KAJIAN PUSTAKA
1. Pariwisata Syariah
yang besar. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Master Card &
data bahwa di tahun 2014 terdapat 108 juta Muslim yang telah
ini merepresentasikan sekitar 10% dari total ekonomi wisata global. Pada
depan, wisatawan Muslim akan terus meningkat dan menjadi salah satu
12
13
memutuskan tempat wisata yang akan mereka tuju. Mereka tentu akan
baru pariwisata dunia yang dapat berupa wisata alam, wisata budaya,
Islam.9
Allah SWT.
pariwisata syariah. Oleh karena itu, saat ini banyak negara, baik negara
9
Kemenpar. (2012, Desember 20). Kemenparekraf Promosikan Indonesia Sebagai Destinasi
Pariwisata Syariah Dunia. Dipetik Juni 2018, 4, dari http://www.kemenpar.go.id
14
syariah dan fasilitas yang mendukung bagi wisatawan muslim begitu juga
pariwisata syariah harus terhindar dari hal-hal yang dilarang oleh agama
sholat dll.
fatwa dan telah disetujui oleh Majelis Ulama Indonesia. Istilah syariah
produk dan jasanya yang bersifat universal. Produk dan jasa wisata,
objek wisata, dan tujuan wisata dalam pariwisata syariah adalah sama
dengan produk, jasa, objek dan tujuan pariwisata pada umumnya selama
10
Kemenpar. (2012, Desember 20). Kemenparekraf Promosikan Indonesia Sebagai Destinasi
Pariwisata Syariah Dunia. Dipetik Juni 2018, 4, dari http://www.kemenpar.go.id.
16
dari perspektif industri. Bagi produsen pangan, konsep halal ini dapat
diartikan sebagai suatu peluang bisnis. Bagi industri pangan yang target
Item
No Konvensional Religi Syariah
Perbandingan
Obyek Alam, budaya, Tempat Semuanya
Heritage, Ibadah,
1
Kuliner Peninggalan
Sejarah
Tujuan Meningkatkan
2 Menghibur Meningkatkan Spirituaitas dengan
Spritualitas cara menghibur
Target Menyentuh Aspek spiritual Memenuhi keinginan
kepuasan dan yang bisa dan kesenangan serta
kesenangan menenangkan menumbuhkan
3
yang berdimensi jiwa. Guna kesadaran beragama
nafsu, mencari
semata-mata ketenangan
11
Hamzah, Maulana.Mdan Yudiana, Yudi. Analisis Komparatif Potensi Industri Halal dalam
Wisata Syariah dengan Konvensional 2015.
17
hanya batin
untuk hiburan
wisata dan didukung berbagai fasilitas serta layanan yang disediakan oleh
butir 3). Usaha pariwisata mencakup banyak sektor, antara lain jasa
usaha, yaitu dalam usaha perhotelan, restoran, biro atau jasa perjalanan
Sumatera Barat dan Nusa Tenggara barat. Berbagai produk dan fasilitas
dan spa akan dikeluarkan segera. Dalam membuat standar dan regulasi
Menurut Sofyan, definisi wisata syariah lebih luas dari wisata religi
yaitu wisata yang didasarkan pada nilai-nilai syariah Islam. Seperti yang
12
Abdul Rasyid, pariwisata syariah. Oktober 2015.
20
syariah bukan hanya umat Muslim tetapi juga Non-Muslim yang ingin
lokal.13
dengan kegiatan Indonesia Halal Expo (Indhex) 2013 dan Global Halal
sesuai dengan kebutuhan dan permintaan traveler muslim. Dalam hal ini
13
Riyanto Sofyan, Bisnis Ekonomi Syariah Mengapa Tidak? (Jakarta: PT. Gramedia Utama, 2013)
hlm.25.
21
beralkohol dan memiliki kolam renang dan fasilitas spa terpisah untuk
ketenangan,
4) Menghindari maksiat,
14
Wuryasti, Fetri. (2013, Oktober 30). Wisata Halal, Konsep Baru Kegiatan Wisata di Indonesia.
Dipetik Juni 2018, 4, dari
http://travel.detik.com/read/2013/10/30/152010/2399509/1382/wisata-halal-konsep-baru-
kegiatan-wisata-di-indonesi.
15
Riyanto Sofyan, Bisnis Ekonomi Syariah Mengapa Tidak? (Jakarta: PT. Gramedia Utama, 2013)
hlm., 33-34
22
tersebut,
dintaranya ialah:
16
M. Kasrul, Penyelenggarakan Oprasi Perjalanan Wisata, (Jakarta: PT. Grasindo 2003) h., 6
23
pelayanan halal,
proteksi,
wisata.18
melakukan perjalanan.19
Ayat 46.
ٞ ٌَعۡ ِقيُىنَ ِثهَبٓ أَوۡ ءَاذَانٞأَ َفيَمۡ ٌَسٍِسُواْ فًِ ٱىَۡؤزۡضِ فَ َتنُىنَ ىَهُمۡ ُقيُىة
ٌَِسۡ َمعُىنَ ِثهَبۖ فَإِ َوهَب ىَب َتعۡمَى ٱىۡؤَثۡصَٰسُ َوىَٰنِه َتعۡمَى ٱىۡ ُقيُىةُ ٱىَتًِ فًِ ٱىصُدُوز
٦٤
Artinya:
Maka Apakah mereka tidak berjalan di muka bumi, lalu
mereka mempunyai hati yang dengan itu mereka dapat
memahami atau mempunyai telinga yang dengan itu
mereka dapat mendengar? karena Sesungguhnya
bukanlah mata itu yang buta, tetapi yang buta, ialah hati
yang di dalam dada.20
19
M. Quraisi Shihab, Membumikan Al-Qur’an, (Bandung: Mizan, 1994), h. 352
20
Departemen Agama RI Al-qur‟an dan terjemah, (Depok; PT Sabuq dan PT tiga serangkai,
2007).h .337
25
berikut:
Prinsip Syariah
berbunyi:
٥١ ُا فَٲمۡشُىاْ فًِ مَىَبمِجِهَب وَ ُميُىاْ مِه ِزشۡقِهِۦۖ َوِإىٍَۡهِ ٱىىُشُىزٞج َعوَ َىنُمُ ٱىَۡؤزۡضَ َذىُىه
َ هُىَ ٱىَرِي
Artinya:
21
Departemen Agama RI Al-qur‟an dan terjemah, (Depok; PT Sabuq dan PT tiga serangkai,
2007).. 563
27
٠٢ اٞا فِجَبجٞ ىِ َتسُۡينُىاْ مِىۡهَب سُجُو٥١ اٞج َعوَ َىنُمُ ٱىَۡؤزۡضَ ِثسَبط
َ ُوَٱىيَه
Artinya:
ۡظسُواْ مٍَۡفَ مَبنَ عَٰقِجَخُ ٱىَرٌِهَ مِه قَجِۡيهِمۡۚ مَبوُىٓ ْا َأشَدَ مِىۡهُم
ُ أَوَ ىَمۡ ٌَسٍِسُواْ فًِ ٱىَۡؤزۡضِ فٍََى
سيُهُم ثِٲىۡجٍَِىَٰتِۖ َفمَب َ وَأَثَبزُواْ ٱىَۡؤزۡضَ وَعَ َمسُوهَبٓ َأمۡ َثسَ ِممَبٞقُىَح
ُ ع َمسُوهَب وَجَبٓءَتۡهُمۡ ُز
١ َسهُمۡ ٌَظِۡيمُىن
َ مَبنَ ٱىيَهُ ىِ ٍَظِۡي َمهُمۡ َوىَٰنِه مَبوُىٓ ْا أَو ُف
Artinya:
Artinya:
22
Ibid, 571
23
Departemen Agama RI Al-qur‟an dan terjemah, (Depok; PT Sabuq dan PT tiga serangkai,
2007).h. 405
28
َصيَىٰحُ فَٲو َتشِسُواْ فًِ ٱىَۡؤزۡضِ وَٱثۡ َتغُىاْ مِه فَضۡوِ ٱىيَهِ وَٱذۡ ُمسُواْ ٱىيَه
َ فَإِذَا قُضٍَِتِ ٱى
Artinya:
غصُوا
ْ سيَمَ قَبهَ سَب ِفسُوا تَصِحُىا وَا
َ عيٍَْهِ َو
َ ُصيَى اهلل
َ ًَِه أَثًِ هُسَ ٌْسَحَ أَنَ اىىَج ْ َع
َتسْتَغْىُىا
Artinya:
a. Ketentuan Umum
24
Departemen Agama RI Al-qur‟an dan terjemah, (Depok; PT Sabuq dan PT tiga serangkai,
2007).h. 398
25
Departemen Agama RI Al-qur‟an dan terjemah, (Depok; PT Sabuq dan PT tiga serangkai,
2007).h. 554
26
Fatwa Dewan Syari‟ah Nasional Nomor 108/Dsn Mui/X/2016 Tentang Pedoman
Penyelenggaraan Pariwisata Berdasarkan Prinsip Syariah
29
prinsip syariah.27
(manfaat) atas suatu barang atau jasa dalam waktu tertentu dengan
melakukan pemasaran.
27
Fatwa Dewan Syari‟ah Nasional Nomor 108/Dsn Mui/X/2016 Tentang Pedoman
Penyelenggaraan Pariwisata Berdasarkan Prinsip Syariah
31
b. Ketentuan Hukum
maupun spiritual
1) Wisatawan,
3) Pengusaha Pariwisata,
4) Hotel syariah,
5) Pemandu Wisata,
6) Terapi.
28
Fatwa Dewan Syari‟ah Nasional Nomor 108/Dsn Mui/X/2016 Tentang Pedoman
Penyelenggaraan Pariwisata Berdasarkan Prinsip Syariah
32
adalah ijarah,
ijarah,
kerusakan (fasad),
29
Fatwa Dewan Syari‟ah Nasional Nomor 108/Dsn Mui/X/2016 Tentang Pedoman
Penyelenggaraan Pariwisata Berdasarkan Prinsip Syariah
33
prinsip-prinsip syariah.
ketentuan berikut:
prinsip-prinsip syariah,
pensiun,
prinsip syariah,
30
Fatwa Dewan Syari‟ah Nasional Nomor 108/Dsn Mui/X/2016 Tentang Pedoman
Penyelenggaraan Pariwisata Berdasarkan Prinsip Syariah
34
ketentuan berikut:31
fikih pariwisata,
bertanggungjawab,
prinsip-prinsip syariah.
3. Pengembangan Pariwisata
proses yang dinamis dan berkelanjutan menuju ketataran nilai yang lebih
31
Fatwa Dewan Syari‟ah Nasional Nomor 108/Dsn Mui/X/2016 Tentang Pedoman
Penyelenggaraan Pariwisata Berdasarkan Prinsip Syariah
35
32
Eren Dea Ajeng Inggil Santosa, Choirul Shaleh, Minto Hadi, ”Pengembangan Objek
Pariwisata Sebagai Upaya Untuk Meningkatkan Ekonomi Lokal (Studi Kasus Objek
Wisata Banyu Biru di Kabupaten Pasuruan)”. Jurnal Administrasi Publik (JAP) Vol. 3, No. 1,
hlm. 89
33
Isa Wahyudi, “Konsep Pengembangan Pariwisata” (Online),
http://cvinspireconsulting.com/konsep-pengembangan-pariwisata/.co.id
36
adalah potensi sumber daya, keberagaman budaya, seni dan alam (potensi
34
Hengky Hermanto, Creative Based Tourism Dari Wisata Rekreatif Menuju Wisata Kreatif,
(Yogyakarta, Galangpress, 2011), hlm., 17
37
c. Meningkatkan Pendapatan,
luar daerah,
b. Timbulnya komersialisasi,
d. Terganggunya lingkungan,
f. Pencemaran budaya,
38
wisata. Dalam hal ini menurut Undang-Undang No. 9 tahun 1990 tentang
mengelola, dan membuat objek-objek baru sebagai objek dan daya tarik
36
I Gede Pitana dan I Ketut Surya Dinata, Pengantar Ilmu Pariwisata (Yogyakarta:Andi, 2009),
hlm. 134
40
Diterima)
37
Ibid hlm 136
38
Ibid hlm 138
41
pemakaian.39
Pengunjung)
pengambilan keputusan.
39
Ibid hlm 141
42
atau destinasi.
Pengunjung)
haruslah:
control,
40
Ibid hlm 144
43
4. Pariwisata Religi
baik berupa makam, masjid, bekas kerajaan, perhiasan, adat istiadat serta
Vicata dalam bahasa Jawa Kawi kuno disebut dengan wisata yang berarti
secara sukarela serta bersifat sementara untuk menikmati obyek dan daya
tarik wisata.41
menikmati objek dan daya tarik wisata. Wisata religi merupakan sebuah
41
Khodiyat, Ramaini. 1992. Kamus Pariwisata dan Perhotelan. Jakarta. Gramedia Widiasarama
Indonesia. Hlm. 123
42
Muhammad Quraish Shihab Wawasan al-Qur‟an; Tafsir Maudhu’i Atas Pelbagai Persoalan
Umat, Bandung: Mizan, 2007
44
سيِمٍ { مُىْت
ْ سِيمٍِهَ ( ىِيسَجُوِ ) ىِخَ َجسِ ُم
ْ ( َفسْعٌ تُسْتَحَتُ شٌَِبزَحُ اىْقُجُىزِ ) أَيْ قُجُىزِ ا ْى ُم
} خسَ َح
ِ ه شٌَِبزَ ِح اىْقُجُى ِز َفصُوزُوهَب فَإِ َوهَب تُ َر ِم ُس اىْآ
ْ ََوهٍَْ ُتنُمْ ع
Artinya:
Artinya:
وزوي عه اثه عمس ان اىىجً صيً اهلل عيٍه وصيم قبه مه شاز قجسي وججت ىه اىجىخ
Artinya:
kata dana, yadinu yang berarti tunduk, patuh dan taat. Maka agama
43
Maktabah Syamilah. Asna Al Matholib Syarah Roudhotul At Thalibin. Juz 4 hal 350
44
Maktabah Syamilah. Al Hawi Fi Fiqhi As Syafi’i. Juz 3 hal 70.
45
Maktabah Syamilah. Al Bayan Fi Fiqhi Al Imam As Syafi’i. Juz 4 hal 377
45
keagamaan.47
46
Suparlan, Parsudi, 1981/82, “Kebudayaan, Masyarakat, dan Agama: Agama sebagai Sasaran
Penelitian Antropologi”, Majalah Ilmu-ilmu Sastra Indonesia (Indonesian Journal of Cultural
Studies), Juni jilid X nomor 1. Jakarta : Fakultas Sastra Universitas Indonesia hal., 87
47
Nur Syam, Islam Pesisir, (Yogyakarta: LkiS, 2005) hal., 14
46
dalam ajaran agama atau yang dianggap tidak memiliki sumber asasi di
dakwah harus mampu menawarkan wisata baik pada objek dan daya tarik
48
Nur Syam, Islam Pesisir, (Yogyakarta: LkiS, 2005) hal.,17
49
Purwadi, dkk, Jejak Para Wali dan Ziarah Spritual, (Jakarta: Kompas, 2006), h. 12
47
maupun status.50
50
Moh Ali Aziz, Ilmu Dakwah, (Jakarta: Kencana, 2004), h. 179
51
Nyoman S. Pendit, Ilmu Pariwisata Sebuah Pengantar Perdan, (Jakarta: Predya Paramita,
2002), h. 1
48
diluar tempat dimana mereka biasanya hidup dan bekerja dan kegiatan-
waktu mencari kepuasan yang beraneka ragam dan berbeda dengan apa
ilmu.54
52
Oka A. Yueti, Dasar-dasar Pengertian Hospitaliti dan Pariwisata. (Bandung: PT. Alumni,
2010), h, 56
53
Salah Wahab. Managemen Pariwisata. (PT. Pradya Paramita: 2003), h.5
54
http://wiranata-wira.blogspot.com/2009/12/pariwisata-menurut-para-ahli.html, diakses pada
tanggal 30 Desember 2012
49
diterima disisi-Nya.
atau kembli kepada Tuhan. Hal ini merupakan tradisi ziarah dari para
55
Daryanto, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Apolo Surabaya 1997), h.1280
50
ibadah yang memiliki kelebihan. Kelebihan ini misalnya dilihat dari sisi
56
Purwadi, dkk, Jejak Para Wali dan Ziarah Spritual, ibid, h. 17
57
Nyoman S. Pendit, Ilmu Pariwisata Sebuah Pengantar Perdana, h., 42
51
misi lain, yaitu sebuah bentuk ajakan kepada umat Islam dan umat
beragama lainnya, bahwa suatu saat kita ini pasti akan wafat seperti
mereka yang berada di alam barzah. Dengan itu kita wajib harus selalu
alam kubur kelak. Kita jangan lengah dengan kehidupan duniawi yang
serba indah dan mewah ini. Hal ini seperti yang diajarkan oleh Nabi
supaya ingat akan mati dan mendoakan arwah yang sudah ada di alam
barzah.59
menjadi budaya rutin yang harus dilakukan dalam kurun waktu tertentu.
syarat dan rukun tindakan tertentu dalam masa dan tempat yang tertentu.
Ritual dalam pelaksanaan ziarah tidak lahir begitu saja, ritual itu
wahyu yang diajarkan agama. Dan akhirnya ritual islam adalah doktrin
kenikmatan itu membawa berkah atau tidak. Karena itu kita sebagai umat
60
Nyoman, S. Pendit, Ilmu Pariwisata Sebuah Pengantar Perdana h.,41
61
Purwadi, dkk, Jejak Para Wali dan Ziarah Spritual, h., 14
53
artinya sesuatu yang berkah bisa banyak melimpah bisa juga tidak.
diluar tempat dimana mereka biasanya hidup dan bekerja dan kegiatan-
62
Abdul Chaliq, 2011. Manajemen haji dan wisata religi,Jakarta; mitra cendekia., hal 59
63
Suyitno, Dasar-Dasar Penelitian, (Surabaya, 2006)., hal., 8
54
(Ibroh)
64
Mufid dalam Rosadi. Fungsi-fungsi Religi 2011., hal 13
55
َخسَحَۚ إِن
ِ خيۡقَۚ ثُمَ ٱىيَهُ ٌُىشِئُ ٱى َىشۡؤَحَ ٱىۡٓؤ
َ ُۡقوۡ سٍِسُواْ فًِ ٱىَۡؤزۡضِ فَٲوظُسُواْ مٍَۡفَ ثَ َدأَ ٱى
٠٢ ٞ قَدٌِسٞعيَىٰ ُموِ شًَۡء َ ٱىيَ َه
Artinya :
Katakanlah: "Berjalanlah di (muka) bumi, maka
perhatikanlah bagaimana Allah menciptakan (manusia) dari
permulaannya, kemudian Allah menjadikannya sekali lagi.
Sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu.65
yang tidak biasa dilihat mata dan diperhatikan hati. Ini merupakan
65
Ibid.,
66
Sayyid quthb, Tafsir Fi Zhilalil Qur’an (Surah an-Naml-Pengantar Al-ahzab) Jilid 17,
(Jakarta:Gema Insani, 2004), hlm. 143
56
Lebih jauh dari itu, bila kita memiliki tujuan yang maknawi,
wisata seperti ini bisa disebut sebagai wisata rohani, yang akan
mengalir deras, mata air yang jernih, atau hutan-hutan yang hijau
dan lautan yang penuh ombak, ini semua akan menimbulkan rasa
oleh Islam.
akan negatif terhadap kegiatan wisata itu. Di dalam hal ini berlaku
itu dijalankan dengan cara yang baik untuk mencapai tujuan yang
iqomah.
meninggal,
69
Jatmiko, Rammad Dwi. 2003. Manajemen Stratejik Malang: Universitas Muhammadiyah
Malang Press., hal., 30
60
Tuhan.
menyegarkan fikiran.
di dunia.
dilakukan oleh rakyat banyak merupakan salah satu cara untuk mencapai
pandangan tentang harapan suatu bangsa yang ingin hidup secara baik,
secara adil, yaitu oleh seluruh lapisan masyarakat, baik usaha yang
bermodal besar, juga yang bermodal kecil. Produksi secara baik dan
70
Arief, Sritua dan Adi Sasono (1981), Indonesia: Ketergantungan &. Keterbelakangan, LSP,
Jakarta hal 1
62
yaitu:
bernafaskan Islam,
71
Khurshid Ahmad, “Economic Development in an Islamic Framework”, dalam Studies Islamic
Economics, (Jeddah: King Abdul Aziz University, 1976), hlm. 178
63
72
Kata falâh dan turunannya telah diucapkan sebanyak 40 kali dalam Al-Quran. Falâh menurut
Umar Chapra adalah “real well-being of all the people living on earth, irrespective of their
race, colour, age, sex or nationality
64
sebagai berikut:73
73
Khurshid Ahmad, “Economic Development in an Islamic Framework”, dalam Studies Islamic
Economics, (Jeddah: King Abdul Aziz University, 1976), hlm.13-15
65
74
Ausaf Ahmad, “Economic Development in Islamic Development Revisited”, dalam Development
and Islam: Islamic Perspectives on Islamic Development, (New Delhi: Institute of Objective
Studies, 1998), hlm. 52.
75
Abdel Hamid El-Ghazali, “Man Is The Basis of The Islamic Strategy for Economic
Development”, Islamic Research and Training Institute (IDB), Jedah, No. I, 1994, hlm. 42.
66
beribadah.
76
Joni Tamkin bin Borhan, “Pemikiran Pembanguan Ekonomi Berteraskan Islam”, Jurnal
Ushuluddin, Vol. 27, 2008, Hlm. 95.
67
secara adil.
Artinya:
sebagai khalîfah:
77
Saifullah, Ekonomi Pembangunan Islam, hlm 44.
78
Departemen Agama RI Al-qur‟an dan terjemah, (Depok; PT Sabuq dan PT tiga serangkai,
2007), h. 228
68
قَبىُىٓاْ أَتَجۡ َعوُ فٍِهَب مَهٞ َ ِ فًِ ٱىَۡؤزۡضَٞوإِذۡ قَبهَ زَ ُثلَ ِىيۡ َميَٰٓ ِئنَخِ إِوًِ جَبعِو
ۖ خيٍِفَخ
٠٢ ن
َ َتعَۡيمُى
Artinya:
arti permintaan atau perintah dari Allah yang bersifat mutlak agar
79
Departemen Agama RI Al-qur‟an dan terjemah, (Depok; PT Sabuq dan PT tiga serangkai,
2007), h. 6
80
Saefullah, Ekonomi Pembangunan Islam, hlm. 44
81
Ahmad Ibn Ali Al Jassas dalam Asmuni Mth, “Konsep Pembanguan Ekonomi Islam”, Al
Wawaridi, Edisi X, 2003, hlm. 131
69
(pembangunan ekonomi).
82
Ibid., hlm. 132.
70
sejahtera.
83
Ahmad Ibn Ali Al Jassas dalam Asmuni Mth, “Konsep Pembanguan Ekonomi Islam”, Al
Wawaridi, Edisi X, 2003, hlm. 131.
71
B. Penelitian Terdahulu
84
Umar Chapra, The Islamic Vision of Development in the Light of Maqasid Al Shariah, (IDB,
2008), hlm. 7
72
syari‟ah di Kabupaten dan Kota Cirebon dan aspek-aspek apa saja yang perlu
informan dalam penelitian ini adalah para pejabat terkait dengan sektor
wisata syari‟ah di daerah Cirebon. Untuk data kuantitatif berupa data numerik
atau angka-angka, yang lebih banyak bersumber dari sumber sekunder, yaitu
sejarah dan wisata di daerah Cirebon. Sumber lain akan ditelusuri beberapa
lainnya.
pendapatan asli daerah melalui pajak hotel dan restoran, dan sekaligus
aspek-aspek terkait yang terdiri dari aspek daya tarik destinasi, aspek
aspek kelembagaan.
penataan penginapan, hotel, dan sejenisnya yang diarahkan pada pada area
sub urban atau pinggiran kota untuk mengurangi kekroditan kota, dan
Barat), penelitian ini akan membahas kebijakan luar negeri Indonesia dalam
kunjungan wisata, investasi, dan membangun citra sebagai negara yang ramah
85
Dr. H. Aan Jaelani, M.Ag. Pengembangan Wisata Syari’ah Di Cirebon Studi Heritage Tourisme
Perspektif Ekonomi Islam, h. 3-26
74
dalam hal ekonomi dan kunjungan wisata melalui citra positif sebagai negara
menjelaskan potensi pasar wisata halal dunia dan potensi wisata halal yang
dimiliki oleh Nusa Tenggara Barat sebagai instrumen diplomasi publik, unit
halal, serta faktor eksternal yaitu potensi wisata halal dan wisatawan Muslim
literatur dari berbagai sumber seperti laporan, buku, jurnal, hasil wawancara
kepada Dinas Pariwisata Nusa Tenggara Barat sebagai data primer, dan
diplomasi publik.
pasar utama. Pariwisata dan ekonomi memiliki keterkaitan yang kuat, seiring
yang semakin maju, terutama bagi pelaku usaha sekitar destinasi wisata, baik
pelaku usaha kecil, menengah, maupun yang besar. Menurut Cooper (2005)
ada tiga unsur yang terkait, yaitu: 1) konsumen dalam hal ini adalah
instrumen utama dalam penelitian. Sumber data yang digunakan yaitu sumber
data primer dan sumber data sekunder. Penelitian ini berlokasi di Jl. Langko
Tenggara Barat. Penelitian dimulai sejak bulan Maret – April 2018. Dengan
86
Alwafi Ridho Subarkah. Potensi dan Prospek Wisata Halal Dalam Meningkatkan Ekonomi
Daerah jurnal Sospol, Vol 4 No 2 (Juli – Desember 2018), Hlm 49-72.
76
drawing/verification.
syariah yang di wacanakan sejak tahun 2015 dan baru di realisasikan tahun
mampu memenuhi kebutuhan hidupnya. Hal ini sejalan dengan teori yang
kebutuhan primer, sekunder, dan tersier. Salah satu tujuan dari pembangunan
Eren Dea Ajeng Inggil Santosa, Choirul Shaleh, Minto Hadi meneliti
yang ada di objek wisata Banyu Biru. Salah satu pembangunan tersebut
pariwisata tersebut memiliki berbagai macam bentuk dan hampir sama namun
objek wisata baik itu dari fasilitas penunjang wisata maupun fasilitas pokok
mereka harapkan pada setiap promosi pariwisata. Sarana dan prasarana perlu
dibenahi terlebih dahulu sebelum meruntut pada lain yang juga penting
menarik minat dan antusias masyarakat. Maka sarana dan prasarana yang
Cirebon, dalam penelitian ini terdapat pertanyaan antara lain sebagai berikut,
kerja di daerah kawasan obyek wisata religi di Kota Cirebon. Penelitian ini
positif bagi pendapatan masyarakat sekitar daerah tujuan obyek wisata karena
wisatawan.
diperlukan daya tarik dari obyek wisata. Dalam usahanya tesebut diperlukan
masing data dari dampak ekonomi, yaitu sebagai berikut: 1). Data dari
2). Data dari dampak ekonomi tidak langsung diperoleh melalui seluruh
Sunan Ampel Surabaya, 3). Data dari dampak ekonomi lanjutan diperoleh
oleh tenaga kerja di lokasi wisata religi Masjid Sunan Ampel Surabaya.
sekitarnya. Dampak ekonomi ini dibagi menjadi tiga bagian, yaitu dampak
89
Ridwan Widagdo, Sri Rokhlinasari Dampak Keberadaan Pariwisata Religi terhadap
Perkembangan Ekonomi Masyarakat Cirebon. Al-Amwal, Volume 9, No. 1 Tahun 2017
80
perlengkapan sarana dan prasarana serta promosi terhadap tempat wisata yang
dampak langsung yang mengakibatkan kenaikan pada input dari suatu unit
lokal yang berada di lokasi wisata. Dampak ekonomi yang dihasilkan oleh
tersebut diestimasi dari jumlah total hari kunjungan dari wisatawan dan
sekitar sentral parkir bus obyek wisata religi Makam Malik Ibrahim Asmoro
oleh pedagang kawasan sentral parkir bus obyek wisata religi Makam Malik
kerja di daerah kawasan sentral parkir obyek wisata religi di Makam Malik
untuk di analisis.
pembelian terhadap produk dan jasa di lokasi wisata yang pada akhirnya akan
dampak langsung yang mengakibatkan kenaikan pada input dari suatu unit
Dampak ekonomi yang dihasilkan dari sektor wisata umumnya diukur dari
wisatawan.91
Desa Borobudur masih belum cukup sejahtera. Kondisi desa yang terlalu
91
Erik Bisri Alamsyah. Pengaruh Keberadaan Sentral Parkir Bus Pariwisata Terhadap
Perekonomian Masyarakat Sekitar Makam Malik Ibrahim Asmoro Qondhi Kabupaten Tuban.
Global Vol. 03, No. 01. Tahun 2018
83
berdampak pada masyarakat sekitar. Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh
dulu mayoritas bekerja sebagai petani dan buruh tani, kini banyak yang
wisatawan asing, banyaknya orang luar daerah yang masuk untuk berjualan di
M.Ag, lebih menekankan pada pendapatan asli daerah melalui pajak hotel dan
obyek wisata. Meskipun setiap obyek wisata dalam hal ekonomi tidak hanya
ada pedagang tetapi masih ada penjual jasa seperti transportasi. Sedangkan
dalam penelitian Alwafi Ridho Subarkah ada tiga unsur yang terkait dalam
masyarakat sudah di atas rata-rata dan hal tersebut bisa dikatakan masyarakat
Sedangkan penelitian Eren Dea Ajeng Inggil Santosa, Choirul Shaleh, Minto
92
Faizal Hamzah, Hary Hermawan,Wigati, Evaluasi Dampak Pariwisata Terhadap Sosial
Ekonomi Masyarakat Lokal. Jurnal Pariwisata, Vol. 5 No. 3 September 2018
85
dari obyek wisata. Dalam usahanya tesebut diperlukan suatu pemasaran untuk
potensi wisata kepada masyarakat luas dan mampu menarik investor untuk
lingkungan sekitarnya. Dampak ekonomi ini dibagi menjadi tiga bagian, yaitu
dan jasa di lokasi wisata pada akhirnya akan menghasilkan pendapatan bagi
tidak langsung adalah manfaat yang diterima dari dampak langsung yang
mengakibatkan kenaikan pada input dari suatu unit usaha, sedangkan dampak
pengeluaran yang dikeluarkan oleh tenaga kerja lokal yang berada di lokasi
wisata.
tersebut diestimasi dari jumlah total hari kunjungan dari wisatawan dan
Borobudur masih belum cukup sejahtera. Kondisi desa yang terlalu padat
pekerjaan tetap.
C. Paradigma Penelitian
87
Deskripsi:
makan, sholat, dan kamar mandi untuk para pendatang atau peziarah makam.
fasilitas yang ada ditempat pariwisata dan bagaimana cara masyarakat untuk
meningkatkan perekonomiannya.