PENDAHULUAN
Lansia merupakan seseorang yang berusia 60 tahun ke atas dan pada tahap ini
(Amaral, Wiyono & Candawati, 2017). Lansia mengalami penuaan sebagai proses
alami yang menyebabkan perubahan biokimia, anatomis dan fisiologis pada tubuh
sehingga mudah mengalami hipertensi (Aldriana & Daulay, 2016). Hal ini
Indonesia setiap tahun mengalami peningkatan tahun 2017 sebanyak 23,66 juta jiwa
atau 9,03% dari jumlah penduduk dan meningkat tahun 2018 sebanyak 24,49 juta
jiwa atau 9,27 % dari jumlah penduduk. Berdasarkan BPS Jatim (2019) menjelaskan
bahwa jumlah penduduk lansia di Provinsi Jawa Timur sebanyak 13,06% dan di
Malang Raya sebanyak 10,68% dari jumlah penduduk, peningkatan jumlah lansia
masalah terutama dari segi kesehatan dan kesejahteraan lansia pada tahun 2019
1
2
lansia dalam memperoleh pelayanan kesehatan dasar, sehingga khualitas hidup lansia
tetap terjaga dengan baik, agar kesehatan para lansia dapat terpelihara dan terpantau
secara optimal (Rusmin, Bujawati & Baso, 2017). Kunjungan lansia untuk mengikuti
yaitu 41,76% hal ini masih jauh dari target yang telah di tetapkan oleh dinas
kesehatan yaitu 80%, di Jawa Timur sebanyak 46,61% dan di Kota Malang sebanyak
52,75% tidak aktif (Dinkes Jatim, 2018). Hal ini membuktikan bahwa masih banyak
lansia yang tidak aktif mengikuti kegiatan posyandu padahal sangat penting untuk
Lansia yang tidak aktif mengikuti pelayanan kesehatan di posyandu lansia akan
penyakit akibat penurunan kondisi tubuh dan proses penuaan dikhawatirkan dapat
berakibat fatal dan mengancam jiwa mereka. Lansia yang tidak melakukan kunjungan
badan, gula darah dan gejala penyakit lainnya (Amaral, Wiyono & Candawati, 2017).
Hal ini membuktikan bahwa kegiatan posyandu lansia sangat penting diikuti oleh
3
merupakan sumber dukungan sosial yang memiliki ikatan emosional yang paling
besar dengan lansia. Keluarga sebagai bentuk support system utama bagi lansia dalam
perawatan lansia antara lain menjaga atau merawat lansia, mempertahankan dan
instrumental keluarga sangat berperan dalam mendorong minat atau kesediaan lansia
untuk mengikuti kegiatan posyandu (Arfan & Sunarti, 2017). Keluarga bisa menjadi
motivator kuat bagi lansia apabila selalu bersedia untuk mendampingi atau mengantar
lansia ke posyandu, mengingatkan lansia jika lupa jadwal posyandu dan berusaha
Penelitian Aldriana & Daulay (2016) membuktikan bahwa ada hubungan dukungan
Didikung oleh penelitian Irani (2019) membuktikan bahwa adanya hubungan antara
keluarga sebagai pendorong penting untuk meningkatkan minat lansia secara rutin
memeriksa kesehatan.
4
kesehatan lansia seperti menyiapkan sayur saat lansia makan (Ningrum, 2012).
yang bergizi dengan menyiapkan sayur, buah dan lauk pauk saat makan. Pemenuhan
makanan lansia sebanyak 3 kali sehari yang terdiri dari makan pagi, siang dan malam
hari. Hal ini membuktikan bahwa dukungan instrumental keluarga berperan penting
untuk mengantar lansia mengikuti kegiatan posyandu dan menyediakan sayur saat
lansia makan.
mengantar ke puskesmas, keluarga sibuk bekerja dan jarak ke posyandu yang jauh,
kurang mengkonsumsi sayur karena tidak disiapkan oleh keluarga dan 4 orang lansia
selalu makan menggunakan sayur saat makan. Berdasarkan pembahasan maka judul
penelitian ini yaitu hubungan dukungan instrumental keluarga dengan konsumsi sayur
dan kunjungan lansia hipertensi pada masa pandemi Covid-19 di Posyandu Anggrek
Mulyoagung Malang.
5
Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah, apakah ada hubungan dukungan
instrumental keluarga dengan konsumsi sayur dan kunjungan lansia hipertensi pada
keluarga dengan konsumsi sayur dan kunjungan lansia hipertensi pada masa pandemi
Mulyoagung Malang
6
1.4.1 Teoritis
1.4.2 Teoritis
Hasil penelitian ini dapat dijadikan bahan masukan atas sumber informasi
serta dasar pengetahuan bagi mahasiswa keperawatan dan dapat dijadikan suatu
materi penyuluhan kepada masyarakat, atau bisa dijadikan suatu materi latihan
Hasil ini diharapkan dapat menambah wawasan dan ilmu bagi peneliti