Oleh:
RITNA YULIA SARI
RIZQI AMALIA
RUSMILIYANTI
SASMITA JULIAR
SARIFAH WILDA EROS TINA
SALNA FITRIANA
SATSIWI WAHYU WIDI HANDAYANI
JURUSAN : KEBIDANAN
PRODI : ALIH JEJANG KEBIDANAN
FAKULTAS KESEHATAN
UNIVERSITAS SARI MULIA BANJARMASIN
2022
DAFTAR ISI
BAB I.................................................................................................................................1
PENDAHULUAN.............................................................................................................1
1.1 Latar Belakang...................................................................................................1
1.2 Tujuan................................................................................................................3
1.3 Manfaat..............................................................................................................4
1.4 Sasaran...............................................................................................................4
1.5 Kriteria Evaluasi.................................................................................................4
BAB II...............................................................................................................................5
KAJIAN LITERATUR......................................................................................................5
2.1 Pengertian Kontrasepsi Implant..........................................................................5
2.2 Cara Kerja dan Efektivitas..................................................................................6
2.3 Keuntungan Kontrasepsi Implant.......................................................................6
2.4 Indikasi Penggunaan Implant.............................................................................7
2.5 Keluhan yang dapat dialami pengguna implant..................................................7
2.6 Efek Samping.....................................................................................................8
2.7 Waktu Pemakaian Kontrasepsi Implant..............................................................9
2.8 Isu atau Trend yang terjadi.................................................................................9
2.9 Solusi Pemecahan Masalah Kesehatan............................................................12
2.10 Asuhan Kebidanan dengan Pendekatan Komplementer....................................12
BAB III............................................................................................................................14
PERENCANAAN/LAPORAN PROMOSI KESEHATAN.............................................14
3.1 Tujuan Umum..................................................................................................14
3.2 Tujuan Khusus..................................................................................................14
3.3 Metode.............................................................................................................15
3.4 Media...............................................................................................................15
3.5 Peserta..............................................................................................................15
3.6 Panitia...............................................................................................................15
3.7 Pembagian Tugas.............................................................................................15
3.8 Kegiatan Penyuluhan........................................................................................16
3.9 Kriteria Evaluasi...............................................................................................17
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................18
i
BAB I
PENDAHULUAN
1
zat aktif berisiko (bebas estrogen), tidak menganggu kegiatan senggama, setelah
pencabutan. Walaupun tingkat efektivitas implant tinggi tetapi penggunaannya cukup
rendah. (Samekto, 2008).
Untuk data 2019 tercatat penggunaalat kontrasepsi. KB aktif mencapai 93.662
peserta atau (80,0%) dari jumlah PUS 117.105 jiwa. Untuk pemakai kontrasepsi.
pengguna paling banyak adalah metode suntikan sebesar 53969 peserta (57,6%), pil
sebesar 24.129 peserta (25,8%), pengguna implant sebesar 7.416 peserta (7,9 %),
pengguna Intra Uterin Devices (IUD) sebesar 938 peserta (1,0%), kondom sebesar
6.832 peserta (7,3%), Metode Operasi Wanita (MOW) sebesar 279 peserta (0,3%),
Metode Operasi pria (MOP) sebesar 89 peserta (0,1%) . (BKBKS Kab. OKUT, 2019).
Pada tahun 2017 data akseptor KB aktif di UPTD Puskesmas
Gumawangsebanyak 6.529 jiwa (74,1%) dari PUS sebanyak 8.811 jiwa, MOP sebanyak
51 (0,8 %), MOW sebanyak 294 (4,5%), Implant sebanyak 1.474 (22,6%), Kondom
sebanyak 1.021 (15,6%), Suntik sebanyak 1.161 (17,8%), IUD sebanyak 1.104 (16,9%)
dan Pil sebanyak 1.424 (21,8%). Tahun 2018 data akseptor KB aktif sebanyak 6.889
(75,3%) dari jumlah PUS sebanyak 9.143 jiwa, MOP sebanyak 84 (0,8 %), MOW
sebanyak 100 (1,0%), Implant sebanyak 1,984 (19,6%), Kondom sebanyak 1.378
(13,6%), Suntik sebanyak 5.828 (57,5 %), IUD sebanyak 593 (5,8%) dan Pil sebanyak
177 (1,7%). Tahun 2019 data akseptor KB aktif adalah sebanyak 7.729 (82,98%) dari
jumlah PUS sebanyak 9.314 jiwa, MOP sebanyak 39 (0,5 %), MOW sebanyak 75
(0.97%), Implant sebanyak 2,263 (29,3%), Kondom sebanyak 639 (8,27%), Suntik
sebanyak 2.772 (35,86%), IUD sebanyak 420 (5,43%) dan Pil sebanyak 1.521
(19,67%).
Teori Health Belief Model (HB) Lewin (1954) dalam Notoatmodjo (2008)
mengungkapkan bahwa rendahnya minat MKJP dipengaruhi oleh persepsi individu
mengenai ancaman dan pertimbangan untung rugi. Persepsi individu dipengaruhi faktor
yaitu usia, pendidikan, pengetahuan, jumlah anak, paparan sumber informasi dan
kondisi ekonomi. Sehubungan dengan teori HBM, kecenderungan yang ada saat ini
berdasarkan penelitian adalah bahwa MKJP cenderung diminati oleh ibu yang berusia
kurang produktif (>30 tahun), memiliki anak lebih dari 2 orang, berpendidikan
menengah, berpengetahuan MKJP , pendapatan di atas UMR, presepsi MKJP positif
dan paparan sumber informasi (Sari, 2016).
Penelitian Anantasia Marliza (2013) menyimpulkan Pengetahuan, pendidikan
dan pengalaman yang diperoleh responden dari orang lain tentang adanya kemungkinan
mendukung responden untuk tidak menggunakan kontrasepsi implant jadi membuat
2
mereka tidak termotivasi untuk memilih alat kontrasepsi tersebut, pendapatan kecil
mendukung orang untuk tidak menggunakan kontrasepsi implant karena secara umum
mereka menyatakan KB itu mahal.
Penelitian yang dilakukan oleh Kadir (2012) dengan judul Hubungan Paritas dan
Pekerjaan Akseptor dengan Pemakaian Kontrasepsi Impant di BPS Kresna Hawati Kel.
Karang Jaya Palembang menunjukkan ada hubungan bermakna antara paritas dan
pekerjaan akseptor dengan pemakaian kontrasepsi implant, responden yang bekerja
lebih memilih MKJP sehingga tidak perlu berulang kali melakukan kunjungan ke tenaga
pelayanan KB, wanita yang bekerja cenderung untuk lebih mengatur kesuburannya
sehingga mereka harus memilih kontrasepsi yang paling efektif dan berlangsung dalam
jangka waktu lama dan responden yang memiliki paritas tinggi menjadi akseptor
implant disebabkan ingin membatasi kelahiran atau tidak ingin menambah anak lagi
tetapi belum siap untuk sterilisasi.
1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Setelah mengikuti penyuluhan tentang Kontrasepsi Implant di Desa Megasari peserta
penyuluhan dapat mengerti metode kontrasepsi jangka panjang (MKJP) salah satunya
adalah Kontrasepsi Implant dan mau menggunakannya sebagai metode kontrasepsi
yang dipilih.
3
1.3 Manfaat
Bagi para peserta dapat meningkatkan Pengetahuan tentang Kontrasepsi Implant dan bagi
Puskesmas Dirgahayu dapat meningkatkan penggunaan metode kontrasepsi jangka panjang
(MKJP) khususnya Kontrasepsi Implant di wilayah Desa Megasari.
1.4 Sasaran
Sasaran dalam penyuluhan Kontrasepsi Implant adalah 20 orang Pasangan Usia Subur (PUS) di
Desa Megasari Kecamatan Pulau Laut Utara.
4
BAB II
KAJIAN LITERATUR
Alat kontrasepsi yang disusupkan dibawah kulit lengan atas sebelah dalam
berbentuk kapsul silastik (lentur) panjangnya sedikit lebih pendek dari pada batang
korek api dan dalam setiap batang mengandung hormon levonorgestrel yang dapat
mencegah terjadinya kehamilan (BKKBN, 2006).
Implant adalah metode kontrasepsi hormonal yang efektif, tidak permanen dan
dapat mencegah terjadinya kehamilan antara tiga sampai lima tahun, metode ini
dikembangkan oleh the Population Council, yaitu suatu organisasi internasional yang
didirikan tahun 1952 untuk mengembangkan metode kontrasepsi. Implant merupakan
alat kontrasepsi yang dipasangkan di bawah kulit lengan atas yang berbentuk kapsul
silastik yang lentur dimana di dalam setiap kapsul berisi hormon levernorgestril yang
dapat mencegah terjadinya kehamilan. Kontrasepsi implant ini memiliki cara kerja
menghambat terjadinya ovulasi, menyebabkan selaput lendir endometrium tidak siap
dalam menerima pembuahan (nidasi), mengentalkan lendir dan menipiskan lapisan
endometrium dengan efektivitas keberhasilan kontrasepsi implant sebesar 97-99%
(BKKBN, 2014).
Menurut Saifuddin (2010) kontrasepsi implant ini dapat bekerja efektif selama 5
tahun untuk jenis norplan dan 3 tahun untuk jenis jadena, indoplant, dan implanton.
Kontrasepsi implant ini dapat digunakan oleh semua ibu dalam usia reproduksi serta
tidak mempengaruhi masa laktasi, pencabutan serta pemasangan implant perlu
pelatihan, kemudian setelah dilakukan pencabutan implant maka kesuburan dapat
segera kembali, kontrasepsi implant memiliki efek samping utama terjadinya
perdarahan bercak dan amenorhea.
5
2.2 Cara Kerja dan Efektivitas
Cara kerja dan efektifitas implant adalah mengentalkan lendir serviks yang dapat mengganggu
proses pembentukan endometrium sehingga terjadi implantasi, mengurangi transportasi sperma,
menekan ovulasi, serta efektif dalam mencegah kehamilan yaitu dengan kegagalan 0,3 per 100
tahun (Marliza, 2013).
Mekanisme kerja implant untuk mencegah terjadinya kehamilan melalui beberapa cara yaitu :
Menurut Saifuddin (2010) beberapa klien dapat mengalami perupahan pola haid berupa
pendarahan bercak (spotting), hipermenorhea, atau meningkatkan darah haid serta amenorhea.
Beberapa keluahan dari klien yang sering dialami dalam penggunaan metode kontrasepsi
implant ini adalah:
2.5.1 Nyeri kepala, nyeri payudara, perasaan mual, atau pening.
2.5.2 Peningkatan atau penurunan berat badan
2.5.3 Perubahan perasaan atau gelisah.
2.5.4 Memerlukan tindakan pembedahan untuk insersi dan pencabutannya.
2.5.5 Tidak memberikan efek protektif terhadap infeksi menular seksual termasuk
HIV/AIDS.
2.5.6 Klien tidak dapat sendiri menghentikan pemakaian kontrasepsi sesuai dengan keinginan
klien, tetapi harus datang ke fasilitas kesehatan untuk dilakukan pencabutan oleh tenaga
kesehatan yang telah mendapat pelatihan.
2.5.7 Efektivitasnya menurun bila menggunakan obat-obatan tuberkolosis (fifampisin) atau
obat epilepsi (feniton dan barbiturat).
7
2.5.8 Terjadinya kehamilan ektopik sedikit lebih tinggi (1,3 per 100.000 perempuan per
tahun).
2.6 Efek Samping
2.6.1 Amenorhea, penanganannya pastikan hamil atau tidak, bila tidak memerlukan
penanganan khusus maka cukup dengan konseling saja. Kemudian bila klien tetap tidak
menerima maka angkat implant dan anjurkan untuk menggunakan alat kontrasepsi lain.
Bila terjadi kehamilan dan klien ingin mempertahankan kehamilannya lakukan
pencabutan implant dan jelaskan bahwa progestin tidak berbahaya bagi janin namun
bila diduga terjadinya kehamilan ektopik maka lakukan rujukan karena tidak akan ada
pengaruh diberikan obat hormon untuk memancing pendarahan. Penelitian yang
dilakukan oleh Rahayu tahun 2015 menunjukkan bahwa ketidakteraturan siklus
menstruasi merupakan salah satu efek samping dari pengguaan kontrasepsi implant.
2.6.2 Perdarahan bercak (spotting) ringan, berikan penanganan dengan memberikan
penjelasan bahwa spotting ini sering terjadi terutama pada tahun pertama kemudian bila
tidak terdapat masalah dan tidak hamil maka diperlukan penanganan. Bila klien tetap
mengeluh dengan perdarahan bercak dan ingin melanjutkan pemakaian implant maka
berikan klien pil kombinasi selama satu siklus atau berikan ibu profen 3 x 800 mg
selama 5 hari, beri penjelasan bahwa setelah pil kombinasi habis akan terjadi
perdarahan kemudian bila terjadi perdarahan yang lebih banyak dari biasanya berikan
klien 2 pil kombinassi untuk 3-7 hari kemudian dilanjutkan dengan 1 siklus pil
kombinasi atau dapat juga diberikan 50 µg etinilestradiol atau 1,25 mg esterogen equin
konjugasi untuk 14-21 hari.
2.6.3 Ekspulsi, maka lakukan penanganan dengan cabut kapsul ekspulsi kemudian periksa
apakah kapsul yang lain masih di tempat lalu pastikan ada atau tidaknya infeksi pada
daerah insersi kemudian bila tidak ada infeksi dan kapsul baru 1 buah pada tempat
insersi yang berbeda, namun bila ada infeksi pada daerah insersi maka lakukan
pencabutan pada seluruh kapsul dan pasang kapsul yang baru pada lengan lain atau
manganjurkan klien untuk menggunakan kontrasepsi lain.
2.6.4 Infeksi pada daerah insersi, bila terjadi infeksi tanpa nanah maka bersihkan dengan
sabun, air atau antiseptik lalu berikan antibiotik yang sesuai untuk 7 hari lalu implant
jangan dilepas serta anjurkan klien untuk datang 1 minggu kemudian. Bila keadaan
tidak membaik maka cabut implant dan pasang di lengan yang lainnya atau mencari
metode kontrasepsi lainnya.
2.6.5 Berat badan naik atau turun, maka berikan informasi pada klien bahwa perubahan berat
badan 1-2 kg adalah normal. Kaji ulang jika terjadi perubahan berat badan 2 kg atau
lebih namun apabila perubahan tidak dapat diterima maka bantu klien untuk mencari
kontrasepsi lain (BKKBN, 2014).
8
2.7 Waktu Pemakaian Kontrasepsi Implant
Menurut Saifuddin (2010) waktu dalam pemakaian alat kontrasepsi implant dapat
dimulai dalam keadaan dimana ketika mulai siklus haid hari ke-2 sampai hari ke-7,
tidak memerlukan alat kontrasepsi tambahan. Ketika klien tidak haid, insersi dapat
dilakukan setiap saat dengan syarat tidak memungkinkan hamil atau tidak sedang hamil,
disarankan untuk tidak melakukan hubungan seksual atau gunakan metode kontrasepsi
lain sampai 7 hari pasca pemakaian kontrasepsi. Insersi dapat dilakukan bila diyakini
klien tidak sedang hamil atau diduga hamil. Bila diinsersi setelah hari ke-7 dalam siklus
haid maka klien tidak dapat melakukan hubungan seksual atau menggunakan metode
kontrasepsi tambahan sampai 7 hari pasca pemasangan implant.
Bila klien menyusui selama 6 minggu sampai 6 bulan pasca persalinannya, maka
insersi dilakukan setiap saat, bila klien menyususi penuh dan tidak perlu adanya
kontrasepsi tambahan. Bila setelah 6 minggu melahirkan dan terjadinya haid kembali,
insersi dapat dilakukan setiap saat tetapi klien tidak boleh melakukan hubungan seksual
atau menggunakan alat kontrasepsi tambahan sampai 7 hari pasca insersi. Bila klien
menggunakan kontrasepsi hormonal dan ingin menggantinya dengan kontrasepsi
implant, maka insersi dapat dilakukan setiap saat, bilamana diyakini klien tersebut tidak
dalam keadaan hamil atau diduga hamil atau klien menggunakan alat kontrasepsi
sebelumnya dengan benar. Bila kontrasepsi yang digunakan ibu sebelumnya adalah
kontrasepsi suntik, maka kontrasepsi implant dapat diberikan saat jadwal disuntik ulang
tersebut dan tidak memerlukan kontrasepsi tambahan. Bila kontrasepsi sebelumnya
adalah IUD maka klien yang ingin mengganti alat kontrasepsinya menjadi implant maka
dapat dilakukan insersi pada hari ke-7 dengan syarat tidak boleh melakukan hubungan
seksual atau menggunakan alat kontrasepsi tambahan lainnya selama 7 hari, dan IUD segera
dicabut. Bagi klien pasca keguguran, maka insersi dalam dilakukan kapan saja.
9
Beberapa contoh dari berbagai issu yang masih banyak terjadi di masyarakat adalah
sebagai berikut :
2.8.1 Kecemasan dan ketakutan terhadap proses pemasangan implant yang akan
dilukai dan menyebabkan nyeri setelah pemasangan.
Akseptor yang kurang meminati implant karena takut dengan cara pemasangannya, oleh
sebab itu untuk mengurangi kecemasan dan nyeri maka dengan menggunakan
terapi komplemneter seperti penggunaan virtual reality, slow deep breathing, serta
lavender essential oil.
(Jurnal Pengabdian “ Dharma Bakti “. Rahayu Widaryanti , Herliana Riska , Ester
Ratnaningsih , Istri Yuliani. 2021).
2.8.2 Hukum KB sampai saat ini masih kontroversi. Ada yang mengatakan hal ini adalah
haram karena dianggap sebagai usaha ‘membunuh’ calon bayi.
Sebenarnya dalam al-Qur’an dan Hadits tidak ada masih yan gshorih yang
melarang atau memerintahkan KB secara eksplisit, karena itu hukum ber-KB
harus dikembalikan kepada kaidah hukum islam, Tetapi dalam al-Qur’an ada
ayat-ayat yang berindikasi tentang diperbolehkannya mengikuti program KB,
yakni karena hal-hal berikut:
a. Menghawatirkan keselamatan jiwa atau kesehatan ibu. Hal ini sesuai dengan
firman Allah dalam surat al-Baqarah ayat 195 : “Janganlah kalian
menjerumuskan diri dalam kerusakan”.
b. Menghawatirkan keselamatan agama, akibat kesempitan penghidupan hal
ini sesuai dengan hadits Nabi : “Kefakiran atau kemiskinan itu mendekati
kekufuran”.
c. Menghawatirkan kesehatan atau pendidikan anak-anak bila jarak kelahiran
anak terlalu dekat sebagaimana hadits Nabi : “Jangan bahayakan dan jangan
lupa membahayakan orang lain”. (Mukhoyyaroh, 2017)
2.8.3 Setelah dilakukan pemasangan implant tetapi tetap hamil
KB implan atau KB susuk adalah alat kontrasepsi jangka panjang yang
digunakan wanita untuk mencegah kehamilan. KB implan 99 persen dianggap
ampuh untuk wanita yang ingin menunda atau tidak ingin hamil lagi
Terjadinya kehamilan biasanya disebabkan karena pengguna menggunakan KB
susuk selama 3 tahun tanpa diganti. Karena itulah, penting untuk mengingat dan
mencatat kapan KB implan dipasang, dan kapan waktu paling telat untuk
menggantinya. Pengguna harus menggunakan alat KB tambahan seperti
kondom, jika tidak sempat mengganti KB susuk tepat pada waktunya.
10
(Mukhoyyaroh, 2017)
2.8.4 Tidak bias bekerja berat jika menggunakan implant, nanti implantnya bias keluar
Implan tidak dimasukkan secara benar ke bawah kulit atau infeksi saat memasukan
implan, yang menyebabkan implan keluar kembali atau disebut dengan ekspulsi. Nah,
kejadian ini akan membuat implan tidak ada pada tempatnya, ya karena sudah keluar.
Dengan perkembangan ilmu pengetahuan saat ini, bila implan tidak teraba saat
akan diambil, maka dokter akan melakukan pemeriksaan penunjang seperti
ultrasound atau sinar x untuk mengetahui keberadaan implan tersebut. Biasanya,
implan tertutup lemak atau otot. Bila sudah diketahui letaknya di mana,
selanjutnya akan dilakukan operasi kecil pengambilan implan dengan anestesi
lokal ataupun anestesi general.
2.8.5 Implant bisa menghilang dari lengan dengan sendirinya
Implant yang sudah dimasukan ke bawah kulit secara benar, akan tetap berada di
sana sampai dengan implan tersebut diambil kembali. Saat pemasangan implan,
tubuh akan bereaksi terhadap benda asing tersebut, dan akan membentuk
jaringan parut disekitar implan. Hal ini disebabkan karena adanya bekas luka
saat memasukan implan. Nah, jaringan parut ini yang terkadang membuat
implan tidak berasa atau kesannya “hilang”. Padahal, implan masih ada di
tempat semula.
Lalu, ada juga kemungkinan implan tidak dimasukkan secara benar ke bawah
kulit atau infeksi saat memasukan implan, yang menyebabkan implan keluar
kembali atau disebut dengan ekspulsi. Nah, kejadian ini akan membuat implan
tidak ada pada tempatnya, ya karena sudah keluar.
Untuk mencegah implan berpindah tempat, ada beberapa hal yang perlu
diperhatikan, yaitu saat memasukan implan dan setelah implan terpasang.
a. Pastikan bahwa kita ditangani oleh tenaga profesional saat akan
menempatkan implan di bawah kulit kita. Dengan teknik dan penempatan
yang benar, maka akan mengurangi risiko implan berpindah tempat.
b. Setelah implan terpasang, sebaiknya jangan melakukan olahraga maupun
aktivitas fisik yang terlalu berat terutama menggunakan lengan tempat implan
terpasang. Dengan banyaknya gerakan maka memungkinkan bahwa implan
akan bergeser sedikit dari tempat asalnya.
11
c. Sering cek keberadaan implan secara rutin. Caranya gampang kok, raba saja
bagian implan ditanam. Bila memang teraba maka kita tidak perlu khawatir.
Lakukan ini secara rutin (dr. Sabrina Anggraini, 30 December 2021)
13
BAB III
PERENCANAAN/LAPORAN PROMOSI KESEHATAN
Topik : KB Implant
Sub Topik : Definisi Implant, Macam dan jenis Implant,keuntungan,efek samping dan
kontra indikasi pemasangan Implant
Sasaran : Pasangan Usia Subur
Hari, tanggal : Rabu, 02 Februari 2022
14
3.3 Metode
3.4 Media
1. Poster
2. LCD
3. Laptop
4. Video
3.5 Peserta
Peserta penyuluhan ini adalah 10 Pasangan Usia Subur (PUS)
3.6 Panitia
1. Pembimbing : Ibu Elvine Ivana Kabuhung,SST.,M.Kes
2. Ketua Pelaksana : Salna Fitriana
3. Sie Acara : Rusmiliyanti
4. Pemateri : - Risqi Amalia
- Ritna Yulia Sari
5. Dokumentasi : - Sarifah Wilda Eros Tina
- Sasmita Juliar
16
Kegiatan Deskripsi Kegiatan Alokasi
Waktu
Pra kegiatan 1. Pada tahap awal pemateri melakukan 30 Menit
perkenalan terlebih dahulu dan pendekatan
kepada responden
2. Pemateri menyampaikan tujuan dari kegiatan
edukasi
3. Pemateri memberikan pemaparan terkait
teknis kegiatan, membagikan link zoom cloud
meeting dan mempersiapkannya.
Kegiatan Inti Diskusi 90 Menit
1. Pemateri membuka forum dan mengarahkan
peserta untuk diskusi terkait isu-isu yang ada
tentang KB Implant
2. Pemateri memberikan umpan balik terkait
diskusi dan dilanjutkan dengan penyampaian
materi tentang KB Implant melalui power
point (PPT) dan responden menyimak materi.
3. Pemateri memberikan umpan balik terkait
diskusi dan dilanjutkan dengan penyampaian
materi tentang KB Implant melalui power
point (PPT) dan responden menyimak materi
1. Evaluasi Struktur
a. Peserta hadir di 15 Menit sebelum acara dimulai
b. Penyelenggaraan penyuluhan dilaksanakan secara zoom meeting pada
tanggal 02 Februari 2022
2. Evaluasi Proses
a. Ibu-ibu peserta antusias terhadap materi penyuluhan
b. Tidak ada Ibu-ibu peserta yang me non aktifkan kameranya
3. Evaluasi Hasil
a. Ibu-ibu PUS peserta zoom mengetahui pengertian KB Implant
b. Ibu-ibu PUS peserta zoom mengetahui bentuk dan cara kerja implant
c. Ibu-ibu peserta mengerti tentang keuntungan dan kerugian pemakaian KB
Implant
d. Ibu-ibu peserta mengetahui efek samping pemakaian KB Implant
e. Ibu peserta zoom mengetahui kontra indikasi pemasangan implant
DAFTAR PUSTAKA
18
Anggraini, Yeti dan Martini. 2012. Pelayanan Keluarga Berencana. Yogyakarta:Rohima
Press.
Arum, Dyah Setya Noviawati dan Sujiyatini. 2009. Panduan Lengkap Pelayanan KB
Terkini. Yogyakarta: Nuha Medika.
Amalia F., Masyitoh S.U., Erniati. 2013. Alat Kontrasepsi Dalam Rahim Sebagai Salah Satu
Faktor Resiko Anemia Defisiensi Besi. Jurnal Kesehatan Reproduksi. Vol 4. No1.
Anggia R.J., Mahmudah. 2012. Hubungan Jenis Dan Lama Pemakaian Kontrasepsi
Hormonal Dengan Gangguan Menstruasi di Bidan Praktek Swasta. Jurnal Biometrika
dan Kependudukan. Vol 1. No 1.
Badan Pusat Statistik Jakarta Pusat. 2012. Statistik Indonesia Tahun 2012. Jakarta Pusat :
Badan Pusat Statistik.
19