A. DEFINISI
Suatu program terencana berupa observasi, edukasi dan penanganan medic pada ibu hamil, untuk
memperoleh suatu proses kehamilan dan persalinan yang aman dan memuaskan
B. TUJUAN
1. Untuk menentukan besarnya Rahim sehingga dapat menetukan usia kehamilan
2. Letak/ posisi bayi dalam Rahim
D. PEMERIKSAAN UMUM
1. Penilaian keadaan umum, kesadaran, komunikasi
2. Tanda-tanda vital (TD, N R, ST)
3. Kemungkinan resiko pada ibu dengan tinggi < 145 cm, Berat badan < 45 kg atau > 75 kg
4. Batas hipertensi pada kehamilan yaitu 140/90 mmHg
5. Ada/ tidaknya nyeri kepala
6. Mata konjugtiva pucat/ tidak, sclera ikterik/ tidak
7. Mulut/ THT ada tanda radang/ tidak, lender, perdarahan gusi, gigi-geligi
8. Paru/ jantung/ abdomen (inspeksi, palpasi, perkusi, auskultasi)
9. Ekstremitas ada oedema/ tidak, pucat, sianosis, varises, simetris
E. PEMERIKSAAN KHUSUS OBSTETRIK
Abdomen
Inspeksi : Membesar/ tidak
Palpasi : Tentukan tinggi fundus uteri (Leopold)
Leopold I
TUJUAN
Untuk menentukan tuanya kehamilan dan bagian yang terdapat dalam fundus
Langkah Pelaksanaan :
1) Kaki klien dibengkokan pada lutut dan lipat paha (hal ini dilakukan juga pada Leopold II
dan III)
2) Pemeriksa berdiri sebelah kanan klien dan melihat kearah kepala klien gunakan ujung jari
kedua tangan untuk mempalpasi fundus uteri.
3) Rahim di bawah ke tengah, kemudian tentukan tinggi fundus
4) Tentukan bagian yang terdapat pada fundus :
a. Apabila kepala janin teraba di bagian fundus, yang akan teraba adalah keras, bulat dan
mudah digerakkan dan “ballotable”.
b. Apabila bokong janin teraba di bagian fundus, yang akan terasa adalah lembut, tidak
beraturan, tidak rata, melingkar dan sulit digerakkan.
c. Pada letak lintang, uteri kosong
Menentukan usia kehamilan
Pada usia kehamilan 12 minggu, fundus dapat teraba 1-2 jari di atas simpisis.
Pada usia kehamilan 16 minggu, fundus dapat teraba di antara simpisis dan pusat.
Pada usia kehamilan 20 minggu, fundus dapat teraba 3 jari di bawah pusat.
Pada usia kehamilan 24 minggu, fundus dapat teraba tepat di pusat.
Pada usia kehamilan 28 minggu, fundus dapat teraba 3 jari di atas pusat.
Pada usia kehamilan 32 minggu, fundus dapat teraba di pertengahan antara
prosesus xipoideus dan pusat.
Pada usia kehamilan 36 minggu, fundus dapat teraba 3 jari di bawah prosesus
xipoideus.
Pada usia kehamilan 40 minggu, fundus dapat teraba di pertengahan antara
prosesus xipoideus dan pusat. (Lakukan konfirmasi dengan wawancara dengan
pasien untuk membedakan dengan usia kehamilan 32 minggu).
Leopold II
Tujuan
Mengetahui letak punggung janin dan bagian-bagian kecil.
Langkah Pelaksanaan :
1) Menghadap ke kepala pasien
2) Letakkan kedua tangan pada kedua sisi abdomen, pertahankan
3) Uterus dengan tangan yang satu dan palpasi sisi lain untuk menentukan lokasi punggung
janin.
4) Bagian punggung akan teraba jelas, rata, cembung, kaku/tidak dapat digerakkan.
5) Bagian-bagian kecil (tangan dan kaki) akan teraba kecil, bentuk / posisi tidak jelas dan
menonjol, dan mungkin bisa bergerak pasif atau aktif.
Leopold III
Tujuan
Untuk mengetahui bagian presentasi dari janin yang terletak di jalan lahir (umumnya kepala/
bokong)
Langkah pemeriksaan :
1) Pergunakan satu tangan untuk memegang daerah bagian terbawah dari janin
2) Tangan kanan diletakkan di atas symphisis dengan ibu jari disebelah kanan ibu dan empat jari
lainnya disebelah kiri ibu sambil menggoyangkan bagian bawah ke kiri-kanan.
3) Letakkan tiga ujung jari kedua tangan pada kedua sisi abdomen pasien tepat diantara
simphisis dan minta pasien untuk menarik nafas dan menghembuskannya. Pada saat pasien
menghembuskan nafas, tekan jari tangan ke bawah secara perlahan dan dalam di sekitar
bagian presentasi
Hasil :
Jika bagian kepala, yang teraba keras,sedangkan jika bokong maka teraba lunak
Jika masih dapat digoyangkan berarti belum masuk pintu atas panggul (PAP) tapi sulit
digoyangkan berarti sudah masuk (PAP) tapi jika sulit digoyangkan berarti sudah masuk PAP.
Apabila sudah masuk PAP, maka bisa dilanjutkan untuk pemeriksaan Leopold IV..
Leopold IV
Tujuan
Pemeriksaan Leopold IV tidak dilakukan kalau kepala atau bagian terbawah masih tinggi.
Maneuver ini mengidentifikasi bagian terbesar dari ujung kepala janin yang dipalpasi di bagian
sisi pelvis. Apabila posisi kepala fleksi ujung kepala adalah bagian depan kepala. Apabila posisi
kepala ekstensi, ujung kepala adalah bagian oksiput.
Langkah Pemeriksaan :
1) Pemeriksa merubah posisi dengan melihat kea rah kaki ibu hamil
2) Kedua tangan meraba bagian janin yang terletak di sebelah bawah dan seberapa jauh turunnya
ke rongga panggul.
3) Secara perlahan gerakkan jari tangan ke sisi bawah abdomen ke arah pelvis hingga ujung jari
salah satu tangan menyentuh tulang terakhir. Inilah ujung kepala.
4) Jika bagian ujung terletak di bagian yang berlawanan dengan punggung, ini adalah pundak
bayi dan kepala pada posisi fleksi.
5) Jika kepala pada posisi ekstensi, ujung kepala akan terletak pada bagian yang sama dengan
punggung dan bagian oksiput menjadi ujung kepala.
Hasil :
Jika kedua tangan yang kita rapatkan pada permukaan dari bagian terbawah dari kepala
menunjuk :
1) Convergen berarti separuh dari kepala masuk ke dalam rongga
2) Sejajar berarti separuh dari kepala masuk kedalam rongga panggul
3) Divergen berarti bagian terbesar dari kepala masuk kedalam rongga panggul dan ukuran
terbesar kepala sudah melewati PAP
2 1) Mengucapkan salam
2) Jelaskan tujuan dan prosedur tindakan
kepada klien dan keluarga
3) Beri kesempatan klien untuk bertanya
KETERANGAN
1 = Dilakukan dengan bantuan penuh
2 = Dilakukan tetapi tidak sempurna
3 = Dilakukan dengan sempurna Evaluator
(……………………………)
ASUHAN PERSALINAN NORMAL
A. PENGERTIAN
Persalinan adalah proses membuka dan menipisnya serviks dan janin turun ke dalam
jalan lahir. (Prawirohardjo, 2001).Kelahiran adalah proses dimana janin dan ketuban di dorong
keluar melalui jalan lahir. (Prawirohardjo, 2001).
Pesalinan dan kelahiran normal adalah proses pengeluaran janin yang terjadi pada
kehamilan cukup bulan (37-42 minggu), lahir spontan dengan presentasi belakang kepala yang
berlangsung dalam 18 jam, tanpa komplikasi baik pada ibu maupun pada janin. (Prawirohardjo,
2001).
Persalinan dan kelahiran normal (partus spontan) adalah proses lahirnya bayi pada letak
belakang kepala yang dapat hidup dengan tenaga ibu sendiri dan uri, tanpa alat serta tidak
melukai ibu dan bayi yang umumnya berlangsung kurang dari 24 jam melalui jalan lahir.
Persalinan dibagi dalam 4 kala, yaitu :
Kala I : Dimulai dari saat persalinan mulai sampai pembukaan lengkap (10 cm). Proses ini
terbagi dalam 2 fase : Fase Laten (8 jam) serviks membuka sampai 3 cm dan Fase aktif
(7 jam) serviks membuka dari 3 cm sampai 10 cm. Kontraksi lebih kuat dan sering
selama Fase aktif.
Kala II : Dimulai dari pembukaan lengkap (10 cm) sampai bayi lahir. Proses ini biasanya
berlangsung 2 jam pada primi dan 1 jam pada multi.
Kala III :Dimulai segera setelah lahir sampai lahirnya plasenta, yang berlangsung tidak lebih
dari 30 menit.
Kala IV : Dimulai saat lahirnya plasenta sampai 2 jam pertama postpartum.
B. PENYEBAB
Penyebab timbulnya persalinan sampai sekarang belum diketahui secara pasti/jelas.
Terdapat beberapa teori antara lain :
1. Penurunan kadar progesteron :
Progesteron menimbulkan relaksasi otot-otot rahim, sebaliknya Estrogen meninggikan
kerentanan otot rahim. Selama kehamilan terdapat keseimbangan antara kadar Progesteron
dan Estrogen di da;lam darah, tetapi pada akhir kehamilan kadar Progesteron menurun
sehingga timbul his.
a) Teori oxytocin : Pada akhir kehamilan kadar oxytocin bertambah. Oleh karena itu
timbul kontraksi otot-otot Rahim.
b) Keregangan otot-otot : Seperti halnya dengan kandung kencing dan lambung bila
dindingnya teregang oleh karena isinya bertambah maka timbul kontraksi untuk
mengeluarkan isinya. Demikian pula dengan rahim, maka dengan majunya kehamilan
makin teregang otot-otot dan otot-otot rahim makin rentan.
c) Pengaruh janin : Hypofise dan kelenjar suprarenal janin rupa-rupanya juga memegang
peranan oleh karena pada anencephalus kehamilan sering lebih lama dari biasa
d) Teori Prostaglandin : Prostaglandin yang dihasilkan oleh decidua, disangka menjadi
salah satu sebab permulaan persalinan.Hasil dari percobaab menunjukkan bahwa
Prostaglandin F2 dan E2 yang diberikan secara intra vena, intra dan extramnial
menimbulkan kontraksi myometrium pada setiap umur kehamilan. Hal ini juga di
sokong dengan adanya kadar Prostaglandin yang tinggi baik dalam air ketuban maupun
darah perifer pada ibu-ibu hamilsebelum melahirkan atau selama persalinan.
D. TANDA-TANDA INPARTU
1) Penipisan dan pembukaan serviks
2) Kontraksi uterus yang mengakibatkan perubahan serviks (frekuensi 2x dlm10’)
3) Cairan lender bercampur darah (Show) melalui vagina
G. EVALUASI
a) Melanjutkan pemantauan kontraksi uterus dan perdarahan pervaginam :
1) 2-3 kali dalam 15 menit pertama pasca persalinan.
2) Setiap 15 menit pada 1 jam pertama pasca persalinan.
3) Setiap 20-30 menit pada jam kedua pasca persalinan.
4) Jika uterus tidak berkontraksi dengan baik, melaksanakan perawatan yang
sesuai untuk menatalaksana atonia uteri.
5) Jika ditemukan laserasi yang memerlukan penjahitan, lakukan penjahitan
dengan anesthesia lokal dan menggunakan teknik yang sesuai.
b) Mengajarkan pada ibu/keluarga bagaimana melakukan masase uterus dan
memeriksa kontraksi uterus.
c) Mengevaluasi kehilangan darah.
d) Memeriksa tekanan darah, nadi dan keadaan kandung kemih setiap 15 menit
selama satu jam pertama pasca persalinan dan setiap 30 menit selama jam kedua
pasca persalinan.
1) Memeriksa temperatur tubuh ibu sekali setiap jam selama dua jam pertama
pasca persalinan.
2) Melakukan tindakan yang sesuai untuk temuan yang tidak normal.
Kebersihan dan keamanan
a) Menempatkan semua peralatan di dalam larutan klorin 0,5% untuk dekontaminasi
(10 menit). Mencuci dan membilas peralatan setelah dekontaminasi
b) Membuang bahan-bahan yang terkontaminasi ke dalam tempat sampah yang
sesuai.
c) Membersihkan ibu dengan menggunakan air disinfeksi tingkat tinggi.
Membersihkan cairan ketuban, lendir dan darah. Membantu ibu memakai pakaian
yang bersih dan kering.
d) Memastikan bahwa ibu nyaman. Membantu ibu memberikan ASI. Menganjurkan
keluarga untuk memberikan ibu minuman dan makanan yang diinginkan.
e) Mendekontaminasi daerah yang digunakan untuk melahirkan dengan larutan
klorin 0,5% dan membilas dengan air bersih.
f) Mencelupkan sarung tangan kotor ke dalam larutan klorin 0,5%, membalikkan
bagian dalam ke luar dan merendamnya dalam larutan klorin 0,5% selama 10
menit.
g) Mencuci kedua tangan dengan sabun dan air mengalir.
H. DOKUMENTASI
Melengkapi partograf (halaman depan dan belakang)
CEKLIS KETERAMPILAN KEPERAWATAN
ASUHAN PERSALINAN NORMAL
KETERANGAN
1 = Dilakukan dengan bantuan penuh
2 = Dilakukan tetapi tidak sempurna
3 = Dilakukan dengan sempurna Evaluator
(……………………………)
SENAM NIFAS
A. PENGERTIAN
Senam nifas adalah senam yang dilakukan ibu-ibu setelah melahirkan setelah keadaan tubuhnya
pulih kembali,mempercepat pemulihan kondisi tubuh ibu setelah melahirkan pada kondisi
semula seperti kondisi sebelum hamil.
Latihan senam pascapartum harus dilakukan sesegera mungkin. Ibu harus mulai dengan senam
yang sederhana kemudian dilanjutkan dengan gerakan yang lebih berat.
B. TUJUAN
1. Mencegah komplikasi yang mungkin timbul selama menjalani masa nifas
2. Memelihara dan memperkuat kekuatan otot perut, otot dasar panggul, serta otot
pergerakan
3. Memperlancar terjadinya proses involusi uteri (kembalinya rahim ke bentuk semula)
4. Memperbaiki sirkulasi darah, sikap tubuh setelah hamil dan melahirkan, tonus otot
pelvis, regangan otot tungkai bawah
5. Meningkatkan kesadaran untuk melakukan relaksasi otot-otot dasar panggul
2. Sentuh Lutut
Berbaring dengan lutut di tekuk. Sementara manarik napas dalam, sentuhkan bagian bawah dagu
ke dada. Sambil mengeluarkan napas angkat kepala dan bahu secara perlahan dan halus dan
upayakan menyentuh lutut dengan lengan di regangkan. Tubuh hanya boleh naik pada bagian
punggung, sementara pinggang tetap berada di lantai atau di tempat tidur ( kira – kira 6 samapai
8 inci ). Perlahan – lahan turunkan kepala dan bahu posisi semula. Rileks
5. Angkat bokong
Berbaring dengan bantuan lengan ,lutut di tekuk, dan kaki mendatar. Dengan perlahan naikkan
bokong dan lengkungkan punggung. Kembali pelan – pelan ke posisi semula
2. TAHAP PREINTERAKSI
Siapkan alat
Mencuci tangan
3. TAHAP ORIENTASI
Ucapkan Salam
Perkenalkan diri
Jelaskan tujuan dan prosedur tindakan
Anjurkan ibu untul bersikap rileks
4. TAHAP KERJA
1. pernafasan Abdomen
2. Sentuh lutut
3. Memutar kedua Lutut
4. Putar tungkai
5. Angkat Bokong
6. Memutar satu lutut
7. Angkat lengan
5. TAHAP TERMINASI
Evaluasi respon klien
Kondisi ibu setelah dilakukan senam hamil
6. DOKUMENTASI
Catat waktu pelaksanaan
Catat tindakan yang sudah dilakukan
Catat respons ibu
Catat nama dan tanda tangan petugas
KETERANGAN
1 = Dilakukan dengan bantuan penuh
2 = Dilakukan tetapi tidak sempurna
3 = Dilakukan dengan sempurna Evaluator
(……………………………)
PERAWATAN TALI PUSAT
A. PENGERTIAN
Perawatan tali pusat bayi baru lahir dilakukan dengan cara selalu menjaga kebersihannya
karena daerah ini mudah sekali terkena infeksi. Bungkuslah pangkal tali pusat dengan kasa steril
agar mencegah masukx kuman hingga pangkal tali pusat menegring, pangkal tali pusat akan
menciut, kering lalu puput atau putus. Pada umumnya tali pusat akan lepas atau puput pada hari
ke 6/7 namun bisa juga lebih cepat atau lebih lambat.
C. TUJUAN
Perawatan tali pusat bayi baru lahir yang dilakukan dengan baik dan benar dapat
mencegah bayi terkena tetanus dan radang selaput otak.Tali pusat harus senantiasa kering dan
tidak berbau.
Apabila tali pusat terinfeksi maka akan basah berbau dan merah meradang, bayi akan
menangis bila tali pusatnya tersentuh, Perawatan tali pusat yang baik dan benar akan
menghindarkan bayi dari penyakit tetanus dan radang selaput otak.
a) Tali pusat agar bersih dan nyaman
b) Mencegah terjadinya infeksi
c) Mempercepat kering dan puput/ lepasnya tali pusat
KETERANGAN
1 = Dilakukan dengan bantuan penuh
2 = Dilakukan tetapi tidak sempurna
3 = Dilakukan dengan sempurna Evaluator
(……………………………)
PERAWATAN PAYUDARA
A. DEFINISI
Perawatan payudara adalah suatu cara yang dilakukan untuk merawat payudara agar air susu
keluar dengan lancar
B. TUJUAN
Mencegah tersumbatnya aliran susu sehingga memperlancar pengeluaran ASI
C. MANFAAT
Menjaga kebersihan payudara, terutama kebesihan puting susu agar terhindar dari infeksi,
melunakkan serta memperbaiki bentuk puting susu sehingga bayi dapat menyusu dengan baik,
merangsang kelenjar-kelenjar air susu sehingga produksi asi lancar, mengetahui secara dini
kelainan puting susu dan melakukan usaha-usaha untuk mengatasinya, persiapan psikis ibu
menyusui.
D. AKIBAT JIKA TIDAK DILAKUKAN PERAWATAN PAYUDARA
Berbagai dampak negatif dapat tibul jika tidak dilakukan perawatan payudara sedini mungkin.
Dampak tersebut meliputi :
1. Puting susu mendelep
2. Anak susah menyusui
3. ASI lama keluar
4. Produksi ASI terbatas
5. Pembengkakan pada payudara
6. Payudara meradang
7. Payudara kotor
8. Ibu belum siap menyusui
9. Kulit payudara terutama puting akan mudah lecet
2. Telapak tangan kiri menopang payudara kiri, denan jari-jari tangan kanan sisi
kelingking urut payudara ke arah puting lakukan 20-30 kali setiap payudara
3. Sama dengan pengurutan II tetapi tangan kanan digengam dan dengan tulang sendi jari
payudara diurut dari pangkal payudara ke arah puting susu lakukan 20 – 30 kali
G. PERANGSANGAN
Selesai pengurutan diteruskan dengan penyiraman payudara dengan air hangat dulu lalu air
dingin bergantian selama 5 menit, setelah itu pakailah BH yang menopang.
CEKLIS KETERAMPILAN KEPERAWATAN
PERAWATAN PAYUDARA
NAMA MAHASISWA :
NIM :
N ASPEK YANG DINILAI NILAI
NO 1 2 3
1 Tahap Preinteraksi
1) Kaji data klien
2) Siapkan alat dan bahan
3) Mencuci tangan
2 Tahap Orientasi
1) Mengucapkan salam
2) Perkenalkan nama
3) Kaji kebutuhan klien dan kontrak waktu
4) Jelaskan kepada klien dan keluarga
5) Beri kesempatan klien untuk bertanya
3 Tahap Kerja
Cuci tangan
Buka pakaian ibu
Letakkan handuk diatas pangkuan ibu dan
tutuplah payudara dengan handuk.
Buka handuk pada daerah payudara.
Kompres putting susu dengan menggunakan
kapas minyak selama 3-5 menit.
Bersihkan dan tariklah putting susu keluar
terutama untuk putting susu yang datar.
Ketuk-ketuk sekeliling putting susu dengan
ujung-ujung jari.
Kedua telapak tangan dibasahi dengan baby oil
atau minyak kelapa.
Kedua telapak tangan diletakkankan diantara
kedua payudara.
Pengurutan dimulai kearah atas, samping
(telapak tangan kiri kearah sisi kiri, telapak
tangan kanan kearah sisi kanan),dan
Pengurutan diteruskan kebawah, selanjutnya
melintang, telapak tangan mengurut ke depan
kemudian dilepas dari kedua payudara.
Telapak tangan kanan menopang payudara
kiri, kemudian jari-jari tangan kiri sisi
kelingking mengurut payudara dari pangkal
kearah putting susu, begitu juga sebaliknya,
diulang 20 – 30 kali.
Telapak tangan kiri menopang payudara kanan
dan tangan kiri menggengam / mengepal dan
mengurut payudara dari arah pangkal ke arah
putting susu, diulang 20 - 30 kali.
Payudara disiram dengan air hangat dan
dingan secara bergantian kira-kira 5 menit ( air
hangat dahulu setelah itu baru dengan air
dingin).
Keringkan dengan handuk.
Pakailah BH khusus untuk ibu menyusui (BH
yang menyangga payudara).
4 Tahap Terminasi
1) Catat respon klien
2) Cuci tangan
3) Dokumentasi
Jumlah Nilai
KETERANGAN
1 = Dilakukan dengan bantuan penuh
2 = Dilakukan tetapi tidak sempurna
3 = Dilakukan dengan sempurna Evaluator
(……………………………)
MENYUSUI YANG BENAR
A. DEFINISI
Air susu ibu (ASI) adalah cairan kehidupan terbaik yang sangat dibutuhkan oleh bayi.
ASI mengandung berbagai zat yang penting untuk tumbuh kembang bayi dan sesuai dengan
kebutuhannya. Meski demikian, tidak semua ibu mau menyusui bayinya karena berbagai alasan.
Misalnya takut gemuk, sibuk, payudara kendor dan sebagainya. Di lain pihak, ada juga ibu yang
ingin menyusui bayinya tetapi mengalami kendala. Biasanya ASI tidak mau keluar atau
produksinya kurang lancer (Farrer, 2001).
Menyusui adalah proses pemberian susu kepada bayi dengan air susu ibu (ASI) dari
payudara ibu. Bayi menggunakan refleks menghisap untuk mendapatkan dan menelan susu.
Seorang bayi dapat disusui oleh ibunya sendiri atau oleh wanita lain. ASI juga dapat diperah dan
diberikan melalui alat menyusui lain seperti botol susu, cangkir, sendok, atau pipet (Farrer,
2001)..
1. Hormon Prolaktin
Dalam proses menyusui, payudara mengirimkan rangsangan ke otak. Otak kemudian
bereaksi mengeluarkan hormon prolaktin yang masuk ke dalam aliran darah menuju
kembali ke payudara. Hormon prolaktin merangsang sel-sel pembuat susu untuk bekerja
memproduksi susu (Roesli, 2005)
Sel-sel pembuat susu sesungguhnya tidak langsung bekerja ketika bayi menyusu.
Sebagian besar hormon prolaktin berada dalam darah selama kurang lebih 30 menit
setelah proses menyusui. Jadi setelah proses menyusui selesai, barulah sebagian besar
hormon prolaktin sampai di payudara dan merangsang sel-sel pembuat susu untuk
bekerja. Jadi, hormon prolaktin bekerja untuk produksi susu berikutnya. Sementara susu
yang dihisap bayi sudah tersedia dalam payudara pada muara saluran ASI (Roesli, 2005).
Saat menyusui, foremilk disimpan dalam alveoli dan lactiferous sinuses, akan tetapi
kebanyakan dari susu hindmilk diproduksi berdasarkan permintaan. Payudara tidak
menyimpan susu, tetapi memproduksinya berdasarkan permintaan. Semakin besar
permintaan, semakin banyak susu yang diproduksi (Roesli, 2005).
Yang sering dikeluhkan ibu-ibu adalah suplai ASI yang kurang, padahal ASI diproduksi
berdasarkan kebutuhan. Jika diambil banyak akan diberikan banyak. Sederhananya,
prinsip mekanisme produksi susu dalam payudara mirip dengan tanaman teh. Jika kita
memetik pucuk teh, maka akan tumbuh dari bawah ketiak daun, dua buah cabang baru.
Jadi semakin sering dipetik, semakin banyak pucuk mudanya. Jika tidak dipetik, tidak
akan ada cabang baru.Begitu pula dengan ASI, semakin sering disedot bayi, semakin
banyak ASI yang diproduksi. Semakin jarang bayi menyusu, semakin sedikit ASI yang
diproduksi. Jika bayi berhenti menyusu, maka payudara juga akan berhenti memproduksi
ASI (Roesli, 2005).
2. Hormon Oksitosin
Setelah menerima rangsangan dari payudara, otak juga mengeluarkan hormon
oksitosin selain hormon prolaktin. Hormon oksitosin diproduksi lebih cepat daripada
prolaktin. Hormon ini juga masuk ke dalam aliran darah menuju payudara (Roesli, 2005).
Di payudara, hormon oksitosin merangsang sel-sel otot untuk berkontraksi. Kontraksi ini
menyebabkan ASI hasil produksi sel-sel pembuat susu terdorong mengalir melalui
pembuluh menuju muara saluran ASI. Kadang-kadang, bahkan ASI mengalir hingga
keluar payudara ketika bayi sedang tidak menyusu. Mengalirnya ASI ini disebut refleks
pelepasan ASI atau milk ejection reflex atau let down reflex (Roesli, 2005).
Produksi hormon oksitosin bukan hanya dipengaruhi oleh rangsangan dari
payudara, tetapi juga dipengaruhi oleh pikiran dan perasaan ibu. Suara tangisan bayi juga
dapat memicu aliran, yang memperlihatkan bagaimana produksi susu dapat dipengaruhi
secara psikologi dan kondisi lingkungan. Jadi ketika ibu mendengar suara bayi, meskipun
mungkin bukan bayinya, ASI dapat menetes keluar. Suara tangis bayi, sentuhan bayi,
atau ketika ibu berpikir akan menyusui bayinya, atau bahkan ketika ibu memikirkan
betapa sayangnya kepada sang bayi, ASI dapat menetes keluar (Roesli, 2005).
Sebaliknya refleks pelepasan ASI dapat dihambat oleh kecemasan, ketakutan,
perasaan tidak aman, atau ketegangan. Faktor-faktor ini diperkirakan dapat meningkatkan
kadar epinefrin dan neroinefrin, dan selanjutnya akan menghambat transportasi oksitosin
ke dalam payudara. Begitu pula bila ibu merasa tidak ingin memberikan ASI lagi
(menyapih), kadang kala produksi susu juga akan berhenti dengan sendirinya (Roesli,
2005).
Jika refleks pelepasan ASI ibu tidak bekerja dengan baik, bayi akan mengalami
kesulitan memperoleh ASI karena harus mengandalkan hanya pada kekuatan sedotan
menyusunya. Akibatnya, bayi akan kelelahan dan memperoleh sedikit ASI. Hal ini
terkadang membuatnya frustasi, dan kemudian menangis(Roesli, 2005).
Peristiwa ini tampak seolah-olah payudara berhenti memproduksi ASI, padahal
tidak demikian, karena yang terjadi adalah payudara tetap memproduksi ASI, tetapi ASI
tidak mengalir keluar. Oleh karena itu refleks pelepasan ASI yang bekerja dengan baik
merupakan hal yang sangat penting bagi bayi (Roesli, 2005).
Faktor-faktor yang menghambat reflex let down adalah keadaan stress seperti:
Keadaan bingung/pikiran kacau
Takut
Cemas
Bila ada stress dari ibu menyusui maka akan terjadi suatu blockade dari refleks let
down. Ini disebabkan oleh karena adanya pelepasan dari adrenalin yang menyebabkan
vasokonstriksi dari pembuluh darah alveoli, sehingga kadar oksitosin sedikit yang
mencapai target organ mioepitelium. Akibat dari tidak sempurnanya reflex let down
maka akan terjadi penumpukan air susu di dalam alveoli yang secara klinis tampak
payudara membesar. Payudara yang besar dapat berakibat abses, dan nyeri. Rasa sakit ini
akan menambah stress bagi seorang ibu sehingga stress akan bertambah (Viklund, 2008).
Karena refleks let down tidak sempurna maka bayi yang haus jadi tidak puas.
Ketidakpuasan ini merupakan tambahan stress bagi ibunya. Bayi yang haus dan tidak
puas ini akan berusaha menambah kuat isapannya (Viklund, 2008).
C. MANFAAT
1. Makanan utama yang mengandung nutrient yang diperlukan untuk tumbuh dan
berkembang bagi bayi
2. Mudah dicerna
3. ASI membantu melindungi bayi dari masalah seperti infeksi dada, demam, sakit
telinga, diare dan muntah-muntah, dan mengurangi risiko alergi.
4. Suhu susu pada ASI selalu benar, tidak ‘busuk’
5. Murah atau cuma-cuma.
6. Meningkatkan kekebalan tubuh bayi.
7. Menjalin hubungan kasih sayang antara ibu dan bayi
F. PROSEDUR MENYUSUI
Pastikan agar bayi Anda ditempatkan dan bersentuhan secara benar untuk menyusui, dengan:
1. Tetekkan bayi anda segera atau selambatnya 30-60 menit setelah dilahirkan
2. Dekatkan tubuh bayi Anda ke arah Anda supaya dadanya berhadapan dengan dada Anda.
3. Peganglah dengan dekat. Leher dan bahu ditopang dengan tangan Anda sepanjang
punggung.
4. Bawalah bayi ke payudara dan bukannya menggerakkan seluruh tubuh payudara Anda ke arah
bayi. Jangan menekan sebagian aerola.
5. Sentuh mulut bayi Anda secara halus dengan pentil Anda untuk mendorongnya membuka mulut
sebesar mungkin. Lidahnya harus ke bawah dan depan dalam mulutnya.
6. Bawalah mulutnya ke payudara Anda, dan pastikan agar pentil dan areola (bagian berwarna
sekitar pentil) Anda masuk dalam mulut bayi dengan benar. Bibirnya akan tampaknya terbuka
(tidak menggulung ke dalam mulut) dan dagunya akan menyentuh payudara Anda. Ini berarti
bahwa hidungnya tidak menyentuh payudara supaya ia dapat bernapas.
7. Jika rasanya kurang enak, mungkin sekali Anda tidak menyusui dengan benar, jadi cobalah lagi.
Tidak apa-apa jika Anda meminta bantuan. Seharusnya tidak sakit apabila bayi Anda menyusu
dengan benar. Jika bayi Anda menyusu dengan baik, tidak ada bunyi ceklek.
8. Biarkan bayi mengisap selama ia mau pada sebelah payudara, kemudian berikan sebelah lagi.
9. Berilah sebelah payudara yang satu lagi saat mulai penyusuan selanjutnya.
10. Untuk mengangkat bayi dari payudara,
a. jari kelingking ibu dimasukkan ke mulut bayi
b. dagu di tekan ke bawah
NAMA MAHASISWA :
NIM :
No ASPEK YANG DINILAI NILAI
1 2 3
1 Tahap Preinteraksi
1. Kaji data klien
2. Siapkan alat dan bahan
3. Mencuci tangan
2 Tahap Orientasi
1. Mengucapkan salam
2. Perkenalkan nama
3. Kaji kebutuhan klien dan kontrak waktu
4. Jelaskan kepada klien dan keluarga
5. Beri kesempatan klien untuk bertanya
3 Tahap Kerja
1. Cuci tangan dengan sabun sebelum menyusui
2. Gunakan kapas untuk membersihkan area putting
susu dan areola sebelum menyusui
3. Perah sedikit kolostrum atau ASI dan oleskan
pada daerah putting dan sekitarnya
4. Ibu duduk, berbaring/tiduran dengan santai
5. Bayi diletakkan menghadap ke ibu dengan posisi:
a. Perut bayi menempel ke perut ibu
b. Dagu bayi menempel ke payudara
c. Telinga dan lengan bayi berada dalam satu
garis lurus
d. Mulut bayi menutupi daerah aerola sekitar
putting susu
6. Sentuhlah putting susu pada bibir atau pipi bayi
7. Setelah mulut bayi terbuka lebar, masukkan
putting dan sebagian aerola ke dalam mulut bayi
8. Berikan ASI dari satu payudara sampai kosong
sebelum pindah ke payudara lainnya
9. Bersihkan mulut bayi dan putting susu bila selesai
menyusui
10. Bayi digendong, menghadap ke belakang dengan
dada bayi diletakkan pada bahu ibu sambil di
tepuk-tepuk agar bersendawa
11. Bayi dan ibunya di rapikan
4 Tahap Terminasi
1. Catat respon klien
2. Cuci tangan
3. Dokumentasi
Jumlah Nilai
KETERANGAN
1 = Dilakukan dengan bantuan penuh
2 = Dilakukan tetapi tidak sempurna
3 = Dilakukan dengan sempurna Evaluator
(……………………………)
KONTRASEPSI
3. SUNTIK
Pengertian
Kontrasepsi suntikan adalah cara untuk mencegah terjadinya kehamilan
dengan melalui suntikan hormonal. Kontrasepsi hormonal jenis KB suntikan ini di
Indonesia semakin banyak dipakai karena kerjanya yang efektif, pemakaiannya
yang praktis, harganya relatif murah dan aman.
Jenis KB Suntik
Jenis-jenis alat KB suntik yang sering digunakan di Indonesia antara lain:
Suntikan / bulan / Kombinasi : contoh : cyclofem
Suntikan kombinasi mengandung hormon esterogen dan progesteron, yang
diberikan satu bulan sekali.
Cara kerja
Pemberian hormon progestin akan menyebabkan pengentalan mukus serviks
sehingga menurunkan kemampuan penetrasi sperma. Hormon tersebut juga
mencegah pematangan dan pelepasan sel telur.Endometrium menjadi tipis dan
atrofi dengan berkurangnya aktifitas kelenjar. Selain itu akan merangsang
timbulnya haid setiap bulan.
Efektifitas
Kontrasepsi suntik adalah kontrasepsi sementara, macam-macam suntikan
tersebut telah dibuktikan sangat baik, dengan angka kegagalan kurang dari 0,1 %
per 100 wanita selama tahun pertama penggunaan.
Cara Pemberian
Waktu Pemberian
a. Setelah melahirkan : 6 minggu pasca persalinan
b. Setelah keguguran : segera setelah dilakukan kuretase atau 30 hari setelah
keguguran (asal ibu belum hamil lagi)
c. Dalam masa haid : Hari pertama sampai hari ke-5 masa haid
b. Lokasi Penyuntikan dengan i.m sampai daerah glutus
a. Daerah bokong/pantat
b. Daerah otot lengan atas
4. AKDR/IUD
Adalah bahan inert sintetik (dengan atau tanpa unsure tambahan untuk sinergi
efektifitas). Tujuan IUD akan mencegah pelepasan sel telur sehingga tidak akan
terjadi pembuahan. Selain itu mengurangi mobilitas sperma agar tidak dapat
membuahi sel telur serta mencegah sel telur yang telah dibuahi menempel pada
dinding rahim
Jenis-jenis AKDR/IUD
Pengkajian :
1. Kaji riwayat obstetric
2. Kaji riwayat ginekologi
3. Kaji riwayat kesehatan umum ibu
Persiapan Alat :
1. Bak steril berisi : speculum vagina,tampon tang,tenaculum,gunting IUD,
sarung tangan, duk, kapas basah steril,IUD copper T 380 A, antiseptic,sonde
uterus
2. Apron
3. Sarung tangan bersih
4. Betadine
5. Lampu sorot
6. Tempat klorin 0,5%
7. Bengkok (nierbekken)
Persiapan pasien dan lingkungan :
1. Informed consent
2. Pastikan kondisi ibu
3. Jaga privasi pasien
4. Posisikan ibu dengan posisi litotomi
Prosedur Pelaksanaan :
1. Cuci tangan
2. Pakai sarung tangan
3. Lakukan vulva hygiene (minimal 5 kapas) ganti sarung tangan steril
4. Pasang duk steril
5. Pasang speculum jepit cerviks dengan tenaculum (jam 11 atau jam 1).Ukur
panjang uterus (celupkan sonde ke dalam betadin kemudian masukkan
kedalam uterus,apusan betadin merupakan batas panjang uterus).
6. Pasang IUD dengan menggunakan teknik menarik (withdrawal technique:
- Masukkan tabung inserter yang berisi IUD ke dalam kanalis servikalis
- Tarik tabung inserter sampai pangkal pendorong untuk memasukkan IUD
- Keluarkan pendorong dan dorong kembali tabung inserter sampai terasa
tahanan
7. Gunting benang IUD kurang lebih 3-4 cm,keluarkan speculum vagina
8. Rendam alat-alat dan lepas sarung tangan (rendam dalam larutan klorin
0,5%), lepaskan apron
9. Cuci tangan dan keringkan
10. Ajarkan pasien untuk memeriksa benang IUD
Cara Pencabutan
1. Memberi salam, sapa klien dengan ramah dan perkenalkan diri
2. Anamnesa
3. Konseling pra pencabutan
4. Mengisi formulir informed consent
5. Menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan : Sarung tangan steril 2
pasang, duk steril 1 buah, ring tang 1 buah, spekulum 2 buah, penster klem 1
buah, tenakulum 1 buah, 1 buah tang buaya/aligator (Pencabut AKDR/IUD),
2 buah kom untuk larutan DTT dan Betadine, Kassa, Kapas, Larutan klorin,
Celemek, Tempat sampah, Bengkok, Lampu sorot/ senter, meja gynekolog.
6. Pastikan ibu telah mengosongkan kandung kemih dan mencuci
kemaluannya menggunakan sabun
7. Memasang sampiran, mengatur posisi klien secara litotomi pada meja
gynekology lalu pasangkan perlak
8. Mencuci tangan, memakai sarung tangan steril, pasangkan duk steril di
bawah bokong ibu
9. Lakukan pemeriksaan bimanual untuk memastikan gerakan serviks,
memastikan tidak ada infeksi atau tumor
10. Memasang spekulum vagina untuk melihat serviks
11. Mengusap vagina dan serviks dengan kassa betadine menggunakan penster
klem
12. Menarik benang AKDR/IUD yang tampak dengan tang buaya/aligator
(pencabut) secara mantap dan hati-hati untuk mengeluarkan AKDR/IUD
13. Tunjukkan AKDR/IUD tersebut pada ibu kemudian rendam dengan larutan
klorin
14. Keluarkan speculum
15. Rendam semua peralatan yang sudah dipakai ke dalam larutan klorin
16. Buang bahan-bahan yang sudah tidak dapat dipakai lagi
17. Lepaskan sarung tangan lalu rendam di larutan klorin
18. Cuci tangan
19. Amati klien selama 5 menit sebelum diperbolehkan pulang
20. Diskusikan apa yang harus dilakukan bila klien mengalami masalah.
21. Minta klien untuk mengulangi kembali penjelasan yang telah diberikan
22. Jawab semua pertanyaan klien
23. Catat semua tindakan di rekam medik tentang pencabutan
Evaluasi
Evaluasi respon ibu
Dokumentasi
a. Catat waktu pelaksanaan
b. Catat jenis IUD
c. Catat respons ibu
d. Catat nama dan tanda tangan perawat
5. IMPLAN/SUSUK
Pengertian
Adalah alat kontrasepsi bawah kulit, karena dipasang di bawah kulit pada
lengan atas, alat kontrasepsi ini disusupkan di bawah kulit lengan atas sebelah
dalam. Bentuknya semacam tabung-tabung kecil atau pembungkus plastik
berongga dan ukurannya sebesar batang korek api. Susuk dipasang seperti kipas
dengan enam buah kapsul atau tergantung jenis susuk yang akan dipakai. Di
dalamnya berisi zat aktif berupa hormon.
Susuk tersebut akan mengeluarkan hormon sedikit demi sedikit. Jadi,
konsep kerjanya menghalangi terjadinya ovulasi dan menghalangi migrasi
sperma. Pemakaian susuk dapat diganti setiap 5 tahun, 3 tahun, dan ada juga yang
diganti setiap tahun. Penggunaan kontrasepsi ini biayanya ringan. Pencabutan bisa
dilakukan sebelum waktunya jika memang ingin hamil lagi. Berbentuk kapsul
silastik (lentur), panjangnya sedikit lebih pendek daripada batang korek api. Jika
Implant dicabut kesuburan bisa pulih dan kehamilan bisa terjadi. Cara pencabutan
Implan hampir sama dengan pemasangannya yaitu dengan penyayatan kecil dan
dilakukan oleh petugas kesehatan yang terlatih. Sebelum pemasangan Implan
sebaiknya kesehatan Ibu diperiksa terlebih dahulu,dengan tujuan untuk
mengetahui apakah Ibu bisa memakai Implan atau tidak.
Cara Kerja
Sama dengan pil namun susuk ditanamkan di dalam kulit, biasanya di lengan atas.
Implan mengandung progesteron yang akan terlepas secara perlahan dalam tubuh
Efektifitas
- Lendir serviks menjadi kental
- Menggangu proses pembentukan endometrium sehingga sulit terjadi
implantasi
- Mengurangi transportasi sperma
- Menekan ovulasi
- 99 % Sangat efektif (kegagalan 0,2 – 1 kehamilan per 100 perempuan)
Indikasi Susuk KB
- Pemakaian KB yang jangka waktu lama
- Masih berkeinginan punya anak lagi, tapi jarak antara kelahirannya tidak
terlalu dekat.
- Tidak dapat memakai jenis KB yang lain
Keuntungan
- Tahan sampai 5 tahun atau sampai diambil. Kesuburan akan kembali
segera setelah pengangkatan. Pencegahan kehamilan terjadi dalam waktu
24 jam setelah pemasangan.
- Melindungi wanita dari kanker rahim.
- Aman digunakan setelah melahirkan dan menyusui.
- Tidak mengganggu aktivitas seksual.
- Daya guna tinggi
- Perlindungan jangka panjang (3 tahun untuk Jadena)
- Pengembalian tingkat kesuburan yang cepat setelah pencabutan
- Tidak memerlukan pemeriksaan dalam
- Bebas dari pengaruh estrogen
- Tidak menggangu kegiatan senggama
- Klien hanya perlu kembali ke klinik bila ada keluhan
- Dapat dicabut setiap saat sesuai dengan kebutuhan
- Mengurangi nyeri haid
- Mengurangi jumlah darah haid
- Mengurangi/memperbaiki anemia
- Melindungi terjadinya kanker endometrium
- Menurunkan angka kejadian kelainan jinak payudara
- Melindungi diri dari beberapa penyebab penyakit radang panggul
- Menurunkan angka kejadian endometriosis
Cara Pemberian
1. Menyambut ibu dan seseorang yang menemani ibu
2. Tanya apakah ibu sudah pernah memakai kontrasepsi / belum
3. Tanyakan ke ibu tangan apa yg biasa digunakan dalam bekerja
4. Ibu di suruh mencuci tanagan dengan bersih dan keringkan tangan ibu
5. Ibu di suruh berbaring dan ukur tekanan darah ibu
6. Ukur posisi tangan ibu 8-10 cm to mengambar posisi implan (gambarkan
pola)
7. Dekatkan alat-alat
8. Cuci tangan
9. Buka pembungkus sped
10. Patahkan lidokain
11. Pasang handscon kanan
12. Sedot lidokain
13. Pasang handscon kiri
14. Desinfektan tangan ibu dengan betadine 8-13 cm
15. Letakan duk di tanagan ibu
16. Densinfeksi dgn kapas alkohol
17. Injelsi lidokain
18. Tekan dengan kasa agar obat menyebar
19. Test reaksi lidokain dgn cara mencubit dg pinset
20. Lakukan insisi setengah centi
21. Masukan trokart di bawah lapisan kulit dan masukan kapsul implan 1 persatu
di uji satu persatu dengan mendorong 2 x
22. Tangan kanan mendorong trokart sambil mencabut, Tangan kiri menahan
kapsul
23. Densifeksi dengan betadine dan tutup dgn plaster
24. Bereskan alat
25. Buka Handscun dan rendam 10 menit di larutan Klorin
26. Mencuci tangan 6 Langkah
6. KONTRASEPSI STERIL
Tubektomi adalah tindakan pengikatan atau pemotongan pada kedua saluran telur
wanita (tuba fallopi) yang mengakibatkan wanita tersebut tidak akan
mendapatkan keturunan lagi. Sterilisasi bisa dilakukan juga pada pria, yaitu
vasektomi. Dengan demikian, jika salah satu pasangan telah mengalami sterilisasi,
maka tidak diperlukan lagi alat-alat kontrasepsi yang konvensional. Cara
kontrasepsi ini baik sekali, karena kemungkinan untuk menjadi hamil kecil sekali.
Faktor yang paling penting dalam pelaksanaan sterilisasi adalah kesukarelaan dari
akseptor. Dengan demikian, sterilisasi tidak boleh dilakukan kepada wanita yang
belum/tidak menikah, pasangan yang tidak harmonis atau hubungan perkawinan
yang sewaktu-waktu terancam perceraian, dan pasangan yang masih ragu
menerima sterilisasi. Yang harus dijadikan patokan untuk mengambil keputusan
untuk sterilisasi adalah jumlah anak dan usia istri. Misalnya, untuk usia istri 25–
30 tahun, jumlah anak yang hidup harus 3 atau lebih.
II Preinteraksi
1. Informed consent
2. Pastikan kondisi ibu
3. Jaga privasi pasien
4. Posisikan ibu dengan posisi litotomi
III Orientasi
1. Memberi salam, panggil nama klien dengan nama yang
disenangi
2. Memperkenalkan diri
3. Jelaskan tujuan dan prosedur tindakan pada klien dan keluarga
IV Prosedur Kerja
1. Cuci tangan
2. Pakai sarung tangan
3. Lakukan vulva hygiene (minimal 5 kapas) ganti sarung tangan
steril
4. Pasang duk steril
5. Pasang speculum jepit cerviks dengan tenaculum (jam 11 atau
jam 1).Ukur panjang uterus (celupkan sonde ke dalam betadin
kemudian masukkan kedalam uterus,apusan betadin
merupakan batas panjang uterus).
6. Pasang IUD dengan menggunakan teknik menarik
(withdrawal technique:
- Masukkan tabung inserter yang berisi IUD ke dalam
kanalis servikalis
- Tarik tabung inserter sampai pangkal pendorong untuk
memasukkan IUD
- Keluarkan pendorong dan dorong kembali tabung inserter
sampai terasa tahanan
7. Gunting benang IUD kurang lebih 3-4 cm,keluarkan
speculum vagina
8. Klien dibersihkan , alat-alat dirapikan, buang kotoran pada
tempatnya
9. Rendam alat-alat dan lepas sarung tangan (rendam dalam
larutan klorin 0,5%), lepaskan apron
10. Cuci tangan dan keringkan
11. Ajarkan pasien untuk memeriksa benang IUD
V Terminasi
1. Menanyakan perasaan klien setelah dilakukan tindakan
2. Menyimpulkan hasil yang didapat
3. Berikan reinforcement sesuai dengan kemampuan klien
2. Mengakhiri kegiatan dengan salam
VI Dokumentasi
Catat seluruh hasil tindakan dalam catatan keperawatan
Keterangan :
0 : Tidak melakukan
1 : Melakukan tapi tidak sempurna Evaluator
2 : Sempurna
(………………………)