Anda di halaman 1dari 77

DAFTAR ISI

Halaman Pengesahan ……………………………………………………………………………


Kata Pengantar …………………………………………………………………………………..
Daftar Isi …………………………………………………………………………………………
Pemeriksaan Leopold ……………………………………………………………………………
Asuhan Persalinan Normal ………………………………………………………………………
Senam Nifas ……………………………………………………………………………………..
Perawatan Tali Pusat ……………………………………………………………………………
Perawatan Payudara …………………………………………………………………………….
Menyusui yang Benar …………………………………………………………………………..
Kontrasepsi…………………………………………………………………………………………
PEMERIKSAAN LEOPOLD

A. DEFINISI
Suatu program terencana berupa observasi, edukasi dan penanganan medic pada ibu hamil, untuk
memperoleh suatu proses kehamilan dan persalinan yang aman dan memuaskan

B. TUJUAN
1. Untuk menentukan besarnya Rahim sehingga dapat menetukan usia kehamilan
2. Letak/ posisi bayi dalam Rahim

C. JADWAL PEMERIKSAAN KEHAMILAN


1. Pemeriksaan pertama kali, sedini mungkin setelah terlambat haid 1 bulan
2. Sebulan sekali setelah terlambat haid samapai kehamilan 7 bulan (28 minggu)
3. 28-36 minggu : 2 minggu sekali
4. Diatas 36 minggu : 1 minggu sekali

D. PEMERIKSAAN UMUM
1. Penilaian keadaan umum, kesadaran, komunikasi
2. Tanda-tanda vital (TD, N R, ST)
3. Kemungkinan resiko pada ibu dengan tinggi < 145 cm, Berat badan < 45 kg atau > 75 kg
4. Batas hipertensi pada kehamilan yaitu 140/90 mmHg
5. Ada/ tidaknya nyeri kepala
6. Mata konjugtiva pucat/ tidak, sclera ikterik/ tidak
7. Mulut/ THT ada tanda radang/ tidak, lender, perdarahan gusi, gigi-geligi
8. Paru/ jantung/ abdomen (inspeksi, palpasi, perkusi, auskultasi)
9. Ekstremitas ada oedema/ tidak, pucat, sianosis, varises, simetris
E. PEMERIKSAAN KHUSUS OBSTETRIK
Abdomen
Inspeksi : Membesar/ tidak
Palpasi : Tentukan tinggi fundus uteri (Leopold)

Leopold I
TUJUAN
Untuk menentukan tuanya kehamilan dan bagian yang terdapat dalam fundus
Langkah Pelaksanaan :
1) Kaki klien dibengkokan pada lutut dan lipat paha (hal ini dilakukan juga pada Leopold II
dan III)
2) Pemeriksa berdiri sebelah kanan klien dan melihat kearah kepala klien gunakan ujung jari
kedua tangan untuk mempalpasi fundus uteri.
3) Rahim di bawah ke tengah, kemudian tentukan tinggi fundus
4) Tentukan bagian yang terdapat pada fundus :
a. Apabila kepala janin teraba di bagian fundus, yang akan teraba adalah keras, bulat dan
mudah digerakkan dan “ballotable”.
b. Apabila bokong janin teraba di bagian fundus, yang akan terasa adalah lembut, tidak
beraturan, tidak rata, melingkar dan sulit digerakkan.
c. Pada letak lintang, uteri kosong
Menentukan usia kehamilan
 Pada usia kehamilan 12 minggu, fundus dapat teraba 1-2 jari di atas simpisis.
 Pada usia kehamilan 16 minggu, fundus dapat teraba di antara simpisis dan pusat.
 Pada usia kehamilan 20 minggu, fundus dapat teraba 3 jari di bawah pusat.
 Pada usia kehamilan 24 minggu, fundus dapat teraba tepat di pusat.
 Pada usia kehamilan 28 minggu, fundus dapat teraba 3 jari di atas pusat.
 Pada usia kehamilan 32 minggu, fundus dapat teraba di pertengahan antara
prosesus xipoideus dan pusat.
 Pada usia kehamilan 36 minggu, fundus dapat teraba 3 jari di bawah prosesus
xipoideus.
 Pada usia kehamilan 40 minggu, fundus dapat teraba di pertengahan antara
prosesus xipoideus dan pusat. (Lakukan konfirmasi dengan wawancara dengan
pasien untuk membedakan dengan usia kehamilan 32 minggu).

Leopold II
Tujuan
Mengetahui letak punggung janin dan bagian-bagian kecil.
Langkah Pelaksanaan :
1) Menghadap ke kepala pasien
2) Letakkan kedua tangan pada kedua sisi abdomen, pertahankan
3) Uterus dengan tangan yang satu dan palpasi sisi lain untuk menentukan lokasi punggung
janin.
4) Bagian punggung akan teraba jelas, rata, cembung, kaku/tidak dapat digerakkan.
5) Bagian-bagian kecil (tangan dan kaki) akan teraba kecil, bentuk / posisi tidak jelas dan
menonjol, dan mungkin bisa bergerak pasif atau aktif.

Leopold III
Tujuan
Untuk mengetahui bagian presentasi dari janin yang terletak di jalan lahir (umumnya kepala/
bokong)
Langkah pemeriksaan :
1) Pergunakan satu tangan untuk memegang daerah bagian terbawah dari janin
2) Tangan kanan diletakkan di atas symphisis dengan ibu jari disebelah kanan ibu dan empat jari
lainnya disebelah kiri ibu sambil menggoyangkan bagian bawah ke kiri-kanan.
3) Letakkan tiga ujung jari kedua tangan pada kedua sisi abdomen pasien tepat diantara
simphisis dan minta pasien untuk menarik nafas dan menghembuskannya. Pada saat pasien
menghembuskan nafas, tekan jari tangan ke bawah secara perlahan dan dalam di sekitar
bagian presentasi
Hasil :
Jika bagian kepala, yang teraba keras,sedangkan jika bokong maka teraba lunak
Jika masih dapat digoyangkan berarti belum masuk pintu atas panggul (PAP) tapi sulit
digoyangkan berarti sudah masuk (PAP) tapi jika sulit digoyangkan berarti sudah masuk PAP.
Apabila sudah masuk PAP, maka bisa dilanjutkan untuk pemeriksaan Leopold IV..
Leopold IV
Tujuan
Pemeriksaan Leopold IV tidak dilakukan kalau kepala atau bagian terbawah masih tinggi.
Maneuver ini mengidentifikasi bagian terbesar dari ujung kepala janin yang dipalpasi di bagian
sisi pelvis. Apabila posisi kepala fleksi ujung kepala adalah bagian depan kepala. Apabila posisi
kepala ekstensi, ujung kepala adalah bagian oksiput.
Langkah Pemeriksaan :
1) Pemeriksa merubah posisi dengan melihat kea rah kaki ibu hamil
2) Kedua tangan meraba bagian janin yang terletak di sebelah bawah dan seberapa jauh turunnya
ke rongga panggul.
3) Secara perlahan gerakkan jari tangan ke sisi bawah abdomen ke arah pelvis hingga ujung jari
salah satu tangan menyentuh tulang terakhir. Inilah ujung kepala.
4) Jika bagian ujung terletak di bagian yang berlawanan dengan punggung, ini adalah pundak
bayi dan kepala pada posisi fleksi.
5) Jika kepala pada posisi ekstensi, ujung kepala akan terletak pada bagian yang sama dengan
punggung dan bagian oksiput menjadi ujung kepala.
Hasil :
Jika kedua tangan yang kita rapatkan pada permukaan dari bagian terbawah dari kepala
menunjuk :
1) Convergen berarti separuh dari kepala masuk ke dalam rongga
2) Sejajar berarti separuh dari kepala masuk kedalam rongga panggul
3) Divergen berarti bagian terbesar dari kepala masuk kedalam rongga panggul dan ukuran
terbesar kepala sudah melewati PAP

Mengukur Tinggi Fundus Uteri


Pengukuran tinggi fundus biasanya dilakukan pada usia kehamilan memasuki trimester II dan III.
Pelaksanaanya biasa dilakukan setelah pemeriksaan kehamilan (LEOPOLD) dengan
menggunakan teknik dan alat yang sama
Tujuan
1. Utuk menentukan kemajuan pertumbuhan janin
2. Untuk perkiraan usia kehamilan
Alat : Metline/ pita
Cara :
1) Anjurkan klien berbaring, kaki diluruskan dan gunakan bantal di kepala
2) Pita/ pelvimeter diletakkan mulai batas atas symphisis pubis hingga batas atas fundus
mengikuti kurve fundus/ tanpa mengikuti kurve fundus
3) Untuk hasil maksimal gunakan rumus Mc Donald yakni: Tinggi fundus uteri (cm) dibagi
3,5 (usia kehamilan dalam bulan)
Menghitung Denyut Jantung Janin (DJJ)
DJJ biasanya dilakukan tergantung pada usia kehamilan dan alat yang digunakan. Jika
menggunakan Doppler, DJJ bisa didengar pada usia Kehamilan > 12 minggu sedangkan
stetoscope obstetric/ funandoscope pada kehamilan 16-20 minggu
Cara :
1) Tentukan lokasi untuk mendengarkan DJJ dengan memastikan posisi punggung janin/ garis
tengah fundus 2-3 cm diatas symphisis kuadran kiri bawah
2) Letakkan fundoscope/ Doppler pada area tersebut
3) Dengarkan DJJ setiap 5 detik dengan jeda 5 detik secara berurutan
4) Hitung :
3 x jumlah DJJ yang didengar (11 + 12 +11) maka DJJ : 136 x/menit (Normal120-
140x/menit)
CEKLIS KETERAMPILAN
FORMAT PENILAIAN PEMERIKSAAN KEHAMILAN
Nama Mahasiswa :
NIM :
NO ASPEK YANG DINILAI NILAI
1 2 3
1 Tahap Preinteraksi
1) Kaji data klien
2) Siapkan alat dan bahan
a) Alat tenun dan sebuah bantal
b) Metline/ pita
3) Mencuci tangan

2 1) Mengucapkan salam
2) Jelaskan tujuan dan prosedur tindakan
kepada klien dan keluarga
3) Beri kesempatan klien untuk bertanya

3 1) Anjurkan klien untuk buang air kecil


2) Jaga privacy klien
3) Persilahkan klien untuk berbaring di tempat
tidur dengan satu bantal di kepala, kemudian
tutupi dengan selimut bagian tubuh klien yang
tidak termasuk area yang akan diperiksa
4) Leopold I
a) Pemeriksa menghadap ke kepala klien
b) Letakkan kedua belah telapak tangan di bagian
fundus uteri
c) Lakukan palpasi dengan menggunakan ujung
jari untuk menentukan apa yang ada di bagian
fundus uteri
d) Tentukan apa yang ada di bagian fundus uteri
5) Leopold II
a) Posisi masih menghadap ke kepala klien
b) Letakkan kedua telapak tangan dikedua sisi
abdomen klien
c) Pertahankan letak uterus dengan
menggunakan tangan yang satu
d) Gunakan tangan yang lain untuk melakukan
untuk palpasi uterus di sisi yang lain
e) Tentukan di sisi punggung janin
6) Leopold III
a) Posisi masih tetap menghadap ke kepala klien
b) Letakkan tiga ujung jari kedua tangan pada
kedua sisi abdomen klien tepat diatas
symphisis
c) Tentukan bagian yang menjadi presentasi
7) Leopold IV
a) Posisi pemeriksa menghadapke kaki klien
b) Letakkan kedua telapak tangan di kedua sisi
abdomen
c) Palpasi bagian presentasi
d) Tentukan letak dari bagian presentasi tersebut
8) Lakukan pengukuran tinggi fundus uteri:
a) Letakkan ujung alat ukur (meteran) dibatas
atas symphisis pubis
b) Ukur sepanjang garis tengah fundus uteri
hingga batas atas mengikuti kurva fundus
c) Tentukan tinggi fundus uteri
9) Penghitungan Denyut Jantung Janin (DJJ)
a) Tentukan lokasi untuk mendengarkan DJJ
dengan memastikan posisi punggung Janin
b) Letakkan stetoskop obstetric/ Doppler pada
area yang telah ditentukan
c) Dengarkan DD dan hitung hasilnya
10) Rapikan pasien dan cuci tangan
4 Tahap Terminasi
1) Evaluasi perasaan klien setelah dilakukan
tindakan
2) Catat respon klien
3) Lakukan kontrak berikutnya kalau perlu
4) Cuci tangan
5) Klien dirapikan
5 Dokumentasi
Jumlah Nilai

KETERANGAN
1 = Dilakukan dengan bantuan penuh
2 = Dilakukan tetapi tidak sempurna
3 = Dilakukan dengan sempurna Evaluator

(……………………………)
ASUHAN PERSALINAN NORMAL

A. PENGERTIAN
Persalinan adalah proses membuka dan menipisnya serviks dan janin turun ke dalam
jalan lahir. (Prawirohardjo, 2001).Kelahiran adalah proses dimana janin dan ketuban di dorong
keluar melalui jalan lahir. (Prawirohardjo, 2001).
Pesalinan dan kelahiran normal adalah proses pengeluaran janin yang terjadi pada
kehamilan cukup bulan (37-42 minggu), lahir spontan dengan presentasi belakang kepala yang
berlangsung dalam 18 jam, tanpa komplikasi baik pada ibu maupun pada janin. (Prawirohardjo,
2001).
Persalinan dan kelahiran normal (partus spontan) adalah proses lahirnya bayi pada letak
belakang kepala yang dapat hidup dengan tenaga ibu sendiri dan uri, tanpa alat serta tidak
melukai ibu dan bayi yang umumnya berlangsung kurang dari 24 jam melalui jalan lahir.
Persalinan dibagi dalam 4 kala, yaitu :
Kala I : Dimulai dari saat persalinan mulai sampai pembukaan lengkap (10 cm). Proses ini
terbagi dalam 2 fase : Fase Laten (8 jam) serviks membuka sampai 3 cm dan Fase aktif
(7 jam) serviks membuka dari 3 cm sampai 10 cm. Kontraksi lebih kuat dan sering
selama Fase aktif.
Kala II : Dimulai dari pembukaan lengkap (10 cm) sampai bayi lahir. Proses ini biasanya
berlangsung 2 jam pada primi dan 1 jam pada multi.
Kala III :Dimulai segera setelah lahir sampai lahirnya plasenta, yang berlangsung tidak lebih
dari 30 menit.
Kala IV : Dimulai saat lahirnya plasenta sampai 2 jam pertama postpartum.

B. PENYEBAB
Penyebab timbulnya persalinan sampai sekarang belum diketahui secara pasti/jelas.
Terdapat beberapa teori antara lain :
1. Penurunan kadar progesteron :
Progesteron menimbulkan relaksasi otot-otot rahim, sebaliknya Estrogen meninggikan
kerentanan otot rahim. Selama kehamilan terdapat keseimbangan antara kadar Progesteron
dan Estrogen di da;lam darah, tetapi pada akhir kehamilan kadar Progesteron menurun
sehingga timbul his.
a) Teori oxytocin : Pada akhir kehamilan kadar oxytocin bertambah. Oleh karena itu
timbul kontraksi otot-otot Rahim.
b) Keregangan otot-otot : Seperti halnya dengan kandung kencing dan lambung bila
dindingnya teregang oleh karena isinya bertambah maka timbul kontraksi untuk
mengeluarkan isinya. Demikian pula dengan rahim, maka dengan majunya kehamilan
makin teregang otot-otot dan otot-otot rahim makin rentan.
c) Pengaruh janin : Hypofise dan kelenjar suprarenal janin rupa-rupanya juga memegang
peranan oleh karena pada anencephalus kehamilan sering lebih lama dari biasa
d) Teori Prostaglandin : Prostaglandin yang dihasilkan oleh decidua, disangka menjadi
salah satu sebab permulaan persalinan.Hasil dari percobaab menunjukkan bahwa
Prostaglandin F2 dan E2 yang diberikan secara intra vena, intra dan extramnial
menimbulkan kontraksi myometrium pada setiap umur kehamilan. Hal ini juga di
sokong dengan adanya kadar Prostaglandin yang tinggi baik dalam air ketuban maupun
darah perifer pada ibu-ibu hamilsebelum melahirkan atau selama persalinan.

C. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI


1. Power
a. His (kontraksi otot rahim)
b. Kontraksi otot dinding perut
c. Kontraksi diafragma pelvis atau kekuatan mengejan
d. Ketegangan dan kontraksi ligamentum retundum
Kontraksi uterus, dinding perut dan daya meneran. Ibu melakukan kontraksi involunter
dan volunteer secara bersamaan untuk mengeluarkan janin dan plasenta dari uterus.
2. Passanger
Cara penumpang (passanger) atau janin bergerak disepanjang jalan lahir merupakan
akibat interaksi beberapa factor, yakni: ukuran kepala janin, presentasi letak kepala, letak
sikap, dan posisi janin
3. Passageway
Jalan lahir terdiri dari panggul ibu, yakni bagian tulang yang padat, dasar panggul,
vagina, dan introitus (lubang luar vagina) janin harus dapat menyesuaikan diri dengan
jalan lahir tersebut.
4. Psikologikal respon
Penampilan dan perilaku wanita serta pasangannya secara keseluruhan merupakan
petunjuk yang berharga tentang jenis dukungan yang ia perlukan
5. Posisi Ibu
Posisi ibu dipengaruhi adaptasi anatomi dan fisiologis persalinan. Posisi tegak
memberikan sejumlah keuntungan. Mengubah posisi membuat rasa letih hilang, member
rasa nyaman, dan memperbaiki sirkulasi. Posisi tegak meliputi posisi berdiri, berjalan,
duduk dan jongkok.

D. TANDA-TANDA INPARTU
1) Penipisan dan pembukaan serviks
2) Kontraksi uterus yang mengakibatkan perubahan serviks (frekuensi 2x dlm10’)
3) Cairan lender bercampur darah (Show) melalui vagina

E. ALAT DAN BAHAN


1. SET PARTUS
a) Klem Kelly/ kocher
b) Gunting tali pusat
c) Penyikat tali pusat
d) Kateter nelatom
e) Gunting episiotomy
f) Klem ½ kocher
g) 2 buah sarung tangan DTT (Desinfeksi tingkat tinggi) kanan
h) 1 buah sarung tangan DTT
i) Kassa DTT
j) Kapas basah DTT
k) Dispossible 2,5 ml berisi oksitosin 10 unit
2. Kateter penghisap lender DeLee
3. Lain-lain
a) Fetoskop
b) Stetoskop
c) Tensimeter
d) Larutan klorin 0,5%
e) Sabun
f) Sikat dan gunting kuku
g) Celemek dari bahan plastic
h) Kantong Plastik
4. Bahan-Bahan Penjahitan Episiotomi
a) Disposible 10 ml
b) 20 ml larutan lidokain
c) Pemegang jarum/ Nal fuder
d) Pinset
e) Jarum jahit
f) Benang catgut 3,0
g) 1 pasang sarung tangan DTT
5. Bahan Yang Disediakan Keluarga Untuk Ibu
a) Minum dan makanan untuk ibu
b) Baju dan sarung bersih
c) Celana dalam dan pembalut
d) Handuk
e) Sabun
f) Waslap
g) Baskom berisi air hangat
h) Handuk bersih dan selimut bayi
i) Kantong plastic/ pot tanah liat
j) Keranjang sampah
k) 2 ember masing-masing berisi larutan klorin dan air sabun
F. PROSEDUR KERJAGIATAN
1. Melihat Tanda Dan Gejala Kala Dua .
a) Ibu mempunyai keinginan untuk meneran.
b) Ibu merasa tekanan yang semakin meningkat pada rectum dan/atau vaginanya.
c) Perineum menonjol.
d) Vulva-vagina dan sfingter anal membuka.
2. Menyiapkan Pertolongan Persalinan
a) Memastikan perlengkapan, bahan dan obat-obatan esensial siap digunakan.
b) Mematahkan ampul oksitosin 10 unit dan menempatkan tabung suntik steril sekali
pakai di dalam partus set.
c) Mengenakan baju penutup atau celemek plastik yang bersih.
d) Melepaskan semua perhiasan yang dipakai di bawah siku, mencuci kedua tangan
dengan sabun dan air bersih yang mengalir dan mengeringkan tangan dengan
handuk satu kali pakai/pribadi yang bersih
e) Memakai satu sarung dengan DTT atau steril untuk semua pemeriksaan dalam.
f) Mengisap oksitosin 10 unit ke dalam tabung suntik (dengan memakai sarung
tangan disinfeksi tingkat tinggi atau steril) dan meletakkan kembali di partus
set/wadah disinfeksi tingkat tinggi atau steril tanpa mengkontaminasi tabung
suntik)..
3. Memastikan Pembukaan Lengkap Dengan Janin Baik
a) Membersihkan vulva dan perineum, menyekanya dengan hati-hati dari depan ke
belakang dengan menggunakan kapas atau kasa yang sudah dibasahi air disinfeksi
tingkat tinggi. Jika mulut vagina, perineum atau anus terkontaminasi oleh kotoran
ibu, membersihkannya dengan seksama dengan cara menyeka dari depan ke
belakang. Membuangkapas atau kasa yang terkontaminasi dalam wadah yang
benar. Mengganti sarung tangan jika terkontaminasi (meletakkan kedua sarung
tangan tersebut dengan benar di dalam larutan dekontaminasi, langkah # 9).
b) Dengan menggunakan teknik aseptik, melakukan pemeriksaan dalam untuk
memastikan bahwa pembukaan serviks sudah lengkap.
c) Bila selaput ketuban belum pecah, sedangkan pembukaan sudah lengkap, lakukan
amniotomi.
d) Mendekontaminasi sarung tangan dengan cara mencelupkan tangan yang masih
memakai sarung tangan kotor ke dalam larutan klorin 0,5% dan kemudian
melepaskannya dalam keadaan terbalik serta merendamnya di dalam larutan
klorin 0,5% selama 10 menit. Mencuci kedua tangan (seperti di atas).
e) Memeriksa Denyut Jantung Janin (DJJ) setelah kontraksi berakhir untuk
memastikan bahwa DJJ dalam batas normal ( 100 – 180 kali / menit ).
f) Mengambil tindakan yang sesuai jika DJJ tidak normal.
g) Mendokumentasikan hasil-hasil pemeriksaan dalam, DJJ dan semua hasil-hasil
penilaian serta asuhan lainnya pada partograf.

4. MENYIAPKAN IBU & KELUARGA UNTUK MEMBANTU PROSES


PIMPINAN MENERAN.
a) Memberitahu ibu pembukaan sudah lengkap dan keadaan janin baik. Membantu
ibuberada dalam posisi yang nyaman sesuai keinginannya.
1) Menunggu hingga ibu mempunyai keinginan untuk meneran. Melanjutkan
pemantauan kesehatan dan kenyamanan ibu serta janin sesuai dengan pedoman
persalinan aktif dan mendokumentasikan temuan-temuan.
2) Menjelaskan kepada anggota keluarga bagaimana mereka dapat mendukung
dan memberi semangat kepada ibu saat ibu mulai meneran.
b) Meminta bantuan keluarga untuk menyiapkan posisi ibu utuk meneran. (Pada saat
ada his, bantu ibu dalam posisi setengah duduk dan pastikan ia merasa nyaman).
c) Melakukan pimpinan meneran saat Ibu mempunyai dorongan yang kuat untuk
meneran :
1) Membimbing ibu untuk meneran saat ibu mempunyai keinganan untuk
meneran
2) Mendukung dan memberi semangat atas usaha ibu untuk meneran.
3) Membantu ibu mengambil posisi yang nyaman sesuai pilihannya (tidak
meminta ibu berbaring terlentang).
4) Menganjurkan ibu untuk beristirahat di antara kontraksi.
5) Menganjurkan keluarga untuk mendukung dan memberi semangat pada ibu.
6) Menganjurkan asupan cairan per oral.
7) Menilai DJJ setiap lima menit.
8) Jika bayi belum lahir atau kelahiran bayi belum akan terjadi segera dalam
waktu 120 menit (2 jam) meneran untuk ibu primipara atau 60/menit (1 jam)
untuk ibu multipara, merujuk segera.
Jika ibu tidak mempunyai keinginan untuk meneran
1) Menganjurkan ibu untuk berjalan, berjongkok atau mengambil posisi yang
aman. Jika ibu belum ingin meneran dalam 60 menit, menganjurkan ibu untuk
mulai meneran pada puncak kontraksi-kontraksi tersebut dan beristirahat di
antara kontraksi.
2) Jika bayi belum lahir atau kelahiran bayi belum akan terjadi segera setalah 60
menit meneran, merujuk ibu dengan segera.

5. PERSIAPAN PERTOLONGAN KELAHIRAN BAYI.


a) Jika kepala bayi telah membuka vulva dengan diameter 5-6 cm, meletakkan
handuk bersih di atas perut ibu untuk mengeringkan bayi.
b) Meletakkan kain yang bersih dilipat 1/3 bagian, di bawah bokong ibu.
Membuka partus set dan memakai sarung tangan DTT atau steril pada kedua
tangan.K

6. MENOLONG KELAHIRAN BAYI


Lahirnya kepala
a) Saat kepala bayi membuka vulva dengan diameter 5-6 cm, lindungi
perineum dengan satu tangan yang dilapisi kain tadi, letakkan tangan yang lain
di kelapa bayi dan lakukan tekanan yang lembut dan tidak menghambat pada
kepala bayi, membiarkan kepala keluar perlahan-lahan. Menganjurkan ibu untuk
meneran perlahan-lahan atau bernapas cepat saat kepala lahir.
b) Jika ada mekonium dalam cairan ketuban, segera hisap mulut dan hidung setelah
kepala lahir menggunakan penghisap lendir DeLee disinfeksi tingkat tinggi atau
steril atau bola karet penghisap yang baru dan bersih.
c) Dengan lembut menyeka muka, mulut dan hidung bayi dengan kain atau kasa
yang bersih.
d) Memeriksa lilitan tali pusat dan mengambil tindakan yang sesuai jika hal itu
terjadi, dan kemudian meneruskan segera proses kelahiran bayi :
1) Jika tali pusat melilit leher janin dengan longgar, lepaskan lewat bagian atas
kepala bayi.
2) Jika tali pusat melilit leher bayi dengan erat, mengklemnya di dua tempat
dan memotongnya.
e) Menunggu hingga kepala bayi melakukan putaran paksi luar secara spontan.
Lahir bahu
Setelah kepala melakukan putaran paksi luar, tempatkan kedua tangan di masing-masing sisi
muka bayi. Menganjurkan ibu untuk meneran saat kontraksi berikutnya. Dengan lembut
menariknya ke arah bawah dan kearah keluar hingga bahu anterior muncul di bawah arkus
pubis dan kemudian dengan lembut menarik ke arah atas dan ke arah luar untuk melahirkan
bahu posterior.
Lahir badan dan tungkai
a) Setelah kedua bahu dilahirkan, menelusurkan tangan mulai kepala bayi yang
berada di bagian bawah ke arah perineum tangan, membiarkan bahu dan lengan
posterior lahir ke tangan tersebut. Mengendalikan kelahiran siku dan tangan bayi
saat melewati lengan bagian bawah untuk menyangga tubuh bayi saat dilahirkan.
Menggunakan tangan anterior (bagian atas) untuk mengendalikan siku dan
tangan anterior bayi saat keduanya lahir.
b) Setelah tubuh dari lengan lahir, menelusurkan tangan yang ada di atas ggung ke
arah kaki bayi untuk menyangganya saat panggung dari kaki lahir. Memegang
kedua mata kaki bayi dengan hati-hati membantu kelahiran kaki.

7. PENANGANAN BAYI BARU LAHIR


a) Menilai bayi dengan cepat, kemudian meletakkan bayi di atas perut ibu dengan
posisi kepala bayi sedikit lebih rendah dari tubuhnya (bila tali pusat terlalu
pendek, meletakkan bayi di tempat yang memungkinkan).
b) Segera mengeringkan bayi, membungkus kepala dan badan bayi kecuali bagian
pusat.
c) Menjepit tali pusat menggunakan klem kira-kira 3 cm dari pusat bayi.
Melakukan urutan pada tali pusat mulai dari klem ke arah ibu dan memasang
klem kedua 2 cm dari klem pertama (ke arah ibu).IATAN
d) Memegang tali pusat dengan satu tangan, melindungi bayi dari gunting pusat di
antara dua klem tersebut.
e) Mengganti handuk yang basah dan menyelimuti bayi dengan kain atau selimut
yang bersih dan kering, menutupi bagian kepala, membiarkan tali pusat terbuka.
Jika bayi mengalami kesulitan bernapas, mengambil tindakan yang sesuai.
f) Memberikan bayi kepada ibunya dan menganjurkan ibu untuk memeluk bayinya
danmemulai pemberian ASI jika ibu menghendakinya.

8. PENANGANAN BAYI BARU LAHIR


Oksitosin
a) Meletakkan kain yang bersih dan kering. Melakukan palpasi abdomen
untukmenghilangkan kemungkinan adanya bayi kedua.
b) Memberi tahu kepada ibu bahwa ia akan disuntik.
c) Dalam waktu 2 menit setelah kelahiran bayi, memberikan suntikan oksitosin 10
unit IM di 1/3 paha kanan atas ibu bagian luar, setelah mengaspirasinya terlebih
dahulu.
Penegangan tali pusat terkendali
a) Memindahkan klem pada tali pusat
b) Meletakkan satu tangan diatas kain yang ada di perut ibu, tepat di atas tulang
pubis, dan menggunakan tangan ini untuk melakukan palpasi kontraksi dan
menstabilkan uterus. Memegang tali pusat dan klem dengan tangan yang lain.
c) Menunggu uterus berkontraksi dan kemudian melakukan penegangan ke arah
bawah pada tali pusat dengan lembut. Lakukan tekanan yang berlawanan arah
pada bagian bawah uterus dengan cara menekan uterus ke arah atas dan belakang
(dorso kranial) dengan hati-hati untuk membantu mencegah terjadinya inversio
uteri. Jika plasenta tidak lahir setelah 30 – 40 detik, menghentikan penegangan tali
pusat dan menunggu hingga kontraksi berikut mulai.
d) Jika uterus tidak berkontraksi, meminta ibu atau seorang anggota keluarga untuk
melakukan ransangan puting susu.
Mengeluarkan plasenta.
a) Setelah plasenta terlepas, meminta ibu untuk meneran sambil menarik tali pusat
ke arah bawah dan kemudian ke arah atas, mengikuti kurve jalan lahir sambil
meneruskan tekanan berlawanan arah pada uterus.
1) Jika tali pusat bertambah panjang, pindahkan klem hingga berjarak sekitar 5
– 10 cm dari vulva.
2) Jika plasenta tidak lepas setelah melakukan penegangan tali pusat selama 15
menit
b) Mengulangi pemberian oksitosin 10 unit IM.
c) Menilai kandung kemih dan mengkateterisasi kandung kemih dengan
menggunakan teknik aseptik jika perlu.
d) Meminta keluarga untuk menyiapkan rujukan.
e) Mengulangi penegangan tali pusat selama 15 menit berikutnya.
f) Merujuk ibu jika plasenta tidak lahir dalam waktu 30 menit sejak kelahiran bayi.
g) Jika plasenta terlihat di introitus vagina, melanjutkan kelahiran plasenta dengan
menggunakan kedua tangan. Memegang plasenta dengan dua tangan dan dengan
hati-hati memutar plasenta hingga selaput ketuban terpilin. Dengan lembut
perlahan melahirkan selaput ketuban tersebut. Jika selaput ketuban robek,
memakai sarung tangan disinfeksi tingkat tinggi atau steril dan memeriksa vagina
dan serviks ibu dengan seksama. Menggunakan jari-jari tangan atau klem atau
forseps disinfeksi tingkat tinggi atau steril untuk melepaskan bagian selapuk yang
tertinggal.
Pemijatan Uterus
Segera setelah plasenta dan selaput ketuban lahir, melakukan masase uterus, meletakkan
telapak tangan di fundus dan melakukan masase dengan gerakan melingkar dengan
lembut hingga uterus berkontraksi (fundus menjadi keras).
9. MENILAI PERDARAHAN
a) Memeriksa kedua sisi plasenta baik yang menempel ke ibu maupun janin dan
selaput ketuban untuk memastikan bahwa selaput ketuban lengkap dan utuh.
Meletakkan plasenta di dalam kantung plastik atau tempat khusus.
Jika uterus tidak berkontraksi setelah melakukan masase selam 15 detik
mengambil tindakan yang sesuai.
b) Mengevaluasi adanya laserasi pada vagina dan perineum dan segera menjahit
laserasi yang mengalami perdarahan aktif.
10. MELAKUKAN PROSEDUR PASCA PERSALINAN
a) Menilai ulang uterus dan memastikannya berkontraksi dengan baik. Mengevaluasi
perdarahan persalinan vagina.
b) Mencelupkan kedua tangan yang memakai sarung tangan ke dalam larutan klorin
0,5 %, membilas kedua tangan yang masih bersarung tangan tersebut dengan air
disinfeksi tingkat tinggi dan mengeringkannya dengan kain yang bersih dan
kering.
c) Menempatkan klem tali pusat disinfeksi tingkat tinggi atau steril atau
mengikatkan tali disinfeksi tingkat tinggi dengan simpul mati sekeliling tali pusat
sekitar 1 cm dari pusat.
d) Mengikat satu lagi simpul mati dibagian pusat yang berseberangan dengan simpul
mati yang pertama.
e) Melepaskan klem bedah dan meletakkannya ke dalam larutan klorin 0,5 %.
f) Menyelimuti kembali bayi dan menutupi bagian kepalanya. Memastikan handuk
atau kainnya bersih atau kering.
g) Menganjurkan ibu untuk memulai pemberian ASI.

G. EVALUASI
a) Melanjutkan pemantauan kontraksi uterus dan perdarahan pervaginam :
1) 2-3 kali dalam 15 menit pertama pasca persalinan.
2) Setiap 15 menit pada 1 jam pertama pasca persalinan.
3) Setiap 20-30 menit pada jam kedua pasca persalinan.
4) Jika uterus tidak berkontraksi dengan baik, melaksanakan perawatan yang
sesuai untuk menatalaksana atonia uteri.
5) Jika ditemukan laserasi yang memerlukan penjahitan, lakukan penjahitan
dengan anesthesia lokal dan menggunakan teknik yang sesuai.
b) Mengajarkan pada ibu/keluarga bagaimana melakukan masase uterus dan
memeriksa kontraksi uterus.
c) Mengevaluasi kehilangan darah.
d) Memeriksa tekanan darah, nadi dan keadaan kandung kemih setiap 15 menit
selama satu jam pertama pasca persalinan dan setiap 30 menit selama jam kedua
pasca persalinan.
1) Memeriksa temperatur tubuh ibu sekali setiap jam selama dua jam pertama
pasca persalinan.
2) Melakukan tindakan yang sesuai untuk temuan yang tidak normal.
Kebersihan dan keamanan
a) Menempatkan semua peralatan di dalam larutan klorin 0,5% untuk dekontaminasi
(10 menit). Mencuci dan membilas peralatan setelah dekontaminasi
b) Membuang bahan-bahan yang terkontaminasi ke dalam tempat sampah yang
sesuai.
c) Membersihkan ibu dengan menggunakan air disinfeksi tingkat tinggi.
Membersihkan cairan ketuban, lendir dan darah. Membantu ibu memakai pakaian
yang bersih dan kering.
d) Memastikan bahwa ibu nyaman. Membantu ibu memberikan ASI. Menganjurkan
keluarga untuk memberikan ibu minuman dan makanan yang diinginkan.
e) Mendekontaminasi daerah yang digunakan untuk melahirkan dengan larutan
klorin 0,5% dan membilas dengan air bersih.
f) Mencelupkan sarung tangan kotor ke dalam larutan klorin 0,5%, membalikkan
bagian dalam ke luar dan merendamnya dalam larutan klorin 0,5% selama 10
menit.
g) Mencuci kedua tangan dengan sabun dan air mengalir.
H. DOKUMENTASI
Melengkapi partograf (halaman depan dan belakang)
CEKLIS KETERAMPILAN KEPERAWATAN
ASUHAN PERSALINAN NORMAL

VARIABEL YANG DINILAI NILAI


ASUHAN PERSALINAN NORMAL 1 2 3
I. Tahap prainteraksi
1) Baca catatan klien
2) Cuci tangan
3) Siapkan Alat
a. Partus Set
b. Bahan-bahan penjahitan episiotomi
c. Bahan yang disediakan keluarga untuk ibu
II. Tahap Interaksi
1) Beri salam, panggil klien dengan namanya
2) Beritahukan tujuan tindakan
3) Beritahukan prosedur kerja dan lama bekerja
III. Tahap Kerja
1. Berikan kesempatan klien bertanya sebelum melakukan
tindakan
2. Jaga privacy klien
MELIHAT TANDA DAN GEJALA KALA DUA
1. Mengamati tanda dan gejala persalinan kala dua.
1) Ibu mempunyai keinginan untuk meneran.
2) Ibu merasa tekanan yang semakin meningkat pada rektum
dan/atau vaginanya.
3) Perineum menonjol.
4) Vulva-vagina dan sfingter anal membuka
MENYIAPKAN PERTOLONGAN PERSALINAN
2. Memastikan perlengkapan, bahan dan obat-obatan esensial
siap digunakan. Mematahkan ampul oksitosin 10 unit dan
menempatkan tabung suntik steril sekali pakai di dalam
partus set.
3. Mengenakan baju penutup atau celemek plastik yang bersih.
4. Melepaskan semua perhiasan yang dipakai di bawah siku,
mencuci kedua tangan dengan sabun dan air bersih yang
mengalir dan mengeringkan tangan dengan handuk satu kali
pakai/pribadi yang bersih.
5. Memakai satu sarung dengan DTT atau steril untuk semua
pemeriksaan dalam.
6. Mengisap oksitosin 10 unit ke dalam tabung suntik (dengan
memakai sarung tangandisinfeksi tingkat tinggi atau steril)
dan meletakkan kembali di partus set/wadah disinfeksi
tingkat tinggi atau steril tanpa mengkontaminasi tabung
suntik)..
MEMASTIKAN PEMBUKAAN LENGKAP DENGAN
JANIN BAIK
7. Membersihkan vulva dan perineum, menyekanya dengan
hati-hati dari depan ke belakang dengan menggunakan kapas
atau kasa yang sudah dibasahi air disinfeksi tingkat tinggi.
Jika mulut vagina, perineum atau anus terkontaminasi oleh
kotoran ibu, membersihkannya dengan seksama dengan cara
menyeka dari depan ke belakang. Membuang kapas atau
kasa yang terkontaminasi dalam wadah yang benar.
Mengganti sarung tangan jika terkontaminasi (meletakkan
kedua sarung tangan tersebut dengan benar di dalam larutan
dekontaminasi, langkah # 9).
8. Dengan menggunakan teknik aseptik, melakukan
pemeriksaan dalam untuk memastikan bahwa pembukaan
serviks sudah lengkap.
 Bila selaput ketuban belum pecah, sedangkan pembukaan
sudah lengkap, lakukanamniotomi.
9. Mendekontaminasi sarung tangan dengan cara mencelupkan
tangan yang masih memakai sarung tangan kotor ke dalam
larutan klorin 0,5% dan kemudian melepaskannya dalam
keadaan terbalik serta merendamnya di dalam larutan klorin
0,5% selama 10 menit. Mencuci kedua tangan (seperti di
atas).
10. Memeriksa Denyut Jantung Janin (DJJ) setelah kontraksi
berakhir untuk memastikan bahwa DJJ dalam batas normal
( 100 – 180 kali / menit ).
a. Mengambil tindakan yang sesuai jika DJJ tidak normal.
b. Mendokumentasikan hasil-hasil pemeriksaan dalam, DJJ
dan semua hasil-hasil penilaian serta asuhan lainnya
pada partograf.
MENYIAPKAN IBU & KELUARGA UNTUK MEMBANTU
PROSES PIMPINAN MENERAN
11. Memberitahu ibu pembukaan sudah lengkap dan keadaan
janin baik. Membantu ibuberada dalam posisi yang nyaman
sesuai keinginannya.
a) Menunggu hingga ibu mempunyai keinginan untuk meneran.
Melanjutkan pemantauan kesehatan dan kenyamanan ibu
serta janin sesuai dengan pedoman persalinan aktif dan
mendokumentasikan temuan-temuan.
b) Menjelaskan kepada anggota keluarga bagaimana mereka
dapat mendukung dan memberi semangat kepada ibu saat
ibu mulai meneran.
12. Meminta bantuan keluarga untuk menyiapkan posisi ibu utuk
meneran. (Pada saat ada his, bantu ibu dalam posisi setengah
duduk dan pastikan ia merasa nyaman).
13. Melakukan pimpinan meneran saat Ibu mempunyai
dorongan yang kuat untukmeneran :
a. Membimbing ibu untuk meneran saat ibu mempunyai
keinganan untuk meneran
b. Mendukung dan memberi semangat atas usaha ibu untuk
meneran.
c. Membantu ibu mengambil posisi yang nyaman sesuai
pilihannya (tidak meminta ibu berbaring terlentang).
d. Menganjurkan ibu untuk beristirahat di antara kontraksi.
e. Menganjurkan keluarga untuk mendukung dan memberi
semangat pada ibu.
f. Menganjurkan asupan cairan per oral.
g. Menilai DJJ setiap lima menit.
h. Jika bayi belum lahir atau kelahiran bayi belum akan terjadi
segera dalam waktu 120 menit (2 jam) meneran untuk ibu
primipara atau 60/menit (1 jam) untuk ibu multipara,
merujuk segera.
Jika ibu tidak mempunyai keinginan untuk meneran
a. Menganjurkan ibu untuk berjalan, berjongkok atau
mengambil posisi yang aman. Jika ibu belum ingin meneran
dalam 60 menit, menganjurkan ibu untuk mulai meneran
pada puncak kontraksi-kontraksi tersebut dan beristirahat di
antara kontraksi.
b. Jika bayi belum lahir atau kelahiran bayi belum akan terjadi
segera setalah 60 menit meneran, merujuk ibu dengan
segera.
PERSIAPAN PERTOLONGAN KELAHIRAN BAYI
14. Jika kepala bayi telah membuka vulva dengan diameter 5-6
cm, meletakkan handuk bersih di atas perut ibu untuk
mengeringkan bayi.
15. Meletakkan kain yang bersih dilipat 1/3 bagian, di bawah
bokong ibu.
16. Membuka partus set.
17. Memakai sarung tangan DTT atau steril pada kedua tangan
MENOLONG KELAHIRAN BAYI
Lahirnya kelapa
18. Saat kepala bayi membuka vulva dengan diameter 5-6 cm,
lindungi perineum dengan satu tangan yang dilapisi kain
tadi, letakkan tangan yang lain di kelapa bayi dan lakukan
tekanan yang lembut dan tidak menghambat pada kepala
bayi, membiarkan kepala keluar perlahan-lahan.
Menganjurkan ibu untuk meneran perlahan-lahan atau
bernapas cepat saat kepala lahir.
• Jika ada mekonium dalam cairan ketuban, segera hisap mulut
dan hidung setelah kepala lahir menggunakan penghisap
lendir DeLee disinfeksi tingkat tinggi atau steril atau bola
karet penghisap yang baru dan bersih.
19. Dengan lembut menyeka muka, mulut dan hidung bayi
dengan kain atau kasa yang bersih.
20. Memeriksa lilitan tali pusat dan mengambil tindakan yang
sesuai jika hal itu terjadi, dan kemudian meneruskan segera
proses kelahiran bayi :
a. Jika tali pusat melilit leher janin dengan longgar, lepaskan
lewat bagian atas kepala bayi.
b. Jika tali pusat melilit leher bayi dengan erat, mengklemnya
di dua tempat dan memotongnya.
21. Menunggu hingga kepala bayi melakukan putaran paksi luar
secara spontan.
Lahir bahu
22. Setelah kepala melakukan putaran paksi luar, tempatkan
kedua tangan di masing-masing sisi muka bayi.
Menganjurkan ibu untuk meneran saat kontraksi berikutnya.
Dengan lembut menariknya ke arah bawah dan kearah keluar
hingga bahu anterior muncul di bawah arkus pubis dan
kemudian dengan lembut menarik ke arah atas dan ke arah
luar untuk melahirkan bahu posterior.
Lahir badan dan tungkai
23. Setelah kedua bahu dilahirkan, menelusurkan tangan mulai
kepala bayi yang berada di bagian bawah ke arah perineum
tangan, membiarkan bahu dan lengan posterior lahir ke
tangan tersebut. Mengendalikan kelahiran siku dan tangan
bayi saat melewati perineum, gunakan lengan bagian bawah
untuk menyangga tubuh bayi saat dilahirkan. Menggunakan
tangan anterior (bagian atas) untuk mengendalikan siku dan
tangan anterior bayi saat keduanya lahir.
24. Setelah tubuh dari lengan lahir, menelusurkan tangan yang
ada di atas (anterior) dari punggung ke arah kaki bayi untuk
menyangganya saat panggung dari kaki lahir. Memegang
kedua mata kaki bayi dengan hati-hati membantu kelahiran
kaki.
PENANGANAN BAYI BARU LAHIR
25. Menilai bayi dengan cepat, kemudian meletakkan bayi di atas
perut ibu dengan posisi kepala bayi sedikit lebih rendah dari
tubuhnya (bila tali pusat terlalu pendek, meletakkan bayi di
tempat yang memungkinkan).
26. Segera mengeringkan bayi, membungkus kepala dan badan
bayi kecuali bagian pusat.
27. Menjepit tali pusat menggunakan klem kira-kira 3 cm dari
pusat bayi. Melakukan urutan pada tali pusat mulai dari klem
ke arah ibu dan memasang klem kedua 2 cm dari klem
pertama (ke arah ibu).IATAN
28. Memegang tali pusat dengan satu tangan, melindungi bayi
dari gunting dan memotong tali pusat di antara dua klem
tersebut.
29. Mengganti handuk yang basah dan menyelimuti bayi dengan
kain atau selimut yang bersih dan kering, menutupi bagian
kepala, membiarkan tali pusat terbuka. Jika bayi mengalami
kesulitan bernapas, mengambil tindakan yang sesuai.
30. Memberikan bayi kepada ibunya dan menganjurkan ibu untuk
memeluk bayinya danmemulai pemberian ASI jika ibu
menghendakinya
PENANGANAN BAYI BARU LAHIR
Oksitosin
31. Meletakkan kain yang bersih dan kering. Melakukan palpasi
abdomen untukmenghilangkan kemungkinan adanya bayi
kedua.
32. Memberi tahu kepada ibu bahwa ia akan disuntik.
33. Dalam waktu 2 menit setelah kelahiran bayi, memberikan
suntikan oksitosin 10 unit IM di 1/3 paha kanan atas ibu
bagian luar, setelah mengaspirasinya terlebih dahulu.
Penegangan tali pusat terkendali
34. Memindahkan klem pada tali pusat
35. Meletakkan satu tangan diatas kain yang ada di perut ibu,
tepat di atas tulang pubis, dan menggunakan tangan ini untuk
melakukan palpasi kontraksi dan menstabilkan uterus.
Memegang tali pusat dan klem dengan tangan yang lain.
36. Menunggu uterus berkontraksi dan kemudian melakukan
penegangan ke arah bawah pada tali pusat dengan lembut.
Lakukan tekanan yang berlawanan arah pada bagian bawah
uterus dengan cara menekan uterus ke arah atas dan belakang
(dorso kranial) dengan hati-hati untuk membantu mencegah
terjadinya inversio uteri. Jika plasenta tidak lahir setelah 30 –
40 detik, menghentikan penegangan tali pusat dan menunggu
hingga kontraksi berikut mulai.
• Jika uterus tidak berkontraksi, meminta ibu atau seorang
anggota keluarga untukmelakukan ransangan puting susu.
Mengeluarkan plasenta
37. Setelah plasenta terlepas, meminta ibu untuk meneran sambil
menarik tali pusat ke arah bawah dan kemudian ke arah atas,
mengikuti kurve jalan lahir sambil meneruskan tekanan
berlawanan arah pada uterus.
a) Jika tali pusat bertambah panjang, pindahkan klem hingga
berjarak sekitar 5 – 10 cm dari vulva.
b) Jika plasenta tidak lepas setelah melakukan penegangan tali
pusat selama 15 menit :
a. Mengulangi pemberian oksitosin 10 unit IM.
b. Menilai kandung kemih dan mengkateterisasi kandung
kemih dengan menggunakan teknik aseptik jika perlu.
c. Meminta keluarga untuk menyiapkan rujukan.
d. Mengulangi penegangan tali pusat selama 15 menit
berikutnya.
e. Merujuk ibu jika plasenta tidak lahir dalam waktu 30 menit
sejak kelahiran bayi.
38. Jika plasenta terlihat di introitus vagina, melanjutkan
kelahiran plasenta denganmenggunakan kedua tangan.
Memegang plasenta dengan dua tangan dan dengan hati-hati
memutar plasenta hingga selaput ketuban terpilin. Dengan
lembut perlahan melahirkan selaput ketuban tersebut.
• Jika selaput ketuban robek, memakai sarung tangan disinfeksi
tingkat tinggi atau steril dan memeriksa vagina dan serviks
ibu dengan seksama. Menggunakan jari-jari tangan atau
klem atau forseps disinfeksi tingkat tinggi atau steril untuk
melepaskan bagian selapuk yang tertinggal.
Pemijatan Uterus
39. Segera setelah plasenta dan selaput ketuban lahir, melakukan
masase uterus, meletakkan telapak tangan di fundus dan
melakukan masase dengan gerakan melingkar dengan lembut
hingga uterus berkontraksi (fundus menjadi keras).
MENILAI PERDARAHAN
40. Memeriksa kedua sisi plasenta baik yang menempel ke ibu
maupun janin dan selaput ketuban untuk memastikan bahwa
selaput ketuban lengkap dan utuh. Meletakkan plasenta di
dalam kantung plastik atau tempat khusus.
• Jika uterus tidak berkontraksi setelah melakukan masase selam
15 detik mengambil tindakan yang sesuai.
41. Mengevaluasi adanya laserasi pada vagina dan perineum dan
segera menjahit laserasi yang mengalami perdarahan aktif
MELAKUKAN PROSEDUR PASCA PERSALINAN
42. Menilai ulang uterus dan memastikannya berkontraksi
dengan baik. Mengevaluasi perdarahan persalinan vagina.
43. Mencelupkan kedua tangan yang memakai sarung tangan ke
dalam larutan klorin 0,5 %, membilas kedua tangan yang
masih bersarung tangan tersebut dengan air disinfeksi tingkat
tinggi dan mengeringkannya dengan kain yang bersih dan
kering.
44. Menempatkan klem tali pusat disinfeksi tingkat tinggi atau
steril atau mengikatkan tali disinfeksi tingkat tinggi dengan
simpul mati sekeliling tali pusat sekitar 1 cm dari pusat.
45. Mengikat satu lagi simpul mati dibagian pusat yang
berseberangan dengan simpul mati yang pertama.
46. Melepaskan klem bedah dan meletakkannya ke dalam larutan
klorin 0,5 %.
47. Menyelimuti kembali bayi dan menutupi bagian kepalanya.
Memastikan handuk ataukainnya bersih atau kering.
48. Menganjurkan ibu untuk memulai pemberian ASI.
EVALUASI
49. Melanjutkan pemantauan kontraksi uterus dan perdarahan
pervaginam :
a) 2-3 kali dalam 15 menit pertama pasca persalinan.
b) Setiap 15 menit pada 1 jam pertama pasca persalinan.
c) Setiap 20-30 menit pada jam kedua pasca persalinan.
d) Jika uterus tidak berkontraksi dengan baik, melaksanakan
perawatan yang sesuai untuk menatalaksana atonia uteri.
e) Jika ditemukan laserasi yang memerlukan penjahitan,
lakukan penjahitan dengan anesthesia lokal dan
menggunakan teknik yang sesuai.
50. Mengajarkan pada ibu/keluarga bagaimana melakukan
masase uterus dan memeriksa kontraksi uterus.
51. Mengevaluasi kehilangan darah.
52. Memeriksa tekanan darah, nadi dan keadaan kandung kemih
setiap 15 menit selama satu jam pertama pasca persalinan
dan setiap 30 menit selama jam kedua pasca persalinan.
a) Memeriksa temperatur tubuh ibu sekali setiap jam selama
dua jam pertama pasca persalinan.
b) Melakukan tindakan yang sesuai untuk temuan yang tidak
normal.
Kebersihan dan keamanan
53. Menempatkan semua peralatan di dalam larutan klorin 0,5%
untuk dekontaminasi (10 menit). Mencuci dan membilas
peralatan setelah dekontaminasi
54. Membuang bahan-bahan yang terkontaminasi ke dalam
tempat sampah yang sesuai.
55. Membersihkan ibu dengan menggunakan air disinfeksi
tingkat tinggi. Membersihkan cairan ketuban, lendir dan
darah. Membantu ibu memakai pakaian yang bersih dan
kering.
56. Memastikan bahwa ibu nyaman. Membantu ibu memberikan
ASI. Menganjurkan keluarga untuk memberikan ibu
minuman dan makanan yang diinginkan.
57. Mendekontaminasi daerah yang digunakan untuk melahirkan
dengan larutan klorin 0,5% dan membilas dengan air bersih.
58. Mencelupkan sarung tangan kotor ke dalam larutan klorin
0,5%, membalikkan bagian dalam ke luar dan merendamnya
dalam larutan klorin 0,5% selama 10 menit.
59. Mencuci kedua tangan dengan sabun dan air mengalir.
Dokumentasi
60. Melengkapi partograf (halaman depan dan belakang)
IV. TAHAP TERMINASI
1. Evaluasi kegiatan yang telah dilakukan sesuai dengan tujuan
yang diharapkan
2. Dokumentasikan:
a) Catat respon klien
b) Catat hasil kegiatan

KETERANGAN
1 = Dilakukan dengan bantuan penuh
2 = Dilakukan tetapi tidak sempurna
3 = Dilakukan dengan sempurna Evaluator

(……………………………)
SENAM NIFAS

A. PENGERTIAN
Senam nifas adalah senam yang dilakukan ibu-ibu setelah melahirkan setelah keadaan tubuhnya
pulih kembali,mempercepat pemulihan kondisi tubuh ibu setelah melahirkan pada kondisi
semula seperti kondisi sebelum hamil.
Latihan senam pascapartum harus dilakukan sesegera mungkin. Ibu harus mulai dengan senam
yang sederhana kemudian dilanjutkan dengan gerakan yang lebih berat.

B. TUJUAN
1. Mencegah komplikasi yang mungkin timbul selama menjalani masa nifas
2. Memelihara dan memperkuat kekuatan otot perut, otot dasar panggul, serta otot
pergerakan
3. Memperlancar terjadinya proses involusi uteri (kembalinya rahim ke bentuk semula)
4. Memperbaiki sirkulasi darah, sikap tubuh setelah hamil dan melahirkan, tonus otot
pelvis, regangan otot tungkai bawah
5. Meningkatkan kesadaran untuk melakukan relaksasi otot-otot dasar panggul

C. SYARAT SENAM NIFAS


1. Waktu pelaksanaan dapat dilakukan sejak hari pertama setelah melahirkan sampai
dengan 6 minggu
2. Keadaan ibu normal sesuai rekomendasi dari tenaga kesehatan
3. Pakaian senam cukup longgar, nyaman, dan fleksibel
4. Menggunakan matras atau kasur (tidak di lantai)
5. Pelaksanan harus dilakukan secara bertahap, sistematis, dan kontinyu.

D. TATA CARA SENAM NIFAS


Senam nifas ini merupakan latihan yang tepat untuk memulihkan tubuh ibu dan bermanfaat juga
untuk memulihkan keadaan ibu baik psikologis maupun fisiologis. Latihan ini dapat dimulai
sejak hari 1 setelah melahirkan hingga minggu ke enam setelah melahirkan. Latihan ini
dilakukan dalam waktu 5-10 kali hitungan setiap harinya dan akan meningkat secara perlahan-
lahan. Senam nifas ini dilakukan dengan berbagai macam gerakan dan setiap gerakan
mempunyai manfaat sendiri. Gerakan-gerakan tersebut terdiri dari:
1. Pernafasan Abdomen
Berbaring dengan lutut di tekuk. Tarik nafas dalam dalam melalui hidung. Pertahankan tulang
iga tetap dan biarkan abdomen mengembang ke atas. Keluarkan napas secara perlahan, tetapi
dengan tenaga sementara otot – otot abdomen kontraksi, tahan selama 3 samapai 5 detik sambil
mengeluarkan napas. Rileks

2. Sentuh Lutut
Berbaring dengan lutut di tekuk. Sementara manarik napas dalam, sentuhkan bagian bawah dagu
ke dada. Sambil mengeluarkan napas angkat kepala dan bahu secara perlahan dan halus dan
upayakan menyentuh lutut dengan lengan di regangkan. Tubuh hanya boleh naik pada bagian
punggung, sementara pinggang tetap berada di lantai atau di tempat tidur ( kira – kira 6 samapai
8 inci ). Perlahan – lahan turunkan kepala dan bahu posisi semula. Rileks

3. Memutar kedua lutut


Berbaring dengan lutut di tekuk. Pertahankan bahu mendatar dan kaki diam. Dengan perlahan
dan halus putar lutut ke kiri sampai menyentuh lantai atau tempat tidur. Pertahankan gerakan
yang halus, putar lutut ke kanan sampai menyentuh lantai atau tempat tidur. Kembali ke posisi
semula dan rileks
4. Putar tungkai
Berbaring dengan kedua tungksi lurus. Pertahankan bahu tetap datar dan kedua tungkai lurus,
dengan perlahan dan halus angkat tungkai kiri dan putar sedemikian rupa sehingga menyentuh
lantai dan tempat tidur di sisi kanan dan kembali ke posisi semula. Ulangi gerakan ini dengan
tungkai kanan di putar sampai menyentuh lantai atau tempat tidur di sisi kiri tubuh. Rileks

5. Angkat bokong
Berbaring dengan bantuan lengan ,lutut di tekuk, dan kaki mendatar. Dengan perlahan naikkan
bokong dan lengkungkan punggung. Kembali pelan – pelan ke posisi semula

6. Memutar satu lutut


Berbaring di atas punggung dengan tungkai kanan di luruskan dan tungkai kiri ditekuk pada
lutut. Pertahankan bahu tetap datar, secara perlahan putar lutut kiri ke kanan sampai menyentuh
lantai atau tempat tidur dan kembali ke posisi semula. Ganti posisi tungkai Putar lutut kanan ke
kiri sampai myentuh lantai atau tempat tidur dan kembali ke posisi semula. Rileks
7. Angkat lengan
Berbaring dengan lengan diangkat sampai membentuk sudut 90 derajat terhadap tubuh. Angkat
lengan bersama – sama sehingga telapak tangan dapat bersentuhan, Turunkan secara perlahan –
lahan.
CHEKLIS PENILAIAN KETERAMPILAN
SENAM NIFAS
NAMA MAHASISWA :
NIM :
NILAI
NO VARIABEL YANG DINILAI 1 2 3
1. PERSIAPAN ALAT
Matras/ tempat tidur
Bantal
Baju Olah raga
Radio kaset dan kaset

2. TAHAP PREINTERAKSI
Siapkan alat
Mencuci tangan

3. TAHAP ORIENTASI
Ucapkan Salam
Perkenalkan diri
Jelaskan tujuan dan prosedur tindakan
Anjurkan ibu untul bersikap rileks

4. TAHAP KERJA
1. pernafasan Abdomen
2. Sentuh lutut
3. Memutar kedua Lutut
4. Putar tungkai
5. Angkat Bokong
6. Memutar satu lutut
7. Angkat lengan
5. TAHAP TERMINASI
Evaluasi respon klien
Kondisi ibu setelah dilakukan senam hamil

6. DOKUMENTASI
Catat waktu pelaksanaan
Catat tindakan yang sudah dilakukan
Catat respons ibu
Catat nama dan tanda tangan petugas

KETERANGAN
1 = Dilakukan dengan bantuan penuh
2 = Dilakukan tetapi tidak sempurna
3 = Dilakukan dengan sempurna Evaluator

(……………………………)
PERAWATAN TALI PUSAT

A. PENGERTIAN
Perawatan tali pusat bayi baru lahir dilakukan dengan cara selalu menjaga kebersihannya
karena daerah ini mudah sekali terkena infeksi. Bungkuslah pangkal tali pusat dengan kasa steril
agar mencegah masukx kuman hingga pangkal tali pusat menegring, pangkal tali pusat  akan
menciut, kering lalu puput atau putus. Pada umumnya tali pusat akan lepas atau puput pada hari
ke 6/7 namun bisa juga lebih cepat atau lebih lambat.

B. WAKTU PERAWATAN TALI PUSAT


Perawatan tali pusat bayi baru lahir ini dapat dilakukan 2x sehari setelah mandi dan jika
tali pusat basah karena mandi atau terkena air kencing segera bersihkan dan keringkan. Jangan
pernah memberikan ramuan lain atau antiseptic pada tali pusat bayi karena bisa saja mengandung
zat-zat yang berbahaya dan kandungan iodiumnya dapat menganggu pertumbuhan kelenjar
gondok.

C. TUJUAN
Perawatan tali pusat bayi baru lahir yang dilakukan dengan baik dan benar dapat
mencegah bayi terkena tetanus dan radang selaput otak.Tali pusat harus senantiasa kering dan
tidak berbau.
Apabila tali pusat terinfeksi maka akan basah berbau dan merah meradang, bayi akan
menangis bila tali pusatnya tersentuh, Perawatan tali pusat yang baik dan benar akan
menghindarkan bayi dari penyakit tetanus dan radang selaput otak.
a) Tali pusat agar bersih dan nyaman
b) Mencegah terjadinya infeksi
c) Mempercepat kering dan puput/ lepasnya tali pusat

D. PELEPASAN TALI PUSAT


Pada umumnya, tali pusat bayi akan lepas pada minggu pertama hingga minggu ketiga
post partum ( usai melahirkan ). Tali pusat yang sehat rata-rata akan terlepas/puput setelah bayi
berumur 5-10 hari.
CEKLIS KETERAMPILAN KEPERAWATAN
MERAWAT TALI PUSAT
NAMA :
NIM :
NILAI
VARIABEL YANG DINILAI
1 2 3
Tahap prainteraksi
a. Baca catatan klien
b. Cuci tangan
c. Siapkan Alat
a) Kassa steril
b) Air hangat
c) Kapas
d) Hand Scoen
Tahap Interaksi
1) Beri salam, panggil nama bayi
2) Berbicara dengan bayi
3) Meminang dan mengusap bayi
Tahap Kerja
1) Cuci tangan
2) Bersihkan area sekitar pusat setidaknya setiap hari dengan
menggunakan air matang hangat dan kapas
3) Keringkan area yang diolesin air hangat tadi. Keringkan dengan
menggunakan tissue atau kassa steril (jangan menggunakan bola
kapas kering karena dapat meninggalkan serat pada tali pusatnya)
4) Biarkan tali pusat bayi terbuka
5) Kaji keadaan tali pusat bayi
6) Tutup pusat dengan menggunakan kassa kering yang steril
7) Talikan popok dibawahnya pusat dan juga menggulung kemejanya
diatas pusat untuk memungkinkan udara beredar secara bebas
didaerah tepi pusat
8) Merapikan alat-alat
TAHAP TERMINASI
1) Evaluasi kegiatan yang telah dilakukan sesuai dengan tujuan yang
diharapkan
2) Dokumentasikan:
a) Catat respon bayi
b) Catat hasil kegiatan

KETERANGAN
1 = Dilakukan dengan bantuan penuh
2 = Dilakukan tetapi tidak sempurna
3 = Dilakukan dengan sempurna Evaluator

(……………………………)
PERAWATAN PAYUDARA

A. DEFINISI
Perawatan payudara adalah suatu cara yang dilakukan untuk merawat payudara agar air susu
keluar dengan lancar
B. TUJUAN
Mencegah tersumbatnya aliran susu sehingga memperlancar pengeluaran ASI
C. MANFAAT
Menjaga kebersihan payudara, terutama kebesihan puting susu agar terhindar dari infeksi,
melunakkan serta memperbaiki bentuk puting susu sehingga bayi dapat menyusu dengan baik,
merangsang kelenjar-kelenjar air susu sehingga produksi asi lancar, mengetahui secara dini
kelainan puting susu dan melakukan usaha-usaha untuk mengatasinya, persiapan psikis ibu
menyusui.
D. AKIBAT JIKA TIDAK DILAKUKAN PERAWATAN PAYUDARA
Berbagai dampak negatif dapat tibul jika tidak dilakukan perawatan payudara sedini mungkin.
Dampak tersebut meliputi :
1. Puting susu mendelep
2. Anak susah menyusui
3. ASI lama keluar
4. Produksi ASI terbatas
5. Pembengkakan pada payudara
6. Payudara meradang
7. Payudara kotor
8. Ibu belum siap menyusui
9. Kulit payudara terutama puting akan mudah lecet

E. CARA MELAKUKAN PERAWATAN PAYUDARA


1. Persiapan alat
Alat yang dibutuhkan :
 Handuk
 Kapas
 Minyak kelapa / baby oil
 Waslap
 2 Baskom (masing-masing berisi air hangat dan dingin )
2. Prosedur pelaksanaan;
 Buka pakaian ibu
 Letakkan handuk diatas pangkuan ibu dan tutuplah payudara dengan handuk.
 Buka handuk pada daerah payudara.
 Kompres putting susu dengan menggunakan kapas minyak selama 3-5 menit.
 Bersihkan dan tariklah putting susu keluar terutama untuk putting susu yang datar.
 Ketuk-ketuk sekeliling putting susu dengan ujung-ujung jari.
 Kedua telapak tangan dibasahi dengan baby oil atau minyak kelapa.
 Kedua telapak tangan diletakkankan diantara kedua payudara.
 Pengurutan dimulai kearah atas, samping (telapak tangan kiri kearah sisi kiri,
telapak tangan kanan kearah sisi kanan),dan
 Pengurutan diteruskan kebawah, selanjutnya melintang, telapak tangan mengurut
ke depan kemudian dilepas dari kedua payudara.
 Telapak tangan kanan menopang payudara kiri, kemudian jari-jari tangan kiri sisi
kelingking mengurut payudara dari pangkal kearah putting susu, begitu juga
sebaliknya, diulang 20 – 30 kali.
 Telapak tangan kiri menopang payudara kanan dan tangan kiri menggengam /
mengepal dan mengurut payudara dari arah pangkal ke arah putting susu, diulang
20 - 30 kali.
 Payudara disiram dengan air hangat dan dingan secara bergantian kira-kira 5
menit ( air hangat dahulu setelah itu baru dengan air dingin).
 Keringkan dengan handuk.
 Pakailah BH khusus untuk ibu menyusui (BH yang menyangga payudara).
F. PENGURUTAN
1. Basahi kedua telapak tangan dengan minyak, letakkan antara kedua payudara. Kedua
telapak tangan diurut dari tengah, ke atas, ke samping, ke bawah, payudara diangkat
terus dilepas, lakukan 20 – 30 kali setiap payudara

2. Telapak tangan kiri menopang payudara kiri, denan jari-jari tangan kanan sisi
kelingking urut payudara ke arah puting lakukan 20-30 kali setiap payudara

3. Sama dengan pengurutan II tetapi tangan kanan digengam dan dengan tulang sendi jari
payudara diurut dari pangkal payudara ke arah puting susu lakukan 20 – 30 kali
G. PERANGSANGAN

Selesai pengurutan diteruskan dengan penyiraman payudara dengan air hangat dulu lalu air
dingin bergantian selama  5 menit, setelah itu pakailah BH yang menopang.
CEKLIS KETERAMPILAN KEPERAWATAN
PERAWATAN PAYUDARA
NAMA MAHASISWA :
NIM :
N ASPEK YANG DINILAI NILAI
NO 1 2 3
1 Tahap Preinteraksi
1) Kaji data klien
2) Siapkan alat dan bahan
3) Mencuci tangan
2 Tahap Orientasi
1) Mengucapkan salam
2) Perkenalkan nama
3) Kaji kebutuhan klien dan kontrak waktu
4) Jelaskan kepada klien dan keluarga
5) Beri kesempatan klien untuk bertanya
3 Tahap Kerja
 Cuci tangan
 Buka pakaian ibu
 Letakkan handuk diatas pangkuan ibu dan
tutuplah payudara dengan handuk.
 Buka handuk pada daerah payudara.
 Kompres putting susu dengan menggunakan
kapas minyak selama 3-5 menit.
 Bersihkan dan tariklah putting susu keluar
terutama untuk putting susu yang datar.
 Ketuk-ketuk sekeliling putting susu dengan
ujung-ujung jari.
 Kedua telapak tangan dibasahi dengan baby oil
atau minyak kelapa.
 Kedua telapak tangan diletakkankan diantara
kedua payudara.
 Pengurutan dimulai kearah atas, samping
(telapak tangan kiri kearah sisi kiri, telapak
tangan kanan kearah sisi kanan),dan
 Pengurutan diteruskan kebawah, selanjutnya
melintang, telapak tangan mengurut ke depan
kemudian dilepas dari kedua payudara.
 Telapak tangan kanan menopang payudara
kiri, kemudian jari-jari tangan kiri sisi
kelingking mengurut payudara dari pangkal
kearah putting susu, begitu juga sebaliknya,
diulang 20 – 30 kali.
 Telapak tangan kiri menopang payudara kanan
dan tangan kiri menggengam / mengepal dan
mengurut payudara dari arah pangkal ke arah
putting susu, diulang 20 - 30 kali.
 Payudara disiram dengan air hangat dan
dingan secara bergantian kira-kira 5 menit ( air
hangat dahulu setelah itu baru dengan air
dingin).
 Keringkan dengan handuk.
 Pakailah BH khusus untuk ibu menyusui (BH
yang menyangga payudara).
4 Tahap Terminasi
1) Catat respon klien
2) Cuci tangan
3) Dokumentasi
Jumlah Nilai
KETERANGAN
1 = Dilakukan dengan bantuan penuh
2 = Dilakukan tetapi tidak sempurna
3 = Dilakukan dengan sempurna Evaluator

(……………………………)
MENYUSUI YANG BENAR

A. DEFINISI
Air susu ibu (ASI) adalah cairan kehidupan terbaik yang sangat dibutuhkan oleh bayi.
ASI mengandung berbagai zat yang penting untuk tumbuh kembang bayi dan sesuai dengan
kebutuhannya. Meski demikian, tidak semua ibu mau menyusui bayinya karena berbagai alasan.
Misalnya takut gemuk, sibuk, payudara kendor dan sebagainya. Di lain pihak, ada juga ibu yang
ingin menyusui bayinya tetapi mengalami kendala. Biasanya ASI tidak mau keluar atau
produksinya kurang lancer (Farrer, 2001).
Menyusui adalah proses pemberian susu kepada bayi dengan air susu ibu (ASI) dari
payudara ibu. Bayi menggunakan refleks menghisap untuk mendapatkan dan menelan susu.
Seorang bayi dapat disusui oleh ibunya sendiri atau oleh wanita lain. ASI juga dapat diperah dan
diberikan melalui alat menyusui lain seperti botol susu, cangkir, sendok, atau pipet (Farrer,
2001)..

B. HORMON PENGATUR PRODUKSI ASI

1. Hormon Prolaktin
Dalam proses menyusui, payudara mengirimkan rangsangan ke otak. Otak kemudian
bereaksi mengeluarkan hormon prolaktin yang masuk ke dalam aliran darah menuju
kembali ke payudara. Hormon prolaktin merangsang sel-sel pembuat susu untuk bekerja
memproduksi susu (Roesli, 2005)
Sel-sel pembuat susu sesungguhnya tidak langsung bekerja ketika bayi menyusu.
Sebagian besar hormon prolaktin berada dalam darah selama kurang lebih 30 menit
setelah proses menyusui. Jadi setelah proses menyusui selesai, barulah sebagian besar
hormon prolaktin sampai di payudara dan merangsang sel-sel pembuat susu untuk
bekerja. Jadi, hormon prolaktin bekerja untuk produksi susu berikutnya. Sementara susu
yang dihisap bayi sudah tersedia dalam payudara pada muara saluran ASI (Roesli, 2005).
Saat menyusui, foremilk disimpan dalam alveoli dan lactiferous sinuses, akan tetapi
kebanyakan dari susu hindmilk diproduksi berdasarkan permintaan. Payudara tidak
menyimpan susu, tetapi memproduksinya berdasarkan permintaan. Semakin besar
permintaan, semakin banyak susu yang diproduksi (Roesli, 2005).
Yang sering dikeluhkan ibu-ibu adalah suplai ASI yang kurang, padahal ASI diproduksi
berdasarkan kebutuhan. Jika diambil banyak akan diberikan banyak. Sederhananya,
prinsip mekanisme produksi susu dalam payudara mirip dengan tanaman teh. Jika kita
memetik pucuk teh, maka akan tumbuh dari bawah ketiak daun, dua buah cabang baru.
Jadi semakin sering dipetik, semakin banyak pucuk mudanya. Jika tidak dipetik, tidak
akan ada cabang baru.Begitu pula dengan ASI, semakin sering disedot bayi, semakin
banyak ASI yang diproduksi. Semakin jarang bayi menyusu, semakin sedikit ASI yang
diproduksi. Jika bayi berhenti menyusu, maka payudara juga akan berhenti memproduksi
ASI (Roesli, 2005).
2. Hormon Oksitosin
Setelah menerima rangsangan dari payudara, otak juga mengeluarkan hormon
oksitosin selain hormon prolaktin. Hormon oksitosin diproduksi lebih cepat daripada
prolaktin. Hormon ini juga masuk ke dalam aliran darah menuju payudara (Roesli, 2005).
Di payudara, hormon oksitosin merangsang sel-sel otot untuk berkontraksi. Kontraksi ini
menyebabkan ASI hasil produksi sel-sel pembuat susu terdorong mengalir melalui
pembuluh menuju muara saluran ASI. Kadang-kadang, bahkan ASI mengalir hingga
keluar payudara ketika bayi sedang tidak menyusu. Mengalirnya ASI ini disebut refleks
pelepasan ASI atau milk ejection reflex atau let down reflex (Roesli, 2005).
Produksi hormon oksitosin bukan hanya dipengaruhi oleh rangsangan dari
payudara, tetapi juga dipengaruhi oleh pikiran dan perasaan ibu. Suara tangisan bayi juga
dapat memicu aliran, yang memperlihatkan bagaimana produksi susu dapat dipengaruhi
secara psikologi dan kondisi lingkungan. Jadi ketika ibu mendengar suara bayi, meskipun
mungkin bukan bayinya, ASI dapat menetes keluar. Suara tangis bayi, sentuhan bayi,
atau ketika ibu berpikir akan menyusui bayinya, atau bahkan ketika ibu memikirkan
betapa sayangnya kepada sang bayi, ASI dapat menetes keluar (Roesli, 2005).
Sebaliknya refleks pelepasan ASI dapat dihambat oleh kecemasan, ketakutan,
perasaan tidak aman, atau ketegangan. Faktor-faktor ini diperkirakan dapat meningkatkan
kadar epinefrin dan neroinefrin, dan selanjutnya akan menghambat transportasi oksitosin
ke dalam payudara. Begitu pula bila ibu merasa tidak ingin memberikan ASI lagi
(menyapih), kadang kala produksi susu juga akan berhenti dengan sendirinya (Roesli,
2005).
Jika refleks pelepasan ASI ibu tidak bekerja dengan baik, bayi akan mengalami
kesulitan memperoleh ASI karena harus mengandalkan hanya pada kekuatan sedotan
menyusunya. Akibatnya, bayi akan kelelahan dan memperoleh sedikit ASI. Hal ini
terkadang membuatnya frustasi, dan kemudian menangis(Roesli, 2005).
Peristiwa ini tampak seolah-olah payudara berhenti memproduksi ASI, padahal
tidak demikian, karena yang terjadi adalah payudara tetap memproduksi ASI, tetapi ASI
tidak mengalir keluar. Oleh karena itu refleks pelepasan ASI yang bekerja dengan baik
merupakan hal yang sangat penting bagi bayi (Roesli, 2005).

Faktor-faktor yang meningkatkan reflex let down adalah:


 Melihat bayi
 Mendengarkan suara bayi
 Mencium bayi
 Memikirkan untuk menyusui bayi

Faktor-faktor yang menghambat reflex let down adalah keadaan stress seperti:
 Keadaan bingung/pikiran kacau
 Takut
 Cemas
Bila ada stress dari ibu menyusui maka akan terjadi suatu blockade dari refleks let
down. Ini disebabkan oleh karena adanya pelepasan dari adrenalin yang menyebabkan
vasokonstriksi dari pembuluh darah alveoli, sehingga kadar oksitosin sedikit yang
mencapai target organ mioepitelium. Akibat dari tidak sempurnanya reflex let down
maka akan terjadi penumpukan air susu di dalam alveoli yang secara klinis tampak
payudara membesar. Payudara yang besar dapat berakibat abses, dan nyeri. Rasa sakit ini
akan menambah stress bagi seorang ibu sehingga stress akan bertambah (Viklund, 2008).
Karena refleks let down tidak sempurna maka bayi yang haus jadi tidak puas.
Ketidakpuasan ini merupakan tambahan stress bagi ibunya. Bayi yang haus dan tidak
puas ini akan berusaha menambah kuat isapannya (Viklund, 2008).

C. MANFAAT
1. Makanan utama yang mengandung nutrient yang diperlukan untuk tumbuh dan
berkembang bagi bayi
2. Mudah dicerna
3. ASI membantu melindungi bayi dari masalah seperti infeksi dada, demam, sakit
telinga, diare dan muntah-muntah, dan mengurangi risiko alergi.
4. Suhu susu pada ASI selalu benar, tidak ‘busuk’
5. Murah atau cuma-cuma.
6. Meningkatkan kekebalan tubuh bayi.
7. Menjalin hubungan kasih sayang antara ibu dan bayi

D. HAL-HAL YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI ASI:


1. Makanan.
Makanan yang dikonsumsi ibu menyusui sangat berpengaruh terhadap produksi ASI.
Apabila makanan yang ibu makan cukup akan gizi dan pola makan yang teratur,
maka produksi ASI akan berjalan dengan lancar.
2. Ketenangan jiwa dan pikiran.
Untuk memproduksi ASI yang baik, maka kondisi kejiwaan dan pikiran harus
tenang. Keadaan psikologis ibu yang tertekan, sedih dan tegang akan menurunkan
volume ASI.
3. Penggunaan alat kontrasepsi.
Penggunaan alat kontrasepsi pada ibu menyusui, perlu diperhatikan agar tidak
mengurangi produksi ASI. Contoh alat kontrasepsi yang bisa digunakan adalah
kondom, IUD, pil khusus menyusui ataupun suntik hormonal 3 bulanan.
4.Perawatan payudara.
Perawatan payudara bermanfaat merangsang payudara mempengaruhi hipofise untuk
mengeluarkan hormon prolaktin dan oksitosin.
5. Anatomis payudara.
Jumlah lobus dalam payudara juga mempengaruhi produksi ASI. Selain itu, perlu
diperhatikan juga bentuk anatomis papila atau puting susu ibu.
6. Faktor fisiologi.
ASI terbentuk oleh karena pengaruh dari hormon prolaktin yang menentukan
produksi dan mempertahankan sekresi air susu.
7. Pola istirahat.
Faktor istirahat mempengaruhi produksi dan pengeluaran ASI. Apabila kondisi ibu
terlalu capek, kurang istirahat maka ASI juga berkurang.
8. Faktor isapan anak atau frekuensi penyusuan.
Semakin sering bayi menyusu pada payudara ibu, maka produksi dan pengeluaran
ASI akan semakin banyak. Akan tetapi, frekuensi penyusuan pada bayi prematur dan
cukup bulan berbeda. Studi mengatakan bahwa pada produksi ASI bayi prematur
akan optimal dengan pemompaan ASI lebih dari 5 kali per hari selama bulan pertama
setelah melahirkan. Pemompaan dilakukan karena bayi prematur belum dapat
menyusu. Sedangkan pada bayi cukup bulan frekuensi penyusuan 10 ± 3 kali perhari
selama 2 minggu pertama setelah melahirkan berhubungan dengan produksi ASI
yang cukup. Sehingga direkomendasikan penyusuan paling sedikit 8 kali perhari
pada periode awal setelah melahirkan. Frekuensi penyusuan ini berkaitan dengan
kemampuan stimulasi hormon dalam kelenjar payudara.
9. Faktor obat-obatan.
Bayi berat lahir rendah (BBLR) mempunyai kemampuan menghisap ASI yang lebih
rendah dibanding bayi yang berat lahir normal (> 2500 gr). Kemampuan mengisap
ASI yang lebih rendah ini meliputi frekuensi dan lama penyusuan yang lebih rendah
dibanding bayi berat lahir normal yang akan mempengaruhi stimulasi hormon
prolaktin dan oksitosin dalam memproduksi ASI.
10. Berat lahir bayi.
Umur kehamilan dan berat lahir mempengaruhi poduksi ASI. Hal ini disebabkan bayi
yang lahir prematur (umur kehamilan kurang dari 34 minggu) sangat lemah dan tidak
mampu menghisap secara efektif sehingga produksi ASI lebih rendah daripada bayi
yang lahir cukup bulan. Lemahnya kemampuan menghisap pada bayi prematur dapat
disebabkan berat badan yang rendah dan belum sempurnanya fungsi organ.
11. Umur kehamilan saat melahirkan.
Umur kehamilan dan berat lahir mempengaruhi poduksi ASI. Hal ini disebabkan bayi
yang lahir prematur (umur kehamilan kurang dari 34 minggu) sangat lemah dan tidak
mampu menghisap secara efektif sehingga produksi ASI lebih rendah daripada bayi
yang lahir cukup bulan. Lemahnya kemampuan menghisap pada bayi prematur dapat
disebabkan berat badan yang rendah dan belum sempurnanya fungsi organ.
12. Konsumsi rokok dan alkohol.
Merokok dapat mengurangi volume ASI karena akan mengganggu hormon prolaktin
dan oksitosin untuk produksi ASI. Merokok akan menstimulasi pelepasan adrenalin
dimana adrenalin akan menghambat pelepasan oksitosin.
a. Meskipun minuman alkohol dosis rendah disatu sisi dapat membuat ibu merasa
lebihrileks sehingga membantu proses pengeluaran ASI namun disisi lain etanol
dapat menghambat produksi oksitosin.
b. Sirkulasi darah
Kurang darah atau terlalu banyak mengeluarkan darah sewaktu melahirkan, dan
sirkulasi darah tersumbat dapat mengurangi produksi ASI.
c. Energi Vital
Energi vital yang lemah dapat menyebabkan penurunan produksi ASI(Sukanta,
2008; viklund, 2008).

E. HAL YANG PERLU DIPERHATIKAN SAAT MENYUSUI


1. Kolostrum atau cairan yang keluar dari payudara ibu berwarna kekuning-kuningan
dan kental tetap diberikan pada bayi dan jangan dibuang .
2. Bila ibu dioperasi, kolostrum tetap keluar dan harus tetap diberikan,
3. Kolostrum dapat diperas dan diberikan dengan sendok.
4. Dengan posisi tertentu walaupun ibu dioperasi bayi dapat tetap disusui.
5. Mintalah petunjuk dari petugas kesehatan.
6. Bilamana payudara bengkak jangan panik, pada hari ketiga biasanyapayudara
membesar dan keras dan ibu agak demam.
7. Bila ASI belum keluar, bayi tetap disusui dengan rileks . Ingat setiap Jangan diberi
susu botol karena bayi akan bingung dan menangis.
8. Dalam keadaan terpaksa, misalkan ibu sakit berat,operasi atau meninggal, sehingga
perlu diberi susu lain, tetap pakailah sendok dan bukan botol.
9. Hisapan mulut bayi akan meerangsang produksi dan pengeluaran ASI.

Tanda menyusui yang benar


1) Tubuh bagian depan bayi menempel pada tubuh ibu.
2) Dagu bayi menempel pada payudara.
3) ada bayi menempel pada dada ibu yang berada di dasar payudara.
4) Telingga bayi berada dalam satu garis dengan leher dan lengan bayi.
5) Mulut bayi terbuka lebar dengan bibir bawah yang terbuka.
6) Sebagian besar areola tidak tampak.
7) Bayi menghisap dalam dan perlahan.
8) Bayi puas dan tenang pada akhir menyusui.
9) Terkadang terdengar suara bayi menelan.
10) Putting susu tidak terasa sakit/ lecet.

F. PROSEDUR MENYUSUI
Pastikan agar bayi Anda ditempatkan dan bersentuhan secara benar untuk menyusui, dengan:
1. Tetekkan bayi anda segera atau selambatnya 30-60 menit setelah dilahirkan
2. Dekatkan tubuh bayi Anda ke arah Anda supaya dadanya berhadapan dengan dada Anda.
3. Peganglah dengan dekat. Leher dan bahu ditopang dengan tangan Anda sepanjang
punggung.
4. Bawalah bayi ke payudara dan bukannya menggerakkan seluruh tubuh payudara Anda ke arah
bayi. Jangan menekan sebagian aerola.

5. Sentuh mulut bayi Anda secara halus dengan pentil Anda untuk mendorongnya membuka mulut
sebesar mungkin. Lidahnya harus ke bawah dan depan dalam mulutnya.

6. Bawalah mulutnya ke payudara Anda, dan pastikan agar pentil dan areola (bagian berwarna
sekitar pentil) Anda masuk dalam mulut bayi dengan benar. Bibirnya akan tampaknya terbuka
(tidak menggulung ke dalam mulut) dan dagunya akan menyentuh payudara Anda. Ini berarti
bahwa hidungnya tidak menyentuh payudara supaya ia dapat bernapas.
7. Jika rasanya kurang enak, mungkin sekali Anda tidak menyusui dengan benar, jadi cobalah lagi.
Tidak apa-apa jika Anda meminta bantuan. Seharusnya tidak sakit apabila bayi Anda menyusu
dengan benar. Jika bayi Anda menyusu dengan baik, tidak ada bunyi ceklek.

8. Biarkan bayi mengisap selama ia mau pada sebelah payudara, kemudian berikan sebelah lagi.
9. Berilah sebelah payudara yang satu lagi saat mulai penyusuan selanjutnya.
10. Untuk mengangkat bayi dari payudara,
a. jari kelingking ibu dimasukkan ke mulut bayi
b. dagu di tekan ke bawah

Cara Menyendawakan Bayi


1) Bayi digendong, menghadap ke belakang dengan dada bayi diletakkan pada bahu ibu
2) Kepala bayi disangga/ditopang dengan tangan ibu
3) Usap punggung bayi perlahan-lahan sampai bayi sendaw
CEKLIS KETERAMPILAN KEPERAWATAN
MENYUSUI YANG BENAR

NAMA MAHASISWA :
NIM :
No ASPEK YANG DINILAI NILAI
1 2 3
1 Tahap Preinteraksi
1. Kaji data klien
2. Siapkan alat dan bahan
3. Mencuci tangan
2 Tahap Orientasi
1. Mengucapkan salam
2. Perkenalkan nama
3. Kaji kebutuhan klien dan kontrak waktu
4. Jelaskan kepada klien dan keluarga
5. Beri kesempatan klien untuk bertanya
3 Tahap Kerja
1. Cuci tangan dengan sabun sebelum menyusui
2. Gunakan kapas untuk membersihkan area putting
susu dan areola sebelum menyusui
3. Perah sedikit kolostrum atau ASI dan oleskan
pada daerah putting dan sekitarnya
4. Ibu duduk, berbaring/tiduran dengan santai
5. Bayi diletakkan menghadap ke ibu dengan posisi:
a. Perut bayi menempel ke perut ibu
b. Dagu bayi menempel ke payudara
c. Telinga dan lengan bayi berada dalam satu
garis lurus
d. Mulut bayi menutupi daerah aerola sekitar
putting susu
6. Sentuhlah putting susu pada bibir atau pipi bayi
7. Setelah mulut bayi terbuka lebar, masukkan
putting dan sebagian aerola ke dalam mulut bayi
8. Berikan ASI dari satu payudara sampai kosong
sebelum pindah ke payudara lainnya
9. Bersihkan mulut bayi dan putting susu bila selesai
menyusui
10. Bayi digendong, menghadap ke belakang dengan
dada bayi diletakkan pada bahu ibu sambil di
tepuk-tepuk agar bersendawa
11. Bayi dan ibunya di rapikan

4 Tahap Terminasi
1. Catat respon klien
2. Cuci tangan
3. Dokumentasi

Jumlah Nilai

KETERANGAN
1 = Dilakukan dengan bantuan penuh
2 = Dilakukan tetapi tidak sempurna
3 = Dilakukan dengan sempurna Evaluator

(……………………………)
KONTRASEPSI

A. KONTRASEPSI TANPA ALAT


1. Senggama Terputus
Merupakan cara kontrasepsi yang paling tua. Senggama dilakukan sebagaimana biasa,
tetapi pada puncak senggama, alat kemaluan pria dikeluarkan dari liang vagina dan sperma
dikeluarkan di luar. Cara ini tidak dianjurkan karena sering gagal, karena suami belum
tentu tahu kapan spermanya keluar.
2. Pantang Berkala (Sistem Kalender)
Cara ini dilakukan dengan tidak melakukan senggama pada saat istri dalam masa subur.
Cara ini kurang dianjurkan karena sukar dilaksanakan dan membutuhkan waktu lama untuk
‘puasa’. Selain itu, kadang juga istri kurang terampil dalam menghitung siklus haidnya
setiap bulan.

B. KONTRASEPSI DENGAN ALAT


1. KONDOM
Pengertian Kondom
Kondom adalah suatu alat kontrasepsi berupa sarung dari karet yang
diselubungkan ke organ intim lelaki, yang bekerja dengan cara mencegah sperma
bertemu dengan sel telur sehingga tidak terjadi pembuahan. Kondom merupakan
salah satu metode pencegahan kehamilan yang sering di-gunakan. Kondom juga
bisa digunakan untuk melindungi pasangan dan diri sendiri dari virus HIV dan
penyakit menular seksual. Tapi apakah pemakaian kondom cukup aman dan
efektif untuk melindungi Anda dari kehamilan yang tidak diinginkan dan
penyakit.
Tujuan Penggunaan Kondom
Pada abad ke 18 diberi nama “kondom” yang pada waktu itu digunakan
dengan tujuan mencegah penularan penyakit kelamin. Kondom menghalangi
masuknya sperma ke dalam vagina sehingga pembuahan dapat dicegah.
Cara Pemakaian
Penggunaan kondom yang benar adalah memakaikannya pada organ intim
pria yang ereksi. Sisakan ruangan di bagian paling ujung kondom untuk
menampung sperma, caranya dengan menjepit bagian paling ujung kondom
dengan jari saat memakai kondom tersebut. Setelah terjadi ejakulasi dan sperma
keluar dan ditampung oleh kondom tersebut, segera tarik penis dari vagina selama
penis masih ereksi. Karena kalau penis sudah tidak dalam keadaan ereksi,
kondom akan menjadi longgar dan sperma yang sudah tertampung tadi bisa
merembes keluar dan dapat membuahi. Di bawah ini, adalah cara pemakaian
kondom pria:
Tahap 1
Kondom dipasang saat penis ereksi, dan sebelum melakukan hubungan badan.
Tahap 2
Buka kemasan kondom secara hati-hati dari tepi, dan arah robekan ke arah tengah.
Jangan menggunakan gigi, benda tajam saat membuka kemasan
Tahap 3
Tekan ujung kondom dengan jari dan jempol untuk menghindari udara masuk ke
dalam kondom. Pastikan gulungan kondom berada di sisi luar.
Tahap 4
Buka gulungan kondom secara perlahan ke arah pangkal penis, sambil menekan
ujung kondom. Pastikan posisi kondom tidak berubah selama coitus, jika kondom
menggulung, tarik kembali gulungan ke pangkal penis
Tahap 5
Setelah ejakulasi, lepas kondom saat penis masih ereksi. Hindari kontak penis dan
kondom dari pasangan Anda.
Tahap 6
Buang dan bungkus kondom bekas pakai ke tempat yang aman.
2. PIL
Pil adalah obat pencegah kehamilan yang diminum. Pil telah
diperkenalkan sejak 1960. Pil diperuntukkan bagi wanita yang tidak hamil dan
menginginkan cara pencegah kehamilan sementara yang paling efektif bila
diminum secara teratur. Minum pil dapat dimulai segera sesudah terjadinya
keguguran, setelah menstruasi, atau pada masa post-partum bagi para ibu yang
tidak menyusui bayinya. Jika seorang ibu ingin menyusui, maka hendaknya
penggunaan pil ditunda sampai 6 bulan sesudah kelahiran anak (atau selama
masih menyusui) dan disarankan menggunakan cara pencegah kehamilan yang
lain.

Efek Samping Pemakaian Pil


Pemakaian pil dapat menimbulkan efek samping berupa perdarahan di luar
haid, rasa mual, bercak hitam di pipi (hiperpigmentasi), jerawat, penyakit jamur
pada liang vagina (candidiasis), nyeri kepala, dan penambahan berat badan.
Tujuan IUD Andalan akan mencegah pelepasan sel telur sehingga tidak akan
terjadi pembuahan. Selain itu mengurangi mobilitas sperma agar tidak dapat
membuahi sel telur serta mencegah sel telur yang telah dibuahi menempel pada
dinding rahim

3. SUNTIK
Pengertian
Kontrasepsi suntikan adalah cara untuk mencegah terjadinya kehamilan
dengan melalui suntikan hormonal. Kontrasepsi hormonal jenis KB suntikan ini di
Indonesia semakin banyak dipakai karena kerjanya yang efektif, pemakaiannya
yang praktis, harganya relatif murah dan aman.
Jenis KB Suntik
Jenis-jenis alat KB suntik yang sering digunakan di Indonesia antara lain:
Suntikan / bulan / Kombinasi  : contoh : cyclofem
Suntikan kombinasi mengandung hormon esterogen dan progesteron, yang
diberikan satu bulan sekali.

Cara kerja
Pemberian hormon progestin akan menyebabkan pengentalan mukus serviks
sehingga menurunkan kemampuan penetrasi sperma. Hormon tersebut juga
mencegah pematangan dan pelepasan sel telur.Endometrium menjadi tipis dan
atrofi dengan berkurangnya aktifitas kelenjar. Selain itu akan merangsang
timbulnya haid setiap bulan.
Efektifitas
Kontrasepsi suntik adalah kontrasepsi sementara, macam-macam suntikan
tersebut telah dibuktikan sangat baik, dengan angka kegagalan kurang dari 0,1 %
per 100  wanita selama tahun pertama penggunaan.
Cara Pemberian
Waktu Pemberian
a.    Setelah melahirkan : 6 minggu pasca persalinan
b.   Setelah keguguran : segera setelah dilakukan kuretase atau 30 hari setelah
keguguran (asal ibu belum hamil lagi)
c.    Dalam masa haid : Hari pertama sampai hari ke-5 masa haid
b.    Lokasi Penyuntikan dengan i.m sampai daerah glutus
a.    Daerah bokong/pantat
b.    Daerah otot lengan atas
 
4. AKDR/IUD
Adalah bahan inert sintetik (dengan atau tanpa unsure tambahan untuk sinergi
efektifitas). Tujuan IUD akan mencegah pelepasan sel telur sehingga tidak akan
terjadi pembuahan. Selain itu mengurangi mobilitas sperma agar tidak dapat
membuahi sel telur serta mencegah sel telur yang telah dibuahi menempel pada
dinding rahim
Jenis-jenis AKDR/IUD

Pengkajian :
1.    Kaji riwayat obstetric
2.    Kaji riwayat ginekologi
3.    Kaji riwayat kesehatan umum ibu
Persiapan Alat :
1.    Bak steril berisi : speculum vagina,tampon tang,tenaculum,gunting IUD,
sarung tangan, duk, kapas basah steril,IUD copper T 380 A, antiseptic,sonde
uterus
2.    Apron
3.    Sarung tangan bersih
4.    Betadine
5.    Lampu sorot
6.    Tempat klorin 0,5%
7.    Bengkok (nierbekken)
Persiapan pasien dan lingkungan :
1.    Informed consent
2.    Pastikan kondisi ibu
3.    Jaga privasi pasien
4.    Posisikan ibu dengan posisi litotomi
Prosedur Pelaksanaan :
1.    Cuci tangan
2.    Pakai sarung tangan
3.    Lakukan vulva hygiene (minimal 5 kapas) ganti sarung tangan steril
4.    Pasang duk steril
5.    Pasang speculum jepit cerviks dengan tenaculum (jam 11 atau jam 1).Ukur
panjang uterus (celupkan sonde ke dalam betadin kemudian masukkan
kedalam uterus,apusan betadin merupakan batas panjang uterus).
6.    Pasang IUD dengan menggunakan teknik menarik (withdrawal technique:
- Masukkan tabung inserter yang berisi IUD ke dalam kanalis servikalis
- Tarik tabung inserter sampai pangkal pendorong untuk memasukkan IUD
- Keluarkan pendorong dan dorong kembali tabung inserter sampai terasa
tahanan
7.    Gunting benang IUD kurang lebih 3-4 cm,keluarkan speculum vagina
8.    Rendam alat-alat dan lepas sarung tangan (rendam dalam larutan klorin
0,5%), lepaskan apron
9.    Cuci tangan dan keringkan
10. Ajarkan pasien untuk memeriksa benang IUD

Cara Pencabutan
1. Memberi salam, sapa klien dengan ramah dan perkenalkan diri
2. Anamnesa 
3. Konseling pra pencabutan
4. Mengisi formulir informed consent
5. Menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan : Sarung tangan steril 2
pasang, duk steril 1 buah, ring tang 1 buah, spekulum 2 buah, penster klem 1
buah, tenakulum 1 buah, 1 buah tang buaya/aligator (Pencabut AKDR/IUD),
2 buah kom untuk larutan DTT dan Betadine, Kassa, Kapas, Larutan klorin,
Celemek, Tempat sampah, Bengkok, Lampu sorot/ senter, meja gynekolog.
6. Pastikan ibu telah mengosongkan kandung kemih dan mencuci
kemaluannya menggunakan sabun
7. Memasang sampiran, mengatur posisi klien secara litotomi pada meja
gynekology lalu pasangkan perlak
8. Mencuci tangan, memakai sarung tangan steril, pasangkan duk steril di
bawah bokong ibu
9. Lakukan pemeriksaan bimanual untuk memastikan gerakan serviks,
memastikan tidak ada infeksi atau tumor
10. Memasang spekulum vagina untuk melihat serviks
11. Mengusap vagina dan serviks dengan kassa betadine menggunakan penster
klem
12. Menarik benang AKDR/IUD yang tampak dengan tang buaya/aligator
(pencabut) secara mantap dan hati-hati untuk mengeluarkan AKDR/IUD
13. Tunjukkan AKDR/IUD tersebut pada ibu kemudian rendam dengan larutan
klorin
14. Keluarkan speculum
15. Rendam semua peralatan yang sudah dipakai ke dalam larutan klorin
16. Buang bahan-bahan yang sudah tidak dapat dipakai lagi
17. Lepaskan sarung tangan lalu rendam di larutan klorin
18. Cuci tangan
19. Amati klien selama 5 menit sebelum diperbolehkan pulang 
20. Diskusikan apa yang harus dilakukan bila klien mengalami masalah.
21. Minta klien untuk mengulangi kembali penjelasan yang telah diberikan
22. Jawab semua pertanyaan klien
23. Catat semua tindakan di rekam medik tentang pencabutan

Evaluasi
Evaluasi respon ibu
Dokumentasi
a.    Catat waktu pelaksanaan
b.    Catat jenis IUD
c.    Catat respons ibu
d.    Catat nama dan tanda tangan perawat
5. IMPLAN/SUSUK
Pengertian
Adalah alat kontrasepsi bawah kulit, karena dipasang di bawah kulit pada
lengan atas, alat kontrasepsi ini disusupkan di bawah kulit lengan atas sebelah
dalam. Bentuknya semacam tabung-tabung kecil atau pembungkus plastik
berongga dan ukurannya sebesar batang korek api. Susuk dipasang seperti kipas
dengan enam buah kapsul atau tergantung jenis susuk yang akan dipakai. Di
dalamnya berisi zat aktif berupa hormon.
Susuk tersebut akan mengeluarkan hormon sedikit demi sedikit. Jadi,
konsep kerjanya menghalangi terjadinya ovulasi dan menghalangi migrasi
sperma. Pemakaian susuk dapat diganti setiap 5 tahun, 3 tahun, dan ada juga yang
diganti setiap tahun. Penggunaan kontrasepsi ini biayanya ringan. Pencabutan bisa
dilakukan sebelum waktunya jika memang ingin hamil lagi. Berbentuk kapsul
silastik (lentur), panjangnya sedikit lebih pendek daripada batang korek api. Jika
Implant dicabut kesuburan bisa pulih dan kehamilan bisa terjadi. Cara pencabutan
Implan hampir sama dengan pemasangannya yaitu dengan penyayatan kecil dan
dilakukan oleh petugas kesehatan yang terlatih. Sebelum pemasangan Implan
sebaiknya kesehatan Ibu diperiksa terlebih dahulu,dengan tujuan untuk
mengetahui apakah Ibu bisa memakai Implan atau tidak.
Cara Kerja
Sama dengan pil namun susuk ditanamkan di dalam kulit, biasanya di lengan atas.
Implan mengandung progesteron yang akan terlepas secara perlahan dalam tubuh
Efektifitas
- Lendir serviks menjadi kental
- Menggangu proses pembentukan endometrium sehingga sulit terjadi
implantasi
- Mengurangi transportasi sperma
- Menekan ovulasi
- 99 % Sangat efektif (kegagalan 0,2 – 1 kehamilan per 100 perempuan)
Indikasi Susuk KB
- Pemakaian KB yang jangka waktu lama
- Masih berkeinginan punya anak lagi, tapi jarak antara kelahirannya tidak
terlalu dekat.
- Tidak dapat memakai jenis KB yang lain
Keuntungan
- Tahan sampai 5 tahun atau sampai diambil. Kesuburan akan kembali
segera setelah pengangkatan. Pencegahan kehamilan terjadi dalam waktu
24 jam setelah pemasangan.
- Melindungi wanita dari kanker rahim.
- Aman digunakan setelah melahirkan dan menyusui.
- Tidak mengganggu aktivitas seksual.
- Daya guna tinggi
- Perlindungan jangka panjang (3 tahun untuk Jadena)
- Pengembalian tingkat kesuburan yang cepat setelah pencabutan
- Tidak memerlukan pemeriksaan dalam
- Bebas dari pengaruh estrogen
- Tidak menggangu kegiatan senggama
- Klien hanya perlu kembali ke klinik bila ada keluhan
- Dapat dicabut setiap saat sesuai dengan kebutuhan
- Mengurangi nyeri haid
- Mengurangi jumlah darah haid
- Mengurangi/memperbaiki anemia
- Melindungi terjadinya kanker endometrium
- Menurunkan angka kejadian kelainan jinak payudara
- Melindungi diri dari beberapa penyebab penyakit radang panggul
- Menurunkan angka kejadian endometriosis
Cara Pemberian
1.      Menyambut ibu dan seseorang yang menemani ibu
2.      Tanya apakah ibu sudah pernah memakai kontrasepsi / belum
3.      Tanyakan ke ibu tangan apa yg biasa digunakan dalam bekerja
4.      Ibu di suruh mencuci tanagan dengan bersih dan keringkan tangan ibu
5.      Ibu di suruh berbaring dan ukur tekanan darah ibu
6.      Ukur posisi tangan ibu 8-10 cm to mengambar posisi implan (gambarkan
pola)
7.      Dekatkan alat-alat
8.      Cuci tangan
9.      Buka pembungkus sped
10.   Patahkan lidokain
11.   Pasang handscon kanan
12.   Sedot lidokain
13.   Pasang handscon kiri
14.   Desinfektan tangan ibu dengan betadine 8-13 cm
15.   Letakan duk di tanagan ibu
16.   Densinfeksi dgn kapas alkohol
17.   Injelsi lidokain
18.   Tekan dengan kasa agar obat menyebar
19.   Test reaksi lidokain dgn cara mencubit dg pinset
20.   Lakukan insisi setengah centi
21.   Masukan trokart di bawah lapisan kulit dan masukan kapsul implan 1 persatu
di uji satu persatu dengan mendorong 2 x
22.   Tangan kanan mendorong trokart sambil mencabut, Tangan kiri menahan
kapsul
23.   Densifeksi dengan betadine dan tutup dgn plaster
24.   Bereskan alat
25.   Buka Handscun dan rendam 10 menit di larutan Klorin
26. Mencuci tangan 6 Langkah

6. KONTRASEPSI STERIL
Tubektomi adalah tindakan pengikatan atau pemotongan pada kedua saluran telur
wanita (tuba fallopi) yang mengakibatkan wanita tersebut tidak akan
mendapatkan keturunan lagi. Sterilisasi bisa dilakukan juga pada pria, yaitu
vasektomi. Dengan demikian, jika salah satu pasangan telah mengalami sterilisasi,
maka tidak diperlukan lagi alat-alat kontrasepsi yang konvensional. Cara
kontrasepsi ini baik sekali, karena kemungkinan untuk menjadi hamil kecil sekali.
Faktor yang paling penting dalam pelaksanaan sterilisasi adalah kesukarelaan dari
akseptor. Dengan demikian, sterilisasi tidak boleh dilakukan kepada wanita yang
belum/tidak menikah, pasangan yang tidak harmonis atau hubungan perkawinan
yang sewaktu-waktu terancam perceraian, dan pasangan yang masih ragu
menerima sterilisasi. Yang harus dijadikan patokan untuk mengambil keputusan
untuk sterilisasi adalah jumlah anak dan usia istri. Misalnya, untuk usia istri 25–
30 tahun, jumlah anak yang hidup harus 3 atau lebih.

Vasektomi adalah prosedur klinik untuk menghentikan kapasitas


reproduksi pria dengan jalan melakukan oklusi vasa deferensia alur transportasi
sperma terhambat dan proses fertilisasi tidak terjadi.
CHEKLIST KETRAMPILAN
PEMASANGAN AKDR/IUD
Nama Mahasiswa :
NIM :
NILAI
NO JENIS KEGIATAN
0 1 2
I Persiapan Alat
1. Bak steril berisi : speculum vagina,tampon
tang,tenaculum,gunting IUD, sarung tangan, duk, kapas
basah steril,IUD copper T 380 A, antiseptic,sonde uterus
2.    Apron
3.    Sarung tangan bersih
4.    Betadine
5.    Lampu sorot
6.    Tempat klorin 0,5%
7.    Bengkok (nierbekken)

II Preinteraksi
1. Informed consent
2.    Pastikan kondisi ibu
3.    Jaga privasi pasien
4.    Posisikan ibu dengan posisi litotomi

III Orientasi
1. Memberi salam, panggil nama klien dengan nama yang
disenangi
2. Memperkenalkan diri
3. Jelaskan tujuan dan prosedur tindakan pada klien dan keluarga
IV Prosedur Kerja
1. Cuci tangan
2.    Pakai sarung tangan
3.    Lakukan vulva hygiene (minimal 5 kapas) ganti sarung tangan
steril
4.    Pasang duk steril
5.    Pasang speculum jepit cerviks dengan tenaculum (jam 11 atau
jam 1).Ukur panjang uterus (celupkan sonde ke dalam betadin
kemudian masukkan kedalam uterus,apusan betadin
merupakan batas panjang uterus).
6.    Pasang IUD dengan menggunakan teknik menarik
(withdrawal technique:
- Masukkan tabung inserter yang berisi IUD ke dalam
kanalis servikalis
- Tarik tabung inserter sampai pangkal pendorong untuk
memasukkan IUD
- Keluarkan pendorong dan dorong kembali tabung inserter
sampai terasa tahanan
7. Gunting benang IUD kurang lebih 3-4 cm,keluarkan
speculum vagina
8. Klien dibersihkan , alat-alat dirapikan, buang kotoran pada
tempatnya
9. Rendam alat-alat dan lepas sarung tangan (rendam dalam
larutan klorin 0,5%), lepaskan apron
10. Cuci tangan dan keringkan
11. Ajarkan pasien untuk memeriksa benang IUD

V Terminasi
1. Menanyakan perasaan klien setelah dilakukan tindakan
2. Menyimpulkan hasil yang didapat
3. Berikan reinforcement sesuai dengan kemampuan klien
2. Mengakhiri kegiatan dengan salam

VI Dokumentasi
Catat seluruh hasil tindakan dalam catatan keperawatan

Keterangan :
0 : Tidak melakukan
1 : Melakukan tapi tidak sempurna Evaluator
2 : Sempurna

(………………………)

Anda mungkin juga menyukai