Anda di halaman 1dari 9

LAPORAN PENDAHULUAN

Askep Anak Dengan : (GIZI BURUK).


Persiapan Peraktek Diruangan : Lansia
Nama : Yan Kify Mohi
Nim : 20180303041
Nama Pemimbing :

A. Konsep Dasar
1. PENGERTIAN GIZI BURUK
Gizi adalah suatu proses organisme menggunakan makanan yang dikonsumsi secara normal
melalui proses digesti, absorpsi, transportasi, penyimpanan, metabolisme, dan pengeluaran
zat- zat yang tidak digunakan untuk mempertahankan kehidupan, pertumbuhan dan fungsi
normal dari organ – organ serta menghasilkan energi. Akibat kekurangan gizi, maka
simpanan zat gizi pada tubuh digunakan untuk memenuhi kebutuhan apabila keadaan ini
berlangsung lama maka simpanan zat gizi akan habis dan akhirnya terjadi kemerosotan
jaringan. Pada saat ini orang bisa dikatakan malnutrisi, tanda – tanda klinis gizi buruk dapat
menjadi indicator yang sangat penting untuk mengetahui seseorang menderita gizi buruk.
Kebutuhan tubuh akan zat gizi ditentukan oleh banyak factor.

Data komposisi zat gizi bahan makanan yang berhubungan dengan berbagai proses
pengolahan belum cukup tersedia, pemeriksaan zat gizi spesifik bertujuan untuk menilai
status gizi. Gangguan gizi buruk menggambarkan suatu keadaan pathologis yang terjadi
akibat ketidak sesuaian/tidak terpenuhinya antara zat gizi yang masuk kedalam tubuh dengan
kebutuhan tubuh akan zat gizi dalam jangka waktu yang relatif lama. Hubungan antara
makanan dan kesehatan tubuh sudah diketahui sejak berabad – abad yang lampau.. Penyakit –
penyakit yang timbul akibat makanan kurang baik seperti makanan yang tidak cukup gizinya
atau kadar zat gizinya tak seimbang disebut penyakit gangguan gizi yang pertama kali
dikenal adalah penyakit sariawan. Kesehatan yang baik tidak terjadi karena ada perubahan
yang berupa kekurangan zat makanan tertentu atau berlebih. Kekurangan umumnya
mencakup protein, karbohidrat, vitamin, dan mineral. Sedangkan kelebihan umumnya
mencakup konsumsi lemak, protein, dan gula. Untuk mencapai kondisi anak perlu/cukup gizi
harus memperhatikan kebersihan diri dan lingkungan serta melakukan kegiatan yang baik
seperti olah raga, dan lain – lain. Konsumsi yang kurang baik kualitas dan kuantitasnya akan
memberikan kondisi kesehatan gizi kurang/defisiensi. Keadaan kesehatan gizi masyarakat
tergantung pada tingkat konsumsi ditentukan oleh kualitas dan kuantitas hidangan. Penyakit
gizi di Indonesia terutama tergolong ke dalam kelompok penyakit defisiensi yang sering
dihubungkan dengan infeksi yang bisa berhubungan dengan gangguan gizi. Defisiensi gizi
merupakan awal dari gangguan system imun yang menghambat reaksi imunologis. Gangguan
gizi dan infeksi sering saling bekerja sama akan memberikan prognosis yang lebih buruk.
Ada berbagai zat gizi yang sangat mempengaruhi kondisi kesehatan manusia. Masalah
kesehatan gizi dapa timbul dalam bentuk penyakit dengan tingkat yang tinggi.

2. ETIOLOGI

Penyebab utama marasmus adalah kurang kalori protein yang dapat terjadi karena : diet yang
tidak cukup, kebiasaan makan yang tidak tepat atau karena kelainan metabolik dan
malformasi kongenital. Selain selain dari itu juga di pengaruhi oleh pengaruh negatif faktor
sosial ekonomi, budaya yang berperan terhadap kejadian malnutrisi umumnya, keseimbangan
nitrogen yang negatif dapat pula disebabkan oleh diare kronik, malabsorpsi protein,
hilangnya protein melalui air kemih ( sindrom nefrotik ), infeksi menahun, luka bakar dan
penyakit hati.

A. Penyebab Gizi Buruk


1. Penyebab langsung

Penyakit Infeksi

1) Penyebab tidak langsung


a. Kemiskinan keluarga
b. Tingkat pendidikan dan pengetahuan orang tua yang rendah
c. Sanitasi lingkungan yang buruk
d. Pelayanan kesehatan yang kurang memadai

Selain Itu Ada Beberapa Penyebab Dari Gizi Buruk Seperti :

1. Balita tidak mendapat makanan pendanping ASI (MP-ASI) pada umur 6 bulan atau lebih

2. Balita tidakmendapat ASI ekslusif (ASI saja) atau sudah mendapat makanan selain ASI
sebelum umur 6 bulan

3. Balita tidakmendapat makanan pendamping ASI (MP-ASI) pada umur 6 bulan atau lebih
4. MP-ASI kurang dan tidak bergizi

5. Setelah umur 6 bulan balita jarang disusui

6. Balita menderita sakit dalam waktu lama,seperti diare,campak, TBC, batukpilek

7. Kebersihan diri kurang dan lingkungan kotor.

3. KLASIFIKASI GIZI BURUK

Untuk kepentingan praktis di klinik maupun di lapangan klasifikasi MEP ditetapkan dengan
patokan perbandingan berat badan terhadap umur anak sebagai berikut:

a. Berat badan 60-80% standar tanpa edema : gizi kurang (MEP ringan)
b. Berat badan 60-80% standar dengan edema : kwashiorkor (MEP berat)
c. Berat badan <60% : marasmus (MEP berat)
d. Berat badan <60% : marasmik kwashiorkor (MEP berat)

Keterangan Gizi baik % Gizi kurang % Gizi Buruk %


BB/U 80 - 100 60-80 <60
TB/U 95 - 100 85-95 <85
BB/TB 90 -100 70-90 <70
LLA/U 85 - 100 70-85 <70
LLA/TB 85 - 100 75-85 <75

4. PATOFISIOLOGI

Kurang kalori protein akan terjadi manakala kebutuhan tubuh akan kalori, protein, atau
keduanya tidak tercukupi oleh diet. (Arisman, 2004:92). Dalam keadaan kekurangan
makanan, tubuh selalu berusaha untuk mempertahankan hidup dengan memenuhi kebutuhan
pokok atau energi. Kemampuan tubuh untuk mempergunakan karbohidrat, protein dan lemak
merupakan hal yang sangat penting untuk mempertahankan kehidupan, karbohidrat (glukosa)
dapat dipakai oleh seluruh jaringan tubuh sebagai bahan bakar, sayangnya kemampuan tubuh
untuk menyimpan karbohidrat sangat sedikit, sehingga setelah 25 jam sudah dapat terjadi
kekurangan. Akibatnya katabolisme protein terjadi setelah beberapa jam dengan
menghasilkan asam amino yang segera diubah jadi karbohidrat di hepar dan ginjal. Selama
puasa jaringan lemak dipecah menjadi asam lemak, gliserol dan keton bodies. Otot dapat
mempergunakan asam lemak dan keton bodies sebagai sumber energi kalau kekurangan
makanan ini berjalan menahun. Tubuh akan mempertahankan diri jangan sampai memecah
protein lagi seteah kira-kira kehilangan separuh dari tubuh.

5. KOMPLIKASI GIZI BURUK


1. Hipotermi
Penyebab :
1. Tidak/kurang/jarang diberi makan
2. Menderita Infeksi
Paparan Angin :
1. Genting bocor
2. Dinding berlubang
3. Tidur dekat pintu
4. Selimut dan topi kurang rapat
Menempel Benda Yang Dingin:
1. Tidur dilantai
2. Mandi terlalu lama
3. Popok basah tidak segera diganti(ngompol,Diare)
4. Hipoglikemi
Penyebab :
1. Tidak dapat/kurang/jarang dapat makan
2. Penyakit Infeksi
Gejala :
1. Hipotemi (<35c)
2. Lemah
3. Penurunan kesadaran
4. Infeksi
5. Diare dan Dehidrasi
6. Syok

6. PEMERIKSAAN PENUNJANG GIZI BURUK

1. pemeriksaan laboratorium

a. pada pemeriksaan ini meliputi HB, albumin, globulin, protein total, elektrolit serum,
biakan darah.
b. prifil lipid, ( lipid total, kolestrol, LDL, HDL,)

2. pemeriksaan urin, ( urin lrngkap, dan urine culture)

3. uji feel hati, EKH, X FOTO PARU,

4. pemeriksaan radiologis; usia tulang, osteoporosis, osteomalsia

5. pemeriksaan atropometris, BB, TB, T^B/BB, LK

6 pemeriksaan tumbuh kembang anak

Mengontrol asupan makan-makanan yang di makan oleh anak Perubahan nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh berhubungan dengan asupan yang tidak adekuat

Tujuan : Klien akan menunjukkan peningkatan status gizi.

kriteria Hasil :

1. Keluarga klien dapat menjelaskan penyebab gangguan nutrisi yang dialami klien,
kebutuhan nutrisi pemulihan, susunan menu dan pengolahan makanan sehat seimbang.
2. Dengan bantuan perawat, keluarga klien dapat mendemonstrasikan pemberian diet (per
sonde/per oral) sesuai program dietetic

Pemeriksaan penunjang untuk malnutrisi digunakan untuk menilai kondisi pasien saat ini dan
menentukan penyebab terjadinya malnutrisi tersebut. Di sisi lain, pemeriksaan penunjang ini
juga dapat bermanfaat untuk menyingkirkan atau menegakkan penyakit lain yang mungkin
terjadi bersamaan dengan malnutrisi. Berikut ini pemeriksaan yang dapat dilakukan pada
penyakit malnutrisi:
Pemeriksaan darah perifer lengkap disertai apusan darah tepi: penting untuk melihat jenis
anemia yang terjadi, mengetahui bila terjadi defisiensi zat besi (ditemukan sel target) atau
defisiensi vitamin B12 dan asam folat.
Pengukuran status protein darah melalui pemeriksaan kadar albumin serum, retinol-binding
protein, transferrin, kreatinin, dan blood urea nitrogen (BUN). Kadar albumin serum dapat
dimanfaatkan sebagai salah satu indikator gizi buruk, baik pada saat awal kejadian malnutrisi
maupun saat perbaikan mulai terjadi. Meskipun demikian, faktor-faktor bukan gizi yang
dapat mempengaruhi kadar albumin seperti peningkatan cairan ekstra sel, trauma, sepsis,
pembedahan, penyakit hati dan ginjal tetap harus dieksklusi. Pemeriksaan kreatinin dan
ureum darah dapat membantu menilai fungsi ginjal pasien malnutrisi.
Pemeriksaan laju endap darah (LED), elektrolit, urine lengkap maupun feses lengkap dapat
dilakukan bila dalam anamnesis dan pemeriksaan fisik didapatkan indikasi, misalnya pada
pasien dengan riwayat diare akut

7. PENATALAKSAAN
Prosedur yang dilakukan (khususnya untuk kasus baru, jelaskan kepada keluarga tentang
kondisi balita), yaitu:

 Melakukan anamnesis riwayat kesehatan balita meliputi riwayat kelahiran, imunisasi,


menyusui dan makan (termasuk nafsu makan), riwayat penyakit dan keluarga.
 Pemeriksaan fisik secara umum dan khusus
 Melakukan pemeriksaan penunjang sesuai indikasi.
 Memberikan obat sesuai hasil pemeriksaan
 Menghitung kebutuhan gizi balita
 Melakukan konseling gizi kepada pengasuh tentang cara pemberian F100 atau RUTF
dan makanan padat gizi.
 Mencatat hasil layanan dalam rekam medis dan formulir rawat jalan

8. PENGKAJIAN BERFOKUS

a. Keluarga mengatakan An. H panas kurang lebih 5 hari lalu di bawa ke RS dengan
rujukan dari puskesmas.
b. Keluarga mengatakan An. H nafsu makannya menurun, susah minum dan BB tidak
naik sejak usia 4 bulan.
c. Keluarga mengatakan bahwa An. H saat ini hanya batuk.
d. Keluarga mengatakan bahwa An. H saat ini hanya bisa berguling miring kanan dan
kiri, dan tengkurap tanpa bantuan diusianya yang 9 bulan
Pengkajiaan I adalah mengumpulkan data dan analisa data untuk mengidentifikasi masalah
keperawatan, meliputi data dasar:

1) Struktur dan sifat masalah keluarga

2) Faktor sosial, ekonomi, dan keluarga

3) Faktor lingkungan

4) Riwayat kesehatan

b. Penjajakan II adalah mengumpulkan data dan analisa data untuk mengidentifikasi


kesanggupan keluarga melaksanakan tugas-tugas kesehatan meliputi persepsi atau tanggapan
keluarga terhadap masalah kesehatan. Pengkajian tahap II pada Keluarga Tn. AA adalah
mengeksplorasi bagaimana persepsi dan tanggapan keluarga terhadap masalah An. Y dengan
gizi kurang antara lain:

1) Mengidentifikasi kemampuan keluarga untuk mengenal

masalah gizi kurang

2) Mengidentiikasi aplikasi keluarga dengan mengambil

keputusan yang tepat dalam penanganan gizi kurang.

3) Mengidentifikasi bnerbagai data yang menunjukkan apakan

keluarga dapat merawat gizi kurang.

4) Apakah keluarga dapat menciptakan lingkungan yang kondusif

untuk klien gizi kurang.

5) Mengidentifikasi ketidakmampuan keluarga dalam memanfaatkan fasilitas kesehatan


untuk klien gizi kurang. Analisa data adalah mengelompokkan data subyektif dan obyektif
kemudian dibandingkan dengan standar normal sehingga didapatkan masalah keperawatan.

2. Perumusan diagnosis keperawatan menurut Ester, dkk (2012)

Komponen rumus diagnose keperawatan meliputi:

a) Masalah atau problem

b) Penyebab atau etiologi adalah kumpulan data subyektif dan


obyektif

Dalam penyusunan masalah kesehatan perawatan keluarga menurut

Ester, dkk (2012) mengacu pada tipologi diagnose keperawatan

keluarga, yaitu:

30

a) Potensial atau wellness

b) Risiko (ancaman)

c) Aktual (nyata)

3. Perencanaan

Perencanaan adalah sekelompok tindakan yang ditentukan untuk

dilaporakan dalam memecahkan masalah kesehatan dan keperawatan

yan gtelah diidentifikasi (Effendy, 2007)

Perencanaan terdiri dari:

a) Prioritas masalah

Dengan memperhatikan beberapa kriteria, yaitu:

1) Sifat masalah (aktual, risiko, potensial)

2) Kemungkinan masalah dapat diubah (mudah, sebagian, sulit)

3) Potensi dapat dicegah (tinggi, cukup, rendah)

4) Menonjolnya masalah

Anda mungkin juga menyukai