Anda di halaman 1dari 24

LAPORAN PENDAHULUAN

PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN MATERNITAS PROFESI NERS


DENGAN KASUS PERSALINAN NORMAL

Disusun oleh:

Netra juansyah
P05120421035

Pembimbing akademik

Ns. Kheli fitria annuril, M.Kep.,Sp.Kep.mat

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS


JURUSAN KEPERAWATAN POLTEKKES KEMENKES BENGKULU
TA 2021/2022
KONSEP PENYAKIT
A. Defenisi
Persalinan adalah suatu proses terjadinya pengeluaran bayi yang
cukup bulan atau hampir cukup bulan, disusul dengan pengeluaran plasenta
dan selaput janin dari tubuh ibu (Mitayani, 2009). Persalinan normal adalah
proses pengeluaran janin yang terjadi pada kehamilan cukup bulan (37-42
minggu), lahir spontan dengan presentasi belakang kepala yang berlangsung
dalam 18 jam, tanpa komplikasi baik pada ibu maupun pada janin
(Prawirohardjo, 2006).
Persalinan normal adalah persalinan yang terjadi pada kehamilan
aterm (bukan prematur atau postmatur), mempunyai omset yang spontan
(tidak di induksi), selesai setelah 4 jam dan sebelum 24 jam sejak saat
awitannya (bukan partus presipitatus atau partus lama), mempunyai janin
(tunggal) dengan persentasi verteks (puncak kepala ) dan oksiput pada
bagian anterior pelvis, terlaksana tanpa bantuan artifisial (seperti forseps),
tidak mencakup komplikasi (seperti perdarahan hebat), mencakup kelahiran
plasenta yang normal (Forrer, 2001).
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pengertian dari
persalinan normal (eutosia) adalah proses kelahiran janin pada kehamilan
cukup bulan (aterm 37-42 minggu), pada janin letak memanjang dan
presentasi belakang kepala, yang disusul dengan pengeluaran plasenta dan
seluruh proses kelahiran itu berakhir dalam waktu kurang dari 24 jam, tanpa
tindakan atau pertolongan buatan dan tanpa komplikasi.

B. Etiologi
Menurut Muchtar (2002) beberapa teori mengemukakan etiologi dari
persalinan adalah meliputi:
1. Teori penurunan hormon, pada 1-2 minggu sebelum proses persalinan
mulai terjadi penurunan kadar hormon estrogen dan progesteron.
Progesteron bekerja sebagai penenang otot-otot polos rahim dan akan
menyebabkan kekejangan pembuluh darah sehingga timbul kontraksi
otot rahim bila kadar progesterone menurun
2. Teori placenta menjadi tua, dengan semakin tuanya plasenta akan
menyebabkan turunnya kadar estrogen dan progesteron yang
menyebabkan kekejangan pembuluh darah, hal ini akan menimbulkan
kontraksi rahim
3. Teori distensi rahim, rahim yang menjadi besar dan meregang
menyebabkan iskemia otot-otot rahim,sehingga mengganggu sirkulasi
utero plasenter
4. Teori iritasi mekanik, di belakang serviks terletak ganglion servikal
(fleksus frankenhauser), bila ganglion ini di geser dan di tekan misalnya
oleh kepala janin,akan timbul kontraksi rahim.
5. Induksi partus, dengan jalan gagang laminaria,aniotomi,oksitosin drip
dan sexio caesarea.

C. Fisiologi Persalinan
Fisiologi persalinan berdasarkan (Winkjosastro, 2005) yang menyatakan
bahwa sebab-sebab terjadinya persalinan masih merupakan teori yang
komplek. Perubahan-perubahan dalam biokimia dan biofisika telah banyak
mengungkapkan mulai dari berlangsungnya partus antara lain penurunan
kadarhormon progesteron dan estrogen. Progesteron merupakan penenang
bagi otot-otot uterus. Menurunnya kadarhormon ini terjadi 1-2 minggu
sebelum persalinan. Kadar prostaglandin meningkat menimbulkan kontraksi
myometrium. Keadaan uterus yang membesar menjadi tegang
mengakibatkan iskemi otot-otot uterus yang mengganggu sirkulasi
uteroplasenter sehingga plasenta  berdegenerasi. Tekanan pada ganglion
servikale dari fleksus frankenhauser di belakang servik menyebabkan uterus
berkontraksi. 

D. Manifestasi Klinis
Berdasarkan Manuaba (2007) bahwa tanda menjelang persalinan sebagai
berikut:
1. Untuk primigravida kepala janin telah masuk PAP pada minggu 36 yang
disebut lightening
2. Rasa sesak di daerah epigastrum makin berkurang.
3. Masuknya kepala janin menimbulkan sesak dibagian bawah dan
menekan kandung kemih.
4. Dapat menimbulkan sering kencing atau polakisuria
5. Pemeriksaan tinggi fundus uteri semakin turun; serviks uteri mulai lunak,
sekalipun terdapat pembukaan
6. Braxton Hicks semakin frekuen ditandai dengan:
7. Sifatnya ringan, pendek, tidak menentu jumlahnya dalam 10 menit
8. Pengaruhnya terhadap effescement dan pembukaan serviks dapat mulai
muncul.
9. Kadang-kadang pada multigravida sudah terdapat pembukaan.
10. Dengan stripping selaput ketuban akan dapat memicu his semakin
frekuen dan persalinan dapat dimulai.

E. Proses Persalinan
Berdasarkan Winkjosastro (2005) dan Roestam (2002), bahwa proses
persalinan terbagi menjadi 4 kala yaitu:
1. Kala I : Pembukaan serviks.
2. Kala II : Kala pengeluaran janin.
3. Kala III : Kala pengeluaran plasenta.
4. Kala IV : Hingga 1 jam setelah plasenta lahir.
Tanda-tanda dan gejala inpartu :
1. Penipisan dan pembukaan serviks.
2. Kontraksi uterus yang mengakibatkan perubahan serviks (frekuensi
minimal 2 kali dalam 10 menit ).
3. Cairan lender bercampur darah (show) melalui vagina.
4. Adanya HIS.
His sesungguhnya His palsu
a Rasa sakit : a Rasa sakit :
 teratur  tidak teratur
 Interval makin pendek  interval panjang
 semakin lama semakin kuat  kekuatan tetap
 dirasakan paling sakit di  dirasakan kuat di daerah
 daerah punggung  perut
 intensitas makin kuat kalau  tak ada perubahan
 penderita berjalan. walaupun
b Keluar “show”  penderita berjalan
c Serviks membuka dan b Tidak keluar “show”
menipis. c Serviks tertutup dan tak ada
pembukaan.

Berdasarkan Winkjosastro (2005) dan Roestam (2002), menyatakan bahwa


fase-fase dalam persalinan:
1. Kala 1
a. Fase Laten
1) Dimulai sejak awal berkontraksi yang menyebabkan penipisan dan
pembukaan serviks.
2) Berlangsung hingga serviks membuka kurang dari 4 cm.
3) Pada umumnya fase laten berlangsung hampir atau hingga 8 jam.
b. Fase Aktif
1) Frekuensi dan lama kontraksi uterus akan meningkat secara bertahap
(kontraksi dianggap adekuat, memadai jika terjadi tiga kali atau lebih
dalam waktu 10 menit dan berlangsung selama 40detik atau lebih).
2) Dari pembukaan 4 cm hingga mencaspai pembukaan lengkap atau 10
cm, akan terjadi dengan kecepatan rata-rata 1 cm per jam (nulipara
atau primigravida) atau lebih dari 1 cm hingga 2 cm (multipara).
3) Terjadi penurunan bagian terbawah janin.
Pemantauan kala 1 fase aktif persalinan dapat dilakukan dengan
menggunakan partograf. Partograf adalah alat bantu yang digunakan selama
fase aktif persalinan. Tujuan utama dari penggunaan partograf adalah:
a Mencatat hasil observasi dan kemajuan persalinan dengan menilai
pembukaan serviks melalui pemeriksaan dalam.
b Mendeteksi apakah proses persalinan berjalan secara normal. Dengan
demikian, juga dapat melakukan deteksi secara dini setiap kemungkinan
terjadinya partus lama.
Halaman depan partograf  untuk mencatat atau memantau :
a Kesejahteraan janin, meliputi pemeriksaan denyut jantung janin (setiap ½
jam), warna air ketuban (setiap pemeriksaan dalam), penyusupan sutura
(setiap pemeriksaan dalam).
b Kemajuan persalinan, meliputi pemeriksaan frekuensi dan lamanya
kontraksi uterus (setiap ½ jam), pembukaan serviks (setiap 4 jam),
penurunan kepala (setiap 4 jam).
c Kesejahteraan ibu , meliputi pemeriksaan nadi (setiap ½ jam), tekanan
darah dan temperatur tubuh (setiap 4 jam), prodeksi urin , aseton dan
protein ( setiap 2 sampai 4 jam), makan dan minum.
Proses persalinan pada kala I :
a. Dimulai pada waktu serviks membuka karena his: kontraksi uterus yang
teratur, makin sering, makin nyeri; disertai pengeluaran darah-lendir (tidak
lebih banyak dari darah haid).
b. Berakhir pada waktu pembukaan serviks telah lengkap (pada periksa-
dalam bibir porsio tidak dapat diraba lagi). Selaput ketuban biasanya
pecah pada akhir kala I.
c. Lamanya tergantung paritas ibu : primigravida ± 12 jam, multigravida ± 7
jam.
d. Mekanisme pembukaan serviks adalah sebagai berikut : kontraksi segmen
atas uterus dan retraksi (regangan) segmen bawah uterus yang
mengakibatkan pembukaan serviks. Akhirnya segmen bawah uterus makin
menipis, dan segmen atas uterus (korpus) makin menebal.
e. His
1) Frekuensi : 1 kali/10 menit pada permulaan persalinan 2-3kali/10
menit pada akhir kala I.
2) Lamanya : kurang lebih satu menit.
3) Nyerinya : berasal dari regangan seviks yang membuka.
4) Terjadi kalau tekanan intrauterine melebihi 20 mmHg.
5) Biasanya dimulai dari tulang belakang yang menjalar ke depan.
6) Kontraksi uterus dimulai pada tempat kira-kira batas tuba
denganuterus.
7) Akibatnya terhadap janin : setiap kontraksi dapat menghambataliran
darah dari plasenta ke janin. Kalau tekanannya melebihi75 mmHg
akan menyumbat aliran darah sama sekali. Kalau histerlampau kuat,
terlampau lama, atau terlampau sering dapatmenimbulkan gawat janin.
f. Darah lendir.
Darah bercampur lendir yang keluar dari uterus akibat pergeseran selaput
ketuban dengan dinding uterus pada waktupembukaan seviks.
2. Kala 2
Persalinan kala 2 sebagai berikut:
a. Dimulainya, hanya dapat diketahui dengan periksa dalam, dengan
menemukan serviks yang membuka lengkap (pembukaan lengkap,
pembukaan 10 cm). Tanda-tanda klinik lainnya ialah nyeri his yang sangat
hebat, pasien merasa “ingin mengejan”; “darah-lendir” bertambah
banyak;selaput ketuban pecah; perasaan seperti “mau buang air besar”;
hemoroid fisiologik mulai tapak.
b. Berakhir dengan lahirnya janin.
c. Lamanya, pada primigravida kira-kira 1 jam, multipara ½ jam.
d. Mengejan, disebab oleh turunnya kepala yang menekan rectum.Berakibat
meningkatnya tekanan intraabdominal yang memperkuatkontraksi
uterus.Jangan dibiarkan kalau serviks belum membuka lengkap atau
dilakukandi luar his, karena regangan yang berlebihan pada
ligamentumserviks lateralis dapat menimbulkan prolapsus uteri(turun
peranakan) di kemudian hari.
e. Perineum yang menggembung, terjadi pada waktu kepala janin mencapai
introitus vagina.Bertambah gembung pada setiap kontraksi uterus, yang
dapatmengakibatkan robekan perineum, kecuali kalau dilakukan
episotomi.
f. Kepala mulai tampak diantara labia minora (crowning).
g. Mekanisme persalinan.
3. Kala 3
Persalinan kala 3 meliputi:
a. Terjadinya ketika dimulainya setelah bayi lahir lengkap, dan berakhir
dengan lahirnya plasenta.
b. Lamanya biasanya 5 menit, tidak boleh lebih dari 15 menit.
c. Perlepasan plasenta merupakan akibat dari retraksi otot-otot uterus setelah
lahirnya janin yang akan menekan pembuluh-pembuluh darah ibu.
Kontraksinya berlangsung terus-menerus (tidak memanjang lagi ototnya).
d. Tanda lepasnya plasenta, sebagai berikut talipusat menjulur keluar, atau
kalau ditarik tidak ada tahanan, segumpal darah keluar dari vagina.
4. Kala 4
Persalinan kala 4 terjadi ketika dua jam pertama setalah persalinan
merupakan waktu yang kritisbagi ibu dan bayi. Keduanya baru saja
mengalami perubahan fisikyang luar biasa – si ibu melahirkan bayi dari
perutnya dan bayisedang menyesuaikan diri dari dalam perut ibu ke dunia
luar.Petugas/bidan harus tinggal bersama ibu dan bayi untuk
memastikanbahwa keduanya dalam kondisi yang stabil dan mengambil
tindakan yang tepat untuk melakukan stabilisasi.
Penanganan yang dapat dilakukan seorang penolong persalinan dalam
menghadapi persalinan kala 4 sebagai berikut:
a. Periksa fundus setiap 15 menit pada jam pertama dan setiap 20 - 30 menit
selama jam kedua, jika kontraksi tidak kuat, masase uterus sampai menjadi
keras. Apabila uterus berkontraksi, otot uterus akan menjepit pembuluh
darah untuk menghentikan perdarahan. Hal ini dapat mengurangi
kehilangan darah dan mencegah perdarahan pasca persalinan.
b. Periksa tekanan darah, nadi, kandung kemih dan perdarahan setiap 15
menit pada jam pertama dan setiap 30 menit selama jam kedua.
c. Anjurkan ibu untuk minum demi mencegah dehidrasi dan tawarkan ibu
makanan dan minuman yang disukainya.
d. Bersihkan perineum ibu dan kenakan pakaian ibu yang bersih dan kering.
e. Anjurkan ibu untuk istirahat.
f. Biarkan bayi berada pada ibu untuk meningkatkan hubungan ibu dan bayi.
g. Lakukan Inisiasi Menyusui Dini (IMD) selain bermanfaat untuk kedekatan
bayi dan ibu serta dapat mencegah perdarahan karena uterus berkontraksi.
h. Jika ibu perlu ke kamar mandi, ibu boleh bangun, pastikan ibu dibantu
karena masih dalam keadaan lemah atau pusing setelah persalinan.
Pastikan ibu sudah buang air kecil dalam 3 jam pascapersalinan.
Catatan penilaian selama kala IV antara lain :
a. Kontraksi uterus
b. Tinggi fundus
c. Tanda – tanda vital
d. Jumlah urine dan adanya distensi kandung kemih
e. Jumlah darah keluar
Tanda – tanda bahaya postpartum yaitu :
a. Demam
b. Perdarahan aktif
c. Keluar banyak bekuan darah
d. Bau busuk dari vagina
e. Pusing
f. Lemas luar biasa
g. Nyeri panggul atau abdomen yang lebih hebat dari nyeri kontraksi biasa.
F. Pemeriksaan Diagnostik/ Penunjang
Berdasarkan (Saifuddin, 2002) bahwa cara menentukan persalinan sudah
pada waktunya adalah :
1. Melakukan anamnesa dengan menanyakan hal-hal sebagai berikut:
a. Permulaan timbulnya kontraksi
b. Pengeluaran pervaginam seperti lendir, darah, dan atau cairan ketuban
c. Riwayat kehamilan, riwayat medik, riwayat sosial, masalah kesehatan
ibu dan kesehatan reproduksi yang pernah dialami
2. Pemeriksaan Umum meliputi tanda vital, BB, TB, oedema, kondisi puting
susu, kandung kemih
3. Pemeriksaan Abdomen meliputi bekas luka operasi, Tinggi Fundus Uteri
(TFU), kontraksi, penurunan kepala, letak janin, besar janin, denyut
jantung janin (DJJ)
4. Pemeriksaan vagina meliputi pembukaan dan penipisan servik, selaput
ketuban penurunan dan molase, anggota tubuh janin  yang sudah teraba
5. Pemeriksaan Penunjang berupa:
a. Urine            : warna, kejernihan, bau, protein, BJ, dan lain-lain
b. Darah           : Hb, BT/CT, dan lain-lain.

G. Komplikasi
Berdasarkan (Hachermoore, 2001) bahwa komplikasi dari persalinan
sebagai berikut:
1. Infeksi.
2. Retensi plasenta.
3. Hematom pada vulva.
4. Ruptur uteri.
5. Emboli air ketuban.
6. Ruptur perineum.
H. Penatalaksanaan
Menurut Wiknjosastro (2005), penatalaksanaan yang diberikan untuk
penanganan plasenta previa tergantung dari jenis plasenta previanya yaitu:
1. Kaji kondisi fisik klien
2. Menganjurkan klien untuk tidak coitus
3. Menganjurkan klien istirahat
4. Mengobservasi perdarahan
5. Memeriksa tanda vital
6. Memeriksa kadar Hb
7. Berikan cairan pengganti intravena RL
8. Berikan betametason untuk pematangan paru bila perlu dan bila fetus
masih premature
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
Tujuan anamnesis adalah mengumpulkan informasi tentang riwayat
kesehatan, kehamilan dan persalinan. Informasi ini digunakan dalam
proses membuat keputusan klinik untuk menentukan diagnosis dan
mengembangkan rencana asuhan atau perawatan yang sesuai, meliputi :
1. Nama, umur, dan alamat
2. Gravida dan para
3. Hari pertama haid terakhir
4. Kapan bayi akan lahir (menurut taksiran ibu)
5. Riwayat alergi obat-obat tertentu
6. Riwayat kehamilan yang sekarang dan sebelumnya
7. Riwayat medis lainnya (masalah pernapasan, hipertensi, gangguan
jantung, berkemih, dan lain-lain)
8. Riwayat medis saat ini (sakit kepala, gangguan penglihatan, pusing atau
nyeri epigastrum bagian atas)
Tujuan pemeriksaan fisik adalah untuk menilai kondisi kesehatan
ibu dan bayinya serta kenyamanan fisik ibu bersalin, meliputi;
pemeriksaan abdomen. Pemeriksaan abdomen digunakan untuk :
1. Menentukan tinggi fundus uterus
2. Memantau kontraksi usus
3. Memantau denyut jantung janin
4. Menentukan presentasi
5. Menentukan penurunan bagian terbawah janin
Berdasarkan (Prawirohardjo, 2006) bahwa pemeriksaan dalam diperlukan
untuk menilai:
1. Vagina, terutama dindingnya, apakah ada bagian yang menyempit
2. Keadaan serta pembukaan serviks
3. Kapasitas panggul
4. Ada atau tidak adanya penghalang (tumor) pada jalan lahir
5. Sifat fluor albus dan apakah ada alat yang sakit umpamanya
bartholmitis, urethritis, sistitis, dan sebagainya
6. Pecah tidaknya ketuban
7. Presentasi kepada janin
8. Turunnya kepala dalam ruang panggul
9. Penilaian besarnya kepala terhadap panggul
10. Apakah partus telah mulai atau sampai dimanakah partus telah
berlangsung.
Mendokumentasikan hasil anamnesa, pemeriksaan fisik kedalam patograf
meliputi: informasi tentang ibu, kondisi janin, kemajuan persalinan, jam
dan waktu, kontraksi uterus, obat-obatan dan cairan yang diberikan,
kondisi ibu dan asuhan serta pengamatan klinik, mencatat dan mengkaji
hasil anamnesis dan pemeriksaan fisik (Waspodo, 2007)

1. KALA I (Fase Aktif)


a. Pengkajian
1) Aktivitas istirahat
Klien tampak kelelahan.
2) Integritas ego
Klien tampak serius dan tampak hanyut dalam persalinan ketakutan
tentang kemampuan mengendalikan pernafasan.
3) Nyeri atau ketidaknyamanan
Kontraksi sedang, terjadi 2, 5-5 menit dan berakhir 30-40 detik.
4) Keamanan
Irama jantung janin terdeteksi agak di bawah pusat, pada posisi vertexs.
5) Seksualitas
Dilatasi servik dan 4-8 cm (1, 5 cm/jam pada multipara dan 1,2/ jam
pada primipara)
2. KALA II
a. Pengkajian
1) Aktivitas/ istirahat
a) Melaporkan kelelahan
b) Melaporkan ketidakmampuan melakukan dorongan sendiri / teknik
relaksasi
c) Lingkaran hitam di bawah mata
2) Sirkulasi
Tekanan darah meningkat 5-10 mmHg
3) Integritas ego
Dapat merasakan kehilangan kontrol / sebaliknya
4) Eliminasi
Keinginan untuk defekasi, kemungkinan terjadi distensi kandung kemih
5) Nyeri / ketidaknyamanan
a) Dapat merintih / menangis selama kontraksi
b) Melaporkan rasa terbakar / meregang pada perineum
c) Kaki dapat gemetar selama upaya mendorong
d) Kontraksi uterus kuat terjadi 1,5 – 2 menit
6) Pernafasan
Peningkatan frekwensi pernafasan
7) Seksualitas
a) Servik dilatasi penuh (10 cm)
b) Peningkatan perdarahan pervagina
c) Membrane mungkin rupture, bila masih utuh
d) Peningkatan pengeluaran cairan amnion selama kontraksi

3. KALA III
a. Pengkajian
1) Aktivitas / istirahat
Klien tampak senang dan keletihan
2) Sirkulasi
a) Tekanan darah meningkat saat curah jantung meningkat dan
kembali normal    dengan cepat
b) Hipotensi akibat analgetik dan anastesi
c) Nadi melambat
3) Makan dan cairan
Kehilangan darah normal 250 – 300 ml
4) Nyeri / ketidaknyamanan
Dapat mengeluh tremor kaki dan menggigil
5) Seksualitas
a) Darah berwarna hitam dari vagina terjadi saat plasenta lepas
b) Tali pusat memanjang pada muara vagina

4. KALA IV
a. Pengkajian
1) Aktivitas
Dapat tampak berenergi atau kelelahan
2) Sirkulasi
Nadi biasanya lambat sampai (50-70x/menit) TD bervariasi, mungkin
lebih rendah pada respon terhadap analgesia/anastesia, atau meningkat
pada respon pemberian oksitisin atau HKK,edema, kehilangan darah
selama persalinan 400-500 ml untuk kelahiran pervagina 600-800 ml
untuk kelahiran saesaria
3) Integritas Ego
Kecewa, rasa takut mengenai kondisi bayi, bahagia
4) Eliminasi
Haemoroid, kandung kemih teraba di atas simfisis pubis
5) Makanan/cairan
Mengeluh haus, lapar atau mual
6) Neurosensori
Sensasi dan gerakan ekstremitas bawah menurun pada adanya anastesi
spinal
7) Nyeri/ketidaknyamanan
Melaporkan nyeri, missal oleh karena trauma jaringan atau perbaikan
episiotomy, kandung kemih penuh, perasaan dingin atau otot tremor
8) Keamanan
Peningkatan suhu tubuh
9) Seksualitas
Fundus keras terkontraksi pada garis tengah terletak setinggi umbilicus,
perineum bebas dan kemerahan, edema, ekimosis, striae mungkin pada
abdomen, paha dan payudara.
b. Diagnosa Keperawatan
1) Nyeri melahirkan berhubungan dengan dilatasi serviks
2) Resiko ketidakseimbangan cairan berhubungan dengan pendarahan
3) Ansietas berhubungan dengan acaman terhadap konsep diri
NO DIAGNOSA RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN
KEPERAWATAN
SLKI SIKI RASIONAL

Nyeri melahirkan Setelah dilakukan SIKI : manajemen nyeri Observasi


berhubungan tindakan keperawatan
dengan dilatasi selama 3 x 24 jam Aktivitas Keperawatan: 1. Mengetahui lokasi, karakteristik,
Observasi dan frekuensi nyeri
serviks diharapkan 2. Mengetahui berapa skala nyeri
SLKI : tingkat nyeri 1. Identifikasi lokasi, karakteristik, yang dirasakan
durasi, frekuensi, kualitas, intensitas
Dipertahankan nyeri 3. Untuk mengetahui bagaimana
Ditingkatkan 2. Identifikasi skala nyeri respon nyeri tanpa suara
1. Meningkat 3. Identifikasi respon nyeri non verbal 4. Agar bisa mengetahui faktor
2. Cukup meningkat 4. Identifikasi factor yang memperberat rasa nyeri
3. Sedang memperberat dan memperingan 5. Untuk meningkatkan pengetahuan
4. Cukup menurun nyeri tentang nyeri
5. Menurun 5. Identifikasi pengetahuan dan 6. Mengetahui apakah terapi
keyakinan tentang nyeri komplementer bisa mengatasi
6. Monitor keberhasilan terapi nyeri
Dengan kriteria komplementer yang sudah diberikan 7. Mengetahui apakah ada pengaruh
hasil 7. Monitor efek samping penggunaan dari pemberian analgetik
analgetik
 Keluhan nyeri Terapeutik
 Meringis Terapeutik
 Gelisah 1. Untuk mengurangi rasa nyeri
1. Berikan tehnik norfarmakologis 2. Untuk membantu mengurangi
 Tekanan darah
untuk mengurangi rasa nyeri rasa nyeri
2. Fasilitasi istirahat dan tidur 3. Agar nyeri yg dirasakan pasien
3. Kontrol lingkungan yang bisa berkurang
memperberat rasa nyeri 4. Agar strategi untuk mengurangi
4. Pertimbangkan jenis dan sumber rasa nyeri tepat
nyeri dalam pemilihan strategi Edukasi
meredakan nyeri
1. Agar pasien mentahui faktor
Edukasi penyebab nyeri
1. Jelaskan penyebab, periode dan
2. Agar pasien bisa melakukan
pemicu nyeri pengurangan atau mengatasi nyeri
2. Jelaskan strategi meredakan nyeri
secara mandiri
3. Anjurkan memonitor nyeri secara
3. Agar pasien bsa mengontrol nyeri
mandiri secara mandiri
4. Ajarkan menggunakan analgetik
4. Agar pasien bisa menggunakan
secara tepat oobat penurun nyeri dengan tepat
5. Ajarkan tehnik nonfarmakologis
5. Untuk mengurangi rasa nyeri
untuk mengurangi nyeri
Kolaborasi
Kolaborasi
1. Untuk mengurangi rrasa nyeri
Kolaborasi pemberian analgetik jika pasien
perlu
DIAGNOSA RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN
KEPERAWA
SLKI SIKI RASIONAL
TAN

Ansietas Setelah dilakukan SIKI : reduksi ansietas Observasi


berhubungan tindakan keperawatan
dengan selama 3 x 24 jam Aktivitas Keperawatan: 1. Untuk mengetahui tingkat ansietas
Observasi 2. Agar mengetahui seberapa berat
terhadap diharapkan ansietas
konsep diri SLKI : tingkat Identifikasi saat tingkat ansietas 3. Untuk mengetahui tanda tanda
angsietas berubah ansietas
Dipertahankan
Ditingkatkan Identifikasi kemampuan mengambil Terapeutik
1. Meningkat keputusan
1. Untuk mengurangi rasa ansietas yg
2. Cukup meningkat
3. Sedang Monitor tanda- tanda ansietas dirasakan
4. Cukup menurun 2. Agar kita memahami situasi dan
5. Menurun kondisi
Terapeutik 3. Agar meyakinkan pasien agar bisa
Temani pasien untuk mengurangi mengurangi rasa cemas
Dengan kriteria hasil
kecemasan, jika memungkinkan 4. Supaya pasien percaya dengan kita
 Prilaku gelisah melakukan pendekatan yg tenang
 Prilaku tegang Pahami situasi yang membuat ansietas 5. Agar pasien nyaman dengan apa
 Keluhan pusing
 Frekuensi nadi Dengarkan dengan penuh perhatian yg diberikan
 Tremor 6. Agar pasien ada motivasi dan
 Tekanan darah Gunakan pendekatan yang tanang dan kecemasan bekurang
meyakinkan 7. Agar ada tinfdak lanjut untuk
Tempatkan barang pribadi yang memotifasi pasien
memberikan kenyamanan
Edukasi
Motivasi mengidentivikasi situasi
yang memicu kecemasan 1. Agar pasien memahami procedur
untuk mengurangi ansietas
Diskusikan perencanaan realistis 2. Agar pasien memahami tentang
tentang peristiwa yang akan datang ansietas
3. Untuk memotifasi pasien bila
Edukasi
keluarga selalu dekat klien
Jelaskan prosedur termasuk sensasi 4. Agar rasa cemas yang dirasakan
yang dialami bisa teratasi
5. Untuk mengurangi rasa cemas
Informasikan secarafaktual mengenai 6. Untuk mengurangi rasa cemas
diagnosis, pengobatan dan prognosis dengan teknik nofarmakologis
Anjurkan keluarga untuk tetap
Kolaborasi
bersama klien, jika perlu
1. Untuk mengurangi rasa rasa cemas
Anjurkan melakukan kegiatan yang
tidak kompetitif, sesuai kebutuhan
Latih kegiatan pengalihan perhatian
untuk mengurangi ketegangan

Latih menggunakan mekanisme


koping yang tepat

Latih teknik relaksasi

Kolaborasi

Kolaborasi pemberian obat ansietas


jika perlu

NO DIAGNOSA RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN


KEPERAWATAN SLKI SIKI RASIONAL

Resiko Setelah dilakukan SIKI : manajemen cairan Observasi


ketidakseimbangan tindakan keperawatan
cairan berhubungan selama 1 x 24 jam Aktivitas Keperawatan: 1. Mengetahui apakah pasien
Observasi kekurangan cairan atau tidak
dengan pendarahan diharapkan 2. Agar bisa mengetahui tingkat
SLKI : 1. Monitor status hidrasi misal frek
nadi, kekuatan nadi, akral pengisian kekurangan cairan pasien
keseimbangan kapiler, kelembaban mukosa , 3. Untuk data yg lebih signifikan
cairan turgor kulit dan tekanan darah agar mengetahui pasien
Dipertahankan 2. Monitor berat badan harian kekurangan cairan atau tidak
Ditingkatkan 3. Monitor berat badan sebelum dan 4. Untuk data yg lebih signifikan
sesudah dialisis monitor hasil agar mengetahui pasien
1. Memburuk
laboratorium ( hematokrit, k, na, ci, kekurangan cairan atau tidak
2. Cukup memburuk
berat jenis urin dan lain2)
3. Sedang Terapeutik
4. Monitor status hemodinamik
4. Cukup membaik (MAP, CVP, PAP, PCWP)
5. Membaik 1. Untuk mengetahui tingkat
kekurangan atau kelebihan pasien
Terapeutik 2. Untuk memenuhi tingkat
1. Catat intake output dan infut kekurangan cairan opasien
Dengan kriteria hasil
balance cairan selama 24 jam 3. Untuk menekan agar memenuhi
 Tekanan darah 2. Berikan asupan cairan sesuai kekurangan cairan pasien
 Denyut nadi radial kebutuhan
 Turgor kulit 3. Berikan cairan intravena jika perlu
 Membran mukosa
Kolaborasi Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian deuretik 1. Untuk memenuhi tingkat
kekurangan cairan pasien
DAFTAR PUSTAKA

Depkes.(2008). Pelatihan Klinik Asuhan Persalinan Normal.Jakarta: USAID

FKUI.(2000). Kapita Selekta Kedokteran Jilid 2.Media Aesculapius. Jakarta

Gary dkk. Obstetri Williams,Edisi 21, Jakarta, EGC; 2006.

Mc Closky & Bulechek.(2000).Nursing Intervention Classification (NIC).United


States of America:Mosby.

Meidian, JM. (2000).Nursing Outcomes Classification (NOC).United States of


America:Mosby.

Mitayani.(2009). Asuhan Keperawatan Maternitas. Jakarta: EGC

Wiknjosostro. (2002). Ilmu Kebidanan EdisiIII. Jakarta: Yayasan Bima pustaka


Sarwana Prawirohardjo.

Anda mungkin juga menyukai