Anda di halaman 1dari 21

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FISIK II

ISOTERM ADSORPSI

Oleh :
Ni Made Tiara Chandra Acintya
1908511046
Kelompok 2

PROGRAM STUDI KIMIA


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS UDAYANA
2021
Isoterm Adsorpsi

I. Tujuan
1. Menentukan isoterm adsorpsi yang terjadi menurut Freundlich di dalam proses adsorpsi
asam asetat pada arang.
2. Menentukan nilai tetapan k dan n pada percobaan.
3. Mengetahui konsep penentuan adsorpsi suatu senyawa pada percobaan.
4. Mengetahui kadar asam asetat yang tersisa setelah proses adsorpsi dilakukan.
5. Mengetahui faktor – faktor yang mempengaruhi saat proses adsorpsi berlangsung.

II. Dasar Teori


Peristiwa adsorpsi merupakan suatu fenomena permukaan dimana terjadinya
penambahan konsentrasi komponen tertentu pada permukaan antara 2 fase. Sehingga secara
umum, adsorpsi dapat dikatakan mempunyai gaya intermolekul yang lemah antara molekul
adsorbat dengan molekul adsorbennya (Kundari dan Wiyunika, 2008).
Adsorpsi adalah suatu proses penyerapan partikel suatu fluida (cairan maupun gas)
oleh suatu padatan hingga terbentuk suatu film (lapisan tipis) pada permukaan adsorben.
Secara umum Adsorpsi didefinisikan sebagai suatu proses penggumpalan substansi terlarut
(soluble) yang ada dalam larutan, oleh permukaan zat atau benda penyerap, dimana terjadi
suatu ikatan kimia fisika antara substansi dengan penyerapnya. Penyerapan partikel atau ion
oleh permukaan koloid atau yang disebut peristiwa adsorpsi ini dapat menyebabkan koloid
menjadi bermuatan listrik (Osick, 1983). Adsorpsi secara umum adalah proses penggumpalan
substansi terlarut yang ada dalam larutan oleh permukaan benda atau zat penyerap. Adsorpsi
adalah masuknya bahan yang mengumpul dalam suatu zat padat. Keduanya sering muncul
bersamaan dengan suatu proses maka ada yang menyebutnya sorpsi. Baik adsorpsi maupun
absorpsi sebagai sorpsi terjadi pada tanah liat maupun padatan lainnya, namun unit operasinya
dikenal sebagai adsorpsi. (Saragih, 2008).
Ada dua jenis adsorpsi yaitu adsorpsi fisika dan adsorpsi kimia. pada adsorpsi fisika,
molekul-molekul teradsorpsi pada permukaan dengan ikatan yang lemah atau adanya gaya
fisis. Sedangkan adsorpsi kimia melibatkan ikatan kimia koordinasi sebagai hasil penggunaan
elektron bersama-sama adsorben dan adsorbat (Sukardjo, 2002). Dalam adsorpsi dikenal
istilah dari adsorbat dan adsorben. Adsorben merupakan zat padat yang dapat menyerap
komponen tertentu dari suatu fase fluida. Kebanyakan adsorben adalah bahan- bahan yang
sangat berpori dan adsorpsi berlangsung terutama pada dinding pori- pori atau pada letak-
letak tertentu di dalam partikel itu. Oleh karena pori-pori biasanya sangat kecil maka luas
permukaan dalam menjadi beberapa orde besaran lebih besar daripada permukaan luar dan
bisa mencapai 2000 m/g. Adsorbat adalah substansi dalam bentuk cair atau gas yang
terkonsentrasi pada permukaan adsorben. Adsorbat terdiri atas dua kelompok yaitu kelompok
polar seperti air dan kelompok non polar seperti methanol, ethanol dan kelompok hidrokarbon
(Saragih, 2008). Faktor yang mempengaruhi kapasitas adsorpsi adalah luas permukaan
adsorben, ukuran pori adsorben, kelarutan zat terlarut, pH, dan tempratur (Atkins, 1996).
Adsorpsi isoterm menunjukan banyaknya zat teradsorpsi per gram adsorpben yang
dialirkan pada suhu tetap. Adsorpsi isoterm adalah hubungan yang menunjukkan distribusi
adsorben antara fase teradsorbsi pada permukaan adsorben dengan fase ruah kesetimbangan
pada temperatur tertentu (Marilyn.L.E, 2012). Persamaan Freundlich dan Langmur sering
digunakan untuk mengolah data dari adsorpsi pada larutan. Isoterm Freundlinch merupakan
persamaan yang menghubungkan jumlah material yang teradsorpsi dengan konsentrasi
material dalam larutan (Castellan, 1982). Persamaan isoterm adsorpsi Freundlich didasarkan
atas terbentuknya lapisan monolayer dari molekul-molekul adsorbat pada permukaan
adsorben. Namun pada adsorpsi Freundlich situs-situs aktif pada permukaan adsorben bersifat
heterogen. Berikut ini persamaan pada adsorpsi Freundlich :

𝑥
𝑚
= 𝑘. 𝑐 1/n …………………………………………………..………(1)
𝑥 1
log 𝑚 = log 𝑘 + log 𝑐….................................................................…(2)
𝑛

Keterangan :
x = banyaknya zat terlarut yang teradsorpsi (mg)
m = massa adsorben (mg)
C = konsentrasi adsorben yang sama
K dan n = konstanta adsorben

Persamaan ini mengungkapkan bahwa bila suatu proses adsorbsi menuruti isoterm
Freundlich, maka aluran log x/m terhadap log C akan merupakan garis lurus. Dari garis dapat
dievaluasi tetapan k dan n. Dari persamaan tersebut, jika konsentrasi larutan dalam
kesetimbangan diplot sebagai ordinat dan konsentrasi adsorbat dalam adsorben sebagai absis
pada koordinat logaritmik, akan diperoleh gradien n dan intersept. Dari isoterm ini, akan
diketahui kapasitas adsorben dalam menyerap air. Isoterm ini akan digunakan dalam
penelitian yang akan dilakukan, karena dengan isoterm ini dapat ditentukan efisisensi dari
suatu adsorben (Castellan, 1982). Sehingga dapat diperoleh kurva dari adsorpsinya sebagai
berikut :

Gambar 2.1 Kurva Adsorpsi Isoterm Freundlich

III. Alat dan Bahan


3.1. Alat
1. Cawan porselin
2. Labu Erlenmeyer tertutup
3. Labu Erlenmeyer 150 mL
4. Pipet 10 mL
5. Pipet 25 mL
6. Buret
7. Klem dan Statif
8. Corong
3.2. Bahan
1. Larutan asam asetat 0,500 N
2. Adsorben arang
3. Larutan standar NaOH 0,1 N
4. Indikator Fenoftalein
5. Tissue
IV. Prosedur Percobaan
Tahap pertama yang dilakukan adalah mula – mula arang diaktifkan dengan
dipanaskan diatas cawan porselin kemudian dimasukkan ke dalam 6 buah Erlenmeyer tertutup
masing – masing sebanyak 1 gram. Kemudian disiapkan larutan asam asetat dengan
konsentrasi 0,500 M ; 0,250 M ; 0,125 M ; 0,0313 M ; dan 0,0156 M kemudian dimasukkan
ke labu Erlenmeyer yang telah berisi arang masing – masing sebanyak 100 mL. Labu
Erlenmeyer ditutup dan dibiarkan selama setengah jam lalu dikocok secara teratur dengan
selang waktu selama 10 menit. Larutan kemudian disaring dengan kertas saring. Filtrat yang
diperoleh kemudian dititrasi dengan NaOH 0,5 M bersamaan dengan indicator Fenoftalein
(PP). Larutan titrat dititrasi dengan urutan yaitu dari kedua larutan dengan konsentrasi
tertinggi diambil 10 mL, larutan berikutnya diambil sebanyak 25 mL, dan ketiga larutan
sengan konsentrasi terendah diambil masing – masing 50 mL.

V. Data Pengamatan
Tabel 5.1. Data Pengamatan Adsorpsi Isoterm pada Arang
Massa
Massa Volume
[CH3COOH] Erlenmeyer + Volume NaOH
Erlenmeyer Larutan yang
(M) CH3COOH titrasi (mL)
Kosong (gram) diambil (mL)
(gram)
0,500 126,23 223,79 10 9,2
0,250 107,56 206,27 10 5,1
0,125 100,71 198,71 25 3,9
0,0625 131,01 228,84 50 3,6
0,0313 85,45 183,47 50 2,2
0,0156 105,80 203,29 50 0,9

VI. Pembahasan
Pada percobaan adsorpsi isotherm ini dilakukan dengan cara menentukan nilai mol
dari adsorban dan konsentrasi dari adsorbat sisa setelah adsorpsi. Adsorbat yang digunakan
adalah asam asetat (CH3COOH) sedangkan adsorban yang digunakan adalah arang yang
diaktifkan dengan cara pemanasan. Pengaktifan arang dengan proses pemanasan ini bertujuan
untuk membuka pori – pori arang sehingga senyawa akan lebih mudah menempel pada
permukaan arang dan adsorpsi berjalan secara maksimal. Arang yang digunakan di dalam
percobaan adalah arang bubuk yang halus agar memiliki luas permukaan yang lebih luas
sehingga akan lebih banyak partikel yang menempel pada permukaan arang.
Percobaan ini dilakukan dengan tahapan mencampurkan arang dengan CH3COOH di
dalam berbagai konsentrasi yang kemudian didiamkan selama 30 menit dan dikocok secara
berkala selama 1 menit dengan selang waktu selama 10 menit dengan keadaan yang tertutup,
agar arang aktif dan tidak menyerap molekul lain di udara. Sementara itu, pengocokan
dilakukan dengan tujuan agar frekuensi antara adsorban (arang aktif) dengan adsorbat
(CH3COOH) meningkat, sehingga jumlah CH3COOH yang menempel pada arang aktif
menjadi maksimal. Selain itu, pengocokan juga berfungsi untuk mempercepat proses
homogenasi. Konsentrasi CH3COOH yang digunakan dalam percobaan adalah 0,500 N; 0,250
N; 0,125 N; 0,0625 N; 0,0313 N; dan 0,0156 N. Penggunaan CH3COOH sebagai adsorbat
dengan berbagai konsentrasi bertujuan untuk mengetahui pengaruh konsentrasi terhadap
kemampuan arang aktif sebagai adsorban dalam mengadsorpsi. Setelah pengocokan, larutan
disaring untuk memisahkan adsorbat dengan adsorbennya. Filtrat yang didapatkan kemudian
dititrasi dengan NaOH untuk mengetahui massa CH3COOH yang teradsopsi dan konsentrasi
sisa asam asetat setelah proses adsorpsi, titrasi ini menggunakan indikator fenolftalein dan
titrasi akan dihentikan setelah larutan berubah warna menjadi merah bata.
Dari data yang diperoleh pada CH3COOH dengan konsentrasi 0,500 N; 0,250 N; 0,125
N; 0,0625 N; 0,0313 N; dan 0,0156 N ini kemudian dihitung dan diperoleh massa CH3COOH
yang teradsorpsi dan konsentrasi sisa CH3COOH pada 0,500 N sebanyak 0,24 gram dengan
konsentrasi sisa sebesar 0,46 N; pada konsentrasi 0,250 N sebanyak 0 gram dengan
konsentrasi sisa sebesar 0,255 N; pada konsentrasi 0,125 N sebanyak 0,282 gram dengan
konsentrasi sisa sebesar 0,078 N; pada konsentrasi 0,0625 N sebanyak 0,159 gram dengan
konsentrasi sisa sebesar 0,036 N; pada konsentrasi 0,0313 N sebanyak 0,0558 gram dengan
konsentrasi sisa sebesar 0,022 N; dan pada konsentrasi 0,0156 N sebanyak 0,0396 gram
dengan konsentrasi sisa sebesar 0,009 N. Setelah itu dilakukan tahap titrasi dengan
menggunakan larutan standar NaOH 0,5 M dan indikator fenolftalein, sehingga diperoleh
volume NaOH yang digunakan untuk mentitrasi CH3COOH dengan konsentrasi 0,500 N;
0,250 N; 0,125 N; 0,0625 N; 0,0313 N; dan 0,0156 N secara berturut-turut sebanyak 9,2 mL;
5,1 mL; 3,9 mL; 3,6 mL; 2,2 mL; dan 0,9 mL. Dari data tersebut dapat diketahui bahwa
semakin besar konsentrasi adsorbat, maka semakin banyak adsorbat yang teradsorpsi. Hal ini
tejadi karena seiring penambahan konsentrasi, maka mol adsorbat yang teradsorpsi juga akan
meningkat karena adsorpsi mempunyai gaya intermolekul yang lemah antara molekul
adsorbat dengan molekul adsorben. Namun, pada percobaan terdapat penyimpangan pada
konsentrasi 0,250 N dan 0,125 N, dimana mol adsorbat yang teradsorpsi lebih besar daripada
konsentrasi paling tinggi yaitu 0,500 N. Sehingga jumlah konsentrasi CH3COOH sisa yang
tidak teradsorpsi juga menjadi lebih besar. Hal ini mungkin diakibatkan karena adanya
penambahan indikator fenolftalein yang terlalu sedikit yang mengakibatkan titik akhir titrasi
tidak terlihat dengan jelas, sehingga volume NaOH yang dihabiskan untuk titrasi menjadi
berlebih. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi adsorpsi pada percobaan kali ini adalah
pengocokan, konsentrasi adsorbat, dan volume NaOH yang digunakan untuk titrasi.
Berdasarkan data diatas juga digambarkan persamaan regresi linier untuk x/m terhadap
C dan diperoleh persamaan y = 0,1760x + 0,1041, dan persamaan regresi linier untuk log x/m
terhadap log C dan diperoleh persamaan y = 0,6556x + 0,0145. Untuk x/m terhadap C
diperoleh nilai k sebesar 1,2708 dan nilai n sebesar 0,1760. Untuk log x/m terhadap log C
diperoleh nilai k sebesar 1,0339 dan nilai n sebesar 0,6556.

VII. Kesimpulan
Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan, maka dapat diperoleh beberapa
kesimpulan antara lain sebagai berikut :
1. Isoterm adsorpsi (x/m) menurut Freundlich bagi proses adsorpsi asam asetat konsentrasi
0,500 N; 0,250 N; 0,125 N; 0,0625 N; 0,0313 N; dan 0,0156 N pada arang berturut-turut
adalah 0,24; 0; 0,282; 0,159; 0,0558; dan 0,0396.
x
2. Nilai tetapan k dan n yang diperoleh dari percobaan, pada perhitungan diperoleh nilai
m
x
k sebesar 1,2708 dan nilai n sebesar 0,1760. Pada perhitungan log diperoleh nilai k
m

sebesar 1,0339 dan nilai n sebesar 0,6556.


3. Penentuan adsorpsi dari suatu senyawa ditentukan dengan cara mengukur jumlah mol
teradsorpsi suatu senyawa, konsentrasi sisa setelah proses adsorpsi, dan massa senyawa
yang teradsorpsi.
4. Konsentrasi asam asetat sisa pada pada filtrat asam asetat dengan konsentrasi 0,500 N;
0,250 N; 0,125 N; 0,0625 N; 0,0313 N; dan 0,0156 N berturut-turut adalah 0,46 N; 0,255
N; 0,078 N; 0,036 N; 0,022 N; dan 0,0009 N.
5. Faktor-faktor yang mempengaruhi adsorpsi isoterm pada percobaan kali ini adalah
pengocokan, konsentrasi adsorbat, dan volume NaOH yang digunakan untuk titrasi.
DAFTAR PUSTAKA

Atkins, P.W. 1996. Kimia Fisika. Jakarta : Erlangga,

Castellan. 1982. Physical Chemestry Edisi ketiga. Addison-Wesley Publishing Company.

Kundari, N.A. dan Wiyunita, S. 2008. Tinjauan Kesetimbangan Adsorpsi Tembaga dalam Limbah
Pencuci dalam IPB dengan Zeolit. Yogyakarta : Seminar Nasional IV SDM Teknologi
Nuklir Batan.

Marilyn. L.E. 2012. Kesetimbangan dan Kinetika Adsorpsi Ion Cu+ Pada Zeolit-H. Riset Geologi
dan Pertambangan. 22(2) : 115-129.

Osick, J. 1983. Adsorption. England : Ellis Hardwood Ltd. Chicester.

Saragih, SA. 2008. Pembuatan dan Karekterisasi Karbon Aktif dari Batubara Riau sebagai
Adsorben . .Jakarta: Program Pascasarjana, Universitas Indonesia

Sukardjo. 2002. Kimia Fisika. Jakarta: Bineka Cipta.

.
LAMPIRAN
A. Data Pengamatan
B. Perhitungan
1. Pembuatan larutan CH3COOH dari larutan induk CH3COOH 1 N
a) Larutan CH3COOH 0,500 N
Diketahui: N1 = 1 N
N2 =0,500 N
V2 =100 mL
Ditanya: V1…..?
Jawab:
N1 . V1 = N2 . V2
N2 .V2
V1 =
N1
0,500 . 100 mL
V1 =
1N
V1 = 50 mL
Jadi, untuk membuat larutan CH3COOH 0,500 N dipipet 50 mL larutan CH3COOH 1 N
kemudian diencerkan sampai 100 mL
b) Larutan CH3COOH 0,250 N
Diketahui: N1 = 1 N
N2 =0,250 N
V2 =100 mL
Ditanya: V1…..?
Jawab:
N1 . V1 = N2 . V2
N2 .V2
V1 =
N1
0,250 . 100 mL
V1 =
1N
V1 = 25 mL
Jadi, untuk membuat larutan CH3COOH 0,250 N dipipet 25 mL larutan CH3COOH 1 N
kemudian diencerkan sampai 100 mL

c) Larutan CH3COOH 0,125 N


Diketahui: N1 = 1 N
N2 =0,125 N
V2 =100 mL
Ditanya: V1…..?
Jawab:
N1 . V1 = N2 . V2
N2 .V2
V1 =
N1
0,125 . 100 mL
V1 =
1N
V1 = 12,5 mL
Jadi, untuk membuat larutan CH3COOH 0,125 N dipipet 12,5 mL larutan CH3COOH 1 N
kemudian diencerkan sampai 100 mL
d) Larutan CH3COOH 0,0625 N
Diketahui: N1 = 1 N
N2 =0,0625 N
V2 =100 mL
Ditanya: V1…..?
Jawab:
N1 . V1 = N2 . V2
N2 .V2
V1 =
N1
0,0625 . 100 mL
V1 =
1N
V1 = 6,25 mL
Jadi, untuk membuat larutan CH3COOH 0,0625 N dipipet 6,25 mL larutan CH3COOH 1 N
kemudian diencerkan sampai 100 mL
e) Larutan CH3COOH 0,0313 N
Diketahui: N1 = 1 N
N2 =0,0313 N
V2 =100 mL
Ditanya: V1…..?
Jawab:
N1 . V1 = N2 . V2
N2 .V2
V1 =
N1
0,0313 . 100 mL
V1 =
1N
V1 = 3,13 mL
Jadi, untuk membuat larutan CH3COOH 0,0313 N dipipet 3,13 mL larutan CH3COOH 1 N
kemudian diencerkan sampai 100 mL
f) Larutan CH3COOH 0,0156 N
Diketahui: N1 = 1 N
N2 =0,0156 N
V2 =100 mL
Ditanya: V1…..?
Jawab:
N1 . V1 = N2 . V2
N2 .V2
V1 =
N1
0,0156 . 100 mL
V1 =
1N
V1 = 1,56 mL
Jadi, untuk membuat larutan CH3COOH 0,0156 N dipipet 1,56 mL larutan CH3COOH 1 N
kemudian diencerkan sampai 100 mL
2. Menghitung massa CH3COOH yang teradsorpsi
Diketahui: massa arang = 1 gram
[CH3COOH] = 0,500 mL
[NaOH] = 0,5 N
V NaOH = 9,20 mL
Ditanya: Massa CH3COOH yang teradsorpsi (x)?
Jawab
Reaksi:
CH3COOH(aq) → CH3COO-(aq) + H+(aq)
1 mol CH3COOH = 1 grek
CH3COOH = 1 mol/grek
[CH3COOH] awal = 0,500 N
= 0,500 grek/L × 1 mol/grek
= 0,500 mol/L
Mol CH3COOH awal
= 0,500 mmol/mL × 100 mL
= 50 mmol
Molaritas NaOH
N=M×a
𝑁 0,5 N
M= = = 0,5 M
𝑎 1
Mol NaOH
= 0,5 mmol/mL × 9,20 mL
= 4,60 mmol
Reaksi:
CH3COOH(aq) + NaOH(aq) → CH3COONa(aq) + H2O(l)
Mol CH3COOH
1
= × mol NaOH
1
1
= × 4,60 mmol = 4,60 mmol
1
Mol CH3COOH sisa dalam 100 ml CH3COOH
100 mL
= 4,60 mmol ×
10 mL
= 46 mmol
[CH3COOH] sisa
n
=
v
46 mmol
=
100 mL
= 0,46 mmol/mL
Mol CH3COOH teradsorpsi
= mol CH3COOH awal - mol CH3COOH sisa
= 50 mmol – 46 mmol
= 4 mmol
Massa CH3COOH yang teradsorpsi (×)
= mol CH3COOH teradsorpsi × BM CH3COOH
= 4 mmol × 60 mg/mmol
= 240 mg
= 0,24 gram
x 0,24 gram
= = 0,24
m 1 gram
x
log = log 0,24 = -0,6197
m
log C
= log([CH3COOH] sisa)
= log (0,46)
= -0,3372
Dengan cara yang sama, maka diperoleh hasil sebagai berikut
Massa arang [CH3COOH] [CH3COOH] x x
No x (g) logm Log C
(g) (N) sisa (N) m
1. 1,0 0,500 0,46 0,24 0,24 -0,6197 -0,3372
2. 1,0 0,250 0,255 0 0 0 -0,5934
3. 1,0 0,125 0,078 0,282 0,282 -0,5497 -1,1079
4. 1,0 0,0625 0,036 0,159 0,159 -0,7986 -1,4437
5. 1,0 0,0313 0,022 0,0558 0,0558 -1,2533 -1,6575
6. 1,0 0,0156 0,009 0,0396 0,0396 -1,4023 -2,0457
∑ 6,0 0,9844 0,8600 0,7764 0,7764 -4,6236 -7,1854

3. Penentuan persamaan regresi linier (y = bx + a)


x
a. Kurva antara X = C dengan Y =
m
x
No. X(C) Y(m) X2 Y2 X.Y
1. 0,460 0,2400 0,2116 0,0576 0,1104
2. 0,255 0,0000 0,0650 0,0000 0,0000
3. 0,078 0,2820 0,0060 0,0795 0,0219
4. 0,036 0,1590 0,0012 0,0253 0,0057
5. 0,022 0,0558 0,00048 0,0031 0,0012
6. 0,009 0,0396 0,000081 0,0016 0,00036
∑ 0,8600 0,7764 0,2847 0,1671 0,1397
 Nilai b
n . ∑XY − ∑X . ∑Y
b=
n ∑X2 −(∑𝑋)2
6 . (0,1397) − (0,8600) . (0,7764)
b=
6 . (0,2842) −(0,8600)2
0,8382 − 0,6677
b=
1,7082 − 0,7396
0,1705
b=
0,9686
b = 0,1760
 Nilai a
Ʃ𝑌−𝑏 Ʃ𝑋
a=
𝑛
0,7764−(0,1760).0,8600
a=
6
0,7764−0,1513
a=
6
a = 0,1041
 Nilai r
𝑛 Ʃ𝑥𝑦− Ʃ𝑥 Ʃ𝑦
r=
√(𝑛 Ʃ𝑥 2 −(Ʃ𝑥)2 ) (𝑛 Ʃ𝑦2 −(Ʃ𝑦)2)
6 . (0,1397) − (0,8600) . (0,7764)
r=
√(6(0,2847)−(0,8600)2) . (6 .(0,1671)− (0,7764)2)
0,8382−0,6677
r=
√(1,7028−0,7396) .(1,0026−0,6027)
0,1705
r=
√(0,9632) (0,3999)
0,1705
r=
0,6206
r = 0,2747
r2 = 0,0754
Jadi persamaaan regresi linier
Y = bx + a
Y = 0,1760x + 0,1041
x
b. Kurva antara X = log C dengan Y = log
m
x
No. X(log C) Y ( log m ) X2 Y2 X.Y
1. -0,3372 -0,6197 0,1137 0,3840 0,2089
2. -0,5934 0,0000 0,3521 0,0000 0,0000
3. -1,1079 -0,5497 1,2274 0,3021 0,6090
4. -1,4437 -0,7986 2,0842 0,6377 1,1529
5. -1,6576 -1,2533 2,7476 1,5707 2,0774
6. -2,0457 -1,4023 4,1848 1,9664 2,8686
∑ -7,1855 -4,6236 10,7098 4,8609 6,9168
 Nilai b
n . ∑XY − ∑X . ∑Y
b=
n ∑X2 −(∑𝑋)2
6 (6,9168)−(−7,1855)(−4,6236)
b=
6(10,7098)−(−7,1855)2
41,5008−33,2228
b=
64,2588−51,6314
8,278
b=
12,6274
b = 0,6555
 Nilai a
Ʃ𝑦−𝑏 Ʃ𝑥
a=
𝑛
(−4,6236)−(0,6556)(−7,1855)
a=
6
a = 0,0145
 Nilai r
𝑛 Ʃ𝑥𝑦− Ʃ𝑥 Ʃ𝑦
r=
√(𝑛 Ʃ𝑥 2 −(Ʃ𝑥)2 )( 𝑛 Ʃ𝑦2 −(Ʃ𝑦)2)

6 (6,9168)−(−7,1855)(−4,6236)
r=
√(6(10,7098)−(−7,1855)2) . (6 (4,8609)− (−4,6236)2)
41,5008−33,2228
r=
√(64,2588−51,6314) .(29,1654−21,3776)
8,278
r=
√(12,6274) (7,7878)
8,2780
r=
9,9166
r = 0,8347
r2 = 0,6968
Jadi persamaaan regresi linier
Y = bx + a
Y = 0,6556x + 0,0145

4. Penentuan nilai k dan n


x
a. Kurva X (C) terhadap Y ( )
m

Persamaan Freundlich
x/m = k.𝑐 𝑛
log x/m = log k + n log c
y = bx + a
maka: y = log x/m ; a = log k ; b = n ; x = log c
sehingga:
n=b
n = 0,1760
log k =a
log k = 0,1041
k = 1,2708
x
b. Kurva X (log C) terhadap Y (log )
m

Persamaan Freundlich
x/m = k.𝑐 𝑛
log x/m = log k + n log c
y = bx + a
maka: y = log x/m ; a = log k ; b = n ; x = log c
sehingga:
n=b
n = 0,6556
log k =a
log k = 0,0145
k = 1,0339

C. Pertanyaan
1. Apakah proses adsorpsi ini merupakan adsorpsi fisik atau khemisorpsi ?
Jawab :
Pada percobaan kali ini termasuk ke dalam adsorpsi fisik karena ikatan yang terlibat
dalam adsorpsi adalah ikatan yang lemah yaitu ikatan Van Der Waals dan melalui panas
reaksi yang rendah.
2. Apakah perbedaan antara kedua jenis adsorpsi ini ? Berikan beberapa contoh dari kedua
jenis adsorpsi ini.
Jawab :
Adsorpsi Kimia :
 Adsorpsi yang menggunakan senyawa kimia
 Molekul terikat pada adsorben oleh ikatan kimia
 Mempunyai entalpi reaksi -40 sampai -500 kj/mol
 Membentuk lapisan monolayer (contoh : non exchange)

Adsorpsi Fisika :

 Adsorpsi menggunakan sifat fisika


 Molekul terikat pada adsorben oleh gaya Van Der Waals
 Mempunyai entalpi reaksi melibatkan energy -4 sampai 40 kj/mol
 Dapat membentuk lapisan multilayer
 Tidak melibatkan energy aktivasi (Contoh : adsorpsi oleh karbon aktif)
3. Apakah perbedaannya yang terjadi pada pengaktifan arang dengan cara pemanasan ?
Jawab :
Pengaktifan arang dengan cara pemanasan memiliki perbedaan dimana saat pemanasan
terjadi maka adsorpsinya termasuk ke dalam adsorpsi fisik yang bertujuan untuk mebuka
pori-pori arang sehingga proses adsorpsi berjalan lebih mudah dan menghilangkan
kontaminasi arang dan uap air yang terikat.
4. Bagaimana isoterm adsorpsi Freundlich untuk adsorpsi gas pada permukaan zat padat ?
Apa pembatasannya ?
Jawab :
Isoterm adsorpsi Freundlich untuk adsorpsi gas pada permukaan zat padat kurang baik
karena situs – situs aktif pada permukaan adsorben bersifat heterogen namun gas
merupakan campuran yang homogen sehingga adsorpsi ini kurang baik digunakan dalam
adsorpsi gas.
5. Mengapa isoterm adsorpsi Freundlich untuk adsorpsi gas pada permukaan zat padat
kurang memuaskan dibandingkan dengan isoterm adsorpsi Langmuir ? Bagaimana
bentuk isoterm adsorpsi yang terakhir ini ?
Jawab :
Isoterm adsorpsi Freundlich untuk adsorpsi gas permukaan zat padat kurang memuaskan
karena nilai Vn tidak akan dicapai walaupun tekanannya diperbesar dan sesuai untuk
adsorbat dengan konsentrasi yang sangat tinggi. Sedangkan pada isotherm adsorpsi
Langmur sangat sederhana didasarkan pada asumsi bahwa setiap tempat adsorpsi adalah
ekivalen dan kemampuan partikel untuk terikat ditempat tidak bergantung pada tempat.

D. Grafik

kurva antara X = C dan Y = x/m


0,3

0,25

0,2
y = x/m

0,15

0,1

0,05

0
0 0,1 0,2 0,3 0,4 0,5
X=C

Kurva terhadap X = log C dan Y = log x/m


0
-2,5 -2 -1,5 -1 -0,5 0
-0,2

-0,4

-0,6
Y = log x/m

-0,8

-1

-1,2

-1,4

-1,6
X = log C

Anda mungkin juga menyukai