengan demikian, mereka dapat
membantu menyampaikan informasi yang diperoleh kepada pasien.

22 / 45
Petugas kesehatan Puskesmas dapat menjadi panutan atau teladan dalam
sikap dan tingkah laku. Oleh karena itu pengetahuan, sikap, dan perilaku petugas
kesehatan Puskesmas yang melayani harus benar-benar konsisten dengan
pelayanan yang diberikan. Misalnya: ramah (tidak terkesan stres), tidak merokok,
memelihara higiene atau kebersihan dan kesehatan perorangan, dan lain
sebagainya. Bagi para penjenguk pasien, dapat dilakukan pembagian selebaran
dan pemasangan poster yang sesuai dengan penya it pasien yang akan mereka
jenguk. Selain itu, beberapa Puskesmas (dengan tempat perawatan)
melaksanakan penyuluhan kelompok. Sementara itu, di dinding dan sudutsudut
ruangan, bahkan di halaman gedung Puskesmas juga dapat dimanfaatkan untuk
melakukan bina suasana kepada para pengantar pasien, para penjenguk pasien,
teman/ pengantar klien, dan pengunjung Puskesmas lainnya.
3. Advokasi
Advokasi merupakan upaya atau proses yang terencana untuk mendapatkan
komitmen dan dukungan dari pihak-pihak yang terkait (tokoh-tokoh masyarakat
informal dan formal) agar masyarakat di Iingkungan puskesmas berdaya untuk
mencegah serta meningkatkan kesehatannya serta menciptakan lingkungan
sehat.
Dalam upaya memberdayakan individu, keluarga dan masyarakat,
Puskesmas membutuhkan dukungan dari pihak-pihak lain, sehingga advokasi
perlu dilakukan. Misalnya, dalam rangka mengupayakan lingkungan Puskesmas
yang bebas asap rokok, Puskesmas perlu melakukan advokasi kepada pimpinan
daerah setempat untuk diterbitkannya peraturan tentang Kawasan Tanpa Rokok
(KTR) di lingkungan kerja Puskesmas seperti sekolah, kantor kecamatan, dan
tempat ibadah.
Selama proses perbincangan dalam advokasi, perlu diperhatikan bahwa
sasaran advokasi hendaknya diarahkan/ dipandu untuk menempuh tahapan-
tahapan : (1) memahamil menyadari persoalan yang diajukan, (2) tertarik untuk
ikut berperan dalam persoalan yang diajukan, (3) mempertimbangkan sejumlah
pilihan kemungkinan dalam berperan, (4) menyepakati satu pilihan kemungkinan
dalam berperan, dan (5) menyampaikan langkah tindak lanjut. jika kelima tahapan
tersebut dapat dicapai selama waktu yang disediakan untuk advokasi, maka
dapat dikatakan advokasi tersebut berhasil.
Langkah tindak lanjut di akhir perbincangan (misalnya dengan membuat
disposisi pada usulan yang diajukan) menunjukkan adanya komitmen untuk
memberikan dukungan. Selama perbincangan, seorang advokator (misalnya
Kepala Puskesmas) terus memantau respon sasaran advokasi.

23 / 45
Sejumlah ahli menyarankan agar advokasi tidak dilakukan oleh hanya
seorang individu, melainkan melalui jejaring. Artinya, sebelum melakukan
advokasi, sang advokator terlebih dulu mengembangkan kemitraan dengan
sejumlah pihak yang potensial. Advokasi harus dilakukan secara terus menerus
sampai pihak-pihak yang terkait (stakeholders) yang diadvokasi memberikan
dukungan.
Sebagai contoh, dalam advokasi tentang bantuan jamban sehat untuk suatu
pondok pesantren. Kepala Puskesmas sebaiknya menggalang kemitraan dulu
dengan Lembaga Swadaya Masyarakat atau LSM (misalnya Koalisi Untuk
Indonesia Sehat), media massa (misalnya wartawan koran), tokoh agama
(misalnya seorang ulama), tokoh pendidikan (misalnya Ketua PGRI), dan lain-lain.
Mereka ini diundang pada pertemuan untuk memantapkan kerjasama dan
menyiapkan bahan advokasi. Maka ketika bahan advokasi sudah siap dan
pembagian tugas sudah dilakukan (siapa yang berbicara tentang apa, dan siapa
yang bertugas memantau perbincangan), tim advokasi tersebut bersama-sama,
untuk misalnya, menghadap Camat atau seorang pengusaha. Dengan demikian,
Camat atau pengusaha dihadapkan kepada suatu jejaring yang kompak dan kuat.
Kata-kata kunci dalam penyiapan bahan advokasi adalah "Tepat, Lengkap,
Akurat, dan Menarik". Artinya bahan advokasi harus mencakup hal-hal sebagai
berikut :
a. Sesuai dengan sasaran (latar belakang pendidikan, jabatan, budaya,
kesukaan, dan lain-lain).
b. Sesuai dengan lama waktu yang disediakan untuk advokasi.
c. Mencakup unsur-unsur pokok, yaitu Apa, Mengapa, Dimana, Bilamana, Siapa,
dan Bagaimana (5 W + 1 H).
d. Memuat masalah dan pilihan-pilihan kemungkinan untuk memecahkan
masalah.
e. Memuat peran yang diharapkan dari sasaran advokasi.
f. Memuat data pendukung, bila mungkin juga bagan, gambar, dan lain-lain.
g. Dalam kemasan yang menarik (tidak menjemukan), ringkas, tetapi jelas.
4. Kemitraan
Dalam pemberdayaan, bina suasana dan advokasi, prinsipprinsip kemitraan
harus ditegakkan. Kemitraan dikembangkan antara petugas kesehatan
Puskesmas dengan sasarannya (para pasien atau pihak lain) dalam pelaksanaan
pemberdayaan, bina suasana, dan advokasi. Di samping itu, kemitraan juga
dikembangkan karena kesadaran bahwa untuk meningkatkan efektivitas promosi
kesehatan, petugas kesehatan Puskesmas harus bekerjasama dengan berbagai
pihak terkait, seperti misalnya kelompok profesi, pemuka agama, LSM, media

24 / 45
massa, dan lain-lain. Tiga prinsip dasar kemitraan yang harus diperhatikan dan
dipraktikkan adalah (1) kesetaraan, (2) keterbukaan, dan (3) saling
menguntungkan.
a. Kesetaraan.
Kesetaraan menghendaki tidak diciptakannya hubungan yang bersifat
hierarkis (atas-bawah). Semua harus diawali dengan kesediaan menerima
bahwa masing-masing berada dalam kedudukan yang sederajat. Keadaan ini
dapat dicapai bila semua pihak bersedia mengembangkan hubungan
kekeluargaan, yaitu yang dilandasi kebersamaan atau kepentingan bersama.
b. Keterbukaan.
Dalam setiap langkah menjalin kerjasama, diperlukan adanya kejujuran dari
masing-masing pihak. Setiap usul/ saran/ komentar harus disertai dengan
itikad yang jujur, sesuai fakta, dan tidak menutup-tutupi sesuatu.
c. Saling menguntungkan.
Solusi yang diajukan hendaknya selalu mengandung keuntungan di semua
pihak (win-win solution). Misalnya dalam hubungan antara tenaga kesehatan
Puskesmas dengan pasien/kliennya, maka setiap solusi yang ditawarkan
hendaknya juga berisi penjelasan tentang keuntungannya bagi si
pasien/klien . Demikian juga dalam hubungan antara Puskesmas dengan
pihak donator.
Terdapat tujuh landasan yang harus diperhatikan dan dipraktikkan dalam
mengembangkan kemitraan, yaitu:
a. Saling memahami kedudukan, tugas, dan fungsi masing-masing,
b. Saling mengakui kapasitas dan kemampuan masing-masing,
c. Saling berupaya untuk membangun hubungan,
d. Saling berupaya untuk mendekati,
e. Saling terbuka terhadap kritik/saran, serta mau membantu dan dibantu,
f. Saling mendukung upaya masing-masing, dan
g. Saling menghargai upaya masing-masing.
BAB V
LOGISTIK

Manajemen Logistik adalah suatu pengetahuan atau seni serta proses mengenal
perencanaan, penentuan kebutuhan, pengadaan, penyimpanan, pemeliharaan serta
penghapusan material. Tujuan dari manajemen logistik adalah tersedianya bahan setiap
saat dibutuhkan, baik mengenai jenis, jumlah maupun kualitas yang dibutuhkan secara
efisien. Manajemen logistik unit pelayanan promosi kesehatan Puskesmas Pimping
adalah sebagai berikut :

25 / 45
A. Perencanaan Kebutuhan
Perencanaan unit pelayanan promosi kesehatan menghitung dm
merencanakan kebutuhan mediapromosi kesehatan berupa leaflet, booklet, buku
saku, poster, spanduk, makalah penyuluhan, buku saku, modul pelatihan, ATK
penunjang administrasi dan dokumentasi kegiatan pelayanan promosi kesehatan
yang sudah direncanakan.
Analisa kebutuhan penunjang pelaksanaan kegiatan pada periode waktu
tertentu berorientasi kepada program pelayanan, pola penyakit dan target kinerja
pelayanan. Menyesuaikan perencanaan kebutuhan dengan memperhatikan
persediaan awal materi promosi kesehatan yang sudah ada.
B. Penganggaran
Fungsi berikutnya adalah menghitung kebutuhan pengadaan materi promosi
kesehatan untukmenunjang kegiatan pelayanan promosi kesehatan diatas dengan
harga satuan berdasar indeksharga yang telah ditetapkan oleh Pemerintah
Kabupaten Bulungan sehingga akan diketahui kebutuhan anggaran tersebut.
Penganggaran kebutuhan unit pelayanan promosi Kesehatan. Puskesmas Pimping
memanfaatkan dana JKN, BOK dan dana BLUD.
C. Pengadaan
Fungsi berikutnya adalah pengadaan, yaitu semua kegiatan yang dilakukan
untuk mengadakan bahan logistik yang telah direncanakan, baik melalui prosedur :
1. Pembelian
2. Produksi sendiri, maupun dengan
3. Sumbangan dari pihak lain yang tidak mengikat
Untuk pengadaan materi pelayanan promosi kesehatan di Puskesmas Pimping
dilakukan dengan pembelian materi yang sudah siap pakai, pengadaan sendiri,
leaflet kesehatan sesuai kebutuhan perencanaan unit pelayanan dan menerima
dropping dari Dinas Kesehatan Kabupaten Bulungan.

D. Penyimpanan
Material media promosi kesehatan yang diperoleh dicatat dan disimpan di
ruang Unit Pelayanan Promosi Kesehatan Puskesmas Pimping untuk didistribusikan
sesuai kebutuhan pelayanan.

26 / 45
BAB VI
KESELAMATAN SASARAN KEGIATAN / PROGRAM

Keselamatan sasaran adalah reduksi dan meminimalkan tindakan yang tidak aman
dalam sistem pelayanan kesehatan sebisa mungkin melalui pratik yang terbaik untuk
mencapai luaran yang optimum. Keselamatan sasaran menghindarkan sasaran dari
potensi masalah dalam pelayanan promosi kesehatan yang sebenarnya bertujuan untuk
membanfu sasaran.
Tujuan keselamatan sasaran adalah terciptanya budaya keselamatan sasaran
pelayanan promosi kesehatan Puskesmas Pimping, meningkatrya akuntabilitas (tanggung
jawab) petugas promosi kesehatan terhadap sasaran, menurunnya KTD (kejadian tidak

27 / 45
diharapkan), serta terlaksananya program-program pencegahan, sehingga tidak terjadi
pengulangan KTD (kejadian tidak diharapkan). Sasaran keselamatan sasaran pelayanan
promosi kesehatan sebagaimana dimaksud meliputi tercapainya hal-hal sebagai berikut :
A. Sasaran Keselamatan
Sasaran keselamatan sasaran pelayanan promosi kesehatan sebagaimana dimaksud
meliputi tercapainya hal-hal sebagai berikut :
1. Ketepatan identifikasi sasaran
Identifikasi sasaran kegiatan yang akan menerima pelayanan promosi kesehatan
sesuai rencana kegiatan unit pelayanan promosi kesehatan yang telah disusun.
2. Peningkatan komunikasi yang efektif
Komunikasi yang efektif, akurat lengkap, jelas dan dipahami oleh sasaran
promosi kesehatan akan mengurangi kesalahan dan menghasilkan peningkatan
keselamatan sasaran. Evaluasi di akhir pelayanan promosi kesehatan dilakukan
untuk memastikan sasaran tidak salah memahami informasi yang diberikan.
3. Peningkatan keamanan saxana promosi Kesehatan
Memantau lokasi, bangunan dan material promosi kesehatan yang dapat
membahayakan keselamatan sasaran promosi kesehatan.
4. Kepastian tepatJokasi, tepat-metoda, tepat-sasaran
Menyusun dan menerapkan standar operasional prosedur (SOP) pelayanan
promosi kesehatan untuk menghindari kesalahan lokasi, metoda dan sasaran
pelayanan promosi Kesehatan.
5. Pengurangan risiko psikososial terkait pelayanan promosi Kesehatan
Resiko psikososial seperti bosan, mengartuk, lelah dan pusing dapat terjadi
selama pelayanan promosi kesehatan berlangsung. Urrtuk meminimalisir bahkan
menghindari hal tersebut diperlukan komifinen bersama sasaran, memilih metoda
yang tepat dan memberikan reward.
6. Pengurangan risiko sasaran jatuh/terluka
Memilih dan memantau lokasi pelayanan promosi kesehatan untuk menghindari
sasaran mengalami cedera baik dalam perjalanan maupun selama dalam
flrangan menerima pelayanan promosi kesehatan
B. Sistem Keselamatan
Sistem Keselamatan Sasaran Pelayanan Promosi Kesehatan dilakukan dengan
melakukan assesment resiko, identifikasi resiko, dampak dan menyusun
implementasi solusi untuk mengendalikan atau meminimalkan resiko.
Sistem Keselamatan Sasaran Unit Pelayanan Promosi Kesehatan :
NO LOKASI RISIKO SASARAN DAMPAK / AKIBAT PENGENDALIAN
.
1. Dalam Salah memahami Salah menerapkan a. Menyampaikan

28 / 45
Gedung informasi yang informasi yang materi yang benar
diterima diterima dan jelas
menggunakan
metode yang tepat.
b. Mengevaluasi hasil
penyuluhan
Fisik (dinding, a. Sakit akibat a. Pemantauan berkala
lantai, tersandung, fisik bangunan.
pencahayaan, terpeleset, b. Rambu peringatan
suhu/kelembaban, tertabrak
kebisingan) b. Kepanasan,
pengap
c. Kenyamanan
terganggu
2. Luar Gedung Transportasi Kecelakaan lalu Pemilihan lokasi yang
menuju lokasi lintas mudah dan aman
penyuluhan dijangkau sasaran
Psikososial Mengantuk, pusing, a. Membangun
bosan, Lelah komitmen Bersama
b. Penyampaian materi
efektif dan efisien
c. Pemilihan metoda
promosi Kesehatan
yang tepat

BAB VII
KESELAMATAN KERJA

Dalam undang-undang romor 23 tahun 1992 tentang Kesehatan, Pasal 23


dinyatakan bahwa upaya Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) harus dilaksanakan di
semua tempat kerja khususnya tempat kerja yang mempunyai resiko bahaya kesehatan,
mudah terjangkit penyakit atau mempunyai karyawan sedikitnya 10 orang. Jika
memperhatikan dari isi pasal diatas, maka jelaslah bahwa Puskesmas temrasuk dalam
kriteria tempat kerja dengan berbagai ancaman bahaya yang dapat menimbulkan dampak
kesehatan, tidak hanya terhadap para pelaku langsung yang bekerja di Puskesmas, tetapi
juga terhadap pasien maupun pengunjung Puskesmas.

29 / 45
Risk Assesment melakukan identifikasi potensi bahaya atau faktor risiko dan
dampak atau akibatrya. Dari berbagai potensi bahaya tersebut, maka perlu upaya untuk
mengendalikan,meminimalisasi dan bila mungkin meniadakannya. Penyelenggaraan
kesehatan kerja petugas di unit pelayanan Promosi Kesehatan Puskesmas Pimping
adalah sebagai berikut :
NO. LOKASI POTENSI BAHAYA / DAMPAK / AKIBAT PENGENDALIAN
FAKTOR RISIKO
1. Dalam Kesalahan informasi Menurunkan Tingkat Menggunakan referensi /
Gedung yang diberikan kepercayaan rujukan terpercaya /
melalui media sasaran resmi.
promosi Kesehatan.
Fisik (dinding, lantai, a. Sakit akibat a. Pemantauan berkala
pencahayaan, tersandung, fisik bangunan.
suhu/kelembaban, terpeleset, b. Rambu peringatan
kebisingan) tertabrak
b. Kepanasan,
pengap
c. Kenyamanan
terganggu
2. Luar Gedung Transportasi menuju Kecelakaan lalu a. Penggunaan APD di
lokasi sasaran kerja lintas perjalanan
b. Pemeliharaan
kendaraan
operasional secara
rutin
Beban kerja Stres, pusing, bosan, a. Membangun
lelah komitmen Bersama
b. Pengorganisasian
kerja
c. Insentif / reward
d. Refreshing

30 / 45
BAB VIII
PENGENDALIAN MUTU

Pengendalian mutu (quality control) dalam manajemen mutu merupakan suatu


sistem kegiatan teknis yang bersifat rutin yang dirancang untuk mengukur dan menilai
mutu produk atau jasa yang diberikan kepada sasaran. Pengendalian mutu pada unit
pelayanan promosi Kesehatan puskesmas Pimping diperlukan agar terjaga kualitasnya
sehingga memuaskan masyarakat sebagai sasaran. Penjaminan mutu pelayanan
kesehatan dapat diselenggarakan melalui berbagai model manajemen kendati mutu.
Salah satu model manajemen yang dapat digunakan adalah model PDCA (plan, Do,
Check, Action) yang akan menghasilkan pengembangan berkelanjutan (continuous
improvement) atau kaizen mutu pelayanan promosi Kesehatan.
A. Identifikasi mutu

31 / 45
1. Perencanaan mutu, meliputi siapa pelanggan, apa kebutuhannya, meningkatkan
produk sesuai kebutuhan, dan merencanakan proses untuk suatu produksi,
2. Pengendalian mutu, mengevaluasi kinerja untuk mengidentifikasi perbedaan
antara kinerja aktual dan tujuan.
3. Peningkatan mutu, membentuk infrastruktur dan team untuk melaksanakan
peningkatan mutu.
Setiap kegiatan dijabarkan dalam langkah-Iangkah yang semuanya mengacu pada
Upaya peningkatan mutu. Pada unit pelayanan promosi kesehatan Puskesmas
Pimping kegiatan pelayanan promosi kesehatan dimulai dari pendataanlsurvey
sasaran dan kebutuhan sasaran, penyusunan rencana pelaksanaan kegiatan,
pelaksanaan kegiatan, penyusuruill dokumen pelaporan kegiatarl monitoring dan
evatuasi pelaksanaan dan hasil kegiatan, dan penyusunan rencana tindak lanjut hasil
evaluasi kegiatan. Pada setiap tahap kegiatan disusun standar operasional prosedur
(SOP) untuk menjamin pelaksanaan kegiatan yang sesuai standar pelayanan.
Evaluasi dan rencana tindak lanjut dilaksanakan untuk mengatasi adanya
kesenjangan antara perencanrum dan hasil kegiatan. Hasil kegiatan
didokumentasikan secara periodik
B. Kamus Indikator Mutu
Adapun kamus indikator mutu pelayanan promosi kesehatan Puskesmas Pimping
adalah sebagai berikut :
1. Penyuluhan Perilaku Hidup Bersih Dan Sehat
a. Rumah tangga Sehat / ber PHBS
N INDIKATOR MUTU INDIKATOR PROGRAM
O
1 Judul Indikator Rumah Tangga Ber – PHBS
2 Dasar Pemikiran Peraturan Menteri Kes RI Nomor 22691.
Menkes/ Per/XI/2011. Tentang Petunjuk teknis
Pembinaan PHBS Rumah Tangga.
3 Dimensi Mutu Keselamatan dan Kenyamanan
4 Tujuan Peningkatan Mutu Memperoleh Data tentang Perilaku Rumah
Tangga Ber- PHBS.
5 Defisini Operasional Upaya untuk memberdayakan seluruh
anggota rumah tangga agar memahami,
mau dan mampu melaksanakan Praktek
Hidup Sehat serta berperan aktif dalam
Gerakan Kesehatan Masyarakat.
6 Type Indikator Proses
7 Satuan Pengukuran Presentase

32 / 45
8 Numerator ∑ Rumah Tangga Ber-PHBS
9 Denumenator ∑ Rumah Tangga yang ada diwilayah UPT.
Puskesmas Pimping
10 Target Pencapaian Semua Rumah Tangga Ber-PHBS
11 Kriteria Blangko Intervensi PHBS
12 Formula Jumlah rumah tangga ber −PHBS
x 100 %
Jumlah seluruh rumah tangga
13 Desain pengumpulan data Observasi dan Wawancara
14 Sumber Data Blangko Intervensi PHBS Rumah Tangga
15 Besar Sample 100 % Blangko Intervensi PHBS Rumah
Tangga
16 Frekuensi Pengumpulan 2 x Setahun
Data
17 Periode Pengumpulan Data Kurun Waktu yang ditentukan 2 x setahun
18 Periode Analisa Data 2 x Setahun
19 Penyajian Data Bentuk Tabel
20 Instrumen Pengumpulan Wawancara dan Observasi
Data
21 Penanggung Jawab Penanggung Jawab Program Promosi
Kesehatan UPT. Puskesmas

b. Institusi Pendidikan (Sekolah Dasar) yang dibina dan sudah ber-PHBS


N INDIKATOR MUTU INDIKATOR PROGRAM
O
1 Judul Indikator Institusi Pendidikan (Sekolah Dasar) yang
sudah ber-PHBS
2 Dasar Pemikiran Peraturan Menteri Kes RI Nomor 22691.
Menkes/ Per/XI/2011. Tentang Petunjuk teknis
Pembinaan PHBS Institusi Pendidikan Dasar.
3 Dimensi Mutu Kenyamanan dan Kesinambungan
4 Tujuan Peningkatan Mutu Memperoleh Data tentang Perilaku PHBS
di Institusi Pendidikan Dasar.
5 Defisini Operasional Sekumpulan perilaku yang dipraktikkan
oleh peserta didik,guru dan masyarakat
lingkungan Sekolah Dasar sebagai hasil
pembelajaran, sehingga secara mandiri
mampu mencegah penyakit, meningkatkan
kesehatannnya, serta berperan aktif dalam
mewujudkan lingkungan sehat.

33 / 45
6 Type Indikator Proses
7 Satuan Pengukuran Presentase
8 Numerator Jumlah Sekolah Dasar yang Ber-PHBS
9 Denumenator ∑ Sekolah Dasar yang ada diwilayah UPT.
Puskesmas Pimping
10 Target Pencapaian Semua Sekolah Dasar Ber-PHBS
11 Kriteria Blangko Penilaian PHBS Sekolah
12 Formula Jumlah SD ber −PHBS
x 100 %
Jumlah total SD yang ada
13 Desain pengumpulan data Observasi dan Wawancara
14 Sumber Data Blangko Penilaian PHBS Sekolah
15 Besar Sample 100 % dari hasil Intervensi PHBS disekolah
16 Frekuensi Pengumpulan 2 x Setahun
Data
17 Periode Pengumpulan Data 2 x setahun
18 Periode Analisa Data 2 x Setahun
19 Penyajian Data Bentuk Tabel
20 Instrumen Pengumpulan Wawancara dan Observasi
Data
21 Penanggung Jawab PJ. Promkes dan Pelaksana Promkes UPT.
Puskesmas Pimping

c. Institusi yang dibina dan sudah ber-PHBS


NO INDIKATOR MUTU INDIKATOR PROGRAM
1 Judul Indikator Institusi yang dibina dan sudah ber-PHBS
2 Dasar Pemikiran Peraturan Menteri Kes RI Nomor 22691.
Menkes/ Per/XI/2011. Tentang Petunjuk teknis
Pembinaan PHBS Institusi.
3 Dimensi Mutu Keselamatan dan Kenyamanan
4 Tujuan Peningkatan Mutu Memperoleh Data tentang Perilaku PHBS.

5 Defisini Operasional Jumlah semua intitusi ( Pendidikan: SMP,


SMA sederajat, Kecamatan, Polsek,
Koramil, KUA, Desa, BPD, LPM dan
Institusi kesehatan lainnya ). Yaitu
pemberdayaan para pekerja agar tahu, mau
dan mampu mempraktekkan PHBS serta
berperan aktif dalam mewujudkan tempat
kerja sehat. Penerapan PHBS ditempat
kerja diperlukan untuk menjaga,
34 / 45
memelihara dan mempertahankan
kesehatan pekerja agar tetap sehat dan
produktif.
6 Type Indikator Proses
7 Satuan Pengukuran Presentase
8 Numerator ∑ Institusi Perkantoran yang Ber-PHBS
9 Denumenator Semua Institusi perkantoran yang ada
diwilayah UPT. Puskesmas Pimping
10 Target Pencapaian Semua Institusi perkantoran Ber-PHBS
11 Kriteria Blangko Penilaian PHBS Institusi Perkantoran
12 Formula Jumlah Institusidibina PHBS
x 100 %
Jumlah total Institusi yang ada
13 Desain pengumpulan data Observasi dan Wawancara
14 Sumber Data Blangko Penilaian PHBS Institusi Perkantoran
15 Besar Sample 100 % Hasil Intervensi di Institusi
Perkantoran
16 Frekuensi Pengumpulan 2 x Setahun
Data
17 Periode Pengumpulan Data 2 x setahun
18 Periode Analisa Data 2 x Setahun
19 Penyajian Data Bentuk Tabel
20 Instrumen Pengumpulan Wawancara dan Observasi
Data
21 Penanggung Jawab PJ. Promkes dan Pelaksana Promkes UPT.
Puskesmas Pimping

2. Mendorong Perkembangan UKBM


a. Jumlah Posyandu Balita Aktif
N INDIKATOR MUTU INDIKATOR PROGRAM
O
1 Judul Indikator Jumlah Posyandu Balita Aktif
2 Dasar Pemikiran Permenkes Nomor.8 Tahun 2019 tentang
Pemberdayaan Masyarakat bidang kesehatan.
3 Dimensi Mutu Keselamatan dan Kenyamanan serta
Kesinambungan
4 Tujuan Peningkatan Mutu Meningkatkan peran posyandu sebagai
center utama pelayanan primer kesehatan
35 / 45
sehingga mampu menurunkan AKI, AKB
memalalui pembenahan manajemen
posyandu.
5 Defisini Operasional Posyandu aktif yang pernah melakukan
kegiatan dan mempunyai kader baik status
strata posyandu pratama, madya,
purnama maupun mandiri.
6 Type Indikator Proses
7 Satuan Pengukuran Presentase
8 Numerator ∑ Posyandu Balita yang Aktif
9 Denumenator ∑ Posyandu Balita yang ada diwilayah
UPT. Puskesmas Pimping
10 Target Pencapaian ∑ Posyandu Balita yang ada diwilayah
UPT. Puskesmas Pimping
11 Kriteria Blangko Pemantauan Posyandu Aktif
12 Formula Jumlah Posyandu Aktif
x 100 %
Jumlah Seluruh Posyandu
13 Desain pengumpulan data Observasi dan Penilaian
14 Sumber Data Blangko Penilaian Pemantauan Posyandu
15 Besar Sample 100 % Blangko Intervensi PHBS Rumah
Tangga
16 Frekuensi Pengumpulan 1 x Setahun
Data
17 Periode Pengumpulan Data 1 x setahun
18 Periode Analisa Data 1 x Setahun
19 Penyajian Data Bentuk Tabel
20 Instrumen Pengumpulan Observasi dan Penilaian
Data
21 Penanggung Jawab PJ. Promkes dan Pelaksana Promkes UPT.
Puskesmas Pimping

b. Posyandu Purnama Mandiri


N INDIKATOR MUTU INDIKATOR PROGRAM
O
1 Judul Indikator Posyandu Purnama Mandiri
2 Dasar Pemikiran Permenkes Nomor.8 Tahun 2019 tentang
Pemberdayaan Masyarakat bidang kesehatan.
3 Dimensi Mutu Kenyamanan dan Kesinambungan

36 / 45
4 Tujuan Peningkatan Mutu Meningkatkan Derajat Pelayanan
Kesehatan di posyandu balita
5 Defisini Operasional Posyandu aktif yang telah mempunyai
status sesuai kinerja yang ada
Strata Purnama :
Kriteria ( dalam 1 tahun ): Kader hadir > 5
orang, frekwensi penimbangan > 8 kali,
Cakupan KB > 50%, Cakupan D/S > 50%,
Cakupan KIA > 50%, Cakupan Imunisasi
> 50%, ada program tambahan, Cakupan
Dana Sehat < 50%.
Strata Mandiri :
Kriteria ( dalam 1 tahun ) : Kader hadir > 5
orang, Frekwensi penimbangan > 8 kali,
Cakupan KB > 50%, Cakupan D/S > 50%,
Cakupan KIA > 50%, ada
programtambahan, Cakupan Dana Sehat >
50%.
6 Type Indikator Proses
7 Satuan Pengukuran Presentase
8 Numerator ∑ Posyandu Purnama Mandiri
9 Denumenator ∑ Posyandu Balita yang ada diwilayah
UPT. Puskesmas Pimping
10 Target Pencapaian Sem∑ Posyandu Balita yang ada diwilayah
UPT. Puskesmas Pimping
11 Kriteria Blangko Penilaian sesuai Strata Posyandu
12 Formula Jumlah Posyadu Purnama Mandiri
x 100 %
Jumlah seluruh poyandu yang ada
13 Desain pengumpulan data Observasi dan Penilaian
14 Sumber Data Blangko Penilaian
15 Besar Sample 100 % Blangko Penilaian Strata Posyandu
16 Frekuensi Pengumpulan 1 x Setahun
Data
17 Periode Pengumpulan Data 1 x setahun
18 Periode Analisa Data 1 x Setahun
19 Penyajian Data Bentuk Tabel
20 Instrumen Pengumpulan Observasi dan Penilaian
Data
21 Penanggung Jawab PJ. Promkes dan Pelaksana Promkes UPT.
Puskesmas Pimping

c. Jumlah Kader Posyandu Aktif


N INDIKATOR MUTU INDIKATOR PROGRAM

37 / 45
O
1 Judul Indikator Jumlah Kader Posyandu Aktif
2 Dasar Pemikiran Permenkes Nomor.8 Tahun 2019 tentang
Pemberdayaan Masyarakat bidang kesehatan.
3 Dimensi Mutu Efektivitas dan Kesinambungan
4 Tujuan Peningkatan Mutu Untuk Meningkatkan kinerja Kader dalam
Pengelolaan posyandu
5 Defisini Operasional Jumlah semua kader posyandu yang aktif
mengikuti kegiatan posyandu selama satu
tahun dibagi 12 (rata – rata kehadiran
kader), serta mempunyai peran dalam
kegitan dan pembinaan posyandu.
Sehingga dapat menjadi pelapor bagi
keaktifan posyandu.
6 Type Indikator Proses
7 Satuan Pengukuran Presentase
8 Numerator ∑ kader posyandu balita yang aktif dalam
setiap Kegiatan minimal 8 x setahun
9 Denumenator ∑ kader posyandu balita yang aktif
mengikuti Kegiatan posyandu selama 1
tahun
10 Target Pencapaian ∑ Kader Posyandu Balita yang aktif dalam
setiap Kegiatan minimal 8 x setahun
11 Kriteria Blangko Laporan
12 Formula Jumlah Kader Poyandu Aktif
x 100 %
Jumlah Seluruh Kader Posyandu
13 Desain pengumpulan data Observasi dan Laporan
14 Sumber Data Blangko Laporan Kader
15 Besar Sample 100 % Blangko Laporan Kader
16 Frekuensi Pengumpulan Per Bulan / 12 x selama setahun
Data
17 Periode Pengumpulan Data Per Bulan / 12 x selama setahun
18 Periode Analisa Data Per Bulan / 12 x selama setahun
19 Penyajian Data Bentuk Tabel
20 Instrumen Pengumpulan Observasi dan Laporan
Data
21 Penanggung Jawab PJ. Promkes dan Pelaksana Promkes UPT.
Puskesmas Pimping

d. Jumlah Kader Poyandu yang Telah Disertifikasi


N INDIKATOR MUTU INDIKATOR PROGRAM

38 / 45
O
1 Judul Indikator Jumlah Kader Poyandu yang Telah
Disertifikasi
2 Dasar Pemikiran Permenkes Nomor.8 Tahun 2019 tentang
Pemberdayaan Masyarakat bidang kesehatan.
3 Dimensi Mutu Efektivitas dan Kesinambungan
4 Tujuan Peningkatan Mutu Meningkatkan kinerja Kader dalam
Pengelolaan posyandu melalui sertifikasi
sehingga menambah pengetahuan dan
Legalitas kader yang terakui serta
menambah keterampilan kader dalam
pelayanan kesehatan di posyandu.
5 Defisini Operasional Jumlah kader yang telah dilakukan
sertifikasi dan mendapatkan sertifikat
kader resmi dari Dinas Kesehatan dan atau
Puskesmas.
6 Type Indikator Proses
7 Satuan Pengukuran Presentase
8 Numerator ∑ kader yang sudah Tersertifikasi
9 Denumenator ∑ kader posyandu balita
10 Target Pencapaian ∑ kader yang sudah Tersertifikasi
11 Kriteria Sertifikasi Kader
12 Formula Jumlah Kader yang telah disertikasi
x 100 %
Jumlah Seluruh Kader
13 Desain pengumpulan data Sertifikat Kader dan Laporan
14 Sumber Data Sertifikat Kader
15 Besar Sample 100 % Sertifikat Kader
16 Frekuensi Pengumpulan 1 x setahun
Data
17 Periode Pengumpulan Data 1 x setahun
18 Periode Analisa Data 1 x setahun
19 Penyajian Data Bentuk Tabel
20 Instrumen Pengumpulan Sertifikasi dan Laporan
Data
21 Penanggung Jawab PJ. Promkes dan Pelaksana Promkes UPT.
Puskesmas Pimping

e. Jumlah Desa Siaga Aktif

39 / 45
N INDIKATOR MUTU INDIKATOR PROGRAM
O
1 Judul Indikator Jumlah Desa Siaga Aktif
2 Dasar Pemikiran Keputusan Menteri RI Nomor :
1529/MENKES/SK/X/2010
Tentang Pedoman umum pengembangan Desa
dan Kelurahan Siaga Aktif.
3 Dimensi Mutu Efektivitas dan Kesinambungan
4 Tujuan Peningkatan Mutu Terwujudnya masyarakat Desa yang sehat,
Peduli, dan Tanggap terhadap
permasalahan kesehatan diwilayahnya.
5 Defisini Operasional Adalah Desa Siaga Aktif yang memenuhi
syarat sbb: FMD: berjalan setiap bulan,
Kader Teknis: 9 atau lebih, kemudahan
akses yankes ada, posyandu dan 4 UKBM
aktif, sudaha ada dari pemerintah desa
serta dua sumber lainnya dari masyarakat
dan dunia usaha, peran masyarakat dan
Organisasi kemasyarakatan >2 dari ormas,
per-kades / per-bupati; ada sudah
direalisasikan pembinaan PHBS RT > 70%
6 Type Indikator Proses
7 Satuan Pengukuran Presentase
8 Numerator Jumlah Desa Siaga Aktif
9 Denumenator ∑ Jumlah Desa yang ada diwilayah kerja
UPT. Puskesmas Pimping
10 Target Pencapaian ∑ Desa Siaga Aktif
11 Kriteria Form Penilaian Desa Siaga
12 Formula Jumlah Desa Siaga Aktif
x 100 %
Jumlah Seluruh Desa Siaga yang ada
13 Desain pengumpulan data Observasi dan Wawancara
14 Sumber Data Form Penilaian Desa Siaga
15 Besar Sample 100 %
16 Frekuensi Pengumpulan 1 x Setahun
Data
17 Periode Pengumpulan Data 1 x Setahun
18 Periode Analisa Data 1 x Setahun
19 Penyajian Data Bentuk Tabel
20 Instrumen Pengumpulan Observasi dan Wawancara
Data

40 / 45
21 Penanggung Jawab PJ. Promkes dan Pelaksana Promkes UPT.
Puskesmas Pimping

f. Cakupan Desa yang memanfaatkan Alokasi Dana Desa (DD) 10% untuk
UKBM
N INDIKATOR MUTU INDIKATOR PROGRAM
O
1 Judul Indikator Cakupan Desa yang memanfaatkan
Alokasi Dana Desa (DD) 10% untuk
UKBM
2 Dasar Pemikiran Permenkes no 94 /PMK.07/2021 tentang
penyuluhan Dana Desa
3 Dimensi Mutu Efektifitas dan kesinambungan
4 Tujuan Peningkatan Mutu Tercapainya Derajat kesehatan diDesa
secara Komprehensif
5 Defisini Operasional Adalah Persentase Desa yang
memanfaatkan Alokasi Dana Desa minimal
10% untuk UKBM dalam rangka
pengembangan Desa / Kelurahan Siaga
Aktif.
6 Type Indikator Proses
7 Satuan Pengukuran Presentase
8 Numerator Jumlah Desa yang menganggarkan 10 %
Dana Desa untuk UKBM
9 Denumenator ∑ Jumlah Desa yang ada diwilayah kerja
UPT. Puskesmas Pimping
10 Target Pencapaian ∑ Desa yang menganggarkan 10 % Dana
Desa untuk UKBM
11 Kriteria Anggaran Dana Desa
12 Formula Jumlah Desa di Wilayah Kerja Puskesmas X 30%
13 Desain pengumpulan data Laporan
14 Sumber Data Laporan
15 Besar Sample 100 % dari Laporan
16 Frekuensi Pengumpulan 1 x Setahun
Data
17 Periode Pengumpulan Data 1 x setahun
18 Periode Analisa Data 1 x Setahun
19 Penyajian Data Bentuk Tabel
20 Instrumen Pengumpulan Laporan

41 / 45
Data
21 Penanggung Jawab PJ. Promkes dan Pelaksana Promkes UPT.
Puskesmas Pimping

3. Penyuluhan Berwawasan Kesehatan


a. Penyuluhan NAPZA
N INDIKATOR INDIKATOR PROGRAM
O MUTU
1 Judul Indikator Penyuluhan NAPZA
2 Dasar Pemikiran Peraturan Menteri Kes RI Nomor. 5 Tahun 2020 tentang
penggolongan Narkotika.
3 Dimensi Mutu Kompetensi Teknis dan Keselamatan
4 Tujuan Tercapainya Cakupan Penyuluhan Napza sesuai
Peningkatan Mutu dengan target yang ditentukan.
5 Defisini Penyampaian Informasi dan Pengetahuan tentang
Operasional Narkotika, Psikotropika dan Zat Adiftif (NAPZA)
baik yang diselenggarakan oleh
Puskesmas,Sekolah, BNN, Kepolisian, Kemenag,
PKK dan lain – lain, dibuktikan dengan
Dokumentasi dan materi penyuluhan
6 Type Indikator Proses
7 Satuan Presentase
Pengukuran
8 Numerator Jumlah Penyuluhan Napza sesuai Target
9 Denumenator ∑ Penyuluhan Napza sesuai Target
10 Target Pencapaian ∑ Penyuluhan Napza sesuai Target yang dilakukan
diwilayah kerja UPT.Puskesmas Pimping
11 Kriteria Dokumentasi dan Materi Penyuluhan
12 Formula Jumlah penyuluhankelompok NAPZA baik yang
dilakukan oleh Puskesmas , Sekolah , BNN ,
Kepolisian , Kemenag , PKK , dll
x 100 %
Jumlah Standar Penyuluhan(15 kali)
13 Desain Ceramah dan Tanya Jawab
pengumpulan data
14 Sumber Data Dokumentasi dan materi penyuluhan
15 Besar Sample 15 x Setahun
16 Frekuensi 15 x Setahun
Pengumpulan
Data

42 / 45
17 Periode Kurun Waktu yang ditentukan 15 x setahun
Pengumpulan
Data
18 Periode Analisa 15 x Setahun
Data
19 Penyajian Data Bentuk Tabel
20 Instrumen Ceramah dan Tanya Jawab
Pengumpulan
Data
21 Penanggung Penanggung Jawab Program Promosi Kesehatan UPT.
Jawab Puskesmas

b. Penyuluhan Esensi Kesehatan


N INDIKATOR INDIKATOR PROGRAM
O MUTU
1 Judul Indikator Penyuluhan Esensi Kesehatan
2 Dasar Pemikiran Kemenkes RI nomor 585/menkes/SK/V/2007 tentang
Pelaksanaan Promosi Kesehatan
3 Dimensi Mutu Kompetensi Teknis dan Keselamatan
4 Tujuan Tercapainya Cakupan Kegiatan Penyuluhan
Peningkatan Mutu Kesehatan sesuai Target
5 Defisini Penyampaian Informasi dan Pengetahuan yang
Operasional memiliki Esensi Kesehatan baik secara
berkelompok maupun general ( seperti siaran
Keliling) dibuktikan dengan Dokumentasi dan
materi Penyuluhan
6 Type Indikator Proses
7 Satuan Presentase
Pengukuran
8 Numerator Jumlah Kegiatan Penyuluhan Kesehatan sesuai
Target
9 Denumenator ∑ Penyuluhan Kesehatan yang ada diwilayah kerja
UPT. Puskesmas Pimping
10 Target Pencapaian ∑ Kegiatan Penyuluhan Kesehatan sesuai Target
yang dilakukan pembinaan
11 Kriteria Dokumentasi dan Materi Penyuluhan
12 Formula Jumlah penyuluhan yang memiliki esensi kesehatan baik
secara berkelompok maupun General (Seperti Siaran Keliling)
¿ x 100
Jumlah Standar Penyuluhan (15 kali)

43 / 45
13 Desain Ceramah dan Tanya Jawab
pengumpulan data
14 Sumber Data Dokumentasi dan materi penyuluhan
15 Besar Sample 15 x Setahun
16 Frekuensi 15 x Setahun
Pengumpulan
Data
17 Periode Kurun Waktu yang ditentukan 15 x setahun
Pengumpulan
Data
18 Periode Analisa 15 x Setahun
Data
19 Penyajian Data Bentuk Tabel
20 Instrumen Ceramah dan Tanya Jawab
Pengumpulan
Data
21 Penanggung Penanggung Jawab Program Promosi Kesehatan UPT.
Jawab Puskesmas

BAB IX
PENUTUP

44 / 45
Promosi Kesehatan menjadi tugas bagi seluruh petugas kesehatan di puskesmas
dan yang paling pentingpromosi kesehatan adalah upaya pemberdayaan baik
pemberdayaan pada pasien maupun terhadap individu/ keluarga/ masyarakat yang sehat.
Namun demikian upaya pemberdayaan ini akan lebih berhasil jika didukung oleh upaya
bina suasana dan advokasi. Peluang pelaksanaan promosi kesehatan dapat dilakukan
didalam gedung dan diluar gedung puskesmas sehingga peluang ini dapat dimaanfaatkan
sehingga upaya Promosi kesehatan dapat dilaksanakan dengan baik.

Mengetahui, Koordinator Program


Kepala UPTD. Puskesmas Pimping Promosi Kesehatan,

dr. Dini Putri Hapsari Pratiwi Hadi Mustofa, A.Md.Kep


NIP. 19860427 201402 2 003 NIP. 19871111 200902 1 001

45 / 45

Anda mungkin juga menyukai