Anda di halaman 1dari 28

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pada era globalisasi ini tekhnologi dan informasi berkembang dengan sangat

pesat. Namun perkembangan itu disamping memberikan dampak positif juga

memberikan dampak yang negatif bagi manusia. Salah satu dampak negatif dari

perkembangan teknologi dan informasi adalah menjadikan pola hidup masyarakat

menjadi lebih buruk.

Pola hidup yang buruk misalnya dapat dilihat dari konsumsi makanan yang

kurang sehat seperti makanan siap saji (junk food), kurangnya olahraga, merokok,

minum air yang kurang mengandung mineral serta masih banyak faktor yang

lainnya.

Salah satu dampak jangka panjang dari pola hidup yang buruk tersebut

adalah tingginya kadar kolesterol atau disebut hiperkolesterolemia dalam tubuh

manusia, tingginya kadar kolesterol dalam tubuh dapat menjadi pemicu timbulnya

berbagai gangguan kesehatan, seperti : hipertensi, gangguan jantung (penyakit

jantung koroner), resistensi insulin, diabetes mellitus tipe 2 dan stroke (Byori,

2007).

Hiperkolesterolemia tidak hanya diderita oleh orang tua saja tetapi orang

muda dan anak-anak juga dapat menderita kelebihan kolesterol atau kolesterol

tinggi. Namun, faktor keturunan dapat pula memegang peranan pada kolesterol

darah tinggi. Ada orang yang sejak lahir sudah memiliki kadar kolesterol tinggi

menurut penelitian satu diantara 500 orang yang menderita kolesterol tinggi

familial ini. Pada penderita gangguan turun-temurun ini, kadar LDL bisa 2-3 kali

1
lebih tinggi dari normal. Sering kali mereka sudah diserang plak jantung pada usia

muda, antara 20 dan 30 tahun. Sedangkan PJK (Penyakit Jantung Koroner) dapat

terjadi apabila kadar kolesterol dalam darah tinggi sehingga menyebabkan

penimbunan lemak. Akibatnya aliran darah tidak lancar dan jantung harus bekerja

lebih keras untuk memompa darah (Nababan, 2008).

Dampak lain dari pola makan yang mulai bergeser dari pola makan

tradisional ke pola makan aterogenik (tinggi energi, lemak, protein, dan

karbohidrat sederhana namun miskin serat dan karbohidrat kompleks). Kurang

olahraga, stress tinggi, serta kebiasaan merokok, merupakan faktor risiko

terjadinya penyakit degeneratif yaitu penyakit dislipidemia, keadaan dimana

terjadi abnormalitas kadar lemak pada penyakit metabolik seperti obesitas dan

sindrom metabolik yang ditandai dengan kenaikan kadar kolesterol total,

trigliserida, kadar LDL dan penurunan kadar HDL (Gardner, 2004).

Dislipidemia juga dapat dikaitkan dengan salah satu penyebab hipertensi

yang dapat mempengaruhi kerja jantung. Hipertensi atau sering dinamakan

penyakit tekanan darah tinggi menyerang pada usia rata-rata diatas 30 tahun.

Penyakit ini sering muncul ditandai dengan pusing, kunang-kunang, dan bahkan

jika sudah parah akan menyebabkan koma hingga kematian (Anonim, 2014).

Metode yang digunakan dalam pemeriksaan kadar kolesterol yang

dilakukan rumah sakit adalah dengan menggunakan metode kromatografi (HPLC)

dengan detektor UV. Sampel yang digunakan adalah serum yang berasal dari

darah vena. Darah adalah suspensi partikel dalam larutan koloid yang

mengandung elektrolit. Partikel yang terlarut merupakan sel-sel spesifik yang

diproduksi di  dalam sumsum tulang dan akan dilepaskan ke dalam sirkulasi

2
setelah matang. Darah terdiri dari  dua komponen seluler berupa eritrosit, leukosit

dan trombosit serta komponen cair yang berupa plasma (Efendi Ferry dan

Makhfudli, 2009).

Darah beserta komponennya memiliki berbagai fungsi diantaranya :

1) mengangkut oksigen dari paru-paru ke sel-sel tubuh, 2) mengangkut

karbondioksida dari sel-sel tubuh ke paru-paru, 3) mengangkut hormon dari

kelenjar, 4) mentranspor molekul pemberi sinyal antar jaringan, 5) regulasi

temparatur, asam basa, dan elektrolit (Phillip I dan Jeremy Ward, 2004). Sehingga

Pemeriksaan darah akan memberikan arti penting untuk pemeriksaan fungsi tubuh

karena fungsi darah mencakup keseluruhan sel-sel tubuh.

1.2 Tujuan Kerja Praktek


1.2.1 Tujuan Umum
Mengetahui gambaran lipidemia dalam darah menggunakan metode

enzimatik kolorimetrik.

1.2.2 Tujuan Khusus


Mengetahui dan menganalisis perbedaan kadar kolesterol total, trigliserida,

HDL (high density lypoproteins) dan LDL (low density lypoproteins) berdasarkan

umur dan jenis kelamin.

3
1.3 Manfaat Kerja Praktek

1.3.1 Mahasiswa

 Mahasiswa mampu mengaplikasikan ilmunya dalam dunia kerja secara

langsung.

 Mahasiswa diharapkan memperoleh pengetahuan dan keterampilan

terutama dalam bidang haematologi

1.3.2 Perguruan Tinggi

 Dapat menjalin hubungan kerjasama yang baik diantara perguruan tinggi

dengan instansi terkait.

 Dapat dijadikan sebagai materi pengkayaan dibidang akademik untuk

mengembangkan dan meningkatkan mutu pendidikan.

1.3.3 Rumah Sakit

 Sebagai wujud pengabdian kepada masyarakat khususnya dalam bidang

pendidikan dengan memberikan kesempatan kepada mahasiswa untuk

melaksanakan Kerja Praktek

 Dapat membantu mengatasi masalah yang terjadi di laboratorium,

sehingga pekerjaan di laboratorium dapat berjalan dengan sebaik-baiknya

dan dapat meningkatkan mutu pelayanan rumah sakit.

4
BAB II
TINJAUAN TEORI

2.1 Darah
Darah adalah suspensi sel yang terdiri atas dua bagian yaitu plasma darah

dan sel darah. Sel darah terdiri dari tiga jenis yaitu eritrosit, leukosit dan

trombosit. Volume darah 8 % dari berat badan (± 5 L). Sekitar 55% adalah plasma

darah dan 45% sisanya terdiri dari sel darah ( Evelyn, 2006 ).

Plasma terdiri dari ion-ion dan berbagai macam protein plasma. Setelah

membeku, akan tertinggal suatu cairan kekuningan yang disebut serum, yang

berbeda dengan plasma dimana tidak mengandung fibrinogen dan faktor

pembekuan lain (Phillip I dan Jeremy Ward, 2004).

Serum terdiri dari protein-protein, elektrolit, antibodi, antigen, hormon, dan

semua substansi exogenous. Bahan-bahan yang biasa diukur dalam serum

umumnya digolongkan ke dalam kategori-kategori berikut:

1. Bahan yang dalam keadaan normal memiliki fungsi dalam sirkulasi

2. Bahan hasil metabolit

3. Bahan yang dikeluarkan dari sel akibat kerusakan dan kelainan

premeabilitas atau kelainan properasi sel.

4. Obat dan zat toksik (Fredirikus, 2013).

Fungsi utama darah secara keseluruhan untuk tubuh adalah: 1) Mengangkut

oksigen dari paru-paru ke jaringan dan CO 2 dari jaringan ke paru-paru, 2)

Mengangkut zat makanan yang diserap, 3) Mengangkut zat sisa metabolik ke

ginjal, paru-paru, kulit, dan usus untuk dibuang, 4) Memelihara keseimbangan

asam-basa normal dalam tubuh, 5) Mengatur keseimbangan air melalui efek darah

5
pada pertukaran air antara cairan yang beredar dan cairan jaringan, 6) Mengatur

suhu tubuh melalui distribusi panas tubuh, 7) Membentuk pertahanan terhadap

infeksi melalui sel darah putih dan antibodi dalam sirkulasi, 8) Mengangkut

hormon dan mengatur metabolisme, 9) Mengangkut metabolit, dan 10) Koagulasi

(Phillip I dan Jeremy Ward, 2004).

2.2 Pembuluh Darah

Manusia memiliki sistem peredaran darah tertutup yang berarti darah

mengalir dalam pembuluh darah dan disirkulasikan oleh jantung. Darah dipompa

oleh jantung menuju paru-paru untuk melepaskan sisa metabolisme berupa karbon

dioksida melalui pembuluh arteri pulmonalis, lalu dibawa kembali ke jantung

melalui vena pulmonalis. Darah mengedarkan oksigen ke seluruh tubuh melalui

saluran halus darah yang disebut pembuluh kapiler. Darah kemudian kembali ke

jantung melalui pembuluh darah vena cava superior dan vena cava inferior. Darah

juga mengangkut bahan bahan sisa metabolisme, obat-obatan dan bahan kimia

asing ke hati untuk diuraikan dan ke ginjal untuk dibuang sebagai air seni

( Evelyn, 2006 ).

Darah mengalir melalui berbagai saluran pembuluh darah yang disebut

arteri, vena, dan kapiler. Arteri bermula dari bilik kiri disebut aorta, yaitu suatu

pembuluh darah berdinding tebal dengan diameter sekitar satu inci. Aorta ini

bercabang menjadi artei yang lebih kecil dan makin jauh makin kecil dan sempit,

akhirnya berupa pembuluh seperti rambut yang tidak tampak dengan mata

telanjang dan disebut dengan kapiler. Kapiler berguna untuk membawa oksigen

dan menyerap nutrisi ke dalam jaringan tubuh, yang kemudian masuk ke

6
pembuluh vena dimana darah yang kurang oksigen dan nutrisi mengalir ke

jantung (Soeharto, 2004).

Arteri dan vena memiliki perbedaan dalam struktur dan fungsi. Arteri

mempunyai tiga lapisan seperti selang karet yaitu : 1) Permukaan lapisan dalam,

halus dan licin yang berfungsi agar darah dapat mengalir dengan lancar, 2) lapisan

luar, liat untuk melindungi pembuluh bagian dalam yang membawa darah, 3)

lapisan tengah, cincin otot yang memiliki kekuatan untuk berkerut dan

mengembang di bawah pengaruh saraf tertentu. Ketika arteri mengerut, tekanan

meningkat dan ketika rileks, tekanannya turun. Sifat elastis ini sangat penting

dalam mengendalikan tekanan darah. Elastisitas berkurang bila terjadi

penimbunan kolesterol, lemak, dan material yang membentuk athericlorosis atau

plak. Lapisan arteri bagian dalam sangat halus, sehingga darah bisa mengalir

dengan mudah. Arteri harus tahan terhadap tekanan yang tinggi, oleh karena itu

arteri berdinding tebal dan berotot. Namun, vena tidak mendapat tekanan yang

tinggi ini, sehingga tidak perlu berkontruksi sedemikian kuat. Dengan demikian,

vena berdinding relatif tipis (Soeharto, 2004).

2.3 Kolesterol

Kolesterol adalah komponen dari membran sel dan merupakan prekusor

untuk hormon steroid dan asam empedu yang disintesis oleh sel-sel tubuh dan

diserap dari makanan. Kolesterol diangkut dalam plasma melalui lipoprotein,

yaitu kompleks antara lipid dan apolipoproteins (Swastini dan Astuti, 2007).

Dalam pemeriksaan kolesterol, ada 4 jenis kolesterol yang sering diperiksa,

yakni : kolesterol total, trigliserida, HDL dan LDL.

7
2.3.1 Kolesterol Total

Kolesterol total merupakan jenis steroid yang paling dikenal. Dengan 27

karbon, kolesterol dibiosintesis dari lanosterol. Kolesterol terdapat dalam semua

sel hewan terutama terkonsentrasi dalam otak dan sumsum tulang belakang.

Kolesterol diperoleh dari hasil sintesis didalam hati. Bahan bakunya diperoleh

dari karbohidrat, protein dan lemak. Jumlah yang disintesis bergantung pada

kebutuhan tubuh dan jumlah yang diperoleh dari makanan (Atmaja, 2004).

Kemampuan sel untuk menyerap kolesterol ada batasnya. Kolesterol yang

tidak bisa terserap dalam jaringan akan tetap tinggal di pembuluh darah dan

membentuk plak. Jika hal ini terjadi terus-menerus dan bertahun-tahun pembuluh

darah tersebut akan tersumbat. Sumbatan bisa fatal jika terjadi pada pembuluh-

pembuluh darah yang penting misalnya otak (menyebabkan stroke) ataupun

pembuluh darah koroner (Tapan, 2005 ).

2.3.2 Trigliserida

Trigliserida terdiri dari tiga asam lemak yang tergabung menjadi molekul

gliserol. Seperthi halnya kolesterol, trigliserida merupakan komponen yang

normal dari darah. Makanan yang berlemak akan meningkatkan kadar trigliserida

dalam darah dan cenderung meningkatkan kadar kolesterol.

Beberapa faktor yang dapat meningkatkan kadar trigliserida dalam darah

adalah :

- Kelebihan berat badan lebih dari 20 % atau obesitas

- Kurang aktivitas fisik

- Mengkosumsi alkohol berlebihan

- Diet tinggi akan karbohidrat, yaitu diatas 60 % dari total kalori

8
- Beberapa penyakit seperti diabetes, penyakit ginjal dll

- Beberapa jenis obat-obatan

- Faktor keturunan

Bila kadar trigliserida >200 mg/dl, maka resiko PJK menjadi semakin besar.

(Soeharto, 2004)

2.3.3 HDL (high  density lypoproteins)

HDL merupakan lipoprotein yang bertanggung jawab atas penyerapan

kolesterol dari sel, ketika sebagian kolesterol yang sudah terangkut menuju kehati

dan diubah menjadi asam empedu (Tapan, 2005).

HDL mengandung 3 % trigliserida; 17 % kolesterol; 50 % protein, dan 30 %

fosfolipida. HDL berfungsi mengangkut kolesterol ke hati untuk didegradasi

menjadi asam empedu dan dibuang dalam kantong empedu. Seperempat sampai

sepertiga bagian dari lipoprotein adalah protein dan selebihnya adalah lipida.

HDL dianggap mempunyai daya pelindung, anti aterogenik. Mekanisme

yang diajukan adalah bahwa HDL mengangkut kolesterol dari sel kembali ke hati,

mencegah pembentukan sel busa, menghambat molekul adhesi yang

memungkinkan monosit masuk ke bawah sel endotel dinding arteri, menghambat

perubahan oksidatif oleh LDL . Kadar kolesterol HDL yang rendah dianggap

kurang baik/ resiko tinggi. HDL mengangkut kolesterol lebih sedikit dan mampu

membawa kelebihan kolesterol jahat di pembuluh arteri untuk diproses dan

dibuang. Jadi, HDL mencegah kolesterol mengendap di arteri dan mencegah

terjadinya atherosklerosis (Tisnadjaja, 2006).

9
Dari hasil penelitian diperoleh suatu kenyataan bahwa semakin tinggi HDL,

kemungkinan terjadinya atherosklerosis akan semakin berkurang. Terdapat

hubungan antara peningkatan resiko penyakit jantung koroner dan stroke dengan

kadar HDL. Jadi, dengan meningkatkan HDL dalam darah maka resiko terjadinya

komplikasi penyakit jantung koroner dan stroke akan berkurang (Soeharto, 2004).

2.3.4 LDL (low density lypoproteins)

LDL merupakan lipoprotein pengangkut terbesar pada manusia (sekitar

70%). LDL berperan mengangkut kolesterol dari hati ke jaringan perifer. LDL

berasal dari kolesterol dalam makanan. Peningkatan LDL akan menyebabkan

kolesterol menumpuk dalam jaringan (sel-sel dan organ tubuh). LDL dianggap

sebagai kolesterol jahat dan HDL dianggap sebagai kolesterol baik/ pelindung

(Tapan, 2005 ).

LDL mengandung kolesterol yang cukup tinggi, hal ini berarti bahwa

dengan peningkatan kadar LDL di dalam darah selalu disertai

hiperkolesterolemia. Apabila kadar HDL di dalam serum darah rendah maka

kolesterol yang dimetabolisme relatif sedikit, sehingga banyak kolesterol yang

tertimbun. Akibat penimbunan ini terjadi hiperkolesterolemia, dan lebih lanjut

akan menjadi atherosclerosis, yaitu terjadi pengendapan kolesterol dan lipida

lainnya pada dinding arteri, dan lebih lanjut akan terjadi pengerasan dinding arteri

(Soeharto, 2004).

2.4 Nilai Rujukan Pemeriksaan Kolesterol

USIA NILAI RUJUKAN


(Tahun) (mg/dL)
Kolesterol Trgliserida HDL LDL
< 29 < 200 10 – 140 30 - 83 < 100
30 – 39 < 225 20 – 150 28 - 82 < 130

10
40 – 49 < 245 30 – 160 27 - 87 < 150
> 50 < 265 40 – 190 28 - 92 < 159
(Atmaja, 2004)
 

2.5 Penyakit Ketidakseimbangan Kolesterol

Beberapa penyakit yang dapat disebabkan oleh kadar kolesterol (kolesterol

total, trigliserida, HDL, dan LDL) yang tidak seimbang adalah :

2.5.1 Hiperkolesterolemia

Hiperkolesterolemia adalah tingginya kadar kolesterol di dalam darah.

Tingginya kadar kolesterol darah merupakan problem yang serius karena

merupakan salah satu faktor resiko utama terjadinya penyakit jantung koroner

(PJK). Hasil penelitian menunjukkan bahwa resiko terjadinya aterosklerosis atau

PJK akan meningkat bila kadar kolesterol darah meninggi. Telah dibuktikan pula

bahwa dengan menurunkan kadar kolesterol darah dapat mengurangi resiko

tersebut (Bahri, 2004).

2.5.2 Atherosclerosis

Kolesterol merupakan jenis lipid yang menyusun membran plasma.

Kolesterol juga menjadi bagian dari beberapa hormon. Kolesterol berhubungan

dengan pengerasan arteri. Dalam hal ini timbul plak pada dinding arteri

menyempit, penurunan kemampuan untuk meregang. Pembentukan gumpalan

dapat menyebabkan infark miokard dan stroke (Davidson, 2003).

Atherosclerosis dapat menyerang arteri pada otak, jantung, ginjal dan

organ vital lainnya. Apabila astherosclerosis terjadi pada arteri yang mensuplai

darah ke otak maka akan menyebabkan terjadinya stroke, dan bila terjadi pada

arteri coronaria dapat menimbulkan penyakit jantung iskemia yang dapat

menyebabkan kematian.

11
Faktor resiko mayor: a)  Hiperkolesterolemia b)  Hipertensi c)  Merokok

d)  Diabetes Melitus (Fitriani, 2007).

2.5.3 Dislipidemia

Dislipidemia adalah kelainan metabolisme lipid yang ditandai peningkatan

kolesterol total, kolesterol LDL, dan trigliserida di atas nilai normal serta

penurunan kolesterol HDL di dalam darah (Shah, et al. 2008).

Menurut Anwar (2004) ada beberapa faktor yang dapat menyebabkan

Disiplidemia, yaitu :

- Riwayat keluarga dengan dislipidemia (genetik)

- Usia

Semakin tua usia seseorang maka fungsi organ tubuh semakin

menurun, begitu juga dengan penurunan aktivitas reseptor LDL

sehingga bercak perlemakan dalam tubuh semakin meningkat dan

menyebabkan kadar kolesterol total lebih tinggi,sedangkan kadar

kolesterol HDL relatif tidak berubah. Pada usia 10 tahun bercak

perlemakan sudah dapat ditemukan di lumen pembuluh darah dan

meningkat kekerapannya pada usia 30 tahun

- Jenis Kelamin

Resiko terjadinya disiplidemia pada laki-laki lebih besar daripada

perempuan. Hal tersebut karena pada perempuan produktid terdapat

perlindungan terhadap athriskelrosis dari hormon reproduksi yaitu

estrogen sedangkan pada pria lebih banyak menderita atheriskelorosis

karena hormon testosteron mempercepat timbulnya atherisklerosis.

12
- Obesitas

- Asupan makanan

- Aktivitas Fisik

2.5.4 PJK (Penyakit Jantung Koroner)

Penyakit jantung koroner (PJK) merupakan penyebab kematian yang utama

didunia dengan 16,7 juta kematian per tahunnya dan cenderung mengalami

peningkatan . Di Indonesia, 36 juta penduduk menderita penyakit ini dan 80%

diantaranya meninggal akibat serangan jantung mendadak (Anonim, 2008).

Penyakit jantung koroner disebabkan oleh pembentukan plak di dalam arteri

pembuluh darah jantung. Plak terdiri atas kolesterol, kalsium dan bahan lain di

dalam pembuluh darah (arteri koronaria serta arteri lainnya). Proses ini disebut

dengan pengerasan arteri atau atherosclerosis atau ateroma.

Faktor lain penyebab terjadinya PJK adalah merokok, riwayat PJK dalam

keluarga (umur < 55 tahun), penyakit gula, penyakit pembuluh darah dan

kegemukan (Bahri,2004). Pada suatu observasi, kebanyakan PJK terjadi pada laki-

laki (60%) dibandingkan wanita (40%). Hal ini disebabkan proteksi wanita yang

baik terhadap faktor resiko, proteksi hormonal, dan perbedaan metabolisme pria

dan wanita (Nababan, 2008).

2.5.5 Stroke

Stroke adalah serangan otak yang terjadi secara tiba-tiba dengan akibat

kematian atau kelumpuhan sebelah bagian tubuh. Stroke disebut juga dengan

CVA (cerebro-vascular accident). Secara sederhana, stroke terjadi jika aliran

darah ke otak terputus. Otak sangat tergantung pada pasokan darah yang

berkesinambungan, yang dialirkan oleh arteri (pembuluh nadi). Jika pasokan

13
darah berehenti akibat pembekuan darah atau pecahnya pembuluh darah, sedikit

atau banyak akan terjadi kerusakan pada otak yang tidak dapat diperbaiki (infark

otak). Dampaknya adalah fungsi kontrol bagian tubuh oleh daerah otak yang

terkena stroke akan hilang atau mengalami gangguan dan dapat mengakibatkan

kematian (Vitahealth, 2004).

Stroke terjadi karena penyumbatan pada pembuluh darah atau pembuluh

darah otak pecah. Ketika berusia lanjut, keadaan dinding arteri mengeras, tebal,

dan kurang lentur. Hal itu terjadi karena zat-zat lemak (kolesterol), produk-produk

sel mati, kalsium dan lainnya menggumpal dan menempel pada dinding arteri.

Begitu tumpukan plak itu terbentuk, sel-sel yang berada pada lapisan arteri akan

memproduksi zat-zat kimia sehingga plak tesebut menebal. Akibatnya, saluran

darah menjadi sempit sehingga menghambat laju aliran darah. Selain itu, plak bisa

pecah, hanyut bersama aliran darah, dan menyebabkan penggumpalan darah.

Penyumbatan aliran darah biasanya diawali dari luka kecil dalam pembuluh

darah yang bisa disebabkan oleh situasi tekanan darah tinggi, merokok, atau

karena makanan yang tinggi kandungan kolesterol dan lemaknya. Seringkali

daerah yang terluka kemudian tertutup oleh endapan yang kaya kolesterol (plak).

Gejala serangan stroke yang harus di waspadai antara lain adalah :

- Mati rasa yang mendadak diwajah, legan, atau kaki dan terutama terasa di

salah satu sisi saja, kiri atau kanan

- Mendadak bingung, atau sulit bicara, atau sulit mengerti

- Kesulitan penglihatan yang mendadak di salah satu atau kedua mata

- Mendadak kehilangan keseimbangan atau koordinasi, atau kesulitan

berjalan yang biasanya dibarengi rasa pusing

14
- Sakit kepala yang mendadak tanpa penyebab yang jelas

Banyak kondisi-kondisi yang dapat menyebabkan stroke, tetapi awalnya

adalah dari pengerasan arteri atau yang disebut juga sebagai arterisklerosis. Virgil

Brown, M.D, pimpinan American Heart Association di Atlanta, mengatakan

bahwa arterisklerosis terjadi akibat dari gaya hidup modern yang penuh stress,

pola makan tinggi lemak, dan kurang berolahraga. Ketiganya merupakan faktor

yang dapat dikendalikan. Selain itu terdapat faktor yang tak dapat dikendalikan

antar lain adalah usia, jenis kelamin, riwayat stroke dalam keluarga, rasa dan etnik

(Vitahelath, 2004).

2.6 Pemeriksaan Laboratorium

Pemeriksaan laboratorium pada umumnya melewati tiga tahap pra-analitik,

analitik, dan post analitik. Tahap pra-analitik meliputi persiapan pasien,

pengambilan, penampungan, penyimpanan, dan pengiriman bahan. Hasil

pemeriksaan laboratorium khususnya hematologi banyak diminta para dokter

untuk membantu menegakkan diagnosis, membuat diagnosis banding, memantau

perjalanan penyakit, menilai beratnya sakit dan menentukan prognosis (Wirawan,

2002).

  Penentuan kadar kolesterol dipengaruhi oleh metode yang digunakan dalam

menganalisisnya, baik pada saat ekstraksi maupun saat penentuan kuantitatifnya.

Untuk menghindari ketidaksesuaian data hasil pengukuran yang dapat

menyebabkan adanya kekeliruan, maka laboratorium harus memvalidasi metode

tidak baku, metode yang didesain atau dikembangkan laboratorium, metode baku

yang digunakan di luar lingkup yang dimaksudkan, dan penegasan serta

modifikasi dari metode baku (Wirawan, 2002). Validasi metode adalah suatu

15
proses untuk mengkonfirmasi bahwa prosedur analisis yang dilakukan untuk

pengujian tertentu sesuai dengan tujuan yang diharapkan (Wirawan, 2002).

2.7 Enzimatik Kolorimetrik

Metode analisis kolesterol sebelumnya sangat bergantung pada metode

spektroskopi dan gravimetri. Metode yang didasarkan pada enzimatik, ditambah

dengan spektrofotometri untuk analisis kolesterol dari darah yang tidak cocok

untuk diaplikasikan pada makanan (Wirawan, 2002).

        Metode enzimatis kolorimetri (GPO-PAP), sebelum dilakukan pemeriksaan

biasanya penderita disuruh berpuasa 10 sampai 12 jam sebelumnya. Dengan

metode ini trigliserida akan dihidrolisa secara enzimatis menjadi gliserol dan asam

bebas. Dengan lipase khusus akan membentuk kompleks warna yang dapat diukur

kadarnya menggunakan spektrofotometer (Wirawan, 2002).

16
BAB III
PENGUMPULAN DATA

3.1 Waktu dan Tempat Kegiatan


Waktu Kegiatan

Kerja praktek dilaksanakan pada bulan 3 Desember 2020 sampai 21 Januari


2021 di RSUD Padang Pariaman.

Jadwal Kegiatan

N Hari ke –
Kegiatan
o 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14

1 Persiapan Alat V

2 Persiapan pasien V V V V V V V V

3 Pengambilan
V V V V V V V V
darah vena

4 Pembuatan
V V V V V V V V
serum

5 Analisis kadar
V V V V V V V V
kolesterol

6 Pembuatan tabel
hasil analisis V V V
data

7 Kajian dampak
kadar kolesterol
V V V

17
Tempat Kegiatan

Kerja praktek dilaksanakan di Laboratorium Rumah Sakit Umum Daerah

Padang Pariaman bertempat di Parit Malintang.

3.2 Topik kegiatan

1. Mempelajari teknis uji kimia darah terutama kolesterol

2. Mempelajari cara analisis pemeriksaan kolesterol

3. Mengkaji dampak kelebihan maupun kekurangan dari pemeriksaan

kolesterol

3.3Alat dan Bahan

Cup sample 500 mikron, mikropipet (1000 mikron), vacutube EDTA,

Vacuette, tourniquet, aquades, biotype, sentrifuges, selectra, serum darah,

aquabides 90%, jarum suntik, alcohol swab, pinset, sarung tangan

3.4 Cara Kerja

 Dipersiapkan alat dan bahan serta area kerja dibersihkan/disterilkan

 Dioleskan vena dengan kapas yang telah diberi alcohol

 Kemudian lengan dililitkan dengan pembendung atau tourniquet

 Setelah ditemukan lokasi pengambilan darah yang tepat pada vena,

disuntikkan jarum suntik pada lokasi tadi

 Diambil darah lebih kurang 3 ml tergantung jenis pemeriksaan

 Dimasukkan darah ke dalam tabung vacuette untuk pemeriksaan kimia

darah

18
 Tabung vacuette dimasukkan ke dalam sentrifuges dan diletakkan

dalam posisi seimbang dengan larutan control

 Diatur waktunya selama 10 menit dan dengan kecepatan 3000 rpm dan

tunggu sampai alat berhenti bekerja

 Diambil tabung vacuette dengan menggunakan pinset

 Ambil clinic pipet yang ukurannya 100-1000 mikroliter dan dipasang

blue tip di mikropipet

 Diambil serum yang telah terpisah dari darah

 Dimasukkan serum yang telah diambil ke dalam cup sample berukuran

500 mikron

 Untuk pemeriksaan uji kimia darah, gunakan alat selectra

 sebelum menggunakan selectra terlebih dahulu reagen di control lebih

kurang 10 -15 menit

 dari menu utama klik F8 (request sample)

 pilih request type :

- routine : untuk jalan pasien

- asap : as soon as possible

- stat : cepat

- blank : reagen dengan air

- control

- calibrate

 isi sample ID dan nama pasien pada kolom yang telah disediakan

 tentukan jenis parameter dengan memberi tanda (v) pada kolom test

 tekan F8 (new sample) apabila akan menambah pasien berikutnya

19
 tekan F9 (sample handing) untuk menentukan posisi

 double click pada nama atau sample ID untuk menentukan pada posisi

berapa pasien tersebut akan dijalankan

 setelah meletakkan sample pada posisi yang telah ditentukan oleh alat

dan memastikan sample tersebut benar pada tempatnya maka tekan F3

untuk mulai running alat

 untuk melihat hasil masuk ke F7 (evaluate sample)

20
BAB IV
HASIL INTERPRETASI DATA

Data Objektif

Nama : Ramli
Jenis Kelamin : Laki-laki
Umur : 57 tahun
Status : Pasien Rawat Inap
Total Cholesterol : 307 mg/dl (150-200mg/dl)
HDL Cholesterol : 29 mg/dl (laki-laki lebih dari 50 mg/dl)
Trigliserida : 171 mg/dl (kurang dari 150mg/dl)
LDL Cholesterol : 243 mg/dl (kurang dari 150 mg/dl)
Asam Urat : 9,3 mg/dl (3,7 -7,0 mg/dl)
Analisa klinis : Pasien mengalami nyeri di kepala dan tengkuk
Badan pegal-pegal
Kadang disertai mual dan demam

Pasien dengan kadar kolesterol total dan trigliserida yang tinggi

menunjukkan banyak kolesterol jenis trigliserida didalam darah. Jika mempunyai

penyakit hipertensi dan kencing manis, apabila disetai dengan kenaikan salah satu

atau keseluruhan kolesterol maka akan beresiko untuk terjadinya penyumbatan di

dalam pembuluh darah. Penyakit yang akan timbul jika terjadi sumbatan akibat

kenaikan kolesterol adalah stroke. Selain itu penyakit yang ditimbulkan karena

meningkatnya kadar kolesterol total dan trigliserida adalah penyakit jantung

koroner yang menyebabkan aliran darah ke otot jantung menjadi berkurang

ataupun terhenti, sehingga mengganggu kerja jantung untuk memompa darah

keseluruh tubuh. Beberapa gejala yang ditimbulkan adalah penderita mengalami

rasa nyeri didada, lemas mendadak atau bahkan pingsan. Jika tidak ditangani oleh

medis dengan cepat maka dapat menyebabkan kematian.

21
BAB V

PEMBAHASAN

Dari pasien yang diperiksa, terdapat pasien yang mengalami kelebihan

kolesterol total, pasien kelebihan trigliserida, pasien kekurangan HDL dan pasien

kelebihan LDL. Hal ini dapat disebabkan karena adanya perbedaan pada jenis

makanan yang dikosumsi, aktivitas, serta umur, karena semakin tua seseorang

maka kolesterol yang menempel di pembuluh darah juga semakin banyak. Namun

hal tersebut tidak selalu terjadi, karena dari data diatas diketahui bahwa orang

yang berumur 47 tahun memiliki kadar kolesterol yang lebih tinggi dari pada

orang yang berusia 84 tahun. Kemungkinan hal tersebut disebabkan karena pola

hidup yang kurang baik serta makanan yang dikonsumsi oleh orang yang berumur

47 tersebut mengandung kolesterol yang lebih tinggi dari pada orang yang

lainnya, seperti makanan siap saji yang dapat dengan mudah ditemukan di mana-

mana, faktor keturunan juga mempengaruhi tingginya kadar kolesterol dalam

darah seseorang. Sehingga dari sini faktor usia tidak dapat dijadikan sebagai tolak

ukur kadar kolesterol.

Dilihat dari perbandingan penderita kolesterol menurut jenis kelamin,

didapatkan bahwa pasien laki-laki lebih banyak terkena kolesterol dibandingkan

pasien perempuan. Menurut A. Maximin, Psy.D., L.S. Rust, PhD., dan L.W.

Kenyon PhD dalam buku Heart Therapy menyebutkan bahwa laki-laki memiliki

resiko yang lebih tinggi (periode tertentu) dibandingkan dengan perempuan.

Resiko laki-laki untuk terkena penyakit tersebut melampaui resiko pada

22
perempuan setelah usia remaja sampai usia sekitar 50 tahun. Pada rentang usia

tersebut, laki-laki memiliki 2-3 kali lipat kemungkinan menderita penyakit diatas

dibandingkan perempuan. Tapi ketika usia lima puluh tahun keatas, perempuan

dan laki-laki dapat dikatakan beresiko sama. Hal tersebut disebabkan karena

terjadi perubahan di dalam tubuh perempuan yang berkaitan dengan monopouse.

Selama tahun-tahun pre-menapouse, estrogen melindungi perempuan dari

penyakit itu. Estrogen dipercaya mencegah terbentuknya plak pada arteri dengan

menaikkan kadar HDL dan menurunkan kadar LDL.

Makanan yang dikonsumsi akan sangat menentukan kesehatan seseorang.

Karena sebagian besar penyakit berasal dari makanan. Pola hidup dan konsumsi

makanan yang kurang sehat akan menyebabkan berbagai macam penyakit.

Kelebihan kadar kolesterol total pada pasien dapat disebabkan oleh pola hidup

yang tidak sehat seperti sering mengkosumsi makanan siap saji, memiliki berat

badan berlebih, jarang berolahraga dan merupakan seorang perokok.

Dalam pemeriksaan kadar kolesterol, nilai HDL dan LDL memegang

peranan yang sangat penting karena dapat dipakai sebagai acuan untuk membuat

diagnosis. Sehingga analisis harus dilakukan dengan teliti untuk meminimalkan

kesalahan dalam proses analisis.

Terjadinya penyakit bisa jadi disebabkan karena kadar HDL dan LDL yang

berada dalam tubuh tidak seimbang. Hasil yang baik adalah ketika seseorang

memiliki kadar kolesterol total yang rendah dan memiliki kadar kolesterol LDL

rendah serta kadar kolesterol HDL nya tinggi. Kolesterol berhubungan dengan

pengerasan arteri. Dalam hal ini timbul plak pada dinding arteri menyempit,

penurunan kemampuan untuk meregang. Pembentukan gumpalan dapat

23
menyebabkan infark miokard dan stroke. Bila terlalu banyak mengkonsumsi

makanan yang mengandung kolesterol maka kadar kolesterol dalam darah bisa

berlebih (disebut hiperkolesterolemia). Kelebihan kadar kolesterol dalam darah

akan disimpan di dalam lapisan dinding pembuluh darah arteri, yang disebut

sebagai plak atau ateroma, sumber utamanya berasal dari kolesterol LDL

(Soeharto, 2004).

Kolesterol HDL berfungsi membawa kolesterol yang telah diolah untuk

didistribusikan ke otak, jantung, dan seluruh organ tubuh yang lain. Jika

mengonsumsi daging kambing atau telur (mengandung kolesterol tinggi) maka

setelah makanan itu tiba di usus dan diserap oleh pembuluh darah, HDL akan

bertugas mengikat zat-zat makanan tersebut ke hati untuk diolah. Jika kadar HDL

rendah maka akan banyak kolesterol yang menempel pada pembuluh darah.

Kejadian ini adalah cikal bakal terjadinya tekanan darah tinggi karena banyak

penyumbatan pada pembuluh darah.

Dalam penelitian ini terdapat kekurangan berupa tidak adanya keterangan

yang jelas untuk setiap pasien yang menderita kolesterol tinggi, baik total

kolesterol, trigliserida, LDL dan rendahnya HDL apakah pasien tersebut

merupakan keturunan kolesterol tinggi ataupun tidak, bagaimana gaya hidup

sehari-hari, menggunakan pola makan hidup sehat atau tidak dan apakah perokok

aktif maupun pasif. Sehingga penulis hanya dapat menyimpulkan penyebab

penyakit yang diderita pasien berdasarkan beberapa literatur dan hasil konsultasi

dengan dokter.

24
BAB VI
PENUTUP

6.1 Kesimpulan

1. Berdasarkan jenis kelamin diketahui bahwa jenis kelamin laki-laki

berpengaruh terhadap hasil pemeriksaan kadar kolesterol total, trigliserida,

HDL, dan LDL pasien RS Umum Daerah Padang Pariaman .

2. Berdasarkan usia diketahui bahwa hasil pemeriksaan dari salah satu pasien

RS Umum Daerah Padang Pariaman yang berumur 57 tahun lebih tinggi,

sehingga faktor usia tidak menentukan tingginya kadar kolesterol darah

sesuai dengan ahli yang berpendapat bahwa semakin tua seseorang, semakin

berkurang kemampuan atau aktivitas reseptor LDL-nya. Hal ini

menyebabkan LDL dalam darah meningkat, sehingga risiko terjadinya

atherosclerosis atau plak pada arteri meningkat.

6.2 Saran

Dari hasil kerja praktik ini penulis ingin memberikan saran sebagai bahan

masukan semua pihak dalam kaitannya terhadap faktor-faktor yang dapat

meningkatkan kadar kolesterol antara lain:

1. Bagi masyarakat yang berumur >30 tahun dan masyarakat yang memiliki

riwayat /keturunan kolesterol, hendaknya lebih menjaga kesehatan, rajin

berolahraga, hindari merokok, mengatur pola makan serta mengurangi

konsumsi makanan siap saji.

25
2.  Melakukan pemeriksaan secara berkala untuk mengetahui awal gejala

adanya gangguan kesehatan dan melakukan cek darah serta urin

dilaboratorium, terutama bagi kaum laki-laki karena mempunya resiko

lebih tinggi daripada perempuan.

26
DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2008.Majalah Farmacia Edisi Desember 2008(Vol.8 No.5) (cited at December


10,2010). Available at: www.majalah-farmacia.com/rubrik/one_news.asp.
Anonim. 2014. Diet Penyakit Dislipidemia dan Hipertensi. Tersedia: http://astria-
gizi08.blogspot.com

Anwar TB. Dislipidemia sebagai Faktor Risiko Penyakit Jantung Koroner.


Sumatera Utara: Fakultas Kedokteran USU. 2004; 1-15.

Bahri, A.T. 2004. Manfaat Diet Pada Pennggulangan Hiperkolesterolemi , [Online].   Tersedia :
http ://www.library.usu.ac.id/download/fk/gizi-bahri.pdf

David G. Gardner.2004. Greenspan's Basic and Clinical Endocrinology, Ninth


Edition. New York: McGraw-HillRinsho Byori. Metabolic syndrome and
small dense LDL-cholesterol. Am J Hypertens 2007; 55(5):434-8.

Davidson, C. 2003. Seri kesehatan : Bimbingan Dokter Pada penyakit Jantung


Koroner. Dian Rakyat : Jakarta.
Efendi, Ferry dan Makhfudli. 2009. Keperawatan Kesehatan Komunitas : Teori
dan Praktik dalam Keperawatan. Salemba Medika : Jakarta.
Fitriani Lumonggo. 2007. Atherosclerosis. Departemen Patologi Anatomi,
Fakultas kedokteran : Universitas Sumatera Utara.
Guyton A.C. and J.E. Hall 2007. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 9.
Jakarta: EGC

Nababan, D. 2008. Hubungan Faktor Resiko dan Karakteristik Penderita dengan


Kejadian Penyakit Jantung Koroner di RSU pringadi Medan Tahun
2008. Tesis Pada sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara.
Medan : diterbitkan.
Phillip I. Aaronson dan Jeremy P.T. Ward.2004. Sistem Kardiovaskuler Edisi Ketiga.
Erlangga:Jakarta
Ponce fredirikus. 2013 Perbandingan hasil pemeriksaan glukosa darah metode
GOD-PAP menggunakan serum tanpa sentrifugasi dengan serum yang
disentrifugasi. POLTEKES : UIT

Shah SZA, Devrajani BR, Devrajani T, BibiI. Frequency of Dyslipidemia in


Obese versus Non-obese in relation to Body Mass Index (BMI), Waist
Hip Ratio (WHR) and Waist Circumference (WC). Pakistan Journal of
Science 2008 ; 62 (1): 27-31.

27
Soeharto, I., 2004, Serangan jantung dan stroke hubungannya dengan lemak dan
Kolesterol Edisi kedua. PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.

Suryaatmaja,M.dkk. 2004. Tabel Konversi satuan SI konvensional dan nilai


rujukan dewasa – anak parameter laboratorium klinik. Perhimpunan
Dokter Spesialis Patologi Klinik Indonesia. Jakarta
Swastini, D.A dan Astuti, K.W. 2007. Buku Ajar Mata Kuliah Farmakognosi.Jurusan
Farmasi Fakultas MIPA Universitas Udayana: Bukit Jimbaran
Tapan Erik. 2005.Penyakit Degeratif .Elex Media Komputindo: Jakarta.

Tisnadjaja, D., 2006, Bebas kolesterol dan demam berdarah dengan angkak,
Panebar Swadaya, Jakarta.

Wirawan, R. 2002. Pemeriksaan Laboratorium Hematologi Sederhana. Balai


Penerbit Fakultas Kedokteran Universiatas Indonesia: Jakarta.

28

Anda mungkin juga menyukai