Anda di halaman 1dari 10

1. 1.

KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJADILABORATORIUM


KESEHATAN.KELOMPOK I.
2. 2. BAGIAMANA CARA MENJAGA K3 DILABORATORIUMKESEHATAN ?
PENDAHULUANFASILITASLABORATURIUMYANG
MENUNJANGK3.MENGENALMASALAH
K3DILABKES.IDENTIFIKASIMASALAH K3DILABKES
DANPENCENGANNYAPENGENDALIANPAKK MELALUIPENERAPAN K3
3. 3. I. PENDAHULUAN• Pelaksanaan Kesehatan dan Keselamatan Kerja(K3)
adalah salah satu bentuk upaya untukmenciptakan tempat kerja yang aman,
sehat,bebas dari pencemaran lingkungan, sehinggadapat mengurangi dan
atau bebas darikecelakaan kerja dan penyakit akibat kerjayang pada
akhirnya dapat meningkatkanefisiensi dan produktivitas kerja.
4. 4. Dalam penjelasan undang-undang nomor 23tahun 1992 tentang
Kesehatan telahmengamanatkan antara lain, setiap tempatkerja harus
Pengembangan Kesehatan danKeselamatan Kerja. DiLaboratorium
AnalisKesehatan melaksanakan upaya kesehatankerja, agar tidak terjadi
gangguan kesehatanpada pekerja, keluarga, masyarakat danlingkungan
disekitarnya.
5. 5. • Petugas laboratorium merupakan orangpertama yang terpajan terhadap
bahan kimiayang merupakan bahan toksisk korosif, mudahmeledak dan
terbakar serta bahan biologi.Selain itu dalam pekerjaannya
menggunakanalat-alat yang mudah pecah, berionisasi danradiasi serta alat-
alat elektronik denganvoltase yang mematikan, dan melakukanpercobaan
dengan penyakit yang dimasukanke jaringan hewan percobaan.
6. 6. • Dalam penjelasan undang-undang nomor 23tahun 1992 tentang
Kesehatan telahmengamanatkan antara lain, setiap tempatkerja harus
melaksanakan upaya kesehatankerja, agar tidak terjadi gangguan
kesehatanpada pekerja, keluarga, masyarakat danlingkungan disekitarnya.
7. 7. • Diantara sarana kesehatan, LaboratoriumKesehatan merupakan suatu
institusi denganjumlah petugas kesehatan dan non kesehatanyang cukup
besar. Kegiatan laboratoriumkesehatan mempunyai risiko berasal dari
faktorfisik, kimia, ergonomi dan psikososial. Variasi,ukuran, tipe dan
kelengkapan laboratoriummenentukan kesehatan dan keselamatan
kerja.Seiring dengan kemajuan IPTEK, khususnyakemajuan teknologi
laboratorium, maka risikoyang dihadapi petugas laboratorium
semakinmeningkat.
8. 8. II. FASILITAS LABORATORIUM• Laboratorium Kesehatan adalah
saranakesehatan yang melaksanakan pengukuran,penetapan dan pengujian
terhadap bahanyang berasal dari manusia atau bahan yangbukan berasal
dari manusia untuk penentuanjenis penyakit, penyebab penyakit,
kondisikesehatan dan faktor yang dapat berpengaruhterhadap kesehatan
perorangan danmasyarakat.
9. 9. • Disain laboratorium harus mempunyai sistemventilasi yang memadai
dengan sirkulasiudara.• Disain laboratorium harus mempunyaipemadam api
yang tepat terhadap bahankimia yang berbahaya yang dipakai.• Kesiapan
menghindari panas sejauh mungkindengan memakai alat pembakar gas
yangterbuka untuk menghindari bahaya kebakaran.
10. 10. • Untuk menahan tumpahan larutan yang mudahterbakar dan melindungi
tempat yang aman daribahaya kebakaran dapat disediakan bendung-
bendung talam.• Dua buah jalan keluar harus disediakan untukkeluar dari
kebakaran dan terpisah sejauhmungkin.• Tempat penyimpanan di disain untu
mengurangisekecil mungkin risiko oleh bahan-bahanberbahaya dalam jumlah
besar.• Harus tersedia alat Pertolongan Pertama PadaKecelakaam (P3K)
11. 11. III. MASALAH KESEHATAN DANKESELAMATAN KERJA• Kinerja
(performen) setiap petugas kesehatan dan nonkesehatan merupakan
gabungan dari tiga komponenkesehatan kerja yaitu kapasitas kerja, beban
kerja danlingkungan kerja yang dapat merupakan bebantambahan pada
pekerja. Bila ketiga komponen tersebutserasi maka bisa dicapai suatu derajat
kesehatan kerjayang optimal dan peningkatan produktivitas Sebaliknyabila
terdapat ketidak serasian dapat menimbulkanmasalah kesehatan kerja
berupa penyakit ataupunkecelakaan akibat kerja yang pada akhirnya
akanmenurunkan produktivitas kerja.
12. 12. III. MASALAH KESEHATAN DANKESELAMATAN KERJA• 1. Kapasitas
Kerja• Status kesehatan masyarakat pekerja di Indonesia padaumumnya
belum memuaskan. Dari beberapa hasilpenelitian didapat gambaran bahwa
30– 40% masyarakatpekerja kurang kalori protein, 30% menderita anemia
gizidan 35% kekurangan zat besi tanpa anemia. Kondisikesehatan seperti ini
tidak memungkinkan bagi parapekerja untuk bekerja dengan produktivitas
yang optimal.Hal ini diperberat lagi dengan kenyataan bahwa angkatankerja
yang ada sebagian besar masih di isi oleh petugaskesehatan dan non
kesehatan yang mempunyai banyakketerbatasan, sehingga untuk dalam
melakukan tugasnyamungkin sering mendapat kendala terutama
menyangkutmasalah PAHK (Penyakit Akibat Hubungan Kerja)
dankecelakaan kerja.
13. 13. • 2. Beban Kerja• Sebagai pemberi jasa pelayanan kesehatan
maupunyang bersifat teknis beroperasi 8 - 24 jam sehari,dengan demikian
kegiatan pelayanan kesehatan padalaboratorium menuntut adanya pola kerja
bergilir dantugas/jaga malam. Pola kerja yang berubah-ubah
dapatmenyebabkan kelelahan yang meningkat, akibatterjadinya perubahan
pada bioritmik (irama tubuh).Faktor lain yang turut memperberat beban kerja
antaralain tingkat gaji dan jaminan sosial bagi pekerja yangmasih relatif
rendah, yang berdampak pekerja terpaksamelakukan kerja tambahan secara
berlebihan. Bebanpsikis ini dalam jangka waktu lama dapat
menimbulkanstres.
14. 14. • 3. Lingkungan Kerja• Lingkungan kerja bila tidak memenuhipersyaratan
dapat mempengaruhi kesehatankerja dapat menimbulkan Kecelakaan
Kerja(Occupational Accident), Penyakit Akibat Kerjadan Penyakit Akibat
Hubungan Kerja(Occupational Disease & Work RelatedDiseases).
15. 15. IV. IDENTIFIKASI MASALAH KESEHATAN DAN KESELAMATANKERJA
LABORATORIUM KESEHATAN DAN PENCEGAHANNYA• A. Kecelakaan
Kerja• Kecelakaan kerja adalah kejadian yang tidakterduga dan tidak
diharapkan. Biasanyakecelakaan menyebabkan, kerugian materialdan
penderitaan dari yang paling ringansampai kepada yang paling berat.
16. 16. Kecelakaan di laboratorium dapat berbentuk 2 jenisyaitu :1. Kecelakaan
medis, jika yangmenjadi korban pasien.2. Kecelakaan kerja, jika yangmenjadi
korban petugaslaboratorium itu sendiri.
17. 17. Penyebab kecelakaan kerja dapatdibagi dalam kelompok :• 1. Kondisi
berbahaya (unsafe condition), yaituyang tidak aman dari:• a. Mesin,
peralatan, bahan dan lain-lain• b. Lingkungan kerja• c. Proses kerja• d. Sifat
pekerjaan• e. Cara kerja
18. 18. 2. Perbuatan berbahaya (unsafe action), yaituperbuatan berbahaya dari
manusia, yangdapat terjadi antara lain karena:• a. Kurangnya pengetahuan
dan keterampilanpelaksana• b. Cacat tubuh yang tidak kentara
(bodilydefect)• c. Keletihanan dan kelemahan daya tahantubuh.• d. Sikap dan
perilaku kerja yang tidak baik
19. 19. Beberapa contoh kecelakaan yangbanyak terjadi di laboratorium :•
Mengambil sampledarah/cairan tubuhlainnya Hal inimerupakan
pekerjaansehari-hari dilaboratorium Akibat :- Tertusuk jarum suntik- Tertular
virus AIDS,Hepatitis B
20. 20. Pencegahan :- Gunakan alat suntiksekali pakai- Jangan tutup
kembaliatau menyentuh jarumsuntik yang telahdipakai tapi langsungdibuang
ke tempat yangtelah disediakan(sebaiknya gunakandestruction clip).- Bekerja
di bawahpencahayaan yangcukup
21. 21. • Risiko terjadi kebakaran(sumber : bahan kimia,kompor)
bahandesinfektan yangmungkin mudahmenyala (flammable)dan
beracun.Kebakaranterjadi bila terdapat 3unsur bersama-samayaitu: oksigen,
bahanyang mudah terbakardan panas.
22. 22. • Pencegahan :- Konstruksi bangunan yang tahan api- Sistem
penyimpanan yang baik terhadapbahan-bahan yang mudah terbakar-
Pengawasan terhadap kemungkinantimbulnya kebakaran• - Sistem tanda
kebakaran• >. Manual yang memungkinkan seseorangmenyatakan tanda
bahaya dengan segera• >. Otomatis yang menemukan kebakarandan
memberikan tanda secaraotomatis- Jalan untuk menyelamatkan diri-
Perlengkapan dan penanggulangankebakaran.- Penyimpanan dan
penanganan zat kimiayang benar dan aman.
23. 23. B. Penyakit Akibat Kerja & Penyakit Akibat Hubungan Kerja
dilaboratorium kesehatan• Penyakit akibat kerja di laboratorium
kesehatanumumnya berkaitan dengan :– faktor biologis (kuman patogen
yang berasal umumnyadari pasien);– faktor kimia (pemaparan dalam dosis
kecil namun terusmenerus seperti antiseptik pada kulit, zat kimia/solventyang
menyebabkan kerusakan hati;– faktor ergonomi (cara duduk salah, cara
mengangkatpasien salah);– faktor fisik dalam dosis kecil yang terus menerus
(panaspada kulit, tegangan tinggi, radiasi dll.);– faktor psikologis (ketegangan
di kamar penerimaanpasien, gawat darurat, karantina dll.)
24. 24. 1) Faktor Biologis
25. 25. Pencegahan :1. Seluruh pekerja harus mendapat pelatihan dasar tentang
kebersihan,epidemilogi dan desinfeksi.2. Sebelum bekerja dilakukan
pemeriksaan kesehatan untuk memastikandalam keadaan sehat badani,
punya cukup kekebalan alami untuk bekrjadengan bahan infeksius, dan
dilakukan imunisasi.3. Melakukan pekerjaan laboratorium dengan praktek
yang benar (GoodLaboratory Practice)4. Menggunakan desinfektan yang
sesuai dan cara penggunaan yangbenar.5. Sterilisasi dan desinfeksi
terhadap tempat, peralatan, sisa bahan infeksiusdan spesimen secara
benar6. Pengelolaan limbah infeksius dengan benar7. Menggunakan kabinet
keamanan biologis yang sesuai.8. Kebersihan diri dari petugas.
26. 26. 2) Faktor Kimia• Petugas di laboratorium kesehatan yang seringkali
kontak dengan bahan kimia dan obat-obatan seperti antibiotika, demikian
puladengan solvent yang banyak digunakan dalamkomponen antiseptik,
desinfektan dikenalsebagai zat yang paling karsinogen. Semuabahan cepat
atau lambat ini dapat memberidampak negatif terhadap kesehatan mereka.
27. 27. • Gangguan kesehatan yang paling sering adalahdermatosis kontak
akibat kerja yang padaumumnya disebabkan oleh– iritasi (amoniak, dioksan)
dan hanya sedikit saja olehkarena alergi (keton).– Bahan toksik
( trichloroethane,tetrachloromethane)jika tertelan, terhirup atau terserap
melalui kulit dapatmenyebabkan penyakit akut atau kronik, bahkankematian.–
Bahan korosif (asam dan basa) akan mengakibatkankerusakan jaringan yang
irreversible (permanen) padadaerah yang terpapar.
28. 28. Pencegahan :1. ”Material safety data sheet” (MSDS) dariseluruh bahan
kimia yang ada untuk diketahuioleh seluruh petugas laboratorium.2.
Menggunakan karet isap (rubber bulb) atau alatvakum untuk mencegah
tertelannya bahankimia dan terhirupnya aerosol.3. Menggunakan alat
pelindung diri (pelindungmata, sarung tangan, celemek, jas
laboratorium)dengan benar.4. Hindari penggunaan lensa kontak, karena
dapatmelekat antara mata dan lensa.5. Menggunakan alat pelindung
pernafasandengan benar.
29. 29. 3) Faktor Ergonomi• Ergonomi sebagai ilmu, teknologi dan seniberupaya
menyerasikan alat, cara, proses danlingkungan kerja terhadap
kemampuan,kebolehan dan batasan manusia untukterwujudnya kondisi dan
lingkungan kerjayang sehat, aman, nyaman dan tercapaiefisiensi yang
setinggi-tingginya. Pendekatanergonomi bersifat konseptual dan
kuratif,secara populer kedua pendekatan tersebutdikenal sebagai To fit the
Job to the Man andto fit the Man to the Job
30. 30. • Sebagian besar pekerja di perkantoran atauPelayanan Kesehatan
pemerintah, bekerja dalamposisi yang kurang ergonomis, misalnya
tenagaoperator peralatan, hal ini disebabkan peralatanyang digunakan pada
umumnya barang imporyang disainnya tidak sesuai dengan ukuranpekerja
Indonesia. Posisi kerja yang salah dandipaksakan dapat menyebabkan
mudah lelahsehingga kerja menjadi kurang efisien dan dalamjangka panjang
dapat menyebakan gangguan fisikdan psikologis (stress) dengan keluhan
yangpaling sering adalah nyeri pinggang kerja (lowback pain)
31. 31. 4) Faktor Fisik• Faktor fisik di laboratorium kesehatan yang
dapatmenimbulkan masalah kesehatan kerja meliputi:1. Kebisingan, getaran
akibat mesin dapat menyebabkanstress dan ketulian2. Pencahayaan yang
kurang di ruang kamarpemeriksaan, laboratorium, ruang perawatan
dankantor administrasi dapat menyebabkan gangguanpenglihatan dan
kecelakaan kerja.3. Suhu dan kelembaban yang tinggi di tempat kerja4.
Terimbas kecelakaan/kebakaran akibat lingkungansekitar.5. Terkena radiasi
32. 32. • Khusus untuk radiasi, dengan berkembangnyateknologi pemeriksaan,
penggunaannyameningkat sangat tajam dan jika tidakdikontrol dapat
membahayakan petugas yangmenangani.
33. 33. • Pencegahan :1. Pengendalian cahaya di ruang laboratorium.2.
Pengaturan ventilasi dan penyediaan airminum yang cukup memadai.3.
Menurunkan getaran dengan bantalan antivibrasi4. Pengaturan jadwal kerja
yang sesuai.5. Pelindung mata untuk sinar laser6. Filter untuk mikroskop
34. 34. e. Faktor Psikososial• Beberapa contoh faktor psikososial di
laboratoriumkesehatan yang dapat menyebabkan stress :1. Pelayanan
kesehatan sering kali bersifat emergencydan menyangkut hidup mati
seseorang. Untuk itupekerja di laboratorium kesehatan di tuntut
untukmemberikan pelayanan yang tepat dan cepat disertaidengan
kewibawaan dan keramahan-tamahan2. Pekerjaan pada unit-unit tertentu
yang sangatmonoton.3. Hubungan kerja yang kurang serasi antara
pimpinandan bawahan atau sesama teman kerja.4. Beban mental karena
menjadi panutan bagi mitra kerjadi sektor formal ataupun informal.
35. 35. V. PENGENDALIAN PENYAKIT AKIBAT KERJA DAN
KECELAKAANMELALUI PENERAPAN KESEHATAN DAN KESELAMATAN
KERJA• A. Pengendalian Melalui Perundang-undangan(Legislative Control)
antara lain :1. UU No. 14 Tahun 1969 Tentang Ketentuan-ketentuan Pokok2.
Petugas kesehatan dan non kesehatan3. UU No. 1 tahun 1970 tentang
Keselamatan Kerja.4. UU No. 23 tahun 1992 tentang Kesehatan5. Peraturan
Menteri Kesehatan tentang higene dansanitasi lingkungan.6. Peraturan
penggunaan bahan-bahan berbahaya7. Peraturan/persyaratan pembuangan
limbah dll.
36. 36. B. Pengendalian melalui Administrasi /Organisasi (Administrativecontrol)
antara lain:• 1. Persyaratan penerimaan tenaga medis, paramedis, dan
tenaga non medis yang meliputibatas umur, jenis kelamin, syarat kesehatan•
2. Pengaturan jam kerja, lembur dan shift• 3. Menyusun Prosedur Kerja
Tetap (StandardOperating Procedure) untuk masing-masinginstalasi dan
melakukan pengawasan terhadappelaksanaannya
37. 37. • 4. Melaksanakan prosedur keselamatan kerja(safety procedures)
terutama untukpengoperasian alat-alat yang dapatmenimbulkan kecelakaan
(boiler, alat-alatradiology, dll) dan melakukan pengawasanagar prosedur
tersebut dilaksanakan• 5. Melaksanakan pemeriksaan secaraseksama
penyebab kecelakaan kerja danmengupayakan pencegahannya.
38. 38. C. Pengendalian Secara Teknis (EngineeringControl) al.:• 1. Substitusi
dari bahan kimia, alat kerja atauproses kerja• 2. Isolasi dari bahan-bahan
kimia, alat kerja,proses kerja dan petugas kesehatan dan nonkesehatan
(penggunaan alat pelindung)• 3. Perbaikan sistim ventilasi, dan lain-lain
39. 39. D. Pengendalian Melalui Jalurkesehatan (Medical Control)• Yaitu upaya
untuk menemukan gangguansedini mungkin dengan cara
mengenal(Recognition) kecelakaan dan penyakit akibatkerja yang dapat
tumbuh pada setiap jenispekerjaan di unit pelayanan kesehatan
danpencegahan meluasnya gangguan yang sudahada baik terhadap pekerja
itu sendiri maupunterhadap orang disekitarnya.
40. 40. Pencegahan sekunder ini dilaksanakan melaluipemeriksaan kesehatan
pekerja yang meliputi:• 1. Pemeriksaan Awal• Adalah pemeriksaan
kesehatan yang dilakukansebelum seseorang calon / pekerja
(petugaskesehatan dan non kesehatan) mulaimelaksanakan pekerjaannya.
41. 41. • 2. Pemeriksaan Berkala• Adalah pemeriksaan kesehatan
yangdilaksanakan secara berkala dengan jarakwaktu berkala yang
disesuaikan denganbesarnya resiko kesehatan yang dihadapi.
42. 42. • 3. Pemeriksaan Khusus• Yaitu pemeriksaan kesehatan yang
dilakukanpada khusus diluar waktu pemeriksaanberkala, yaitu pada keadaan
dimana ada ataudiduga ada keadaan yang dapat mengganggukesehatan
pekerja

BAB I
PENDAHULUAN

A.  Latar Belakang


Keselamatan dan kesehatan kerja adalah suatu pemikiran dan upaya
untuk menjamin keutuhan dan kesempurnaan baik jasmaniah maupun
rohaniah tenaga kerja pada khususnya, dan manusia pada umumnya,
hasil karya dan budaya untuk menuju masyarakat adil dan makmur.
Keselamatan dan keamanan kerja mempunyai banyak pengeruh
terhadap faktor kecelakaan, karyawan harus mematuhi standart (K3) agar
tidak menjadikan hal-hal yang negative bagi diri karyawan. Terjadinya
kecelakaan banyak dikarenakan oleh penyakit yang diderita karyawan
tanpa sepengetahuan pengawas (K3), seharusnya pengawasan terhadap
kondisi fisik di terapkan saat memasuki ruang kerja agar mendeteksi
sacera dini kesehatan pekerja saat akan memulai pekerjaanya.
Keselamatan dan kesehatan kerja perlu diperhatikan dalam lingkungan
kerja, karena kesehatan merupakan keadaan atau situasi sehat
seseorang baik jasmani maupun rohani sedangkan keselamatan kerja
suatu keadaan dimana para pekerja terjamin keselamatan pada saat
bekerja baik itu dalam menggunakan mesin, pesawat, alat kerja, proses
pengolahan juga tempat kerja dan lingkungannya juga terjamin. Apabila
para pekerja dalam kondisi sehat jasmani maupun rohani dan didukung
oleh sarana dan prasarana yang terjamin keselamatannya maka
produktivitas kerja akan dapat ditingkatkan. Masalah kesehatan adalah
suatu masalah yang kompleks, yang saling berkaitan dengan masalah-
masalah lain di luar kesehatan itu sendiri. Banyak faktor yang
mempengaruhi kesehatan, baik kesehatan individu maupun kesehatan
masyarakat, antara lain: keturunan, lingkungan, perilaku, dan pelayanan
kesehatan.
B. Rumusan Masalah
Penulisan makalah mengenai keselamatan dan kesehatan kerja,
dimaksudkan untuk memperoleh gambaran yang jelas tentang
keselamatan dan kesehatan kerja (K3).

C. Tujuan
Maksud dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas
dalam mata kuliah Kesehatan dan Keselamatan Kerja
1. Tujuan Umum
Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah akan membahas masalah
tentang kesehatan dan keselamatan kerja
2. Tujuan Khusus
Tujuan khusus dalam penulisan makalah ini adalah akan membahas
masalah-masalah:
a. Pengertian kesehatan dan keselamatan kerja
b. Tujuan program kesehatan dan keselamatan kerja
c. Penyebab kecelakan kerja
d. Strategi untuk meningkatkan kesehatan dan keselamatan kerja
e. Masalah kesehatan karyawan

BAB II
PEMBAHASAN

A.  Pengertian  Keselamatan dan Kesehatan Kerja

Menurut Mondy (2008) keselamatan kerja adalah perlindungan


karyawan dari luka-luka yang disebabkan oleh kecelakaan yang terkait
dengan pekerjaan. Resiko keselamatan merupakan aspek-aspek dari
lingkungan kerja yang dapat menyebabkan kebakaran, ketakutan aliran
listrik, terpotong, luka memar, keseleo, patah tulang, kerugian alat tubuh,
penglihatan dan pendengaran.
Sedangkan kesehatan kerja menurut Mondy (2008) adalah
kebebasan dari kekerasan fisik. Resiko kesehatan merupakan faktor-
faktor dalam lingkungan kerja yang bekerja melebihi periode waktu yang
ditentukan, lingkungan yang dapat membuat stres emosi atau gangguan
fisik.
Beberapa pendapat mengenai pengertian keselamatan dan
kesehatan kerja antara lain:
1.      Menurut Mangkunegara (2002) Keselamatan dan kesehatan kerja
adalahsuatu pemikiran dan upaya untuk menjamin keutuhan dan
kesempurnaan baik jasmaniah maupun rohaniah tenaga kerja pada
khususnya, dan manusia pada umumnya, hasil karya dan budaya untuk
menuju masyarakat adil dan makmur.
2.      Menurut Suma’mur (2001), keselamatan kerja merupakan rangkaian
usaha untuk menciptakan suasana kerja yang aman dan tentram bagi
para karyawan yang bekerja di perusahaan yang bersangkutan.
3.       Mathis dan Jackson (2002), menyatakan bahwa Keselamatan
adalahmerujuk pada perlindungan terhadap kesejahteraan fisik seseorang
terhadap cedera yang terkait dengan pekerjaan. Kesehatan adalah
merujuk pada kondisi umum fisik, mental dan stabilitas emosi secara
umum.
B.  Tujuan Program Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Program keselamatan dan kesehatan kerja bertujuan untuk
memberikan iklim yang kondusif bagi para pekerja untuk berprestasi,
setiap kejadian baik kecelakaan dan penyakit kerja yang ringan maupun
fatal harus dipertanggungjawabkan oleh pihak-pihak yang bersangkutan
(Rika Ampuh Hadiguna, 2009). Sedangkan menurut Rizky Argama (2006),
tujuan dari dibuatnya program  keselamatan dan kesehatan kerja adalah
untuk mengurangi biaya perusahaan apabila timbul kecelakaan kerja dan
penyakit akibat hubungan kerja. Beberapa tujuan program Keselamatan
dan Kesehatan Kerja (K3) adalah:
a)    Mencegah kerugian fisik dan finansial baik dari pihak karyawan
dan perusahaan
b)   Mencegah terjadinya gangguan terhadap produktivitas
perusahaan
c)    Menghemat biaya premi asuransi
d)   Menghindari tuntutan hukum dan sebagai tanggung jawab sosial
perusahaan kepada karyawannya
C.  Penyebab Kecelakaan Kerja
Menurut Mangkunegara (2008) faktor-faktor penyebab terjadinya
kecelakaan kerja, yaitu:
1. Keadaan Tempat Lingkungan Kerja
a) Penyusunan dan penyimpanan barang-barang yang berbahaya
kurang diperhitungkan   keamanannya.
b) Ruang kerja yang terlalu padat dan sesak.
c) Pembuangan kotoran dan limbah yang tidak pada tempatnya.
2. Pengaturan Udara
a) Pergantian udara di ruang kerja yang tidak baik (ruang kerja yang
kotor, berdebu,         dan berbau tidak enak).
b) Suhu udara yang tidak dikondisikan pengaturannya.
3. Pengaturan Penerangan
a) Pengaturan dan penggunaan sumber cahaya yang tidak tepat.
b) Ruang kerja yang kurang cahaya, remang-remang.
4. Pemakaian Peralatan Kerja
a) Pengamanan peralatan kerja yang sudah usang atau rusak.
b) Penggunaan mesin, alat elektronik tanpa pengamanan yang baik.
5. Kondisi Fisik dan Mental Pegawai
a) Stamina pegawai yang tidak stabil.
b) Emosi pegawai yang tidak stabil, kepribadian pegawai yang rapuh,
cara berpikir dan     kemampuan persepsi yang lemah, motivasi kerja
rendah, sikap pegawai yang ceroboh,            kurang cermat, dan kurang
pengetahuan dalam penggunaan fasilitas kerja terutama    fasilitas kerja
yang membawa risiko bahaya.

D.  Strategi Untuk Meningkatkan Keselamatan Dan Kesehatan


Tempat Kerja
Ketika bahaya di tempat kerja telah diidentifikasi, berbagai strategi
dapat dikembangkan untuk menghilagkan atau menguranginya. Untuk
menentukan apakah sebuah strategi berjalan efektif, perusahaan dapat
membandigkan kejadian, tingkat keparahan, serta frekuensi penyakit dan
kecelakaan sebelum dan sesudah intervesi. OSHA telah menyetujui
metode-metode untuk menentukan tingkat-tingkatnya.
1. Mengawasi Tingkat Keselamatan dan Kesehatan OSHA mewajibkan
perusahaan untuk menyimpan catatan kecelakaan dan penyakit
pegawainya. catatan tersebut menjadi dasar untuk menentukan
kecenderungan jangka panjang, termasuk peningkatan atau penurunan
kesehatan pegawai.
2. Pencegahan Kecelakaan Merancang lingkungan kerja yang dapat
mencegah kecelakaan mungkin cara terbaik untuk mencegah kecelakaan
dan meningkatkan keselamatan. Beberapa fitur keselamatan yang dapat
dimasukkan ke dalam lingkungan fisik adalah pejagaan mesinmesin,
pegangan tangga, kacamata dan helm khusus, lampu peringatan,
mekanisme pembenaran sendiri, serta penghentian otomatis. Ergonomis.
Salah satu cara meningkatkan keselamatan adalah membuat pekerjaan
tersebut lebih nyaman dan tidak melelahkan melalui ergonomis.
3. Pencegahan Penyakit Penyakit kerja dapat lebih merugikan dan
berbahaya daripada kecelakaan kerja. Karena penyakit sering kali
membutuhkan waktu lama untuk berkembang, kodisi kerja yang
berbahaya bisa tidak terdeteksi selama beberapa tahun. Mengembangkan
strategi untuk mengurangi tingkat kejadian penyakit ini biasanya lebih sulit
daripada mengurangi kecelakaan dan cedera.
4. Manajemen Tindakan Hingga saat ini, perusahaan-perusahaan
memberikan program-program yang dirancang untuk membantu pegawai
menghadapi tekanan terkait pekerjaan. Penekanan utamanya adalah
memberikan informasi yang nyata untuk mengurangi ambiguitas yang
berhubungan dengan peran pekerjaan yang berganti secara cepat.
Harapannya adalah program ini daopat mengurangi tekanan yang dialami
oleh pegawai. Selain mencoba mengurangi sumber-sumber tekanan di
tempat kerja, banyak perusahaan yang memberikan pelatihan dan
program lain yang ditujukan untuk membantu pegawai menangani
tekanan dengan efektif. Dengan membantu pegawai menangani pegawai
secara efektif, perusahaan dapat mengurangi akibat dari kesehatan yang
negatif karena paparan jangka panjang. Mengembangkan keterampilan
manajemen waktu adalah salah satu strategi efektif yang dapat digunakan
oleh pegawai untuk mengatasi tekanan perusahaan.
5. Program Kesehatan Perusahaan-perusahaan semakin berfokus untuk
menjaga pegawainya tetap sehat dan bugar. Pekerja yang tidak sehat
dapat meningkatkan pengeluaran perusahaan dengan beberapa cara.
Dengan meningkatkan kesehatan pegawaiya, perusahaan dapat
mengurangi pengeluaran tersebut dan meningkatkan keuntungan mereka.
 E.  Masalah kesehatan karyawan
            Beberapa kasus yang menjadi masalaha kesehantan bagi para
karyawan adalah:
1. Kecanduan alkohol & penyalahgunaan obat-obatan
Akibat dari beban kerja yang terlalu berat, para karyawan terkadang
menggunakan bantuan dari obata-obatan dan meminum alcohol untuk
menghilangkan stress yang mereka rasakan. Untuk mencegah hal ini,
perusahaan dapat melkaukan pemeriksaan rutin kepada karyawan tanpa
pemberitahuan sebelumnya dan perusahaan tidak memberikan kompromi
dengan hal-hal yang merusak dan penurunan kinerja (missal: absen, tidak
rapi, kurang koordinasi, psikomotor berkurang)
2. Stress
Stres adalah suatu reaksi ganjil dari tubuh terhadap tekanan yang
diberikan kepada tubuh tersebut. Banyak sekali yang menjadi penyebab
stress, namun beberapa diantaranya adalah:
a) Faktor Organisasional, seperti budaya perusahaan, pekerjaan itu
sendiri, dan kondisi kerja
b) Faktor Organisasional seperti, masalah keluarga dan masalah
finansial
3. Burnout
"Burnout” adalah kondisi terperas habis dan kehilangan energi psikis
maupun fisik. Biasanya hal itu disebabkan oleh situasi kerja yang tidak
mendukung atau tidak sesuai dengan kebutuhan dan harapan. Burnout
mengakibatkan kelelahan emosional dan penurunan motivasi kerja pada
pekerja. Biasanya dialami dalam bentuk kelelahan fisik, mental, dan
emosional yang intens (beban psikologis berpindah ke tampilan fisik,
misalnya mudah pusing, tidak dapat berkonsentrasi, gampang sakit) dan
biasanya bersifat kumulati.

BAB III
PENUTUP

1. Kesimpulan
Dari pemaparan makalah di atas, maka dapat diambil kesimpulan
bahwa kesehatan dan keselamatan kerja adalah suatu usaha dan upaya
untuk menciptakan perlindungan dan keamanan dari resiko kecelakaan
dan bahaya baik fisik, mental maupun emosional terhadap pekerja,
perusahaan, masyarakat dan lingkungan. Jadi kesehatan dan
keselamatan kerja tidak melulu berkaitan dengan masalah fisik pekerja,
tetapi juga mental, psikologis dan emosional.
Kesehatan dan keselamatan kerja merupakan salah satu unsur yang
penting dalam ketenagakerjaan. Oleh karena itulah sangat banyak
berbagai peraturan perundang-undangan yang dibuat untuk mengatur
masalah kesehatan dan keselamatan kerja. Meskipun banyak ketentuan
yang mengatur mengenai kesehatan dan keselamatan kerja, tetapi masih
banyak faktor di lapangan yang mempengaruhi kesehatan dan
keselamatan kerja yang disebut sebagai bahaya kerja dan bahaya nyata.
Masih banyak pula perusahaan yang tidak memenuhi standar
keselamatan dan kesehatan kerja sehingga banyak terjadi kecelakaan
kerja.
2. Saran
Perusahaan dalam hal ini manajer SDM harus merencanakan atau
membuat program yang berkesinambungan mengenai keselamatan kerja
karyawan. Perusahaan hendaknya tidak tinggal diam apabila ditemukan
terjadi kecelakaan pada saat karyawan bekerja
Kecelakaan pada saat bekerja merupakan resiko yang merupakan
bagian dari pekerjaan, untuk utu perusahaan hendaknya mencegah dalam
hal ini melakukan proteksi atau perlindungan berupa kompensasi yang
tidak dalam bentuk imbalan, baik langsung maupun tidak langsung, yang
diterapkan oleh perusahaan kepada pekrja. Proteksi atau perlindungan
pekerja merupakan keharusan bagi sebuah perushaan
 
DAFTAR PUSTAKA
Mondy, R.W., 2008, Manajemen Sumber Daya Manusia, Edisi
Kesepuluh (terjemahan), Jakarta: Penerbit Erlangga
Undang - Undang No. 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan
(http://prokum.esdm.go.id/uu/2003/uu-13-2003.pdf)
Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3): Definisi, Indikator Penyebab
dan Tujuan Penerapan Keselatan dan Kesehatan Kerja (http://jurnal-
sdm.blogspot.com/2009/10/kesehatan-dan-keselamatan-kerja-k3.html)
Latiffianti Effi. 2012. Analisa Keselamatan dan Kesehatan kerja (K3)
dalam Meningkatkan Produktivtas Kerja (Studi Kasus: Pabrik The
Wonosari PTPN XII). Jurnal Teknik Pomits. Vol 1:1-6
http://pmdlk.blogspot.com/2013/03/kerugian-akibat-kecelakaan-kerja.html
Jakarta: Penerbit Erlangga
http://ardisukma.blogspot.com/2013/07/makalah-kesehatan-dan-
keselamatan-kerja.html

Anda mungkin juga menyukai