Anda di halaman 1dari 11

ACARA II

PERBANYAKAN VEGETATIF CANGKOK

A. TUJUAN
1. Mempraktikkan cara perbanyakan vegetatif secara cangkok.
2. Mengetahui ciri keberhasilan perbanyakan vegetatif secara cangkok.
3. Mengetahui pengaruh komposisi media terhadap pertumbuhan cangkok.

B. TINJAUAN PUSTAKA
Mencangkok adalah cara pembiakan vegetatif buatan yang akan
membantu memperbanyak tanaman yang sifatnya sama dengan indukan.
Dengan metode cangkokan Anda bisa menghasilkan buah lebih cepat dan
pertumbuhan pohonnya tidak terlalu besar. Oleh karena itu saat ini rata-rata
bibit bunga (tanaman muda yang sudah jadi dan siap tanam)
didapatkan dengan cara cangkok. Salah satunya adalah bibit jenis
pohon mangga. Cara mencangkok pohon mangga merupakan sebuah teknik
yang sangat mudah dengan biaya rendah untuk mengembangkan dan
memperbanyak pohon mangga. Teknik mencangkok dilakukan dengan tujuan
agar tanaman mangga yang dicangkok bisa menghasilkan bibit yang lebih
baik. Sehingga pohon mangga yang dihasilkan melalui teknik ini memiliki
kualitas yang lebih baik dari tanaman induk. Sebenarnya cara mencangkok
pohon mangga sangat sederhana dan bisa dilakukan oleh siapa saja, bahkan
oleh orang yang sama sekali tidak mengerti dunia perkebunan sekali pun.
(fst.ulb.ac.id, 2020)
Kelebihan cangkok adalah mengurangi kegagalan tumbuhnya
perakaran bilamana menggunakan teknik setek, mengurangi kegagalan
tumbuhnya perakaran bilamana menggunakan teknik stek, mengharapkan
karakter yang identik dengan induknya (pembentukan klon), dan
mempersingkat periode vegetatif tanaman. Akibat dari ini maka tanaman akan
cepat memasuki fase generatif, artinya tanaman lebih cepat berbuah bagi
tanaman buah-buahan, dan cepat berbunga bagi tanaman hias tahunan.
Kekurangan cangkok adalah merusak sistim percabangan tanaman induk
akibat pemotongan bahan cangkokan. Hal ini disebabkan karena sebuah
cangkokan memerlukan sejumlah ranting dalam satu cabang, produksi pohon
induk akan berkurang akibat dari banyak percabangan yang terpotong untuk
keperluan bahan cangkokan. Bilamana pencangkokan dilakukan pada satu
tanaman induk dalam jumlah banyak, maka tanaman induk tersebut akan
mengalami pertumbuhan vegetatif yang panjang kembali sebelum memasuki
fase generatifnya (rejuvenilisasi), bentuk tajuk tanaman hasil perbanyakan
cangkokan tidak baik akibat dari pola pertumbuhan percabangan tanaman
yang sulit diatur. Biasanya tumbuh ke arah horizontal yang tidak merata, dan
sistem perakaran tanaman hasil cangkok kurang baik dan dangkal, akibatnya
tanaman akan mudah rebah. Sistem perakaran cangkokan merupakan sistem
perakaran adventisius. (Bambang B. Santoso, 2009)
Pada umumnya tanaman kopi berbunga setelah berumur sekitar dua
tahun. Bila bunga sudah dewasa, terjadi penyerbukan dengan pembukaan
kelopak dan mahkota yang akan berkembang menjadi buah. Kulit buah yang
berwarna hijau akan menguning dan menjadi merah tua seiring dengan
pertumbuhannya. Waktu yang diperlukan dari bunga menjadi buah matang
sekitar 6-11 bulan, tergantung jenis dan lingkungan. Kopi Arabika
membutuhkan waktu 6-8 bulan, sedangkan kopi Robusta 8-11 bulan. Bunga
umumnya mekar awal musim kemarau dan buah siap dipetik diakhir musim
kemarau. Diawal musim hujan, cabang primer akan memanjang dan
membentuk daun-daun baru yang siap mengeluarkan bunga pada awal musim
kemarau mendatang (Najiyati dan Danarti 2007). Jika dibandingkan dengan
kopi Arabika, pohon kopi Robusta lebih rendah dengan ketinggian sekitar 1,98
hingga 4,88 meter saat tumbuh liar di kawasan hutan. Pada saat dibudidayakan
melalui pemangkasan, tingginya sekitar 1,98 hingga 2,44 meter (Retnandari
dan Tjokrowinoto 1991).
Daun kopi memiliki bentuk bulat telur, bergaris ke samping,
bergelombang, hijau pekat, kekar, dan meruncing di bagian ujungnya. Daun
tumbuh dan tersusun secara berdampingan di ketiak batang, cabang dan
ranting. Sepasang daun terletak dibidang yang sama di cabang dan ranting
yang tumbuh mendatar. Kopi Arabika memiliki daun yang lebih kecil dan tipis
apabila dibandingkan dengan spesies kopi Robusta yang memiliki daun lebih
lebar dan tebal. Warna daun kopi Arabika hijau gelap, sedangkan kopi
Robusta hijau terang (Panggabean 2011). Bunga kopi tersusun dalam
kelompok, masing-masing terdiri dari 4–6 kuntum bunga. Pada setiap ketiak
daun dapat menghasilkan 2–3 kelompok bunga sehingga setiap ketiak daun
dapat menghasilkan 8–18 kuntum bunga atau setiap buku menghasilkan 16–36
kuntum bunga. Bunga kopi berukuran kecil, mahkota berwarna putih dan
berbau harum. Kelopak bunga berwarna hijau, pangkalnya menutupi bakal
buah yang mengandung dua bakal biji. Benang sari terdiri dari 5–7 tangkai
berukuran pendek. Bunga kopi biasanya akan mekar pada awal musim
kemarau. Bunga berkembang menjadi buah dan siap dipetik pada akhir musim
kemarau (Najiyati dan Danarti 2007).
Karakter morfologi yang khas pada kopi robusta adalah tajuk yang
lebar, perwatakan besar, ukuran daun yang lebih besar dibandingkan daun
kopi arabika, dan memiliki bentuk pangkal tumpul. Selain itu, daunnya
tumbuh berhadapan dengan batang, cabang, dan ranting-rantingnya (Najiyatih
dan Danarti 2012). Biji kopi robusta juga memiliki karakteristik yang
membedakan dengan biji kopi lainnya. Secara umum, biji kopi robusta
memiliki rendemen yang lebih tinggi dibandingkan kopi arabika. Selain itu,
karakteristik yang menonjol yaitu bijinya yang agak bulat, lengkungan bijinya
yang lebih tebal dibandingan kopi arabika, dan garis tengah dari atas ke bawah
hampir rata (Panggabean 2011).
Klasifikasi kopi robusta secara taksonomi, dapat diklasifikasikan
sebagai berikut :
Kingdom : Plantae
Subkingdom : Tracheobionta
Super divisi : Spermatophyta
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Sub kelas : Asteridae
Ordo : Rubiales
Famili : Rubiaceae
Genus : Coffea
Spesies : Coffea robusta Lindl.ex de.Will
Faktor keberhasilan cangkok, yaitu: jenis tanaman, media cangkokan,
cara mencangkok, dan waktu mencangkok. Jenis tanaman, pertumbuhan akar
dari batang atau ranting tanaman yang bergetah umumnya lebih lama
dibandingkan tnaman yang tidak bergetah. Media cangkokan, media yang
subur atau banyak mengandung hara mineral akan mempercepat proses
perakaran cangkokan terutama pertumbuhan setelah terbentuknya akar dan
perkembangan selanjutnya. Cara mencangkok, umumnya perakaran cangkok
akan lebih cepat tumbuh bilamana teknik pencangkokan yang diterapkan
adalah cangkok sayat. Waktu mencangkok, musim penghujan merupakan
musim yang baik untuk mencangkok, selain karena alasan kemudahan dalam
menyiram adalah karena laju transpirasi cukup rendah. (Bambang B. Santoso,
2009)
Persyaratan iklim kopi Robusta adalah ketinggian tempat, yaitu 300-
600m diatas permukaan laut. Curah hujan 1 500 – 3000 mm/tahun. Bulan
kering (curah hujan < 60 mm/bulan) 1 ‐ 3 bulan. Suhu udara rata‐rata 24‐
30°C. Pada umumnya kopi tidak menyukai sinar matahari langsung dalam
jumlah banyak, tetapi menghendaki sinar matahari teratur. Angin berpengaruh
besar terhadap jenis kopi yang bersifat self-steril. Hal ini untuk membantu
penyerbukan yang berbeda klon. Tanaman kopi robusta menghendaki tanah
yang gembur dan kaya bahan organik. Tingkat keasaman tanah (pH) yang
ideal untuk tanaman ini 5,5-6,5 dan tanaman kopi tidak menghendaki tanah
bersifat basa. Kopi robusta dianjurkan dibudidayakan dibawah naungan pohon
lain (Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian 2008).
Kopi Robusta dapat hidup di tanah agak masam, yaitu pH 5.5 - 6.5 Menurut
Indrawanto dkk. (2010) Kopi jenis arabika, robusta, dan liberika merupakan
jenis kopi yang terdapat di Indonesia. Akan tetapi, kopi yang banyak
dibudidayakan di Indonesia adalah kopi jenis arabika dan robusta. Curah
hujan yang sesuai untuk 13 tanaman kopi 4 berkisar 1500 sampai 2500 mm
tahun-1 dengan rata-rata bulan kering 3 bulan. Rata-rata suhu yang diperlukan
untuk tanaman kopi berkisar 15 °C sampai 25 °C dengan kelas lahan S1 atau
S2. Ketinggian tempat penanaman sangat berkaitan dengan citarasa kopi
tersebut.
Media tanam pada tumbuhan kopi yang digunakan adalah tanah, pupuk
kandang dan arang sekam. Tanah merupakan salah satu media yang dapat
digunakan untuk media tanam. Struktur tanah terdiri dari gumpalan-gumpalan
atau partikel-partikel kecil penyusun tanah. Gumpalan kecil atau agrerat yang
stabil akan menciptakan kondisi tanah yang baik bagi pertumbuhan tanaman.
Tanah tidak semuanya memiliki simpanan air dan unsur hara, apabila tanah
tersebut di gunakan sebagai media tanam tidak cocok karena unsur hara dan
air sangat penting untuk fotosintesis selain karbondioksida. (Penebar swadaya,
2007). Kelebihan tanah sebagai media tanam adalah lebih kuat untuk
menyangga tanaman, dapat mengatur ketersediaan air, memiliki unsur hara
dan air untuk keperluan fotosistesis tanaman. Adapun kekurangan dari media
tanam tanah adalah pengolahannya memakan biaya yang besar, penggunaan
pupuk kurang efisien dibanding dengan media yang lain, dan tanah mulai sulit
didapatkan apalagi dikota kota besar, serta tidak semua jenis tanah yang
memiliki unsur hara dan pH yang tepat untuk pertumbuhan tanaman sehingga
untuk mendapatkan tanah yang cocok untuk tanaman akan lebih sulit.
Pupuk kandang (pupuk organik) adalah pupuk yang berasal dari kotoran
hewan. Kandungan unsur hara yang terkandung di dalamnya adalah
natrium(N), fosfor (P), dan kalium (K), sehingga membuat pupuk kandang
cocok untuk dijadikan sebagai media tanam. Unsur-unsur tersebut penting
untuk pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Selain itu, pupuk kandang
memiliki kandung mikroorganisme yang mampu merombak bahan organik
yang sulit dicerna oleh tanaman menjadi lebih mudah untuk diserap oleh
tanaman. Komposisi kandungan pupuk kandang sangat dipengaruhi oleh
beberapa faktor, antara lain jenis hewan, umur hewan, keadaan hewan, jenis
makanan, bahan hamparan yang dipakai, perlakuan, serta penyimpanan
sebelum diaplikasikan sebagai media tanam. Pupuk kandang yang digunakan
sebagaimedia tanam harus dalam kondisi sudah matang dan steril yang
ditandai dengan warna pupuk hitam pekat. Pemilihan pupuk kandang yang
sudah matang ini bertujuan untuk mencegah munculnya bakteri yang dapat
merusak tanaman. (pertanian.go.id, 2019).
Media tanam arang sekam, arang sekam padi merupakan salah satu
bahan organik yang mengandung berbagai jenis asam organik yang mampu
melepaskan hara yang terikat dalam struktur mineral dari abu. Kandungan
arang sekam padi yaitu SiO2 (52%), C (31%), K (0.3%), N (0,18%), F
(0,08%), dan kalsium (0,14%). Selain itu juga mengandung unsur lain seperti
Fe2O3, K2O, MgO, CaO, MnO dan Cu dalam jumlah yang kecil serta
beberapa jenis bahan organik. Kandungan silika yang tinggi dapat
menguntungkan bagi tanaman karena menjadi lebih tahan terhadap hama dan
penyakit akibat adanya pengerasan jaringan. (Septiani, 2012)

C. ALAT DAN BAHAN


1. Alat
a. Polybag/Botol plastik
b. Cutter
c. Tali
2. Bahan
a. Tanaman kopi
b. Tanah
c. Pupuk kandang
d. Arang sekam

D. CARA KERJA
1. Membuat media campuran tanah, kompos, dan arang sekam yang akan
digunakan untuk mencangkok. Perbandingan komposisi media yang
digunakan (tanah : pupuk kandang : arang sekam):
a. 1 : 1 : 1
b. 2 : 1 : 1
c. 1: 2 : 2
2. Memilih pohon induk dan menentukan cabang yang pertumbuhannya baik.
3. Membuat keratan melingkar batang (cabang) sebanyak dua keratan dengan
jarak antar keratan 5 cm dengan menggunakan pisau steril.
4. Mengupas kulit batang yang berada diantara dua keratan tersebut,
bersihkan kambiumnya sampai bersih dengan cara mengeroknya dengan
cutter.
5. Menyiapkan media ke dalam polibag kecil/plastik/gelas plastik, kemudian
buat goresan menggunakan cutter pada polibag kecil/plastik/gelas plastik
tersebut agar dapat dibalutkan ke batang.
6. Membalutkan media tersebut ke batang yang sudah dikupas kemudian
diikat menggunakan tali.
7. Menyiram setiap hari media cangkok, jangan sampai kering.

E. HASIL PENGAMATAN
Tabel 2.1 Hasil Pengamatan Perbanyakan Vegetatif Cangkok
Parameter Pengamatan
Perlakuan
JumlahAkar Panjang Akar
M1 0 0 cm
M2 - -
M3 0 0 cm
Sumber :Praktikum Dasar Teknologi Budidaya Tanaman 2021.

F. PEMBAHASAN
Perbanyakan secara cangkok adalah upaya pembiakan vegetatif secara
buatan yang membantu dalam perbanyakan tanaman yang akan menghasilkan
tanaman yang bersifat sama dengan induknya. Perbanyakan secara cangkok
ini dapat menghasilkan buah lebih cepat dan pertumbuhan pohonnya tidak
terlalu besar. Tanaman kopi (Coffea robusta Lindl.ex de.Will) pada umumnya
akan berbunga setelah berumur dua tahun, tanaman ini dapat diperbanyak
secara generatif (biji) dan vegetatif (setek, cangkok, okulasi dan kultur
jaringan). Kopi Robusta memiliki daun yang berbentuk bulat telur, bergaris ke
samping, bergelombang, berwarna hijau pekat, kekar dan meruncing di bagian
ujungnya. Tanaman kopi robusta memiliki karakter morfologi yang khas yaitu
tajuk yang lebar dan ukuran daun yang lebih besar dibandingkan dengan daun
kopi arabika, bentuk pangkalnya tumpul dan daunnya tumbuh berhadapan
dengan batang, cabang dan ranting-rantingnya serta biji kopi yang berbentuk
agak bulat, lengkungan biji yang lebih tebal serta garis tengah yang hampir
rata dari atas ke bawah.
Adapun tahapan atau cara kerja dalam melakukan kegiatan cangkok,
yang pertama yaitu menyiapkan alat dan bahan yang dibutuhkan. Kedua,
mencampur media tanam yang terdiri dari tanah, pupuk kandang, dan arang
sekam dengan perbandingan 1:1:1, 2:1:1, dan 1:2:2. Ketiga, memilih pohon
induk dan menentukan cabang yang pertumbuhannya baik. Keempat,
membuat keratan melingkar pada batang (cabang) sebanyak dua keratan
dengan jarak 5 cm menggunakan pisau steril. Kelima, mengupas kulit batang
yang berada diantara dua keratan dan mebersihkan kambium sampai bersih
dengan cara dikerok menggunakan cutter. Keenam, menyiapkan media tanam
ke dalam gelas plastik/ polibag kecil/ plastik kemudian membuat goresan
menggunakan cutter pada gelas plastik/polibag kecil/ plastik tersebut agar
dapat dibalutkan pada batang. Ketujuh, membalutkan media tanam tersebut ke
batang yang sudah dikupas, kemudian diikat menggunakan tali dan menyiram
media cangkok setiap hari agar tidak kering.
Dalam praktikkum ini pencangkokkan dilakukan terhadap tanaman
kopi menggunakan media campuran tanah : pupuk kandang : arang sekam
dengan tiga perbandingan yaitu 1:1:1, 2:1:1, 1:2:2 dengan tujuan mengetahui
komposisi mana yang terbaik untuk menghasilkan pertumbuhan yang baik.
Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan, pertumbuhan tanamn yang
digunakan pada praktikkum ini terhenti (tidak ada perubahan) dan ada juga
yang mati. Hal ini diduga dapat terjadi dikarenakan adanya faktor dari dalam
seperti kualitas batang atau tanaman induk yang digunakan kurang baik serta
faktor luar seperti iklim yang berubah pada sepanjang hari diwaktu
pengamatan yang menyebabkan tanaman sering mengalami kekeringan dan
faktor media tanam yang tidak steril menyebabkan akar terkena penyakit
berupa benjolan yang merupakan penyakit dari patogen. Sehingga,
pencakokkan tidak berjalan dengan baik karena akar nya tidak dapat
mengalami pertumbuhan.
Ciri keberhasilan dari perbanyakan vegetatif secara cangkok adalah
adanya akar yang tumbuh dan memanjang dalam kurun waktu selama 1 bulan
atau lebih, dan perbanyakan secara cangkok ini dapat dikatakan mengalami
kegagalan apabila tidak ada pertumbuhan akar pada area pencangkokkan.
Secara teori media campuran tanah : pupuk kandang : arang sekam
dengan perbandingan 1 : 2 : 2 merupakan media tanam yang paling baik untuk
perbanyakan vegetatif secara cangkok. Hal ini dikarenakan komposisi pupuk
kandang dan arang sekam memiliki peran yang saling melengkapi sehingga
pada media ini terdapat unsur hara yang lebih banyak, drainase yang baik dan
struktur tanah yang lebih kuat dibandingkan media yang lain dan hal ini dapat
terjadi dikarenakan memiliki kandungan pupuk kandang dan arang sekam
yang lebih banyak dibandingkan media yang lain. Media campuran tanah :
pupuk kandang : arang sekam dengan perbandingan 1 : 1 : 1 memberikan
nutirsi yang cukup pada tanaman dikarenakan komposisi yang sama tetapi
hasilnya tidak semaksimal yang dihasilkan oleh media 3 dan media campuran
tanah : pupuk kandang : arang sekam dengan perbandingan 2 : 1 : 1 kurang
baik untuk tanaman dikarenakan komposisi tanahnya yang lebih besar dari
komposisi pupuk kandang dan arang sekam. Hal ini dikarenakan tidak semua
tanah memiliki simpanan air dan unsur hara yang cukup, sehingga komposisi
ini tidak cocok di gunakan sebagai media tanam karena unsur hara yang tidak
tercukupi dan drainasenya yang buruk.

G. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil pengamatan dan pembahasan, dapat disimpulkan
bahwa :
1. Perbanyakan vegetatif secara cangkok dapat dilakukan dengan cara
mempersiapkan media tanam, pemilihan ranting atau batang pohon yang
baik untuk dicangkok, kemudian perawatan dengan cara pemupukan dan
penyiraman. Cangkok dapat dilepaskan dari induk tanaman ketika media
tanam telah dipenuhi akar dan pemotongan cangkok dpaat dilakukan tepat
dibawah pembungkus cangkok. Hasil pencangkokkan dapat ditanam
kembali pada media tanam yang baru.
2. Faktor keberhasilan pencangkokkan tanaman dipengaruhi oleh banyak
faktor seperti umur dan ukuran batang, sifat media tanam, suhu,
kelembaban, kadar air. Keberhasilan pencangkokan ditandai dengan
tumbuhnya akar.
3. Media campuran tanah : pupuk kandang : arang sekam dengan
perbandingan 1 : 2 : 2 merupakan perlakuan media tanam ketiga yang
memiliki hasil paling baik dikarenakan kandungan unsur hara yang lebih
banyak dan sistem drainase yang lebih baik. Hal ini dikarenakan
komposisi pupuk kandang dan arang sekam yang lebih besar dibandingkan
komposisi tanah.
DAFTAR PUSTAKA

Universitas Labuhanbatu. 2020. “Pelatihan Mencangkok Pohon Mangga-


Fakultas Sains dan Teknologi”. https://fst.ulb.ac.id/2020/01/23/ .
Sumatera Utara, Labuhan Batu, diakses pada 20 September 2021.

Esther Tarigan, Yaya Hasanah, Mariati. 2015. “Respons Pertumbuhan Dan


Produksi Bawang Merah (Allium ascalonicum L.) terhadap Pemberian
Abu Vulkanik Gunung Sinabung dan Arang Sekam Padi”. Jurnal online
Agroekoteaknologi. Volume 3, No. 3 halaman 956 – 962, Juni 2015.
Universitas Sumatera Utara, Medan.

Santoso, Bambang B. 2009. “Pembiakan Vegetatif dalam Hortikultura” .


Mataram: UNRAM Press.

Sulistyaningtyas, Ayu Rahmawati. 2017. “Pentingnya Pengolahan Pasah (Wet


Processing) buah kopi robusta (Coffea robusta Lindl.ex.de.Will) Untuk
Menurunkan Resiko Kecacatan Biji Hijau Saat Coffee Grading”.
Universitas Muhammadiyah Semarang, Semarang.

Anggreawan, Joni. 2017. “Pengaruh Lama Rendaman dan Konsentrasi Asam


Sulfat Terhadap Perkecambahan dan Vigor Bibit Kopi Robusta”.
Universitas Mercu Buana, Yogyakarta.

Darwo, Yeny I. 2018. “Penggunaan Media, Bahan Stek, Dan Zat Pengatur
Tumbuh Terhadap Keberhasilan Stek Masoyi”. Jurnal Penelitian Hutan
Tanaman, 15(1), 2-5. Badan Penelitian, Pengembangan dan Inovasi
Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan.

Anda mungkin juga menyukai