Disusun Oleh:
AYU KOMALADEWI (NIM. 18012008)
LIONI HARSANTI (NIM. 18012027)
Segala puji dan syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT, Tuhan Yang
Maha Esa karena berkat rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan Makalah dengan judul “Uji Laboratorium Terhadap Parameter
Fisik Dan Kimia Kualitas Udara”. Tujuan pembuatan makalah ini untuk
memenuhi tugas mata kuliah analisis kualitas lingkungan dan untuk mengetahui
serta mempelajari tentang metode analisis parameter kualitas udara.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih jauh
dari sempurna, untuk itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran dari
teman-teman terutama dosen pengajar untuk perbaikan di masa mendatang.
Akhir kata penulis berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi
perkembangan ilmu pengetahuan dan semua pihak yang membacanya.
Pekanbaru, Desember
2018
Penulis
ii
DAFTAR ISI
ii
iii
1.3 Tujuan......................................................................................................
2.2 Penentuan Lokasi dan Titik Pengambilan Sampel Udara Ambien .........
iii
BAB 3 KESIMPULAN .....................................................................................
13
14
iv
BAB 1
PENDAHULUAN
1
udara yang wajib diukur sesuai dengan Peraturan Pemerintah No. 41 Tahun 1999
tentang Pengendalian Pencemaran Udara. Pada jumlah tertentu dengan relatif
rendah, TSP tidak akan menimbulkan efek negatif, namun jika dalam udara
ambien melebihi baku mutu maka akan menimbulkan efek negatif yang berbahaya
dan merugikan, baik dari aspek ekonomi maupun dari aspek lingkungan.
Komposisi dan ukuran TSP dapat menentukan tingkat resiko yang terjadi.
Ukuran TSP bervariasi, namun yang dapat membahayakan kesehatan umumnya
berkisar antara 0,1 mikron sampai dengan 10 mikron. Sumber TSP secara alami
berasal dari debu tanah atau pasir halus yang terbang terbawa oleh angin kencang,
abu vulkanik akibat letusan gunung berapi, dan semburan uap air panas di sekitar
daerah sumber panas bumi. Sumber TSP akibat ulah manusia berasal dari
pembakaran batubara, proses industri, kebakaran hutan, dan gas buangan
transportasi (Wardhana, 2004). Oleh karena itu, pada makalah ini akan diuraikan
tentang uji laboratorium terhadap parameter fisik dan kimia kualitas udara.
1.3 Tujuan
Tujuan dari penulisan makalah ini yaitu :
a. Mengetahui alat dan metode pengukuran kualitas udara
b. Mengetahui metode analisis parameter kualitas udara
2
BAB 2
PEMBAHASAN
3
bernapas. Untuk flow rate 2 liter/menit dapat menangkap debu yang
berukuran < 10 mikron. Alat ini biasanya digunakan pada lingkungan
kerja dan dipasang pada pinggang pekerja karena ukurannya yang sangat
kecil.
4
Karbon dan Oksigen dapat bergabung membentuk senjawa karbon
monoksida (CO) sebagai hasil pembakaran yang tidak sempurna. Karbon
monoksida merupakan senyawa yang tidak berbau, tidak berasa dan pada
suhu udara normal berbentuk gas yang tidak berwarna. Tidak seperti
senyawa CO mempunyai potensi bersifat racun yang berbahaya karena
mampu membentuk ikatan yang kuat dengan pigmen darah yaitu
haemoglobin. Korban monoksida yang berasal dari alam termasuk dari
lautan, oksidasi metal di atmosfir, pegunungan, kebakaran hutan dan badai
listrik alam. Sumber CO buatan antara lain kendaraan bermotor, terutama
yang menggunakan bahan bakar bensin. Berdasarkan estimasi, Jumlah CO
dari sumber buatan diperkirakan mendekati 60 juta Ton per tahun. Separuh
dari jumlah ini berasal dari kendaraan bermotor yang menggunakan bakan
bakar bensin dan sepertiganya berasal dari sumber tidak bergerak seperti
pembakaran batubara dan minyak dari industri dan pembakaran sampah
domestik. Didalam laporan WHO (1992) dinyatakan paling tidak 90% dari
CO diudara perkotaan berasal dari emisi kendaraan bermotor. Selain itu
asap rokok juga mengandung CO.
Berikut ini adalah beberapa metode analisis gas CO:
a. Metode Nondispersive infrared (NDIR).
Pengukuran ini berdasarkan kemampuan gas CO menyerap sinar infra
merah pada panjang 4,6 µm . Banyaknya intensitas sinar yang diserap sebanding
dengan konsentrasi CO di udara. Analyzer ini terdiri dari sumber cahaya
inframerah, tabung sampel dan reference, detektor dan rekorder. Gas dalam alat
dapat menyerap energi infra merah sebanding dengan konsentrasinya
5
Gambar 2.1 Analyzer Nondispersive infrared (NDIR)
6
oleh kepadatan penduduk karena sumber utama NOx yang diproduksi
manusia adalah dari pembakaran dan kebanyakan pembakaran disebabkan
oleh kendaraan bermotor, produksi energi dan pembuangan sampah.
Sebagian besar emisi NOx buatan manusia berasal dari pembakaran arang,
minyak, gas, dan bensin.
Berikut ini adalah metode analisis gas NOx:
a. Metode Griess-Saltman-spectrofotometri
NO2 di udara direaksikan dengan pereaksi Griess Saltman
(absorbent) membentuk senyawa yang berwarna ungu. Intensitas warna
yang terjadi diukur dengan spektrofotometer pada panjang gelombang 520
nm.
Susunan perlatan untuk sampling NO2 terdiri atas Fritted
Impinger, trap, rotameter, dan pompa hisap. Absorber untuk
penangkapan NO2 adalah absorber dengan desain khusus dan porositas
frittednya berukuran 60 µm. Untuk pengukuran NO, sample gas harus
dilewatkan ke dalam oxidator terlebih dahulu ( seperti KMnO4, , Cr2O3).
b. Metode chemiluminescence
Gas NO diudara direaksikan dengan gas ozon membentuk nitrogen
dioksida tereksitasi. NO2 yang tereksitasi akan kembali pada posisi ground
state dengan melepaskan energi berupa cahaya pada panjang gelombang
600 - 875 nm. Intensitas cahaya yang diemisikan diukur dengan
photomulltifier , Intensitas yang dihasilkan sebanding dengan konsentrasi
NO di udara. Sedangkan gas NO2 sebelum direaksikan dengan gas ozon
terlebih dahulu direduksi dengan katalitik konventor
7
Gambar 2.2 Skema Chemiluminescent NOx Analyzer
8
pada pan-jang gelombang 190 –230 nm, menyebabkan elektron terluar
dari molekul gas SO2 akan tereksitasi pada tingkat energi yang lebih
tinggi (excited state). Elektron pada posisi tereksitasi akan kembali ke
posisi ground state dengan melepaskan energi dalam bentuk panjang
gelombang tertentu . Dengan mengukur intensitas cahaya tersebut maka
dapat ditentukan kon-sentrasi gas SO2. Metode ini praktis mudah
dioperasikan, stabil dan akurat, metode ini metode yang dipakai untuk alat
pemantauan kualitas udara scara automatik dan kontinyu. Perlu diketahui
bahwa ketelitian dan keaku-ratan metode ini, sangat dipengarhui oleh
sistem kalibrasi alat tersebut . Pada gambar,- 2.3, diperlihatkan skema alat
SO2 analyzer.
2.4.4 Hidrokarbon
Hidrokarbon merupakan senyawa yang terdiri atas unsur Hidrogen
dan karbon. Bentuk fisik dari komponen ini dapat berupa gas, cair, dan
padat berdasarkan banyaknya unsur karbon yang terkandung didalamnya.
Hidrokarbon yang mengandung 1-4 unsur karbon memiliki ciri berbentuk
gas karena semakin besar jumlah unsure karbon yang dikandung, maka
bentuknya akan semakin padat. Hidrokarbon yang menimbulkan masalah
di udara merupakan hidrokarbon yang berbentuk gas pada suhu normal
dan berbentuk cair yang bersifat volatile/ mudah menguap pada suhu
9
tersebut. Hidrokarbon yang berupa gas akan tercampur dengan gas-gas
hasil buangan lainnya. Sedangkan bila berupa cair maka hidrokarbon akan
membentuk semacam kabut minyak, bila berbentuk padatan akan
membentuk asap yang pekat dan akhirnya menggumpal menjadi debu.
Menurut SNI 19-4843-1998, pencemaran hidrokarbon di udara
adalah adanya hidrokarbon di udara dalam jumlah dan waktu tertentu,
yang dapat menimbulkan gangguan terhadap makhluk hidup, tumbuhan,
dan atau benda. Polusi gas hidrokarbon di udara berasal dari proses biologi
makhluk hidup seperti dekomposisi bahan organik, dan aktivitas
geothermal seperti gas alam, minyak bumi, api alam dan sebagainya.
Selain itu, hidrokarbon juga berasal dari proses industri yang diemisikan
ke udara dan kemudian menjadi sumber fotokimia dari ozon. Kegiatan
industri yang berpotensi menimbulkan cemaran dalam bentuk hidrokarbon
adalah industri plastik, resin, pigmen, zat warna, pestisida dan pemrosesan
karet. Diperkirakan emisi industri sebesar 10 % berupa hidrokarbon.
Sumber hidrokarbon dapat pula berasal dari sarana transportasi. Kondisi
mesin yang kurang baik akan menghasilkan hidrokarbon.
Berikut ini adalah beberapa metode analisis hidrokarbon di udara:
a. Pengukuran secara langsung dengan Gas Chromatograf
Hidrokarbon diukur sebagai total hidrokarbon (THC) dan Non Methanic
Hydrocarbon (NMHC). Metode yang digunakan adalah kromatografi gas dengan
detektor Flame Ionisasi (FID). Metode ini menggunakan kolom dengan absorbent
padat berlapis senyawa cair pada tekanan uap rendah. Hidrokarbon dari udara
dibakar pada flame yang berasal dari gas hidrogen membentuk ion-ion. Ion yang
terbentuk pada flame akan ditangkap oleh elektrode negatif. Banyaknya arus ion
yang terbentuk menunjukkan konsentrasi hidrokarbon
b. Metode adsorpsi dengan adsorbent karbon aktif
Sample gas dilewatkan ke dalam tube karbon aktif dengan laju alir
gas tertentu ( ± 0, 3 liter/menit). Waktu sampling tergantung kepada
konsentrasi hidrokarbon dan banyaknya adsorben karbon aktif yang
digunakan. Untuk melepaskan hidrokarbon , karbon aktif dilarutkan dalam
pelarut tertentu ( seperti CS2), kemudian disuntikan ke dalam GC. Atau
10
karbon aktif di “purging“ dengan gas inert seperti N2, atau He, kemudian
dialirkan /disuntikan ke dalam GC.
11
particulate matter (debu) dengan ukuran < 100 µm akan terhisap dan
tertahan pada permukaan filter microfiber dengan porositas< 0,3 µm.
Partikulat yang tertahan di permukaan filter ditimbang secara gravimetrik,
sedangkan volume udara dihitung berdasarkan waktu sampling dan
flowrate
12
Gambar 2.5 Cascade Impactor
Prinsip pengukuran Kertas saring yang telah ditimbang, disimpan
di masing-masing stage (plate) yang terdapat pada alat Cascade Impactor .
Selanjutnya udara dilewatkan ke dalam Cascade Impactor flow rate
tertentu dan dibiarkan selama 24 jam atau lebih tergantung kepada
konsentrasi debu di udara ambient . Setelah sampling selesai , debu-debu
yang terkumpul pada masing-masing stage ditimbang , menggunakan
neraca analitik .
13
BAB 3
KESIMPULAN
14
DAFTAR PUSTAKA
Asiah. 2008. Kadar Debu dan Keluhan Kesehatan Pekerja Usaha Pertukangan
Kayu Di Desa Sipare-Pare Kabupaten Batubara. [Skripsi Ilmiah]. Medan:
Fakultas Kesehatan Masyarakat. Medan Universitas Sumatera Utara.
15