Continuous improvement
Sebelum lanjut alangkah baiknya kita mengetahui apa itu benchmarking dan total quality saya
ringkas secara singkat saja
Yang pertama benchmarkng
Pengertian Benchmarking
Benchmarking adalah suatu proses mengidentifikasikan “praktek terbaik” terhadap dua produk
dan proses produksinya hingga produk tersebut dikirimkan.
Benchmarking dalam bahasa Indonesia sering disebut dengan Tolak Ukur atau Patokan.
Tujuan utama dari Benchmarking adalah untuk memahami dan mengevaluasi proses
ataupun produk saat ini sehingga menemukan cara atau “Praktek Terbaik” untuk meningkatkan
proses maupun kualitas produk.
Penurunan kualitas tidak dapat dibenarkan dengan kemampuan untuk melakukan sesuatu lebih
cepat atau murah. Untuk menjaga standar kualitas namun juga menghemat waktu dan biaya,
perusahaan mencari cara kerja yang Lean, termasuk juga continuous improvement.
Dengan memperhatikan best practice dalam continuous improvement, perusahaan dapat mencari
cara untuk melanjutkan usaha sebagaimana biasanya sambil turut menganalisa peluang
perbaikan.
Untuk perusahaan yang timnya tak dapat mempraktekkan continuous improvement pada
pekerjaan sehari-harinya, cara terbaik yang bisa ditempuh untuk mempopulerkan konsep ini
adalah dengan mengadakan kegiatan continuous improvement, atau yang dikenal juga dengan
Rapid Improvement events atau Value Stream Mapping.
Selain itu, bisa dilakukan juga Kaizen Event. Kegiatan ini dapat berlangsung selama 1-5 hari,
tergantung kedalaman dan luasnya cakupan topik, dan anggota tim biasanya diberikan daftar hal
yang harus dilakukan untuk mendukung berjalannya proses baru dalam organisasi dan
memerlukan lebih sedikit waktu untuk melakukannya.
Banyak perusahaan yang telah mengadopsi teknik perbaikan Lean sebagai standard di mana
semua project dan pekerjaan dijalankan. Continuous improvement membantu perusahaan
menghemat biaya dengan mengidentifikasi ketidakefisienan dalam suatu project team yang
terdiri dari banyak lapisan manajemen atau tim produksi yang setiap pergerakannya memiliki
nilai.
2. Pengumpulan data
Kumpulkan data terkait masalah yang akan diselesaikan. Data yang dikumpulkan harus jelas dan
valid.
Selain metode Fishbone Diagram, pendekatan 5-Why juga dapat menjadi pilihan untuk
mengurutkan akar masalah. Dengan mengumpulkan orang-orang yang relevan dan memiliki
semangat perbaikan, tanyakan 5 mengapa suatu masalah bisa terjadi.
5. Menjalankan solusi
Terapkan solusi di lokasi atau tempat sesuai dengan data yang ada. Kemudian melakukan
pengukuran hasilnya berdasarkan periode data awal, misal 1 minggu, 1 bulan atau 3 bulan.
7. Standarisasi
Buat standarisasi berupa SOP apabila hasil yang ditargetkan tercapai.
Activity-Based Costing
Sistem activity-based costing (ABC) adalah metode akuntansi yang dapat Anda gunakan untuk
mencari total biaya aktivitas yang diperlukan untuk membuat suatu produk.
Biasanya digunakan untuk meningkatkan akurasi analisis biaya dengan memperbaiki cara
penelusuran biaya ke objek biaya
Sistem ABC menetapkan biaya untuk setiap aktivitas yang masuk ke produksi, seperti pekerja
yang menguji suatu produk.
Dengan kata lain, ABC adalah pendekatan penentuan biaya produk yang membebankan biaya ke
produk atau jasa berdasarkan konsumsi sumber daya yang disebabkan karena aktivitas.
Serangkaian aktivitas tentu saja menggunakan sumber daya yang menyebabkan timbulnya biaya.
Jadi, sumber daya dibebankan ke aktivitas, kemudian aktivitas di bebankan ke objek biaya
berdasarkan penggunaannya.
• Untuk memberikan akurasi yang lebih tinggi dalam penghitungan biaya produk dan layanan
dibandingkan dengan sistem penetapan biaya tradisional, karena semua produk tidak diproduksi
secara merata dan beberapa produk diproduksi dalam jumlah besar dan beberapa dalam jumlah
kecil, sehingga biaya overhead produksi telah meningkat secara signifikan dan tidak lagi
berkorelasi dengan jam kerja mesin produktif atau jam kerja langsung.
• Untuk memahami biaya produk dan pelanggan.
• Untuk memahami profitabilitas berdasarkan proses produksi atau pelaksanaan.
• Untuk memiliki analisis terstruktur sehubungan dengan proses yang kompleks.
• Untuk menyediakan banyak informasi kepada manajemen untuk membantu dalam pengambilan
keputusan.
• Menghilangkan aktivitas yang tidak menambah nilai karena keragaman produk.
• Untuk meningkatkan aktivitas nilai tambah karena keragaman permintaan pelanggan
berkembang pesat.
• Meningkatkan jumlah kumpulan biaya yang digunakan untuk mengakumulasi biaya overhead.
Jumlah nilai tergantung pada biaya kegiatan produksi. Jadi, alih-alih mengumpulkan biaya
overhead-dalam satu kumpulan perusahaan atau kumpulan departemen, biaya diakumulasikan
oleh aktivitas.
• Membebankan biaya overhead untuk pekerjaan atau produk yang berbeda sebanding dengan
biaya aktivitas dalam bisnis berdasarkan biaya tenaga kerja langsung atau jam langsung atau jam
mesin.
• Meningkatkan keterlacakan biaya overhead yang menghasilkan data biaya unit yang lebih
akurat untuk manajemen.
• Identifikasi biaya selama aktivitas dan penyebabnya tidak hanya membantu dalam perhitungan
biaya yang lebih akurat dari suatu produk atau pekerjaan tetapi juga menghilangkan aktivitas
non-nilai tambah. Penghapusan aktivitas non-nilai tambah akan menurunkan biaya produk.
Tujuan penting dari ABM adalah untuk mengidentifikasi dan menghilangkan aktivitas dan biaya
tak bernilai tambah. Aktivitas yang tidak bemilai tambah adalah operasi yang tidak perlu dan
tidak penting, perlu tapi tidak efisien dan tidak dapat dikembangkan. Biaya yang tidak bernilai
tambah adalah hasil dari beberapa aktivitas. Dari beberapa aktivitas yang bisa dihilangkan tanpa
menodai kualitas produk, daya guna, dan nilai yang dirasakan.