Anda di halaman 1dari 10

MINI RESEARCH

INTONASI SUARA SUKU BATAK DALAM KONSELING


MULTIBUDAYA

Dosen Pengampu Mata Kuliah Konseling Multibudaya :


1. Dr. Nur’aini, M.S
2. Miswanto, M.Pd

Disusun oleh Kelompok 6 :


Aulia Huwaidah (1910631120017)
Okta Malinda (06071281823019)

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING


FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
2021
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat rahmat dan
karunia-Nya sehingga makalah ini dapat diselesaikan. Dalam makalah ini penulis
membahas mengenai “Mini Research Komunikasi dan Budaya dalam Konseling
Multibudaya”. Penulisan dalam tugas ini dimaksudkan untuk memenuhi tugas
mata kuliah Konseling Multibudaya. Pada kesempatan ini, saya juga
mengucapkan terima kasih kepada Ibu Dr. Nur'aini M.S dan Bapak Miswanto, S.
Pd., M. Pd., selaku dosen mata kuliah Konseling Multibudaya yang telah
memberikan tugas ini untuk memberikan penulis edukasi secara mandiri.

Penulis sadar, di dalam penulisan tugas ini masih terdapat banyak


kekurangan. Oleh karena itu penulis berharap adanya kritik maupun saran dari
pembaca, dimana kritik tersebut ditujukan untuk dapat membangun
penyempurnaan penulisan makalah selanjutnya. Demikian pengantar ini penulis
sampaikan semoga makalah ini dapat memberi dan menambah pengetahuan bagi
pembaca.

Indonesia, 16 Mei 2021

Penulis

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ...........................................................................................i
DAFTAR ISI ........................................................................................................ ii
BAB I PENDAHULUAN ..................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang...................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ................................................................................ 1
1.3 Tujuan Penelitian .................................................................................. 1
1.4 Manfaat Penelitian ................................................................................ 1
BAB II ISI
2.1 Tinjauan Pustaka .................................................................................. 2
2.2 Metode .................................................................................................. 3
BAB III PEMBAHASAN
BAB IV PENUTUP
4.1 Simpulan ............................................................................................... 6
4.2 Saran ..................................................................................................... 6
DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Keberagaman suku, budaya,ras, warna kulit dan bahasa bisa menjadi
hambatan dalam pelaksanaan konseling apabila konselor tidak mempunyai
kemampuan yang cukup dalam mengolah dan mengendalikan layanan untuk
konseli dengan latar belakang berbeda. Kendala dalam berbahasa sering
menjadikan proses konseling tidak terlaksana dengan efektif karena
komunikasi merupakan media utama dalam melakukan layanan konseling
baik individu maupun kelompok. Konselingkelompok yang memanfaatkan
kohesivitas sebagai kekuatan dalam kelompok akan terbentuk dengan baik
melalui komunikasi yang efektif, dengan kohesivitas para anggotakelompok
akan saling menerima, mendukung, serta tercipta kebermaknaan dalam
konseling kelompok.
Keterampilan konseling hampir seluruhnya melibatkan keterampilan
komunikasi konselor. Hal ini di sesuai dengan yang dinyatakan oleh Geldard
& Geldard (2005) bahwa dalam penyelenggaraan praktik layanan konseling,
konselor mengandalkan beberapa keterampilan yang salah satunya adalah
keterampilan komunikasi sebagai keterampilan mikro konseling.

1.2 Tujuan Penelitian


Penelitian ini dilakukan dalam rangka memenuhi tugas mata kuliah
Konseling Multibudaya serta bertujuan untuk mengetahui bagaimana
keterkaitan antara komunikasi dan budaya dalam konseling multibudaya, juga
melatih penulis dalam membuat mini research.

1.3 Manfaat Penelitian


Dapat menjadi referensi bagi penulis di masa yang akan datang dan
juga menjadi ilmu dan pembelajaran bagi kami sebagai penulis dalam
memahami perilakupersepsi di dalam konseling multibudaya tersebut.

1
BAB II
ISI
2.1 Tinjauan Pustaka
A. Pengertian Komunikasi
Kata komunikasi merupakan terjemahan Bahasa Inggris Communication
Communication yang berasal dari Bahasa Latin communication yang berarti
“pemberitahuan atau pertukaran pikiran”. Communication adalah bentukan
dari kata communis yang berarti “sama/adanyakesamaan arti antara orang-
orang yang saling berhubungan ”(Enjang A.S., 2009:13). Kata komunikasi
dalam Bahasa Indonesia diartikan dengan “perhubungan” (Poerwadarminta,
1976:518). Beberapa tokoh mendefinisikan istilah komunikasi secara
beragam. Martin P. Anderson mengartikannya sebagai suatu proses yang
dinamis dalam merespon setiap situasi secara keseluruhan, yang melalui nya
kita dapat memahami dan dipahami orang lain. Berelson dan Steiner
mendefinisikan komunikasi sebagai pengoperan informasi, gagasan, emosi,
keterampilan, dll. dengan menggunakan simbol, gambar, ataukata. Dalam
komunikasi terjadi proses penyampaian pesan /ide /gagasan dari sumber
kepada penerima dalam bentuk perilaku tertentu agar terjadi saling
mempengaruhi di antarakeduanya(Enjang A.S., 2009:13 ;Mashudi,
2012:103). Definisi di atas membawa pada pemahaman bahwa komunikasi
adalah proses penyampaian pesan menggunakan simbol tertentu
yangberlangsung secara dinamis untuk dapat saling memahami dan
mengerti satu sama lain.
B. Pengertian Komunikasi Antar Budaya
Andrea L. Rich dan Dennis M.Ogawa menyatakan bahwa“Komunikasi
antar budaya adalah komunikasi antara orang-orang yang berbeda
kebudayaan, misalnyaantar suku bangsa, antar etnik, ras dan antar kelas
sosial” (Hadiono, 2016). Dengan kata lain komunikasi antar budaya akan
terjadi jika seseorang berinteraksi dengan orang lain yang memiliki suku,
etnik, ras dan kelas sosial yang berbeda dengan dirinya. Budaya yang
dimiliki seseorang akan mempengaruhi komunikasi verbal dan nonverbal
yang ia tunjukkan.
Penelitian telah membuktikanbahwa sebagian besar pesan yang terjadi
dalam komunikasi disampaikan secara nonverbal; sehingga saluran
nonverbal sebenarnya lebih penting dalam memahami makna dan terutama
keadaan emosional dari pembicara (Friedman, 1978; Sue & Sue, 2008).
Namun penelitian lain juga menunjukkan bahwa kebanyakan orang secara
sadar memperhatikan bahasa verbal, bukan perilaku nonverbal, ketika
berinteraksi dengan dan menilai orang lain (O'Sullivan, Ekman, Friesen, &
Scherer , 1985; Sue & Sue, 2008). Pengaruh budaya pada komunikasi
nonverbal sangat penting untuk diperhatikan sebagai isyarat dalam
komunikasi. Dikutip dari Matsumoto (2013) bahwa budaya sangat
mempengaruhi komunikasinonverbal, seperti: (1) gestur yang biasanya
digunakan untuk memberi penegasan terhadap apa yang disampaikan
secara verbal; (2) tatapan, sering digunakan sebagai tanda penghargaan
nonverbal; (3) suara, menyampaikan banyak pesanyang berbeda; (4) ruang
antarpribadi dan sentuhan (proxemik), untuk menyampaikan makna verbal
tanpa kata-kata sebagai isyarat simbolikatau lambang.
Mastumoto (2013) juga menjelaskan akuisi budaya secara bahasa
(verbal) dapat mempengaruhi penguasaan bahasa dari tahap yang sangat
awal, membantu pembentukan fonem dan morfem bahasa serta penciptaan
kata-kata. Budaya memberikan aturan-aturan dengan kata-kata apa yang
dikatakan (fonologi), dan dirangkai untuk membentuk pernyataan yang
bermakna (sintaksis dan tata bahasa). Budaya juga menyediakan aturan
yang dengannya makna berasal darikata-kata dan pernyataan (semantik),
kemudian aturan yang digunakan bahasa dalam konteks sosial yang berbeda
(pragmatik).
Dari penjelasan yang telah dipaparkan di atas, dapat diketahui
betapa pemahaman komunikasi antar budaya sangat dibutuhkan konselor.
Budaya manusia adalah makna unik dan sistem informasi dari hasil lintas
generasi. Semua konseli memiliki budaya berbeda-beda yangmengakuisi
bahasa verbal dan nonverbal yang unik pada tiap diri mereka sehingga dapat
disimpulkan bahwa dalam proses konseling terjadi percampuran dua
budaya yang mana seorang konselor harus memiliki pengetahuan terharap
keberagaman budaya yang ada.

2.2 Metode

Metode yang digunakan di dalam penelitian ini adalah metode kualitatif


dengan teknik pengumpulan data observasi. Observasi dilakukan dengan
mengamati komunikasi seseorang dengan perbedaan latar belakang
kebudayaan yang terjadi di lingkungan sekitar. Alasan menggunakan metode
penelitian kualitatif adalah sebuah fenomena yang kompleks dapat di
akomodasi dengan menggunakan metode yang terbuka.
BAB III
PEMBAHASAN
Setelah dilakukan penelitian terdapat salah seorang yang merupakan suku
Batak yang memiliki sifat kasar dan keras karena mulai dari cara bicara yang
kasar, intonasi yang tinggi, dan volume suara yang cukup besar. Sementara
lingkungannya dengan latar belakang suku Jawa adalah orang dengan suara yang
lemah-lembut,cara bicara yang halus, intonasi yang rendah, dan suara yang tidak
terlalu besar.
Setiap manusia adalahmakhluk yang dibentuk berdasarkan budaya, tidak bisa
dipungkiri bahwa pemikiran, sikap dan sifat adalah hasil dari budaya yang
diperoleh. Maka konselor dituntut untuk mampu memahami ragam budaya
konseli.Hal ini sesuai dengan pernyataan olehSuhartiwi dan Musifuddin (2013),
bahwa seorang konselor lintas budaya tidak hanya membawa pemahaman dan
stereotipnya sendiri dalampelayanan konseling lintas budaya, karena konseli yang
akan diberikan layanan konseling juga besar dan tumbuh dalam kultur yang
bervariatif. Dari pendapat tersebut bisa dikatakan bahwa konselor yang
menyelenggarakan praktik konseling multikultural memilikitanggungjawab dan
dedikasi yang tinggi pada profesinya dalam melayanai konseli sesuai dengan
perbedaan karakteristik yang dimiliki oleh masing-masing konseli denganvariasi
pembentukan budaya.

7
BAB IV

PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa budaya dan komunikasi
menjadi salah satu hal pokok yangberpengaruh dalam pembentukan
kebiasaan, karakteristik, dan nilai diri konseli. Teknik verbal berupa sapaan,
ajakan untuk memulai berbicara, penggunaan respon minimal, permintaan
singkat untuk melanjutkan, refleksi pikiran dan perasaan, dan klarifikasi isi
pikiran dan perasaan serta teknik non verbal berupa postur tubuh, ekspresi
wajah, kontak mata, paralaguage, gerakan tangan, dan sentuhan dalam
keterampilan komunikasi konseling yang peka terhadap aspek budaya dan
agama membantu konselor untuk dapat memahami konseli sesuai
pengetahuan subjektif konseli menurut nilai-nilai yang dianutnya.

4.2 Saran
Laporan mini riset ini masih jauh dari kata sempurna, maka dari itu penulis
mengharapkan kritik dan saran dari pembaca agar makalah selanjutkan
menjadi lebih baik. Semoga isi makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca
khususnya mahasiswa program studi bimbingan dan konseling.

8
DAFTAR PUSTAKA

Arifin, H. S., Fuady, I., & Kuswarno, E. (2017). Factor Analysis That Effect
University Student Perception in Untirta About Existence of Region. Jurnal
Penelitian Komunikasi Dan Opini Publik, 21(1), 88–101.

Littlejohn,Stephen W. dan Foss,Karen A., 2005, Theories of Human


Communication, ed.ke-8, Canada : Wadsworth.

Mashudi, Farid, 2012, Psikologi Konseling, cet. ke-2, Yogyakarta:IRCiSoD.


Syahril. (2018). Konseling Lintas Budaya dalam Perspektif Budaya Indonesia.
Psikologi, 04(01), 76–86.

Anda mungkin juga menyukai