Disusun oleh:
dr.MUHAMMAD FADILLAH
NIP 19901207 202203 1 008
1. Kedua Orang Tua serta Istri dan anak yang tidak henti-hentinya berdoa
untuk kelancaran dan keberkahan penulis.
6. Teman sejawat dokter jaga ruang ranap intensif dan isolasi covid 19
dr.MUHAMMAD FADILLAH
NIP. 19901207 202203 1 008
ii
ABSTRAK
Latar Belakang : Stunting adalah gangguan pertumbuhan dan perkembangaan pada anak
yang mengalami asupan nutrisi buruk, infeksi berulang dan stimulasi psikososial yang tidak
adekuat. Anak stunting mempunyai tinggi badan kurang dari -2 media WHO Growth Standard
2006. United Nations International Childres’s Emergency Fund (UNICEF) mendefinisikan
stunting sebagai kegagalan untuk mencapai potensi pertumbuhan akibat asupan zat nutrisi
yang tidak optimal dan sakit berulang. Stunting merupakan salah satu target Sustainable
Development Goals (SDGs) yang termasuk pada tujuan pembangunan berkelanjutan ke-2 yaitu
mengakhiri kelaparan dan segala bentuk malnutrisi pada tahun 2030 serta mencapai ketahanan
pangan. Pemerintah Indonesia telah menetapkan stunting sebagai isu prioritas nasional. Kasus
stunting masih tinggi, Provinsi NTB menempati urutan keempat kasus stunting tertinggi nasional
31.4%, dikota mataram sendiri tahun 2021 angka kejadian stunting sebesar 25.3%.
Hasil : Hasil analisa data menunjukkan terdapat peningkatan sebesar 35% dari kelengkapan
pengisian status nutrisi pasien anak dan peningkatan yang signifikan pada pengetahuan
responden sebelum dan setelah penyuluhan
.
Kata Kunci : stunting, maharestu, antropometri pre test, post test
iii
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI…………………………………………………………………….iv
LAMPIRAN ................................................................................................... 34
iv
BAB I
PENDAHULUAN
2
Gambar : Prevalensi Balita Stunting di indonesia, data SSGI 2022.
Gambar : Prevalensi balita stunted di provinsi NTB, data SSGI tahun 2022
Menurut data dari SSGI (studi status gizi Indonesia) tahun 2022
persentase kejadian stunting di indonesia adalah 21.6 %. Provinsi Nusa Tenggara
Barat masuk dalam urutan keempat provinsi dengan kasus Stunting tertinggi
diindonesia, dibawah NTT, Sulawesi Barat, dan Papua, dengan presentasi 32.7%.
3
Untuk data tingkat kabupaten dan kota, diwilayah nusa tenggara barat, Kota
Mataram berada di urutan kedua untuk kasus stunting terendah setelah kabupaten
Sumbawa Barat, dengan persentase 25.8%. Dibutuhkan keseriusan dan
keselarasan program nasional dan kebijakan tingkat daerah untuk menyikapi dan
mencapai target nasional di bawah 14% pada tahun 2024.
10
0
2020 2021 2022
Yang menjadi perhatian dari penulis adalah kasus stunting di RSUD Kota
Mataram dalam 3 tahun terakhir terus menunjukkan peningkatan, sehingga perlu
adanya upaya untuk menekan kejadian kasus stunting salah satunya dengan
mengoptimalkan tindakan promosi dan pencegahan terhadap faktor resiko
stunting serta mengoptimalkan tindakan kuratif pada kasus berpotensi stunting
(gizi buruk dan gizi kurang). Oleh karena itu, penulis mengusulkan rancangan
inovasi berjudul “optimalisasi pencegahan kasus stunting dengan penerapan
program “MAHARESTU” di RSUD Kota Mataram.
4
1.2 Identifikasi Permasalahan
Berdasarkan analisis USG, maka isu prioritas yanng akan diangkat adalah isu
padaa nomor 1, dengan total skor 15. Kegiatan aktualisasi difokuskan pada ”Belum
optimalnya program pencegahan stunting di RSUD Kota Mataram”.
Menurut obrservasi dan analisa kami selama 3 tahun bertugas di RSUD kota
Mataram, penyebab isu diatas antara lain :
1. Kurang optimalnya skrining terhadap stunting yaitu pengukuran antropometri
yang kurang lengkap pada pasien anak usia dibawah 5 tahun dan ibu hamil.
2. Belum gencarnya dilakukan promosi kesehatan terkait stunting di lingkungan
RSUD kota Mataram, seperti promosi pentingnya Inisiasi menyusui dini, Asi
Ekslusif, MPASI, dampak KEK (kurang energi kronis) pada ibu hamil.
Dampak langsung yang mungkin terjadi jika isu tersebut tidak ditangani
dengan baik adalah, meningkatnya kejadian kasus stunting serta malnutrisi lainnya
terutama diwilayah kerja kota Mataram, sehingga akan meningkatkan beban
pembiayaan kesehatan yang dikeluarkan oleh pemerintah.
5
BAB II
Stunting selalu diawali dengan kenaikan berat badan yang tidak adekuat (weight
faltering). Weight faltering yang tidak ditatalaksana secara optimal akan memperlambat laju
pertumbuhan linier karena tubuh berusaha untuk mempertahankan status gizi. Perlambatan
pertumbuhan linier ini akan berlanjut menjadi stunting (malnutrisi kronik). Kondisi weight
faltering pada bayi dan balita memiliki faktor-faktor potensial sebagai penyebab yaitu adanya
asupan kalori yang tidak adekuat, gangguan absorpsi atau meningkatnya metabolisme tubuh
akibat penyakit tertentu.
Interaksi berbagai faktor penyebab stunting dijabarkan pada kerangka konsep WHO
seperti tercantum pada gambar di bawah ini. Terdapat empat faktor langsung yang
memengaruhi terjadinya stunting yaitu faktor keluarga dan rumah tangga, ASI, makanan
pendamping ASI (MPASI) dan infeksi.
6
Kekurangan atau kelebihan zat gizi pada periode usia 0-2 tahun bersifat irreversibel
sehingga berdampak pada kualitas hidup jangka pendek dan jangka panjang seorang anak.
Metaanalisis oleh Olofin dkk, pada 53.809 anak di Afrika, Asia dan Amerika Selatan
menunjukkan mortalitas meningkat signifikan pada stunting (HR 5,48 (95% IK, 4,62-6,50)).
Penyakit infeksi seperti diare, infeksi saluran napas, dan campak menjadi penyebab mortalitas
terbanyak pada studi ini.
Program ini menitik beratkan pada penguatan kemampuan petugas dalam melakukan
penapisan kasus dan promosi kesehatan pada kelompok target terkait stunting dilingkungan
rumah sakit yang terdiri dari :
Salting (Skrining Antropometri Lengkap itu Penting)
Disunting AA (Digitalisasi Penyuluhan Stunting Anytime Anywhere)
Teman Penting (Tes Mandiri Pengetahuan Stunting)
Rutin Tersayangi (Rujukan Stunting Terpadu Satu Pintu dengan Pelayanan Gizi
Terintegrasi)
8
BAB III
18
Karena pentingnya pemeriksaan antropometrik, maka penulis menyusun SOP yang
mengharuskan setiap anak usia kurang 59 bulan dilakukan pemeriksaan
antropometrik lengkap. SOP ini telah dikonsultasikan terlebih dahulu dengan dokter
spesialis anak dan setelah disetujui kemudian diajukan ke bagian pelayanan medik.
19
Teman Penting (Tes Mandiri Pengetahuan Stunting)
Setelah dilakukan penyuluhan digital, penting bagi kita untuk menilai seberapa besar
pemahaman responden terhadap informasi yang diberikan. Oleh karena itu penulis
membuat semacam uji yang dilakukan secara online untuk mengukur hal tersebut.
Dimana responden diminta mengisi pretest dan posttest dengan melakukan scan QR
codes, yang terhubung dengan aplikasi google form. Kemudian nilai didata dan
dilakukan uji statistik, untuk mengetahui apakah penyuluhan yang dilakukan
memberikan peningkatan pengetahuan terhadap responden.
Rutin Tersayangi (Rujukan Stunting Terpadu Satu Pintu dengan Pelayanan
Gizi Terintegrasi)
Salah satu inovasi yang ingin penulis kembangkan adalah sistem rujukan stunting
yang terpadu (sesuai alur diatas), dengan tujuan untuk mengakomodasi diagnosis
stunting yang lebih terarah oleh dokter spesialis anak, dengan menjadi RSUD
Kota Mataram sebagai Rumah sakit pusat rujukan Gizi di kota Mataram. Dengan
mempertimbangkan ketersedian sumber daya manusia yang memadai, yakni
dokter spesialis anak, dokter spesialis gizi klinik, psikiater, nutrisionist dan
adanya MEMS, penulis memiliki keyakinan bahwa hal ini akan mampu untuk
kita jalankan.
20
Hal ini sangat memudahkan kita dalam pendataan stunting karena dilakukan satu
pintu, serta juga memiliki dampak ekonomi yang baik karena akan dapat
meningkatkan ratio kunjungan pasien ke RSUD kota Mataram.
21
-
3.4 Penggunaan IT Terhadap Inovasi
Dalam inovasi yang penulis lakukan tekhologi informasi dimanfaatkan untuk
menyebarluaskan informasi-infomasi yang berguna melalui media digital youtube.
Kegiatan ini dilakukan dengan membuat regulasi pengukuran antropometri lengkap
pada pasien anak serta melakukan penyuluhan terkait stunting secara digital dengan
memanfaatkan teknologi QR Codes, pasien diminta untuk melakukan scanning dengan
menggunakan smartphonenya dan kemudian akan tersambung dengan video
penyuluhan yang tersedia pada platform youtube, kemudian pasien di minta untuk
mengisi kuis evaluasi sebelum dan setelah menonton video penyuluhan, juga dengan
memanfaatkan teknologi scanning QR Codes.
22
BAB IV
24
Kendala dan -
Antisipasi
Evidence 1. Video edukasi stunting tersedia pada platform youtube
2. QR Codes Video edukasi stunting, berjudul “Maharestu- Cegah
stunting itu penting”
25
Tahapan 1. Melakukan pemeriksaan antropometri lengkap pada pasien
kegiatan anak.
2. Memantau kelengkapan rekam medis untuk memastikan SOP
dijalankan dengan baik.
Output Data status antopometri tertulis dengan lengkap pada rekam medis
pasien.P
Gambaran Menjalankan SOP antropometrik secara lengkap yaitu pengukuran
Kegiatan berat badan serta tinggi dan memastikan status gizi di rekam medis
terisi dan dinterpretasikan secara lengkap (BB/U, TB/U, BB/TB)
Waktu Tanggal 12-24 September 2022
Pelaksanaan
Kendala dan -
Antisipasi
Evidence 1. Dokumentasi menjalankan SOP pemeriksaan antropometri
2. Mengevaluasi kelengkapan rekam medis
26
Waktu Tanggal 22-24 September 2022
Pelaksanaan
Kendala dan -
Antisipasi
Evidence 1. Data nilai pre dan post test telah terinput dalam file microsoft
excel
2. Data dianalisis dengan menggunakan spss 27.
27
b. Perbandingan pengetahuan responden sebelum dan setelah penyuluhan
Penyuluhan ini dilakukan selama sekitar 2 minggu, sejak tanggal 12 s/d 24 oktober
2022, berlokasi di poli anak, poli kandungan, irna perawatan anak, ruang nifas dan
ruang isolasi covid 19. Didapatkan 40 responden sebagai sampel dengan metode
pemilihan sampel, simple random sampling.
28
Karakteristik responden
Dari 40 responden yang bersedia mengikuti penyuluhan, terdiri dari 37 wanita dan 3 pria
berdasarkan status pendidikan SD 3 orang, SMP 6 orang, SMA 16 orang, dan universitas 15
orang
7%
93%
pria wanita
Tujuan analisis: Ingin mengetahui apakah penyuluhan yang diberikan signifikan terhadap
peningkatan pengetahuan responden.
29
Uji Normalitas Data
Uji normalitas data dilakukan menggunakan Uji Shapiro Wilk karena banyaknya sampel <50.
Data dikatakan berdistribusi normal jika kolom Sig. pada Uji Shapiro Wilk lebih besar dari 0,05.
Berdasarkan hasil Uji Shapiro Wilk, data pre-test berdistribusi normal karena Sig=0,066 > 0,05;
sedangkan data post-test tidak berdistribusi normal karena Sig=0,000 < 0,05.
Sehingga, untuk menguji apakah penyuluhan yang diberikan signifikan terhadap peningkatan
pengetahuan responden atau tidak, dilakukan menggunakan pendekatan non-parametrik, yaitu dengan
Uji Wilcoxon.
Uji Wilcoxon
Hipotesis:
H0: Tidak ada perbedaan signifikan antara data pre-test dan data post-test
H1: Ada perbedaan signifikan antara data pre-test dan data post-test
Aturan keputusan: H0 ditolak jika nilai Asymp. Sig. (2-tailed) < 0,05.
Karena hasil Uji Wilcoxon menunjukkan nilai Asymp. Sig. (2-tailed) = 0,000 < 0,05, maka H0 ditolak
dan dapat disimpulkan bahwa ada perbedaan signifikan antara data pre-test dan data post-test. Artinya,
penyuluhan yang diberikan signifikan terhadap peningkatan pengetahuan responden.
30
BAB V
INDIKATOR KEBERHASILAN
- Diagnosis kasus gizi dapat di deteksi secara dini, sehingga intervensi stunting menjadi
lebih terarah
- Meningkatkan angka kunjungan pasien RSUD kota Mataram, jika sistem rujukan
bertingkat dijalankan dengan baik.
31
Persentase Rata-Rata Kelengkapan Pengisian
Status Gizi Anak pada Rekam Medis
100
90
80
70
60
50
40
30
20
10
0
Sebelum Regulasi SOP Setelah Regulasi SOP
32
5.5 Pengembangan Inovasi
Adapun rencana tindak lanjut yang akan dilakukan penulis untuk selanjutnya
adalah :
1. Menghubungi pihak Humas RSUD kota Mataram agar video edukasi stunting
dapat diunggah di akun resmi RSUD Kota Mataram, sehingga dapat
memberikan manfaat yang lebih luas kepada masyarakat.
2. Memperbanyak plakat Qr codes di poli kandungan, poli anak, ruang nifas dan
ruang perawatan anak, untuk memperluas cakupan promosi kesehatan
3. Membuat video atau media penyuluhan stunting baru yang lebih mudah di cerna
oleh awam.
4. Mengembangkan sistem rujukan Stunting dan Wasting terpadu di kota Mataram
33
LAMPIRAN –LAMPIRAN
34
Lampiran 3 : konsultasi dengan dokter spesialis anak (dr.Nurazizah,Sp.A)
35
Lampiran 5 : Konsultasi dengan bidang pelayanan medik (kabid yanmed, dr.Tris
Cahyoso,MARS)
36
37
38
39
Lampiran 6 : Standar Operasional Prosedur pemeriksaan antropometrik pada bayi dan anak
40
Lampiran 7 : Video edukasi stunting tersedia pada platform youtube
Lampiran 8 : QR Codes Video edukasi stunting, berjudul “Maharestu- Cegah stunting itu
penting”
41
42
Lampiran 9 : Maharestu quiz, soal pre dan post test penyuluhan yang akan digunakan untuk
mengukur peningkatan pengetahuan responden.
Lampiran 10 : QR Codes soal penyuluhan stunting yang terkoneksi dengan google form.
43
Lampiran 11 : Dokumentasi sosialisasi SPO Antropometri
44
Lampiran 12 : Menjalankan SOP pemeriksaan antropometrik
45
Lampiran 13 Dokumentasi kegiatan penyuluhan digital
46
Lampiran 13 Data nilai pre dan post test telah terinput dalam file microsoft excel
47
Lampiran 15.Dokumentasi konsultasi penyusunan laporan aktualisasi dengan coach.
48
49
50