Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN PENDAHULUAN

Dosen Pembimbing

Ns. Sofia Rhosma Dewi, S.Kep.,M.Kep.

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan tugas di Stase Keperawatan Keluarga

OLEH:
Anis Dwi Aisah
NIM. 2001031011

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JEMBER
2020
A. KONSEP KELUARGA
1. Latar Belakang
Keluarga merupakan unit aspek penting dalam asuhan keperawatan. Keluarga
merupakan unit terkecil dalam masyarakat dan keluarga memiliki peran yang sangat
penting dalam menentukan cara asuhan yang diperlukan anggota keluarga yang sakit.
Dalam memberikan asuhan keperawatan keluarga langkah awal menggunakan
pendekatan proses bersilaturahmi dan membina hubungan saling percaya serta
melakukan kontrak waktu pada hari Rabu, 28 Oktober 2020 pukul 09.00 WIB untuk
melakukan pengkajian keperawatan keluarga yang akan dilaksanakan pada hari Rabu, 28
Oktober 2020 pukul 09.00 WIB untuk kelengkapan dalam menentukan masalah
kesehatan atau masalah di dalam keluarga yang mungkin terjadi pada keluaarga Tn. maka
dari itu hal tersebut, sebelum dilakukan pengkajian yang di lakukan adalah membina
hubungan saling percaya dengan semua anggota keluarga dan menggali data yang di
perlukan.
Tipe keluarga Tn. S adalah Tipe Keluarga Dyad yang berarti dalam keluarga
hanya terdiri dari suami dan istri yaitu Tn. S dan Ny. H. Keluarga Tn. S sejak dulu tidak
bisa mempunyai seorang anak, padahal pernikahannya telah lebih dari 20 tahun. Dulu
pernah mengadopsi anak tetapi pada saat usia anak mulai menginjak sekolah SMP anak
Tn. S meninggal dunia. Ny. H menderita Hipertensi sejak lama Tekanan Darahnya
sistolik selalu melebihi 180 mmHg, karena Ny. H masih bekerja sebagai buruh di salah
gudang tembakau yang jam kerjanya mulai jam 06.00 berangkat lalu pulang jam 16.00
sore hari hal tersebut yang juga bisa menaikkan tekanan darah Ny. H. Tn. S yang bekerja
sebagai tukang karena pekerjaan tukang tidak selalu ada setiap waktu maka dari itu Ny. H
harus bekerja juga untuk memenuhi kebutuhan ekonomi keluarga. Tn. S maupun Ny. H
kurang perhatian dengan penyakit Hipertensi yang diderita Ny. H, dibuktikan bahwa
beliau tidak pernah mengkonsumsi obat-obat untuk menurunkan darah tingginya dan juga
kurang dukungan dari Tn. S selaku kepala keluarga atau Suami Ny. H.
2. Definisi Keluarga
Keluarga adalah sekumpulan dua atau lebih individu yang diikat oleh hubungan
darah, perkawinan atau adopsi, dan setiap anggota keluarga selalu berinteraksi satu
dengan yang lain (Mubarak, 2011). Sedangkan menurut Friedman keluarga merupakan
suatu unit dari masyarakat dan merupakan lembaga yang mempengaruhi kehidupan
dalam masyarakat. Dalam masyarakat, hubungan yang erat antara anggotanya dengan
keluarga sangat menonjol sehingga keluarga sebagai lembaga atau unit layanan perlu di
perhitungkan.
Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa keluarga yaitu sekumpulan dua
atau lebih individu yang memiliki sebuah ikatan (perkawinan atau kesepakatan),
hubungan (darah ataupun adopsi), tinggal dalam satu atap yang selalu berinteraksi serta
saling ketergantungan.
3. Fungsi Keluarga
5 fungsi keluarga antara lain:
a. Fungsi Afektif
Fungsi afektif berhubungan erat dengan fungsi internal keluarga yang
merupakan basis kekuatan keluarga. Fungsi afektif berguna untuk pemenuhan
kebutuhan psikososial. Keberhasilan fungsi afektif tampak pada kebahagiaan
dan kegembiraan dari seluruh anggota keluarga. Komponen yang perlu dipenuhi
oleh keluarga dalam melaksanakan fungsi afektif adalah (Friedman, M.M et al.,
2010) :
1) Saling mengasuh yaitu memberikan cinta kasih, kehangatan, saling
menerima, saling mendukung antar anggota keluarga.
2) Saling menghargai, bila anggota keluarga saling menghargai dan mengakui
keberadaan dan hak setiap anggota keluarga serta selalu mempertahankan
iklim positif maka fungsi afektif akan tercapai.
3) Ikatan dan identifikasi ikatan keluarga di mulai sejak pasangan sepakat
memulai hidup baru.
b. Fungsi Sosialisasi
Sosialisasi di mulai sejak manusia dilahirkan. Keluarga merupakan tempat
individu untuk belajar bersosialisasi, misalnya anak yang baru lahir dia akan
menatap ayah, ibu dan orang-orang yang ada disekitarnya. Dalam hal ini
keluarga dapat Membina hubungan sosial pada anak, Membentuk norma-norma
tingkah laku sesuai dengan tingkat perkembangan anak, dan Menaruh nilai-nilai
budaya keluarga.
c. Fungsi Reproduksi
Fungsi reproduksi untuk meneruskan keturunan dan menambah sumber daya
manusia. Maka dengan ikatan suatu perkawinan yang sah, selain untuk
memenuhi kebutuhan biologis pada pasangan tujuan untuk membentuk keluarga
adalah meneruskan keturunan.
d. Fungsi Ekonomi
Merupakan fungsi keluarga untuk memenuhi kebutuhan seluruh anggota
keluarga seperti memenuhi kebutuhan makan, pakaian, dan tempat tinggal.
e. Fungsi Perawatan Kesehatan
Keluarga juga berperan untuk melaksanakan praktik asuhan keperawatan, yaitu
untuk mencegah gangguan kesehatan atau merawat anggota keluarga yang sakit.
Keluarga yang dapat melaksanakan tugas kesehatan berarti sanggup
menyelesaikan masalah kesehatan.
4. Tipe Keluarga
a. Tipe Keluarga Tradisional
1) Keluarga Inti ( Nuclear Family ) , adalah keluarga yang terdiri dari ayah, ibu
dan anak-anak.
2) Keluarga Besar ( Exstended Family ), adalah keluarga inti di tambah dengan
sanak saudara, misalnya nenek, keponakan, saudara sepupu, paman, bibi dan
sebagainya.
3) Keluarga “Dyad” yaitu suatu rumah tangga yang terdiri dari suami dan istri
tanpa anak.
4) “Single Parent” yaitu suatu rumah tangga yang terdiri dari satu orang tua
(ayah/ibu) dengan anak (kandung/angkat). Kondisi ini dapat disebabkan
oleh perceraian atau kematian.
5) “Single Adult” yaitu suatu rumah tangga yang hanya terdiri seorang dewasa
(misalnya seorang yang telah dewasa kemudian tinggal kost untuk bekerja
atau kuliah)
b. Tipe Keluarga Non Tradisional
1) The Unmarriedteenege mather Keluarga yang terdiri dari orang tua
(terutama ibu) dengan anak dari hubungan tanpa nikah
2) The Stepparent Family Keluarga dengan orang tua tiri.
3) Commune Family Beberapa pasangan keluarga (dengan anaknya) yang tidak
ada hubungan saudara hidup bersama dalam satu rumah, sumber dan
fasilitas yang sama, pengalaman yang sama : sosialisasi anak dengan
melelui aktivitas kelompok atau membesarkan anak bersama.
4) Cohibiting Couple Orang dewasa yang hidup bersama diluar ikatan
perkawinan karena beberapa alasan tertentu.
5) Group-Marriage Family Beberapa orang dewasa menggunakan alat – alat
rumah tangga bersama yang saling merasa sudah menikah, berbagi sesuatu
termasuk sexual dan membesarkan anaknya.
6) Group Network Family Keluarga inti yang dibatasi aturan atau nilai – nilai,
hidup bersama atau berdekatan satu sama lainnya dan saling menggunakan
barang – barang rumah tangga bersama, pelayanan dan tanggung jawab
membesarkan anaknya.
7) Foster Family Keluarga menerima anak yang tidak ada hubungan keluarga
atau saudara didalam waktu sementara, pada saat orang tua anak tersebut
perlu mendapatkan bantuan untuk menyatukan kembali keluarga yang
aslinya.
8) Homeless Family Keluarga yang terbentuk dan tidak mempunyai
perlindungan yang permanent karena krisis personal yang dihubungkan
dengan keadaan ekonomi dan atau problem kesehatan mental.

5. Tahap-tahap Perkembangan Keluarga


Menurut konsep Duvall dan Miller, tahap perkembangan keluarga dibagi menjadi 8
antara lain:
a. Keluarga Baru (Berganning Family)
Pasangan baru nikah yang belum mempunyai anak. Tugas perkembangan
keluarga dalam tahap ini antara lain yaitu membina hubungan intim yang
memuaskan, menetapkan tujuan bersama, membina hubungan dengan keluarga
lain, mendiskusikan rencana memiliki anak atau KB, persiapan menjadi
orangtua dan memahami prenatal care (pengertian kehamilan, persalinan dan
menjadi orangtua).
b. Keluarga dengan anak pertama <30 bulan (Child bearing)
Masa ini merupakan transisi menjadi orangtua yang akan menimbulkan krisis
keluarga. Tugas perkembangan keluarga pada tahap ini antara lain yaitu adaptasi
perubahan anggota keluarga, mempertahankan hubungan yang memuaskan
dengan pasangan, membagi peran dan tanggung jawab, bimbingan orangtua
tentang pertumbuhan dan perkembangan anak, serta konseling KB post partum 6
minggu.
c. Keluarga dengan anak pertama usia Pra Sekolah
Tugas perkembangan dalam tahap ini adalah menyesuaikan kebutuhan pada
anak pra sekolah (sesuai dengan tumbuh kembang, proses belajar dan kontak
sosial) dan merencanakan kelahiran berikutnya.
d. Keluarga dengan anak pertama usia Sekolah (6-13 tahun)
Keluarga dengan anak sekolah mempunyai tugas perkembangan keluarga seperti
membantu sosialisasi anak terhadap lingkungan luar rumah, mendorong anak
untuk mencapai pengembangan daya intelektual, dan menyediakan aktifitas
anak.
e. Keluarga dengan anak pertama usia Remaja (13-20 tahun)
Tugas perkembangan keluarga pada saat ini adalah pengembangan terhadap
remaja, memelihara komunikasi terbuka, mempersiapkan perubahan sistem
peran dan peraturan anggota keluarga untuk memenuhi kebutuhan tumbuh
kembang anggota keluarga.
f. Keluarga dengan anak pertama usia Dewasa
Tugas perkembangan keluarga mempersiapkan anak untuk hidup mandiri dan
menerima kepergian anaknya, menata kembali fasilitas dan sumber yang ada
dalam keluarganya.
g. Keluarga dengan Usia Pertengahan (Midle Age Family)
Tugas perkembangan keluarga pada saat ini yaitu mempunyai lebih banyak
waktu dan kebebasan dalam mengolah minat sosial, dan waktu santai,
memulihkan hubungan antara generasi muda-tua, serta persiapan masa tua.
h. Keluarga Lanjut Lansia
Dalam perkembangan ini keluarga memiliki tugas seperti penyesuaian tahap
masa pensiun dengan cara merubah cara hidup, menerima kematian pasangan,
dan mempersiapkan kematian, serta melakukan life review masa lalu.
6. Tugas keluarga dalam bidang Kesehatan
a. Keluarga mampu mengenal masalah kesehatan
b. Keluarga mampu mengambil keputusan untuk melakukan tindakan
c. Keluarga mampu melakukan perawatan terhadap anggota keluarga yang sakit
d. Keluarga mampu menciptakan lingkungan yang dapat meningkatkan kesehatan
e. Keluarga mampu memanfaatkan fasilitas kesehatan yang terdapat di lingkungan
setempat
7. Proses Keperawatan Kelompok/Komunitas
a. Diagnosis Keperawatan Keluarga
1) Ketidakefektifan Manajemen Kesehatan Keluarga
2) Ketidakefektifan Hubungan
3) Ketidakefektifan Performa Peran
b. Nursing Out Come
1) Ketidakefektifan Manajemen Kesehatan Keluarga Meningkat dalam waktu
5x24 dengan KH:
a) Mengatur perilaku anggota keluarga
b) Memperoleh sumber daya yang memadai untuk memenuhi kebutuhan
anggota keluarga
c) Anggota keluarga bisa membantu satu sama lain
2) Ketidakefektifan Hubungan Meningkat dalam waktu 5x24 dengan KH:
a) Pengetahuan tentang proses penyakit
b) Pengetahuan tentang regimen pengobatan
c) Penyediaan lingkungan yang aman
3) Ketidakefektifan Performa Peran Meningkat dalam waktu 5x24 dengan KH:
a) Menghilangkan bahaya lingkungan yang bisa dikontrol
b) Menunjukkan hubungan yang saling mencintai
c) Mengekpresikan harga diri positif
c. Nursing Intervention
1) Ketidakefektifan Manajemen Kesehatan Keluarga
a) Kaji tingkat pengetahuan pasien dan keluarga terkait dengan proses
penyakit yang spesifik
b) Berikan pendidikan kesehatan pasien dan keluarga mengenai tanda dan
gejalan serta pencegahan
2) Ketidakefektifan Hubungan
a) bina hubungan saling percaya
b) Bantu klien mengidentifikasi sumber resiko ketidakefektifan hubungan
c) Berikan pendidikan kesehatan tentang bagaimana penanganan
ketidakefektifan hubungan :keterampilan komunikasi tidak efektif.
3) Ketidakefektifan Performa Peran
a) Berikan pendidikan kesehatan mengenai masalah-masalah pada anggota
keluarga
b) diskusikan dengan keluarga mengenai pengambilan keputusan
c) diskusikan mengenai perawatan penyakit apada anggota keluarga
8. Implementasi Tindakan Keperawatan
a. Metode
1) Ceramah
2) Tanya Jawab
3) Pendidikan Kesehatan
b. Media dan alat
1) Alat Tulis
2) Format Pengkajian
3) Leaflet
9. Kriteria Evaluasi
a. Kriteria Struktur
1) Kontrak waktu tempat dan topik
2) Setting tempat sesuai mencakup persiapan keluarga, persiapan tempat, dan
persiapan mahasiswa
b. Kriteria Proses
1) Keluarga Tn. S menyambut ramah mahasiswa
2) Keluarga aktif terhadap pertanyaan yang diberikan
3) Waktu dan strategi pelaksaan sesuai dengan yang telah direncanakan
c. Kriteria Hasil
1) Keluarga mengikuti semua kegitan dari pengkajian-evaluasi sampai selesai
2) Keluarga menjawab pertanyaan dari mahasiswa dengan terbuka
3) Manajemen Kesehatan keluarga tercapai

B. KONSEP PENYAKIT
1. Definisi Hipertensi
Hipertensi merupakan suatu keadaan yang menyebabkan tekanan darah tinggi
secara terus-menerus dimana tekanan sistolik lebih dari 140 mmHg, tekanan diastolik 90
mmHg atau lebih. Hipertensi atau penyakit darah tinggi merupakan suatu keadaan
peredaran darah meningkat secara kronis. Hal ini terjadi karena jantung bekerja lebih
cepat memompa darah untuk memenuhi kebutuhan oksigen dan nutrisi di dalam tubuh
(Koes Irianto, 2014). Hipertensi juga merupakan faktor utama terjadinya gangguan
kardiovaskular. Apabila tidak ditangani dengan baik dapat mengakibatkan gagal ginjal,
stroke, dimensia, gagal jantung, infark miokard, gangguan penglihatan dan hipertensi.

No Kategori Sistolik mmHg Diastolik mmHg


1 Normal < 130 mmHg < 85 mmHg
2 Normal tinggi 130-139 mmHg 85-89 mmHg
3 Stdium 1 (Hipertensi ringan) 140-159 mmHg 90-99 mmHg
4 Stadium 2 (Hipertensi sedang) 160-179 mmHg 100-109 mmHg
5 Stdium 3 (Hipertensi berat) 180-209 mmHg 110-119 mmHg
6 Stadium 4 (Hipertensi sangat berat) >210 mmHg >120 mmHg

2. Jenis Hipertensi
Hipertensi dapat didiagnosa sebagai penyakit yang berdiri sendiri tetapi sering dijumpai
dengan penyakit lain, misalnya arterioskeloris, obesitas, dan diabetes militus.
Berdasarkan penyebabnya, hipertensi dapat dikelompokkan menjadi dua golongan yaitu
(WHO, 2014) :
a. Hipertensi esensial atau hipertensi primer
Sebanyak 90-95 persen kasus hipertensi yang terjadi tidak diketahui dengan pasti
apa penyebabnya. Para pakar menemukan hubungan antara riwayat keluarga
penderita hipertensi (genetik) dengan resiko menderita penyakit ini. Selain itu
juga para pakar menunjukan stres sebagai tertuduh utama, dan faktor lain yang
mempengaruhinya. Faktor-faktor lain yang dapat dimasukkan dalam penyebab
hipertensi jenis ini adalah lingkungan, kelainan metabolisme, intra seluler, dan
faktor-faktor ynag meningkatkan resikonya seperti obesitas, merokok, konsumsi
alkohol, dan kelainan darah.
b. Hipertensi renal atau hipertensi sekunder
5-10 persen kasus sisanya, penyebab khususnya sudah diketahui, yaitu gangguan
hormonal, penyakit diabetes, jantung, ginjal, penyakit pembuluh darah atau
berhubungan dengan kehamilan. Kasus yang sering terjadi adalah karena tumor
kelenjar adrenal. Garam dapur akan memperburuk resiko hipertensi tetapi bukan
faktor penyebab.

3. Faktor-faktor yang mempengaruhi Hipertensi


a. Jenis kelamin
Prevalensi terjadinya hipertensi pada pria dengan wanita. Wanita diketahui
mempunyai tekanan darah lebih rendah dibandingkan pria ketika berusia 20-30
tahun. Tetapi akan mudah menyerang pada wanita ketika berumur 55 tahun, 13
sekitar 60% menderita hipertensi berpengaruh pada wanita. Hal ini dikaitkan
dengan perubahan hormon pada wanita setelah menopause (Endang Triyanto,
2014).
b. Umur
Perubahan tekanan darah pada seseorang secara stabil akan berubah di usia 20-40
tahun. Setelah itu akan cenderung lebih meningkat secara cepat. Sehingga,
semakin bertambah usia seseorang maka tekanan darah semakin meningkat. Jadi
seorang lansia cenderung mempunyai tekanan darah lebih tinggi dibandingkan
diusia muda (Endang Triyanto, 2014).
c. Keturunan (genetik)
Adanya faktor genetik tentu akan berpengaruh terhadap keluarga yang telah
menderita hipertensi sebelumnya. Hal ini terjadi adanya peningkatan kadar
sodium intraseluler dan rendahnya rasio antara potasium terhadap sodium
individu sehingga pada orang tua cenderung beresiko lebih tinggi menderita
hipertensi dua kali lebih besar dibandingan dengan orang yang tidak mempunyai
riwayat keluarga dengan hipertensi (Buckman, 2010).
d. Pendidikan
Tingkat pendidikan secara tidak langsung mempengaruhi tekanan darah.
Tingginya resiko hipertensi pada pendidikan yang rendah, kemungkinan
kurangnya pengetahuan dalam 14 menerima informasi oleh petugas kesehatan
sehingga berdampak pada perilaku atau pola hidup sehat
e. Obesitas
Pada usia pertengahan dan usia lanjut, cenderung kurangnya melakukan aktivitas
sehingga asupan kalori mengimbangi kebutuhan energi, sehingga akan terjadi
peningkatan berat badan atau obesitas dan akan memperburuk kondisi
f. Kurang olahraga
Jika melakukan olahraga dengan teratur akan mudah untuk mengurangi
peningkatan tekanan darah tinggi yang akan menurunkan tahanan perifer, sehigga
melatih otot jantung untuk terbiasa melakuakn pekerjaan yang lebih berat karena
adanya kondisi tertentu.
g. Kebiasaan merokok
Merokok dapat meningkatkan tekanan darah. Hal ini dikarenakan di dalam
kandungan nikotik yang dapat menyebabkan penyempitan pembuluh darah.
h. Konsumsi garam
WHO merekomendasikan konsumsi garam yang dapat mengurangi peningkatan
hipertensi. Kadar sodium yang 15 direkomendasikan adalah tidak lebih dari 100
mmol (sekitar 2,4 gram sodium atau 6 gram)
i. Kecemasan
Kecemasan akan menimbulkan stimulus simpatis yang akan meningkatkan
frekuensi jantung, curah jantung dan resistensi vaskuler, efek samping ini akan
meningkatkan tekanan darah. Kecemasan atau stress meningkatkan tekanan darah
sebesar 30 mmHg. Jika individu meras cemas pada masalah yang di hadapinya
maka hipertensi akan terjadi pada dirinya. Hal ini dikarenakan kecemasan yang
berulang-ulang akan mempengaruhi detak jantung semakin cepat sehingga
jantung memompa darah keseluruh tubuh akan semakin cepat.
4. Patofisiologi Hipertensi
Mekanisme terjadinya hipertentensi dimulai dari terbentuknya angiotensin II dari
angiotensin I oleh angiotensin I converting enzyme (ACE). ACE memegang peran
fifiologis penting dalam mengatur tekanan darah. Darah mengandung angiotensinogen
yang diproduksi di hati. Selanjutnya oleh hormone, renin (diproduksi oleh ginjal) akan
diubah menjadi angiotensin I oleh ACE yang terdapat di paru-paru, angiotensin I diubah
menjadi angiotensin II. Angiotensin II inilah yang memiliki peranan kunci dalam
menaikkan tekanan darah melalui dua aksi utama.
Aksi pertama adalah meningkatkan sekresi hormone antidiuretic (ADH) dan rasa
haus. ADH diproduksi di hipotalamus (Kelenjar pituitari) dan bekerja pada ginjal untuk
mengatur osmolalitas dan volume urin. dengan meningkatnya ADH, sangat sedikit urin
yang diekresikan ke luar tubuh (antidiuresis), sehingga menjadi pekat dan tinggi
osmolalitasnya. untuk mengencerkannya, volume cairan ekstraseluler akan ditingkatkan
dengan cara menarik cairan dari bagian intraseluler. Akibatnya, volume darah meningkat
yang pada akhirnya akan meningkatkan tekanan darah.
Aksi kedua adalah menstimulasi sekresi aldosteron dari korteks adrenal.
Aldosteron merupakan hormone steroid yang memiliki peranan penting pada ginjal.
Untuk mengatur volume cairan ekstraseluler, aldosterone akan mengurangi eksresi NaCl
(garam) dengan cara mereabsorpsinya dari tubulus ginjal. Naiknya konsentrasi NaCl akan
diencerkan kembali dengan cara meningkatkan volume ekstraseluler yang pada
gilirannya akan meningkatkan volume tekanan darah (Smeltzer, 2013).
5. Pathway Hipertensi

Faktor yang tidak dapat dikontrol Faktor yang dapat dikontrol

Hipertensi

Kerusakan vaskuler pembuluh darah

Penyumbatan pembuluh darah

Gangguan Sirkulasi

Otak Pembuluh Darah

Resistensi pembuluh darah otak Suplai 02 di otak Sistemik Koroner


meningkat menurun
Vasokontriksi Iskemi
miocard
Sinkop Afterload meningkat
Nyeri Kepala Gangguan Nyeri
pola tidur dada
Gangguan perfusi Penurunan Fatique
jaringan curah jantung

Intoleransi aktivitas
Daftar Pustaka
Friedman, M.M et al. 2010. Buku Ajar Keperawatan Keluarga : Riset, Teori, dan Praktek. Edisi
ke-5. Jakarta: EGC.
Friedman. 2013. Keperawatan Keluarga. Yogyakarta: Gosyen Publishing.
Smeltzer C, Susan. 2013. Keperawatan Medikal Bedal Brunner & Suddarth. Edisi 12. Jakarta.
EGC.
Triyanto, Endang. 2014. Pelayanan keperawatan bagi penderita Hipertensi secara terpadu.
Yogyakarta: Graha Ilmu.

Anda mungkin juga menyukai