Anda di halaman 1dari 5

PAI

Kelompok 15
Konita Salsabila J0310201127
Wahyu Anggun Sugiartini J0310201313

Ajaran Salafi
1. Pengertian
Kata salafiyah diambil dari kata "Salaf" adalah kependekan
dari "Salaf al-Ṣāliḥ" (Arab: ‫)الس لف الص الح‬, yang berarti
"pendahulu yang sholih". Dalam terminologi Islam, secara
umum digunakan untuk menunjuk kepada tiga generasi
terbaik umat muslim yaitu sahabat, tabi'in, tabi'ut tabi'in.
Ketiga generasi inilah dianggap sebagai contoh terbaik
dalam menjalankan syariat Islam.

Salafiyah/Salafisme adalah salah satu metode dalam agama


Islam yang mengajarkan syariat Islam secara murni tanpa
adanya tambahan dan pengurangan, berdasarkan syariat
yang ada pada generasi Muhammad dan para sahabat
kemudian setelah mereka (murid para sahabat) dan
setelahnya (murid dari murid para sahabat). Seseorang yang
mengikuti salafiyah ini disebut dengan salafi (as-salafy),
jamaknya adalah salafiyyun (as-salafiyyun). Ada seorang
syekh yang mengatakan bahwa siapa saja yang berpendapat
sesuai dengan Al-Qur'an dan sunnah mengenai aqidah,
hukum dan suluknya menurut pemahaman salaf, maka ia
disebut salafi, jika pendapat mereka sebaliknya maka,
mereka itu bukan salafi meskipun mereka hidup pada zaman
sahabat, tabi'in & tabi'ut tabi'in.

Dalam kamus bahasa Arab Lisanul Arab karya Ibnu


Manzhur, Salaf secara bahasa artinya orang yang terdahulu,
baik dari sisi ilmu, keimanan, keutamaan atau jasa kebaikan.
Sementara istilah Salafiyah dikaitkan dengan metode
beragama atau manhaj yang puritan, tapi bukan
menciptakan sebuah mazhab baru dalamIslam.
Salafi biasanya dihubungkan dengan al-salaf al-shalih;
orang-orang terdahulu yang menjadikan Alquran dan hadits
sebagai sumber hukum islam. Rujukannya adalah pada umat
Islam generasi awal yang disebut oleh Nabi Muhammad
sebagai umat terbaik.
Salaf al-shalih adalah generasi yang cinta damai bahkan
cenderung menjauh dari pertikaian politik, serta fokus pada
gerakan mengajak seluruh umat Islam kembali kepada dasar
hukum Islam yang murni, yaitu Alquran dan Sunnah.

2. Penggunaan Salafiyah
Istilah salafy ini telah digunakan sejak zaman Rasulullah
sebagaimana telah disebutkan dalam sebuah hadis yang
shahih disebutkan bahwa ketika Rasulullah sallallahu ‘alaihi
wa sallam ditimpa penyakit yang menyebabkan
kematiannya, beliau berkata kepada Fathimah Radhiallahu
'anha: “Bertakwalah kepada Allah (wahai Fathimah) dan
bersabarlah. Dan aku adalah sebaik-baik salaf (pendahulu)
bagimu.”
Saat ini kata salafi sering dihubungkan
dengan Wahhabisme (untuk sebagian umatnya nama
Wahabi ini dianggap menghina, mereka lebih memilih
istilah Salafisme), sehingga dua istilah ini sering dipandang
sebagai sinonim. Wahabisme ini banyak diartikan dengan
pengikut atau nisbah kepada Muhammad bin Abdul
Wahhab, padahal jika dilihat dari cara penisbahan adalah
suatu halyang tidak lazim. Karena jika menisbahkan kepada
Muhammad bin Abdul Wahhab seharusnya menjadi
Muhammadiyyah bukan wahabiyah karena Abdul Wahhab
bukan namanya namun nama ayahnya. Para pengikut salafy
meyakini bahwa Muhammad bin Abdul Wahhab tidak
mengajarkan agama (aliran) baru dalam syariat Islam, ia
hanya berusaha memurnikan Islam yang telah bercampur
dengan adat istiadat lokal.
Salafy melihat tiga generasi pertama dari umat Islam,
yaitu Muhammad dan para sahabatnya, dan dua generasi
berikut setelah mereka, tabi'in dan tabi 'ut-tabi'in, sebagai
contoh bagaimana Islam harus dilakukan. Prinsip ini berasal
dari aliran Sunni, hadits (petunjuk) yang telah diberikan oleh
Nabi Muhammad:
Dalam hal akidah, Salafy mengikuti Imam 4 Mazhab yang
semua adalah sama dalam hal akidah. Namun dalam hal
furu' (cabang) mereka mengikuti yang paling kuat dalilnya
yang datang dari Nabi Muhammad.
Pokok ajaran dari ideologi dasar salafi adalah bahwa Islam
telah sempurna dan selesai pada waktu
masa Muhammad dan para sahabatnya, oleh karena itu tidak
diperbolehkan adanya inovasi atau tambahan serta
pengurangan dalam syariat Islam karena pengaruh adat dan
budaya. Paham ideologi Salafi berusaha untuk
menghidupkan kembali praktik Islam yang sesuai dengan
agama Muhammad pertama kali berdakwah. Salafisme juga
telah digambarkan sebagai sebuah versi sederhana dan
pengetahuan Islam, di mana penganutnya mengikuti
beberapa perintah dan praktik yang hanya sesuai dengan
petunjuk Nabi Muhammad.
Para Salafy sangat berhati-hati dalam agama, apalagi dalam
urusan aqidah. Salafy sangat berpatokan kepada salaf as-
shalih. Mereka juga memperhatikan masalah berpakaian
yang itu juga merupakan bagian dari agama, seperti
memelihara jenggot, memakai gamis bagi laki-laki atau
memakai celana menggantung (tidak melebihi mata kaki),
dan juga memakai cadar bagi beberapa wanita salafy.
3. Penggunaan Salafiyah Masa kini

Pada zaman modern, kata salafy memiliki dua definisi yang


kadang-kadang berbeda. Yang pertama, digunakan oleh
akademisi dan sejarawan, merujuk pada "aliran pemikiran
yang muncul pada paruh kedua abad sembilan belas sebagai
reaksi atas penyebaran ide-ide dari Eropa," dan "orang-
orang yang mencoba memurnikan kembali ajaran yang telah
dibawa Rasulullah serta menjauhi berbagai ke-bid'ah-an,
khurafat, syirik dalam agama Islam"

Penggunaan "yang cukup berbeda" kedua yang lebih


disenangi oleh para salafy kontemporer secara sepihak,
mendefinisikan seorang salafi sebagai muslim yang
mengikuti "perintah kitab suci ... secara literal, tradisional"
dan bukannya "penafsiran yang tampak tak berbatas" dari
"salafi" awal. Para Salafi ini melihat ke Ibnu Taimiyah,
bukan ke figur abad ke 19 Muhammad Abduh, Jamal al-
Din, Rashid Rida

Pada zaman modern, salafi dikaitkan dengan aliran


pemikiran yang mencoba memurnikan kembali ajaran yang
dibawa Rasulullah dan perintah Alquran secara literal dari
berbagai hal yang bid'ah (tidak dilakukan Rasul), khurafat,
dan syirik dalam Islam. Salah satu rujukan utama kaum
salafi adalah mazhab Ahmad bin Hambali atau Hambali.

Salafi menurut  Arrazy terbagi dua, yakni salafi murni yang


fokus pada ajaran akidah dan fikih serta salafi yang jihadi
(bergerak seperti Ikhwanul Muslimim).

Belakangan Salafi murni semakin banyak diterima


masyarakat Indonesia, khususnya anak muda yang hijrah.
Karena salafi bagi mereka mengajarkan Islam secara hitam-
putih, bukan ambigu dan tidak berputar-putar. Jumlah
pengikut dalam komunitas Salafi pun terus berkembang
seiring perjalanan.

Anda mungkin juga menyukai