Anda di halaman 1dari 13

Jurnal Kesehatan

Volume , Nomor, November 2019


ISSN 2086-7751 (Print), ISSN 2548-5695 (Online)
http://ejurnal.poltekkes-tjk.ac.id/index.php/JK

Uji Toksisitas Akut Nanoinsektisida Tembakau (Nicotiana tabacum L.)


Terhadap Mencit

The Acute Toxicity Test of Nanoinsecticide of Tobacco (Nicotiana tabacum


L) by Using Mice

Sri Wahyuni Handayani1*, Dwi Susilo2, Arum Triyas Wardani3, dan Yusnita Mirna
Anggraeni4
1,2,3,4
Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Vektor dan Reservoir Penyakit Salatiga

ARTICLE INFO ABSTRACT/ ABSTRAK

Article history Tobacco (Nicotiana tabacum) is a plant that can be used as a natural insecticide. Tobacco
extracts can be made as alternative nanoinsecticides to be used as Aedes aegypti control.
Received date This study aims to obtain information on the toxicity of tobacco nanoinsecticides and to
Revised date obtain the LD50 of tobacco nanoinsecticides in mice. The research was conducted at the
Accepted date Center for Disease Vector and Reservoir Research and Development (B2P2VRP) with a
pure experimental method. The results showed that the particle size ranged from 26.9;
Keywords: 53.7 and 89nm. The results of the metal content test with Atomic Absorption
Spectrophotometer (AAS) showed the presence of Ag content in the nanoinsecticide
3-5 word(s) or phrase(s) solution made. Spectrophometry measurements showed a peak at a wavelength of 420 nm
that’s is important, and functional group bonds were formed. The characteristic SEM photo shows the
specific or representative particle morphology in the form of round face crystals. The results of the toxicity test
for the article using the OECD 423 LD50 method at 2500mg/kgBW showed that tobacco
nanoinsecticides were in the slightly toxic category. Administration of tobacco
nanoinsecticides causes toxic symptoms in the form of decreased cardiac activity,
convulsions, decreased movement activity, while from the hispathological test results, the
number of kidney injury is in the range of 10 to 25%.

Keywords: Tobacco nanoinsecticide, mice, toxicity test

Kata kunci:
Abstrak
3-5 kata atau frase yang Ekstrak tembakau dapat dibuat nanoinsektisida alternatif untuk digunakan sebagai pen-
penting, spesifik, atau gendalian Aedes aegypti. Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh informasi toksisitas
representatif bagi artikel nanoinsektisida tembakau serta mendapatkan LD50 nanoinsektisida tembakau terhadap
ini mencit sebelum aplikasi penggunaan nanoinsektisida tembakau terhadap nyamuk. Peneli-
tian dilaksanakan di Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Vektor dan Reservoir
Penyakit (B2P2VRP) dengan metode eksperimental murni. Hasil penelitian menunjukkan
ukuran partikel berkisar dari 26,9; 53,7 dan 89nm. Hasil Uji kandungan logam dengan
Spektrofotometer Serapan Atom (AAS) menunjukkan adanya kandungan Ag pada larutan
nanoinsektisida yang dibuat. Pengukuran spectrophometry menunjukkan puncak pada
panjang gelombang 420 nm dan terbentuk ikatan gugus fungsi. Foto karakteristik SEM
menunjukkan morfologi partikel berupa kristal round face. Hasil uji toksisitas menggu-
nakan metode OECD 423 LD50 pada angka 2500mg/kgBB menunjukkan nanoinsektisida
tembakau termasuk kategori sedikit toksik. Pemberian nanoinsektisida tembakau menim-
bulkan gejala toksik berupa aktifitas jantung menurun, kejang-kejang, terjadi penurunan
aktifitas gerak, sedangkan dari hasil uji hispatologi angka kidney injury berada pada
angka 10 s.d 25 %
Kata kunci : Nanoinsektisida tembakau, mencit, uji toksisitas

Copyright © 2020 Jurnal Kesehatan


All rights reserved

Corresponding Author:
Sri Wahyuni Handayani,
Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Vektor dan Reservoir Penyakit, Kementerian Kesehatan, Salatiga
Email: 31sriwahyunihandayani@gmail.com
Jurnal Vektor Penyakit

PENDAHULUAN bawah 1 mikron(9,10). Kelebihan nanopartikel


adalah kemampuan untuk menembus ruang-
PENDAHULUAN ruang antar sel yang hanya dapat ditembus oleh
Tembakau merupakan tanaman komoditi yang ukuran partikel koloidal(11). Kemampuan untuk
mempunyai nilai ekonomis dari familia menembus dinding sel yang lebih tinggi, baik
Solanaceae. Tanaman ini menghasilkan zat yang melalui difusi maupun opsonifikasi, dan
mempengaruhi serangga, sehingga dapat fleksibilitasnya untuk mencapai target sasaran.
digunakan sebagai insektisida ataupun sebagai Kelebihan lain dari nanopartikel adalah adanya
molluscides, akarisida, nematosida, fungisida peningkatan afinitas karena peningkatan luas
dan bakterisida(1). Ekstrak murni tembakau permukaan kontak. Pada dasarnya prinsip
dengan pelarut air mempunyai efek mematikan nanoteknologi adalah untuk memaksimalkan hasil
dan sublethal pada serangga(1), sehingga tanaman capaian atau sasaran dengan meminimalkan
tembakau sebagai larvasida dinilai cukup layak penggunaan bahan untuk diaplikasikan langsung
sebagai insektisida/ larvasida. ke target(12)
Tembakau mempunyai senyawa bahan aktif The Acute-toxic-class method, OECD 423
alkaloid, alkaloid merupakan bahan aktif yang Acute Toxic Class Method (ATC) metode ini
mempunyai efek sangat aktif secara fisiologis menggunakan metode Organisation for Economic
pada mamalia, termasuk manusia, mulai dari Co-operation and Development (OECD) 423(13,14)
mempunyai efek keracunan bahkan sampai pada didasarkan pada prosedur bertahap dengan
kematian pada dosis yang rendah sekalipun(2,3) menggunakan lebih sedikit hewan uji per
Tembakau dan turunannya juga termasuk tahapan. Zat uji diberikan secara oral ke
tanaman yang dapat dimanfaatkan sebagai bahan sekelompok hewan percobaan pada dosis
insektisida alami. Tanaman tembakau (Nicotiana 50mg/kg BB dan 2000mg/kgBB. Zat tersebut
tabacum) dapat dimanfaatkan sebagai bahan diuji dengan menggunakan prosedur bertahap,
insektisida alami. Kandungan kimia tembakau setiap tahap menggunakan tiga hewan dengan
meliputi alkaloid, saponin, flavanoid, dan kelamin sama (biasanya betina). Gejala klinis
polifenol. Nikotin merupakan senyawa yang diperiksa berupa gambaran histopatologis
golongan alkaloid dalam tembakau. Tembakau organ hati, ginjal, dan jantung akibat pemberian
kering mengandung 1% - 8% nikotin. Adanya oral.
kandungan alkaloid dalam tanaman tembakau Uji toksisitas yaitu uji suatu zat yang bersifat
menjadikan efek racun bagi serangga (hama). toksik atau berpotensi memberikan efek
Nikotin merupakan senyawa golongan alkaloid berbahaya terhadap mekanisme biologis tertentu
dalam tembakau. Tembakau kering mengandung suatu organisme. Sifat toksik ditentukan oleh
2% -8% nikotin. Nikotin merupakan racun syaraf dosis, konsentrasi racun pada reseptor, sifat zat
yang bereaksi cepat dan dapat bertindak sebagai tersebut, kondisi bioorganisme, dan bentuk efek
racun kontak pada serangga(4,5) Nikotin yang ditimbulkan(15). Uji toksisitas pada ekstrak
merupakan racun syaraf yang bereaksi cepat dan tanaman biasanya dilakukan untuk mengetahui
dapat bertindak sebagai racun kontak pada tingkat keamanan suatu ekstrak yang biasanya
serangga(3). Hasil penelitian Handayani
menggunakan hewan uji(8).
dkk(6)menyatakan ekstrak etanol 70% tanaman
tembakau efektif membunuh larva Aedes Uji toksisitas akut oral adalah suatu pengujian
aegypti pada dengan nilai LC50 1940 ppm dengan
untuk mendeteksi efek toksik yang muncul dalam
kadar nikotin dalam ekstrak tembakau antara
waktu singkat setelah pemberian sediaan uji yang
1,85% sampai dengan 3,61 %. Hasil penelitian
diberikan secara oral dalam dosis tunggal, atau
tahun 2016 didapatkan uji efek toksik ekstrak
murni tembakau terhadap Ae aegypti didapatkan dosis berulang yang diberikan dalam waktu 24
LC50 731,863 ppm dan LC90 2208,504 ppm. jam.
Handayani dkk menyatakan larvasida ekstrak Prinsip uji toksisitas akut oral yaitu, sediaan uji
nanoinsektisida tembakau dalam beberapa tingkat dosis diberikan pada
terhadap larva Aedes aegypti menunjukkan efek beberapa kelompok hewan uji dengan satu dosis
toksik nanoinsektisida yang cukup stabil sampai perkelompok, kemudian dilakukan pengamatan
dengan kurang lebih 5 bulan(7). terhadap adanya efek toksik dan kematian.
Nanoteknologi mulai familiar dan berkembang Penelitian ini akan menggunakan mencit sebagai
dalam kehidupan sehari-hari di Indonesia, hewan uji, selanjutnya dilakukan penentuan
temasuk dalam penggunaan nanoinsektisida. Lethal Doses50 (LD50). Metode yang dipilih pada
Khodakovsya(8) menyatakan nano partikel bisa penelitian ini yaitu metode OECD 423. Metode ini
dikembangkan sebagai insektisida. Nanopartikel dipilih karena dapat menentukan nilai LD50
merupakan partikel yang memiliki ukuran di secara spesifik(13–17)
Jurnal Kesehatan
Volume , Nomor, November 2019
ISSN 2086-7751 (Print), ISSN 2548-5695 (Online)
http://ejurnal.poltekkes-tjk.ac.id/index.php/JK

Penelitian uji toksisitas dilakukan di 3 mencit. Mencit diberi makan dan minum
B2P2VRP adlibitum.
Salatiga dan UII Yogyakarta, mulai dari Uji Toksisitas Akut dengan Metode OECD 423
Maret (26,29, )
2021 sampai dengan Desember Pada uji toksisitas akut oral sediaan uji berupa
2021. nanoinsektisida dalam beberapa tingkat. Dosis
Disain penelitian adalah eksperimental diberikan pada beberapa kelompok hewan uji
murni dengan satu dosis perkelompok, kemudian
Tembakau yang digunakan berasal dari dilakukan pengamatan terhadap adanya efek
toksik dan kematian. Pengujian ini
Temanggung. Hewan uji yang digunakan adalah
menggunakan metode fixed dose sesuai metode
mencit betina (Mus musculus) galur Deutchland
OECD (Organisation for Economic Co- operation
Denken Yoken (DDY) dengan berat badan and Development) 423 yang terdiri dari uji
sekitar 20-30 g/ekor berumur lebih kurang dua pendahuluan (limit test) dan uji utama
bulan sebanyak ±9ekor dari laboratorium (main test). Batas dosis pada uji pendahuluan
hewan coba UII. Alat yang digunakan dalam
penelitian ini adalah neraca analitik, oven adalah 2000 mg/kgBB. Pada uji utama,
pengering, penyerbuk, botol maserasi, rotary pemejanan dilakukan dengan pemberian dosis
evaporator, cawan penguap, corong buchner, diberikan yang sudah ditentukan sesuai OECD
kertas saring, kain flannel, statif, klem, corong 423 yaitu 5, 50,
pisah, labu takar, alat-alat gelas, pipet volume, 300, dan 2000 mg/kg, dimana tiap tahap
cawan petri, kandang mencit, SEM, sonikator, menggunakan 3 hewan uji. Pemilihan metode
dissecting kit, tissue cassette, beaker glass, OECD 423 karena uji toksisitas menggunakan
mikrotom, obyekglass, deckglass, humidity ini dilaksanakan bertahap dengan
chamber vertical. menggunakan lebih sedikit hewan uji
Ekstraksi Tembakau(18,19) pertahapan. Zat uji diberikan secara oral ke
Sebanyak 500gram serbuk simplisia tembakau sekelompok hewan percobaan pada
dimasukkan ke dalam bejana, ditambahkan dosis 50mg/kg BB,
etanol 70% dengan perbandingan 1:10, 2000mg/kgBB dan kontrol. Pemberian zat
kemudian ekstrak diamkan selama 5 hari sambil dilakukan dalam satu kali pemberian secara oral
dilakukan pengadukan. Setelah 5 hari ekstrak menggunakan sonde, mencit diamati selama 4
disaring dengan rotary evaporator hingga jam untuk melihat apakah ada gejala toksik yang
diperoleh ekstrak kental tembakau. muncul atau tidak. Pengamatan pada mencit
Pembuatan Sediaan Nanoinsektisida(20,21) kembali dilakukan pada 24 jam dengan
Ekstrak tembakau kemudian diformulasikan menghitung jumlah mencit yang mati dari tiap
menjadi nanoinsektisida dengan menambahkan kelompok. Apabila LD50 tidak bisa ditentukan
AgNO3 disertai pengadukan menggunakan karena mencit mati pada dosis tersebut maka
stirer. Pembuatan formulasi cair dilakukan dosis diturunkan dan uji diulang dengan dosis
berdasarkan metode yang dikembangkan yang diturunkan tersebut. Zat tersebut diuji
Puripattanavong et al ( 2 2 ) dengan modifikasi. dengan menggunakan prosedur bertahap, setiap
Karakterisasi nanoinsektisida tembakau dilakukan tahap menggunakan tiga hewan dengan
dengan analisis Scanning Electron Microscope kelamin sama pada penelitian ini menggunakan
(SEM) untuk mengetahui struktur kristal dan mencit betina. Gejala klinis yang diperiksa
morfologi serta ukuran butir dihitung dengan berupa gambaran histopatologis organ akibat
menggunakan Particle Size Analizer (PSA). Uji pemberian oral. Hewan uji yang digunakan
fitokimia dilakukan dengan menggunakan adalah mencit betina, umur 8-10 minggu dengan
FTIR (Fourier transform infrared). variasi BB < 20% dan dalam keadaan sehat serta
Pengujian Terhadap Mencit, meliputi : belum pernah beranak atau sedang bunting.
Mencit diaklimatisasi selama kurang lebih 1 Hewan uji dipelihara dalam kandang memadai
minggu dengan tujuan untuk mengadaptasi dan ruangan yang diukur suhu, kelembapan serta
mencit terhadap lingkungan kandang percobaan. pencahayaan yang standar. Pengujian dilakukan
Penelitian ini menggunakan 9 ekor mencit di B2P2VRP Salatiga dan di UII Yogyakarta
betina yang dibagi menjadi 3 kelompok
Uji Hispatologi Sampel Mencit,
perlakuan, sehingga masing - masing kelompok meliputi: prosesing jaringan, prosesing blok
terdiri dari parafin, pengecatan preparat hematocxylin-eosin
Jurnal Vektor Penyakit

Tempat dan Waktu


Penelitian putih larutan berubah warna berwarna cokelat
Penelitian ini dilaksanakan di Balai Besar
kemerahan (Gambar 1).
penelitian dan Pengembangan Vektor dan
Reservoir Penyakit
Salatiga bulan Maret s.d Desember
2021. Desain Penelitian
Peneliti ni ini merupakan penelitian yang
bersifat eksperimen murni

HASI
L
Daun tembakau yang diekstrak dengan
etanol
disaring sampai kental dan menghasilkan
larutan warna hijau kekuningan, setelah
dicampur dengan perak nitrat yang berwarna
Jurnal Kesehatan
Volume , Nomor, November 2019
ISSN 2086-7751 (Print), ISSN 2548-5695 (Online)
http://ejurnal.poltekkes-tjk.ac.id/index.php/JK
Jurnal Vektor Penyakit

Tabel 1. Hasil Uji Spektrofotometer Serapan


Atom (AAS)
No Kode Hasil Satuan Metode Keterangan
Sampel
1 1A 187,90 mg/L SSA-nyala Ekstrak

Gambar 1. Larutan ekstrak tembakau, 2A 31 mg/L SSA-nyala Ekstrak


2
larutan 3 3A 8,2 mg/L SSA-nyala Ekstrak
AgNO3
,
Larutan nano perak
tembakau
Hasil pengukuran panjang gelombang dan daya Gambar 3. Grafik Hasil Uji
absorbansi larutan ekstrak tembakau dan larutan Spektrofotometri
nanoinsektisida dapat dilihat pada grafik gambar Nanoinsektisida
2 dan 3, sedangkan hasil uji nanoinsektisida
dengan spektrofotometer serapan atom (AAS) Tembakau
pada tabel 1, dan hasil uji karakterisasi
nanoinsektisida tembakau dengan berbagai
macam pengukuran dapat dilihat pada gambar 4
dan 5 di bawah. Hasil uji toksisitas
nanoinsektisida tembakau dapat dilihat pada
tabel 2. Gambar 6 dan 7 menampilkan hasil uji
hispatologi mencit kontrol dan perlakuan, serta
perhitungan dari hasil Pembacaan kerusakan
ginjal setelah uji toksisitas pada Tabel 3.
Berikut gambar dan tabel yang dimaksud:

Gambar 2. Grafik Absorbansi


Nanoinsektisida Tembakau vs
Ekstrak Tembakau
Jurnal Kesehatan
Volume , Nomor, November 2019
ISSN 2086-7751 (Print), ISSN 2548-5695 (Online)
http://ejurnal.poltekkes-tjk.ac.id/index.php/JK

Gambar 4. Hasil Uji Karakterisasi


Nanoinsektisida
Tembakau dengan SEM
(Perbesaran 500x)

Gambar 5. Hasil Uji Karakterisasi


Nanoinsektisida Tembakau dengan SEM
(Perbesaran
15000x
)

Tabel 2. Hasil Uji


Toksisitas
Nama Sampel LD50 (mg/kgBB,oral)
Nanoinsektisida tembakau 2500
Ekstrak tembakau 2500
Keterang
an
kidney injuri (tubuler cell necrosis,
cytoplasmic vacuole, hemorage, tubular
dilatatio)(25)
0:
10%
1: 10%-
25%
2: 26-
50%
3: 51%-
70%
4: 71-
Gambar 6. Ginjal Mencit 100%
Kontrol
PEMBAHAS
AN
Ekstrak tembakau yang telah dibuat
direaksikan dengan AgNO3, adanya sintesis
molekul nanosilver/nanoinsektisida
ditunjukkan dengan timbulnya warna cokelat
kemerahan pada larutan ekstrak yang
sebelumnya berwarna hijau kekuningan
dapat dilihat pada Gambar 3(20,26).
Pada nanoinsektisida tembakau tsb diuji
fitokimia dan dianalisis menggunakan
prosedur standar. Sintesis nanopartikel
Gambar 7. Ginjal Mencit dilakukan pada berbagai konsentrasi
Pelakuan prekursor,dan reaksi dipantau dengan
spektrofotometer dan automatic absotion
Keterangan: panas merah menunjukkan spectrophotometer(AAS). Dan karakterisasi
inflamasi yang terjadi pada mencit
lain yang terlibat mikroskop elektron
scanning (SEM), dan teknik spektroskopi
Tabel 3. Hasil Pembacaan Kerusakan inframerah transformasi Fourier (FTIR).
Ginjal Setelah Hasil analisis dengan uji AAS menunjukan
Uji adanya kandungan logam perak (Ag) pada
Toksisitas beberapa larutan nanoinsektisida yg beda
konsentrasi, Puncak Fourier Transform
Infrared Spectroscopy telah terbukti sebagai
fitokimia yang bertanggung jawab atas
reduksi nanosilver hasil spektrofotometer
menunjukan panjang gelombang
nanoinsektisida tembakau pada 420nm, pada
penelitian
sebelumny nanosilver pada 400
410nm(27,28), sedangkan pada puncak
gelombang
412(29). Ashok et al(30) menyatakan bahwa
pembentukan nanosilver dengan cara reduksi ion
Ag+ dipantau dengan menggunakan pengukuran spektroskopi UV-Vis (UV-Vis) dalam rentang
panjang gelombang 200-800 nm.
No Kode Injuri Kidney Keterangan Hasil karakterisasi nanoinsektisida menunjukkan
Slide Score rata-rata luas struktur kristal ditemukan 78,174nm
1 K1 1 Kontrol dari partikel nanosilver yang di fitosintesis
2 K2 1 Kontrol ditemukan menggunakan difraksi sinar-X.
Gambar SEM diberikan nanocrystals perak
3 A1 3 2000mg/kgBB
teragregasi, semi-spherical ke spherical. Sinyal
4 A2 2 2000mg/kgBB
unsur spektrum sinar-X dispersi energi
5 A3 1 2000mg/kgBB
mendukung keberadaan detail perak karena %
6 C1 2 50mg/kgBB berat perak adalah 86,84 dan % atom adalah
7 C2 1 50mg/kgBB 68,45, Sedangkan kuppusamy menyebutkan(31)
8 C3 1 50mg/kgBB
hasil karakterisasi nanoinsektisida dengan SEM
menunjukkan identifikasi fase yang cocok dari
9 E1 1 200mg/kgBB
nanosilver menyerupai kubik Ag yang berpusat
10 E2 2 200mg/kgBB pada titik dengan ukuran rata-rata 11,68 nm, dan
11 E3 1 200mg/kgBB konstanta kisi 4,0862.
12 F1 2 2000mg/kgBB Setelah dilakukan karakterisasi terhadap
13 F3 1 2000mg/kgbb nanoinsektisida tembakau selanjutnya dilakukan
14 G1 1 2000mg/kgbb uji toksisitas nanoinsektisida tembakau terhadap
mencit, tujuan uji tsb untuk mendeteksi efek
15 G3 1 2000mg/kgbb
toksik nanoinsektisida tembakau pada mencit dan
untuk memperoleh data dosis-respon yang khas Pada uji pendahuluan uji toksisitas
dari sediaan nanoinsektisida tembakau. Data nanoinsektisida tembakau tahap pertama dengan
yang diperoleh dapat digunakan untuk memberi dosis 2500 mg/kgBB ditemukan adanya
informasi mengenai derajat bahaya sediaan kematian pada satu hewan uji dan lainya
nanoinsektisida tembakau tersebut bila terjadi nampak stres. Kemudian pengujian dilanjutkan
pemaparan pada manusia, sehingga dapat dengan
ditentukan dosis penggunaannya demi
keamanan manusia kelak.
Uji toksisitas menggunakan hewan uji sebagai
model berguna untuk melihat adanya reaksi
biokimia, fisiologik dan patologik pada manusia
terhadap suatu sediaan uji. Hasil uji toksisitas
tidak dapat digunakan secara mutlak untuk
membuktikan keamanan suatu bahan/ sediaan
pada manusia, namun dapat memberikan
petunjuk adanya toksisitas relatif dan membantu
identifikasi efek toksik bila terjadi pemaparan
pada manusia. Faktor-faktor yang menentukan
hasil uji toksisitas secara in vivo dapat dipercaya
adalah: pemilihan spesies hewan uji, galur dan
jumlah hewan; cara pemberian sediaan uji;
pemilihan dosis uji; efek samping sediaan uji;
teknik dan prosedur pengujian termasuk cara
penanganan hewan selama percobaan(14).
Hewan yang digunakan pada penelitian ini
adalah mencit. Pemilihan mencit karena mencit
merupakan hewan coba yang sesuai dengan
kriteria sesuai persyaratan hewan coba untuk uji
toksisitas yaitui pertimbangkan berdasarkan
sensitivitas, cara metabolisme sediaan uji yang
serupa dengan manusia, kecepatan tumbuh serta
mudah tidaknya cara penanganan sewaktu
dilakukan percobaan(14).
Mencit yang diuji juga diamati perilaku selama
proses pengujian, seperti menunjukkan indikasi
rasa nyeri, sakit dan distres dan mati serta
dievaluasi adanya gejala-gejala toksisitas atau
tidak(14). Pada tahap pendahuluan uji toksisitas
ekstrak tembakau tahap pertama dengan dosis
300 mg/kgBB tidak ditemukan adanya kematian
pada hewan uji. Hewan yang diuji tidak stres
dan berat badan cenderung stabil. Kemudian
pengujian dilanjutkan dengan dosis yang lebih
tinggi yaitu 2000 mg/kgBB dan terdapat 1
hewan uji mati dan dan yang hidup cenderung
stres, ada mencit yang kejang-kejang namun
berat badan stabil. Penentuan nilai LD50
menggunakan chart dari OECD metode 423.
Penentuan LD50 berdasarkan data hewan uji
yang hidup atau mati pada setiap dosis yang
diujikan. Ekstrak tembakau mempunyai LD50
2500mb/kgBB, sehingga ekstrak tembakau
juga termasuk zat yang sedikit beracun(14).
dosis yang sama pada tiga hewan uji yang lain Paragraf ini memuat pendahuluan yang
dan ditemukan 1 kematian dan kestresan pada berisi tentang inti permasalahan yang akan
hewan uji pada tahap kedua, dan terdapat mencit dikemukakan, latar belakang, fenomena yang
yang kejang pula. Berat badan hewan uji stabil. menjadi dasar dilakukan penelitian, urgensi
Penentuan nilai LD50 menggunakan chart dari penelitian, tujuan penelitian. Permasalahan dan
OECD metode 423. Penentuan LD50 tujuan, serta kegunaan penelitian ditulis secara
berdasarkan data hewan uji yang hidup atau naratif dalam paragraf-paragraf, tidak perlu diberi
mati pada setiap dosis yang diujikan. subjudul khusus. Demikian pula definisi
Hasil LD50 yaitu operasional, apabila dirasa perlu, juga ditulis
2500mg/kgBB. Hal tersebut naratif. Referensi (pustaka atau penelitian
menunjukkan nanoinsektisida ekstrak relevan), perlu dicantumkan dalam bagian ini,
tembakau termasuk zat hubungannya dengan justifikasi urgensi
yang mempunyai nilai toksik penelitian, pemunculan permasalahan penelitian,
ringan(14). alternatif solusi, dan solusi yang dipilih.
Pendahuluan ditulis dengan huruf Times
Mencit yang telah diuji toksisitasnya dipreparasi New Roman ukuran 11 pt, jarak antara baris 1
untuk selanjutnya dilakukan uji hispatologi, (satu) spasi. Tiap paragraf diawali kata yang
yaitu dengan membuat preparat ginjal dan organ menjorok ke dalam 1 (satu) tab dari tepi kiri tiap
lain kemudian dilakukan pengamatan slide kolom.
tersebut. Hasil pengamatan slide Pada BAB ini juga disampaikan metode
menunjukkkan adanya pengaruh keadaan ginjal yang digunakan, pengumpulan artikel lewat
akibat pemberian nanoinsektisida mulai pada media apa, sumber darimana, dan sebagainya.
dosis 2000mg/KgBb. Perubahan keadaan ginjal
biasa disebut kidney injuri, dengan kerusakan
yang terjadi: tubuler cell necrosis, cytoplasmic
PEMBAHASAN
vacuole, hemorage, tubular dilatatio(nekrosis
sel tubuler, vakuola sitoplasma, perdarahan,
Pembahasan berupa kupasan, gagasan,
dilatasi tubuler)(25) sebanyak 10%-
analisis atau argumentatif, dapat disertai bentuk
25% kerusakan ginjal pada sejumlah 67%
mencit, adanya kerusakan 26-50% sebanyak grafik, tabel, atau deskriptif. Analisis dan
26% mencit, interpretasi hasil ini diperlukan sebelum dibahas.
adanya kerusakan ginjal 51%-70% sejumlah Dapat juga pembahasan merupakan jawaban
7% pertanyaan mengapa ditemukan fakta seperti
mencit. Kerusakan tsb berupa peradangan pada data. Pembahasan ditulis melekat dengan
pada organ mencit tsb, sehingga dapat data yang dibahas. Pembahasan diusahakan tidak
diambil terpisah dengan data yang dibahas.
kesimpulan nanoinsektisida mempunyai Tabel dituliskan di tengah atau di akhir
toksisitas rendah(14), namun mampu setiap teks deskripsi hasil/perolehan penelitian.
mempengaruhi organ Bila lebar Tabel tidak cukup ditulis dalam
menci setengah halaman, maka dapat ditulis satu
t. halaman penuh. Judul Tabel ditulis dari kiri, bila
judul tabel lebih dari dua baris, maka baris kedua
KESIMPULA
menjorok ke dalam., dan dituliskan dalam spasi
N
tunggal. Semua kata diawali huruf besar, kecuali
Nanoinsektisida mempunyai efek toksik kata sambung, sebagai contoh, dapat dilihat
rendah Nanoinsektisida tembakau mempunyai Tabel 1.
LD50 terhadap mencit yaitu 2500mg/KgBB
Tabel 1. Distribusi Frekuensi Berdasarkan
SARA Umur dan Jenis Kelamin Hasil
N Pemeriksaan Apus Darah Tipis dan
Nanoinsektisida tembakau dapat dicoba untuk Tebal
pengendalian vektor penyakit lain, seperti Variabel F %
culex Umur 75 75
sp maupun anopheles Jenis Kelamin 15 15
sp
Setiap tabel harus memiliki judul yang
jelas tapi ringkas. Informasi mengenai metode
atau bahan penjelasan dapat disertakan dalam
catatan kaki ke tabel, namun pengulangan
metodologi harus diminimalkan. Jelas
menunjukkan satuan ukuran setelah variabel
dalam baris, di atas nilai pertama di setiap kolom,
atau berpusat pada semua kolom tempat unit
tersebut berlaku. Tunjukkan statistik variabilitas
(mis., SD, gabungan SEM) dan signifikansi
perbedaan antar data. Hilangkan peraturan
horisontal dan vertikal internal sebelum
mengirimkan tabel Anda.
Hasil berupa gambar, atau data yang dibuat
gambar/ skema/ grafik/ diagram/ sebangsa-nya,
pemaparannya juga mengikuti aturan yang ada;
judul atau nama gambar ditaruh di bawah
gambar, dari kiri, dan diberi jarak 1 spasi dari
gambar. Bila lebih dari 1 baris, antarbaris diberi Gambar 1. Hasil Pemeriksaan Mikroskopis
spasi tunggal. Sebagai contoh, dapat dilihat pada Sediaan Apus Darah Tipis dan
Gambar 1. Tebal

Hasil analisa data, hasil pengujian


hipotesis, yang dapat disajikan dengan tabel atau
grafik untuk memperjelas hasil secara verbal.
Penomoran tabel dan gambar menggunakan
angka 1, 2, 3 dan seterusnya.

SIMPULAN

Simpulan mengacu pada pembahasan,


berbentuk narasi, logis dan tepat guna.

DAFTAR PUSTAKA

Penulisan Daftar Pustaka menggunakan for- Teacher Education. Berkeley: McCuthcan


mat APA (American Psychological Association) Publishing Co.
Style. Aryati. (2006). Aspek laboratorium DBD.
Semua rujukan-rujukan yang diacu di dalam Dalam: S.Soegijanto, Demam Berdarah
teks artikel harus didaftarkan di bagian Daftar Dengue, Edisi 2. Surabaya: Airlangga
Pustaka. Daftar Pustaka harus berisi pustaka-pus- University Press.
taka acuan yang berasal dari sumber primer Soegijanto S. (2006).Demam Berdarah Dengue,
(Buku 30%, Jurnal ilmiah dari luar jurnal vokasi edisi ke-2. Surabaya: Airlangga University
kesehatan 40% dan dari jurnal vokasi kesehatan Press.
30% dari keseluruhan daftar pustaka) diterbitkan
10 (sepuluh) tahun terakhir. Setiap artikel paling
tidak berisi 15 (sepuluh) daftar pustaka acuan. Artikel dalam Jurnal:
Penulisan sistem rujukan di dalam teks artikel Amaliyah, N., & Purnomo, A. (2017). Efektifitas
dan penulisan daftar pustaka. Penulisan daftar Konsentrasi Kulit Jeruk Sambal Dalam
pustaka sebagai berikut: Menurun Densitas Bakteri Pada Ruang
Penyajian Makanan Di Kantin Sekolah
Contoh: Dasar Kota Pontianak. Jurnal Vokasi
Kesehatan, 2(2), 305-311.
Buku: http://ejournal.poltekkes-pontianak.ac.id/in
Anderson, D.W.; Vault V.D.;& Dickson, C.E. dex.php/JVK/article/view/49/48
(2016). Problems and Prospects for the Kao, C.L., King, C.C., Chao, D.Y., Wu, H.L.,
Decades Ahead: Competency Based and Chang, G.J.J. (2005). Laboratory
diagnosis of dengue virus infection,
current and future perspectives in clinical
diagnosis and public health. J. Microbiol.
Immunol. Infect
Sutaryo, U. S.R., Wahyono, D. (1996). Produksi
antibodi monoklonal terhadap virus
dengue-3 untuk Deteksi penderita Demam
Berdarah Dengue dan
vektornya.Yokyakarta: Laporan Penelitian
RUT-3 Tahun I. FK UGM.
Widyaningrum. (2010). Evaluasi uji imunosi-
tokimia untuk deteksi infeksi virus dengue
pada sediaan apus darah tipis dan tebal
penderita demam Yokyakarta: Tesis dalam
Ilmu Kedokteran Tropis Program
Pascasarjana Universitas Gadjah Mada.
Umniyati, S.R., Sutaryo, Wahyono, D., Artama,
W.T. (2008). Application of monoclonal
antibody DSSC7 for early detection of
dengue infection in blood smear
preparation based on immuno-
cytochemical streptavidin biotin
peroxidase complex assay. Yokyakarta:
Int. Joint. Symp. Frontier Sciences from
gene to application. Faculty of Medicine.
Universitas Gadjah Mada.

Anda mungkin juga menyukai