Di indonesia kentang (Solanum tuberosum L) merupakan salah satu jenis tanaman yang di prioritaskan untuk dikembangkan. Hal ini dapat dilihat dari konsumsi kentang didunia. Dimana konsumsinya menempati urutan keempat setelah beras, gandum, dan jagung. Selain itu indonesia adalah negara penghasil kentang paling besar. Tanaman kentang dapat dikembangkan didataran tinggi dengan ketinggian sekitar 1300-1500 meter di atas permukaan laut. Sentra produksi kentang diindonesia tersebar di daerah sumatera utara, sumatera barat, jambi, jawa barat, jawa tengah, jawa timur, dan sulawesi selatan (BPS, 2015). Tanaman kentang sering dijumpai mengenai serangan busuk daun (Phytophthora infestans), semua sentra kentang atau hortikultura di dataran tinggi tidak ada yang bebas dari serangan phytophthora. Phytophthora tergolong cendawan SOIL BORNE hidup dan bertahan di tanah.
2.1 PENYAKIT BUSUK DAUN
Penyakit busuk daun adalah penyakit utama pada tanaman kentang, karena penyakit ini dapat menimbulkan kerusakan parah dan menyebabkan kerugian pada petani karena seringnya terkena penyakit ini, bahkan dapat menimbulkan kegagalan panen (Soesanto dkk., 2011).
2.2 PENYEBAB PENYAKIT BUSUK DAUN
Penyakit ini di sebabkan oleh jamur Oomy cetes. Saat tanah menempel bibit kentang, cendawan itu juga akan ikut terbawa dan menyebar di wilayah lain mengikuti tempat ditanamnya bibit. Padahal, serangannya bisa menelan hasil panen hingga 90% bahkan habis tak tersis (Soesanto dkk., 2011) Phytophthora menyerang kentang sejak kemunculan tunas daun. Akibatnya, tunas daun bisa mati dan tidak menghasilkan umbi. Kebanyakan serangan Phytohthora pada umur 25-30 HST karena daun sudah mulai rimbun sehingga kelembaban meninkat. Namun didaerah endemik kerinci serangan ditemukan pada 15-20 HST.