Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ...........................................................................................i
DAFTAR ISI ........................................................................................................ ii
BAB I PENDAHULUAN ..................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang...................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ................................................................................ 1
1.3 Tujuan Penelitian .................................................................................. 1
1.4 Manfaat Penelitian ................................................................................ 1
BAB II ISI
2.1 Tinjauan Pustaka .................................................................................. 2
2.2 Metode .................................................................................................. 3
BAB III PEMBAHASAN
BAB IV PENUTUP
4.1 Simpulan ............................................................................................... 6
4.2 Saran ..................................................................................................... 6
DAFTAR PUSTAKA
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Keberagaman suku, budaya,ras, warna kulit dan bahasa bisa menjadi
hambatan dalam pelaksanaan konseling apabila konselor tidak mempunyai
kemampuan yang cukup dalam mengolah dan mengendalikan layanan untuk
konseli dengan latar belakang berbeda. Kendala dalam berbahasa sering
menjadikan proses konseling tidak terlaksana dengan efektif karena
komunikasi merupakan media utama dalam melakukan layanan konseling
baik individu maupun kelompok. Konselingkelompok yang memanfaatkan
kohesivitas sebagai kekuatan dalam kelompok akan terbentuk dengan baik
melalui komunikasi yang efektif, dengan kohesivitas para anggotakelompok
akan saling menerima, mendukung, serta tercipta kebermaknaan dalam
konseling kelompok.
Keterampilan konseling hampir seluruhnya melibatkan keterampilan
komunikasi konselor. Hal ini di sesuai dengan yang dinyatakan oleh Geldard
& Geldard (2005) bahwa dalam penyelenggaraan praktik layanan konseling,
konselor mengandalkan beberapa keterampilan yang salah satunya adalah
keterampilan komunikasi sebagai keterampilan mikro konseling.
1
BAB II
ISI
2.1 Tinjauan Pustaka
A. Pengertian Komunikasi
Kata komunikasi merupakan terjemahan Bahasa Inggris Communication
Communication yang berasal dari Bahasa Latin communication yang berarti
“pemberitahuan atau pertukaran pikiran”. Communication adalah bentukan
dari kata communis yang berarti “sama/adanyakesamaan arti antara orang-
orang yang saling berhubungan ”(Enjang A.S., 2009:13). Kata komunikasi
dalam Bahasa Indonesia diartikan dengan “perhubungan” (Poerwadarminta,
1976:518). Beberapa tokoh mendefinisikan istilah komunikasi secara
beragam. Martin P. Anderson mengartikannya sebagai suatu proses yang
dinamis dalam merespon setiap situasi secara keseluruhan, yang melalui nya
kita dapat memahami dan dipahami orang lain. Berelson dan Steiner
mendefinisikan komunikasi sebagai pengoperan informasi, gagasan, emosi,
keterampilan, dll. dengan menggunakan simbol, gambar, ataukata. Dalam
komunikasi terjadi proses penyampaian pesan /ide /gagasan dari sumber
kepada penerima dalam bentuk perilaku tertentu agar terjadi saling
mempengaruhi di antarakeduanya(Enjang A.S., 2009:13 ;Mashudi,
2012:103). Definisi di atas membawa pada pemahaman bahwa komunikasi
adalah proses penyampaian pesan menggunakan simbol tertentu
yangberlangsung secara dinamis untuk dapat saling memahami dan
mengerti satu sama lain.
B. Pengertian Komunikasi Antar Budaya
Andrea L. Rich dan Dennis M.Ogawa menyatakan bahwa“Komunikasi
antar budaya adalah komunikasi antara orang-orang yang berbeda
kebudayaan, misalnyaantar suku bangsa, antar etnik, ras dan antar kelas
sosial” (Hadiono, 2016). Dengan kata lain komunikasi antar budaya akan
terjadi jika seseorang berinteraksi dengan orang lain yang memiliki suku,
etnik, ras dan kelas sosial yang berbeda dengan dirinya. Budaya yang
dimiliki seseorang akan mempengaruhi komunikasi verbal dan nonverbal
yang ia tunjukkan.
Penelitian telah membuktikanbahwa sebagian besar pesan yang terjadi
dalam komunikasi disampaikan secara nonverbal; sehingga saluran
nonverbal sebenarnya lebih penting dalam memahami makna dan terutama
keadaan emosional dari pembicara (Friedman, 1978; Sue & Sue, 2008).
Namun penelitian lain juga menunjukkan bahwa kebanyakan orang secara
sadar memperhatikan bahasa verbal, bukan perilaku nonverbal, ketika
berinteraksi dengan dan menilai orang lain (O'Sullivan, Ekman, Friesen, &
Scherer , 1985; Sue & Sue, 2008). Pengaruh budaya pada komunikasi
nonverbal sangat penting untuk diperhatikan sebagai isyarat dalam
komunikasi. Dikutip dari Matsumoto (2013) bahwa budaya sangat
mempengaruhi komunikasinonverbal, seperti: (1) gestur yang biasanya
digunakan untuk memberi penegasan terhadap apa yang disampaikan
secara verbal; (2) tatapan, sering digunakan sebagai tanda penghargaan
nonverbal; (3) suara, menyampaikan banyak pesanyang berbeda; (4) ruang
antarpribadi dan sentuhan (proxemik), untuk menyampaikan makna verbal
tanpa kata-kata sebagai isyarat simbolikatau lambang.
Mastumoto (2013) juga menjelaskan akuisi budaya secara bahasa
(verbal) dapat mempengaruhi penguasaan bahasa dari tahap yang sangat
awal, membantu pembentukan fonem dan morfem bahasa serta penciptaan
kata-kata. Budaya memberikan aturan-aturan dengan kata-kata apa yang
dikatakan (fonologi), dan dirangkai untuk membentuk pernyataan yang
bermakna (sintaksis dan tata bahasa). Budaya juga menyediakan aturan
yang dengannya makna berasal darikata-kata dan pernyataan (semantik),
kemudian aturan yang digunakan bahasa dalam konteks sosial yang berbeda
(pragmatik).
Dari penjelasan yang telah dipaparkan di atas, dapat diketahui
betapa pemahaman komunikasi antar budaya sangat dibutuhkan konselor.
Budaya manusia adalah makna unik dan sistem informasi dari hasil lintas
generasi. Semua konseli memiliki budaya berbeda-beda yangmengakuisi
bahasa verbal dan nonverbal yang unik pada tiap diri mereka sehingga dapat
disimpulkan bahwa dalam proses konseling terjadi percampuran dua
budaya yang mana seorang konselor harus memiliki pengetahuan terharap
keberagaman budaya yang ada.
2.2 Metode
7
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa budaya dan komunikasi
menjadi salah satu hal pokok yangberpengaruh dalam pembentukan
kebiasaan, karakteristik, dan nilai diri konseli. Teknik verbal berupa sapaan,
ajakan untuk memulai berbicara, penggunaan respon minimal, permintaan
singkat untuk melanjutkan, refleksi pikiran dan perasaan, dan klarifikasi isi
pikiran dan perasaan serta teknik non verbal berupa postur tubuh, ekspresi
wajah, kontak mata, paralaguage, gerakan tangan, dan sentuhan dalam
keterampilan komunikasi konseling yang peka terhadap aspek budaya dan
agama membantu konselor untuk dapat memahami konseli sesuai
pengetahuan subjektif konseli menurut nilai-nilai yang dianutnya.
4.2 Saran
Laporan mini riset ini masih jauh dari kata sempurna, maka dari itu penulis
mengharapkan kritik dan saran dari pembaca agar makalah selanjutkan
menjadi lebih baik. Semoga isi makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca
khususnya mahasiswa program studi bimbingan dan konseling.
8
DAFTAR PUSTAKA
Arifin, H. S., Fuady, I., & Kuswarno, E. (2017). Factor Analysis That Effect
University Student Perception in Untirta About Existence of Region. Jurnal
Penelitian Komunikasi Dan Opini Publik, 21(1), 88–101.