Anda di halaman 1dari 9

ISU LINGKUNGAN DAN PANCASILA

DAMPAK UU MINERBA TERHADAP KERUSAKAN


LINGKUNGAN DI KALIMANTAN

KELOMPOK 9
5190911248 FAJAR NUR WAHID IMAWAN
5170911051 FACHMI H I MUHAMMAD
5190911162 VINCENSIUS LIMTO
5170911218 RAFIDA WADAK
5170911269 EKA ASWATI
5190911281 DEWI RAHMAWATI
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Pancasila merupakan ideologi negara Indonesia, yang juga merupakan landasan dalam
kehidupan berbangsa dan bernegara, sehingga masalah moral, etika, dan lingkungan
hidup juga termasuk ke dalam ruang lingkupnya. Lingkungan yang diciptakan Tuhan
Yang Maha Esa, merupakan salah satu anugerah terbesar yang kita miliki.
Kerusakan lingkungan yang terjadi di Indonesia dari tahun ke tahun terus mengalami
peningkatan, dan hal ini tentu menjadi catatan buruk bagi kita. Pada tahun 2019, tercatat
ada 1.426 aduan kerusakan lingkungan, yang melibatkan perusahaan besar akibat
aktivitas eksploitasi alam, yang mencakup kebakaran hutan, pencemaran air dan tanah,
dan juga kelangkaan air bersih.
Banyak sekali perusahaan yang mengabaikan prosedur pasca tambang, yang
seharusnya mereka melakukan reklamasi, pengolahan limbah, dan reboisasi, namun
setelah mereka selesai dengan aktivitas tambangnya, lubang lubang tambang banyak yang
terbengkalai menjadi danau danau dengan air beracun.
Untuk menjaga lingkungan tetap dalam kondisi baik, bukan hanya sekedar peraturan
yang dibutuhkan, namun yang terpenting adalah kesadaran masing individu, dan
kepedulian mereka adalah hal paling efektif dalam menjaga lingkungan. Karena tanpa
kesadaran, peraturan sebanyak apapun hanya menjadi sekedar peraturan yang sia sia.
Dalam hal menjaga lingkungan ini, tentu tidak dapat dipisahkan dari nilai nilai
Pancasila dalam hal pengelolaan lingkungan hidup. Bahwa kebahagian hidup akan
tercapai apabila didasari keselarasan, keserasian, dan keseimbangan, baik dalam
hubungan antar manusia, atau hubungan antara manusia dengan tuhan.
B. Rumusan Masalah
1. Poin poin penting dalam peraturan UU Minerba.
2. Poin poin dari Undang Undang Minerba yang berpotensi merugikan masyarakat.
3. Kerusakan lingkungan akibat UU Minerba.
C. Ruang Lingkup.
Kerusakan alam yang ditimbulkan dari pelaksanaan UU Minerba di Kalimantan ini
begitu kompleks. Segelintir pihak mendapatkan keuntungan yang sangat besar, namun
disisi lain UU Minerba ini menimbulkan kerugian banyak orang, bahkan dalam jangka
Panjang.
ISI

A. POIN POIN PENTING DALAM UNDANG UNDANG MINERBA


1. Kewenangan Pengelolaan dan Perizinan
Terkait penguasaan minerba, pemerintah dan DPR menyepakati bahwa
penguasaan minerba diselenggarakan oleh pemerintah pusat melalui fungsi kebijakan,
pengaturan, pengurusan, pengelolaan, dan pengawasaan.
Pemerintah juga berwenang dalam menentukan jumlah produksi, penjualan,
dan harga mineral logam, mineral bukan logam jenis tertentu dan batubara.
2. Perpanjangan izin operasi

UU Minerba ini menjamin adanya kelanjutan operasi Kontrak Karya (KK),


atau Perjanjian Karya Pengusahaan Pertambangan Batubara (PKP2B) menjadi IUPK,
sebagai kelanjutan operasi dengan mempertimbangkan upaya peningkatan
penerimaan negara.

Tak hanya KK dan PKP2B, namun Pemegan Izin Usaha Pertambangan (IUP)
dan IUP khusus (IUPK) pun menghirup angin segar yang sama.

3. Peningkatan Nilai Tambah (Hilirisasi)

UU Minerba ini mengatur terkait Hilirisasi melalui kegiatan pengolahan dan


pemurnian di dalam negeri, khususnya untuk pemegan izin di subsector Mineral. Juga
kewajiban untuk membangun fasilitas pemurnian paling lambat tahun 2023.

Sejumlah insentif pun dikucurkan untuk menyokong proyek hilirisasi ini,


antara lain denganjangka waktu perizinan untuk IUP atau IUPK yang terintegrasi
dengan fasilitas pengolahan dan atau pemurnian logam atau kegiatan pengembangan
dan atau pemanfaatan batubara diberikan untuk jangka waktu 30 tahun dan diberikan
perpanjangan selama 10 tahun setiap kali perpanjangan memenuhi syarat.

Relaksasi itu diberikan bagi perusahaan mineral yang telah memiliki, sedang
dalam proses pembangunan smelter maupun yang telah melakukan kerjasama dalam
pengolahan dan/atau pemurnian.
4. Divestasi
Dalam revisi UU Minerba, Pemerintah dan Komisi VII DPR RI telah
menyepakati pengaturan terkait kebijakan divestasi saham dalam Pasal 112. Sehingga,
pemegang IUP atau IUPK pada tahap kegiatan Operasi Produksi yang sahamnya
dimiliki oleh asing wajib melakukan divestasi saham sebesar 51 persen secara
berjenjang kepada pemerintah pusat, pemerintah daerah, BUMN, BUMD, dan/atau
Badan Usaha swasta nasional.
Pengaturan terkait tata cara pelaksanaan dan jangka waktunya akan diatur
lebih lanjut dalam peraturan pelaksanaan RUU Minerba ini.
Arifin menyatakan, pemerintah memastikan bahwa dalam peraturan
pelaksanaan RUU Minerba yang akan disusun, kebijakan divestasi saham ini tidak
akan menjadi hambatan bagi masuknya investasi di Indonesia. "Tentunya tetap akan
mendukung pertumbuhan ekonomi dan penyerapan tenaga kerja di Indonesia,"
sebutnya.
5. Pertambangan Rakyat, Reklamasi, dan Pascatambang
Di dalam revisi UU Minerba ini, Wilayah Pertambangan Rakyat
(WPR) diberikan luasan maksimal 100 hektare dan mempunyai cadangan mineral
logam dengan kedalaman maksimal 100 meter. Di UU Minerba sebelumnya, WPR
diberikan luasan maksimal 25 hektare dan kedalaman maksimal 25 meter.
Sementara untuk kegiatan reklamasi pasca tambang, pemegang IUP dan IUPK
Operasi Produksi sebelum menciutkan atau mengembalikan WIUP atau WIUPK
wajib melaksanakan reklamasi dan pasca-tambang hingga mencapai tingkat
keberhasilan 100 persen.
Begitu juga dengan eks pemegang IUP atau IUPK yang telah berakhir, wajib
melaksanakan reklamasi dan pasca tambang hingga mencapai tingkat keberhasilan
100% serta menempatkan dana jaminan pasca tambang.
6. UU Minerba ini juga diklaim dapat memperkuat BUMN.

Diantaranya pengaturan bahwa eks WIUP dan Wilayah WIUPK dapat


ditetapkan sebagai WIUPK yang penawarannya diprioritaskan kepada BUMN, serta
BUMN mendapatkan prioritas dalam pembelian saham divestasi.
Selain itu, dalam revisi UU minerba ini juga ada peningkatan bagian
pemerintah daerah dari hasil kegiatan pertambangan, dari sebelumnya 1 persen untuk
pemerintah provinsi, menjadi 1,5 persen.

Revisi UU minerba ini juga diklaim akan mendorong kegiatan eksplorasi


untuk penemuan deposit minerba. Yakni melalui penugasan penyelidikan dan
penelitian kepada lembaga riset negara, BUMN, BUMD, atau Badan Usaha Swasta
serta dengan pengenaan kewajiban penyediaan Dana Ketahanan Cadangan kepada
pelaku usaha.

B. POIN POIN DARI UU MINERBA YANG BERPOTENSI MERUGIKAN RAKYAT

WALHI, JATAM Kaltim dan satu petani serta satu nelayan menggelar sidang
pertama uji materi Undang-Undang Minerba ke Mahkamah Konstitusi, yang dilaksanakan
pekan lalu pada hari Senin, 9 Agustus 2021. Kemudian, hari ini, Senin 23 Agustus 2021,
merupakan sidang kedua dengan agenda Perbaikan Permohonan Uji Materi UU Minerba.
Namun, jauh sebelum WALHI mengajukan uji materi, pembahasan perihal UU Minerba
sebenarnya sudah mendapat aksi penolakan dari beragam khalayak, mulai dari
masyarakat daerah sekitar tambang, petani, nelayan, serta berbagai LSM.

Meskipun mendapat protes dan kecaman dari masyarakat luas, DPR tetap ngotot
untuk mengesahkan revisi UU Minerba No. 3 Tahun 2020, yang kemudian ditandatangani
oleh Presiden pada 10 Juni 2020. Padahal isi pasal-pasal dalam UU Minerba sangat
kontroversial bahkan mengabaikan sisi konservasi lingkungan hidup serta jauh dari tujuan
mensejahterakan masyarakat luas.

Apa saja resiko yang bakal dialami oleh masyarakat akibat adanya UU Minerba ini?
1. Masyarakat Tidak Lagi Bisa Protes ke Pemerintah Daerah
Sebelum UU No. 4 Tahun 2009 dihapus dan digantikan dengan UU Minerba,
sebuah perusahaan atau perorangan apabila ingin melakukan aktifitas pertambangan
di suatu daerah harus ijin dulu ke Pemda Kabupaten atau Kota setempat. Dimana
nantinya Pemda di tiap lokasi pertambangan memiliki tugas dalam melakukan
pembinaan, penyelesaian konflik bahkan pengawasan usaha pertambangan.
Nah, dengan adanya peran pemerintah daerah ini, kalau terjadi konflik antara
perusahaan tambang dan masyarakat wilayah tambang, Pemda dapat berperan
layaknya mediator. Jadi setiap ada laporan masyarakat terkait pelanggaran yang
dilakukan oleh perusahaan tambang, apabila terbukti bersalah, maka Pemda memiliki
kewenangan untuk menghentikan sementara bahkan mencabut Ijin Usaha
Pertambangan (IUP).
Sayangnya, dengan disahkan UU Minerba No. 3 Tahun 2020, mulai sekarang
kalau ada masyarakat yang dirugikan akibat ulah perusahaan tambang, baik itu berupa
perusakan lingkungan hidup ataupun terjadi konflik sengketa lahan, Pemda tidak lagi
bisa melakukan tindakan apapun. Karena seluruh kewenangan pertambangan diatur
oleh pemerintah pusat, bukan lagi Pemda Kabupaten atau Kota setempat.
2. Resiko Dipolisikan Apabila Menolak Perusahaan Tambang
Bak jatuh tertimpa tangga, masyarakat daerah yang dirugikan akibat aktifitas
perusahaan tambang yang merusak ruang hidupnya bukan hanya tidak bisa lagi
melapor ke Pemda. Lebih parah lagi, terlihat dari bunyi Pasal 162 UU Minerba No. 3
Tahun 2020, bahwa masyarakat yang mencoba mengganggu aktifitas pertambangan
dalam bentuk apapun bisa dilaporkan balik oleh perusahaan dan dijatuhi pidana,
bahkan denda hingga sebesar 100 juta rupiah.
Aturan yang sangat tidak masuk akal ini justru melenggang kangkung dan
diapresiasi oleh Presiden, di tengah maraknya ketidakadilan dan kriminalisasi yang
banyak dilakukan oleh perusahaan terhadap masyarakat daerah tambang.
3. Perusahaan Tambang Masih Bisa Beroperasi Meskipun Terbukti Merusak
Lingkungan
Ada lagi peraturan yang terkesan memanjakan pengusaha dari segi tanggung
jawab perbaikan lahan bekas tambang. Aturan perbaikan lahan bekas tambang ini
terdiri dari dua kegiatan yang terpisah, yakni reklamasi dan kegiatan pascatambang.
Sebelum membahas permasalahan aturan yang menguntungkan pengusaha tambang
ini, maka perlu kiranya memahami perbedaan antara Reklamasi dan Kegiatan
Pascatambang.
Reklamasi yaitu aktifitas untuk memulihkan ekosistem supaya bisa berfungsi
kembali seperti sedia kala. Sedangkan Kegiatan Pascatambang yakni aktifitas
perbaikan lahan bekas tambang untuk memulihkan kembali fungsi lingkungan, dan
fungsi sosial menurut kondisi lokal di seluruh wilayah penambangan.
Kalau mengikuti aturan UU No. 4 Tahun 2009, perusahaan tambang wajib
melakukan semua kegiatan Reklamasi dan Kegiatan Pascatambang sekaligus
menyetor dana jaminan Reklamasi dan Pascatambang.
Bukannya mempertegas aturan Reklamasi dan Kegiatan Pascatambang, alih-
alih mempidanakan perusahaan yang tidak memperbaiki lahan bekas tambang,
ajaibnya pemerintah justru membuat aturan baru yang membebaskan kewajiban
pengusaha tambang perusak lingkungan dengan jalan merubah isi Undang-Undang.
Seperti tertulis dalam UU Minerba Pasal 96 huruf b, kewajiban perusahaan dalam
perbaikan lahan bekas tambang sekarang ini cukup mengerjakan salah satu kewajiban
perbaikan saja. Perusahaan tambang bisa bebas memilih antara Kegiatan Reklamasi
atau Kegiatan Pascatambang.
4. Perusahaan Tambang Bisa Mengeruk Keuntungan Sebanyak Mungkin,
Bahkan Mendapat Jaminan Royalti 0%
Bisa dibilang UU Minerba No. 3 Tahun 2020 ini merupakan kado terbaik dari
pemerintah untuk pengusaha dan kabar buruk bagi masyarakat daerah tambang di
Indonesia . Bagaimana tidak, seakan belum cukup dengan pemberian tiket eksploitasi
sumber daya alam yang masif dan destruktif kepada segelintir konglomerat pengusaha
tambang, pemerintah secara gamblang memberi lampu hijau bagi pelaku kegiatan
eksploitasi sumber daya alam tak terbarukan di bumi Indonesia dengan bebas biaya.
Di dalam Pasal 128A Naskah UU Cipta Kerja No. 11 Tahun 2020 pengganti
UU Minerba, dijelaskan bahwa pelaku usaha yang bisa meningkatkan nilai tambah
batu bara akan mendapat perlakuan istimewa berupa pengenaan royalti sebesar 0%.
Padahal selama ini royalti yang ditentukan oleh pemerintah pada pengusaha tambang
merupakan bagian pendapatan negara dan masuk sebagai pendapatan daerah melalui
mekanisme Dana Bagi Hasil.

C. KERUSAKAN YANG DITIMBULKAN DARI DITERAPKANNYA UU MINERBA


DI KALIMANTAN

Warga Kalimantan, secara absolut menuntut agar pelaksanaan Undang-Undang


Pengelolaan Mineral dan Batubara (UU Minerba) dibatalkan demi keselamatan rakyat.
Kegiatan penambangan yang dilakukan para korporasi raksasa di wilayah Borneo ini
telah merusak tatanan sosial ekonomi, lingkungan, bahkan menyebabkan hilangnya
nyawa warga sekitar.

Seperti diketahui, Kalimantan merupakan salah satu wilayah tambang terluas di


Indonesia yang banyak digarap oleh perusahaan-perusahaan besar. Sebut saja, PT Kaltim
Prima Coal dan PT Arutmin Indonesia milik Aburizal Bakrie, PT Indominco Mandiri
milik PT Indo Tambangraya Megah yang sahamnya dikuasai Banpu Minerals Singapore
Private Limited, dan PT Adaro Indonesia milik PT Adaro Energy yang digawangi
Garibaldi Thohir, kakak dari Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir.

Berdasarkan keterangan Taufik Iskandar, perwakilan masyarakat Desa Santan,


Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur, kerusakan akibat tindakan semena-mena
penambangan oleh Indominco Mandiri sangat kompleks.

Limbah yang dibuang ke Sungai Santan telah menyebabkan polusi air yang sangat
parah, sehingga masyarakat tidak lagi bisa memperoleh air bersih secara gratis. Tidak
hanya itu, sungai ini pun sempat menjadi sumber penghasilan warga dengan hasil
tangkapan udang dan ikan

Lubang-lubang bekas penambangan yang jaraknya sangat dekat pemukiman


warga di Kecamatan Sanga-Sanga, Kabupaten Kutai Kartanegara. Warga harus rela
rumahnya didera banjir lumpur jika terjadi hujan. Bahkan,  lubang-lubang  bekas tambang
yang menganga ini telah memakan 30 korban jiwa. 

Pemberian izin yang tumpang tindih di Kalimantan Utara pun menjadi sumber
bencana. Di Kabupaten Malinau, perusahaan daerah air minum (PDAM) telah
menghentikan distribusi air karena sumber air di sejumlah sungai di kawasan ini tidak
bisa disaring.  

Masifnya penambangan di Kabupaten Bulungan, menyebabkan laju deforestasi


dan pencemaran di laut tidak tertahankan. Sehingga, tidak hanya penduduk darat yang
dirugikan, tetapi juga penduduk pesisir.  

D. KESIMPULAN
UU Minerba ini seyogyanya berfungsi sebagai alat untuk menjaga kelestarian
lingkungan di Indonesia tetap terjaga. Namun yang terjadi selama ini bahkan malah
sebaliknya. Peraturan peraturan yang tertulis didalamnya, seringkali hanya
menguntungkan satu pihak saja.
Disini justru terlihat bahwa nilai nilai Pancasila mulai luntur, dan justru nilai nilai
kapitalisme yang semakin menguat. Dimana pihak pihak yang memiliki kekuatan,
semakin kuat, dan mereka yang lemah tak mampu berbuat banyak. Segelintir orang yang
memiliki kekuatan ini mengeruk kekayaan alam sebanyak banyaknya, dan kemudian
mengabaikan akibatnya. Rakyat kecil lah yang merasakan dampaknya pahitnya,
kehilangan sumber air, lahan pertanian, bahkan korban jiwa, namun mereka tak mampu
berbuat apapun, karena justru peraturan yang membuat mereka tak berdaya. UU Minerba
ini bahkan seakan semakin menguatkan kedudukan perusahaan besar, yang menjadi
pemeran utama perusak lingkungan

DAFTAR PUSTAKA

http://walhikalsel.or.id/masyarakat-nilai-uu-minerba-semakin-menghancurkan-tanah-
borneo/
https://www.walhi.or.id/index.php/menyoal-4-masalah-uu-minerba-yang-merugikan-
masyarakat-luas
https://money.kompas.com/read/2020/05/13/152543126/ini-poin-poin-penting-dalam-uu-
minerba-yang-baru-disahkan?page=all

Anda mungkin juga menyukai