Template Literature Review
Template Literature Review
Sri Wahyuni Handayani1*, Dwi Susilo2, Arum Triyas Wardani3, dan Yusnita Mirna
Anggraeni4
1,2,3,4
Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Vektor dan Reservoir Penyakit Salatiga
Article history Tobacco (Nicotiana tabacum) is a plant that can be used as a natural insecticide. Tobacco
extracts can be made as alternative nanoinsecticides to be used as Aedes aegypti control.
Received date This study aims to obtain information on the toxicity of tobacco nanoinsecticides and to
Revised date obtain the LD50 of tobacco nanoinsecticides in mice. The research was conducted at the
Accepted date Center for Disease Vector and Reservoir Research and Development (B2P2VRP) with a
pure experimental method. The results showed that the particle size ranged from 26.9;
Keywords: 53.7 and 89nm. The results of the metal content test with Atomic Absorption
Spectrophotometer (AAS) showed the presence of Ag content in the nanoinsecticide
3-5 word(s) or phrase(s) solution made. Spectrophometry measurements showed a peak at a wavelength of 420 nm
that’s is important, and functional group bonds were formed. The characteristic SEM photo shows the
specific or representative particle morphology in the form of round face crystals. The results of the toxicity test
for the article using the OECD 423 LD50 method at 2500mg/kgBW showed that tobacco
nanoinsecticides were in the slightly toxic category. Administration of tobacco
nanoinsecticides causes toxic symptoms in the form of decreased cardiac activity,
convulsions, decreased movement activity, while from the hispathological test results, the
number of kidney injury is in the range of 10 to 25%.
Kata kunci:
Abstrak
3-5 kata atau frase yang Ekstrak tembakau dapat dibuat nanoinsektisida alternatif untuk digunakan sebagai pen-
penting, spesifik, atau gendalian Aedes aegypti. Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh informasi toksisitas
representatif bagi artikel nanoinsektisida tembakau serta mendapatkan LD50 nanoinsektisida tembakau terhadap
ini mencit sebelum aplikasi penggunaan nanoinsektisida tembakau terhadap nyamuk. Peneli-
tian dilaksanakan di Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Vektor dan Reservoir
Penyakit (B2P2VRP) dengan metode eksperimental murni. Hasil penelitian menunjukkan
ukuran partikel berkisar dari 26,9; 53,7 dan 89nm. Hasil Uji kandungan logam dengan
Spektrofotometer Serapan Atom (AAS) menunjukkan adanya kandungan Ag pada larutan
nanoinsektisida yang dibuat. Pengukuran spectrophometry menunjukkan puncak pada
panjang gelombang 420 nm dan terbentuk ikatan gugus fungsi. Foto karakteristik SEM
menunjukkan morfologi partikel berupa kristal round face. Hasil uji toksisitas menggu-
nakan metode OECD 423 LD50 pada angka 2500mg/kgBB menunjukkan nanoinsektisida
tembakau termasuk kategori sedikit toksik. Pemberian nanoinsektisida tembakau menim-
bulkan gejala toksik berupa aktifitas jantung menurun, kejang-kejang, terjadi penurunan
aktifitas gerak, sedangkan dari hasil uji hispatologi angka kidney injury berada pada
angka 10 s.d 25 %
Kata kunci : Nanoinsektisida tembakau, mencit, uji toksisitas
Corresponding Author:
Sri Wahyuni Handayani,
Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Vektor dan Reservoir Penyakit, Kementerian Kesehatan, Salatiga
Email: 31sriwahyunihandayani@gmail.com
Jurnal Vektor Penyakit
Penelitian uji toksisitas dilakukan di 3 mencit. Mencit diberi makan dan minum
B2P2VRP adlibitum.
Salatiga dan UII Yogyakarta, mulai dari Uji Toksisitas Akut dengan Metode OECD 423
Maret (26,29, )
2021 sampai dengan Desember Pada uji toksisitas akut oral sediaan uji berupa
2021. nanoinsektisida dalam beberapa tingkat. Dosis
Disain penelitian adalah eksperimental diberikan pada beberapa kelompok hewan uji
murni dengan satu dosis perkelompok, kemudian
Tembakau yang digunakan berasal dari dilakukan pengamatan terhadap adanya efek
toksik dan kematian. Pengujian ini
Temanggung. Hewan uji yang digunakan adalah
menggunakan metode fixed dose sesuai metode
mencit betina (Mus musculus) galur Deutchland
OECD (Organisation for Economic Co- operation
Denken Yoken (DDY) dengan berat badan and Development) 423 yang terdiri dari uji
sekitar 20-30 g/ekor berumur lebih kurang dua pendahuluan (limit test) dan uji utama
bulan sebanyak ±9ekor dari laboratorium (main test). Batas dosis pada uji pendahuluan
hewan coba UII. Alat yang digunakan dalam
penelitian ini adalah neraca analitik, oven adalah 2000 mg/kgBB. Pada uji utama,
pengering, penyerbuk, botol maserasi, rotary pemejanan dilakukan dengan pemberian dosis
evaporator, cawan penguap, corong buchner, diberikan yang sudah ditentukan sesuai OECD
kertas saring, kain flannel, statif, klem, corong 423 yaitu 5, 50,
pisah, labu takar, alat-alat gelas, pipet volume, 300, dan 2000 mg/kg, dimana tiap tahap
cawan petri, kandang mencit, SEM, sonikator, menggunakan 3 hewan uji. Pemilihan metode
dissecting kit, tissue cassette, beaker glass, OECD 423 karena uji toksisitas menggunakan
mikrotom, obyekglass, deckglass, humidity ini dilaksanakan bertahap dengan
chamber vertical. menggunakan lebih sedikit hewan uji
Ekstraksi Tembakau(18,19) pertahapan. Zat uji diberikan secara oral ke
Sebanyak 500gram serbuk simplisia tembakau sekelompok hewan percobaan pada
dimasukkan ke dalam bejana, ditambahkan dosis 50mg/kg BB,
etanol 70% dengan perbandingan 1:10, 2000mg/kgBB dan kontrol. Pemberian zat
kemudian ekstrak diamkan selama 5 hari sambil dilakukan dalam satu kali pemberian secara oral
dilakukan pengadukan. Setelah 5 hari ekstrak menggunakan sonde, mencit diamati selama 4
disaring dengan rotary evaporator hingga jam untuk melihat apakah ada gejala toksik yang
diperoleh ekstrak kental tembakau. muncul atau tidak. Pengamatan pada mencit
Pembuatan Sediaan Nanoinsektisida(20,21) kembali dilakukan pada 24 jam dengan
Ekstrak tembakau kemudian diformulasikan menghitung jumlah mencit yang mati dari tiap
menjadi nanoinsektisida dengan menambahkan kelompok. Apabila LD50 tidak bisa ditentukan
AgNO3 disertai pengadukan menggunakan karena mencit mati pada dosis tersebut maka
stirer. Pembuatan formulasi cair dilakukan dosis diturunkan dan uji diulang dengan dosis
berdasarkan metode yang dikembangkan yang diturunkan tersebut. Zat tersebut diuji
Puripattanavong et al ( 2 2 ) dengan modifikasi. dengan menggunakan prosedur bertahap, setiap
Karakterisasi nanoinsektisida tembakau dilakukan tahap menggunakan tiga hewan dengan
dengan analisis Scanning Electron Microscope kelamin sama pada penelitian ini menggunakan
(SEM) untuk mengetahui struktur kristal dan mencit betina. Gejala klinis yang diperiksa
morfologi serta ukuran butir dihitung dengan berupa gambaran histopatologis organ akibat
menggunakan Particle Size Analizer (PSA). Uji pemberian oral. Hewan uji yang digunakan
fitokimia dilakukan dengan menggunakan adalah mencit betina, umur 8-10 minggu dengan
FTIR (Fourier transform infrared). variasi BB < 20% dan dalam keadaan sehat serta
Pengujian Terhadap Mencit, meliputi : belum pernah beranak atau sedang bunting.
Mencit diaklimatisasi selama kurang lebih 1 Hewan uji dipelihara dalam kandang memadai
minggu dengan tujuan untuk mengadaptasi dan ruangan yang diukur suhu, kelembapan serta
mencit terhadap lingkungan kandang percobaan. pencahayaan yang standar. Pengujian dilakukan
Penelitian ini menggunakan 9 ekor mencit di B2P2VRP Salatiga dan di UII Yogyakarta
betina yang dibagi menjadi 3 kelompok
Uji Hispatologi Sampel Mencit,
perlakuan, sehingga masing - masing kelompok meliputi: prosesing jaringan, prosesing blok
terdiri dari parafin, pengecatan preparat hematocxylin-eosin
Jurnal Vektor Penyakit
HASI
L
Daun tembakau yang diekstrak dengan
etanol
disaring sampai kental dan menghasilkan
larutan warna hijau kekuningan, setelah
dicampur dengan perak nitrat yang berwarna
Jurnal Kesehatan
Volume , Nomor, November 2019
ISSN 2086-7751 (Print), ISSN 2548-5695 (Online)
http://ejurnal.poltekkes-tjk.ac.id/index.php/JK
Jurnal Vektor Penyakit
SIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA