Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH STUDI KASUS FARMASI RUMAH SAKIT

KASUS 4
“ASMA”

Kelas B4/ Kelompok 4

Oleh :
1. Rizky Akbar Latif (2220434884)
2. Sahra Sari (2220434885)

PROGRAM PROFESI APOTEKER


FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SETIA BUDI
SURAKARTA
2022
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Pengertian
Asma adalah suatu keadaan kondisi paru – paru kronis yang ditandai dengan kesulitan
bernafas, dan menimbulkan gejala sesak nafas, dada terasa berat, dan batuk terutama pada malam
menjelang dini hari. Dimana saluran pernafasan mengalami penyempitan karena hiperaktivitas
terhadap rangsangan tertentu, yang menyebabkan penyempitan atau peradangan yang bersifat
sementara (Masriadi, 2016).

Klasifikasi Asma dibedakan menjadi 2 jenis (Amin Huda Nurarif & Hardhi Kusuma, 2015) :

1. Asma Bronkial, hiperaktif dan hipersensitif terhadap rangsangan dari luar, seperti asap
kendaraan, bulu binatang, debu dalam rumah, dan bahan lain yang menyebabkan alergi.
Gejala pada asma bronkial bisa terjadi adanya radang yang mengakibatkan penyempitan
saluran pernafasan. Penyempitan ini akibat dari berkerutnya otot saluran pernafasan,
pembengkakan saluran lendir, dan pembentukan timbunan lendir yang berlebihan.
2. Asma Kardial Asma yang ditimbulkan akibat adanya kelainan jantung. Gejala yang dialami
penderita asma kardial biasanya adanya sesak nafas yang hebat dan terjadi pada malam hari.

1.2 Etiologi
Etiologi Asma merupakan penyakit saluran pernafasan kronik. Saat udara bebas keluar
masuk, sewaktu serangan asma terjadi, pernafasan menjadi sulit karena terjadi pembengkakan
pada saluran pernafasan. Di waktu yang sama, selaput saluran pernafasan akan mengalami
peradangan dimana dua unsur inilah yang menyebabkan terjadi rasa sesak nafas. Serangan asma
pada setiap orang juga berbeda. Ada yang mengalami sedikit rasa sesak pada dada dan
mengalaminya pada waktu yang singkat, dan ada pula yang mengalami rasa sesak nafas yang
parah setiap hari dalam jangka waktu yang lama. Terkadang, beberapa alveoli (kantong udara
yang ada di paru - paru) bisa pecah, sehingga, menyebabkan udara bisa terkumpul di dalam
rongga pleura atau disekitar rongga dada. Hal ini akan memperburuk sesak nafas yang dirasakan
oleh penderita asma (Masriadi, 2016).

Asma dapat disebabkan oleh adanya inflamasi dan respons saluran pernafasan yang
berlebihan, ditandai dengan adanya kalor (rasa panas karena vasodilatasi), tumor (esudadi
plasma dan edema), dolor (adanya rasa sakit karena rangsangan sensori), dan fungsi laesa (fungsi
yang terganggu). Sebagai pemicu timbulnya serangan dapat berupa infeksi, iklim (perubahan
suhu secara mendadak dan tekanan udara), inhalasi (bau asap, kapuk, tungau, bulu binatang,
debu, serbuk sari, sisa – sisa serangga mati uap cat), kegiatan fisik (olahraga yang terlalu berat,
tertawa terbahak – bahak, kecapaian), dan emosi (Amin Huda Nurarif & Hardhi Kusuma, 2015).
Faktor – faktor yang mempengaruhi ketidakefektifan bersihan jalan nafas (Kozier
Barbara, 2010) :

a. Saraf otonomik (rangsangan saraf simpatik dan parasimpatik).

b. Peningkatan produksi sputum.

c. Alergi pada saluran pernafasan.

d. Faktor fisiologis :

1) Menurunnya kemampuan mengikat oksigen

2) Menurunnya konsentrasi oksigen.

3) Hipovolemia.

4) Meningkatnya metabolisme.

e. Faktor perilaku :

1) Merokok.

2) Aktivitas berlebihan.

3) Kecemasan.

4) Substance abuse atau penggunaan narkotika.

f. Faktor lingkungan :

1) Tempat kerja.

2) Polusi.

3) Suhu lingkungan.

4) Ketinggian tempat atau permukaan laut.

1.3 Faktor Risiko

Berikut ini adalah beberapa faktor risiko yang paling sering dimiliki oleh penderita
asma (Masriadi, 2016) :

1. Riwayat keluarga Apabila salah satu anggota keluarganya menderita penyakit asma,
maka seseorang cenderung memilikinya juga.
2. Jenis kelamin dan usia Asma paling sering terjadi pada masa kanak – kanak, anak laki – laki
cenderung lebih sering mengalami asma daripada anak perempuan. Namun pada usia dewasa,
baik laki – laki maupun perempuan memiliki risiko asma yang sama besarnya.
3. Alergi Tingkat sensitivitas terhadap alergen, semisal debu, polusi udara, bulu hewan, jamur, atau
zat beracun sering kali bisa menjadi acuan mengenai potensi terserang asma.
4. Merokok Asap rokok menimbulkan iritasi terhadap saluran pernafasan, bahkan seorang perokok
aktif mempunyai risiko lebih besar untuk penyakit asma
5. Infeksi saluran pernafasan Kondisi saluran pernafasan yang bermasalah sejak balita dan kanak –
kanan akan menyebabkan suara bengkak. Beberapa anak yang mengalami infeksi saluran
pernafasan pada akhirnya akan merambah menjadi asma kronis.

1.4 Tanda Gejala


Gejala asma sering terjadi pada malam atau pagi hari. Gejala yang ditimbulkan
diantaranya batuk – batuk, sesak nafas, bunyi saat bernafas (wheezing atau mengi), rasa
tertekan pada dada, dan gangguan tidur pada malam hari karena batuk yang berlebihan dan
adanya rasa sesak nafas. 10 Gejala ini bersifat reversibel dan episodik berulang (Brunner &
Suddart, 2011).

Gejala asma dapat diperburuk oleh keadaan lingkungan seperti adanya debu, polusi,
asap rokok, bulu binatang, uap kimia, perubahan temperatur, obat (aspirin, beta – blocker),
olahraga berat, infeksi saluran pernafasan, serbuk bunga dan stres. Gejala asma dapat
menjadi lebih buruk akibat adanya komplikasi terhadap asma tersebut sehingga
bertambahnya gejala terhadap distres pernafasan atau yang lebih dikenal dengan Status
Asmaticus (Brunner & Suddart, 2011).

Status Asmaticus ditandai dengan adanya suara nafas wheezing, yang kemudian
berlanjut menjadi pernafasan labored (pepanjangan ekshalasi), perbesaran vena leher,
hipoksemia, respirasi alkalosis, respirasi sianosis, dyspnea, kemudian berakhir tachypnea.
Namun besarnya obstruksi di bronkus maka suara wheezing akan menghilang dan akan
menjadi pertanda bahaya gagal pernafasan (Brunner & Suddart, 2011).

1.5 Tujuan Pengobatan

Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan jalan nafas menjadi paten dan
bunyi nafas bersih atau jelas (Amin Huda Nurarif & Hardhi Kusuma, 2015).
1.6 Medikasi/Pengobatan Asma
Menurut GINA (2009), pengobatan berdasarkan berat asma dibagi menjadi 4, nyaitu
asma intermiten, asma persisten ringan, asma persisten sedang, dan asma persisten berat.

Penatalaksanaan Berdasarkan Derajat Asma Sumber : GINA, 2009


BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Kasus Asma


Merry adalah seorang anak berusia 11 tahun dengan berat badan 31 kg dengan tinggi
140 cm yang memiliki Riwayat asma sejak berusia 1 tahun. ia datang ke unit gawat darurat
RS umum daerah dengan keluhan tiga hari terakhir mengalami peningkatan kerja pernapasan,
sesak napas, batuk dan mengi. Dia juga merasakan beberapa gejala infeksi saluran
pernapasan atas ringan. merry telah menggunakan bronkodilator short-acting lebih sering
daripada sebelumnya yaitu Ventolin inhaler 100 mcg, tanpa perbaikan gejala yang
diharapkan. Ia kadang kadang menggunkan fluticasone inhalasi dan ipratoprium

Hari kedua ia masih di diruang IGD, akibat terbangun pagi ini dengan perasaan
'tercekik' dan ibunya mencatat bibirnya menjadi biru. Saturasi oksigennya adalah 85% dan
laju pernapasannya 40 kali/menit. Pernapasannya memburuk dan udara yang masuk
memburuk secara bilateral di kedua dasar paru-paru, dengan mengi di zona paru-paru bagian
atas. Dia diobati dengan salbutamol/ipratropium dan menerima steroid intravena dan
magnesium sulfat. X-ray dadanya menunjukkan hiperinflasi. Suhu tubuhnya juga meningkat
diatas 38,5°C, dengan batuk yang berdahak dan menggigil. Orang tua yang menjaganya juga
menyatakan td malam batuknya juga lebih buruk.

Pertanyaan:
1. Hari kedua ia diobati dengan salbutamol/ipratropium dan menerima steroid intravena dan
magnesium sulfat. Sudah sesuaikah pengobatan yang diberikan?? Berikan aturan pakai,
tata laksana terapi dan dosis yang sesuai untuk pengobatan yang ia dapatkan tersebut….!
2. Apakah Ventolin inhaler tetap diberikan?? Beri alasan……….
3. Analisislah pengobatan yang ia dapat kan di IGD, adakah DRP yang terjadi? Gunakan
form PTO… rencanakan pengobatan yang sesuai bagi merry tersebut!
4. Kapan kah rekonsiliasi dilakukan bagi Marry?
5. Lakukan analisa problem berdasar hasil wawancara anda terhadap pasien rekonsiliasi,
a. obat apa saja yang sudah pernah pernah digunakan, sedang dan akan diterima
b. Lakukan analisa kritis tentang problem pasien berdasar pengamatan terhadap form
rekonsiliasi tersebut
c. pertanyaan mendasar apa saja yang di ajukan Ketika wawancara pasien rekonsiliasi
d. Berdasar form rekonsiliasi tersebut jelaskan dimana proses rekonsiliasi terjadi,
apakah ada obat yang sama antara terapi di luar RS dengan yang didapatkan saat di
IGD ?

Penyelesaian
1. Sudah sesuaikah pengobatan yang diberikan??
Obat Salbutamol/Ipratropium diganti dengan golongan ICS/LABA karena pasien mengalami
asma persisten ringan stage 2, Tatalaksanya yaitu: diberikan kombinasi ICS/LABA
(budesonide/formoterol), kombinasi keduanya dapat dapat memperbaiki gejala , fungsi paru-
paru dan mengurangi eksaserbasi. Untuk steroid intravena dihentikan karena pada
pengobatan selanjutnya akan diganti dengan budesonide (kortikosteroid). Untuk pemberian
magnesium sulfat dilanjutkan karena merupakan terapi pasien asma diduga terjadi karena
defidiensi magnesium, sehingga diperlukan. Pemberian MgSO4 intravena menyebabkan
terjadinya peningkatan uji fungsi paru (PEFR peak Espiratory flow rate) dan. Untuk dosis
yang dianjurkan 20-50 mg/kgBB/dosis setiap 4 jam, pasien juga diberikan terapi amoxicillin
untuk mengatasi ispa ringan yang dialami dan paracetamol untuk mengatasi demamnya.

Aturan Pakai:

1. budesonide/formoterol: 1-2 inhalasi 2xsehari dari sybicort 80/4.5 mcg atau 140/4.5
mcg atau 160/4.5 mcg
2. magnesium sulfat: 20-50 mg/kgBB/dosis setiap 4 jam.
3. Amoxicillin : 500 mg, 3xsehari
4. Paracetamol: 310 mg, 3xsehari

Tatalaksana:

 persisten sedang
 Gejala setiap hari , serangan mempengaruhi aktivitas dan tidur, gejala malam >
1x/minggu, 60% VEP1 <80% nilai prediksi 60% APE <80% nilai terbaik

Terapi: 1st line : ICS dosis sedang


Alternatif ICS dosis rendah+ LABA

2. Ventolin dihentikan karena pemberian formoterol lebih efektif untuk asma memperbaiki
eksaserbasi berulang
3. Analisis DRP yang terjadi pada pasien, tulis pada form PTO

Problem
Subyektif Obyektif Terapi Saat Ini Analisis DRP (Chipolle) Plan
Medik
Asma Haris Pertama Haris Kedua MRS - Bronkodilator short- Tingkat keparahan asma Unnecessary teraphy a. Kombinasi ICS
MRS - Usia : 11 Tahun acting pada pasien masuk dalam - Ventolin inhaler 100 dan LABA —
- 3 hari terakhir - BB : 31 kg - Sebelumnya ventolin kategori persisten sedang, mcg
Budesonide 160
pernafasan - Tinggi : 140 cm inh 100 mcg dengan tatalaksana yang - salbutamol/ipratropi
mcg +
peningkat - Oksigen : 85% - Kadang-kadang direkomendasikan yaitu um
formoterol 4,5
- Sesak nafas - RR : 40 fluticasone inh dan ICS dosis reendah + - fluticasone inhalasi
mcg inhalasi
- Batuk kali/menit ipratropium LABA dan ipratoprium
- Mengik - Suhu : 38,5 0C - steroid intravena aerosol
- Ispa ringan (symbicort). 2
- Riwayat asma inhalasi 2 x
sejak usia 1 sehari
tahun b. Pasien diberikan
Haris Kedua
terapi oksigen
MRS
c. Pasien diberikan
- Merasa tercekik
(bibir biru)
amoxicillin

- Mengi 3xsehari
- X-Ray dada d. Pasien diberikan
hiperinflasi Paracetamol
- Batuk 3xsehari
memburuk saat
e. MgSO4
malam
4. Rekonsiliasi dilakukan sebanyak 3 kali
a. pertama pasien masuk RS
b. Pasien pindah pelayanan/pindah ruang dr IGD ke ruang
c. Sebelum pasien pulang
5. Formulir Rekonsiliasi

a. obat apa saja yang sudah pernah pernah digunakan, sedang dan akan diterima
Jawab:
Obat yang pernah digunakan :
 Fluticasone inh
 Ventolin Inh
Obat sedang diterima :
 salbutamol/ipratropium
 steroid intravena
 magnesium sulfat
Obat akan diterima :
 Budesonide 160 mcg + formoterol 4,5 mcg inhalasi aerosol (symbicort). 2 inhalasi
2 x sehari
 oksigen
 amoxicillin 3xsehari
 Paracetamol 3xsehari
 MgSO4 20 mg 4x sehari
b. Lakukan analisa kritis tentang problem pasien berdasar pengamatan terhadap form
rekonsiliasi tersebut
- pasien mengalami demam namun tidak mendapatkan terapi
- Pasien mengalami asma tetapi pada penggunaan salbutamol/ipratropium tidak efketif
dalam mengatasi gejala
- Pasien mengaami ispa ringan namun tidak mendapatkan terapi

c. pertanyaan mendasar apa saja yang di ajukan Ketika wawancara pasien rekonsiliasi
Obat yang sedang dan akan digunakan pasien, meliputi nama Obat, dosis, frekuensi, rute,
Obat mulai diberikan, diganti, dilanjutkan dan dihentikan, riwayat alergi pasien serta efek
samping Obat yang pernah terjadi. Dan data riwayat penggunaan Obat dari pasien

d. Berdasar form rekonsiliasi tersebut jelaskan dimana proses rekonsiliasi terjadi, apakah ada
obat yang sama antara terapi di luar RS dengan yang didapatkan saat di IGD ?
Proses rekonsilisasi terjadi di Rumah sakit pada awal hari pasien masuk rumah sakit.
Terdapat obat yang sama antara terapi di luar RS atau sebelum masuk RS dengan yang
didapatkan saat di RS yaitu salbutamol sebagai pereda serangan asma.
DAFTAR PUSTAKA

Amin huda nurarif, & Hardhi kusuma, (2015). aplikasi asuhan keperawatan berdasarkan
diagnosa medis dan nanda nic noc (jilid 3). penerbit mediaction jogja.
Barbara, Kozier dkk. 2010. Buku Ajar Fundamental Keperawatan. Jakarta : Penerbit Buku
Kedokteran EGC.
Brunner, & Suddarth. (2011). Keperawatan Medikal Bedah (12th ed.). Jakarta: Kedokteran EGC.
Masriadi. 2016. Epidemiologi Penyakit Tidak Menular. CV Trans Info. Jakarta

Anda mungkin juga menyukai