Disusun Oleh :
Nama : FAHRUL HIKMAH RINALDI
Nim : 201FK04018
Gastritis adalah proses inflamasi pada mukosa dan submukosa lambung (Sudoyo,
2006). Gastitis adalah suatu peradangan mukosa lambung yang dapat bersifat akut, kronik,
difus, atau lokal yang di sebabkan oleh bakteri atau obatobatan (Price, 2005). Gastritis adalah
inflamasi dari mukosa lambung. Gambaran klinis yang ditemukan berupa dispepsia atau
indigesti (Mansjoer, 2001). Gastritis adalah peradangan permukaan mukosa lambung yang
akut dengan kerusakan-kerusakan erosi. Erosi karena perlukaan hanya pada bagian
mukosa(Inayah, 2004). Berdasarkan definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa gastritis adalah
peradangan pada mukosa lambung dan submukosa lambung yang bersifat secara akut, kronis,
difus atau lokal akibat infeksi dari bakteri, obat-obatan dan bahan iritan lain, sehingga
lapisan tersebut dengan gambaran klinis yang ditemukan berupa dispepsia atau indigesti.
Gastritis adalah proses inflamasi pada mukosa dan submukosa lambung sebagai
respon terhadap jejas (injury) yang dapat bersifat akut maupun kronik. Gastritis adalah
inflamasi mikroskopis yang merupakan diagnosis histologis, bukan klinis. Sejak tahun 1761,
Morgagni menggunakan istilah erosi untuk mendeskripsikan gastritis. Gastritis (erosi gaster)
didefinikan adanya kerusakan mukosa yang tidak menembus mukosa muskularis. Perbedaan
antara gastritis dan ulkus gaster berdasarkan kedalaman rusaknya mukosa, sementara ulkus
gaster menembus sampai mukosa muskularis. Dari endoskopi, kedalaman rusaknya mukosa
hanya bisa diperkirakan. Durasi gastritis bisa akut, kronik, maupun rekuren. Gastritis sering
ditemukan pada 3-12% subjek penelitian yang asimtomatik dan 4-49% pada pasien klinis.
2. Etiologi Gastritis
dan asam salisilat), sulfonamide, steroid, kokain, salisilat, dan digitalis bersifat
secondary syphilis.
Stress fisik yang disebabkan oleh luka bakar, sepsis, trauma, pembedahan, gagal
napas, gagal ginjal, kerusakan susunan saraf pusat, dan refluks ususlambung.
Makanan dan minuman yang bersifat iritan . makanan berbumbu dan minuman
dengan kandungan kafein dan alkohol merupakan agen-agen iritasi mukosa lambung.
8. Garam empedu, terjadi pada kondisi refluks garam empedu ( komponen penting
3. Epidemiologi Gastritis
Epidemiologi Gastritis Gastritis merupakan salah satu masalah kesehatan yang umum
terjadi, hampir 10% dari orang-orang yang dirawat dibagian unit gawat darurat rumah sakit
datang dengan kasus gastritis. Berdasarkan penelitian WHO ( Word Health Organitation )
dilaporkan prevalensi gastritis dibeberapa negara sebagai berikut: Inggris 22%, China 31%,
Kanada 3%, dan Perancis 29,5%. Sekitar 1,8-2,1 juta penduduk mengalami gastritis setiap
tahunnya 16. Angka kejadian gastritis menurut WHO adalah 40,8%, dan merupakan salah
satu dari sepuluh penyakit terbanyak pada passien rawat inap di rumah sakit.
4. Patofisiologi
Gastritis Akut
Gastritis Akut dapat disebabkan oleh karena stress, zat kimia obat-obatan dan alkohol,
makanan yang pedas, panas maupun asam. Pada pasien yang mengalami strees akan terjadi
perangsangan saraf simpatis NV (Nervus Vagus), yang akan meningkatkan produksi asam
klorida (HCl) didalam lambung akan menimbulkan rasa mual, muntah dan anoreksia.Zat
kimia maupun makanan yang merangsang akan menyebabkan sel epitel kolumner, yang
fungsinya untuk memproteksi mukosa lambung agar tidak ikut tercerna respon mukosa
lambung karena penurunan sekresi mukus bervariasi diantaranya vasodilitasi sel mukosa
gaster. Lapisan mukosa gaster terdapat enzim yang memproduksi asam klorida atau HCl,
meningkat. Anoreksia juga dapat menyebabkan rasa nyeri, rasa nyeri ini 17 ditimbulkan oleh
karena kontak HCl dengan mukosa gaster. Respon mukosa lambung akibat penurunan sekresi
mukus dapat berupa pengelupasan. Pengelupasan sel mukosa gaster akan mengakibatkan
erosi memicu timbulnya pendarahan. Pendarahan yang terjadi dapat mengancam hidup
penderita, namun dapat juga berhenti sendiri karena proses regenerasi, sehingga erosi
menghilang dalam waktu 24-48 jam setelah pendarahan(Price dan Wilson, 2000)
Gastritis Kronis
Dapat terjadi Inflamasi lambung yang lama dapat disebabkan oleh ulkus benigna atau
maligna dari lambung atau oleh bakteri helicobactery pylory ( H. pylory ) Gastritis Kronis
dapat diklasifikasikan sebagai tipe A / tipe B, tipe A ( sering disebut sebagai gastritis
autoimun ) diakibatkan dari perubahan sel parietal, yang menimbulkan atrofi dan infiltrasi
seluler. Hal ini dihubungkan dengan penyakit autoimun seperti anemia pernisiosa dan terjadi
pada fundus atau korpus dari lambung. Tipe B ( kadang disebut sebagai gastritis )
mempengaruhi antrum dan pylorus ( ujung bawah lambung dekat duodenum ) ini
dihubungkan dengan bakteri Pylory. Faktor diet seperti minum panas atau pedas, penggunaan
atau obat-obatan dan alkohol, sus kedallambung. (Smeltzer dan Bare, 2001).
5. Manifestasi Klinis
Rasa tidak nyaman pada abdomen dengan sakit kepala, kelesuan, mual, dan
Dapat terjadi kolik dan diare jika makanan yang mengiritasi tidak dimuntahkan,
Pasien biasanya pulih kembali sekitar sehari, meskipun nafsu mungkin akan hilang
Gastritis Kronis Pasien dengan Gastritis tipe A secara khusus asimtomatik kecuali
untuk gejala defisiensi vitamin B12 . pada gastritis tipe B, pasien mengeluh anoreksia
( nafsu makan menurun ), nyeri ulu hati setelah makan, kembung, rasa asam di mulut,
6. Pemeriksaan Fisik
berikut :
gastritis, dilakukan untuk melihat sisi perdarahan atau derajat ulkus jaringan
atau cidera.
Analisa gaster: dapat dilakukan untuk menentukan adanya darah, mengkaji
7. Penatalaksanaan Gatritis
Antasida: pada gastritis yang parah, cairan dan elektrolit diberikan intravena
untuk gastritis yang tidak parah diobati dengan antasida dan istirahat.
menyebabkan iritasi.
Tirah baring
Mengurangi stress
Diet
Air teh, air kaldu, air jahe dengan soda kemudian diberikan peroral pada interval
yang sering. Makanan yang sudah dihaluskan seperti pudding, agar-agar dan sup, biasanya
ditambahkan secara bertahap. Pasien dengan gastritis superficial yang kronis biasanya
berespon terhadap diet sehingga harus menghindari makanan yang berbumbu banyak atau
Komplikasi yang mungkin dapat terjadi pada gastritis menurut Dermawan ( 2010)
adalah:
B12
A. Pengkajian
1. Data biografi di dapat melalui wawancara meliputi identitas pasien (umur ,jenis
kelamin) dan penanggung jawab, pengumpulan data seperti keluhan utama yang
dirasakan pasien, pola makan (diet), perokok, alkoholik, minum kopi, penggunaan
obat-obatan tertentu.
atau tidak, riwayat penyakit sekarang riwayat penyakit yang dialami saat ini adanya
3. Riwayat penyakit dahulu meliputi apakah pasien tersebut pernah opname atau tidak
4. Riwayat psikososial pasien : biasanya ada rasa stress , kecemayang sangat tinggi
5. Pola fungsi kesehatan 1) Pola nutrisi makan, minum, porsi , keluhan Gejala : Nafsu
makan menurun, adanya penurunan berat badan, mual, muntah. 14 2) Pola eliminasi
seperti buang air kecil, buang air besar yang meliputi frekuensi, warna, konsisisten
6. Pola kebersihan diri Pola ini membahas tentang kebersihan kulit, kebersihan rambut,
8. Pola konsep diri meliputi identitas diri, ideal diri, harga diri, gambaran diri.
2. Pengkajian Fisik
c. Berat badan ( mengalami penurunan berat badan ) dan tinggi badan klien
epigastrium, dan penurunan peristaltik, erythema palmer, mukosa kulit basah tanda-
tanda dehidrasi.
B. Diagnosa Keperawatan
seba
gai berikut :
Intervensi :
Intervensi:
posisi terlentang.
- Dorong ambulasi dini.
Intervensi:
perubahan nutrisi.
berkembangnya komplikasi.
kebutuhan nutrisi.
kematian, nyeri.
Intervensi:
1. Aru W.Sudoyo, B. S. (2006). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam (2 ed., Vol. III).
1. Price, SA, Wilson, LM. Patofisiologi : Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. Volume 2 Ed/6.
3. Muttaqin dan Sari. (2011). Asuhan Keperawatan Gangguan Sistem Perkemihan. Salemba
Medika, Jakarta.
Publishing
6. Smeltzer & Bare. (2001). Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah Brunner &