Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH

STUNTING PADA GIZI

Mata kuliah : Sistem Pelayanan Kesehatan

Dosen : Yoessy Etna, S.Psi., M.Psi., Psikolog

Di Susun oleh:

Risqi Zainur Romadloni 2011311036

S1 ILMU GIZI

INSTITUT KESEHATAN DAN BISNIS SURABAYA

2022
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan yang Maha Esa yang telah memberikan
rahmat dan hidayah-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan tugas makalah
yang berjudul Gizi Buruk. Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah
untuk memenuhi tugas dosen pada mata kuliah Sistem Pelayanan Kesehatan.
Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan tentang Gizi
Buruk yang berkaitan dengan para pembaca dan juga bagi penulis. Saya
mengucapkan terima kasih kepada ibu Yoessy , selaku dosen mata kuliah Sistem
Pelayanan Kesehatan yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat
menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang saya
tekuni.

Saya juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membagi sebagian pengetahuannya sehingga kami dapat menyelesaikan
makalah ini.

Saya menyadari, makalah yang saya tulis ini masih jauh dari kata
sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun akan saya
nantikan demi kesempurnaan makalah ini.

Jakarta , 21 April 2022

Risqi Zainur Romadloni

2
DAFTAR ISI

COVER ...............................................................................................................1

KATA PENGANTAR ........................................................................................2

DAFTAR ISI ......................................................................................................3

BAB I

PENDAHULUAN .............................................................................................4

A. Latar belakang ................................................................................................4

B. Rumusan Masalah ..........................................................................................5

C. Tujuan .............................................................................................................5

D. Manfaat ...........................................................................................................5

BAB II

PEMBAHASAN .................................................................................................6

A. Definisi Stunting ............................................................................................6

B. Faktor Stunting ...............................................................................................8

C. Peningkatan Kasus Stunting ....................................................................... 11

D. Analisis Kasus Stunting ............................................................................. 12

BAB III

PENUTUPAN.................................................................................................. 14

A.Kesimpulan ................................................................................................... 14

B.Saran.............................................................................................................. 14

Daftar Pustaka................................................................................................... 15

3
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
MasalahIndonesia akan mengalami bonus demografi pada 2030, dimana
angkatan usia produktif akan mendominasi populasi penduduk dan
menjadi penyangga perekonomian. Bonus demografi yang akan dimiliki
Indonesia yaitu Angkatan usia produktif (15-64 tahun) yang diprediksi
mencapai 68 persen dari total populasi dan angkatan tua (65 ke atas) sekitar
9%. Tahun 2017, Indeks Pembangunan Manusia (IPM) sebesar 70,81 atau
tumbuh 0,90% dibanding tahun 2016. Direktur Jenderal Informasi dan
Komunikasi Publik Kementerian Komunikasidan Informatika Rosarita
Niken Widiastuti menegaskan pemerintah terus melakukan penurunan
prevalensi stunting atau kekurangan gizi kronik ini. Menurut Niken,
penanganan stunting ini menjadi tantangan tersendiri bagi Indonesia
yang tengah menghadapi bonus demografi .Selain itu, Organisasi
Kesehatan Dunia (WHO) menempatkan Indonesia sebagai negara ketiga
dengan angka prevalensi stunting tertinggi di Asia pada 2017.
Angkanya mencapai 36,4 persen. Namun, pada 2018, menurut data Riset
Kesehatan Dasar (Riskesdas), angkanya terus menurun hingga 23,6
persen.Penurununan dari angka stunting di Indonesia merupakan kabar
baik, namun belum berarti bisa membuat tenang. Karena bila merujuk pada
standar WHO, batas maksimalnya adalah 20 persen atau seperlima dari
jumlah total anak dan balita. Dengan melihat beberapa fakta di atas, maka
kami tertarik untuk membahas kasus stunting yang terjadi di Indonesia
khususnya pada tahun 2018 mengenai posisinya yangbelum memenuhi
standar WHO meskipun telah mengalami peningkatan dari tahun-tahun
sebelumnya.

4
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan stunting ?
2. Bagaimana analisis kasus stunting yang terjadi di Indonesia ?
3. Mengapa kasus stunting di Indonesia ternyata belum menurun
sepenuhnya ?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui stunting.
2. Untuk mengetahui analisis kasus stunting di Indonesia yang terjadi di
Indonesia.
3. Untuk mengetahui kasus stunting di Indonesia ternyata belum
menurun sepenuhnya.
D. Manfaat
Sebagai referensi bagi pembaca untuk mengetahui kasus stunting yang
terjadi diIndonesia khususnya pada tahun 2018 tentang posisi
Indonesia yang belummemenuhi standar WHO.
Sebagai sumber dan bahan masukan bagi penulis lain untuk menggali
informasilebih baik lagi tentang kasus stunting.

5
BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi
Stunting adalah kondisi dimana balita memiliki panjang atau tinggi
badan yang kurang jika dibandingkan umur. Kondisi ini diukur dengan
panjang atau tinggi badan yang lebih dari minus dua standar deviasi
median standar pertumbuhan anak dari WHO

B. Faktor Stunting

Stunting termasuk masalah gizi kronik yang disebabkan


oleh banyak faktor seperti kondisi sosial ekonomi, gizi ibu saat hamil,
kesakitan pada bayi, dan kurangnya asupan gizi pada bayi. Penderita
stunting di masa yang akan datang akan mengalami kesulitan dalam
mencapai perkembangan fisik dan kognitif yang optimal.
C. Peningkatan Kasus Stunting
Riset Kesehatan Dasar 2013 mencatat prevalensi stunting
nasional mencapai37,2% meningkat dari tahun 2010 (35,6%) dan 2007
(36,8%). Artinya, pertumbuhan tidak maksimal diderita oleh sekitar 8,9
juta anak Indonesia, atau satu dari tiga anakIndonesia.

D. Analisis Kasus Stunting

Kasus Stunting di Indonesia, Stunting adalah masalah gizi


kronis pada balita yang ditandai dengan tinggi badan yang lebih
pendek dibandingkan dengan anak seusianya. Anak yang menderita
stunting akan lebih rentan terhadap penyakit dan ketika dewasa
berisiko untuk mengidap penyakit degeneratif. Dampak stunting tidak
hanya pada segi kesehatan tetapijuga mempengaruhi tingkat kecerdasan
anak.
6
Pemerintah mencanangkan program intervensi pencegahan
stunting terintegrasiyang melibatkan lintas kementerian dan lembaga.
Pada tahun 2018, ditetapkan 100 kabupaten di 34 provinsi sebagai lokasi
prioritas penurunan stunting. Jumlah ini akan bertambah sebanyak 60
kabupaten pada tahun berikutnya. Dengan adanya kerjasama lintas sektor
ini diharapkan dapat menekan angka stunting di Indonesia sehingga
dapattercapai target Sustainable Development Goals (SDGs) pada
tahun 2025 yaitu penurunan angka stunting hingga 40%. Prevalensi
balita pendek selanjutnya akan diperoleh dari hasil Riskesdas
tahun 2018 yang juga menjadi ukuran keberhasilan program yang
sudah diupayakan oleh pemerintah.

Kejadian balita stunting (pendek) merupakan masalah gizi utama


yang dihadapi Indonesia. Berdasarkan data Pemantauan Status Gizi
(PSG) selama tiga tahun terakhir,stunting memiliki prevalensi tertinggi
dibandingkan dengan masalah gizi lainnya seperti gizi kurang, kurus,
dan gemuk. Prevalensi balita pendek mengalami peningkatan dari tahun
2016 yaitu 27,5% menjadi 29,6% pada tahun 2017.

Berdasarkan hasil PSG tahun 2015, prevalensi balita pendek di


Indonesia adalah 29%. Angka ini mengalami penurunan pada tahun
2016 menjadi 27,5%. Namun prevalensi balita pendek kembali
meningkat menjadi 29,6% pada tahun 2017. Prevalensi balita sangat
pendek dan pendek usia 0-59 bulan di Indonesia tahun2017 adalah 9,8%
dan 19,8%. Kondisi ini meningkat dari tahun sebelumnya yaitu
prevalensi balita sangat pendek sebesar 8,5% dan balita pendek sebesar
19%. Provinsi dengan prevalensi tertinggi balita sangat pendek dan
pendek pada usia 0-59 bulan tahun 2017 adalah Nusa Tenggara Timur,
sedangkan provinsi dengan prevalensi terendah adalah Bali.

7
Dalam diskusi ahli dipaparkan, prevalensi stunting tertinggi di atas
40 persen berada di Provinsi Nusa Tenggara Timur dan Sulawesi Barat.
Pada angka 30 persen hingga 40 persen berada di Provinsi Aceh, Sumatra
Barat, Lampung, semua Provinsi di Kalimantan, Sulawesi, Maluku,
Papua Barat, dan Papua. Provinsi lain memiliki tingkat pravalensi 20
persen hingga 30 persen terkecuali Bali yang menjadi satu-
satunya provinsi dengan pravalensi kurang dari 20 persen. Masalah
stunting haruslah segera di atasi karena kasus stunting ini memiliki
potensi trans-generasi, karena ibu yang stunting akan cenderung memiliki
anak yang stunting. Stunting dapat mempengaruhi tumbuh kembang
anak dan kesehatan anak hingga masa dewasa dan juga anak stunting
akan memiliki daya saing yang rendah dibanding dengan anak yang
sehat.

Berdasarkan hasil penelitian, anak stunting memiliki income


learning (kemampuan menyerap pembelajaran) 25% lebih rendah
dibandingkan dengan anak lainnya yang tidak mengalami stunting.
Selain menghambat pertumbuhan otak dan perkembangan kecerdasan.
Stunting juga meningkatkan resiko penyakit seperti diabetes dan
penyakit lain, karena pertumbuhan yang terhambat mengakibatkan
kelainan sel pankreas.

Tidak heran jika angka stunting di Indonesia tidak berubah


dan cenderung meningkat. Terjadi gagal tumbuh (growth faltering) mulai
bayi berusia 2 bulan, dampak dari calon ibu hamil (remaja putri) yang
sudah bermasalah, dilanjutkan dengan ibu hamil yang juga bermasalah.
Hal ini sangat terkait oleh banyak faktor, utamanya secara kronis karena
asupan gizi yang tidak memadai dan kemungkinan rentan terhadap
infeksi, sehingga sering sakit.

8
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dengan melihat beberapa pembahasan pada makalah
di atas, maka dapat kamisimpulkan bahwa stunting adalah
kondisi dimana balita memiliki panjang atau tinggi badanyang
kurang jika dibandingkan umur. Berdasarkan hasil PSG tahun
2015, prevalensi balita pendek di Indonesia adalah 29%. Angka
ini mengalami penurunan pada tahun 2016 menjadi27,5%.
Namun prevalensi balita pendek kembali meningkat menjadi
29,6% pada tahun 2017.Prevalensi balita sangat pendek dan
pendek usia 0-59 bulan di Indonesia tahun 2017adalah 9,8%
dan 19,8%. Kondisi ini meningkat dari tahun sebelumnya yaitu
prevalensi balitasangat pendek sebesar 8,5% dan balita
pendek sebesar 19%. Provinsi dengan prevalensi tertinggi
balita sangat pendek dan pendek pada usia 0-59 bulan tahun
2017 adalah Nusa Tenggara Timur, sedangkan provinsi
dengan prevalensi terendah adalah Bali. Karena masalah
stunting utamanya disebabkan oleh adanya pengaruh dari
pola asuh, cakupan dan kualitas pelayanan kesehatan,
lingkungan, dan ketahanan pangan.
B. Saran
Hal tersebut merupakan langkah yang tepat untuk
diperbaiki bersama sesuai dengan kebijakan pemerintah yang
merujuk pada pola pikir UNICEF.Maka, sudah selayaknya
seluruh masyarakat turut serta untuk menjaga kesehatan diridan
lingkungan bukan karena sebatas patuh terhadap aturan
dan kebijakan pemerintah, namun karena masyarakat sudah
9
sangat menyadari akan pentingnya kesehatan.
Lalu bagaimanakah caranya? Salah satunya dengan peduli
terhadap gizi kesehatan demi menyongsong bonus demografi
di Indonesia pada tahun 2030 mendatang.

10
DAFTAR PUSTAKA

Notoatmodjo, Soekidjo. 2011 (edisi revisi). Kesehatan Masyarakat: Ilmu dan


Seni. Jakarta: PT Asdi Mahasatya

Kementeria Kesehatan RI. 2018. Buletin Jendela Data dan Informasi Kesehatan:
Situasi Balita Pendek (Stunting) di Indonesia. Jakarta: Redaksi Pusat Data dan
Informasi

Diakses di laman www.depkes.go.id

Diakses di laman www.mca-indonesia.go.id J

urnal diakses di laman https://eprints.uny.ac.id/9289/3/BAB%202%20-


%2010604227399.pdf

Jurnal diakses di laman https://hakimkep.wordpress.com/2012/06/08/makalah-


gizi-masyarakat/

Jurnal diakses di laman http://digilib.unila.ac.id/19376/16/BAB%20II.pdf

Berita diakses di laman https://kominfo.go.id/content/detail/17436/kominfo-


ajak-masyarakat-turunkan-prevalensi-stunting/0/sorotan_media

Berita diakses di laman https://beritagar.id/artikel/berita/angka-stunting-turun-


tapi-belum-standar-who

11

Anda mungkin juga menyukai