Anda di halaman 1dari 23

KESELAMATAN & KESEHATAN KERJA

dibuat untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah matematika dasar yang diampu oleh :
Dewi Yustiarini, S.T., M.T

Disusun oleh:

Annisa Putri Aldawiyah (1602023)


Mochamad Arsyan Yudistira (1602041)
Rippana Gugusan Sufi (1604011)

PROGRAM STUDI S1 PENDIDIKAN TEKNIK BANGUNAN


FAKULTAS PENDIDIKAN TEKNOLOGI DAN KEJURUAN
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
2016
KATA PENGATAR

    Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang, Kami
panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah,
dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah tentang K3 di dalam
proyek fly over antapani.

    Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari berbagai pihak
sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami menyampaikan banyak
terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.
   
    Terlepas dari semua itu, Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik dari
segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan terbuka kami
menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah ini.
   
    Akhir kata kami berharap semoga makalah ilmiah tentang limbah dan manfaatnya untuk
masyarakan ini dapat memberikan manfaat maupun inpirasi terhadap pembaca.
   
                                                                                     

Bandung, 8 November 2016

Penulis
DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN………………………………………………………………….1

1.1 Latar Belakang…………………………………………………………………...1


1.2 Rumusan Masalah………………………………………………………………..1
1.3 Tujuan…………………………………………………………………………….1
BAB II TINJAUAN PUSTAKA…………………………………………………………...2

2.1. Prosedur Kerja…………………………………………………………………...2

2.1.1. Pengertian Posedur Kerja………………………………………………………2

2.1.2.Tujuan Prosedur Kerja………………………………………………………….2

2.1.3. Keuntungan Adanya Prosedur Kerja…………………………………………..2

2.1.4. Persyaratan Prosedu Kerja……………………………………………………..2

2.2. Analisis Keselamatan Kerja……………………………………………………...3

2.2.1. Pengertian K3…………………………………………………………………..3

2.2.2. Tujuan K3………………………………………………………………………3

2.2.3.Perilaku K3……………………………………………………………………...3

2.2.4. Pengetahuan Tentang K3……………………………………………………….3

2.3. Alat Pelindung Diri (APD)……………………………………………………….4

2.3.1.Pengertian APD…………………………………………………………………4

2.3.2. Dasar Hukum…………………………………………………………………..4

2.3.3. Jemis Jenis APD ……………………………………………………………….5

2.4. Truck Crane………………………………………………………………………10

2.4.1. Pengertian Truck Crane…………………………………………………………10

2.4.2. Jenis jenis Pesawat Angkat Crane………………………………………………10

2.4.3. Kelebihan Truck Crane………………………………………………………….10

2.5. Persiapan pengecoran………………………………………………………………12


2.6. Pemasangan Bekisting………………………………………………………………12

BAB III PEMBAHASAN OBSERVASI LAPANGAN ……………………….................13

3.1.1. Pertanyaan……………………………………………………………………….13

3.1.2. Jawaban………………………………………………………………………….14

BAB V PENUTUP…………………………………………………………………………..15

5.1. Kesimpulan…………………………………………………………………………15

DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………………………16

LAMPIRAN…………………………………………………………………………………...17
BAB I
PEMDAHLUAN

4.4 Latar belakang

Penggunaan alat perlindungan diri atau sering disebut APD merupakan komponen terpenting
dalam keselamatan dan kelancaran sebuah kontruksi bangunan yang membutuhkan banyak
tenaga kerja yang pekerjaannyaa tergantung pada kekuatan fisik.

Alat perlindungan diri sering dianggap remeh atau dipandang tidak penting oleh sebagian pekerja
khususnya “tukang” yang bekerja di kontruksi mereka beranggapan bahwa APD adalah hal yang
mengganggu pekerjaan mereka bahkan menjadi elati penyebab kecelakaan itu sendiri.

Padahal penggunaan APD (Alat Perlindungan Diri) bertujuan meminimalisir Cedera akibat
kejadian yang tidak diingingkan misalnya; helm untuk melindungi kepala dari benda yang jatuh
dari atas,sarung tangan melindungi tangan dari gesekan dengan benda tajam seperti kaca, dan
kacamata untuk melindungi mata dari debu atau percikan api dari proses pengelasan.

Berdasarkan kasus diatas kita sebagai calon pendidik tenaga kerja harus mengetahui bagaimana
penggunaan APD yang baik dan Hak-hak yang dimiliki Tenaga Kerja,untuk bekerja secara aman
dan effisien.

 1.2 Rumusan Masalah


1.Kurangnya kesadaran “Tukang” terhadap penggunaan APD

2.Kurangnya Pengetahuan Tukang tentang K3

3.kurangnya pemahaman Mahasiswa tentang K3 dilapangan

1.3 Tujuan

1.Meningkatkan kesadaran tukang terhadap Pentingnya penggunaan APD

2.Meningkatkan Pengetahuan tukang tentang K3

3.Meningkatkan Pemahaman mahasiswa tentang K3 dilapangan


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1.PROSEDUR KERJA

2.1.1 Pengertian Prosedur Kerja

Prosedur adalah suatu metode untuk melaksanakan pekerjaan tertentu. Menetapkan prosedur
adalah tugas manajemen yang dilakukan dengan mengembangkan dan menggunakan metode
metode yang baku untuk melaksanakan pekejaan tertentu .Namun prosedur kerja tidak akan
berarti bila tidak ditaati pekerja .Diperlukan kerjasama dan pengawasan untuk pelaksanaan
prsedur kerja tersebut.

2.1.2. Tujuan Prosedur Kerja

Tujuan prosedur kerja adalah untuk mengeliminasi potensi bahaya

2.1.3 .Keuntungan Adanya Prosedur

Dalam melakukan suatu tugas perusaaan perlu dilakukan elati dan cara yang sama.Dengan
demikian maka terbentuk standarisasi penaganan tugas sehingga tugas tersebut dilakukan dengan
tepat dan efisien.Juga sangat berguna dalam penyederhanaan pelatihan dengan membagi langkah
langkah dan melatih orang untuk bekerja efektif .

2.1.4. Persyaratan Prosedur Kerja


• Peningkatan fasilitas sarana produksi dan lingkungan kerja. Prosedur harus dijalankan
dengan baik bila memenuhi syarat pokok produksi yang tepat dan keadaan tempat kerja
yang aman serta bersih.
• Mempertimbangkan metode operasi
• prosedur kerja dimaksudkan untuk menyederhanakan pekerjaan/tugas dan peningkatan
spesialisasi.
• Syarat yang dipenuh harus sesuai dengan pekerjaan yang bersangutan
• Suatu modul yang dibuat oleh organisasi k3 kadang tidak begitu saja dapat dipakai
sebagai prosedur kerja. Modul tesebut dipakai sebagai bahan pertimbangan dan perlu
dikembangkan untuk menjadi prosedur kerja yang tepat.
2.2. ANALISIS TUGAS KESELAMATAN
• Task/job analysis adalah pengujian yang sismatik dari suatu kerja untuk identifikasi
suatu kerugianyang berhubungan dengan kerja.Perusahaan menganggap bahwa JSA (Job
Safety Analys) adalah suatu hal yang penting, baik bagi K3 maupun bagi kelangsungan
hidup perusahaan.

2.2.1. Pengertian K3
• Keselamatan Dan Kesehatan Kerja adalah penjaminan pengetahuan terhadap pekerja baik
lahir maupun batin demi menghindarkan dari resiko akibat kecelakaan/penyakit kerja.
Keselamatan dan kesehatan kerja disingkat dengan K3. Pemahaman K3 harus diterapkan
dari *mulai – proses – akhir* harus selamat.

2.2.2.Tujuan K3
• Tercapainya keselamatan kerja dalam melakukan pekerjaannya.
• Tercapainya keselamatan kerja manusia yang berbeda ditempat kerja.
• Terpeliharanya sumber-sumber produksi.
• Tercapainya efisiensi dan keamanan dalam penggunaan sumber produksi.
• Kesejahteraan hidup dan produktivitas nasional meningkat.

2.2.3 Perilaku K3

Perilaku K3 meliputi pengetahuan, sikap dan tindakan yg berkaitan dengan kinerja K3 serta
upaya pelaksanaannya. Ada empat elati utama seseorang mau melakukan k3 :
• Seseorang merasa mudah mendapat kecelakaan
• Orang percaya bahwa kecelakaan dapat dicegah
• Orang memandang bahwa kecelakaan dapat bersifat fatal
• Orang tersebut mampu menjangkau dan memanfaatkan fasilitas K3

2.2.4. Pengetahuan tentang K3


Pengetahuan K3 Sebagaimana dengan pengetahuan lain diperoleh melalui pengindraan
teradap objek tertenu. Pengetahuan ela diperoleh secara alami maupun terencana yaitu
melalui proses pendidikan. Pendidikan merupakan dasar yang sangat penting untuk
terbentuknya tindakan.

 Pengetahuan memiliki 6 tingkatan:


• Mengetahui

Misalnya pekerja tahu bahwa APD berfungsi untuk melindungi dirinya.


• Memahami

misalnya pekerja mengetahui serta memahami fungsi dan tujuan pemakaian dari masing masing
APD.
• Aplikasi

misalnya pekerja dapat menggunakan APD yg diperlukan sesuai denga kebutuhannya .


• Analisis

misalnya pekerja mampu menganalisa bahwa ia harus mematuhi rambu rambu perngatan dan
memakai APD yang sesuai denan kebtuhan.
• Sintesis

Pekerja menyadari kapan dan dimana harus menggunakan APD yang tepat, walaupun tidak
terdapat rambu rambu.
• Evaluasi

misalnya pekerja mampu menilai tujuan penggunaan APD itu sendiri

2.3 ALAT PELINDUNG DIRI (APD)

2.3.1 Pengertian APD

Yang termasuk APD adalah pakaian, semua asesoris yang di desain guna menciptakan batas
dengan hazard lingkungan.

APD digunakan setelah berbagai cara, meliputi elativ engineering, elativ administrasi,dan
substitusi

2.3.2. Dasar Hukum


NOMOR PER.08/MEN/VII/2010TENTANG ALAT PELINDUNG DIRI
Pasal 2 :
(1)Pengusaha wajib menyediakan APD bagi pekerja/buruh ditempat kerja.
(2)APD sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus sesuai dengan Standar Nasional
Indonesia (SNI) atau standar yang berlaku.
(3)APD sebagaimanadimaksud pada ayat (1) wajib diberikan oleh pengusaha secara
Cuma-cuma

2.3.2. Jenis APD


a. Topi Keselamatan (Helm)

Dari suatu survey yang pernah dilakukan dan berdasarkan statistic dihasilkan data bahwa cedera
kepala terjadi. Karena tidak memakai helm saat terjatuh atau terjadi kecelakaan. Cedera kepala
disebabkan karena objekyang jatuh tepat mengenai kepala.

b. APD mata.

perlu diingat bahwa kita berusaha untuk mencegah cedera dari arah depan dan berbagai jurusan,
indikasi pemakaian kaca mata pada umumnya pada pekerjaan ; welding, scaling, grinding,
pekerjaan kayu, operasi mesin, dan lain-lain. Maka hendaknya frame kacamata terbuat dari
plastic dan bukan dari logam.

c) APD telinga.
Prinsip APD telinga adalah perlindungan kontak langsung antara bising dengan organ telinga.
Berfungsi sebagai pelindung telinga pada saat bekerja di tempat yang bising.Tipe pelindung
telinga:

- Ear muffs : memerlukan karet yang kuat

- Ear plugs : katun lilin, plastic, wol.

d. APD paru-paru

Respirator

Industri umumnya menghasilkan kontaminan udara dari kegiatan metal casting, welding,
grinding, polishing, spraying, dan migas. Maka tipe kontaminan yang lazimnya ada didalam
industry adalah: debu, mist, fume, gas, vapor, asap, dan erosol.

e) APD Badan dan Lengan


Indikasi umumnya digunakan untuk:

 Penanganan bahan kalmia

 Lingkungan panas

 Aktivitas perawatan

 Kontruksi bangunan

 Dll

Ada beberapa jenis APD badan dan lengan

1. Sarung tangan

Berfungsi sebagai alat pelindung tangan pada saat bekerja di tempat atau situasi yang
dapat mengakibatkan cedera tangan. Bahan dan bentuk sarung tangan di sesuaikan
dengan fungsi masing-masing pekerjaan.

4. Sepatu keselamatan dan sepatu karet


Safety shoes berfungsi untuk mencegah kecelakaan fatal yang menimpa kaki karena benda tajam
atau berat, benda panas, cairan kimia dan sebagainya.

Sepatu karet (sepatu boot) adalah sepatu yang didesain khusus untuk pekerja yang berada di area
basah (becek atau berlumpur). Kebanyakan sepatu karet di lapisi dengan metal untuk melindungi
kaki dari benda tajam atau berat, benda panas, cairan kimia, dsb.

2. Tali pengaman

Safety belt berfungsi sebagai pelindung diri ketika pekerja bekerja/berada di atas ketinggian.

3. Life Jaket
berfungsi melindungi  pengguna yang bekerja di atas air atau dipermukaan air agar
terhindar dari bahaya tenggelam dan atau mengatur keterapungan (buoyancy) pengguna
agar dapat berada pada posisi  tenggelam (negative buoyant) atau melayang (neutral
buoyant) di dalam air.

4. Pakaian Pelindung

Alat pelindung tubuh ini berbentuk seperti sebuah baju kerja. Ukuran dan jenis pakaian ini
disesuaikan dengan ukuran tubuh dan jenis kelamin. Baju ini menutupi kaki dan tangan,
sebaiknya menutupi rambut dan tidak memakai perhiasan. Baju ini haru tahan terhadap radiasi
panas biasanya mengandung alumunium, tahan radiasi biasanya dilapisi timbal (timah hitam),
tahan zat kimia, dan terdapat sabuk pengaman (safety belt) untuk mempermudah dalam
keamanan serta dapat mencegah cidera pada pekerja.

2.4 . TRUCK CRANE


Truck crane adalah merupakan salah satu jenis pesawat angkat modern pada saat ini. Truck crane
dipergunakan untuk memindahkan bahan-bahan, alat-alat ataupun beban di lapangan pada
industry-industri atau pabrik-pabrik, areal pembangunan dan sebagainya.Truck crane hanya
mengangkat beban-beban dalam jumlah besar dan dalam jarak yang sangat terbatas. Artinya
penggunaan truck crane sebagai alat pengangkat dan pemindahan beban pada umumnya
digunakan di tempat-tempat atau di areal-areal yang membutuhkan dimensi cukup luas,
dikarenakan dimensi dari truck crane itu sendiri cukup besar karena itu penggunaan truck crane
sangat terbatas.

2.4.1Pesawat angkat jenis crane antara lain adalah :


1.Overhead traveling crane
2.Tower crane
3.Truck mounted crane
4.Mobil crane
Dari keempat jenis pesawat angkat yang disebutkan di atas Mobil crane dan truck crane memiliki
banyak kesamaan. Yang membedakan dari keduanya hanyalah pada kapasitas atau jumlah
pengangangkatan beban. Dan bentuk dari kendaraan-kendaraan itu sendiri tentunya juga terdapat
sedikit perbedaan.

2.4.2. Mobil truck crane memiliki kelebihan dari jenis crane-crane lainnya yang antara lain
adalah :

1.Mobil dan truck crane dapat berpindah-pindah dari satu tempat ke tempat lain dengan cepat
dan pada jarak yang cukup jauh.
2.Mobil dan truck crane yang menggunakan lengan (boom) jenis teleskopik, dapat dipanjang
atau dipendekkan dengan mudah sesuai dengan kebutuhan sehingga lebih efektif.

3.Mobil crane ukurannya lebih kecil dibandingkan dengan truck crane, sehingga dapat
menjangkau tempat-tempat yang elative lebih sempit.

4.Mobil crane hanya memiliki satu kabin operator, sedangkan truck crane memiliki dua kabin
operator.

Truck crane yang telah dirancang sebaiknya tetap harus dianalisa kembali untuk mengetahui
batas kemampuan truck crane itu sendiri, sehingga kecelakaan yang diakibatkan dari kerusakan
ataupun kesalahan operator alat tersebut dalam mengoperasikan crane dapat dihindari atau
dicegah dan setidaknya dapat dikurangi seminimimal mungkin. Untuk itu dalam skripsi ini
penulis mengambil

2.5. PERSIAPAN PENGECORAN


Pekerjaan Persiapan Pengecoran pada Pekerjaan Perkerasan Beton mempunyai potensi
bahaya terhadap tenaga kerja yaitu :
1) Terjadi iritasi pada kulit, mata dan paru-paru akibat debu semen yang terhisap oleh para
pekerja yang mengerjakan semen dan beton,
2) Terluka oleh alat-alat pengecoran (kerekan, peluncur muatan, dll),
3) Kecelakaan atau terluka akibat jarak antara pekerja yang satu dan lainnya tidak dalam
jarak yang aman.
Antisipasi pencegahan terhadap bahaya yang ditimbulkan akibat Pekerjaan Persiapan
Pengecoran pada Pekerjaan Perkerasan Beton yaitu :
1) Pekerja harus memakai baju kerja, sarung tangan, helm, atau topi baja, kaca mata
pengaman dan sepatu sesuai standar, bila perlu untuk mencegah bahaya gangguan
paru-paru pekerja juga harus memakai alat pengatur pernafasan (respirator) tutup mulut
(masks). Pengontrolan terhadap mesin yang memproses semen, kapur dan bahanbahan
berdebu lainnya harus dari tempat yang bebas debu,
2) Elevator, kerekan, layar, peluncur muatan (chutes) dan perlengkapan-perlengkapan
untuk penyimpanan, pengangkutan, dan lain-lain, harus dipagar untuk mencegah
benturan dengan benda bergerak yang posisinya tidak aman,
3) Senantiasa menjaga jarak aman antar pekerja satu dan pekerja lainnya

2.5.1. Pengecoran
Pekerjaan Pengecoran pada Pekerjaan Perkerasan Beton mempunyai potensi bahaya
terhadap tenaga kerja yaitu :
1) Terjadi gangguan fisik akibat pekerja tidak memakai pakaian dan peralatan yang
sesuai dengan standar,
2) Terjadi iritasi pada kulit dan mata akibat percikan adukan yang mengandung semen,
3) Terluka atau kecelakaan akibat papan acuan pengecoran tidak kuat atau rusak,
4) Terluka akibat terkena percikan beton pada saat penuangan beton dari bak muatan,
5) Kecelakaan oleh ambruknya beton yang sedang mengeras akibat getaran, bahan kimia
atau pembebanan,
6) Terjadi kecelakaan atau terluka oleh mesin penggetar ketika pengecoran dilakukan,
7) Kecelakaan ataupun terluka oleh mesin pemompa beton,
8) Terjadi kecelakaan oleh mesin penghampar dan pengaduk beton,
9) Terluka oleh mesin Water Tanker,
10) Terjadi kecelakaan pada orang luar /bukan pekerja dan penduduk yang sedang
melintas,
11) Terjadi kecelakaan pekerja yang melakukan pekerjaan pada kondisi gelap atau malam
hari,
12) Kecelakaan akibat papan lantai kerja sementara roboh,
13) Kecelakaan akibat pipa penyalur beton terlepas,
14) Kecelakaan akibat pembersihan pipa pemompa beton.
Antisipasi pencegahan terhadap bahaya yang ditimbulkan akibat Pekerjaan Pengecoran
pada Pekerjaan Perkerasan Beton yaitu :
1) Pekerja harus memakai baju kerja, sarung tangan, helm, topi baja, kaca mata
pengaman dan sepatu yang sesuai dengan standar, bila perlu untuk mencegah bahaya
terhadap gangguan paru-paru maka pekerja harus memakai alat pengatur pernafasan
(respirator) tutup mulut (masker),
47 - 160
2) Pencampuran bahan-bahan kering dari beton harus dilakukan pada ruang yang
tertutup, debu yang ditimbulkan harus dapat terbuang keluar, bila debu tidak dapat
terbuang keluar, maka para pekerja harus menggunakan alat pernapasan yang sesuai
dengan standar,
3) Selama pengecoran papan acuan dan penumpunya harus kuat dan dicegah dari
kerusakan,
4) Bila beton sedang dituang dari bak muatan, maka pekerja harus berada pada jarak
yang aman terhadap setiap percikan beton,
5) Bila beton mulai mengeras maka harus dilindungi terhadap arus air yang mengalirkan
bahan-bahan kimia, dan getaran serta tidak boleh meletakkan beban di atas beton
yang sedang mengeras,
6) Pelaksanaan penggetaran adukan beton harus dilakukan oleh pekerja yang ahli
dibidangnya serta menjaga agar tidak ada orang luar maupun pekerja lain yang tidak ahli
berada di tempat dimana dilakukan pengecoran,
7) Operator mesin pompa beton harus sudah berpengalaman dan ahli dibidangnya serta
senantiasa menjaga agar tidak ada orang luar maupun pekerja lain yang tidak ahli
berada di tempat dimana dilakukan pengecoran,
8) Pengadukan dan penghamparan beton harus dilakukan oleh tenaga yang
berpengalaman dan ahli dibidangnya serta selalu menjaga agar tidak ada orang luar
maupun pekerja lain yang tidak ahli berada di tempat dimana dilakukan pengecoran,
9) Operator Water Tanker harus berpengalaman dan ahli dibidangnya serta selalu menjaga
agar tidak ada orang luar maupun pekerja lain yang tidak ahli berada di tempat dimana
dilakukan pengecoran,
10) Membatasi daerah pekerjaan yang akan dilakukan pengecoran dengan pagar atau
rambu yang informatif, menyiapkan jalan sementara bagi penduduk sekitar untuk
melintasi jalan,
11) Menyiapkan penerangan yang memenuhi syarat apabila harus bekerja pada malam hari,
12) Lantai kerja sementara yang menahan pipa pemompa beton harus kuat untuk menumpu
pipa yang sedang berisi dan semua pekerjaan sekaligus pada waktu yang bersamaan,
dan mempunyai faktor pengaman sedikitnya 4,
13) Pipa penyalur beton pompaan harus diangker pada ujung dan lengkung-lengkungnya, di
ujung atas diberi keran penyalur udara, terikat kuat dengan ujung mulut penyemprot
dengan menggunakan kerah terpakau atau dengan cara lain dengan kekuatan yang
sebanding,
14) Bila pipa pemompa beton sedang dibersihkan dengan air atau udara bertekanan tinggi,
tidak boleh disambung atau dalam keadaan terlepas. Bila pipa pemompa sedang
disemprot dengan udara bertekanan tinggi maka pekerja-pekerja yang tidak
berkepentingan harus berada di tempat yang aman.

2.6. PEMASANGAN BEKISTING


Pekerjaan Pemasangan Bekisting pada Pekerjaan Perkerasan Beton mempunyai potensi
bahaya terhadap tenaga kerja yaitu :
1) Luka terkena paku, kayu dan peralatan kerja lainnya,
2) Terluka oleh alat penggeser bekisting,
3) Terjadi kecelakaan oleh pengoperasian mesin penghampar,
4) Terjadi gangguan lalu lintas.
Antisipasi pencegahan terhadap bahaya yang ditimbulkan akibat Pekerjaan Pemasangan
Bekisting pada Pekerjaan Perkerasan Beton yaitu :
1) Para pekerja yang mengerjakan pemasangan bekisting harus memakai sarung tangan,
helm, sepatu boot yang sesuai dengan standar,
2) Apabila menggunakan bekisting yang bergeser maka harus diperhatikan alat-alat
tersebut terpasang dengan baik,
3) Operator mesin penghampar harus sudah berpengalaman dibidangnya,
4) Pemasangan rambu-rambu lalu lintas serta mengatur lalu lintas agar lalu lintas tetap
berjalan dengan lancar dengan cara mengerjakan pekerjaan ½ bagian terlebih dahulu.

BAB III
PEMBAHASAN OBSEVASI LAPANGAN
Untuk mengetahui kenyataan di lapangan mengenai APD pada proyek jalan dan
jembatan, kami mengajukan beberapa pertanyaan (questioner¬) kepada kepada konsultan
dan bagian K3. Pertanyaan – pertanyaan tersebut adalah sebagai berikut :
1. Aoakah perusahaan ini menyediakan APD sesuai Standar Nasional Indonesia?
2. Untuk perawatannya, apakah pekerja bertanggung-jawab atas perawatannya?
3. Apakah pekerja diwajibkan untuk membayar APD?
4. Apakah perusahaan bertanggung-jawab atas kecelakaan pekerja apabila tidak
menggunakan APD?
5. Apakah pengawas melakukan pengawasan saat berlangsungnya proses pekerjaan?
6. Apakah perusahaan konstruksi memberikan jaminan sosial bagi pekerja dan keluarga
nya?
7. Apakah pekerja mendapatkan hari libur ?
8. Apakah para pekerja diberitahu tentang unit keselamatan dan kesehatan kerja yang
meliputi usaha-usaha pencegahan terhadap kecelakaan?
9. Jika menyewa alat besar apakah beserta operatornya atau tidak?
10. Berapa biaya yang telah dikeluarkan?

1. Iya perusahaan ini menggunakan APD yang berstandar nasional.


2. Sesudah bekerja para pekerja biasanya langsung menaruh peralatan APDnya di loker
loker yang sudah di sediakan, dan yang membersih kannya adalah bagian K3.
3. Iya tentu saja para pekerja wajib menggunakan APD lengkap sesuai dengan
kebutuhannya. Tetapi masih banyak pekerja yang tidak patuh peraturan melepas APD
yang harus dikenakan/APDnya tidak lengkap seperti menggunakan sandal, memakai
rompi dan sepatu tetapi tidak menggunakan helm.
4. Iya tentu saja perusahaan harus bertanggung jawab, tetapi dalam pelaksanakan proyek ini
belum ada kecelakaan yang terjadi.
5. Iya tentu saat pelaksanaan seperti proses pengecoran, k3 melakukan pengawasan , tempat
harus di cek terlebih dahulu . Tempat harus bersih jangan sampai terdapat sampah.
6. Perusahaan memberi jaminan terhadap pekerja.
7. Jika terjadi hujan biasanya pengerjakan di berhentikan sementara sampai tidak turun
hujan lagi lalu dilanjutkan lagi.Istirahat pada pukul 12.oo-13.oo Pekerjaan setiap hari bisa
sampai jam 4 subuh , kadang tidak ada libur.
8. Sebelum mulai pegerjaan biasanya ada pembimbingan dan berdoa.
9. Iya tentu saat menyewa alat besar harus beserta operatornya , biasanya seseorang yg tidak
sekolahpun bisa menjadi operator asal memiliki keahlian.
10. Pembangunan jembatan layang antapani merupakan proyek kerjasama antara Pusat Jalan
& Jembatan, Balitbang, Kementerian PUPR dengan Pemerintah Kota Bandung dan Posco
Steel Korea. Dari total biaya Rp 35 miliar, komposisinya adalah Rp 21,5 miliar dari
Kementerian PUPR, Rp 10 miliar dari Pemkot Bandung dan Rp 2 miliar dari Posco Steel
Korea berupa material.

BAB V
PENUTUP

5.1. Kesimpulan

Penggunaan K3 dilapangan sangat berpengaruh terhadap berjalannya pekerjaan kontruksi


antara lain;
 meminimalisir cedera akibat kecelakaan kerja
 menghindari cedera fatal akibat kecelakaan kerja
 menjamin hak tenaga kerja seperti pendapat tunjangan jika mengalami kecelakaan
yang berakibat fatal maupun yang berujung kematian dengan porsi masing-
masing.
 menjaga agar tidak terhentinya pekerjaan kontruksi dengan meminimalisir
kecelakaan kerja

DAFTAR PUSTAKA
http://sipil.polsri.ac.id/Data/indrayani/modul/PTM_dan_Alat_Berat.pdf
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/25109/4/Chapter%20I.pdf
http://www.jasamarga.com/
http://pu.go.id/uploads/services/infopublik20120703190644.pdf
http://litbang.pu.go.id/beranda/post/flyover-antapani-dibangun-dengan-teknologi-
balitbang-yang-murah-dan-cepat
Hadipoetro, Sajidi. 2014.Manajemen Komprehensif Keselamatan Kerja.Jakarta:Yayasan
Patra Tarbiyyah Nusantara
Perpustakaan Nasional RI: Katalog Dalam Terbitan (KDT) Sistem Manajemen
Keselamatan dan Kesehatan Kerja OHSAS 18001/Soehatman Ramli,-Cetakan pertama-
jakarta:PT.Dian Rakat, 2009
Ari Suryawan, seri Buku Teknis Sipil Praktis Perkerasan jalan Beton semen Portland,
Beta Offset, Yogyakarta, 2009

LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai