Anda di halaman 1dari 12

CHMK NURSING SCIENTIFIC JOURNAL

Volume 3. No 1 APRIL 2019

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN TINGKAT


KECEMASAN PRE KATETERISASI JANTUNG PASIEN SKA

Devi Listiana 1, H.S. Effendi 1, Nasrul1


1
Prodi S1 Keperawatan, STIKes Tri Mandiri Sakti, Bengkulu 38229
devilistiana01@gmail.com

ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan
dengan Tingkat Kecemasan Pre Kateterisasi Jantung Pada Pasien SKA di Ruang
Cath-Lab RSUD dr. M. Yunus Bengkulu Tahun 2018. Penelitian ini
menggunakan desain Cross Sectional. Populasi dalam penelitian ini adalah
seluruh pasien SKA yang akan menjalani tindakan kateterisasi jantung di ruang
Cath-Lab RSUD dr. M. Yunus Bengkulu pada bulan Juni tahun 2018. Sampel
pada penelitian ini adalah seluruh pasien dengan diagnosa SKA yang akan
dilakukan tindakan kateterisasi jantung di ruang Cath-Lab RSUD dr. M. Yunus
Bengkulu. Sampel di ambil secara tidak acak dengan tehnik accidental sampling
dimana subyek dipilih pada waktu penelitian dilakukan. Hasil penelitian
didapatkan: 1)Tidak Ada hubungan bermakna antara umur dengan dengan
tingkat kecemasan prekateterisasi pada pasien dengan SKA; (3) Ada hubungan
bermakna antara jenis kelamin dengan dengan tingkat kecemasan prekateterisasi
pada pasien dengan SKA dengan kategori hubungan lemah; (4) Ada hubungan
bermakna antara tingkat pendidikan dengan dengan tingkat kecemasan
prekateterisasi pada pasien dengan SKA dengan kategori hubungan lemah.
Diharapkan bagi petugas kesehatan yang ada di rumah sakit khususnya perawat
untuk dapat mengukur tingkat kecemasan pasien sehingga dapat memberikan
asuhan yang sesuai kebutuhan, serta dapat memberikan konseling, informasi dan
edukasi yang dibutuhkan oleh pasien dengan gangguan kecemasan sehingga
dapat membantu pasien mengatasi kecemasannya.
Kata kunci: Jenis kelamin, Pasien SKA, Pendidikan, Umur, Tingkat Kecemasan
Prekateterisasi Jantung

ABSTRACT
The purpose of this study is to determine the Factors who associated with Level of
Anxiety pre Cardiac Catheterization on Patient with SKA in Cath-Lab Ward
RSUD dr. M. Yunus Bengkulu in 2018. This study used cross sectional design.
Population in this study were all patient with SKA who were doing treatment of
Cardiac Catheterization in Cath-Lab Ward RSUD dr. M. Yunus Bengkulu in
2018. Sample in this study were all patient diagnozed with SKA who were doing
treatment of Cardiac Catheterization in Cath-Lab Ward RSUD dr. M. Yunus
Bengkulu. Sampling technique in this study used accidental sampling where
subject choosed on the time of study conducting. The result of this study showed:
(1) there is no significant relationship between age and Level of Anxiety pre
Cardiac Catheterization on Patient with SKA (2) there is significant relationship
between gender and Level of Anxiety pre Cardiac Catheterization on Patient with
SKA with weak category relationship. (3) there is significant relationship between
education and Level of Anxiety pre Cardiac Catheterization on Patient with SKA
with weak category relationship. It is expected that health workers in hospitals,

23
CHMK NURSING SCIENTIFIC JOURNAL
Volume 3. No 1 APRIL 2019

especially nurses, can be able to measure the patient's anxiety level so that they
can provide appropriate care, and can provide counseling, information and
education needed by patients with anxiety disorders to help patients overcome
their anxieties.
Keywords: Age, Gender, Education, Level of Anxiety pre Cardiac
Catheterization

A. Pendahuluan tepat, baik untuk diagnosis maupun


Saat ini penyakit kardiovaskuler prosedur tindakan (Ainiyah, 2015).
merupakan penyebab kematian terbesar Saat ini, kateterisasi jantung adalah
di dunia (31 % kematian). Pada tahun teknik intervensi dan diagnosis
2015 sekitar 17,7 juta orang meninggal hemodinamik yang paling banyak
karena penyakit kardiovaskular dan digunakan di seluruh dunia dan
diperkirakan 7,4 juta disebabkan menyumbang sekitar enam ribu
karena penyakit jantung koroner, prosedur per satu juta penduduk per
sedangkan 6,7 juta karena stroke tahun di negara-negara Barat. Tingkat
(WHO Media Centre, 2015). komplikasi dan restenosis rendah.
American Hearts Association yang Kateterisasi jantung adalah penyisipan
melakukan survey tahunan menyatakan kateter sampai aorta dan ventrikel kiri
± 787.000 orang di Amerika meninggal dengan menusuk arteri brakialis atau
karena penyakit jantung, stroke dan femoralis. Gambar arteri koroner
lainnya. Penyakit jantung menyerang ditunjukkan dengan cara menyuntikkan
seseorang di Amerika sekitar satu kontras melalui kateter. Prosedur ini
dalam 43 detik, penyakit jantung digunakan untuk penilaian diagnostik
adalah penyebab kematian nomor satu untuk mengkonfirmasi atau
di Amerika dengan jumlah 375.000 menentukan tingkat keparahan
orang pertahun, dan operasi serta kardiopati, meskipun menjadi ujian
prosedur kardiovaskuler meningkat pilihan untuk mendiagnosis dan
sebanyak 28% dari tahun 2000 – 2010, mengobati penyakit koroner, tetap
menurut data federal berjumlah sekitar menimbulkan risiko potensial, seperti
7,6 juta pada tahun 2010 (AHA, 2015). aritmia, emboli, perubahan neurologis,
Dari Survey Kesehatan Rumah perubahan vasovagal, selain komplikasi
Tangga (SKRT), Departemen iskemik, alergi dan vaskular (Buzzato,
Kesehatan Republik Indonesia tahun 2010).
2013 diketahui bahwa penyakit jantung Proses kateterisasi jantung selalu
dan pembuluh darah menempati urutan didahului sesuatu reaksi emosional
tertinggi sebagai penyebab kematian di tertentu oleh pasien, apakah reaksi
Indonesia yaitu sebesar 26,4% tersebut jelas atau tersembunyi.
.Sindrome Koroner Akut (SKA), Kateterisasi jantung pada umumnya
merupakan suatu kasus kegawat merupakan prosedur elektif dimana
daruratan terutama dalam pembuluh pasien dengan penyakit jantung
darah koroner, dan merupakan simtomatik mengikuti sebuah aturan
sekumpulan sidrom penyakit jantung dimana pasien memerlukan perawatan
koroner dan menjadi penyebab di rumah sakit, menanti saat prosedur
kematian tertinggi didunia bahkan dilakukan bisa menjadi sumber utama
mengalami peningkatan dalam 10 stres dan kecemasan. Perasaan ini
tahun terakhir ini sehingga penanganan berhubungan langsung dengan sifat
SKA harus dilakukan secara cepat dan prosedur invasif dan ketidakpastian

24
CHMK NURSING SCIENTIFIC JOURNAL
Volume 3. No 1 APRIL 2019

yang berkaitan dengan diagnosis meminimalkan respon dari tingkat


(Buzzato, 2010). kecemasan.
Kecemasan adalah gangguan alam Dari data yang didapatkan pasien
perasaan (afektif) yang ditandai dengan SKA di ruang Cath-Lab RSUD dr. M.
perasaan ketakutan atau kekhawatiran Yunus Bengkulu pada tahun 2015 telah
yang mendalam dan berkelanjutan, dilakukan kateterisasi pada 653 orang
tidak mengalami gangguan dalam pasien, pada tahun 2016 kateterisasi
menilai realitas, kepribadian masih dilakukan pada 527 orang pasien,
tetap utuh, perilaku dapat terganggu sementara pada tahun 2017 dilakukan
tetapi masih dalam batas-batas normal tindakan kateterisasi pada 510 orang
(Hawari, 2016). pasien. Dari wawancara yang peneliti
Menurut Hawari (2016) pada lakukan terhadap 10 orang pasien yang
dasarnya semua penyakit fisik akan akan dilakukan kateterisasi jantung
mempengaruhi kondisi psikologik ternyata didapatkan kurang lebih 80%
seseorang. Demikian juga penderita mengalami kecemasan. Dari tingkat
SKA pada umumnya akan mengalami ringan sampai berat, dengan rincian
kondisi psikologik antara lain cemas ringan sebanyak 5 orang, cemas
gangguan penyesuaian, kecemasan atau sedang 3 orang dan cemas berat 2
depresi Pasien dengan SKA akan orang.
disertai kecemasan dan SKA itu sendiri Dari 5 orang yang mengalami
merupakan stressor yang menyebabkan kecemasan ringan didapatkan 3
klien merasa cemas. Kecemasan responden berjenis kelamin laki-laki, 2
dipengaruhi oleh faktor intrinsik dan orang berjenis kelamin perempuan, 1
ekstrinsik. Faktor-faktor intrinsik orang berpendidikan Diploma, 4 orang
antara lain: usia, jenis kelamin dan berpendidikan SMA dengan rentang
pengalaman. Sedangkan faktor usia dari 41 – 60 tahun . Dari 3 orang
ekstrinsik antara lain : pendidikan, yang mengalami kecemasan sedang
pekerjaan dan kondisi lingkungan. didapatkan 2 responden laki-laki dan
Jenis kelamin yaitu perempuan satu responden perempuan, 1 orang
memiliki tingkat kecemasan lebih responden berpendidikan SMA dan 1
tinggi dibandingkan dengan jenis orang berpendidikan perguruan tinggi
kelamin laki-laki, dikarenakan dengan rentang umur 41 – 60 tahun.
perempuan lebih peka terhadap Sedangkan 2 responden yang
emosinya pada akhirnya peka juga mengalami kecemasan berat berjenis
terhadap perasaan cemasnya. kelamin laki-laki dan perempuan
Perbedaan ini bukan hanya dipengarui dengan pendidikan terakhir SMA dan
faktor emosi tetapi juga dipengarui usia 47 tahun dan 53 tahun.
oleh faktor kognitif (Donsu, 2017). Rumusan masalah pada penelitian
Selain itu kecemasan yang dialami ini adalah faktor-faktor apa saja yang
pasien dapat dipengaruhi oleh tingkat berhubungan dengan tingkat
pendidikan. Menurut Notoatmodjo kecemasan pre kateterisasi jantung
(2012), semakin tinggi tingkat pada pasien SKA di Cath-Lab RSUD
pendidikan seseorang maka semakin dr. M. Yunus Bengkulu?. Tujuan
baik pola pikirnya. Ini dapat diartikan penelitian ini untuk mempelajari
bahwa semakin tinggi pendidikan faktor-faktor apa saja yang
memudahkan seseorang menerima berhubungan dengan tingkat
informasi yang berhubungan dengan kecemasan pre kateterisasi jantung
rencana tindakan kateterisasi sehingga

25
CHMK NURSING SCIENTIFIC JOURNAL
Volume 3. No 1 APRIL 2019

pada pasien SKA di Cath-Lab RSUD dr. M. Yunus Bengkulu.

B. Metode Penelitian yang akan dilakukan tindakan


Penelitian ini telah dilakukan di kateterisasi jantung di ruang Cath-Lab
ruang Cath-Lab RSUD dr. M. Yunus RSUD dr. M. Yunus Bengkulu, dengan
Bengkulu pada 30 Mei - 30 Juni tahun kriteria inklusi: pasien diagnosa SKA,
2018. Penelitian menggunakan metode rencana tindakan kateterisasi, dan
survey analitik dengan pendekatan bersedia menjadi responden. Sampel di
Cross Sectional. Populasi dalam ambil secara tidak acak dengan tehnik
penelitian ini adalah seluruh pasien accidental sampling. Data di analisis
SKA yang akan menjalani tindakan secara univariat untuk mengetahui
kateterisasi jantung di ruang Cath-Lab distribusi frekuensi masing-masing
RSUD dr. M. Yunus Bengkulu pada variabel. Analisa bivariat dilakukan
bulan Juni tahun 2018. dengan menggunakan uji Korelasi
Sampel pada penelitian ini adalah Kendall Tau.
seluruh pasien dengan diagnosa SKA

C. Hasil yang diteliti, baik variabel


1. Analisis Univariat independen maupun variabel
Analisis ini dilakukan untuk dependen. Hasil analisis univariat
mendapatkan gambaran tentang dapat dilihat pada tabel-tabel
gambaran masing-masing variabel berikut :

Tabel 1
Distribusi Frekuensi Tingkat Kecemasan Pasien Prekateterisasi Jantung dengan
SKA di Ruang Cath Lab RSUD dr. M. Yunus Bengkulu Tahun 2018

No Tingkat kecemasan Frekuensi Persentase (%)


1 Berat 9 12.9
2 Sedang 22 31.4
3 Ringan 25 35.7
4 Tidak ada 14 20.0
Jumlah 70 100.0

Dari tabel tingkat kecemasan pasien (31,4%) dengan tingkat kecemasan


Prekateterisasi jantung dengan SKA sedang, 25 orang (35,7%) dengan
diatas dapat diketahui dari 70 orang tingkat kecemasan ringan, dan 14
sampel: 9 orang (12,9%) dengan orang (20%) tidak ada kecemasan.
tingkat kecemasan berat, 22 orang

Tabel 2
Distribusi Umur Pasien Prekateterisasi Jantung dengan SKA di Ruang Cath
Lab RSUD dr. M. Yunus Bengkulu Tahun 2018
No Umur Frekuensi Persentase (%)
1 Dewasa Awal 5 7.1
2 Dewasa Madya 41 58.6
3 Dewasa Lanjut 24 34.3
Jumlah 70 100.0

26
CHMK NURSING SCIENTIFIC JOURNAL
Volume 3. No 1 APRIL 2019

Dari tabel umur pasien SKA kategori umur dewasa awal, 41 orang
dengan tindakan prekateterisasi (58,6%) dengan kategori umur
jantung dapat diketahui dari 70 orang dewasa madya dan 24 orang (34,3%)
sampel: 5 orang (7,1%) dengan dengan kategori dewasa lanjut.

Tabel 3
Distribusi Umur Pasien Prekateterisasi Jantung dengan SKA di Ruang Cath Lab
RSUD dr. M. Yunus Bengkulu Tahun 2018

No Jenis Kelamin Frekuensi Persentase (%)


1 Perempuan 20 28.6
2 Laki-laki 50 71.4
Jumlah 70 100.0

Dari tabel jenis kelamin pasein dengan jenis kelamin perempuan dan
prekateterisasi jantung dengan SKA 50 orang (71,4%) dengan jenis
dapat diketahui 20 orang (28,6%) kelamin laki-laki

Tabel 4
Distribusi Tingkat Pendidikan Pasien Prekateterisasi Jantung dengan SKA di
Ruang Cath Lab RSUD dr. M. Yunus Bengkulu Tahun 2018

No Tingkat pendidikan Frekuensi Persentase (%)


1 Rendah 31 44.3
2 Menengah 31 44.3
3 Tinggi 8 11.4
Jumlah 70 100.0

Dari tabel tingkat pendidikan rendah, 31 orang (44,3%) dengan


pasien prekateterisasi jantung dengan tingkat pendidikan menengah dan 8
SKA dapat diketahui : 31 orang orang (11,4%) dengan tingkat
(44,3%) dengan tingkat pendidikan pendidikan tinggi.

2. Analisis Bivariat prekateterisasi jantung), Analisa


Analisis Bivariat dilakukan untuk bivariat dilakukan dengan
mengetahui hubungan antara variabel menggunakan uji Korelasi kendall
independen (umur, jenis kelamin dan tau. Hasil analisis bivariat dapat
tingkat pendidikan) dan variabel dilihat pada tabel berikut:
dependen (tingkat kecemasan pasien

27
CHMK NURSING SCIENTIFIC JOURNAL
Volume 3. No 1 APRIL 2019

Tabel 5
Hubungan Umur dengan Tingkat Kecemasan Prekateterisasi Jantung Pada
Pasien dengan SKA di Ruang Cath Lab RSUD dr. M. Yunus Bengkulu
Tahun 2018

Tingkat Kecemasan
Tidak
Umur Berat Sedang Ringan Total p τ
ada
f % f % F % f %
Dewasa
1 20 3 60 1 20 0 0 5
Awal
Dewasa 24
6 14,6 12 29,3 13 31,7 10 41
Madya ,4 0,298 0,104
Dewasa 16
2 8,3 7 29,2 11 45,8 4 24
Lanjut ,7
Jumlah 9 12,9 22 31,4 25 35,7 14 20 70

Dari tabulasi silang antara Umur tingkat kecemasan sedang, 11 orang


dengan Tingkat Kecemasan di atas tingkat kecemasan ringan dan 4 orang
dapat diketahui dari 5 orang umur tidak ada kecemasan.
dewasa awal terdapat 1 orang tingkat Untuk mengetahui keeratan
kecemasan berat, 3 orang tingkat hubungannya digunakan Korelasi
kecemasan sedang, 1 orang tingkat Kendall’s Tau (τ). Hasil analisis
kecemasan ringan, 0 orang tidak ada Korelasi Kendall’s Tau didapat nilai
kecemasan. Dari 41 orang dewasa τ = 0,104 dengan sig.(p) = 0,298 >
madya terdapat 6 orang tingkat 0,05 berarti tidak signifikan, maka Ha
kecemasan berat, 12 orang tingkat ditolak dan H0 diterima. Jadi tidak ada
kecemasan sedang, 13 orang tingkat hubungan bermakna antara umur
kecemasan ringan, 10 orang tidak ada dengan tingkat kecemasan
kecemasan. Dari 24 orang umur prekateterisasi jantung pada pasien
dewasa lanjut terdapat 2 orang dengan SKA di Ruang Cath Lab
tingkat kecemasan berat, 7 orang RSUD dr. M. Yunus Bengkulu.

Tabel 6
Hubungan Jenis Kelamin dengan Tingkat Kecemasan Prekateterisasi Jantung
pada Pasien dengan SKA di Ruang Cath Lab RSUD dr. M. Yunus Bengkulu
Tahun 2018

Tingkat Kecemasan
Jenis Tidak
Berat Sedang Ringan
Total p τ
Kelamin ada
f % f % f % F %
Perempuan 5 25 7 35 6 30 2 10 20
Laki-laki 4 8 15 30 19 38 12 24 50 0,036 0,227
Jumlah 9 12,9 22 31,4 25 35,7 14 20 70

28
CHMK NURSING SCIENTIFIC JOURNAL
Volume 3. No 1 APRIL 2019

Dari tabulasi silang antara Jenis Untuk mengetahui keeratan


kelamin dengan Tingkat kecemasan hubungannya digunakan Korelasi
prekateterisasi jantung pada pasien Kendall’s Tau (τ). Hasil analisis
dengan SKA di ruang Cath Lab Korelasi Kendall’s Tau didapat nilai
RSUD dr. M. Yunus Bengkulu Tahun τ = 0,227 dengan sig.(p)= 0,036< 0,05
2018 di atas dapat diketahui dari 20 berarti signifikan, maka Ho ditolak
orang jenis kelamin perempuan dan Ha diterima. Jadi, ada hubungan
terdapat 5 orang tingkat kecemasan bermakna antara jenis kelamin
berat, 7 orang tingkat kecemasan dengan tingkat kecemasan
sedang, 6 orang tingkat kecemasan Prekateterisasi jantung pada Pasien
ringan, 2 orang tidak ada kecemasan. dengan SKA di ruang Cath Lab
Dari 50 orang jenis kelamin laki-laki RSUD dr. M. Yunus Bengkulu Tahun
terdapat 4 orang tingkat kecemasan 2018. Karena nilai τ=0,227 terletak
berat, 15 orang tingkat kecemasan dalam interval 0,20-0,40 maka
sedang, 19 orang tingkat kecemasan kategori hubungan lemah.
ringan 12 orang tidak ada kecemasan.

Tabel 7
Hubungan Tingkat Pendidikan dengan Tingkat Kecemasan Prekateterisasi
Jantung pada Pasien dengan SKA di Ruang Cath Lab RSUD dr. M. Yunus
Bengkulu Tahun 2018

Tingkat Kecemasan
Tingkat Tidak
Berat Sedang Ringan Total p Τ
Pendidikan ada
F % F % F % f %
Rendah 7 22,6 12 38,7 9 29 3 9,7 31
Menengah 1 3,2 9 29,0 13 93,5 8 25,8 31
0,002 0,307
Tinggi 1 12,5 1 12,5 3 37,5 3 37,5 8
Jumlah 9 12,9 22 31,4 25 35,7 14 20 70

Dari tabulasi silang antara variabel orang tingkat kecemasan sedang, 3


Tingkat Pendidikan dengan tingkat orang tingkat kecemasan ringan dan 3
Kecemasan prekateterisasi di atas orang tidak ada kecemasan.
dapat diketahui: Dari 31 orang Untuk mengetahui keeratan
pendidikan rendah terdapat 7 orang hubungannya digunakan Korelasi
tingkat kecemasan berat, 12 orang Kendall’s Tau (τ). Hasil analisis
tingkat kecemasan sedang, 9 orang Korelasi Kendall’s Tau didapat nilai
tingkat kecemasan ringan dan 3 orang τ = 0,307 dengan sig.(p) = 0,002<
tidak ada kecemasan. Dari 31 orang 0,05 berarti signifikan, maka Ho
pendidikan menengah terdapat 1 ditolak dan Ha diterima. Jadi, ada
orang tingkat kecemasan berat, 9 hubungan bermakna antara tingkat
orang tingkat kecemasan sedang, 13 pendidikan dengan tingkat kecemasan
orang tingkat kecemasan ringan dan 8 prekateterisasi jantung pada pasien
orang tidak ada kecemasan. Dari 8 SKA di RSUD dr. M. Yunus
orang pendidikan tinggi terdapat 1 Bengkulu. Karena nilai τ = 0,307
orang tingkat kecemasan berat, 1 terletak dalam interval 0,20-0,40
maka kategori hubungan lemah.

29
CHMK NURSING SCIENTIFIC JOURNAL
Volume 3. No 1 APRIL 2019

D. Pembahasan penelitian di Rumah Sakit Umum


Hasil penelitian di ruang Cath Lab Zainal Abidin Banda Aceh
RSUD dr. M. Yunus Bengkulu menunjukkan tingkat kecemasan pasien
terhadap 70 responden SKA yang akan paling banyak pada kategori kecemasan
menjalani kateterisasi jantung ringan (Sukmana, 2013).
menunjukkan tingkat kecemasan paling Dari hasil penelitian mengenai
banyak adalah tingkat kecemasan tingkat kecemasan prekateterisasi
ringan yaitu 25 orang (35,7%), jantung dengan SKA di ruang Cath lab
selanjutnya kecemasan sedang 22 RSUD dr. M. Yunus Bengkulu
orang (31,4%), 14 orang (20%) tidak terhadap 70 sampel menunjukkan
ada kecemasan serta 9 orang (12,9%) karakteristik umur pada kategori umur
dengan tingkat kecemasan berat. Hasil dewasa madya sebanyak 41 orang
penelitian ini sejalan dengan hasil (58,6%), diikuti kategori dewasa lanjut
penelitian Simanjuntak (2014) yang sebanyak 24 orang (34,3%), dan paling
meneliti tentang tingkat kecemasan sedikit kategori umur dewasa awal
pasien pada pasien yang akan yaitu 5 orang pasien (7,1%).
menjalani tindakan kateterisasi jantung Hasil penelitian yang dilakukan oleh
di RSU Haji Medan, berdasarkan hasil Tory, dkk (2013) tentang gambaran
penelitiannya tingkat kecemasan paling faktor risiko penderita sindrom koroner
banyak pada tingkat kecemasan ringan akut Di RSU Bethesda Tomohon juga
dan paling sedikit pada tingkat menunjukkan pasien SKA paling
kecemasan berat. banyak pada rentang usia 45-65 tahun
Menurut Freud dalam penelitian yaitu 59,1%, lalu usia > 65 tahun
Jangkup (2015), kecemasan adalah 31,8% dan paling sedikit pada usia <45
fungsi ego untuk memperingatkan tahun yaitu 9,1 %.
individu tentang kemungkinan Berdasarkan hasil penelitian ini
datangnya suatu bahaya sehingga dapat didapatkan distribusi jenis kelamin dari
disiapkan reaksi adaptif yang sesuai. 70 responden sebagian besar dengan
Gejala psikologis kecemasan meliputi jenis kelamin laki-laki yaitu 50 orang
gelisah, konsentrasi terganggu, cepat (71,4%), sementara responden yang
marah, merasakan adanya tanda-tanda berjenis kelamin perempuan hanya
bahaya, insomnia, libido menurun dan berjumlah 20 orang (28,6%). Hasil
mudah tersinggung. Gejala fisik pada penelitian ini sejalan dengan penelitian
kecemasan ialah jantung berdebar, Pramadiaz (2016) dimana mayoritas
berkeringat, rasa sesak napas, subjek penelitian yaitu sebanyak 49
gangguan tidur, mudah lelah, sering orang (74,2%) adalah laki-laki dan 17
kencing, dan mulut kering. orang (25,8%) perempuan.
Prosedur kateterisasi jantung Faktor risiko terkena sindrom
merupakan tindakan invasif yang dapat koroner akut adalah jenis kelamin laki-
menimbulkan kecemasan pada pasien laki, usia > 45 tahun untuk laki-laki
yang menjalaninya, pasien yang dan > 55 tahun untuk perempuan,
menganggap prosedur kateterisasi menderita hipertensi, memiliki kadar
jantung sebagai ancaman berat gula darah meningkat atau menderita
cenderung memiliki kecemasan berat, diabetes mellitus, menderita
sebaliknya pasien yang menganggap dislipidemia, memiliki kadar asam urat
prosedur kateterisasi jantung bukan meningkat, merokok, dan memiliki
suatu ancaman akan cenderung riwayat penyakit keluarga penyakit
memiliki kecemasan yang ringan. Hasil jantung koroner (Tory, 2013). Jumlah

30
CHMK NURSING SCIENTIFIC JOURNAL
Volume 3. No 1 APRIL 2019

responden penderita SKA yang kecemasan yang dialami semakin


berjenis kelamin laki-laki yang lebih meningkat (Hawari, 2010).
banyak sesuai dengan teori yang Dari hasil analisa dengan
menyatakan penyakit jantung koroner menggunakan Korelasi Kendall’s Tau
sering disebut penyakit kaum pria (τ) didapatkan bahwa tidak ada
karena 3-5 kali lebih banyak terkena hubungan bermakna antara umur
pada laki-laki dibandingkan kaum dengan tingkat kecemasan
wanita, tetapi tidak seorang pun dapat prekateterisasi jantung pada pasien
memastikan mengapa demikian. Efek SKA di RSUD dr. M. Yunus Bengkulu.
kerja estrogen tersebut dapat Tidak adanya hubungan antara umur
menurunkan lipoprotein dan kolesterol dan tingkat kecemasan prekateterisasi
dalam darah sehingga LDL darah lebih jantung dengan SKA di ruang Cathlab
mudah menembus plak di dinding nadi RSUD dr. M. Yunus Bengkulu ini
jika dalam teroksidasi, estrogen didapatkan karena distribusi frekuensi
mencegah proses oksidasi LDL, kerja tingkat kecemasan menyebar pada
estrogen yang lain yaitu sebagai semua tingkat umur. Dalam penelitian
pelebaran pembuluh darah jantung ini tingkat kecemasan dipengaruhi oleh
(Kabo, 2008). faktor lainnya yaitu pekerjaan.
Dari hasil penelitian didapatkan data Pengaruh pekerjaan terhadap tingkat
responden yang berpendidikan rendah kecemasan sejalan dengan penelitian
dan pendidikan menengah memiliki Jamiyanti (2012) yang menyatakan
jumlah sama yaitu 31 orang (44,3%) pekerjaan berhubungan dengan tingkat
dengan pendidikan rendah, serta 31 pendapatan, semakin tinggi
orang (44,3%) dengan pendidikan penghasilan seseorang maka
menengah dan responden dengan kecemasan akan semakin berkurang
pendidikan tinggi hanya berjumlah 8 ditinjau dari aspek biaya
orang (11,4%). Penelitian ini hampir pengobatannya. Pekerjaan responden
sejalan dengan penelitian Jangkup dapat mempengaruhi kecemasannya
(2015) yang menunjukkan jumlah dalam nenjalani kehidupan sehari-
proporsi yang sama antara pendidikan harinya sebagai pasien dengan penyakit
rendah (33,4%) dan menengah jantung. Hal ini disebabkan karena
(33,3%). responden yang tidak bekerja merasa
Pada umumnya, cakupan tidak dapat hidup produktif, merasa
pengetahuan atau keluasan wawasan menjadi beban atau tanggung jawab
seseorang sangat ditentukan oleh keluarga dan cemas akan biaya
tingkat pendidikan. Semakin tingginya pengobatannya.
tingkat pendidikan seseorang, maka Hasil penelitian ini tidak sejalan
kecenderungan dalam hal menerima dengan penelitian yang dilakukan oleh
dan memahami informasi dari berbagai Budiman, dkk (2015) tentang faktor-
sumber akan semakin mudah. Sehingga faktor yang berhubungan dengan
dapat menurunkan tingkat kecemasan tingkat kecemasan pada pasien MCI di
yang dialaminya. Klien dengan RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado
pendidikan tinggi akan lebih mampu yang menyatakan terdapat hubungan
mengatasi, menggunakan koping yang antara umur dengan tingkat kecemasan.
efektif dan konstruktif dari pada yang Dari hasil uji keeratan hubungan
berpendidikan rendah. makin rendah antara tingkat kecemasan pasien
pendidikan seseorang, maka tingkat dengan jenis kelamin dengan uji
Korelasi Kendall’s Tau (τ) didapatkan

31
CHMK NURSING SCIENTIFIC JOURNAL
Volume 3. No 1 APRIL 2019

ada hubungan bermakna antara jenis Dari hasil uji Korelasi Kendall’s
kelamin dengan tingkat kecemasan Tau (τ) diketahui ada hubungan
Prekateterisasi jantung pada Pasien bermakna antara tingkat pendidikan
dengan SKA di ruang Cath Lab RSUD dengan tingkat kecemasan
dr. M. Yunus Bengkulu Tahun 2018. prekateterisasi jantung pada pasien
Dengan kategori keeratan hubungan SKA di RSUD dr. M. Yunus Bengkulu.
lemah. Namun kategori hubungan lemah
Hasil penelitian ini menunjukkan karena nilai τ = 0,307 terletak dalam
ada hubungan bermakna antara jenis interval 0,20-0,40. Hasil penelitian
kelamin dengan tingkat kecemasan diatas menggambarkan bahwa tingkat
prekateterisasi jantung, sejalan dengan pendidikan responden berpengaruh
hasil penelitian Velyanna, dkk (2017) terhadap tingkat kecemasan yang
Faktor-faktor yang berhubungan dialaminya, hal ini dibuktikan
dengan tingkat kecemasan pada pasien responden yang mengalami tingkat
preoperative Di RS Mitra Husada pendidikan rendah cenderung
Pringsewu yang menyatakan bahwa mengalami tingkat kecemasan berat.
terdapat hubungan antara jenis kelamin Hasil penelitian ini sejalan dengan
dengan tingkat kecemasan pasien hasil penelitian Budiman, dkk (2015)
preoperative. Faktor jenis kelamin Faktor-faktor yang berhubungan
secara signifikan dapat mempengaruhi dengan Tingkat kecemasan pada pasien
tingkat kecemasan pasien, dalam infark miokard akut di ruangan CVCU
penelitian tersebut disebutkan juga RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado
bahwa jenis kelamin perempuan lebih yang menunjukkan hasil tingkat
beresiko mengalami kecemasan pendidikan yang rendah pada
dibandingkan dengan jenis kelamin seseorang akan menyebabkan orang
laki-laki. tersebut mudah mengalami kecemasan,
Adanya hubungan bermakna antara disebabkan kurangnya pengetahuan
jenis kelamin dengan tingkat seseorang.
kecemasan pre kateterisasi jantung ini Jamiyanti (2012) menyatakan
sejalan dengan teori yang menyatakan tingkat pendidikan responden
perempuan memiliki tingkat berpengaruh terhadap tingkat
kecemasan yang lebih tinggi kecemasan yang dialaminya, hal ini
dibandingkan dengan jenis kelamin dibuktikan responden yang mengalami
laki-laki. Dikarenakan perempuan lebih tingkat pendidikan rendah cenderung
peka terhadap emosinya, yang pada mengalami tingkat kecemasan berat.
akhirnya peka juga terhadap perasaan Maka dapat diasumsikan bahwa makin
cemasnya. Perbedaan ini bukan hanya rendah pendidikan seseorang, maka
dipengaruhi faktor emosi, tetapi juga tingkat kecemasan yang dialami
dipengaruhi oleh faktor kognitif. semakin meningkat. Hal ini berkaitan
Perempuan cenderung melihat hidup dengan pengetahuan yang kurang dan
atau peristiwa yang dialaminya dari mekanisme koping individu yang tidak
segi detail, individu yang melihat lebih efektif .
detail, akan mudah untuk mengalami Pendidikan lebih tinggi akan
kecemasan karena informasi yang memungkinkan seseorang mempunyai
dimiliki lebih banyak dan itu akhirnya pengetahuan yang lebih luas sehingga
bisa menekan perasaannya (Jamiyanti, dapat mengontrol dirinya dalam
2012). masalah yang dihadapi, mempunyai
rasa percaya yang tinggi,

32
CHMK NURSING SCIENTIFIC JOURNAL
Volume 3. No 1 APRIL 2019

berpengalaman dan mempunyai keluarga, kurangnya dukungan


perkiraan yang tepat bagaimana keluarga dalam hal ini pendampingan
mengatasi kejadian serta mudah keluarga saat pasien akan menjalani
mengerti tentang apa yang dianjurkan tindakan kateterisasi jantung serta
oleh tenaga kesehatan, akan dapat kurangnya pemenuhan kebutuhan
mengurangi kecemasan sehingga dapat spiritual pasien yang akan menjalani
membantu individu tersebut dalam tindakan kateterisasi jantung.
mengambil keputusan (Jangkup, 2015). Sementara faktor yang datang dari
Berdasarkan hasil observasi pada sarana serta petugas di RS diantaranya
saat penelitian dilakukan banyak faktor masih kurangnya kemampuan dalam
lain yang mempengaruhi tingkat mengidentifikasi masalah kecemasan
kecemasan pasien yang akan menjalani pada pasien sehingga pasien tidak
prosedur kateterisasi jantung, terbantu mengatasi kecemasannya,
khususnya pada pasien SKA. Namun masih kurangnya informasi tentang
faktor-faktor tersebut tidak masuk prosedur kateterisasi jantung yang akan
dalam variabel penelitian, faktor ini ada dilakukan pada pasien baik tentang
yang datang dari diri pasien dan tujuan, cara, keuntungan kerugian
keluarga juga datang dari petugas maupun masalah atau komplikasi yang
maupun sarana yang ada di RS. akan timbul, informasi ini dapat berupa
Faktor yang datang dari pasien dan penjelasan langsung ataupun tak
keluarga antara lain kurangnya langsung melalui poster ataupu leaflet
pengetahuan pasien mengenai penyakit yang dapat di baca baik oleh pasien
yang diderita serta tindakan yang akan maupun keluarga yang mendampingi,
dihadapi, faktor sosial ekonomi kurangnya sarana pemenuhan
termasuk juga pekerjaan pasien, masih kebutuhan spriritual bagi pasien karena
belum adanya pengalaman dengan dengan penguatan dalam spiritual akan
tindakan yang akan dilakukan baik membantu pasien mengurangi
pada diri pasein sendiri ataupun dari kecemasan yang dirasakan pasien.

E. Kesimpulan dan Saran pendidikan rendah dan 44,3%


Kesimpulan responden dengan pendidikan
Berdasarkan hasil penelitian dapat menengah.
ditarik kesimpulan sebagai berikut: 5. Tidak ada hubungan bermakna
1. Dari 70 responden prekateterisasi antara umur dengan dengan tingkat
jantung dengan SKA terdapat kecemasan prekateterisasi pada
35,7% responden dengan pasien dengan SKA di Ruang Cath
kecemasan tingkat ringan. Lab RSUD dr. M. Yunus
2. Dari 70 responden prekateterisasi Bengkulu tahun 2018
jantung dengan SKA terdapat 6. Ada hubungan bermakna antara
58,6% responden dengan usia jenis kelamin dengan dengan
dewasa madya (41-60 tahun). tingkat kecemasan prekateterisasi
3. Dari 70 responden prekateterisasi jantung pada pasien dengan SKA
jantung dengan SKA terdapat di Ruang Cath Lab RSUD dr. M.
71,4% dengan jenis kelamin laki- Yunus Bengkulu tahun 2018
laki dengan keeratan lemah.
4. Dari 70 responden prekateterisasi 7. Ada hubungan bermakna antara
jantung dengan SKA terdapat tingkat pendidikan dengan dengan
44,3% responden dengan tingkat kecemasan prekateterisasi

33
CHMK NURSING SCIENTIFIC JOURNAL
Volume 3. No 1 APRIL 2019

pada pasien dengan SKA di Ruang Bengkulu tahun 2018, dengan


Cath Lab RSUD dr. M. Yunus keeratan hubungan lemah.

Daftar Pustaka Vol. 3, Nomor 1, Januari-April


2015.
1. Atik, et. Al. (2015). Post 6. Murniasih, E & Rahmawati, A.
Traumatic Stress And Anxiety In (2007). Hubungan Dukungan
Patients With Acute Coronary Keluarga Dengan Tingkat
Syndrome. Diambil pada tanggal Kecemasan Akibat Hospitalisasi
12 Januari 2018 dari Pada Anak Usia Pra Sekolah Di
http://www.msjonline.org/index.ph Bangsal 1 RSUP Dr. Soedjarwadi
p/ijrms/article/view/1624. Tirtonegoro Klaten. Jurnal
2. Budiman, Fentia., Mulyadi., Kesehatan Surya Medika
Lolong, Jill. (2015). Faktor-faktor Yogyakarta.
yang berhubungan dengan Tingkat 7. Simanjuntak, Gohana. (2014).
Kecemasan Pada Pasien Infark Gambaran tingkat kecemasan
Miokard Akut di Ruangan CVCU pada pasien yang akan Menjalani
RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou tindakan kateterisasi jantung di
Manado. E-journal keperawatan RSUP Haji Adam Malik Medan.
(ekp) volume 3 nomor 3 agustus Diambil pada 15 Januari 2018 dari
2015. http://repository.usu.ac.id/handle/1
3. Buzatto, L.L., Zanei, S.S.V., 23456789/42170.
(2010). Patients’ anxiety before 8. Suliswati. (2005). Konsep Dasar
cardiac catheterization. NCBI, Keperawatan Kesehatan Jiwa.
Vol.4, 8 December 2010. Jakarta: EGC.
4. Jamiyanti, et. Al. (2015). Tingkat 9. Torry, S. R. V. Panda, Lucia.
Kecemasan Pada Pasien Penyakit Ongkowijaya, Jeffrey. (2014).
Jantung Koroner Berdasarkan Gambaran Faktor Risiko
Karakteristik Pasien Di Poliklinik Penderita Sindrom Koroner Akut
Jantung Rumah Sakit Al-Islam Jurnal e-CliniC (eCl), vol.2, No.1,
Bandung. Bhakti Kencana Medika, 2014.
Volume 2, No. 4, September 2012. 10. Vellyana, Diny. Lestari, Arena.
5. Jangkup, J. Y. K. Elim, Christofel. Rahmawati, Asri. (2017). Faktor-
Kandou, L. F. J. (2015). Tingkat faktor yang berhubungan dengan
Kecemasan Pada Pasien Penyakit tingkat kecemasan pada pasien
Ginjal Kronik (PGK) Yang preoperative di RS Mitra Husada
Menjalani Hemodialisis Di BLU Pringsewu. Jurnal Kesehatan,
RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Volume VIII, Nomor 1, April
Manado. Jurnal e-Clinic (eCl), 2017:108-113.

34

Anda mungkin juga menyukai