ISOTERM ADSORPSI
Oleh :
Ni Made Tiara Chandra Acintya
1908511046
Kelompok 2
I. Tujuan
1. Menentukan isoterm adsorpsi yang terjadi menurut Freundlich di dalam proses adsorpsi
asam asetat pada arang.
2. Menentukan nilai tetapan k dan n pada percobaan.
3. Mengetahui konsep penentuan adsorpsi suatu senyawa pada percobaan.
4. Mengetahui kadar asam asetat yang tersisa setelah proses adsorpsi dilakukan.
5. Mengetahui faktor – faktor yang mempengaruhi saat proses adsorpsi berlangsung.
𝑥
𝑚
= 𝑘. 𝑐 1/n …………………………………………………..………(1)
𝑥 1
log 𝑚 = log 𝑘 + log 𝑐….................................................................…(2)
𝑛
Keterangan :
x = banyaknya zat terlarut yang teradsorpsi (mg)
m = massa adsorben (mg)
C = konsentrasi adsorben yang sama
K dan n = konstanta adsorben
Persamaan ini mengungkapkan bahwa bila suatu proses adsorbsi menuruti isoterm
Freundlich, maka aluran log x/m terhadap log C akan merupakan garis lurus. Dari garis dapat
dievaluasi tetapan k dan n. Dari persamaan tersebut, jika konsentrasi larutan dalam
kesetimbangan diplot sebagai ordinat dan konsentrasi adsorbat dalam adsorben sebagai absis
pada koordinat logaritmik, akan diperoleh gradien n dan intersept. Dari isoterm ini, akan
diketahui kapasitas adsorben dalam menyerap air. Isoterm ini akan digunakan dalam
penelitian yang akan dilakukan, karena dengan isoterm ini dapat ditentukan efisisensi dari
suatu adsorben (Castellan, 1982). Sehingga dapat diperoleh kurva dari adsorpsinya sebagai
berikut :
V. Data Pengamatan
Tabel 5.1. Data Pengamatan Adsorpsi Isoterm pada Arang
Massa
Massa Volume
[CH3COOH] Erlenmeyer + Volume NaOH
Erlenmeyer Larutan yang
(M) CH3COOH titrasi (mL)
Kosong (gram) diambil (mL)
(gram)
0,500 126,23 223,79 10 9,2
0,250 107,56 206,27 10 5,1
0,125 100,71 198,71 25 3,9
0,0625 131,01 228,84 50 3,6
0,0313 85,45 183,47 50 2,2
0,0156 105,80 203,29 50 0,9
VI. Pembahasan
Pada percobaan adsorpsi isotherm ini dilakukan dengan cara menentukan nilai mol
dari adsorban dan konsentrasi dari adsorbat sisa setelah adsorpsi. Adsorbat yang digunakan
adalah asam asetat (CH3COOH) sedangkan adsorban yang digunakan adalah arang yang
diaktifkan dengan cara pemanasan. Pengaktifan arang dengan proses pemanasan ini bertujuan
untuk membuka pori – pori arang sehingga senyawa akan lebih mudah menempel pada
permukaan arang dan adsorpsi berjalan secara maksimal. Arang yang digunakan di dalam
percobaan adalah arang bubuk yang halus agar memiliki luas permukaan yang lebih luas
sehingga akan lebih banyak partikel yang menempel pada permukaan arang.
Percobaan ini dilakukan dengan tahapan mencampurkan arang dengan CH3COOH di
dalam berbagai konsentrasi yang kemudian didiamkan selama 30 menit dan dikocok secara
berkala selama 1 menit dengan selang waktu selama 10 menit dengan keadaan yang tertutup,
agar arang aktif dan tidak menyerap molekul lain di udara. Sementara itu, pengocokan
dilakukan dengan tujuan agar frekuensi antara adsorban (arang aktif) dengan adsorbat
(CH3COOH) meningkat, sehingga jumlah CH3COOH yang menempel pada arang aktif
menjadi maksimal. Selain itu, pengocokan juga berfungsi untuk mempercepat proses
homogenasi. Konsentrasi CH3COOH yang digunakan dalam percobaan adalah 0,500 N; 0,250
N; 0,125 N; 0,0625 N; 0,0313 N; dan 0,0156 N. Penggunaan CH3COOH sebagai adsorbat
dengan berbagai konsentrasi bertujuan untuk mengetahui pengaruh konsentrasi terhadap
kemampuan arang aktif sebagai adsorban dalam mengadsorpsi. Setelah pengocokan, larutan
disaring untuk memisahkan adsorbat dengan adsorbennya. Filtrat yang didapatkan kemudian
dititrasi dengan NaOH untuk mengetahui massa CH3COOH yang teradsopsi dan konsentrasi
sisa asam asetat setelah proses adsorpsi, titrasi ini menggunakan indikator fenolftalein dan
titrasi akan dihentikan setelah larutan berubah warna menjadi merah bata.
Dari data yang diperoleh pada CH3COOH dengan konsentrasi 0,500 N; 0,250 N; 0,125
N; 0,0625 N; 0,0313 N; dan 0,0156 N ini kemudian dihitung dan diperoleh massa CH3COOH
yang teradsorpsi dan konsentrasi sisa CH3COOH pada 0,500 N sebanyak 0,24 gram dengan
konsentrasi sisa sebesar 0,46 N; pada konsentrasi 0,250 N sebanyak 0 gram dengan
konsentrasi sisa sebesar 0,255 N; pada konsentrasi 0,125 N sebanyak 0,282 gram dengan
konsentrasi sisa sebesar 0,078 N; pada konsentrasi 0,0625 N sebanyak 0,159 gram dengan
konsentrasi sisa sebesar 0,036 N; pada konsentrasi 0,0313 N sebanyak 0,0558 gram dengan
konsentrasi sisa sebesar 0,022 N; dan pada konsentrasi 0,0156 N sebanyak 0,0396 gram
dengan konsentrasi sisa sebesar 0,009 N. Setelah itu dilakukan tahap titrasi dengan
menggunakan larutan standar NaOH 0,5 M dan indikator fenolftalein, sehingga diperoleh
volume NaOH yang digunakan untuk mentitrasi CH3COOH dengan konsentrasi 0,500 N;
0,250 N; 0,125 N; 0,0625 N; 0,0313 N; dan 0,0156 N secara berturut-turut sebanyak 9,2 mL;
5,1 mL; 3,9 mL; 3,6 mL; 2,2 mL; dan 0,9 mL. Dari data tersebut dapat diketahui bahwa
semakin besar konsentrasi adsorbat, maka semakin banyak adsorbat yang teradsorpsi. Hal ini
tejadi karena seiring penambahan konsentrasi, maka mol adsorbat yang teradsorpsi juga akan
meningkat karena adsorpsi mempunyai gaya intermolekul yang lemah antara molekul
adsorbat dengan molekul adsorben. Namun, pada percobaan terdapat penyimpangan pada
konsentrasi 0,250 N dan 0,125 N, dimana mol adsorbat yang teradsorpsi lebih besar daripada
konsentrasi paling tinggi yaitu 0,500 N. Sehingga jumlah konsentrasi CH3COOH sisa yang
tidak teradsorpsi juga menjadi lebih besar. Hal ini mungkin diakibatkan karena adanya
penambahan indikator fenolftalein yang terlalu sedikit yang mengakibatkan titik akhir titrasi
tidak terlihat dengan jelas, sehingga volume NaOH yang dihabiskan untuk titrasi menjadi
berlebih. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi adsorpsi pada percobaan kali ini adalah
pengocokan, konsentrasi adsorbat, dan volume NaOH yang digunakan untuk titrasi.
Berdasarkan data diatas juga digambarkan persamaan regresi linier untuk x/m terhadap
C dan diperoleh persamaan y = 0,1760x + 0,1041, dan persamaan regresi linier untuk log x/m
terhadap log C dan diperoleh persamaan y = 0,6556x + 0,0145. Untuk x/m terhadap C
diperoleh nilai k sebesar 1,2708 dan nilai n sebesar 0,1760. Untuk log x/m terhadap log C
diperoleh nilai k sebesar 1,0339 dan nilai n sebesar 0,6556.
VII. Kesimpulan
Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan, maka dapat diperoleh beberapa
kesimpulan antara lain sebagai berikut :
1. Isoterm adsorpsi (x/m) menurut Freundlich bagi proses adsorpsi asam asetat konsentrasi
0,500 N; 0,250 N; 0,125 N; 0,0625 N; 0,0313 N; dan 0,0156 N pada arang berturut-turut
adalah 0,24; 0; 0,282; 0,159; 0,0558; dan 0,0396.
x
2. Nilai tetapan k dan n yang diperoleh dari percobaan, pada perhitungan diperoleh nilai
m
x
k sebesar 1,2708 dan nilai n sebesar 0,1760. Pada perhitungan log diperoleh nilai k
m
Kundari, N.A. dan Wiyunita, S. 2008. Tinjauan Kesetimbangan Adsorpsi Tembaga dalam Limbah
Pencuci dalam IPB dengan Zeolit. Yogyakarta : Seminar Nasional IV SDM Teknologi
Nuklir Batan.
Marilyn. L.E. 2012. Kesetimbangan dan Kinetika Adsorpsi Ion Cu+ Pada Zeolit-H. Riset Geologi
dan Pertambangan. 22(2) : 115-129.
Saragih, SA. 2008. Pembuatan dan Karekterisasi Karbon Aktif dari Batubara Riau sebagai
Adsorben . .Jakarta: Program Pascasarjana, Universitas Indonesia
.
LAMPIRAN
A. Data Pengamatan
B. Perhitungan
1. Pembuatan larutan CH3COOH dari larutan induk CH3COOH 1 N
a) Larutan CH3COOH 0,500 N
Diketahui: N1 = 1 N
N2 =0,500 N
V2 =100 mL
Ditanya: V1…..?
Jawab:
N1 . V1 = N2 . V2
N2 .V2
V1 =
N1
0,500 . 100 mL
V1 =
1N
V1 = 50 mL
Jadi, untuk membuat larutan CH3COOH 0,500 N dipipet 50 mL larutan CH3COOH 1 N
kemudian diencerkan sampai 100 mL
b) Larutan CH3COOH 0,250 N
Diketahui: N1 = 1 N
N2 =0,250 N
V2 =100 mL
Ditanya: V1…..?
Jawab:
N1 . V1 = N2 . V2
N2 .V2
V1 =
N1
0,250 . 100 mL
V1 =
1N
V1 = 25 mL
Jadi, untuk membuat larutan CH3COOH 0,250 N dipipet 25 mL larutan CH3COOH 1 N
kemudian diencerkan sampai 100 mL
6 (6,9168)−(−7,1855)(−4,6236)
r=
√(6(10,7098)−(−7,1855)2) . (6 (4,8609)− (−4,6236)2)
41,5008−33,2228
r=
√(64,2588−51,6314) .(29,1654−21,3776)
8,278
r=
√(12,6274) (7,7878)
8,2780
r=
9,9166
r = 0,8347
r2 = 0,6968
Jadi persamaaan regresi linier
Y = bx + a
Y = 0,6556x + 0,0145
Persamaan Freundlich
x/m = k.𝑐 𝑛
log x/m = log k + n log c
y = bx + a
maka: y = log x/m ; a = log k ; b = n ; x = log c
sehingga:
n=b
n = 0,1760
log k =a
log k = 0,1041
k = 1,2708
x
b. Kurva X (log C) terhadap Y (log )
m
Persamaan Freundlich
x/m = k.𝑐 𝑛
log x/m = log k + n log c
y = bx + a
maka: y = log x/m ; a = log k ; b = n ; x = log c
sehingga:
n=b
n = 0,6556
log k =a
log k = 0,0145
k = 1,0339
C. Pertanyaan
1. Apakah proses adsorpsi ini merupakan adsorpsi fisik atau khemisorpsi ?
Jawab :
Pada percobaan kali ini termasuk ke dalam adsorpsi fisik karena ikatan yang terlibat
dalam adsorpsi adalah ikatan yang lemah yaitu ikatan Van Der Waals dan melalui panas
reaksi yang rendah.
2. Apakah perbedaan antara kedua jenis adsorpsi ini ? Berikan beberapa contoh dari kedua
jenis adsorpsi ini.
Jawab :
Adsorpsi Kimia :
Adsorpsi yang menggunakan senyawa kimia
Molekul terikat pada adsorben oleh ikatan kimia
Mempunyai entalpi reaksi -40 sampai -500 kj/mol
Membentuk lapisan monolayer (contoh : non exchange)
Adsorpsi Fisika :
D. Grafik
0,25
0,2
y = x/m
0,15
0,1
0,05
0
0 0,1 0,2 0,3 0,4 0,5
X=C
-0,4
-0,6
Y = log x/m
-0,8
-1
-1,2
-1,4
-1,6
X = log C