Anda di halaman 1dari 125

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN JIWA PADA TN. A


DENGAN GANGGUAN PERSEPSI SENSORI : HALUSINASI

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Praktek Profesi Ners


Stase Keperawatan Jiwa

Oleh:
Ahmad Sudika Sanusi
211030230293

Pembimbing :
Ns. Dewi Fitriani, M.Kep

PROGRAM PROFESI NERS KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN WIDYA DHARMA
HUSADA TANGERANG SELATAN
2022
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Gangguan Persepsi Sensori : Halusinasi

2.1.1 Pengertian

Halusinasi adalah suatu keadaan hilangnya kemampuan individu dalam

membedakan antara rangsangan internal (pikiran) dan rangsangan eksternal

(dunia luar) (Abdul muhith, 2015). Halusinasi merupakan gangguan atau

perubahan persepsi dimana pasien mempersepsikan sesuatu yang sebenarnya

tidak terjadi (Prabowo, 2014). Halusinasi adalah salah satu gejala gangguan jiwa

dimana klien mengalami perubahan sensori persepsi : merasakan sensori palsu

berupa suara, penglihatan, pengecapan, perabaan atau penghidu ( Direja, 2011).

Halusinasi adalah gangguan persepsi sensori tentang suatu objek atau gambaran

dan pikiran yang sering terjadi tanpa adanya rangsangan dari luar yang dapat

meliputi semua sistem penginderaan ( Dalami, dkk, 2014).

Berdasarkan beberapa pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa halusinasi

adalah suatu gangguan persepsi sensori tentang suatu objek atau gambaran dan

pikiran yang sering terjadi tanpa adanya rangsangan dari luar yang dapat

meliputi semua sistem penginderaan.


2.1.2 Jenis-jenis Halusinasi

Stuart dan Laraia (2011) membagi halusinasi menjadi 5 jenis halusinasi yang

meliputi : halusinasi pendengaran (auditory), halusinasi penglihatan (visual),

halusinasi pengecapan (gustatory), halusinasi perabaan (tactile), halusinasi

penghidu (olfactory).

1. Halusinasi Pendengaran

Halusinasi pendengaran adalah mendengar suara-suara atau kebisingan,

paling sering suara orang, suara berbentuk kebisingan yang kurang keras

sampai kata-kata yang jelas berbicara tentang klien, bahkan sampai

percakapan lengkap antara dua orang atau lebih.

2. Halusinasi Penglihatan

Halusinasi penglihatan adalah stimulus dalam bentuk kelihatan cahaya,

gambaran geometris, gambaran kartun, bayangan yang rumit dan kompleks.

Bayangan bisa menyenangkan atau menakutkan seperti melihat monster.

3. Halusinasi Penghidu

Halusinasi penghiduan adalah menghirup bau-bauan tertentu seperti bau

darah, bau urin, atau bau feses, umumnya bau-bauan yang tidak

menyenangkan. Halusinasi penghidu sering akibat dari stroke, tumor, kejang

atau dimensia.

4. Halusinasi Pengecapan

Halusinasi pengecapan adalah merasa mengecap sesuatu seperti darah, urin

atau feses.
5. Halusinasi Perabaan

Halusinasi perabaan adalah mengalami nyeri atau tidak nyamanan tanpa

stimulus yang jelas.

2.1.3 Fase-Fase Halusinasi

Halusinasi yang dialami klien bisa berbeda intensitas dan tingkat keparahannya.

Menurut Stuart dan Laraia, (2011) membagi fase –fase halusinasi dalam 4 fase

berdasarkan tingkat ansietas atau kecemasan yang dialami dan kemampuan klien

mengendalikan dirinya. Semakin berat mengalami ansietas atau kecemasan dan

makin dikendalikan oleh halusinasinya.

Tabel 2.1 Fase-fase halusinasi (Stuart dan Laraia, 2011)

Fase Halusinasi Karakteristik Perilaku Klien


Fase 1 : Comforting. Klien mengalami 1. Tersenyum atau
Ansietas sedang, Halusinasi perasaan yang tertawa yang tidak
menyenangkan mendalam seperti sesuai.
ansietas, kesepian, 2. Menggerakkan
rasa bersalah, takut bibir tanpa
sehingga mencoba suara.
untuk berfokus pada 3. Pergerakan mata
fikiran menyenangkan yang cepat.
untuk meredakan 4. Respon verbal
ansietasnya. Individu yang lambat jika
dapat mengenali sedang asyik.
bahwa fikiran –fikiran 5. Diam dan asyik
dan pengalaman sendiri.
sensori berada dalam
kendali kesadaran jika
ansietas dapat
dikendalikan.
NON PSIKOTIK
Fase II : Condemning 1. Pengalaman 1. Meningkatnya
Ansietas berat. Halusinasi sensori yang tanda –tanda
menjadi menjijikan. menjijikan dan sistem syaraf
menakutkan. otonom akibat
2. Klien mulai lepas ansietas seperti
kendali dan peningkatan
mungkin mencoba denyut jantung,
untuk mengambil pernafasan dan
jarak dirinya tekanan darah.
dengan sumber 2. Rentang perhatian
yang di menyempit.
persepsikan. 3. Asyik dengan
3. Klien mungkin pengalaman
mengalami sensori dan
dipermalukan kehilangan
oleh pengalaman kemampuan
sensori dan membedakan
menarik diri dari antara halusinasi
orang lain. dengan realita.
4. Mulai merasa 4. Menyalahkan.
kehilangan 5. Menarik diri dari
kontrol. orang lain.
5. Tingkat 6. Konsentrasi
kecemasan berat, terhadap
secara umum pengalaman
halusinasi sensori kerja
menyebabkan
perasaan antipati.
PSIKOTIK
RINGAN
Fase III : Controliing. 1. Klien berhenti 1. Kemauan yang
Ansietas berat. Pengalaman melakukan dikendalikan
sensori menjadi berkuasa. perlawanan halusinasi akan
terhadap lebih diikuti.
halusinasi dan 2. Kesukaran
menyerah pada berhubungan
halusinasi dengan orang
tersebut. lain.
2. Isi halusinasi 3. Rentang perhatian
menjadi menarik. hanya beberapa
3. Klien mungkin detik atau menit.
mengalami 4. Adanya tanda –
pengalaman tanda fisik
kesepian jika ansietas berat :
sensori halusinasi berkeringat,
berhenti. termor atau
PSIKOTIK gemetar, dan
tidak mampu
mematuhi
perintah.
5. Isi halusinasi
menjadi atraktif.
6. Perintah
halusinasi ditaati.
7. Tidak mampu
mengikuti
perintah dari
perawat.
Fase IV : 1. Pengalaman 1. Perilaku eror
Conquering.Panik.Umumnya sensori menjadi akibat panik.
menjadi melebur dalam mengancam jika 2. Potensi kuat
halusinasinya. klien mengikuti suicide atau
perintah homicide.
halusinasinya. 3. Aktifitas fisik
2. Halusinasinya merefleksikan isi
berakhir dari halusinasi seperti
beberapa jam perilaku
atau hari jika kekerasan ,
tidak ada agitasi, menarik
intervensi diri, atau
therapeutic. katatonik.
4. Tidak mampu
PSIKOTIK BERAT
Merespon
perintah yang
kompleks.
5. Tidak mampu
merespon lebih
dari satu orang.
6. Agitasi atau
katatonik.

2.1.4 Rentang Respon

Menurut Stuart dan Laraia (2011) halusinasi merupakan salah satu respon

maladaptif individu yang berada dalan rentang respon neurobiologis. Ini

merupakan respon persepsi paling maladaptif. Jika klien sehat, persepsinya

akurat mampu mengidentifikasi dan menginterpretasikan stimulus berdasarkan

informasi yang diterima melalui pancaindra (pendengaran, penglihatan,

penghidu, pengecapan, perabaan), klien dengan halusinasi mempersepsikan

suatu stimulus panca indra walaupun sebenarnya stimulus tersebut tidak ada.
Rentang respon tersebut dapat digambarkan seperti dibawah ini ( Muhith, 2015 )

Respon Adaptif Respon Maladaptif

1. Pikiran logis 1. Distorsi 1. Gangguan


2. Persepsi akurat pikiran ilusi pikir/delusi
3. Emosi konsisten 2. Reaksi 2. Halusinasi
Dengan pengalaman emosi 3. Sulit merespon
4. Perilaku sesuai berlebihan emosi
5. Berhubungan 3. Perilaku 4. Perilaku
sosial aneh atau disorganisasi
tidak biasa 5. Isolasi sosial
4. Menarik diri

Gambar 2.1 Rentang respon halusinasi

Sumber : Muhith, 2015

Keterangan :

a. Respon adaptif adalah respon yang dapat diterima oleh norma-norma sosial

budaya yang berlaku. Dengan kata lain individu tersebut dalam batas normal

jika menghadapi suatu akan dapat memecahkan masalah tersebut.

Respon adaptif meliputi :

1) Pikiran logis adalah pandangan yang mengarah pada kenyataan

2) Persepsi akurat adalah pandangan yang tepat pada kenyataan

3) Emosi konsisten dengan pengalaman yaitu perasaan yang

timbul dari pengalaman ahli.


4) Perilaku sesuai adalah sikap dan tingkah laku yang masih dalam

batas kewajaran.

5) Hubungan sosial adalah proses suatu interaksi dengan orang lain

dan lingkungan.

b. Respon psikososial meliputi :

1) Proses pikir terganggu yang menimbulkan gangguan

2) Ilusi adalah miss interprestasi atau penilaian yang salah tentang yang

benar-benar terjadi (objek nyata) karena gangguan panca indra

3) Emosi berlebihan atau kurang

4) Perilaku tidak biasa adalah sikap dan tingkah laku yang melebihi batas

untuk menghindari interaksi dengan orang lain

5) Menarik diri adalah percobaan untuk menghindari interkasi

dengan orang lain, menghindari hubungan dengan orang lain

c. Respon maladaptif adalah respon indikasi dalam menyelesaikan masalah yang

menyimpang dari norma-norma sosial dan budaya dan lingkungan, adapun

respon maladaptif ini meliputi :

1) Kelainan pikiran adalah keyakinan yang secara kokoh dipertahankan

walaupun tidak diyakini oleh orang lain dan bertentangan dengan

kenyataan sosial.

2) Halusinasi merupakan persepsi sensori yang salah atau persepsi eksternal

yang tidak realita atau tidak ada.

3) Kerusakan proses emosi adalah perubahan sesuatu yang timbul dari hati

4) Perilaku tak terorganisir merupakan perilaku yang tidak teratur


5) Isolasi sosial adalah kondisi kesendirian yang dialami oleh individu dan

diterima sebagai ketentuan oleh orang lain dan sebagai suatu kecelakaan

yang negatif mengancam.

2.1.5 Proses Terjadinya Halusinasi

Halusinasi dipengaruhi oleh faktor (Stuart dan Laraia, 2011), dibawah ini antara

lain :

a. Faktor Predisposisi

Adalah faktor resiko yang mempengaruhi jenis dan jumlah sumber yang

dapat di bangkitkan oleh individu untuk mengatasi stress. Diperoleh baik

dari klien maupun keluarganya, mengenai faktor perkembangan sosial

kultural, biokimia, psikologis, dan genetik. Beberapa faktor predisposisi

yang berkontribusi pada munculnya respon neurobiology seperti pada

halusinasi antara lain :

1. Faktor Genetik.

Telah diketahui bahwa secara genetik skizofrenia diturunkan melalui

kromosom–kromosom tertentu. Namun demikian, kromosom yang

keberapa yang menjadi faktor penentu gangguan ini sampai sekarang

masih dalam tahap penelitian. Anak kembar identik memiliki

kemungkinan mengalami skizofrenia sebesar 50 % jika salah satunya

mengalami skizofrenia, sementara dizygote peluangnya sebesar 15%.

Seorang anak yang salah satunya orang tuanya mengalami skizofrenia

berpeluang 15% mengalami skizofrenia,sementara bila kedua orang

tuanya skizofrenia maka peluangnya menjadi 35%.


2. Faktor Perkembangan.

Jika tugas perkembangan mengalami hambatan dan hubungan

interpersonal terganggu, maka individu akan mengalami stress dan

kecemasan.

3. Faktor neurobiology.

Ditemukan bahwa kortex pre frontal dan kortex limbic pada klien

dengan skizofrenia tidak pernah berkembang penuh. Ditemukan juga

pada klen skizofrenia terjadi penurunan volume dan fungsi otak yang

abnormal. Neurotransmitter juga tidak ditemukan tidak normal,

khususnya dopamine, serotonin dan glutamat.

4. Faktor biokimia.

Mempunyai pengaruh terhadap terjadinya gangguan jiwa. Dengan

adanya stress yang berlebihan yang dialami seseorang, maka tubuh

akan menghasilkan suatu zat yang dapat bersifat halusinogenik

neurokimia seperti Buffofenon dan Dimetytranferase (DMP).

5. Faktor Sosiokultural.

Berbagi faktor dimasyarakat dapat menyebabkan seorang merasa

disingkirkan oleh kesepian terhadap lingkungan tempat klien

dibesarkan.

6. Psikologis.

Beberapa kondisi psikologis yang menjadi faktor predisposisi

skizofrenia, antara lain anak yang diperlakukan oleh ibu yang

pencemas, terlalu melindungi, dingin dan tidak berperasaan, sementara


ayah yang mengambil jarak dengan anaknya. Sementara itu hubungan

interpersonal yang tidak harmonis serta adanya peran ganda yang

bertentangan dan sering diterima oleh anak akan mengakibatkan stress

dan kecemasan yangtinggi dan berakhir dengan gangguan orientasi

realitas.

7. Teori Virus.

Paparan virus influenzae pada trimester ke -3 kehamilan dapat menjadi

faktor predisposisi skizofrenia.

8. Study neurotransmitter.

Skizofrenia diduga juga disebabkan oleh adanya ketidakseimbangan

neurotransmitter serta dopamine berlebihan, tidak seimbang dengan

kadar serotin.

b. Faktor Presipitasi

Menurut Stuart dan Sudeen faktor presipitasi dapat meliputi (Prabowo,

2014) :

1) Biologis

Gangguan dalam komunikasi dan putaran balik otak, yang mengatur

proses informasi serta abnormalitas pada mekanisme pintu masuk dalam

otak yang mengakibatkan ketidakmampuan untuk secara selektif

menanggapi stimulus yang diterima oleh otak untuk diinterpretasikan.

2) Stress lingkungan

Ambang toleransi terhadap stress yang berinteraksi terhadap stressor

lingkungan untuk menentukan terjadinya gangguan perilaku.


3) Sumber koping

Sumber koping mempengaruhi respon individu dalam menanggapi

stressor.

2.1.6 Tanda dan gejala

Karakteristik perilaku yang dapat ditunjukan klien dan kondisi halusinasi

menurut Direja (2011).

1. Halusinasi pendengaran

Data subyektif : Klien mendengarkan suara atau bunyi tanpa stimulus nyata,

melihat gambaran tanpa stimulus yang nyata, mencium nyata stimulus yang

nyata, merasa makan sesuatu, merasa ada sesuatu pada kulitnya, takut

terhadap suara atau bunyi yang di dengar, ingin memukul dan melempar

barang.

Data obyektif : Klien berbicara, senyum dan tertawa sendiri, pembicaraan

kacau dan terkadang tidak masuk akal, tidak dapat membedakan hal yang

nyata dan tidak nyata, menarik diri dan menghindar dari orang lain,

disorientasi, tidak bisa memusatkan perhatian atau konsentrasi menurun,

perasaan curiga, takut, gelisah, bingung, ekpresi wajah tegang, muka merah

dan pucat, tidak mampu melakukan aktifitas mandiri dan kurang mengontrol

diri, menunjukan perilaku, merusak diri dan lingkungan.

2. Halusinasi penglihatan

Data subyektif: Klien akan menunjuk- nunjuk kearah tertentu, akan merasa

ketakutan terhadap sesuatu yang tidak jelas.


Data obyektif:Klien melihat bayangan seperti melihat hal-hal yang lain hantu

atau lainya yang sebenarnya tidak ada.

3. Halusinasi penghidu

Data Subyektif : Klien membau-bauan seperti merasakan bau darah, urine

kadang- kadang bau terasa menyenangkan.

Data Objektif : Klien menghidung seperti sedang membaui bau-bauan

tertentu klien akan menutup hidung.

4. Halusinasi pengecap

Data Subyektif : Klien merasakan seperti rasa darah, urin atau yang lainya

dalam mulutnya.

Data Obyektif : Klien sering meludah, dan muntah- muntah tanpa sebab.

5. Halusinasi Perabaan

Data Subyektif : Klien mengatakan merasa ada hewan atau ada sesuatu yang

melekat pada permukaan kulitnya.

Data Obyektif : Klien sering mengusap-usap kulitnya berharap hewan atau

yang lainya pergi dari kulitnya.

2.1.7 Mekanisme Koping

Mekanisme koping yang sering digunakan klien dengan halusinasi (Stuart dan

Laraia, 2011) :

1. Regresi adalah perilaku menjadi malas beraktifitas sehari –hari.

2. Proyeksi adalah mencoba menjelaskan gangguan persepsi dengan

mengalihkan tanggung jawab kepada orang lain atau sesuatu benda.


3. Menarik diri adalah sulit mempercayai orang lain dan asyik dengan stimulus

internal.

4. Keluarga mengingkari masalah yang dialami oleh klien.

2.1.8 Validasi informasi Tentang Halusinasi

Validasi informasi tentang halusinasi yang dilakukan meliputi :

1. Isi Halusinasi, yang dialami oleh klien Ini dapat dikaji dengan menanyakan

suara siap yang didengar dan apa yang dikatakan berkata jika halusinasi yang

dialami adalah halusinasi dengar. Bentuk bayangan bagaimana yang dilihat

klien bila jenis halusinasinya adalah halusinasi penglihatan, bau apa yang

dicium jika halusinasinya adalah halusinasi penghidu, rasa apa yang dikecap

untuk halusinasi pengecapan, atau merasakan apa dipermukaan tubuh bila

mengalami halusinasi perabaan.

2. Waktu dan Frekuensi Halusinasi, ini dapat dikaji dengan menanyakan

kepada klien kapan pengalaman halusinasi muncul, berapa hari sekali,

seminggu atau sebulan pengalaman halusinasi itu muncul. Informasi ini

penting untuk mengidentifikasi pencetus halusinasi dan menentukan bilamana

klien perlu diperhatikan saat mengalami halusinasi.

3. Situasi pencetus Halusinasi, perawat perlu mengidentifikasi situasi yang

dialami klien sebelum mengalami halusinasi. Ini dapat dikaji dengan

menanyakan kepada klien peristiwa atau kejadian yang dialami sebelum

halusinasi ini muncul. Selain itu perawat juga bisa mengobservasi apa yang

dialami klien menjelang muncul halusinasi untuk memvalidasi pernyataan

klien.
4. Respon klien, untuk menentukan sejauh mana halusinasi telah

mempengaruhi klien, bisa dikaji dengan menanyakan apa yang dilakukan

klien saat mengalami pengalaman halusinasi. Apakah klien masih bisa

mengontrol stimulasi halusinasi atau sudah tidak berdaya lagi terhadap

halusinasi (Stuart dan Laraia, 2011) .

2.1.9 Penatalaksaan Halusinasi

Menurut Marasmis (2004) Pengobatan harus secepat mungkin diberikan,disini

peran keluarga sangat penting karena setelah mendapatkan perawatan di RSJ

klien dinyatakan boleh pulang sehingga keluarga mempunyai peranan yang

sangat penting didalam hal merawat klien, menciptakan lingkungan keluarga

yang kondusif dan sebagai pengawas minum obat (Prabowo, 2014).

1. Penatalaksanaan Medis

Menurut Struat, Laraia (2011) Penatalaksanaan klien skizofrenia yang

mengalami halusinasi adalah dengan pemberian obat-obatan dan tindakan

lain (Muhith, 2015).

a. Psikofarmakologis

Farmakoterapi adalah pemberian terapi dengan menggunakan obat.

1. Clorpromazine (CPZ)

a) Indikasi

Untuk sindrome psikosis yaitu berdaya berat dalam kemampuan

menilai realita, kesadaran diri terganggu, daya nilai norma sosial dan

titik dari terganggu, berdaya berat dalam fungsi-fungsi mental :

waham, halusinasi, gangguan perasaan dan prilaku yang aneh atau


tidak terkendali, berdaya berat dalam fungsi kehidupan sehari-hari,

tidak mampu bekerja, hubungan sosial dan melakukan kegiatan

rutin.

b) Mekanisme kerja

Memblokade dopamine pada reseptor panca sinap diotak khususnya

system ekstra pyramidal.

c) Efek samping

Sedasi, gangguan otonomik (hipotensi, antikolinergik /parasimpatik,

mulut kering, kesulitan dalam miksi dan defekasi, hidung tersumbat,

mata kabur, tekanan intra okuler meninggi, gangguan irama jantung),

gangguan ekstrapyramidal (distonia akut, akatshia, sindroma

parkinsontremor, bradikinesia rigiditas), gangguan endokrin

(amenorhoe), ginekomasti), metabolic (jaundice), hematologi,

agranulosis biasanya untuk pemakaian jangka panjang.

d) Kontra indikasi

Penyakit hati, penyakit darah, epilepsi, kelainan jantung, febris,

ketergantungan obat, penyakit SSP.

2. Haloperidol (HLP)

a) Indikasi

Berdaya berat dalam kemampuan menilai realita dalam fungsi netral

serta dalam fungsi kehidupan sehari-hari.


b) Mekanisme kerja

Obat anti psikosis dalam memblokade dopamine pada reseptor paska

sinaptik neuron diotak khususnya sistem limbik dan sistem

ektrapiramidal.

c) Efek samping

Sedasi dan inhibisi psikomotor, gangguan otonomik (hipotensi, anti

kolinergik/parasimpatik, mulut kering, kesulitan miksi dan defikasi,

hidung tersumbat, mata kabur,gangguan irama jantung).

d) Kontra indikasi

Penyakit hati, penyakit darah, epilepsi, kelainan jantung, febris,

ketergantungan obat, penyakit SSP, gangguan kesadaran.

3. Trihexyphenidyl (THP)

a) Indikasi

Segala jenis parkinson, termasuk paska ensepalitis dan idiopatik,

sindrom parkinson akibat obat misalnya reserpinadan fenotiazine.

b) Mekanisme kerja

Sinergis dengan kinidine, obat anti depresan trisiklik dan anti

kolinergik lainnya.

c) Efek samping

Mulut kering, penglihatan kabur, pusing, mual, muntah, bingung,

agitasi, konstipasi, tachikardia, dilatasi, ginjal,retensi urine.


d) Kontra indikasi

Hipersensitif terhadap trihexyperidyl, glaukoma sudut sempit,

psokosis berat, psikoneurosis, hipertropi prostat, dan obstruksi

saluran cerna.

b. Terapi Somatis

Terapi somatis adalah terapi yang diberikan kepada klien dengan

ganggua jiwa dengan tujuan mengubah perilaku yang maladatif

menjadi perilaku adaptif dengan melakukan tindakan yang di tujukan

pada kondisi fisik klien.Walaupun yang di beri perilaku adalah fisik

klien, tetapi target adalah perilaku klien. Jenis somatic adalah

meliputi pengingkatan, terapi kejang listrik, isolasi, dan fototerapi.

c. Pengikatan

Pengikatan adalah terapi menggunakan alat mekanik atau manual

untuk membatasi mobilitas fisik klien yang bertujuan untuk

melindungi cedera fisik sendiri atau orang lain.

d. Terapi kejang listrik / Elekrto convulsive Therapy (ECT) Adalah bentuk

terapi pada klien dengan menimbulkan kejang (grandma) dengan

mengalirkan arus listrik kekuatan rendah (2- 8joule) melalui elektroda

yang ditempelkan beberapa detik pada pelipis kiri / kanan (lobus

frontal) klien (Stuart, 2011).

e. Terapi Modalitas

Terapi Modalitas adalah terapi utama dalam keperawatan

jiwa.Tetapi diberikan dalam upaya mengubah perilaku klien dan


perilaku yang maladaftif menjadi perilaku adaptif. Jenis terapi

modalitas meliputi psikoanalisis, psikoterapi. Terapi perilaku

kelompok, terapi keluarga, terapi rehabilitas, terapi psikodrama, terapi

lingkungan (Stuart, 2011).

2. Penatalaksanaan Keperawatan

Penerapan Strategi Pelaksanaan Menurut Keliat (2007) tindakan keperawatan

yang dilakukan :

1) Melatih klien mengontrol halusinasi :

a) Strategi Pelaksanaan 1 : Menghardik halusinasi

b) Strategi Pelaksanaan 2 : Menggunakan obat secara teratur

c) Strategi Pelaksanaan 3: Bercakap-cakap dengan orang lain

d) Strategi Pelaksanaan 4 : Melakukan aktivitas yang terjadwal

2) Menurut Pusdiklatnakes (2012) tindakan keperawatan tidak hanya

ditujukan untuk klien tetapi juga diberikan kepada keluarga , sehingga

keluarga mampu mengarahkan klien dalam mengontrol halusinasi.

a) Strategi Pelaksanaan 1 keluarga : Mengenal masalah dalam merawat

klien halusinasi dan melatih mengontrol halusinasi klien dengan

menghardik

b) Strategi Pelaksanaan 2 keluarga : Melatih keluarga merawat klien

halusinasi dengan enam benar minum obat

c) Strategi Pelaksanaan 3 keluarga : Melatih keluarga merawat klien

halusinasi dengan bercakap-cakap dan melakukan kegiatan


d) Strategi Pelaksanaan 4 keluarga : Melatih keluarag memanfaatkan

fasilitas kesehatan untuk follow up klien halusinasi

2.1.10 Pohon Masalah

Pohon masalah pada masalah halusinasi dapat diuraikan sebagai berikut

(Prabowo, 2014).

Gambar II. Pohon masalah (Sumber : Prabowo, 2014)

Resiko Perilaku Kekerasan (Effect)

Gangguan Persepsi Sensori : Halusinasi Pendengaran


(Core Problem)

Isolasi sosial (Cause)

Gangguan konsep diri : Harga diri rendah

2.2 Konsep Cognitive Therapy (CT)

2.2.1 Pengertian

Kognitif menjelaskan hubungan antara kognisi dan berpikir. Kata

„‟kognisi‟‟berasal dari bahasa latin „‟Cognoscere‟‟ yang artinya „‟mengetahui‟‟

tau sebagai pemahaman terhadap pengetahuan‟‟ atau „‟kemampuan untuk

memeperoleh suatu pengetahuan tertentu, secara umum, terminlogi „‟kognisi‟‟

mengacu pada semua aktivitas mental yang terlibat dalam menerima informasi,
memahami, menyimpan, membuka, dan menggunakan. Menurut Palmer Stephen

(2011) terapi kognitif adalah memostulasikan bahwa selama perkembangan

kognitifnya klien belajar kebiasaan yang tidak tepat untuk memproses dan

menginterprestasi informasi.Terapi kognitif berusaha menguraikan distorsi klien

dan membantunya memperlajari berbagai macam cara berbeda dan lebih realistis

untuk memproses dan menguji realitas informasi.Towsend (2009) menyatakan

bahwa terapi kognitif merupakan salah-satu jenis psikoterapi yang didasarkan atas

proses mental yang patologis sehingga yang menjadi fokus pengobatan adalah

modifikasi distorsi pikiran dan perilaku yang maladaptif. Terapi kognitif adalah

terapi jangka pendek yang teratur, yang memberikan dasar berpikir pada klien

untuk mengekspresikan perasaan negatifnya, memahami masalahnya serta mampu

mengatasi perasaan negatifnya dan mampu memecahkan masalah tersebut

(Sysnawati, 2011).

Pengertian diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa terapi kognitif merupakan terapi

yang berfokus pada perubahan cara berpikir atau persepsi klien sehingga pikiran

yang negatif dapat diubah menjadi pikiran positif. Jika klien memiliki pikiran

positif maka diharapkan klien dapat lebih adaptif dalam mengatasi setiap

peristiwa yang terjadi.

2.2.3 Tujuan Cognitive Therapy

Secara umum tujuan terapi kognitif adalah untuk mengubah pikiran negative

menjadi positif sehingga pikiran, emosi serta perilaku lebih adaptif terhadap
stimulus yang ada. Paparan Beck (1987) dalam Towsend (2009) terhadap tujuan

terapi kognitif sebagai berikut :

a) Individu dapat mengenal pikiran-pikiran negatif/otomatisnya

b) Individu dapat memahami hubungan antara kognitif, afektif dan perilaku

c) Individu dapat mengatasi kelainan bentuk pikiran (distorsi kognitif)

d) Individu dapat menggantikan pikiran negatif dengan pikiran-pikiran yang

lebih realistik

e) Individu dapat belajar mengidentifikasi dan mengetahui perubahan pikiran

yang disfungsional yang mengakibatkan individu mengalami distorsi pikiran.

2.2.4 Indikasi Cognitive Therapy

Terapi kognitif diterapkan untuk masalah depresi dan masalah psikiatrik lainnya,

seperti panic disorder, social fobia, generalized anxiety disorder, OCD, PTSD,

gangguan makan, penyalahgunaan zat, gangguan personaliti, skizofrenia,

gangguan bipolar, hipokondria, gangguan somatoform serta masalah dengan

pasangan (Beck et al, 1995 dalam Towsend, 2009).

2.2.5 Strategi Penanganan Perilaku Distorsi Kognitif

Menurut Setiono (2005) Strategi penanganan perilaku distorsi kognitif meliputi :

1. Restruktirisasi kognitif

a. Memonitor pikiran dan perasaan

b. Pertanyaan adanya fakta dan interpretasi fakta tersebut

c. Memeriksa alternatif, Alternatif dieksplorasi berdasarkan kekuatan dan

sumber koping pasien.


d. Decatastropizing : dikatakan juga teknik „‟bagaimana jika‟‟. Akan

menolong pasien untuk mengevaluasi situasi yang ada. Pertanyaan perawat

biasanya „‟ apa hal terburuk yang akan terjadi ?” atau „‟akankah begitu

buruk jika hal itu benar0benar terjadi ? „‟ dan bagaimana cara mengatasi

hal tersebut‟‟.

e. Reframing : strategi yang memodifikasi atau merubah persepsi pasien dari

situasi atau perilaku yang ada dengan kegiatan melihat dari perspektif yang

berbeda.

f. Berhenti berpikir : teknik ini sangat baik digunakan pada saat disfungsi

pemikiran muncul. Pertama kali saat pasien mengidentfikasi pikiran

tentang masalah dan membicarakan masalah (melalui imajinasi), perawat

akan berkata „‟stop‟‟ setelah itu klien perlu melatih hal itu sendiri.

2. Menurunkan cemasa terdiri dari beberapa cara yaitu teknik relaksasi,

biofeedback, systematic desensitization, flooding, pencegahan respon.

2.2.6 Prinsip Pelaksanaan Cognitive Therapy

Beck, J.S (1995) menyatakan beberapa prinsip dalam pelaksanaan terapi kognitif

adalah :

1. Terapi kognitif berdasarkan pada proses pembentukan kembali pola pikir

klien yang terganggu

2. Terapi kognitif membutuhkan hubungan terapeutik perawat-klien

3. Terapi kognitif menekankan pada teknik kolaborasi dan partisipasi aktif

kliennya
4. Terapi kognitif merupakan terapi yang berorientasi pada tujuan penyelesaian

masalah klien

5. Terapi kognitif menekankan kondisi realita yang ada pada klien.

Penyelesaian masalah yang dihadapi klien berdasarkan kondisi yang nyata

saat terapi dilakukan

6. Terapi kognitif merupakan suatu pendekatan terapi yang bersifat edukatif

dengan tujuan mengajarkan klien untuk dapat menolong dirinya sendiri dan

mencegah terjadinya kondisi berulang

7. Terapi kognitif merupakan suatu bentuk terapi terprogram waktu dengan

baik (time limited program).

8. Program terapi kognitif harus terstruktur dengan baik untuk setiap sesi dalam

pertemuannya

9. Terapi kognitif bertujuan mengajarkan klien untuk mengidentifikasi,

mengevaluasi dan berespon terhadap kelainan bentuk pikiran dan

kepercayaannya.

10. Terapi kognitif menggunakan berbagai bentuk atau teknik untuk mengubah

cara berpikir, perasaan dan perilaku klien.


2.2.7 Pedoman Pelaksanaan Cognitive Therapy

Modifikasi pelaksanaan terapi kognitif yang dilaksanakan oleh Kristyaningsih

(2007) adalah sebagai berikut :

1. Sesi pertama : Identifikasi pikiran otomatis yang dipilih, memberi tanggapan

rasional terhadap pikiran otomatis negatif pertama danmembuat catatan

harian.

2. Sesi kedua : Penggunaan tanggapan rasional terhadap pikiran otomatis

negatif, yaitu mengevaluasi kemampuan klien dalam melakukan tugas

mandiri dalam sesi 1 (memberi tanggapan rasional terhadap pikiran otomatis

negatif 1), mendiskusikan cara dan kesulitan klien dalam menggunakan

catatan harian, dan mendiskusikan penyelesaian terhadap pikiran otomatis

kedua dengan langkah-langkah yang sama seperti dalam sesi 1.

3. Sesi ketiga : Penggunaan tanggapan rasional terhadap pikiran otomatis

negatif yang ketiga

4. Sesi keempat : Manfaat tanggapan rasional terhadap pikiran otomatis negatif

(ungkapan hasil dalam mengikuti terapi kognitif), yaitu mengevaluasi

kemampuan klien dalam melakukan tugas mandiri sesi kedua dirumah,

mendiskusikan penyelesaian terhadap pikiran otomatis ketiga dengan

langkah-langkah yang sama seperti sesi 1,2 dan 3, mendiskusikan cara dan

kesulitan klien dalam menggunakan catatan harian, dan diskusikan manfaat

dan perasaan setelah klien mengikuti terapi (ungkapan hasil dalam mengikuti

terapi).
5. Sesi kelima : Support system, yaitu melibatkan keluarga untuk dapat

membantu klien dalam melakukan terapi kognitif secara mandiri.

2.2.8 Langkah-langkah Terapi Kognitif

Menurut Tirtijiwo (2012) Dasar teori dari terapi kognitif adalah sebagai berikut:

Ada „‟A‟‟ atau actual event (kejadian sebenarnya).

Ada „‟B‟‟ atau belief , yaitu hal-hal yang dipikirkan dan dipercayai oleh

seseorang atas kejadian „‟A‟‟ tersebut.

Ada „‟C‟‟ atau consequence atau konsekuensi dari adanya „‟B‟‟ atau

kepercayaan tersebut.

Sebagai contoh : Nanda mendapat nilai jelek ketika ulangan matematika. Ini

adalah „‟A‟‟ atau kejadian nyata yang tidak akan membuat seseorang menjadi

depresi. Namun nanda „‟percaya‟‟ bahwa dia adalah anak tidak berguna adalah

„‟B‟‟ atau belief/percaya. Sebagai konsekuensinya („‟C‟‟) Nanda tidak mau

masuk sekolah, mengurung diri dalam kamar sehingga lama kelamaan Nanda

jatuh kedalam depresi.

Dalam terapi kognitif, penderita depresi disadarkan akan adanya pola pikir yang

salah (yaitu B) dan menggantinya atau menata ulang B tersebut sehingga terjadi

„‟C‟‟ atau konsekuensinya yang berbeda. Misalnya dalam kasus diatas, Nanda

diajak untuk menyadari bahwa mendapat nilai jelek dalam ulangan adalah hal

biasa yang terjadi pada anak yang tidak cukup belajar. Sebagai konsekuensinya,

Nanda harus lebih banyak belajar, bila perlu dengan mengikuti les privat untuk

pelajaran matematika.
Langkah-langkah Terapi Kognitif, sebagai berikut :

1. Tahap I

Lakukan wawancara awal yang dimaksudkan untuk memberikan dasar

pemikiran untuk terapi dan memunculkan informasi penting. Selama

wawancara terapis mulai mengidentifikasi permasalahan.

2. Tahap II

Analisis kongnitif dengan mengidentifikasi pikiran-pikiran dan bayangan

klien ketika sebuah emosi dipicu, seberapa jauh klien dapat mampu

mengontrol pikirannya.

3. Tahap III

Priotitaskan penetapan penanganan termasuk besarnya distress dan beratnya

gejala. Sehingga masalah terberat terlebih dahulu yang segera di selesaikan.

4. Tahap IV

Tahap akhir terapi setelah mengetahui prioritas penanganan masalah yang

terlebih dahulu diselesaiakan. Sehingga terapis dapat memfokuskan pada

penghilangan gejala dan menekankan untuk mengubah pola pikir klien. Klien

dibantu untuk memahami hubungan antara perasaan, pikiran dan perilakunya.


2.3 Konsep Asuhan Keperawatan Halusinasi Secara Teoritis

2.3.1 Pengkajian

Pengkajian adalah proses untuk tahap awal dan dasar utama dari proes

keperawatan terdiri dari pengumpulan data dan perumusan kebutuhan atau

masalah klien (Afnuhazi, 2015) .

a. Identitas Klien

Identitas ditulis lengkap meliputi nama, usia dalam tahun, alamat, pendidikan,

agama, status perkawinan, pekerjaan, jenis kelamin, nomor rekam medis dan

diagnosa medisnya.

b. Alasan Masuk

Menanyakan kepada klien/keluarga/pihak yang berkaitan dan tulis hasilnya,

apa yang menyebabkan klien datang kerumah sakit, apa yang sudah dilakukan

oleh klien/keluarga sebelumnya atau dirumah untuk mengatasi masalah ini

dan bagaimana hasilnya. Klien dengan halusinasi biasanya dilaporkan oleh

keluarga bahwa klien sering melamun, menyendiri dan terlihat berbicara

sendiri, tertawa sendiri suka berjalan tanpa tujuan, membanting peralatan

dirumah, menarik diri.

c. Riwayat Penyakit Sekarang

Menanyakan riwayat timbulnya gejala gangguan jiwa saat ini, penyebab

munculnya gejala, upaya yang dilakukan keluarga untuk mengatasi dan

bagaimana hasilnya.
d. Faktor predisposisi

Menanyakan apakah klien pernah mengalami gangguan jiwa dimasa lalu,

pengobatan yang pernah dilakukan sebelumnya, adanya trauma masa lalu,

faktor genetik dan silsilah orang tuanya dan pengalaman masa lalu yang tidak

menyenangkan.

1) Biasanya klien pernah mengalami gangguan jiwa dan kurang berhasil

dalam pengobatan

2) Pernah mengalami aniaya fisik, penolakan dan kekerasan dalam keluarga

3) Klien dengan gangguan orientasi bersifat herediter

4) Pernah mengalami trauma masa lalu yang sangat mengganggu

e. Faktor Presipitasi

Stresor presipitasi pada klien dengan halusinasi ditemukan adanya riwayat

penyakit infeksi, penyakit kronis atau kelaina stuktur otak, kekerasan dalam

keluarga, atau adanya kegagalan kegagalan dalamhidup, kemiskinan, adanya

aturan atau tuntutan dalam keluarga atau masyarakat yang sering tidak sesuai

dengan klien serta konflik antar masyarakat.

f. Pemeriksaan Fisik

Mengkaji keadaan umum klien, tanda-tanda vital, tinggi badan/ berat badan,

ada/tidak keluhan fisik seperti nyeri dan lain-lain.


g. Pengkajian Psikososial

a. Genogram

Membuat genogram beserta keterangannya untuk mengetahui

kemungkinan adanya riwayat genetik yang menyebabkan menurunkan

gangguan jiwa.

b. Konsep Diri

1) Citra tubuh, bagaimana persepsi klien terhadap tubuhnya, bagian

tubuhnya yang paling/tidak disukai.

2) Identitas diri, bagaimana persepsi tentang status dan posisi klien

sebelum dirawat, kepuasan klien terhadap suatu/posisi tersebut,

kepuasan klien sebagi laki-laki atau perempuan.

3) Peran, bagaimana harapan klien terhadap tubuhnya, posisi, status,

tugas/peran yang harapannya dalam keluarga, kelompok, masyarakat

dan bagaimana kemampuan klien dalam melaksanakan tugas/peran

tersebut.

4) Ideal diri, bagaimana harapan klien terhadap tubuhnya, posisi, status,

tugas/peran dan harapan klien terhadap lingkungan.

5) Harga diri, bagaimana persepsi klien terhadap dirinya dalam

hubungannya dengan orang lain sesuai dengan kondisi dan bagaimana

penilaian/ penghargaan orang lain terhadap diri dan lingkungan klien

6) Hubungan sosial : klien kurang dihargai di lingkungan dan keluarga.


7) Spiritual

Nilai dan keyakinan biasanya klien dengan sakit jiwa dipandang tidak

sesuai dengan agama dan budaya, kegiatan ibadah klien biasanya

menjalankan ibadah di rumah sebelumnya, saat sakit ibadah terganggu

atau sangat berlebihan.

c. Mental

1) Penampilan

Biasanya penampilan diri yang tidak rapi, tidak serasi atau cocok dan

berubah dari biasanya

2) Pembicaraan

Tidak terorganisir dan bentuk yang maladaptif seperti kehilangan,

tidak logis, berbelit-belit

3) Aktifitas motorik

Meningkat atau menurun, impulsif, kataton dan beberapa gerakanyang

abnormal.

4) Alam perasaan

Berupa suasana emosi yang memanjang akibat dari faktor presipitasi

misalnya sedih dan putus asa disertai apatis.

5) Afek : afek sering tumpul, datar, tidak sesuai dan ambivalen.

6) Interaksi selama wawancara

Selama berinteraksi dapat dideteksi sikap klien yang tampak komat-

kamit, tertawa sendiri, tidak terkait dengan pembicaraan.


7) Persepsi

Halusinasi apa yang terjadi dengan klien. Data yang terkait tentang

halusinasi lainnya yaitu berbicara sendiri dan tertawa sendiri, menarik

diri dan menghindar dari orang lain, tidak dapat membedakan nyata

atau tidak nyata, tidak dapat memusatkan perhatian, curiga,

bermusuhan, merusak, takut, ekspresi muka tegang, dan mudah

tersinggung.

8) Proses pikir

Biasanya klien tidak mampu mengorganisir dan menyusun

pembicaraan logis dan koheren, tidak berhubungan, berbelit.

Ketidakmampuan klien ini sering membuat lingkungan takut dan

merasa aneh terhadap klien.

9) Isi pikir

Keyakinan klien tidak konsisten dengan tingkat intelektual dan latar

belakang budaya klien. Ketidakmampuan memproses stimulus

internal dan eksternal melalui proses informasi dapat menimbulkan

waham.

10) Tingkat kesadaran

Biasanya klien akan mengalami disorientasi terhadap orang, tempat

dan waktu.
11) Memori

Terjadi gangguan daya ingat jangka panjang maupun jangka pendek,

mudah lupa, klien kurang mampu menjalankan peraturan yang telah

disepakati, tidak mudah tertarik.

12) Tingkat Konsentrasi dan Berhitung

Kurangnya kemampuan mengorganisasi dan konsentrasi terhadap

realitas eksternal, sukar menyelesaikan tugas, sukar berkonsentrasi

pada kegiatan atau pekerjaan dan mudah mengalihkan perhatian,

mengalami masalah dalam memberikan perhatian.

13) Kemampuan penilaian

Klien mengalami ketidakmampuan dalam mengambil keputusan,

menilai dan mengevaluasi diri sendiri dan juga tidak mampu

melaksanakan keputusan yang telah disepakati. Sering tidak merasa

yang dipikirkan dan diucapkan adalah salah.

Tabel 2.2 Kemampuan Penilaian Halusinasi


Skor Keterangan Karakteristik
1 Tidak ada 1. Tidak cukup informasi
2 Sangat Berat 2. Keputusan yang diambil maladatif
dan perilakunya berisiko
membahayakan diri sendiri dan orang
lain
3 Berat 3. Penilaian yang dialami maladatif.
4 Sedang 4. Tidak mampu membuat penilaian
sederhana (konstruktif) dan adatif
meskipun telah mendapat bantuan
orang lain
5 Ringan 5. Mampu membuat penilaian sederhana
dengan bantuan orang lain
14) Daya tilik diri

Klien mengalami ketidakmampuan dalam mengambil keputusan.

Menilai dan mengevaluasi diri sendiri, penilaian terhadap

lingkungan dan stimulus, membuat rencana termasuk memutuskan,

melaksanakan keputusan yang telah disepakati.

d. Kebutuhan persiapan klien pulang

1) Makan

Pada keadaan berat, klien sibuk dengan halusinasinya dan

cenderung tidak memperhatikan dirinya termasuk tidak perduli

makanan karena tidak memiliki minat dan kepedulian.

2) BAB/BAK

Observasi kemampuan klien untuk BAB/BAK serta kemampuan

klien untuk membersihkan dirinya

3) Mandi

Biasanya klien mandi berulang-ulang atau tidak sama sekali

4) Berpakaian

Biasanya tidak rapi, tidak sesuai dan tidak diganti-ganti

5) Istirahat

Observasi tentang lama dan waktu tidur siang dan malam. Biasanya

istirahat klien terganggu bila halusinasinya datang

6) Pemeliharaan Kesehatan

Untuk pemeliharaan kesehatan klien selanjutnya, peran keluarga

dan sistem pendukung sangat menentukan


7) Aktivitas dalam Rumah

Klien tidak mampu melakukan aktivitas didalam rumah seperti

menyapu.

e. Aspek Medis

1) Diagnosa medis : Skizofrenia

2) Terapi yang diberikan

Obat yang diberikan pada klien dengan halusinasi biasanyadiberikan

antipsikotik seperti haloperidol (HLP), chlorpromazine(CPZ),

Triflnu perazin (TFZ), dan anti parkinson trihenskiphenidol (THP),

triplofrazine arkine.

2.3.2 Diagnosa Keperawatan

Masalah keperawatan yang terdapat pada klien dengan gangguan persepsi

sensori halusinasi adalah sebagai berikut (Dalami, dkk, 2014) :

1. Gangguan persepsi sensori : Halusinasi

2. Isolasi Sosial : menarik diri

3. Resiko perilaku kekerasan

2.3.3 Intervensi Keperawatan

a. Tindakan keperawatan untuk klien halusinasi

Tujuan tindakan untuk klien meliputi (Dermawan & Rusdi, 2013) :

1) Klien mengenali halusinasi yang dialaminya

2) Klien dapat mengontrol halusinasinya

3) Klien mengikuti progam pengobatan secara optimal


Menurut Keliat (2007) tindakan keperawatan yang dilakukan :

b. Membantu klien mengenali halusinasi

1) Membantu klien mengenali halusinasi dapat melakukan dengan

caraberdiskusi dengan klien tentang isi halusinasi (apa yang di dengar

atau dilihat), waktu terjadi halusinasi, frekuensi terjadinya halusinasi,

situasi yang menyebabkan halusinasi muncul dan respon klien saat

halusinasi muncul.

2) Melatih klien mengontrol halusinasi

a. Strategi Pelaksanaan 1 : Menghardik halusinasi upaya mengendalikan

diri terhadap halusinasi dengan cara menolak halusinasi yang muncul.

b. Strategi Pelaksanaan 2 : menggunakan obat secara teratur mampu

mengontrol halusinasi klien juga harus dilatih untuk menggunakan

obat secara teratur sesuai dengan progam.

c. Strategi pelaksanaan 3: bercakap-cakap dengan orang lain mengontrol

halusinasi dapat juga dengan bercakap-cakap dengan orang lain.

d. Strategi pelaksanaan 4 : melakukan aktivitas yang terjadwal

mengurangi risiko halusinasi muncul lagi adalah dengan menyibukkan

diri dengan aktivitas yang teratur.

c. Tindakan keperawatan untuk keluarga klien halusinasi

Menurut Pusdiklatnakes (2012) tindakan keperawatan tidak hanya

ditujukan untuk klien tetapi juga diberikan kepada keluarga, sehingga

keluarga mampu mengarahkan klien dalam mengontrol halusinasi.


Tujuan : keluarga mampu :

a. Merawat masalah halusinasi dan masalah yang dirasakan dalam

merawat klien

b. Menjelaskan pengertian, tanda dan gejala, proses terjadinya halusinasi

c. Merawat klien halusinasi

d. Menciptakan suasana keluarga dan lingkungan untuk mengontrol

halusinasi

e. Mengenal tanda dan gejala kekambuhan yang memerlukan rujukan

segera ke fasilitas kesehatan

f. Memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan untuk follow up klien

secara teratur.

Tindakan keperawatan :

1) Strategi Pelaksanaan 1 keluarga : mengenal masalah dalam merawat

klien halusinasi dan melatih mengontrol halusinasi klien dengan

menghardik

2) Strategi Pelaksanaan 2 keluarga : melatih keluarga merawat klien

halusinasi dengan enam benar minum obat

3) Strategi Pelaksanaan 3 keluarga : melatih keluarga merawat klien

halusinasi dengan bercakap-cakap dan melakukan kegiatan

4) Strategi Pelaksanaan 4 keluarga : melatih keluarga memanfaatkan

fasilitas kesehatan untuk follow up klien halusinasi


Tabel 2.3 Intervensi Keperawatan

TGL DX PERENCANAAN RASIONAL


TUJUAN KRITERIA INTERVENSI
EVALUASI
1. Gangguan 1. Klien mampu Setelah dilakukan Sp 1  Dengan terbinanya
persepsi sensori mengidentifikasi pertemuan klien dapat : 1. Membina hubungan hubungan saling percaya
: Halusinasi halusinasi,isi, fikir, 1. Menyebutkan isi, saling percaya merupakan langkah utama
waktu terjadi, frekuensi, waktu ⁻ Mengucap salam untuk melakukan
situasi yang terjadi, situasi yang teraupetik terapeutik
memperberat memperberat ⁻ Menjabat tangan  Dengan memberikan
perasaan respon perasaan dan pemahaman tentang
⁻ Menjelaskan tujuan
2. Klien dapat respon interaksi halusinasi klien mampu
menyebutkan 2. Menyebutkan cara memahami :Masalah yang
cara mengontrol mengontrol ⁻ Membuat kontrak, dialami
topic, waktu, tempat
halusinasi halusinasi dengan  Kapan masalah timbul
2. Mengidentifikasi
Mengontrol cara menghardik waktu dan situasi saat
halusinasi (isi, frekuensi,
halusinasi dengan masalah muncul
waktu terjadi, situasi
cara menghardik,  Pentingnya masalah
pencetus perasan dan
minum obat, halusinasi untuk diatasi
respon halusinasi
bercakap-cakap karena perasaan tidak
3. Latih cara mengontrol
dan melakukan nyaman saat muncul
halusinasi dengan
kegiatan halusinasi dapat
menghardik tahapan
menimbulkan perilaku
tindakan meliputi
maladaptif yang sulit
⁻ Jelaskan cara dikontrol
menghardik  Dengan menghardik
halusinasi halusinasi memberikan
⁻ Peragaan cara kesempatan klien
meghardik mengatasi masalah dengan
⁻ Mintak untuk penolakan terhadap
memperagakan sensori dengan peragaan
ulang langsung
⁻ Pantau penerapan
cara : berikan
penguatan perilaku
klien

Sp 2  Menilai kemampuan
1. Evaluasi kegiatan yang perkembangan
lalu  Memberikan pemahaman
2. Jelaskan pentingnya pentingnya penggunaan
penggunaan obat pada obat bagi pasien gangguan
pasien dengan gangguan jiwa, akibat bila tidak
jiwa minum obat sesuai
3. Jelaskan akibat bila program, akibat bila putus
putus obat obat, cara mendapatkan
4. Jelaskan cara obat cara menggunakan
mendapatkan obat obat dengan prinsip 6
5. Jelaskan cara benar, memungkunkan
menggunakan obat pelaksanaa obat lebih
(obat,dosis, klien cara efektif guna mendukung
waktu, kontuinitas) proses pengobatan dan
6. Latih cara minum obat penyembuhan
dengan teratur
7. Masukkan dalam jadwal
harian klien
.
Sp 3
1. Evaluasi kegiatan yang  Menilai kemajuan
lalu (SP1, dan SP 2) beri perkembangan
pujian.  Dengan bercakap cakap
2. latih cara ke 3 akan mengaktifkan focus
mengontrol dengan perhatian dan
bercakap- cakap dengan menghindarkan saat klien
orang lain melihat bayangan
3. masukan dalam jadwal  Memungkinkan klien
kegiatan muncul melakukan kegiatan
dengan teratur

Sp 4
1. Evaluasi kegiatan yang  Menilai kemajuan
lalu (SP1,2 dan SP 3). perkembangan
Beri pujian  Dengan aktivitas
2. Latih melakukan terjadwal memberikan
aktivitas terjadwal agar kesinukan yang menyita
hausinasi tak muncul : waktu dan perhatian
 Jelaskan pentingnya untuk menghindarkan
aktivitas aktivitas halusinasi
yang teratur untuk 1. Memberikan
mengatasi halusinasi pemahaman tentang
 Diskusikan waktu pentingnya mencegah
yang biasa dilakukan munculnya halusinasi
 Latih melakukan dengan melakukan
aktivitas aktivitas yang positif
 Susun jadwal ADL yang bermanfaat yang
yang telah dilatih biasa dilakukan.
(dari bangun pagi 2. Pantau pelaksanaan
sampai tidur malam) jadwal kegiatan,
Pantau pelaksanaan jadwal berikan penguatan
kegiatan, berikan penguatan
terhadap perilaku pasien
yang positif
Keluarga mampu : Setelah dilakukan Sp 1 Keluarga  Dengan diskusi
1. Merawat dan pertemuan keluarga 1. Diskusikan masalah melibatkan keluarga
terlibat dalam  Mampu menjelaskan keluarga dalam merawat dalam meningkatkan
perawatan pasien tentang halusinasi pasien kemampuan keluarga
baik di RS maupun 2. Berikan pendidikan untuk merawat pasien
dirumah kesehatan tentang sehingga meningkatkan
2. Menjadi sistem halusinasi pencapaian tujuan
pendukung yang  Pengertian perawatan pasien
efektif untuk halusinasi  Dengan pendidikan
pasien  Jenis halusinasi yang kesehatan dapat
dialami pasien meningkatkan
 Tanda dan gejala pemahaman keluarga
halusinasi terhadap masalah
 Proses terjadinya halusinasi yang dialami
halusinasi pasien.
 Cara merawat pasien
halusinasi (cara
berkomunikasi,
pemberian obat dan
pemberian aktivitas
kepada pasien)
 Latih cara merawat
halusinasi
: menghardik
 Anjurkan membantu
pasien sesuai jadwal
dan memberi pujian

Setelah dilakukan Sp 2  Meningkatkan


pertemuan keluarga 1. Evaluasi kegiatan yang pengetahuan dan
1. Mampu lalu (SP 1) Berikan kemampuan keluarga
mempraktekkan cara pujian untuk merawat pasien
merawat pasien 2. Jelaskan 6 cara benar
halusinasi minum obat  Memberikan
3. Latih cara kesempatan, keyakinan
memberikan/membimbin dan rasa percaya diri
g minum obat pada keluarga dalam
4. Anjurkan membantu merawat anggota
pasien sesuai jadwal dan keluarga dengan
memberi pujian halusinasi

Setelah dilakukan Sp 3
pertemuan keluarga 1. Evaluasi kegiatan yang  Meningkatkan
1. Mampu lalu (SP1,2), berikan pengetahuan dan
mempraktekkan pujian kemampuan keluarga
cara merawat 2. Jelaskan cara bercakap- untuk merawat pasien
pasien halusinasi cakap dan melakukan  Memberikan
kegiatan untuk kesempatan, keyakinan
mengontrol halusinasi dan rasa percaya diri
Latih dan sediakan pada keluarga dalam
waktu bercakap-cakap merawat anggota
dengan pasien terutama keluarga dengan
saat halusinasi halusinasi
3. Anjurkan membantu
pasien sesuai jadwal dan
memberi pujian

Setelah dilakukan Sp 4  Membantu memberikan


pertemuan keluarga 1. Mengevaluasi kegiatan rasa tanggung jawab
1. Mampu membuat yang lalu (SP 1.SP , SP pada keluarga agar
jadwal aktivitas 3). Berikan pujian pasien melaksanakan
dirumah/perencana Jelaskan follow up ke kegiatan serta minum
an pulang pasien RS/PKM, tanda kambuh, obat dengan teratur
dan melaksanakan rujukan  Keterlibatan keluarga
follow up pasien 2. Anjurkan membantu membantu
setelah pulang pasien sesuai jadwal dan optimalisasi
memberi pujian kesinambungan
perawatan
berkelanjutan dirumah
2.3.4 Implementasi

Implementasi tindakan keperawatan disesuaikan dengan rencana tindakan

keperawatan. Sebelum melaksanakan tindakan yang sudah direncanakan,

perawat perlu memvalidasi dengan singkat, apakah rencana tindakan masih

sesuai dan dibutuhkan oleh pasien saat ini. Semua tindakan yang telah

dilaksanakan beserta respons pasien didokumentasikan (Prabowo, 2014).

2.3.5 Evaluasi

Evaluasi adalah proses yang berkelanjutan untuk menilai efek dari tindakan

keperawatan pada klien. Evaluasi dilakukan sesuai dengan tindakan keperawatan

yang telah dilaksanakan (Afnuhazi, 2015).

Evaluasi dilakukan dengan pendekatan SOAP


Waktu Tindakan keperawatan Evaluasi
a. Rencana diteruskan jika S: respon subyek klien
masalah tidak berubah terhadap tindakan
b. Rencana dimodifikasi jika keperawatan yang
masalah tetap, semua telah dilakukan
tindakan sudah dijalankan O : respon obyek klien
tetapi hasil belum terhadap tindakan
memuaskan keperawatan yang
c. Rencanakan dibatalkan jika telah dilakukan
ditemukan masalah baru A: analisa terhadap
dan bertolak belakang data subyek untuk
dengan masalah yang ada menyimpulkan
serta diagnosa lama apakah masalah
dibatalkan masih ada/telah
d. Rencana atau diagnosa teratasi atau muncul
selesai jika tujuan sudah masalah baru
tercapai dan yang P: perencanaan tindak
diperlukan adalah lanjut berdasarkan
memelihara dan analisa respon klien
mempertahankan kondisi
yang baru.
FORMULIR PENGKAJIAN KEPERAWATAN KESEHATAN JIWA
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

RUANG RAWAT : Arjuna


TANGGAL DIRAWAT : 10 Januari 2022

I. IDENTITAS KLIEN
Inisial Tn. A (L)
Tanggal Pengkajian : 10 Januari 2022
Umur : 29 Tahun
RM No. : 000130322

II. ALASAN MASUK

Klien mengatakan masuk RS Jiwa diantar oleh keluarga yaitu orang tua dan saudaranya
karena setiap hari selalu mendengar bisikan yang tidak jelas, sering tertawa sendiri, dan
memintanya untuk melakukan hal yang berbahaya seperti melukai dirinya dengan
menggunakan pisau dan api rokok. Klien juga sebelum di bawah ke RS Jiwa. klien
sering marah-marah dengan orang tuanya, dan klien selalu menyendiri dan tidak mau
berinteraksi dengan orang lain.

III. FAKTOR PREDISPOSISI


1. Pernah mengalami gangguan jiwa di masa lalu
☐ Ya Tidak
Menurut pernyataan klien, klien tidak pernah mengalami gangguan jiwa sebelumnya.
Klien mengalami gangguan jiwa sejak 3 bulan yang lalu dan baru dimasukkan oleh
keluarga ke rumah sakit jiwa bulan ini.

2. Pengobatan sebelumnya?
☐ Berhasil ☐ Kurang berhasil  Tidak berhasil
Pengobatan sebelumnya tidak berhasil, klien juga sebelum di bawa ke RS Jiwa. klien
sering marah-marah dengan orang tuanya, dan klien selalu menyendiri dan tidak mau
berinteraksi dengan orang lain .
3. Aniaya fisik :
Klien mengatakan bahwa ia tidak pernah menjadi pelaku, korban ataupun saksi
penganiayaan fisik, dan tidak pernah melakukan tindakan kriminal baik sebagai
pelaku, korban maupun saksi

Aniaya seksual :
Klien mengatakan tidak pernah mengalami pelecehan seksual dan tidak pernah
menjadi pelaku atau korban penganiayaan seksual.

Penolakan :
Klien mengatakan tidak pernah ditolak dikeluarga ataupun dilingkungan tempat
tinggal, keluarga selalu terbuka dan menerima klien apa adanya. Hal ini terbukti dari
keluarga yang datang mengunjungi klien dirumah sakit jiwa dan orang tua sangat
menyayangi klien karena klien merupakan anak pertama dari tiga bersaudara.

Kekerasan dalam keluarga :


Klien mengatakan tidak ada kekerasan dalam keluarga, baik itu dari keluarga yang
merawat klien maupun keluarga yang ada disekitarnya klien.

Tindakan kriminal :
Klien mengatakan tidak pernah melakukan tindakan kriminal

Masalah keperawatan : Gangguan persepsi sensori : halusinasi

4. Adakah anggota keluarga yang mengalami gangguan


jiwa☐ Ya  Tidak

Hubungan Keluarga : Baik

Gejala : Klien sering marah-marah dengan orang tuanya, dan klien selalu
menyendiri dan tidak mau berinteraksi dengan orang lain .

Riwayat Pengobatan : Tidak ada


Masalah keperawatan : -

5. Pengalaman masa lalu yang tidak menyenangkan


Klien mengatakan sedih karena ibunya sudah meninggal
Masalah keperawatan : Respon pasca trauma

IV. FISIK
1. Tanda vital : TD : 120/80 mmmHg, N : 89x/menit, S : 36,5 C ,P : 22x/menit
2. Ukur : TB : 165 cm, BB : 60 kg
1. Keluhan fisik : ☐ Ya  Tidak

Jelaskan : Tidak ada

Masalah keperawatan : Tidak ada

V. PSIKOSOSIAL
1. Genogram Keterangan
:
: perempuan

: laki-laki

: meninggal
29
: tinggal serumah
29 : umur klien

Klien adalah anak pertama dari 3 bersaudara, klien tinggal satu rumah dengan ayahnya,
dan ibunya sudah meninggal beberapa tahun yang lalu, dalam pengambilan keputusan
dan penanggung jawab dalam hal financial saat ini adalah ayah klien, kemampuan
pengambilan keputusan untuk pelaksanan fungsi kesehatan oleh ayah. Sekarang klien
masuk ke RS Jiwa karena dengar bisikan untuk melakukan hal buruk.
rumah.

Masalah keperawatan : Tidak ada masalah


2. Konsep diri
a. Gambaran diri
Klien mengatakan bahwa ia mensyukuri atas tubuh yang diberikan oleh Tuhan
dan menyukai seluruh anggota tubuhnya, semuanya lengkap dan tidak ada
masalah.
b. Identitas
Jenis kelamin klien adalah laki-laki. Klien mengatakan dirinya malu karena
sampai saat ini masih sakit dan belum bisa bekerja. Klien mengatakan malu
sampai saat ini belum menikah.

c. Peran
Klien juga mengatakan dirinya merasa tidak melakukan perannya sebagai
seorang anak laki-laki dan anak yang pertama yang bisa membantu ayahnya
serta belum mempunyai pasangan yang bisa membuatnya semangat menjalani
hidup.
d. Ideal diri
Klien berharap ingin cepat sembuh dan keluar dari rumah sakit serta bisa bekerja
dan menikah.
e. Harga diri
klien tampak sedih, klien merasa tidak berguna. Klien mengatakan kurang dapat
perhatian mengenai rawat inap yang harus klien jalani karena keluarga sudah
tidak memperdulikannya.

Masalah keperawatan : Gangguan konsep diri Harga diri rendah

3. Hubungan sosial
a. Orang yang berarti
Klien mengatakan orang terdekatnya saat ini adalah ayahnya dirumah, klien
merupakan anak pertama dari 3 saudara, saudara klien semuanya sibuk dengan
urusannya masing-masing. Sehingga tidak ada kesempatan untuk klien bercerita
tentang masalahnya.
b. Peran serta dalakegiatan kelompok/masyarakat
Klien mengatakan kurang suka terlibat dalam kegiatan sosial/masyarakat karena klien
merasa tidak ada manfaatnya.

c. Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain :


Klien mengatakan tidak memiliki banyak teman dan merasa orang lain tidak
menghargai dirinya. Klien mengatakan dirinya tidak berguna bagi keluarganya.Klien
juga merasa takut dikucilkan dari keluarga dan masyarakat.

Masalah keperawatan : Gangguan konsep diri Harga diri rendah

3. Spiritual
a. Nilai dan keyakinan
Klien mengatakan dirinya menganut agama islam dan dirinya adalah seorang muslim
b. Kegiatan ibadah :
Klien mengatakan jarang melakukan sholat 5 waktu, selama dirumah sakit klien
juga jarang melaksanakan ibadah sholat.
Masalah keperawatan : Distres spiritual

VI. STATUS MENTAL


1. Penampilan
☐Tidak rapih ☐Penggunaan pakaian Cara berpakaian
tidak sesuai seperti biasanya

Jelaskan :

Masalah keperawatan : Tidak ada

2. Pembicaraan
☐Cepat ☐Keras ☐Gagap ☐Inkoheren

☐Apatis ☐Lambat ☐ Membisu Tidak mampu memulai


pembicaraan

Jelaskan :
Klien mengatakan jarang ngobrol dengan orang lain karena klien mengatakan lebih
sering sendiri, dan klien juga mengatakan malas untuk bergaul keluar rumah. Klien
mengatakan ia hanya bicara seperlunya saja dengan orang-orang. Klien mengatakan
semenjak masuk RS klien hanya berbicara kepada beberapa orang saja dan itu juga
seperlunya saja.

Masalah keperawatan : Hambatan komunikasi verbal

3. Aktivitas motorik
☐Lesu ☐Tegang Gelisah ☐Agitasi
☐Tik ☐Grimase ☐Tremor ☐Kompulsip

Jelaskan :

Masalah keperawatan :

4. Alam perasaan
 Sedih ☐ Ketakutan ☐ Putus asa ☐ Khawatir ☐ Gembira

Jelaskan
Klien mengatakan kurang dapat perhatian mengenai rawat inap yang harus klien
jalani karena keluarga sudah tidak memperdulikannya Klien mengatakan sering
mendengar suara bisikan yang tidak jelas suaranya, klien mengatakan bisikan itu
terkadang menyurunya untuk melakukan hal yang berbahaya, klien mengatakan
suara bisikan sering muncul tidak menentu kadang muncul kadang tidak, dan suara
itu lamanya biasa 5-10 detik, klien mengatakan bisikan muncul pada saat sedang
sendiri, klien mengatakan jika bisikan itu muncul klien selalu berusaha
mendengarkan apa yang dibisikan oleh suara itu, dan klien kadang marah-marah
ketika mendengar suara itu.
Masalah keperawatan : Resiko perilaku kekerasan

5. Afek
☐ Datar  Tumpul ☐ Labil ☐ Tidak sesuai

Jelaskan : Klien tampak mundar mandir sambal berbicara sendiri


Masalah keperawatan : -

6. Interaksi selama wawancara


☐ Bermusuhan ☐ Tidak kooperatip ☐ Mudah tersinggung

 Kontak mata ☐ Defensif ☐ Curiga

Jelaskan

Selama wawancara klien selalu memperhatikan apa yang perawat tanya dan
menjawabnya.
Masalah keperawatan : Tidak ada

7. Persepsi
 Pendengaran ☐ Penglihatan ☐ Perabaan ☐ Pengecapan ☐ Penghidu

Jelaskan :

Klien mengatakan sering mendengar suara bisikan yang tidak jelas suaranya, klien
mengatakan bisikan itu terkadang menyurunya untuk melakukan hal yang
berbahaya, klien mengatakan suara bisikan sering muncul tidak menentu kadang
muncul kadang tidak, dan suara itu lamanya biasa 5-10 detik, klien mengatakan
bisikan muncul pada saat sedang sendiri, klien mengatakan jika bisikan itu muncul
klien selalu berusaha mendengarkan apa yang dibisikan oleh suara itu, dan klien
kadang marah-marah ketika mendengar suara itu.

Masalah keperawatan : Gangguan persepsi sensori : Halusinasi pendengaran

8. Proses pikir
☐ Sirkumtansial ☐ Tangensial ☐ Kehilangan asosiasi

☐ Flight of ideas  Blocking ☐ Pengulangan pembicaraan

Jelaskan
Pada saat interaksi klien berbicara kooferatif, tiba-tiba terhenti beberapa saat setelah
itu klien kembali melanjutkan percakapannya. Klien mengatakan susah untuk
berkomunikasi.
Masalah keperawatan : Gangguan proses pikir
9. Isi pikir

☐Obsesi ☐Fobia ☐ Hipokondria ☐ Depersonalisasi ☐ Ide yang terkait

Pikiran magis

Waham
☐Agama ☐Somatik ☐Kebesaran ☐Curiga

☐Nihilistik ☐Sisip pikir ☐Siar pikir ☐Kontrol pikir

Jelaskan :
Pada saat interaksi klien tidak ada ditemukan hambatan isi pikir seperti waham dan
depersonalisasi pikiran megis

Masalah keperawatan : Tidak ada

10. Tingkat kesadaran


☐ Bingung ☐ Sedasi ☐ Stupor
☐Waktu ☐ Tempat ☐ Orang

Jelaskan :
Klien mengatakan ia menyadari bahwa ia berada di RSJ , klien mengetahui nama
anggota keluarganya. Klien juga mampu menyebutkan alamat tempat tinggalnya.
Pada saat interaksi klien dapat menyebutkan tanggal, waktu dan tempat dengan
benar.
Masalah keperawatan : Tidak ada

11. Memori

☐ Gangguan daya ingat jangka panjang ☐ Gangguan daya ingat jangka pendek

☐ Gangguan daya ingat saat ini ☐ Konfabulasi

Jelaskan : -

Masalah keperawatan : Tidak ada


12. Tingkat konsentrasi dan berhitung

 Mudah beralih ☐ Tidak mampu ☐ Tidak mampu berhitung sederhana

Jelaskan : Saat interaksi dengan klien, perhatian klien tidak fokus kepada perawat,

klien sukar berkonsentrasi saat ditanyakan perawat, terkadang yang dijawab oleh klien

banyak ngaur. Perhatian klien mudah terpecah dan membuat perawat sering

mengulang pertanyaan, karena hal tersebut membuat klien susah diajak dalam

berhitung sederhana

Masalah keperawatan : Gangguan proses pikir

13. Kemampuan penilaian

☐Gangguan ringan ☐Gangguan bermakna

Jelaskan :

Masalah keperawatan :

14. Daya tilik diri

Mengingkari penyakit yang diderita ☐ Menyalahkan hal-hal diluar dirinya

Jelaskan : Klien mengingkari penyakit yang diderita, klien beranggapan bahwa

dirinya tidak sakit.

Masalah keperawatan : -

VII. KEBUTUHAN PERSIAPAN PULANG


1. Makan
☐Bantuan minimal ☐Bantuan total

2. BAB/BAK
☐Bantuan minimal ☐Bantuan total
Jelaskan

Masalah keperawatan: -

3. Mandi
☐ Bantuan minimal ☐ Bantuan total

4. Berpakaian/berhias
☐ Bantuan minimal ☐ Bantuan total

5. Istirahat dan tidur

☐ Kegiatan sebelum/sesudah tidur : ...........................................................

Klien selama ini tidak mengalami gangguan tidur karena klien dapat tidur dengan
kualitas 6-8 jam perhari, baik malam maupun siang
6. Penggunaan obat
☐Bantuan minimal ☐ Bantuan total

7. Pemeliharaan kesehatan
Perawatan lanjutan ☐Ya ☐Tidak

Perawatan pendukung ☐Ya ☐Tidak

8. Kegiatan didalam rumah


Mempersiapkan makanan ☐Ya ☐Tidak

Menjaga kerapihan rumah ☐Ya ☐Tidak

Mencuci pakaian ☐Ya ☐Tidak

Pengaturan keuangan ☐Ya ☐Tidak

9. Kegiatan diluar rumah


Belanja ☐Ya ☐Tidak

Transportasi ☐Ya ☐Tidak


Lain-lain ☐Ya ☐Tidak

Jelaskan :

Masalah keperawatan :

VIII. MEKANISME KOPING

Adaptif Maladaptif
☐Bicara dengan orang lain ☐Minum alkohol

☐Mampu meyelesaikan masalah ☐Reaksi lambat/berlebih

☐Tehnik relaksasi ☐Bekerja berlebihan

☐Aktifitas konstruktif Menghindar

☐Olahraga ☐Mencederai diri

☐Lainnya ☐Lainnya

Pada pengkajian mekanisme koping, mekanisme koping klien bila ada masalah lebih
baik menghindar dari masalah tersebut. Tidak mudah untuk mengutarakan apa yang
dirasakannya

Masalah keperawatan : -

IX. MASALAH PSIKOSIS DAN LINGKUNGAN

☐Masalah dengan dukungan kelompok, spesifik

Klien mengatakan hubungan dengan kelompok biasa saja, terkadang klien ada

berinteraksi dengan kelompok. Selama dirumah sakit klien mengikuti kegiatan

kelompok yang direncanakan perawat.

☐Masalah berhubungan dengan lingkungan, spesifik


Klien mengatakan tidak suka berkumpul dengan teman-temannya maupun perawat

yang ada ruangan.

☐Masalah dengan pendidikan, spesifik

Klien mengatakan pendidikan terkahir hanya sampai SMA klien tidak

melanjutkan sekolah karena alasan ekonomi.

☐Masalah dengan pekerjaan, spesifik


Klien mengatakan dirinya tidak bekerja,
☐Masalah dengan perumahan, spesifik
Klien mengatakan tinggal satu rumah dengan ayahnya, rumah tersebut tidak
terlalu besar, namun cukup untuk tempat tinggal dengan keluarganya.
☐Masalah ekonomi, spesifik

Klien mengatakan tidak ada masalah dalam perekonomian keluarganya, karena

klien masih hidup dibiayai oleh ayahnya.

☐Masalah dengan pelayanan kesehatan, spesifik


Klien mengatakan tidak pernah memiliki masalah dengan pelayanan kesehatan sebelumnya.
Jarak pelayanan kesehatan dari rumahnya lumayan jauh dan kalau kesana harus ada kendaraan
☐ Masalah lainnya, spesifik
Masalah keperawatan : Tidak ada masalah

X. PENGETAHUAN KURANG TENTANG :


Penyakit jiwa ☐Sistem pendukung

☐Faktor presipitasi ☐Penyakit fisik

☐Koping ☐Obat- obatan

☐Lainnya

Masalah keperawatan : Kurang pengetahuan

XI. ASPEK MEDIK


a. Diagnosis medik : -

b. Terapi medik :

XII. Pohon masalah

Isolasi Sosial : Menarik Diri

Resiko perubahan sensori persepsi : Halusinasi CORE PROBLEM

Resiko Perilaku Kekerasan

XIII. DAFTAR MASALAH KEPERAWATAN

1. Gangguan persepsi sensori : Halusinasi


2. Isolasi sosial : menarik diri
3. Risiko perilaku kekerasan
4. Regimen terapeutik inefektif
5. Respon pasca trauma
6. Defisit perawatan diri
7. Harga diri rendah
8. Hambatan komunikasi verbal
9. Gangguan proses pikir
10. Ketidakefektifan koping individual
11. Kurang pengetahuan

XIV. DAFTAR DIAGNOSIS KEPERAWATAN

1. Gangguan persepsi sensori : Halusinasi


2. Isolasi sosial : Menarik diri
3. Risiko Perilaku Kekerasan
ANALISA DATA
Intervensi keperawatan

Rencana Tindakan Keperawatan


No Diagnosa Keperawatn Tujuan Kriteria Hasil Tindakan
1. Gangguan persepsi TUM P1: Setelah dilakukan 1x24 SP 1 Klien :
sensori : Halusinasi Klien dapat mengontrol jam pertemuan :  Membina hubungan saling percaya dengan
pendengaran atau mengendalikan  Pasien tindakan :
halusinasi yang dialami kooperatif - Mengucapkan salam terapeutik
bercerita dengan - Jabat tangan
TUK P 1: perawat tentang - Menjelaskan hubungan interaksi
Klien dapat mengontrol halusinasinya - Membuat kontrak,topik,waktu dan
mengendalikan  Menunjukkan rasa tempat
halusinasi dengan percaya dirinya  Membantu klien mengenali halusinasi
menghardik kepada perawat (jenis,isi,waktu,frekuensi,situasi dan
respon)
 Melatih mengontrol halusinasi dengan cara
menghardik,tahapan tindakan meliputi :
- Jelaskan cara menghardik
- Peragakan cara menghardik
- Minta klien memperagakan cara
menghardik

Terapi Kognitif (Cognitive Therapy)


 Melaksanakan Terapi Kognitif Sesi 1
- Identifikasi halusinasi
- Latih cara mengontrol halusinasi
dengan cara menghardik
- Identifikasi pikiran negatif otomatis
yang negatif dan penggunaan
tanggapan rasional terhadap pikiran
otomatis negatif pertama
Pikiran negatif :
- Klien Mengatakan Mendengar Suara
Bisikan Yang Menyuruhnya Pergi
Kesuatu Tempat Dan Memukul Lantai
Pikiran positif :
- Motivasi Klien Bahwa Suara Yang
Didengar suara palsu dan Tidak Nyata
Mengontrol Halusinasinya Dengan Cara
Menghardik

- Latih terapi kognitif dengan Langkah –


langkah sebagai berikut :
1. Tahap I
Lakukan wawancara awal yang
dimaksudkan untuk memberikan dasar
pemikiran untuk terapi dan
memunculkan informasi penting.
Selama wawancara terapis mulai
mengidentifikasi permasalahan.
2. Tahap II
Analisis kongnitif dengan
mengidentifikasi pikiran-pikiran dan
bayangan klien ketika sebuah emosi
dipicu, seberapa jauh klien dapat
mampu mengontrol pikirannya.
3. Tahap III
Priotitaskan penetapan penanganan
termasuk besarnya distress dan
beratnya gejala. Sehingga masalah
terberat terlebih dahulu yang segera di
selesaikan.
4. Tahap IV
Tahap akhir terapi setelah mengetahui
prioritas penanganan masalah yang
terlebih dahulu diselesaiakan.
Sehingga terapis dapat memfokuskan
pada penghilangan gejala dan
menekankan untuk mengubah pola
pikir klien. Klien dibantu untuk
memahami hubungan antara perasaan,
pikiran dan perilakunya.

TUK P2 : Setelah 1 x 24 jam SP 2 Klien :


Klien mampu pertemuan klien :  Evaluasi tanda dan gejala halusinasi
mengontrol halusinasi  Mampu menyebutkan  Validasi kemampuan pasien melakukan
dengan minum obat kegiatan yang sudah latihan menghardik dan berikan pujian
yang benar dilakukan  Evaluasi manfaat melakukan menghardik
 Mampu menjelaskan  Latih cara mengontrol halusinasi dengan
cara mengontrol obat (jelaskan 6 benar :
halusinasi dengan jenis,guna,dosis,frekuensi,cara,kontiniutas
minum obat minum obat) dengan tindakan :
- Jelaskan pentingnya penggunaan obat
- Jelaskan akibat obat jika tidak diminum
- Jelaskan cara minum obat dengan 6
prinsip benar
- Latihan klien minum obat secara teratur
 Masukan pada jadwal kegiatan harian
Terapi Kognitif (Cognitive Therapy)
 Melaksanakan Terapi Kognitif Sesi II
- Latih cara mengontrol halusinasi
dengan cara minum obat dengan prinsip
6 benar
- Identifikasi Penggunaan tanggapan
rasional terhadap pikiran negatif yang
kedua :
Pikiran Negatif :
- Klien Mengatakan Males Minum Obat
Karena Obat ItuPahit Dan Membuat
mengantuk.
Pikiran Positif :
- Memotivasi Klien Bahwa Dengan
Bercakap-Cakap Dengan Teman Dan
Perawat Ruangan Bisa Mengurangi
Bisikan-Bisikan Yang Didengar

TUK P 3 : Setelah 1 x 24 jam SP 3 Klien :


Klien mampu pertemuan klien :  Evaluasi tanda dan gejala halusinasi
mengontrol halusinasi  Mampu menyebutkan  Validasi kemampuan pasien melakukan
dengan bercakap – kegiatan yangtelah latihan menghardik dan jadwal minum
cakap dengan orang dilakukan obat,berikan pujian
lain  Mampu membuat  Latih cara mengontrol halusinasi
jadwal kegiatan sehari dengan bercakap – cakap saat terjadi
– hari dan mampu halusinasi
memperagakannya  Masukan pada jadwal kegiatan harian

Terapi Kognitif (Cognitive Therapy)


 Melaksanakan Terapi Kognitif Sesi III
- Latih cara mengontrol halusinasi
dengan bercakap-cakap
- Identifikasi Penggunaan tanggapan
rasional terhadap pikiran negatif yang
ketiga :
Pikiran Negatif :
- Klien Mengatakan Sering Bicara Dengan
Suara bisikan Yang Didengar
Pikiran Positif :
- Memotivasi Klien Bahwa Dengan
Bercakap-Cakap Dengan Teman Dan
Perawat Di Ruangan Bisa
Mengurangi Bisikan-Biskan Yang
Didengar
TUK P 4 : Setelah 1 x 24 jam SP 4 Klien :
Klien mampu pertemuan klien :  Validasi kemampuan klien melakukan
melakukan kegiatan  Mampu menyebutkan kemampuan mengharik, minum obat
harian untuk kegiatan yang telah sesuai jadwal, dan bercakap-cakap dengan
mengontrol halusinasi dilakukan orang lain : berika pujian
 Mampu menjelaskam  Evaluasi manfaat melakukan menghardik,
cara mengontrol minum obat sesuai jadwal, dan bercakap-
halusinasi dengan cakap dengan orang lain
melakukan kegiatan  Latih cara mengontrol halusinasi dengan
harian melakukan kegiatan harin (mulai dengan 2
 Mampu menerapkan kegiatan) selanjutnya masukkan pada
terapi kognitif dalam jadwal kegiatan harian.
menghilangkan pikiran
negatif kepikiran Terapi Kognitif (Cognitive Therapy)
positif  Melaksanakan Terapi Kognitif Sesi IV
- Identifikasi Penggunaan tanggapan
rasional terhadap pikiran negatif yang
keempat
Pikiran Negatif :
- Klien Mengatakan Malas Mengikuti
Jadwal Aktivitas Yang Terapkan di
ruangan
Pikiran Positif :
- Memotivasi Klien Untuk Memasukan
Semua Kegiatan Yang Sudah Dilatih
Kedalam Aktivitas Terjadwal ,Seperti
Klien Mengikuti Kegiatan Yang Sudah
Diterapkan Diruangan.
- Manfaat tanggapan rasional terhadap
pikiran otomatis negatif (ungkapan
hasil dalam mengikuti terapi kognitif

2. Isolasi sosial : menarik TUM : Setelah1 X 24 Jam SP 1 Klien


diri Klien dapat pertemuan pasien:  Identifikasi penyebab isolasi social : siapa
berhubungan dengan  Mampu yang serumah, siapa yang dekat, yang
orang lain secara mengidentifikasi tidak kenal dan apa sebabnya
optimal penyebab isolasi  Identifikasi keuntungan punya teman
social, keuntungan dantidak bercakap-cakap.
TUK P 1 : mempunyai teman  Identifikasi kerugian pasien dengan pasien
1. Mampu membina dan bercakap –cakap atau tamu
hubungan saling dan kerugian tidak  Latih cara berkenalan dengan pasien
percaya punya teman dan dan perawat atau tamu
2. Menilai kemampuan tidak bercakap-cakap  Masukkan kedalam jadwal kegiatan harian
yang dapat  Mampu berkenalan untuk latihan berkenalan
digunakan dengan pasien,
3. Pasien dapat perawat atau tamu
mengidentifikasi  Mampu menyusun
kemampuan dan kegiatan harian
aspek positif yang berkenalan
dimiliki
4. Pasien dapat
menilai kemampuan
yang dimiliki
5. Pasien dapat
menetapkan
merencanakan
kegiatan sesuai
dengan kemampuan
yang dimiliki
6. Pasien dapat
melakukan kegiatan
sesuai dengan
kondisi sakit dan
kemampuannya

TUK 2 P : Setelah1 x 24 jam klien SP 2 Klien


Klien mampu mampu :  Evaluasi jadwal kegiatan hari klien (sp1)
bersosialisasi dengan  Berbicara saat  Latih cara berbicara saat
melati 2-3 orang dan melakukan kegiatan melakukan kegiatan (2 kegiatan)
berbicara sambil harian(2 kegiatan)  Masukkan dalam jadwal kegiatan latihan
melakukan kegiatan  Mampu menyusun berkenalan dengan 2-3 orang pasien,
jadwal untuk perawat atau tamu atau berbicara saat
berbicara sambil melakukan kegiatan
melakukan kegiatan
dan
berkenalan dengan 2-3
orang

TUK 3 P : Setelah 1 X 24 Jam klien SP 3 Klien


Klien mampu mampu :  Mengevaluasi jadwal kegiaan harian
bersosialisasi dengan  Berbicara saat klien (sp1)
berlatih 4-5 orang melakukan kegiatan  Melatih cara berbicara saat melakukan
harian (2 kegiatan) kegiatan (2 kegiatan)
 Mampu menyusun  Memasukkan dalam jadwal kegiatan
jadwal untuk latihan berkenalan.
berbicara sambil
melakukaan kegiatan
dan berkenalan
dengan 4-5 orang

TUK 4 P : Setelah 1 X 24 Jam pasien SP 4 Klien


Klien mampu cara mampu:  Mengevaluasi jadwal kegiatan
berbicara social  Melakukan cara bicara sebelumnya(sp 1, 2, 3)
social: meminta sesuatu  Melatih cara bicara social: meminta
dan menjawab sesuatu dan menjawab sesuatu
pertanyaan  Memasukkan kedalam jadwal kegiatan
pasien cara sesuatu dan menjawab
pertanyaan
3. Resiko Perilaku TUM : Setelah 1 x 24 jam SP 1 Klien :
Kekerasan Klien dapat mengontrol pertemuan, klien :  Membina hubungan saling percaya
dan mengendalikan  Dapat menyebutkan dengan tindakan :
perilaku kekerasan penyebab, tanda dan - Mengucapkan salam terapeutik
gejala, jenis perilaku - Jabat tangan
TUK P 1 : kekerasan yang biasa - Menjelaskan hubungan interaksi
Klien mampu dilakukan dan akibat - Membuat kontrak, topik, waktu dan
mengontrol PK dengan perilaku kekerasan tempat
latihan fisik 1 & 2  Dapat menyebutkan  Identifikasi penyebab perasaan marah,
cara mencegah/ tanda dan gejala yang dirasakan, PK yang
mengontrol perilaku dilakukan, akibat PK yang dilakukan
kekerasan dengan cara  Jelaskan cara mengontrol PK : fisik, obat,
fisik 1 & 2 verbal, spiritual
 Dapat mengontrol PK  Latih cara mengontrol PK dengan
dengan cara fisik 1 & cara fisik 1 (tarik nafas dalam) dan 2
2 (memukul kasur/bantal)
 Masukkan pada jadwal kegiatan untuk
kegiatan fisik

TUK P 2 : Setelah 1 x 24 jam SP 2 Klien :


Klien mampu pertemuan, klien :  Validasi : kemampuan melakukan tarik
mengontrol PK dengan  Dapat menyebutkan nafas dalam pukul kasur dan bantal,
minum obat cara mengontrol PK berikan pujian
dengan minum obat  Tanyakan mafaat melakukan latihan dan
 Dapat mengontrol PK menggunakan cara fisik 1
dengan minum obat & 2 beri pujian
 Latih cara mengontrol PK dengan
obat (jelaskan 6 benar : benar nama,
benar jenis, benar dosis, benar waktu,
benar
cara, kontiunitas minum obat)
 Masukkan pada jadwal kegiatan : latihan
fisik dan minum obat

TUK P 3 : Setelah 1 x 24 jam SP 3 Klien :


Klien mampu pertemuan, klien :  Evaluasi : jadwal kegiatan harian
mengontrol PK dengan  Dapat menyebutkan  Validasi : kemapuan pasien melakukan
cara verbal cara mengontrol PK tarik nafas dalam, pukul kasur dan bantal,
dengan cara verbal jadwal minum obat, beri pujian
 Dapat mengontrol PK  Tanyakan manfaat melakukan latihan
dengan cara verbal tarik nafas dalam, pukul kasur dan bantal,
manfaat minum obat, beri pujian
 Latih cara mengontrol PK secara verbal
(yaitu bicara yang baik, meminta,
menolak, dan mengungkapkan perasaan)
 Masukkan pada jadwal kegiatan harian
TUK P 4 : Setelah 1 x 24 jam SP 4 Klien :
Klien mampu pertemuan, klien :  Evaluasi jadwal kegiatan harian
mengontrol PK dengan  Dapat menyebutkan  Validasi : kemapuan klien dalam
cara spiritual cara mengontrol PK melakukan tarik nafas dalam, pukul kasur
dengan cara dan bantal, minum obat yang benar dan
spiritual patuh, bicara yang baik, berikan pujian
 Dapat mengontrol PK  Tanyakan mafaat latiha tarik nafas
dengan cara spiritual dalam, pukul kasur dan bantal, minum
obat, dan menerapkan cara bicara yang
baik, beri pujian
 Latih mengontrol marah dengan cara
spiritual (2 kegiatan)
 Selanjutnya masukkan pada jadwal
kegiatan untuk latihan fisik, minum obat,
verbal, dan spiritual
 Anjurkan membantu pasien sesuai
jadwal dan memberi pujian
IMPLEMENTASI DAN EVALUASI
Nama Pasien : Tn. A

Ruangan : Arjuna
No. Mr : 000130322
IMPLEMENTASI DAN EVALUASI

Nama Pasien : Tn. A


Ruangan :
No. Mr : 000130322

NO Diagnosa Tgl dan Jam Implementasi Keperawatan Evaluasi Paraf


1 Gangguan SP 1 Sesi 1 S:
persepsi - Klien mengatakan mendengar suara
sensori : 1. Membina hubungan saling percaya pada palsu yang menyuruhnya pergi kesuatu
Halusinasi pasien tempat dan memukul lantai
Pendengaran - Mengucapkan salam teraupetik - Klien mengatakan sudah mampu
- Menjelaskan hubungan interaksi mengubah pola pikir negatifnya bahwa
- Membuat kontrak, topik, waktu dan suara yang didengar adalah suara palsu
tempat dan tidak nyata
2. Membantu klien mengenali - Klien mengatakan senang dengan
halusinasi latihan yang diberikan oleh perawat
3. Mengidentifikasi pikiran negatif yang - Klien mengatakan mampu
pertama dan penggunaan tanggapan secara mengontrol halusinasinya dengan
rasional :Bahwa klien mendengar suara cara menghardik
palsu dengan melatih klien mengontrol - Klien mengatakan suara- suara yang
halusinasi dengan cara menghardik didengar
4. Meminta klien memperagakan cara
menghardik
5. Memasukan dalam jadwal harian
6. Mengikuti Terapi Kognitif
sudah berkurang
- Klien mengatakan senang mengikuti
Terapi kognitif

O:
- Klien tampak gelisah dan banyak diam
- Klien tampak mau mengungkapkan
pikiran negatifnya dengan perawat
- Klien tampak mampu meragakan
cara menghardik dengan benar
- Klien tampak bisa mengubah pola
pikirnya bahwa suara itu suara palsu
tidak nyata dengan cara latihan
menghardik
- Klien tampak senang mengikuti
Terapi kognitif
A:
- Klien mampu melakukan SP 1 yaitu
mengontrol halusinasi dengan cara
menghardik dengan inovasi terapi kognitif

P:
- Lanjutkan SP 2 Sesi II (Minum obat
secara teratur) dan Inovasi Terapi
Kognitif tanggapan pikiran otomatis
negatif kedua
No Diagnosa Tgl dan Jam Implementasi Keperawatan Evaluasi Paraf
1 Gangguan persepsi Selasa, 11 SP 2 S:
sensori : Januari 2022 - Klien mengatakan semalam masih
Halusinasi (Jam 11.00) 1. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian mendengar suara- suara dan ia
pasien. (apakah bapak sudah dipakai mencoba memutus dengan cara
cara yang telah kita latih menghardik menghardik.
halusinasinya? - Klien mengatakan sudah mulai tahu
Bagus , sesuai janji kita kemaren dengan prinsip 6 benar minum obat
kita hari ini akan membahas (jenis, guna, frekuensi, cara,
pentingnya penggunaan obat kontinuitas minum obat)
halusinasi. - Klien mengatakan senang mengikuti
2. Memberikan pendidikan kesehatan Terapi Kognitif
tentang penggunaan obat secara teratur - Klien mengatakan minum obat 2x
(Nah pak obat halusinasi itu ada 3 sehari pagi jam
macam yaitu (ZPC warna orange, THP 06.00 dan sore jam 18.00 wib
warna putih, HP merah jambu) ketiga - Klien mengatakan jika saya tidak
macam obat ini bapak gunakan untu marah-marah saya akan segera sembuh
mengendalikan halusinasi yang bapak dan cepat pulang.
rasakan, jika uang orang tua bapak O:
tidak ada bapak bisa kok berobat ke - Klien masih tampak tampak
puskesmas ya pak) bingung ketika ditanya tentang
3. Menganjurkan pasien memasukan prinsip 6
dalam jadwa kegiatan harian pasien.
(bagaimana perasaan bapak setelah
latihan hari ini ? jadi sudah dua cara
yang bapak pelajari untuk mencegah benar obat
suara-suara itu ? baik, coba lah - Klien tampak senang mengikuti
kedua cara ini jika suara- suara itu Terapi Kognitif
muncul kembali.
Bagaimana kalau kita masukan A:
kejadwal kegiatan harian bapak) - Masalah gangguan sensori
persepsi: halusinasi dengan SP 2
(latihan minum obat secara
teratur) belum optimal

P:
- Latih kembali cara mengontrol
halusinasi prinsip 6 benar dengan
inovasi terapi kognitif
No Diagnosa Tgl dan Jam Implementasi Keperawatan Evaluasi Paraf
1 Gangguan selasa, 11 SP 2 Sesi II S:
persepsi Janari 2022  Mengevaluasi tanda dan gejala - Klien mengatakan paham dengan
sensori : (Jam 14.00) halusinasi prinsip 6 benar minum obat ( Jenis,
Halusinasi  Mengevaluasi kemampuan klien guna, dosis, frekuensi, cara,
Pendengaran dalam melakukan latihan kontinuitas minum obat)
menghardik dan beri pujian - Klien mengatakan senang
 Evaluasi manfaat melakukan mengikuti terapi kognitif
menghardik - Klien mengatakan bisa mengulang
 Melatih cara mengontrol halusinasi kembali terapi latihan cara
dengan obat menghardik
(jenis,guna,dosis,frekuensi, cara, - Klien mengatakan mengontrol
kontinuitas minum obat) dan melatih halusinasi dengan minum obat
kemampuan mengubah pola pikir teratur
negatif pasien dengan melakukan - Klien mengatakan tidak malas lagi
latihan menghardik dan berikan pujian untuk minum obat
 Penggunaan tanggapan rasional - Klien mengatakan
terhadap pikiran negatif yang kedua
: bahwa klien malas untuk minum
obat
mampu mengubah pola pikir bahwa
dengan minum obat bisa membuat
pikiran tenang dan suara tidak
datang lagi
- Klien mengatakan minum obat 2x
sehari pagi jam 06.00 dan sore jam
18.00 wib
O:
- Klien tampak paham ketika
ditanya tentang prinsip 6 benar
obat
- Klien mengatakan senang mengikuti
Terapi Kognitif
- Klien tampak tenang setelah
diberikan latihan mengubah pola
pikir negatif dengan cara
mengontrol halusinasi dengan
minum obat
- Konsentrasi sudah lebih baik.
- Klien tampak mampu
mempraktekan kembali atau
mengulangi cara
mengubah pola pikir negatif
dengan
mengontrol halusinasi
menghardik dan minum
obat secara teratur

A:
- Masalah gangguan
persepsi sensori :
halusinasi dengan SP 2
(latihan minum obat
secara teratur) dengan
inovasi terapi kognitif
sudah optimal

P:
- Lanjutkan SP3 Sesi III
(latihan bercakap-cakap
dengan orang lain) dan
tanggapan rasional pikiran
otomatis negatif yang
ketiga
No Diagnosa Tgl dan Jam Implementasi Keperawatan Evaluasi Paraf
1 Gangguan Rabu , 12 SP 3 S:
persepsi (Januari 2022 1. Mengevaluasi jadwal kegiatan - Klien mengatakan
sensori : Jam 10.00) harian pasien (apakah sudah mampu menyebutkan 2
Halusinasi dipakai dua cara yang telah kita cara mengontrol
Pendengaran latih ? bagaimana hasilnya ? Bagus halusinasi dengan
sesuai janji hari ini kita akan menghardik dan minum
membahas caramengontrol obat.
halusinasi dengan mengendalikan - Klien mengatakan masih
halusinasi dengan bercakap-cakap sering lupa
dengan orang lain. Cara ketiga untu mempraktekan cara
mencegah halusinasi dengan cara mengontrol halusinasi
bercakap- cakap dengan orang lain, dengan cara bercakap-
jadi kalau bapak mendengar suara- cakap
suara, langsung ajak perawat atau O:
teman yang disamping bapak - Klien tampak mampu
ngobrol misalnya : tolong, saya menyebutkan 2 cara
mulai mendengar suara-suara, ayok mengontrol halusinasi
ngobrol dengan saya menghardik dan 6 benar
prinsip minum obat
2. Menganjurkan pasien memasukan dengan terapi kognitif
dalam jadwal kegiatan harian - Klien tampak bingung
pasien. (Bagaimana perasaan ketika ditanya tentang
bapak
? Coba bapak sebutkan 3 cara cara mengontrol
untuk mencegah halusinasinya halusinasi dengan cara
yang telah kita latih, wah bagus ya bercakap-cakap
pak. Nah mari kita masukan A:
kedalam jadwal kegiatan harian - Masalah gangguan
bapak. Besok kita akan membahas O: sensori persepsi:
cara mengontrol halusinasi dengan - Klien tampak
halusinasi mampu
dengan
melakukan kegiatan dirumah bercakap-cakap
bercakap-cakap dengan belum
seperti menyapu ya pak) perawat
optimal dan orang lain
P: - Klien tampak sudah
- sudah
Latih berpikir
cara positif
bahwa dengan
mengontrol bercakap-
halusinasi
cakap dengan
bercakap- cakap orang lain
dapat
denganmengontrol
terapi kognitif
halusinasinya
No Diagnosa Tgl dan Jam Implementasi Keperawatan - KlienEvaluasi
tampak senang dan Paraf
1 Gangguan rabu, 12 SP 3 Sesi III S: bersemangat dengan
persepsi (Januari 2022 latihan
- Klien terapi yang
mengatakan sudah
suara-
sensori : Jam 14.00)  Mengevaluasi tanda dan gejala diajarkan.
suara bisikan sudah
Halusinasi halusinasi A: berkurang
Pendengaran  Memvalidasi kemampuan pasien - - Klien
Masalah gangguan
mengatakan mampu
(sensori persepsi:
menyebutkan 2 cara
melakukan latihan menghardik
halusinasihalusinasi
mengontrol ) bercakap-
danjadwal minum obat, berika cakapmenghardik
dengan dengan inovasi dan
pujian terapiobat.
minum kognitif sudah
 Melatih cara mengontrol halusinasi optimal
- Klien mengatakan sudah
dengan bercakap-cakap P: mampu mengontrol
 Memvalidasi kemampuan - halusinasi
Lanjutkan SP4 latihan
bercakap-cakap
mengubah pola pikir negatif pasien aktivitas
dengan teman terjadwal) dan
dan perawat
terapi kognitif
diruangan
melakukan latihan menghardik dan
Sesimengatakan
- Klien IV dengan sudah
jadwal minum obat,berikan pujian tanggapan
mampu mengubahrasionalpola
 Penggunaan tanggapan rasional pikiran
pikir negatif
negatif denganyang
latihan
terhadap pikiran negatif yang keempat dan manfaat
bercakap-cakap dengan
ketiga dari lain
orang penerapan latihan
: bahwa klien sering bicara sendiri yang sudah dilatih
dengan suara bisikan yang didengar dan diterapkan
No Diagnosa Tgl dan Jam Implementasi Keperawatan Evaluasi Paraf
1 Gangguan SP 4 S:
persepsi 3. Mengevaluasi jadwal kegiatan - Klien mengatakan
sensori : harian pasien. bahwa dirinya sudah
Halusinasi (apakah suara-suaranya masih dapat mengontrol
Pendengaran sering muncul ? apakah sudah halusinasinya
dipakai 3 cara yang telah kita - Klien mengatakan
latih ? bagaimana hasilnya ? mampu mengulang
coba saya lihat jadwal kembali latihan 1,2,
kegiatan harian bapak. Bagus dan 3
ya pak.
Sesuai janji kita, hari ini akan O:
mendiskusikan tentang - Klien tampak tenang
mengendalikan halusinasi - Klien tampak mampu
dengan melakukan kegiatan memasukan kegiatan
rumah seperti menyapu ya pak) kedalam kegiatan
4. Melatih pasien mengendalikan harian
halusinasi dengan melakukan A:
kegiatan yang dirumah. - Masalah gangguan
(apa saja yang bisa bapak sensori persepsi:
lakukan dirumah ? wah bagus halusinasi optimal
ya pak banyak yang bisa bapak sebagian
lakukan dirumah sakit ini. Nah P: Lanjutkan cara mengontrol
sekarang kita akan melakukan halusinasi dengan cara
menyapu rumah ya pak ? memasukan latihan kedalam
caranya : Ambil sapu, pegang jadwal kegiatan
gangangya, menyapu dengan
searah ya pak. Kegiatan ini
dapat bapak lakukan jika suara-
suara itu muncul)
5. Menganjurkan pasien
memasukan kedalam jadwal
kegiatan harian pasien.
(bagaimana perasaan bapak ?
coba bapak sebutkan 3 cara
untuk mencegah halusinasi
yang telah kita latih, wah bagus
ya pak. Nah mari kita masukan
dalam kejadwal kegiatan
harian bapak.

Gangguan SP 4 Sesi IV S:
persepsi  Memvalidasi kemampuan klien - Klien mengatakan
STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN

PERTEMUAN KE 1

TANGGAL 10 Januari 2022

Pertemuan / SP :I/I
Nama Klien : Tn. A
Hari / Tanggal : Senin, 10 Januari 2022
Ruangan : Arjuna

A. Proses Keperawatan

1. Kondisi klien :

a. Data Subyektif

Klien setiap hari selalu mendengar bisikan yang tidak jelas, sering tertawa
sendiri, dan memintanya untuk melakukan hal yang berbahaya seperti melukai
dirinya dengan menggunakan pisau dan api rokok

b. Data Obyektif :

Klien tampak berbicara sendiri


Klien tampak tertawa dan senyum sendiri
Klien kurang konsentrasi
c. Diagnosa keperawatan : Gangguan sensori persepsi: halusinasi pendengaran
d. Tujuan khusus :

Klien dapat mengontrol atau mengendalikan halusinasi yang dialami


Klien dapat mengontrol mengendalikan halusinasi dengan menghardik

e. Tindakan keperawatan :

- Membina hubungan saling percaya dengan tindakan :

- Mengucapkan salam terapeutik

- Jabat tangan

- Menjelaskan hubungan interaksi

- Membuat kontrak,topik,waktu dan tempat


- Membantu klien mengenali halusinasi (jenis,isi,waktu,frekuensi,situasi dan
respon)

- Melatih mengontrol halusinasi dengan cara menghardik,tahapan tindakan


meliputi :

- Jelaskan cara menghardik

- Peragakan cara menghardik

- Minta klien memperagakan cara menghardik

- Menganjurkan pasien memasukan kegiatan berkenalan dengan orang lain dalam


jadwal kegiatan harian

B. Proses Pelaksanaan Tindakan

1. Orientasi

a. Salam Terapeutik

“Selamat pagi Bapak, perkenalkan nama saya perawat Ahmad Sudika S,


senang dipanggil Dika, Saya yang berdinas diruangan ini dari jam 07.00-
14.00 WIB. Kalau boleh tahu nama Bapak siapa? Senang dipanggil apa?”
b. Evaluasi Validasi
“Bagaimana perasaan Bapak hari ini?” Semalam bisa tidur tidak?
c. Kontrak
”Baiklah, bagaimana kalau kita bercakap-cakap tentang bisikan atau suara yang
selama ini bapak dengar?
“Di mana kita duduk? di ruangan atau di taman?bapak mau mengobrol berapa
lama? bagaimana kalau 10 menit ? agar halusinasi yang bapak rasakan bisa
berkurang”. Apa bapak bersedia ?”
2. Fase Kerja
”Apakah pak A mendengar suara tanpa ada wujudnya? “ Apa yang dikatakan suara
itu?’’
” Apakah terus-menerus mendengar atau sewaktu-waktu? kapan yang paling sering
bapak A mendengar suara itu ? berapa kali sehari bapak A alami? pada keadaan apa
suara itu terdengar ? apakah pada waktu sendiri?”
” Apa yang bapak rasakan pada saat mendengar suara itu?”
”Apa yang bapak lakukan saat mendengar suara itu? Apakah dengan cara itu suara
– suara itu hilang? Bagaimana kalau kita belajar cara-cara untuk mencegah suara
itu muncul?
” Pak A, ada empat cara untuk mencegah suara itu muncul. Pertama, dengan
menghardik atau melawan suara tersebut. Kedua, dengan cara menggunakan obat
secara teratur. Ketiga, bercakap-cakap (mengobrol) dengan orang lain, dan yang ke
empat melakukan kegiatan aktivitas yang terjadwal.”
”Bagaimana kalau kita belajar satu cara dulu, yaitu dengan menghardik atau
melawan suara yang bapak dengar ”.
”Caranya sebagai berikut: saat suara-suara itu muncul, langsung Pak A tutup mata
dan katakan dalam hati, pergi saya tidak mau mendengar kamu, kamu tidak nyata.
Kamu hanya suara palsu.’’ Begitu diulang-ulang sampai suara itu tak terdengar
lagi. Coba Pak A peragakan! Nah begitu... bagus! Coba lagi ! ya bagus Pak A
sudah bisa’’
Jadi da 4 cara untuk mengontrol halusinasi, yaitu dengan cara menghardisk, minum
obat, bercakap-cakap dan melakukan aktivitas terjadwal, hari ini yang kita pelajari
yaitu dengan menghardik.’’

C. FASE TERMINASI
a. Evaluasi respon klien erhadap tindakan keperawatan
- Evaluasi klien (subjektif)
“Bagaimana perasaan Bapak setelah berbincang-bincang dan setelah latihan
tadi Pak?” “Bisa diulang Pak bagaimana cara menghardik?”
- Evaluasi perawatan (objektif setelah reinforcement)
Klien mampu memperagakan cara menghardik suara-suara
b. Tindak lanjut klien (apa yang perlu dilatih oleh klien sesuai hasil tindakan yang
telah dilakukan):
“Bagaimana jika besok kita bertemu lagi Pak untuk berbincang-bincang
kembali?” “Bapak bersedia?”
c. Kontrak yang akan datang:
- Topik : “Besok kita bertemu lagi untuk berlatih bagaimana cara
mengendalikan suara-suara dengan cara kedua”
- Waktu : “Untuk besok Bapak ingin kita berbincang – bincang pukul
berapa Pak?” “Bapak mau kita berbincang-bincang berapa menit?”
- Tempat : “Bapak ingin berbincang – bincang dimana untuk besok?”
“Baik kalau begitu, kita bertemu lagi besok ya Pak. Saya kembali ke nurse
station, Selamat Siang”

CATATAN PERKEMBANGAN
Nama : Tn A Ruangan : Arjuna
Tgl/Jam :10 Desember 2022 Jam : 10.00

Hari/tgl/jam Implementasi Evaluasi


Senin/ 10 Subjektif : S:
Januari 2020 - Klien mengatakan senang - Klien mengatakan
Jam 10.00 – berlatih menhardik suara-suara senang berlatih
10.15 WIB - Klien mengatakan senang menghardik
latihan menhardik suara
- Klien mengatakan senang dan O:
mau memasukkan kegiatan - Klien tampak mau
kedalam jadwal harian berlatih
- Klien mampu
Objektif : menghardik suara-suara
- Klien tampak berlatih - Klien memasukkan
menghardik kegiatan dalam jadwal
kegiatan harian
Diagnosa Keperawatan :
Halusinasi pendengaran A : Halusinasi pendengaran

Tindakan Keperawatan :
- Mengidentifikasi penyebab isolasi P : Planning Pasien
sosial pasien - Masukan kegiatan
- Berdiskusi dengan pasien tentang kedalam jadwal kegiatan
menghardik suara-suara harian
- Mengajarkan pasien mengahrdik
suara-suara
- Menganjurkan pasien memasukan
kegiatan berkenalan dengan orang
lain dalam jadwal kegiatan harian

Rencana Tindak Lanjut :


Evaluasi Sp 1 Ahmad Sudika Sanusi
211030230293
STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN

PERTEMUAN KE 2

TANGGAL 11 Januari 2022

Pertemuan / SP : II / II
Nama Klien : Tn. A
Hari / Tanggal : Selasa, 11 Januari 2022
Ruangan : Arjuna

A. Proses Keperawatan

1. Kondisi klien :

a. Data Subyektif

Klien setiap hari selalu mendengar bisikan yang tidak jelas, sering tertawa
sendiri, dan memintanya untuk melakukan hal yang berbahaya seperti melukai
dirinya dengan menggunakan pisau dan api rokok

b. Data Obyektif :

Klien tampak berbicara sendiri


Klien tampak tertawa dan senyum sendiri
Klien kurang konsentrasi
c. Diagnosa keperawatan : Gangguan sensori persepsi: halusinasi pendengaran
d. Tujuan khusus :

Pasien mampu mengontrol halusinansinya dengan cara minum obat secara


teratur

Tindakan keperawatan :

- Menjelaskan kegunaan obat

- Menjelaskan akibat bila putus obat

- Menjelaskan cara mendapatkan obat/berobat


- Menjelaskan cara menggunakan obat dengan prinsip 6 benar

B. Proses Pelaksanaan Tindakan

1. Orientasi

a. Salam Terapeutik

”Assalamualaikum Bapak.Bagaimana perasaan Bapak hari ini ?Apakah suara -


suara masih terdengarl ?Apakah sudah dipakai cara yang telah kita latih
kemarin ? Berkurangkah suara-suara itu ? Bagus!Evaluasi Validasi
“Bagaimana perasaan Bapak hari ini?” Semalam bisa tidur tidak?
b. Kontrak
Sesuai janji kita kemarin, saya akan latih cara yang kedua untuk mengontrol
halusinasi dengan cara minum obat secara teratur. Kita akan latian selama 15
menit. Mau dimana ? Disini saja ? apakah bapak sudah siap?
2. Fase Kerja
”Bapak, adakah bedanya setelah minum obat secara teratur? Apakah bayangan-
bayangannya berkurang/hilang? Minum obat sangat penting supaya bayangan-
bayangan yang Bapak lihat dan mengganggu selama ini tidak muncul lagi. Berapa
macam obat yang Bapak minum?(Perawat menyiapkan obat untuk pasien) Ini yang
warna orange(CPZ) 3 kali sehari jam berapa? Pagi, jam 1 siang dan jam 7 malam,
gunanya untuk menghilangkan bayangan halusinasi. Ini yang putih(THP) 3 kali
sehari jamnya sama, gunanya untuk rileks dan tidak kaku. Sedangkan yang merah
jambu? (HP) 3 kali sehari jamnya sama, gunanya untuk pikirannya lebih tenang.
Kalau bayangan-bayangan sudah hilang obatnya tidak boleh dihentikan. Nanti
konsultasikan dengan dokter. Kalau putus obat, Bapak bisa kambuh dan sulit untuk
Mengembalikan keadaan semula. Kalau obat habis Bapak bisa minta obat ke dokter
untuk mendapatkan obat lagi. Bapak juga harus teliti saat menggunkan obat-obatan
ini. Pastikan obatnya benar, Artinya Bapak harus memastikan bahwa itu benar-
benar punya Bapak. Jangan keliru dengan obat punya orang lain. Baca nama
kemasannya. Pastikan obat itu diminum pada waktunya, dengan cara yang benar,
yaitu dimakan sesudah makan dan tepat jamnya. Bapak juga harus perhatikan
berapa jumlah obat sekali minum, dan harus cukup minum 10 gelas per hari”

C. FASE TERMINASI
a. Evaluasi respon klien erhadap tindakan keperawatan
- Evaluasi klien (subjektif)
”Bagaimana perasaan Bapak setelah kita bercakap-cakap tentang obat?
Sudah berapa cara yang kita latih untuk mencegah bayang-bayang itu?
Coba jelaskan! Bagus, (jika jawaban benar).
- Evaluasi perawatan (objektif setelah reinforcement)
Klien mampu memperagakan minum obat
b. Tindak lanjut klien (apa yang perlu dilatih oleh klien sesuai hasil tindakan yang
telah dilakukan):
”Mari kita masukkan jadwal minum obatnya pada jadwal kegiatan Bapak. Jangan
lupa pada waktu minum minta obat pada perawat atau keluarga kalau dirumah.
Nah makanan sudah datang.”
c. Kontrak yang akan datang:
- Topik : “Besok kita bertemu lagi untuk berlatih bagaimana cara
mengendalikan suara-suara dengan cara ketiga”
- Waktu : “Untuk besok Bapak ingin kita berbincang – bincang pukul
berapa Pak?” “Bapak mau kita berbincang-bincang berapa menit?”
- Tempat : “Bapak ingin berbincang – bincang dimana untuk besok?”
“Baik kalau begitu, kita bertemu lagi besok ya Pak. Saya kembali ke nurse
station, Selamat Siang”
CATATAN PERKEMBANGAN
Nama : Tn A Ruangan : Arjuna
Tgl/Jam :11 Desember 2020 Jam : 10.00

Hari/tgl/jam Implementasi Evaluasi


Senin/ 11 Subjektif : S:
Januari 2020 - Klien mengatakan mau minum - Klien mengatakan mau
Jam 10.00 – obat minum obat
10.15 WIB
Objektif : O:
- Klien tampak minum obat - Klien tampak minum
obat
Diagnosa Keperawatan :
Halusinasi pendengaran A : Halusinasi pendengaran

Tindakan Keperawatan :
P : Planning Pasien
- Menjelaskan kegunaan obat
- Masukan kegiatan
kedalam jadwal kegiatan
- Menjelaskan akibat bila putus harian
obat

- Menjelaskan cara mendapatkan


obat/berobat

- Menjelaskan cara menggunakan


obat dengan prinsip 6 benar Ahmad Sudika Sanusi
211030230293

Rencana Tindak Lanjut :


Evaluasi Sp 2
STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN

PERTEMUAN KE 3

TANGGAL 12 Januari 2022

Pertemuan / SP : III / III


Nama Klien : Tn. A
Hari / Tanggal : Selasa, 12 Januari 2022
Ruangan : Arjuna

A. Proses Keperawatan

1. Kondisi klien :

a. Data Subyektif

Klien setiap hari selalu mendengar bisikan yang tidak jelas, sering tertawa sendiri, dan
memintanya untuk melakukan hal yang berbahaya seperti melukai dirinya dengan
menggunakan pisau dan api rokok

b. Data Obyektif :

Klien tampak berbicara sendiri


Klien tampak tertawa dan senyum sendiri
Klien kurang konsentrasi
c. Diagnosa keperawatan : Gangguan sensori persepsi: halusinasi pendengaran
d. Tujuan khusus :

Pasien mampu mengontrol halusinansinya dengan cara minum obat secara teratur

Tindakan keperawatan :

- Mengidentifikasi penyebab halusinasi pasien


- Berdiskusi dengan pasien tentang keuntungan bercakap-cakap dengan orang lain

- Berdiskusi dengan pasien tentang kerugian tidak bercakap-cakap dengan orang lain

- Mengajarkan pasien berkenalan dengan dengan satu orang

- Menganjurkan pasien berkenalan dengan satu orang

- Menganjurkan pasien memasukan kegiatan berkenalan dengan orang lain dalam


jadwal kegiatan harian

B. Proses Pelaksanaan Tindakan

1. Orientasi

a. Salam Terapeutik

”Assalamualaikum Bapak.Bagaimana perasaan Bapak hari ini ?Apakah bapak


sudah minum obat? Berkurangkah suara-suara itu ? Bagus!Evaluasi Validasi
“Bagaimana perasaan Bapak hari ini?” Semalam bisa tidur tidak?
b. Kontrak
Sesuai janji kita kemarin, saya akan latih cara yang ketigaa untuk mengontrol
halusinasi dengan cara bercakap-cakap. Kita akan latian selama 15 menit. Mau
dimana ? Disini saja ? apakah bapak sudah siap?
2. Fase Kerja
“Kalau saya boleh tahu orang yang paling dekat dengan Bapak siapa?” “Menurut
Bapak apa saja keuntungan berinteraksi dengan orang lain?” “Kerugian apa saja
jika Bapak tidak berinteraksi dengan orang lain?” “Bagus sekali Bapak sudah
menyebutkannya dengan baik. Saya akan menambahkannya ya, jadi keuntungan
dari berinteraksi dengan orang lain yaitu Bapak punya banyak teman, saling
menolong, saling bercerita, dan tidak selalu sendirian. Sekarang Saya akan
mempraktekkan bagaimana cara berkenalan.” “Apakah Bapk ingin tau cara
berkenalan dengan orang lain?” “Bagus sekali bapak dapat mempraktekannya
dengan baik.” ”Bagaimana kalau kegiatan berinteraksi dengan orang lain
dimasukan dalam jadwal kegiatan harian?” Bapak ingin melakukan kegiatan ini
berapa kali?” Bapak ingin melakukannya pada jam berapa saja?
C. FASE TERMINASI

a. Evaluasi respon klien erhadap tindakan keperawatan


Evaluasi klien (subjektif)

“Bagaimana perasaan Bapak setelah berbincang-bincang dan setelah latihan


berkenalan tadi Pak?” “Bisa diulang Pak bagaimana cara berkenalan?”

Evaluasi perawatan (objektif setelah reinforcement)

Kontak mata beberapa detik, klien tampak lebih terbuka.

b. Tindak lanjut klien (apa yang perlu dilatih oleh klien sesuai hasil tindakan yang
telah dilakukan):

“Bagaimana jika besok kita bertemu lagi Pak untuk berbincang-bincang


kembali?” “Bapak bersedia?”

c. Kontrak yang akan datang:

Topik: “Besok kita bertemu lagi untuk berlatih bagaimana berbincang-bincang


dalam kegiatan sehari – hari Bapak”

Waktu : “Untuk besok Bapak ingin kita berbincang – bincang pukul berapa
Pak?” “Bapak mau kita berbincang-bincang berapa menit?”

Tempat : “Bapak ingin berbincang – bincang dimana untuk besok?” “Baik


kalau begitu, kita bertemu lagi besok ya Pak. Saya kembali ke nurse station,
Selamat Siang”
CATATAN PERKEMBANGAN
Nama : Tn A Ruangan : Arjuna
Tgl/Jam :12 Desember 2022 Jam : 10.00

Hari/tgl/jam Implementasi Evaluasi


Senin/ 14 Des Subjektif : S:
2020 - Klien mengatakan senang - Klien mengatakan
Jam 10.00 – berkenalan senang berkenalan
10.15 WIB - Klien mengatakan senang - Klien mengatakan
mempunyai teman senang punya teman
- Klien mengatakan senang dan baru
mau memasukkan kegiatan
kedalam jadwal harian O:
- Klien tampak mau
Objektif : berinteraksi
- Klien tampak bicara - Klien mau
seperlunya mennyebutkan
- Klien mampu berkenalan pentingnya berinteraksi
- Klien mampu menyebutkan - Klien memasukkan
pentingnya berinteraksi kegiatan dalam jadwal
kegiatan harian
Diagnosa Keperawatan :
Halusinasi Pendengaran A : Halusinasi Pendengaran
Tindakan Keperawatan :
- Mengidentifikasi penyebab P : Planning Pasien
- Masukan kegiatan
halusinasi pasien kedalam jadwal kegiatan
harian
- Berdiskusi dengan pasien tentang
keuntungan bercakap-cakap
dengan orang lain

- Berdiskusi dengan pasien tentang


kerugian tidak bercakap-cakap
Ahmad Sudika Sanusi
dengan orang lain 211030230293
- Mengajarkan pasien berkenalan
dengan dengan satu orang

- Menganjurkan pasien berkenalan


dengan satu orang

- Menganjurkan pasien memasukan


kegiatan berkenalan dengan orang
lain dalam jadwal kegiatan harian

Rencana Tindak Lanjut :


Evaluasi Sp 3
STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN

PERTEMUAN KE 4

TANGGAL 13 Januari 2022

Pertemuan / SP : IV / IV
Nama Klien : Tn. A
Hari / Tanggal : Selasa, 13 Januari 2022
Ruangan : Arjuna

A. Proses Keperawatan

1. Kondisi klien :

a. Data Subyektif

Klien setiap hari selalu mendengar bisikan yang tidak jelas, sering tertawa
sendiri, dan memintanya untuk melakukan hal yang berbahaya seperti melukai
dirinya dengan menggunakan pisau dan api rokok

b. Data Obyektif :

Klien tampak berbicara sendiri


Klien tampak tertawa dan senyum sendiri
Klien kurang konsentrasi
c. Diagnosa keperawatan : Gangguan sensori persepsi: halusinasi pendengaran
d. Tujuan khusus :

Klien mampu melakukan kegiatan harian untuk mengontrol halusinasi

Tindakan keperawatan :

- Mampu menyebutkan kegiatan yang telah dilakukan


- Mampu menjelaskam cara mengontrol halusinasi dengan melakukan
kegiatan harian
- Mampu menerapkan terapi kognitif dalam menghilangkan pikiran negatif
kepikiran positif

B. Proses Pelaksanaan Tindakan

1. Orientasi

a. Salam Terapeutik

”Assalamualaikum Bapak.Bagaimana perasaan Bapak hari ini ? Berkurangkah


suara-suara itu ? Bagus!Evaluasi Validasi
“ Semalam bisa tidur tidak?
b. Kontrak
Sesuai dengan janji saya kemarin, hari ini kita akan mengevaluasi cara yang
saya ajarkan kemarin dan mengevaluasi kegiatan sehari-hari selama di rumah
sakit.
2. Fase Kerja
Bagaimana kalau kita ulangi yang saya ajarkan kemarin Pak? Pertahankan
seperti itu ya Pak, latih secara teratur. Bagaimana Pak?
Baik Pak, bagaimana kalau membuat jadwal aktifitas yang Bapak lakukan?
Kita mulai dari menghardik, kemudian , minum obat, makan, beriteraksi
dengan px lain

C. FASE TERMINASI

d. Evaluasi respon klien erhadap tindakan keperawatan

Evaluasi klien (subjektif)

“Bagaimana perasaan Bapak setelah berbincang-bincang dan setelah latihan yang


saya ajarkan?”

Evaluasi perawatan (objektif setelah reinforcement)


Klien mampu melakukan latihan-latihan yang telah di ajarkan

e. Tindak lanjut klien (apa yang perlu dilatih oleh klien sesuai hasil tindakan yang
telah dilakukan):

“Bagaimana jika besok kita bertemu lagi Pak untuk berbincang-bincang


kembali?” “Bapak bersedia?”

f. Kontrak yang akan datang:

Topik: “Besok kita bertemu lagi untuk berlatih bagaimana berbincang-bincang


dalam kegiatan sehari – hari Bapak”

Waktu : “Untuk besok Bapak ingin kita berbincang – bincang pukul berapa
Pak?” “Bapak mau kita berbincang-bincang berapa menit?”

Tempat : “Bapak ingin berbincang – bincang dimana untuk besok?” “Baik


kalau begitu, kita bertemu lagi besok ya Pak. Saya kembali ke nurse station,
Selamat Siang”

CATATAN PERKEMBANGAN
Nama : Tn A Ruangan : Arjuna
Tgl/Jam :12 Desember 2022 Jam : 10.00

Hari/tgl/jam Implementasi Evaluasi


Senin/ 14 Des Subjektif : S:
2020 - Klien mengatakan senang - Klien mengatakan
Jam 10.00 – berkenalan senang berkenalan
10.15 WIB - Klien mengatakan senang - Klien mengatakan
mempunyai teman senang punya teman
- Klien mengatakan senang dan baru
mau memasukkan kegiatan
kedalam jadwal harian O:
- Klien tampak mau
Objektif : berinteraksi
- Klien tampak bicara - Klien mau
seperlunya mennyebutkan
- Klien mampu berkenalan pentingnya berinteraksi
- Klien mampu menyebutkan - Klien memasukkan
pentingnya berinteraksi kegiatan dalam jadwal
kegiatan harian
Diagnosa Keperawatan :
Halusinasi Pendengaran
Tindakan Keperawatan : A : Halusinasi Pendengaran
- Mengidentifikasi penyebab P : Planning Pasien
halusinasi pasien - Masukan kegiatan
kedalam jadwal kegiatan
- Berdiskusi dengan pasien tentang harian

keuntungan bercakap-cakap
dengan orang lain

- Berdiskusi dengan pasien tentang


kerugian tidak bercakap-cakap
dengan orang lain Ahmad Sudika Sanusi
211030230293
- Mengajarkan pasien berkenalan
dengan dengan satu orang

- Menganjurkan pasien berkenalan


dengan satu orang

- Menganjurkan pasien memasukan


kegiatan berkenalan dengan orang
lain dalam jadwal kegiatan harian

Rencana Tindak Lanjut :


Evaluasi Sp 3
STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN

PERTEMUAN KE 1

TANGGAL 17 Desember 2022

Pertemuan / SP :I/I
Nama Klien : Tn A
Hari / Tanggal : Senin, 17 Januari 2022
Ruangan : Arjuna

A. Proses Keperawatan

1. Kondisi klien :

a. Data Subyektif

Klien mengatakan selalu menyendiri dan tidak mau berinteraksi dengan orang lain
b. Data Obyektif :

- Klien tampak tertutup


- Klien tampak sering tiduran ditempat tidur
- Klien tidak ada kontak mata dengan lawan bicara, tatapan mata kosong
- Klien terlihat lesu, sering diam
- Klien tampak tidak mau berinteraksi dengan orang lain
- Klien tampak bicara seperlunya

c. Diagnosa keperawatan : Isolasi Sosial

d. Tujuan khusus :

- Pasien dapat berinteraksi degan orang lain


- Pasien dapat membina hubungan saling percaya

- Pasien dapat menyebutkan penyebab isolasi sosial

- Pasien mampu menyebutkan keuntungaan dan kerugian hubungan dengan orang


lain

- Pasien dapat menjelaaskna hubungan sosial secara bertahap

- Paasien mampu menjelaskan perasaan setelah berhubungan dengan orang lain

- Pasien mendapat dukungan keluarga dalam memperluas hubungan sosial

Tindakan keperawatan :

- Mengidentifikasi penyebab isolasi sosial pasien

- Berdiskusi dengan pasien tentang keuntungan berinteraksi dengan orang lain

- Berdiskusi dengan pasien tentang kerugian tidak berinteraksi dengan orang lain

- Mengajarkan pasien berkenalan dengan dengan satu orang

- Menganjurkan pasien berkenalan dengan satu orang

- Menganjurkan pasien memasukan kegiatan berkenalan dengan orang lain dalam


jadwal kegiatan harian

B. Proses Pelaksanaan Tindakan

1. Orientasi

a. Salam Terapeutik

“Selamat pagi Bapak, perkenalkan nama saya perawat Ahmad Sudika S, senang
dipanggil Dika, Saya yang berdinas diruangan ini dari jam 07.00- 14.00 WIB.
Kalau boleh tahu nama Bapak siapa? Senang dipanggil apa?”
b. Evaluasi Validasi
“Bagaimana perasaan Bapak hari ini?” Semalam bisa tidur tidak?
c. Kontrak
“Bagaimana kalau kita berbincang-bincang untuk lebih saling mengenal
Bapak?”
Tujuan nya Agar Bapak dan saya dapat saling mengenal sekaligus dapat
mengetahui keuntungan berinteraksi dengan orang lain dan kerugian tidak
berinteraksi dengan orang lain. “Berapa lama mba mau berbincang-binacang
dengan saya? “Bapak ingin kita berbincang-bincang dimana?”

2. Fase Kerja
“Kalau saya boleh tahu orang yang paling dekat dengan Bapak siapa?” “Menurut
Bapak apa saja keuntungan berinteraksi dengan orang lain?” “Kerugian apa saja
jika Bapak tidak berinteraksi dengan orang lain?” “Bagus sekali Bapak sudah
menyebutkannya dengan baik. Saya akan menambahkannya ya, jadi keuntungan
dari berinteraksi dengan orang lain yaitu Bapak punya banyak teman, saling
menolong, saling bercerita, dan tidak selalu sendirian. Sekarang Saya akan
mempraktekkan bagaimana cara berkenalan.” “Apakah Bapk ingin tau cara
berkenalan dengan orang lain?” “Bagus sekali bapak dapat mempraktekannya
dengan baik.” ”Bagaimana kalau kegiatan berinteraksi dengan orang lain
dimasukan dalam jadwal kegiatan harian?” Bapak ingin melakukan kegiatan ini
berapa kali?” Bapak ingin melakukannya pada jam berapa saja?

3 FASE TERMINASI
a. Evaluasi respon klien erhadap tindakan keperawatan
- Evaluasi klien (subjektif)
“Bagaimana perasaan Bapak setelah berbincang-bincang dan setelah latihan
berkenalan tadi Pak?” “Bisa diulang Pak bagaimana cara berkenalan?”
- Evaluasi perawatan (objektif setelah reinforcement)
Kontak mata beberapa detik, klien tampak lebih terbuka.
b. Tindak lanjut klien (apa yang perlu dilatih oleh klien sesuai hasil tindakan
yangtelah dilakukan)
“Bagaimana jika besok kita bertemu lagi Pak untuk berbincang-bincang
kembali?” “Bapak bersedia?”
4 Kontrak yang akan datang:
- Topik : “Besok kita bertemu lagi untuk berlatih bagaimana berbincang-
bincang dalam kegiatan sehari – hari Bapak”
- Waktu : “Untuk besok Bapak ingin kita berbincang – bincang pukul
berapa Pak?” “Bapak mau kita berbincang-bincang berapa menit?”
- Tempat : “Bapak ingin berbincang – bincang dimana untuk besok?”
“Baik kalau begitu, kita bertemu lagi besok ya Pak. Saya kembali ke nurse
station, Selamat Siang”

CATATAN PERKEMBANGAN
Nama : Tn A Ruangan : Arjuna
Tgl/Jam :17 Januari 2022 Jam : 10.00

Hari/tgl/jam Implementasi Evaluasi


Senin/ 17 Jan Subjektif : S:
2020 - Klien mengatakan senang - Klien mengatakan
Jam 10.00 – berkenalan senang berkenalan
10.15 WIB - Klien mengatakan senang - Klien mengatakan
mempunyai teman senang punya teman
- Klien mengatakan senang dan baru
mau memasukkan kegiatan
kedalam jadwal harian O:
- Klien tampak mau
Objektif : berinteraksi
- Klien tampak bicara - Klien mau
seperlunya mennyebutkan
- Klien mampu berkenalan pentingnya berinteraksi
- Klien mampu menyebutkan - Klien memasukkan
pentingnya berinteraksi kegiatan dalam jadwal
kegiatan harian
Diagnosa Keperawatan :
Isolasi Sosial A :Isolasi Sosial
- Klien mampu berinteraksi
Tindakan Keperawatan : - Klien mampu untuk
- Mengidentifikasi penyebab isolasi berkenalan
sosial pasien P : Planning Pasien
- Berdiskusi dengan pasien tentang - Masukan kegiatan
keuntungan berinteraksi dengan kedalam jadwal kegiatan
orang lain harian
- Berdiskusi dengan pasien tentang
kerugian tidak berinteraksi dengan
orang lain
- Mengajarkan pasien berkenalan
dengan dengan satu orang
- Menganjurkan pasien berkenalan
dengan satu orang
- Menganjurkan pasien memasukan Ahmad Sudika sanusi
kegiatan berkenalan dengan orang 211030230293
lain dalam jadwal kegiatan harian

Rencana Tindak Lanjut :


Evaluasi Sp 1

STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN


PERTEMUAN KE 2

Pertemuan / SP : II / II
Nama Klien : Tn A
Hari / Tanggal : Selasa, 18 Januari 2022
Ruangan : Arjuna
A. Proses Keperawatan
1. Kondisi Klien
a. Data subjektif:
• Klien mengatakan malas berinteraksi
• Klien mengatakan cepat lelah kalau banyak jalan
b. Data objektif:
•Klien menyendiri di kamar
•Klien tidak mau melakukan aktivitas di luar kamar
•Klien tidak mau melakukan interaksi dengan yang lainnya

5 Diagnosa Keperawatan
Isolasi Sosial : Menarik diri

6 Tujuan
a. Klien dapat mempraktekkan cara berkenalan dengan orang lain
b. Klien memiliki keinginan untuk melakukan kegiatan berbincang-bincang
dengan orang lain.

7 Tindakan Keperawatan
a. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien
b. Memberikan kesempatan kepada pasien mempraktekkan cara berkenalan
dengan satu orang
c. Membenatu pasien memasukkan kegiatan berbincang-bincang dengan orang
lain sebagai salah satu kegiatan harian

B. Strategi Pelaksanaan
1. Fase Orentasi
a. Salam Terapeutik
“ Selamat Pagi Bapak!” masih ingat dengan saya? Benar Bapak! saya perawat
Dika..
b. Validasi
“ Bagaimana perasaan Bapak hari ini ? masih ingat dengan yang kemarin saya
ajarkan?”
c. Kontrak
- Topik
“ sesuai dengan janji kita kemarin, hari ini kita akan mempraktekkan
bagaimana cara berkenalan dengan satu...”
- Waktu
“ sesuai dengan kesepakatan kita kemarin, kita akan melakukannya selama
15 menit... bagaimana menurut Bapak ?
- Tempat
“Bagaimana kalua kita berbincang di sini?”..Bapak setuju?
- Tujuan
“Agar Bapak dengan orang lain dapat saling kenal”

2. Fase kerja
“sebelum kita berkenalan dengan orang lain, coba Bapak perlihatkan kepada saya
bagaimana cara berkenalan dengan orang lain? Hebat... Bapak dapat melakukannya
dengan baik... sekarang, mari kita melakukannya dengan satu orang yang belum
Bapak kenal!! Bagus... Bapak dapat mempraktekkan dengan baik dan sesuai
dengan apa yang saya ajarkan.. bagaimana kalau kegiatan berkenalan dengan orang
lain yang baru dikenal di masukkan kedalam jadwal kegiatan harian?
3. Fase Terminasi
a. Evaluasi
- Evaluasi Subyektif
“Bagaimana perasaan Bapak setelah kita berbincang-bincang tadi?
Siapa nama orang yang Bapak ajak berkenalan tadi?”
- Evaluasi Objektif
“klien terlihat berkenalan dengan orang yang baru di kenalnya sebanyak 1
orang”
b. Tindak Lanjut
“Bapak saat saya tidak ada, Bapak dapat melakukan hal seperti yang ibu
lakukan tadi dengan orang yang belum Bapak kenal... kemudian Bapak
ingat nama yang pernah Bapak ajak kenalan atau bisa Bapak catat di buku
saat berkenalan.”
c. Kontrak yang akan datang
- Topik
“baiklah... pertemuan kita cukup sampai disini. Besok kita akan
melakukan interaksi/ berkenalan dengan orang lain sebanyak 2 orang
atau lebih?
- Waktu
“berapa lama Bapak punya waktu untuk interaksi dengan orang lain?
Bagaimana kalau besok kita melakukannya selama 15 menit?”
- Tempat
“ di mana Bapak bisa melakukannya besok? Ya sudah... bagaimana
kalau besok kita melakukannya di tempat ini lagi?...
selamat siang Bapak!!!”

CATATAN PERKEMBANGAN
Nama : Tn A Ruangan : Melati
Tgl/Jam :18 Januari 2022 Jam :10.00

Hari/tgl/jam Implementasi Evaluasi


Rabu/ 18 Jan Data subjektif: S:
2020 - Klien mengatakan
- Klien mengatakan malas
Jam 10.00 – senang berkenalan
10.15 WIB berinteraksi - Klien mengatakan
senang mempunyai
- Klien mengatakan cepat lelah
teman baru
kalau banyak jalan
O:
Data objektif:
- Klien tampak
- Klien menyendiri di kamar berkenalan dengan satu
orang
- Klien tidak mau melakukan
- Klien tampak mau
aktivitas di luar kamar berinteraksi
- Klien memasukkan
- Klien tidak mau melakukan
kegiatan dalam jadwal
interaksi dengan yang lainnya kegiatan harian

A : Isolasi Sosial Positif


Diagnosa Keperawatan :
- Klien mampu
Isolasi Sosial
berkenalan
Tindakan Keperawatan : - Klien mampu
memaasukan kegiatan
a. Mengevaluasi jadwal kegiatan kedalam jadwal
harian pasien kegiatan harian
b. Memberikan kesempatan kepada P : Planning Pasien
pasien mempraktekkan cara - Masukan kegiatan
kedalam jadwal
berkenalan dengan satu orang kegiatan harian
c. Membantu pasien memasukkan
kegiatan berbincang-bincang
dengan orang lain sebagai salah
satu kegiatan harian
Ahmad Sudika Sanusi
211030230293
Rencana Tindak Lanjut :
Evaluasi SP II
STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN
PERTEMUAN KE 3

Pertemuan / SP : III / III


Nama Klien : Tn A
Hari / Tanggal : Rabu, 19 Januari 2022
Ruangan : Arjuna

A. Proses Keperawatan
1. Kondisi Klien
a. Data subjektif:
• Klien mengatakan sudah dapat berinteraksi dengan orang lain
• Klien mengatakan sudah mengajak beberapa untuk berkenalan

b. Data objektif:
•Klien tampak sudah mau keluar kamar
•Klien dapat melakukan aktivitas di ruangan

2. Diagnosa Keperawatan
Isolasi Sosial
3. Tujuan
• Klien mempu berkenalan dengan dua orang atau lebih
• Klien dapat memasukkan kedalam jadwal kegiatan harian
4. Tindakan Keperawatan
a. mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien
b. memberikan kesempatan pada klien berkenalan
c. menganjurkan pasien memasukkan kedalam jadwal kegiatan harian.

B. Strategi Pelaksanaan
1. Fase Orentasi
a. Salam Terapeutik
“ Selamat Pagi Bapak ” masih ingat dengan saya? Benar Bapak. saya suster
Dika….
b. Validasi
“ Bagaimana perasaan Bapak hari ini ? masih ingat dengan yang kemarin
Bapak lakukan?”
c. Kontrak
- Topik
“ sesuai dengan janji kita kemarin, hari ini Bapak akan melakukan interaksi
dengan orang lain sebanyak 2 orang atau lebih pada orang yang tidak Bapak kenal
atau orang baru...”
-W aktu
“ sesuai dengan kesepakatan kita kemarin, kita akan melakukannya selama 15
menit... bagaimana menurut Bapak ?
- Tempat
“Bagaimana Kalau di sini... apakah Bapak setuju?”
- Tujuan
“Agar Bapak dengan orang lain dapat saling kenal dan mempunyai teman yang
banyak”

2. Fase kerja
“sebelum kita berkenalan dengan orang lain, coba Bapak perlihatkan kepada
saya bagaimana cara berkenalan dengan orang lain? Hebat... Bapk dapat
melakukannya dengan baik... sekarang, mari kita melakukannya dengan orang
lain yang Bapak tidak kenal sebanyak 2 orang atau lebih!! Bagus... Bapak
dapat mempraktekkan dengan baik dan mulai berkembang dalam berinteraksi
dengan orang lain.. bagaimana kalau kegiatan berkenalan dengan orang lain
yang baru dikenal di masukkan kedalam jadwal kegiatan harian?
3. Fase Terminasi
a. Evaluasi
- Evaluasi Subyektif
“Bagaimana perasaan setelah kita berbincang-bincang tadi?
Siapa-siapa saja nama orang yang Bapak ajak berkenalan tadi?”
- Evaluasi Objektif
“klien terlihat berkenalan dengan orang yang baru di kenalnya sebanyak 2
orang”
b. Tindak Lanjut
“nah.. saat saya tidak ada, Bapk dapat melakukannya hal seperti yang Bapak
lakukan tadi dengan orang yang baru Bapak kenal... kemudian Bapak ingat
nama yang pernah Bapak ajak kenalan atau bisa ibu catat di buku saat
berkenalan.”
c. Kontrak yang akan datang
- Topik
“baiklah... pertemuan hari ini kita akhiri. Besok kita ulangi apa yang telah kita
pelajari dari kemarin ya Pak. apakah Bapak bersedia?
-Waktu
“berapa lama Bapak mau melakukannya? Bagaimana kalau besok kita
melakukannya selama 15 menit?”
- Tempat
“ di mana Bapak bisa melakukannya besok? Baiklah kita melakukannya di sini
saja....
selamat siang Bapak!!”

CATATAN PERKEMBANGAN
Nama : Tn A Ruangan : Arjuna
Tgl/Jam :19 Januari 2022 Jam :10.00

Hari/tgl/jam Implementasi Evaluasi


Rabu/ 16 Des Data subjektif: S:
2020 o Klien mengatakan sudah dapat - Klien mengatakan
Jam 10.00 – berinteraksi dengan orang lain senang berkenalan
10.15 WIB o Klien mengatakan sudah mengajak dengan orang lain
beberapa untuk berkenalan - Klien mengatakan
senang mendapat teman
Data objektif:
baru
- Klien tampak sudah mau keluar
kamar
- Klien dapat melakukan aktivitas di O:
ruangan - Klien tampak
berintaraksi dengan
Diagnosa Keperawatan : orang lain
Isolasi Sosial - Klien tampak
berkenalan dengan 2
Tindakan Keperawatan : orang
- Mengevaluasi jadwal kegiatan
haria klien A : Isolasi Sosial Positif
- Klien mampu berinteraksi
- Memberikan pendidikan - Klien mau benrkanalan
kesehatan dengan orang baru
- Menganjurkan klien P : Planning Pasien
memasukkan dalam jadwal - Masukan kegiatan
kedalam jadwal kegiatan
kegiatan harian harian

Rencana Tindak Lanjut :


Evaluasi SP III

Zita Bara Chrisanti


201030200015
DAFTAR PUSTAKA

Afnuhazi, Ridhyalla. 2015. Komunikasi Terapeutik Dalam

Keperawatan Jiwa. Andi ,Rahmayani;Syisnawati (2016)


Mengontrol Pikiran Negatif Klien Skizofrenia Dengan Terapi
Kognitif
(http://journal.uin-alaudfin.ac.id/index.php/join/article/view/574)
diakses pada tanggal 10 juli 2019 jam 10.00

Dalami E, dkk. 2014. Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gangguan


Jiwa.

Jakarta: CV. Trans Info Media.

Dermawan, Deden dan Rusdi. 2013. Keperawatan Jiwa: Konsep dan

Kerangka Kerja asuhan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta: Gosyen

Publishing.

Direja, Ade Herman Surya.2011. Buku Asuhan Keperawatan Jiwa.

Yogyakarta: Nuha Medika. Yogyakarta: Gosyen Publishing.

Dinas Kesehatan Kota Padang. 2015. Data Progam Kesehatan Jiwa


Dinas Kesehatan Kota Padang.Yogyakarta: Gosyen Publishing

Herdman, T. Heather. 2017. NANDA Internasional Diagnosa

Keperawatan Defenisi & Klasifikasi 2015-2017 Edisi 10. Jakarta:

EGC

Keliat, Budi Anna. (2016). Prinsip dan Praktek Keperawatan

Kesehatan Jiwa Stuart. Jakarta: Elsevier.


Farida dan Yudi Hartono. 2012. Buku Ajar Keperawatan

Jiwa.Jakarta:

Salemba Medika.
Laporan Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) Nasional. (2013). Jakarta:Badan Penelitian dan
Pengembangan Depkes RI

Maslim, R. (2011). Diagnosa gangguan jiwa PPDGJ III. Jakarta: FK. Unika Atmajaya. Muhith, A. (2015).

Pendidikan Keperawatan Jiwa (Teori dan Aplikasi).Yogyakarta:


Andi

Maramis, W.F,. & Maramis, A.A. (2009). Ilmu Kedokteran Jiwa. Surabaya: Airlangga Nasir A dan Muhith

A. 2011. Dasar-Dasar Keperawatan Jiwa. Jakarta: Salemba


Medika.

Palmer, Stephen. (2011). Konseling dan Psikoterapi. Yogyakarta : Pustaka Pelajar. Prabowo, Eko. 2014.

Konsep & Aplikasi Asuhan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta: Nuha


Medika.

Pusdiklatnakes. 2012. Modul Pelatihan Keperawatan Kesehatan Jiwa Masyarakat.


Jakarta: Badan PPSDM Kesehatan.

Kesehatan Jiwa: CMHN (Intermediet Course). EGC: Jakarta. Sri, Nyumirah (2013)
(https://jurnal.unimus.ac.id/index.php/jkj/article/view/3906/3637) diakses pada tanggal 9 juli 2019
jam 12.00

Stuart, G. W. dan Laraia (2001), Principles and Practice of Psychiatric. Nursing seventh edition.
Missouri : Mosby.

. (2007). Konsep Dasar Keperawata Jiwa. (edisi lima) Jakarta : EGC

Sysnawati. Keperawatan Jiwa. Makassar : Alauddin Universitas Press,2011 Towsend, T.C. Psychiatry

Mental Health Nursing, 6th ed. Philadelphia : F.A Davis


Company, 2009.

Undang Undang No. 18 Tahun 2014 Tentang Kesehatan Jiwa.

Videbeck, S.L.Psychiatric Mental Health Nursing. Philadelphia : Lippicont Williams & Wilkins, 2006.

Yusuf, AH, dkk. 2015. Buku Ajar Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta: Salemba Medika.

Yosep, Iyus. 2007.Keperawatan Jiwa. Bandung: PT. Refika Aditama.


.2013. Keperawatan Jiwa. Bandung: PT. Refika Aditama.

. (2010). Keperawatan Jiwa. Bandung: PT. Refika Adhitama


51

Anda mungkin juga menyukai