Anda di halaman 1dari 9

Nama : Wahyu Anggun Sugiartini

NIM : J0310201313
Kelas : MAB B P2
Kelompok 1
Praktikum MSDM Internasional – 14

Artikel 1 (Multinasional) Perusahaan Adidas


Penulis : Irma Selvyani
Tanggal : 15 April 2016
Link : http://irmaselvyani.blogspot.com/2016/04/perusahaan-adidas.html
Adidas adalah perusahaan multinasional Jerman yang mendesain dan memproduksi
pakaian olahraga dan aksesoris yang berbasis di Herzogenaurach, Bavaria, Jerman. Sering
mispronounced sebagai adi ˌ dɐ̯s] (pengucapan Jerman). Ini adalah perusahaan induk untuk Grup
Adidas, yang terdiri dari perusahaan Reebok olahraga, TaylorMade-Adidas golf perusahaan
(termasuk Ashworth), Rockport, dan 9,1% dari FC Bayern Munich. Selain sepatu olahraga, Adidas
juga memproduksi produk lain seperti tas, kaos, jam tangan, kacamata, dan barang-barang
olahraga dan pakaian-terkait lainnya. Adidas adalah produsen olahraga terbesar di Jerman dan
Eropa dan produsen olahraga terbesar kedua di dunia. Adidas didirikan pada tahun 1948 oleh Adolf
Dassler, setelah pemecahan Gebrüder Dassler Schuhfabrik antara dia dan Rudolf kakak. Aktivitas
perusahaan dan lebih dari 150 cabangnya dipantau langsung oleh pemimpin grup di
Herzogenaurach, Jerman. Tertanggal 31 Desember 2009, grup Adidas tercatat mempekerjakan
sebanyak 38.982 orang selama setahun penuh.
Beberapa Adidas store Indonesia terletak di Jakarta, Surabaya, Bandung, Bali dan beberapa
wilayah di luar Jawa. Kota-kota ini bisa dibilang adalah kota metropolitan yang menjadi tempat
berkumpulnya masyarakat di daerah sekitar dari masing-masing kota. Misalnya saja, Adidas store
Jakarta mewakili daerah-daerah sekitarnya seperti Bogor, Tangerang, Bekasi dan lain-lain.
Sedangkan untuk Adidas store Surabaya mewakili kota-kota lain di Jawa Timur seperti Malang,
Madiun, Kediri, Sidoarjo, Jember dan sebagainya. Sedangkan Adidas store Bali tentu karena Bali
merupakan kota wisata yang popularitasnya sudah mendunia. Ini tentu akan sangat membantu
pemasaran Adidas, bahkan bisa juga membidik pasar luar negeri. Adidas store Indonesia di luar
Jawa antara lain Medan, Banjarmasin, Makassar dan lain-lain.
Penetapan Lokasi
 Home Country
Herzogenaurach dekat Nuremberg, Jerman
 Host Country
Cobang-cabang Adidas tersebar di 50 negara dan menjual kepada lebih dari 160 negara.
Produk Adidas didominasi oleh sepatu sepak bola. Produksi tahunan dari 28 ribu pasang
lebih dari 500 varietas di lebih dari 150 negara menempati penjualan teratas untuk barang
olahraga. Berikut daftar negara perusahaan yang memproduksi sepatu adidas orginal:
Jerman, USA, Belanda, Hongkong, Francis, Canada, Newzwland, Korea, Singapore,
Indonesia.
Penetapan staff secara international (Expatriates, or Home-Country Nationals dan Host-
Country Nationals)
 Departemen ekspor:
Langkah awal perusahaan dalam bisnis internasional biasanya meliputi ekspor berskala
kecil produk-produk dengan menggunakan output yang dihasilkan dari fasilitas produksi
domestik. Aktivitas internasional diatur oleh departemen ekspor yang manajernya memberi
laporan kepada eksekutif perusahaan, seperti presiden bidang pemasaran.
 Divisi internasional:
Seiring dengan semakin pentingnya operasi internasional, perusahaan akan membuat divisi
internasional yang terpisah untuk mengelola semua aktivitas internasionalnya. Biasanya divisi
internasional berada di kantor pusat perusahaan di negara asal dan dikepalai oleh penduduk negara
asal perusahaan, untuk memudahkan komunikasi dan koordinasi antara operasi internasional dan
domestik.
 Organisasi global:
perusahaan yang sudah melangkah lebih jauh dalam proses internasionalisasi biasanya
memakai bentuk organisasi global. Karena kompleksitas operasinya, organisasi global harus
membentuk tim yang terdiri dari manajer-manajer yang memiliki keahlian dalam produksi,
keuangan dan pemasaran produk perusahaan di seluruh dunia, sementara itu pada saat yang sama
mengkoordinasikan aktivitasnya untuk mencapai skala ekonomi dan sinergi produksi, keuangan
dan pemasaran global.
Culture Shock
Company Culture:
 Super Flexible, Mau kerja dari rumah, dating siang, atau gak kerja boleh– boleh saja
yang penting kerjaan beres
 Agak santai saat kerja
 Dilarang kerja lebih dari 3 jam dalam satu hari tanpa izin dari serikat kerja, kalau kerja
total lebih dari 40 jam harus lapor, cuti 28 hari pertahun (dalam satu kali minimal harus
ambil cuti 10 hari cuti secara berurutan).
Penyesuaian staff
Tahapan fase penyesuaian yaitu The Crisis Phase Mulai merasakan perbedaan sesuatu yang
tidak pas dan biasa terhada sistem kerjanya Maka pekerja harus beradaptasi. Tetapi adaptasi yang
dilakukan oleh staff bisa dibilang menjadi lebih santai, karena peraturan yang membebaskan
staffnya dalam bekerja.
Artikel 2 (Internasional) Perusahaan Indofood
Penulis : Wientor Rah Mada
Tanggal : 16 Januari 2020
Link : https://bixbux.com/studi-kasus-strategi-sukses-pengembangan-pasar-
internasional-indomie-menjadi-iconic-brand-mie-instant/
Ada banyak hal fundamental yang dilakukan oleh PT Indofood. Hingga akhirnya PT
Indofood bisa menjadi salah satu perusahaan mie instant dan produk makanan olahan tersukses di
Indonesia. Salah satu langkah fundamental tersebut adalah penggabungan beberapa anak
perusahaan Indofood Group yang meliputi: PT Sanmaru, PT Supermi, dan PT Panganjaya menjadi
satu di tahun 1994. Kemudian dipilihlah nama PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk.
Sejak saat itu, PT Indofood CBP khusus bergerak dalam bidang pengolahan mie instant.
Bahkan kemudian divisi mie instant ini ternyata berkembang menjadi yang terbesar di Indofood
Group. Hingga tercatat memiliki pabrik yang tersebar di 15 kota besar di Indonesia. Bukan hanya
di dalam negeri, pabrik PT Indofood juga tersebar di luar negeri, antara lain di Negara Arab Saudi,
Kenya, dan Serbia. Hal ini merupakan upaya yang dilakukan oleh PT Indofood untuk memudahkan
distribusi produk kepada konsumen. Selain itu juga untuk menjaga agar produk yang diterima tetap
fresh.
Indomie merupakan salah satu produk mi instan yang diproduksi oleh PT Indofood Sukses
Makmur Tbk. Indomie pertama kali diekspor pada tahun 1992 yang merupakan hasil kerja
akumulasi secara konsisten. Indofood pada awalnya membentuk Direktorat Ekspor dengan tugas
fokus mengembangkan ekspor Indomie ke berbagai negara, sehingga tim ini aktif mempelajari
semua izin impor di setiap negara.
Alasan utama dari ekspansi Indomie ke luar negeri adalah untuk para warga negara
Indonesia (WNI) yang bermukim di luar negeri dan merindukan makan Indomie. Saat itu, sasaran
utama mereka adalah negara-negara dengan jumlah tenaga kerja Indonesia (TKI) yang paling
banyak. Selain itu, Indomie juga sering dibawa oleh pelajar-pelajar Indonesia di luar negeri,
sehingga Indomie menjadi populer di berbagai negara yang menjadi tujuan pelajar Indonesia
melanjutkan pendidikannya. Ada banyak hal fundamental yang dilakukan oleh PT Indofood.
Hingga akhirnya PT Indofood bisa menjadi salah satu perusahaan mie instant dan produk makanan
olahan tersukses di Indonesia. Salah satu langkah fundamental tersebut adalah penggabungan
beberapa anak perusahaan Indofood Group yang meliputi: PT Sanmaru, PT Supermi, dan PT
Panganjaya menjadi satu di tahun 1994. Kemudian dipilihlah nama PT Indofood CBP Sukses
Makmur Tbk.
Sejak saat itu, PT Indofood CBP khusus bergerak dalam bidang pengolahan mie instant.
Bahkan kemudian divisi mie instant ini ternyata berkembang menjadi yang terbesar di Indofood
Group. Hingga tercatat memiliki pabrik yang tersebar di 15 kota besar di Indonesia. Bukan hanya
di dalam negeri, pabrik PT Indofood juga tersebar di luar negeri, antara lain di Negara Arab Saudi,
Kenya, dan Serbia. Hal ini merupakan upaya yang dilakukan oleh PT Indofood untuk memudahkan
distribusi produk kepada konsumen. Selain itu juga untuk menjaga agar produk yang diterima tetap
fresh.
Indomie merupakan salah satu produk mi instan yang diproduksi oleh PT Indofood Sukses
Makmur Tbk. Indomie pertama kali diekspor pada tahun 1992 yang merupakan hasil kerja
akumulasi secara konsisten. Indofood pada awalnya membentuk Direktorat Ekspor dengan tugas
fokus mengembangkan ekspor Indomie ke berbagai negara, sehingga tim ini aktif mempelajari
semua izin impor di setiap negara.
Alasan utama dari ekspansi Indomie ke luar negeri adalah untuk para warga negara
Indonesia (WNI) yang bermukim di luar negeri dan merindukan makan Indomie. Saat itu, sasaran
utama mereka adalah negara-negara dengan jumlah tenaga kerja Indonesia (TKI) yang paling
banyak. Selain itu, Indomie juga sering dibawa oleh pelajar-pelajar Indonesia di luar negeri,
sehingga Indomie menjadi populer di berbagai negara yang menjadi tujuan pelajar Indonesia
melanjutkan pendidikannya.
Penetapan Lokasi
 Home Country
Jakarta, Indonesia
 Host Country
PT. Indofood telah berhasil melakukan ekspansi produk Indomie ke lebih dari 80 negara.
Sudah ada beberapa pabrik yang dibangun oleh PT. Indofood Sukses Makmur memiliki hasil
penjualan secara signifikan. Salah satunya adalah Pabrik Indomie yang telah menyebar di beberapa
negara seperti Turki, Maroko, Mesir, Suriah, Nigeria, Serbia.
Penetapan staff secara international (Expatriates, or Home-Country Nationals dan Host-
Country Nationals)
 Expatriates, or Home-Country Nationals. Para pegawai yang didatangkan dari negara asal
perusahaan, yang ditugaskan untuk mengelola perusahaan di negara tujuan.
 Host-Country Nationals. Para pegawai yang merupakan penduduk lokal (warga asli) dari
suatu negara tujuan perusahaan.
Culture Shock
banyak pekerja rantauan dengan keragaman budaya yg dibawanya dan mengalami gejala
sosial yang berupa rasa takut, cemas yang ditimbulkan dari proses adaptasi budaya yang dilakukan.
Penyesuaian staff
 The Honeymoon Phase: fase merasa bahagia setiba di negara baru, apalagi belum pernah
dikunjungi sebelumnya
 The Crisis Phase: Mulai merasakan perbedaan/sesuatu yang tidak pas, misal: makanan,
logat/dialek yang sulit dipahami, merasa kesepian/terasing, transaksi jual beli yang belum
terbiasa. Namun harus segera beradaptasi
 The Adjustment Phase: Fase mulai terbiasa dan bisa berinteraksi dengan lingkungan baru
 Bi-Culture Phase: lama-kelamaan merasa nyaman dan terbiasa hidup dengan berbagai
macam kebudayaan
Artikel 3 (Global) Perusahaan Telkom Indonesia
Penulis : Leo Dwi Jatmiko
Tanggal : 3 Agustus 2021
Link : https://teknologi.bisnis.com/read/20210803/101/1425479/telkom-tlkm-ekspansi-
infrastruktur-digital-ke-luar-negeri
Melalui anak usahanya, PT Telekomunikasi Indonesia Internasional (Telin), perusahaan
telekomunikasi pelat merah itu akan menggenjot infrastruktur dan konten digital ke sejumlah
negara. VP Corporate Communication Telkom Pujo Pramono mengatakan sejalan dengan
transformasi TelkomGroup menjadi perusahaan telekomunikasi digital kelas dunia, Telkom
berupaya untuk menghadirkan konektivitas dan mengembangkan berbagai layanan digital hingga
sejumlah negara dalam beberapa tahun ke depan. Ekspansi Telkom diwujudkan melalui
keberadaan kantor global di Singapura, Hong Kong, Timor Leste, Malaysia, Australia, Amerika
Serikat, Taiwan, Myanmar, dan Selandia Baru.
Penetapan Lokasi
 Home Country
Indonesia
 Host Country
Telekomunikasi Indonesia Internasional mendirikan cabang di Singapura, Hongkong, Timor-
Leste, Australia, Malaysia, Myanmar, dan Amerika serikat. Selain itu, Telkom juga memiliki titik
layanan yang sudah menjangkau 58 kota di 23 negara. Telkom Indonesia tidak hanya fokus pada
konektivitas digital, juga fokus pada platform dan layanan digital sehingga memungkinkan
jangkauan layanan Telin memasuki pasar global yang makin luas.
Penetapan staff secara international (Expatriates, or Home-Country Nationals dan Host-
Country Nationals)
Expatriates, or Home-Country Nationals. Para pegawai yang didatangkan dari negara asal
perusahaan, yang ditugaskan untuk mengelola perusahaan di negara tujuan.
Host-Country Nationals. Para pegawai yang merupakan penduduk lokal (warga asli) dari suatu
negara tujuan perusahaan.
Culture Shock
banyak pekerja rantauan dengan keragaman budaya yg dibawanya dan mengalami gejala
sulit bersosialisasi karena rasa takut dan cemas yang ditimbulkan dari proses adaptasi budaya yang
dilakukan.
Penyesuaian staff
 The Honeymoon Phase: fase merasa bahagia setiba di negara baru, apalagi belum pernah
dikunjungi sebelumnya
 The Crisis Phase: Mulai merasakan perbedaan/sesuatu yang tidak pas, misal : makanan,
logat/dialek yang sulit dipahami, merasa kesepian/terasing, transaksi jual beli yang belum
terbiasa. Namun harus segera beradaptasi
 The Adjustment Phase: Fase mulai terbiasa dan bisa berinteraksi dengan lingkungan baru
 Bi-Culture Phase: lama-kelamaan merasa nyaman dan terbiasa hidup dengan berbagai
macam kebudayaan

Artikel 4 (Transnasional) Perusahaan


Tanggal : 30 November 2013
Link : https://kolomsejarahdunia.blogspot.com/2013/11/sejarah-berdiri-perusahaan-
mitsubishi.html

Mitsubishi Companies merupakan sebuah perusahaan asal Jepang yang menaungi berbagai
perusahaan yang berbagi merek dagang dan bagian perusahaan Mitsubishi. Perusahaan ini
didirikan pada tahun 1870 sebagai perusahaan pelayaran oleh Yataro Iwasaki.Mitsubishi sebagai
perusahaan berbasis luas, memainkan peran penting dalam modernisasi industri Jepang.
Diversifikasi ini akhirnya menghasilkan tiga anak perusahaan. Mitsubishi Bank (sekarang bagian
dari Mitsubishi UFJ Financial Group) didirikan pada tahun 1919. Setelah pecah dengan Bank of
Tokyo pada tahun 1996, dan UFJ Holdings pada tahun 2004, Mitshubishi menjadi bank terbesar
di Jepang. Contoh anak perusahaan Mitsubishi:
 Mitsubishi Corporation, yang didirikan pada tahun 1950, perusahaan perdagangan
terbesar Jepang
 Mitsubishi Heavy Industries, yang meliputi perusahaan-perusahaan industri alat-alat berat.
 Mitsubishi Motors, produsen otomotif terbesar ke-6 di Jepang.
 Mitsubishi Atomic Industry, perusahaan pembangkit listrik tenaga nuklir.
 Mitsubishi Chemical, perusahaan kimia terbesar di dunia
 Mitsubishi Powersystems, sebuah perusahaan pembangkit listrik
Penetapan Lokasi
 Home Country
Jepang
 Host Country
Amerika ,Australia ,hongkong ,indonesia ,Malaysia ,Myanmar dll
Cabang perdagangan pecah menjadi 139 perusahaan. Mitsubishi Heavy Industries
menjadi tiga perusahaan regional.
Penetapan staff secara Internasional
 Expatriates, or Home-Country Nationals. Para pegawai yang didatangkan dari negara asal
perusahaan, yang ditugaskan untuk mengelola perusahaan di negara tujuan.
 Host-Country Nationals. Para pegawai yang merupakan penduduk lokal (warga asli) dari
suatu negara tujuan perusahaan.

Culture Shock
banyak pekerja rantauan dengan keragaman budaya yg dibawanya dan mengalami gejala
sosial yang berupa rasa takut, cemas yang ditimbulkan dari proses adaptasi budaya yang dilakukan.
Penyesuaian staff
 The Honeymoon Phase: fase merasa bahagia setiba di negara baru, apalagi belum pernah
dikunjungi sebelumnya
 The Crisis Phase: Mulai merasakan perbedaan/sesuatu yang tidak pas, misal: makanan,
logat/dialek yang sulit dipahami, merasa kesepian/terasing, transaksi jual beli yang belum
terbiasa. Namun harus segera beradaptasi
 The Adjustment Phase: Fase mulai terbiasa dan bisa berinteraksi dengan lingkungan baru
 Bi-Culture Phase: lama-kelamaan merasa nyaman dan terbiasa hidup dengan berbagai
macam kebudayaan.
Artikel 5 (Evieta)
STRATEGI ADAPTASI PEKERJA JEPANG TERHADAP CULTURE SHOCK:
STUDI KASUS TERHADAP PEKERJA JEPANG DI INSTANSI
PEMERINTAH DI SURABAYA
Host country
Di era globalisasi seperti sekarang ini, sangat memungkinkan terjadinya perpindahan
seseorang dari satu negara ke negara lain, yang tentu saja memiliki latar budaya yang sangat
berbeda. Perpindahan itu salah satunya disebabkan oleh kerjasama internasional dalam bidang
politik, ekonomi, atau sosial budaya, yang dilakukan satu negara dengan negara lain. Jepang
merupakan negara yang memiliki hubungan kerjasama dengan banyak negara termasuk dengan
Indonesia. Kerja sama jepang indoensia ini telah terjalin selama lima puluh tahun. Karena
kerjasama inilah, banyak pula orang Jepang yang datang ke Indonesia. Orang Jepang yang dating
ke Indonesia dengan berbagai macam tujuan, salah satunya adalah untuk bekerja. Ada yang
bekerjadi perusahaan Jepang yang ada di Indonesia dan ada pula yang bekerja di instansi
pemerintah.
Penetapan staf secara internasional
Dalam penelitian ini, informan yang akan dipilih yaitu orang Jepang yang bekerja di
instansi pemerintah di Surabaya. Hal ini dilakukan dengan alasan orang Jepang di instansi
pemerintah tersebut seringkali berhubungan dengan masyarakat luas seperti pegawai pemerintah,
mahasiswa, pengajar, dan juga masyarakat sipil. Informan dalam penelitian ini mewakili bidang
pekerjaan yang dilakukannya di Surabaya. Dalam penelitian ini, orang Jepang yang akan menjadi
informan yaitu seorang staf administrasi di sebuah perguruan tinggi negeri di Surabaya, dua orang
pengajar bahasa Jepang di perguruan tinggi di Surabaya, dan seorang staf kantor pemerintah Jawa
Timur di Surabaya.
Culture Shock
Culture Shock adalah kondisi belum terbiasa dengan budaya setempat karena kondisinya
yang sangat berbeda dengan kehidupan sehari-hari di daerah asal, culture shock semacam tekanan
yang biasanya dialami oleh para pegawai yang bekerja di luar negeri selama periode waktu yang
panjang.
Penelitian ini berangkat dari adanya perbedaan budaya antara Jepang dengan Indonesia
sehingga menimbulkan culture shock terhadap orang Jepang yang bekerja di Surabaya. Orang
Jepang yang dimaksud dalam penelitian ini berfokus pada orang Jepang yang bekerja di instansi
pemerintah di Surabaya. Penelitian ini akan membahas permasalahan mengenai bentuk-bentuk
culture shock yang dialami orang Jepang di lingkungan kerja mereka, dan bagaimana strategi
adaptasi yang mereka lakukan terhadap culture shock yang mereka alami. Culture shock ini dapat
membuat kinerja seseorang yang mengalaminya menjadi buruk. Adaptasi merupakan jalan yang
harus dilalui seseorang untuk mengatasi culture shock yang ia alami.
Faktor yang menyebabkan culture shock bagi pekerja Jepang di tempat kerjanya di
Surabaya yang pertama adalah masalah kedisiplinan waktu. Orang Indonesia sering kali tidak
memiliki kedisiplinan waktu, tidak seperti orang Jepang. Salah satu bentuk culture shock dalam
hal kedisiplinan waktu ini adalah seringnya orang Indonesia datang terlambat saat ada acara
penting di tempat kerjanya. Selain kedatangan yang terlambat, hal lain yang seringkali membuat
orang Jepang merasakan culture shock di lingkungan kerja mereka di Surabaya adalah orang
Indonesia yang tidak mematuhi deadline pengumpulan pekerjaan.
Faktor selanjutnya yang menyebabkan culture shock bagi pekerja Jepang di tempat
kerjanya di Surabaya adalah masalah etos kerja.Karena itu, saat orang Jepang bekerja bersama-
sama dengan orang Indonesia, mereka merasa kaget dengan cara kerja orang Indonesia yang sangat
santai. Culture shock yang dialami para pekerja Jepang di Surabaya disebabkan adanya perbedaan
budaya dan kebiasaan antara orang Jepang dengan orang Indonesia.

Cara Karyawan Menghadapi Culture Shock


Berdasarkan penelitian, ada 4 fase dalam culture shock, yaitu fase arrival, fase culture
shock, fase recovery dan fase adaptation. Dengan faktor-faktor penyebab yang beragam seperti
masalah kedisiplinan waktu dan masalah etos kerja. Strategi adaptasi yang dilakukan oleh
informan, seperti sebagai berikut:
 Melakukan Persiapan Sebelum Berangkat ke Surabaya.
 Melakukan Hal-hal yang Menjadi Kegemaran.
 Bersikap Terbuka.
 Hanya Membiasakan Diri dengan Kebiasaan Orang Indonesia.
Selain itu dari penelitian ini dapat diketahui pula faktor-faktor yang mendukung adaptasi
yang dilakukan pekerja Jepang yaitu sifat yang terbuka dan fleksibel untuk dapat mengerti dan
menerima budaya dan kebiasaan di tempat yang baru, adanya pengalaman bekerja di luar negeri,
adanya motivasi untuk datang ke tempat baru, mendapat dukungan orang tua, keluarga atau teman
dari tempat asal, suasana tempat kerja yang terbuka pula, dan kemampuan memahami bahasa dan
kebiasaan di sebuah tempat baru.
SUMBER:
https://muamala.net/msdm-manajemen-sdm-internasional/

Anda mungkin juga menyukai