Anda di halaman 1dari 219

HUBUNGAN GAYA BELAJAR SISWA DENGAN

HASIL BELAJAR IPS PADA SISWA KELAS V SDN


DI GUGUS WIBISONO KECAMATAN JATI
KABUPATEN KUDUS

SKRIPSI
disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan

oleh

Lina Damayanti
1401412293

PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR


FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2016

i
ii
iii
iv
MOTO DAN PERSEMBAHAN

Moto

Kunci menuju sukses belajar dan bekerja adalah menemukan keunikan gaya

belajar dan gaya bekerja Anda sendiri (Barbara Prashnig).

Persembahan

Skripsi ini penulis persembahkan untuk Ibu dan Ayah tercinta

(Ibu Sri Hartini dan Bapak Bambang Suharto) yang selalu memberikan

dukungan, semangat dan doa terindahnya.

v
PRAKATA

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat,


karunia, dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan
skripsi yang berjudul “Hubungan Gaya Belajar Siswa dengan Hasil Belajar IPS
pada Siswa Kelas V SDN di Gugus Wibisono Kecamatan Jati Kabupaten Kudus”.
Skripsi ini merupakan syarat akademis dalam menyelesaikan pendidikan S1
Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas
Negeri Semarang.
Dalam penulisan skripsi ini tidak lepas dari hambatan dan rintangan, tetapi
berkat bantuan dan dorongan dari berbagai pihak, kesulitan itu dapat teratasi.
Maka dengan segala kerendahan hati penulis menyampaikan terima kasih, kepada:
1. Prof. Dr. Fathur Rokhman, M. Hum., Rektor Universitas Negeri Semarang
yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk belajar di
Universitas Negeri Semarang;
2. Prof. Dr. Fakhruddin, M.Pd., Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan yang telah
memberikan izin penelitian;
3. Drs. Isa Ansori, M.Pd., Ketua Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar yang
telah memberikan bantuan pelayanan khususnya dalam memperlancar
penyelesaian skripsi ini;
4. Dra. Sri Susilaningsih, S.Pd., M.Pd., Dosen Pembimbing Utama yang dengan
sabar memberikan bimbingan dan arahan yang berharga serta berbagai
wawasan yang baru untuk dipelajari;
5. Drs. H. A. Zaenal Abidin, M.Pd., Dosen Pembimbing Pendamping yang
dengan sabar memberikan bimbingan dan arahan yang berharga serta berbagai
wawasan yang baru untuk dipelajari;
6. Dra. Munisah, M.Pd., Dosen Penguji Utama yang telah memberikan
bimbingan dan nasehat sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi dengan
lancar;

vi
7. Kepala SDN 01 Tumpangkrasak, SDN 02 Tumpangkrasak, SDN 03
Tumpangkrasak, SDN 01 Ngembal Kulon, SDN 02 Ngembal Kulon, SDN 03
Ngembal Kulon, dan SDN 04 Ngembal Kulon yang telah memberikan izin
kepada peneliti untuk mengadakan penelitian;
8. Seluruh guru dan karyawan serta siswa SDN 01 Tumpangkrasak, SDN 02
Tumpangkrasak, SDN 03 Tumpangkrasak, SDN 01 Ngembal Kulon, SDN 02
Ngembal Kulon, SDN 03 Ngembal Kulon, dan SDN 04 Ngembal Kulon yang
telah membantu peneliti melaksanakan penelitian;
9. Semua pihak yang telah membantu peneliti dalam penyusunan skripsi ini yang
tidak dapat peneliti sebutkan satu persatu.
Atas bantuan dan pengorbanan yang telah diberikan, semoga mendapat
berkah dari Allah SWT. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi semua pihak.

Semarang, Agustus 2016

Peneliti

vii
ABSTRAK

Damayanti, Lina. 2016. Hubungan Gaya Belajar Siswa dengan Hasil Belajar
IPS pada Siswa Kelas V SDN di Gugus Wibisono Kecamatan Jati
Kabupaten Kudus. Skripsi. Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar,
Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Semarang. Pembimbing: Dra.
Sri Susilaningsih, S.Pd., M.Pd. dan Drs. H.A. Zaenal Abidin, M.Pd.

Gaya belajar merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi hasil
belajar IPS siswa. Cara siswa dalam belajar IPS yang berbeda-beda dapat
menyebabkan hasil belajar IPS tiap siswa pun berbeda-beda, seperti yang terjadi
pada siswa kelas V SDN di Gugus Wibisono Kecamatan Jati Kabupaten Kudus.
Berdasarkan latar belakang tersebut, rumusan masalah dalam penelitian ini
adalah: (1) bagaimanakah gaya belajar siswa kelas V SDN?, (2) adakah hubungan
yang positif dan signifikan antara gaya belajar siswa dengan hasil belajar IPS pada
siswa kelas V?, (3) seberapa besar hubungan gaya belajar siswa dengan hasil
belajar IPS pada siswa kelas V SDN di Gugus Wibisono Kecamatan Jati
Kabupaten Kudus? Tujuan penelitian ini untuk: (1) mengetahui gaya belajar
siswa kelas V, (2) mengetahui adakah hubungan yang positif dan signifikan antara
gaya belajar siswa dengan hasil belajar IPS pada siswa kelas V, dan (3)
mengetahui seberapa besar hubungan gaya belajar siswa dengan hasil belajar IPS
pada siswa kelas V SDN di Gugus Wibisono Kecamatan Jati Kabupaten Kudus.
Penelitian ini merupakan penelitian korelasional. Populasi dalam penelitian
ini adalah siswa kelas V SDN di Gugus Wibisono Kecamatan Jati Kabupaten
Kudus sebanyak 124 siswa, kemudian peneliti mengambil sampel sebanyak 95
siswa dengan menggunakan teknik pengambilan sampel proportional random
sampling. Teknik pengumpulan data menggunakan angket, dokumentasi, dan
wawancara. Uji persyaratan analisis menggunakan uji normalitas dan uji
linearitas. Setelah data normal dan linearitas, langkah selanjutnya yaitu
menghitung korelasi product moment dan koefisien determinasi.
Hasil penelitian menunjukkan nilai r hitung (0,605) > r tabel (0,202). Hal
tersebut menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara
gaya belajar dengan hasil belajar IPS siswa kelas V. Keeratan hubungan antara
gaya belajar dengan hasil belajar IPS sebesar 36,6%.
Simpulan penelitian ini adalah: (1) siswa kelas V SDN di Gugus Wibisono
Kecamatan Jati mayoritas memiliki gaya belajar visual, (2) terdapat hubungan
yang positif dan signifikan antara gaya belajar siswa dengan hasil belajar IPS
siswa kelas V SDN di Gugus Wibisono Kecamatan Jati Kabupaten Kudus dengan
koefisien korelasi sebesar 0,605, dan tingkat keeratan hubungannya sebesar
36,6%. Saran bagi guru maupun orang tua adalah diharapkan guru dan orang tua
dapat mengenal gaya belajar yang dimiliki siswa, sehingga pembelajaran dapat
berjalan dengan lancar karena disesuaikan dengan gaya belajar siswa.

Kata kunci: gaya belajar siswa, hasil belajar, IPS

viii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ............................................................................................... i

PERNYATAAN KEASLIAN ................................................................................. ii

PERSETUJUAN PEMBIMBING ......................................................................... iii

PENGESAHAN KELULUSAN ............................................................................. iv

MOTO DAN PERSEMBAHAN ............................................................................ v

PRAKATA ............................................................................................................... iv

ABSTRAK ............................................................................................................... viii

DAFTAR ISI ............................................................................................................ ix

DAFTAR TABEL ................................................................................................... xiv

DAFTAR GAMBAR ............................................................................................... xvi

DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................... xvii

BAB I PENDAHULUAN ........................................................................................ 1

1.1 Latar Belakang .............................................................................................. 1

1.2 Rumusan Masalah ......................................................................................... 8

1.3 Tujuan Penelitian ........................................................................................... 8

1.4 Manfaat Penelitian ......................................................................................... 9

BAB II KAJIAN PUSTAKA .................................................................................. 11

2.1 Kajian Teori ................................................................................................... 11

2.1.1 Hakikat Belajar dan Pembelajaran ................................................................ 11

2.1.1.1 Pengertian Belajar ......................................................................................... 11

2.1.1.2 Tujuan Belajar ............................................................................................... 12

2.1.1.3 Prinsip-Prinsip Belajar .................................................................................. 14

ix
2.1.1.4 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Belajar .................................................. 16

2.1.1.5 Teori-Teori Belajar ........................................................................................ 18

2.1.1.6 Pengertian Pembelajaran ............................................................................... 20

2.1.2 Hakikat Gaya Belajar .................................................................................... 21

2.1.2.1 Pengertian Gaya Belajar ................................................................................ 21

2.1.2.2 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Gaya Belajar ........................................ 23

2.1.2.3 Macam-Macam Gaya Belajar ........................................................................ 25

2.1.2.4 Karakteristik Gaya Belajar ............................................................................. 28

2.1.2.5 Indikator Gaya Belajar .................................................................................. 32

2.1.2.6 Pentingnya Mengetahui Gaya Belajar Siswa ................................................ 36

2.1.3 Hakikat Hasil Belajar .................................................................................... 38

2.1.3.1 Pengertian Hasil Belajar ................................................................................ 38

2.1.4 Pembelajaran IPS di SD ................................................................................ 42

2.1.4.1 Pengertian IPS ............................................................................................... 42

2.1.4.2 Ruang Lingkup IPS ....................................................................................... 43

2.1.4.3 Tujuan IPS ..................................................................................................... 46

2.1.4.4 Karakteristik Pendidikan IPS di SD .............................................................. 49

2.1.5 Karakteristik Siswa Sekolah Dasar ............................................................... 50

2.1.6 Hubungan Gaya Belajar dengan Hasil Belajar .............................................. 53

2.2 Kajian Empiris ............................................................................................... 54

2.3 Kerangka Berpikir ......................................................................................... 60

2.4 Hipotesis ........................................................................................................ 61

x
BAB III METODE PENELITIAN ........................................................................ 63

3.1 Jenis dan Desain Penelitian ........................................................................... 63

3.2 Prosedur Penelitian ........................................................................................ 64

3.3 Subjek, Lokasi, dan Waktu Penelitian .......................................................... 67

3.4 Populasi dan Sampel Penelitian .................................................................... 67

3.4.1 Populasi Penelitian ........................................................................................ 67

3.4.2 Sampel Penelitian .......................................................................................... 68

3.5 Variabel Penelitian ........................................................................................ 70

3.5.1 Variabel Bebas atau Independent Variable (X) ............................................. 70

3.5.2 Variabel Terikat atau Dependent Variable (Y) ............................................. 71

3.6 Definisi Operasional ...................................................................................... 71

3.6.1 Variabel Gaya Belajar Siswa ......................................................................... 71

3.6.2 Variabel Hasil Belajar IPS ............................................................................ 71

3.7 Teknik Pengumpulan Data ............................................................................ 72

3.7.1 Kuesioner/Angkat .......................................................................................... 72

3.7.2 Dokumentasi .................................................................................................. 73

3.7.3 Wawancara .................................................................................................... 73

3.8 Instrumen Penelitian ...................................................................................... 74

3.8.1 Uji Coba Instrumen ........................................................................................ 77

3.8.1.1 Uji Validitas .................................................................................................. 77

3.8.1.2 Uji Reliabilitas ............................................................................................... 79

3.9 Analisis Data ................................................................................................. 80

3.9.1 Analisis Statistik Deskriptif .......................................................................... 80

xi
3.9.1.1 Deskripsi Data Gaya Belajar Siswa .............................................................. 80

3.9.1.2 Deskripsi Hasil Belajar IPS ........................................................................... 82

3.9.2 Analisis Data Awal ........................................................................................ 83

3.9.2.1 Uji Normalitas ............................................................................................... 83

3.9.2.2 Uji Linearitas ................................................................................................. 84

3.9.3 Analisis Data Akhir ....................................................................................... 85

3.9.3.1 Uji Product Moment ...................................................................................... 85

3.9.3.2 Uji Koefisien Determinasi ............................................................................. 86

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ....................................... 88

4.1 Deskripsi Data Hasil Penelitian ..................................................................... 88

4.1.1 Subjek Penelitian ........................................................................................... 88

4.1.2 Deskripsi Data Gaya Belajar Siswa .............................................................. 88

4.1.3 Deskripsi Data Hasil Belajar IPS .................................................................. 104

4.1.4 Hasil Analisis Data Awal .............................................................................. 106

4.1.4.1 Uji Normalitas Data ...................................................................................... 106

4.1.4.2 Uji Linearitas Data ........................................................................................ 106

4.1.5 Hasil Analisis Data Akhir ............................................................................. 107

4.1.5.1 Analisis Korelasi ........................................................................................... 107

4.1.5.2 Uji Koefisien Determinasi ............................................................................. 111

4.2 Pembahasan .................................................................................................. 111

4.2.1 Pemaknaan Hasil Temuan ............................................................................. 111

4.3 Implikasi Hasil Penelitian ............................................................................. 119

xii
BAB V SIMPULAN DAN SARAN ........................................................................ 121

5.1 Simpulan ........................................................................................................ 121

5.2 Saran .............................................................................................................. 121

DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................. 123

LAMPIRAN ............................................................................................................. 126

xiii
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Ruang Lingkup Materi IPS Kelas V Semester 2 ...................................... 45

Tabel 3.1 Populasi Penelitian .................................................................................... 68

Tabel 3.2 Perhitungan Sampel Penelitian ................................................................. 69

Tabel 3.3 Kisi-Kisi Wawancara dengan Siswa tentang Gaya Belajar ...................... 74

Tabel 3.4 Tabel Penskoran Angket Gaya Belajar Siswa ........................................... 76

Tabel 3.5 Kisi-Kisi Instrumen Angket Gaya Belajar Siswa Sebelum Uji Coba ....... 76

Tabel 3.6 Interpretasi Nilai Reliabilitas .................................................................... 80

Tabel 3.7 Kategori Gaya Belajar Siswa .................................................................... 83

Tabel 3.8 Kategori Hasil Belajar IPS ........................................................................ 83

Tabel 3.9 Interpretasi Koefisien Korelasi ................................................................. 86

Tabel 4.1 Sampel Penelitian ...................................................................................... 88

Tabel 4.2 Analisis Statistik Deskriptif Gaya Belajar ................................................ 90

Tabel 4.3 Distribusi Jawaban Variabel Gaya Belajar ............................................... 91

Tabel 4.4 Distribusi Skor Belajar dengan Cara Visual ............................................. 93

Tabel 4.5 Distribusi Skor Mengingat Apa yang Didengar daripada Apa yang

didengar .................................................................................................... 93

Tabel 4.6 Distribusi Skor Rapi dan Teratur .............................................................. 94

Tabel 4.7 Distribusi Skor Tidak Terganggu dengan Keributan ................................ 95

Tabel 4.8 Distribusi Skor Sulit Menerima Instruksi Verbal ..................................... 96

Tabel 4.9 Distribusi Skor Belajar dengan Cara Mendengar ..................................... 97

Tabel 4.10 Distribusi Skor Baik dalam Aktivitas Lisan ........................................... 97

xiv
Tabel 4.11 Distribusi Skor Memiliki Kepekaan terhadap Musik ............................. 98

Tabel 4.12 Distribusi Skor Mudah Terganggu dengan Keributan ............................ 99

Tabel 4.13 Distribusi Skor Lemah dalam Aktivitas Visual ...................................... 100

Tabel 4.14 Distribusi Skor Belajar dengan Aktivitas Fisik ....................................... 100

Tabel 4.15 Distribusi Skor Peka terhadap Ekspresi dan Bahasa Tubuh ................... 101

Tabel 4.16 Distribusi Skor Berorientasi pada Fisik dan Banyak Bergerak ............... 102

Tabel 4.17 Distribusi Skor Suka Coba-Coba dan Kurang Rapi ................................ 102

Tabel 4.18 Distribusi Skor Menyukai Kerja Kelompok dan Praktik ........................ 103

Tabel 4.19 Analisis Deskriptif Data Hasil Belajar IPS ............................................. 104

Tabel 4.20 Distribusi Nilai Hasil Belajar IPS ........................................................... 105

Tabel 4.21 Uji Linearitas Data .................................................................................. 107

Tabel 4.22 Uji Korelasi Gaya Belajar dengan Hasil Belajar IPS .............................. 108

Tabel 4.23 Uji Korelasi Gaya Belajar Visual dengan Hasil Belajar IPS .................. 109

Tabel 4.24 Uji Korelasi Gaya Belajar Auditorial dengan Hasil Belajar IPS ............ 109

Tabel 4.25 Uji Korelasi Gaya Belajar Kinestetik dengan Hasil Belajar IPS ............ 109

xv
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Kerangka Berpikir ................................................................................. 61

Gambar 3.1 Desain Penelitian Korelasional ............................................................. 63

Gambar 4.1 Diagram Pengelompokkan gaya Belajar Siswa .................................... 90

Gambar 4.2 Diagram Persentase Gaya Belajar Siswa .............................................. 92

Gambar 4.2 Diagram Distribusi Nilai Hasil Belajar IPS .......................................... 105

xvi
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Kisi-Kisi Angket Gaya Belajar Siswa (Uji Coba) .................................. 127

Lampiran 2 Uji Coba Angket Gaya Belajar Siswa ................................................... 128

Lampiran 3 Hasil Validitas dan Reliabilitas Angket Gaya Belajar ........................... 132

Lampiran 4 Kisi-Kisi Angket Gaya Belajar Siswa ................................................... 138

Lampiran 5 Angket Gaya Belajar Siswa ................................................................... 139

Lampiran 6 Rekapitulasi Skor Angket Gaya Belajar Siswa ..................................... 143

Lampiran 7 Pengelompokkan Gaya Belajar Siswa ................................................... 152

Lampiran 8 Hasil Perhitungan Analisis Deskriptif ................................................... 155

Lampiran 9 Kategori Skor Angket Gaya Belajar Siswa ........................................... 167

Lampiran 10 Kategori Nilai Hasil Belajar IPS ......................................................... 172

Lampiran 11 Hasil Perhitungan Uji Normalitas ....................................................... 174

Lampiran 12 Hasil Uji Linearitas .............................................................................. 175

Lampiran 13 Hasil Uji Korelasi ................................................................................ 176

Lampiran 14 Kisi-Kisi Wawancara Siswa tentang Gaya Belajar ............................. 178

Lampiran 15 Sampel Wawancara dengan Siswa ...................................................... 179

Lampiran 16 Surat Keterangan Validasi Penilai Ahli ............................................... 183

Lampiran 17 Surat Ijin Penelitian ............................................................................. 187

Lampiran 18 Surat Keterangan Melaksanakan Penelitian ........................................ 194

Lampiran 19 Dokumentasi ........................................................................................ 201

xvii
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Setiap manusia di dunia ini membutuhkan pendidikan bahkan dimulai sejak

manusia itu masih dalam kandungan, karena pendidikan saat ini menjadi

kebutuhan pokok yang harus terpenuhi. Seperti yang telah dijelaskan dalam

Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 bahwa tujuan pendidikan nasional yaitu

mencerdaskan kehidupan bangsa. Hal tersebut sesuai dengan Peraturan

Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2005 bab II pasal 4 tentang

standar nasional pendidikan yang menjelaskan bahwa standar nasional pendidikan

bertujuan menjamin mutu pendidikan nasional dalam rangka mencerdaskan

kehidupan bangsa dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang

bermartabat. Dalam mencapai tujuan pendidikan, diperlukan adanya suatu

program belajar yang disusun secara sistematis, dan program tersebutlah yang

dinamakan kurikulum.

Kurikulum sekolah dasar yang berlaku saat ini adalah kurikulum tingkat

satuan pendidikan (KTSP). Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun

2005, KTSP adalah kurikulum operasional yang disusun oleh dan dilaksanakan di

masing-masing satuan pendidikan. BSNP (2006: 11) menyatakan bahwa

kurikulum SD/MI memuat 8 mata pelajaran, muatan lokal, dan pengembangan

diri. Salah satu mata pelajaran yang dimuat adalah Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS).

1
2

Pada jenjang pendidikan dasar dan menengah mata pelajaran IPS harus

mencakup beberapa standar kompetensi dan kompetensi dasar. Standar

Kompetensi dan Kompetensi Dasar tingkat SD/MI tertuang dalam Peraturan

Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 Tahun 2006 yang isinya tentang standar

isi untuk satuan pendidikan dasar dan menengah. Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS)

mengkaji seperangkat peristiwa, fakta, konsep, dan generalisasi yang berkaitan

dengan isu sosial. Pada jenjang SD/MI mata pelajaran IPS memuat materi

Geografi, Sejarah, Sosiologi, dan Ekonomi. (BSNP, 2006:173)

Jarolimek (dalam Soewarso dan Susila, 2010: 1) menyatakan bahwa IPS

mengkaji manusia dalam hubungannya dengan lingkungan sosial dan fisiknya.

Nasution (dalam Soewarso dan Susila, 2010: 1) juga menjelaskan bahwa IPS

merupakan suatu program pendidikan yang merupakan suatu keseluruhan, yang

pada pokoknya mempersoalkan manusia dalam lingkungan fisik maupun dalam

lingkungan sosial, dan bahannya diambil dari berbagai ilmu sosial.

IPS merupakan salah satu mata pelajaran yang cakupan materinya luas,

yaitu mencakup konsep maupun teori. Cakupan materi yang luas tersebut,

membuat siswa merasa kesulitan mempelajari materi IPS dan akhirnya berdampak

pada hasil belajar siswa. Hasil belajar siswa pada hakikatnya adalah perubahan

tingkah laku. Tingkah laku sebagai hasil belajar dalam pengertian yang luas

mencakup bidang kognitif, afektif, dan psikomotoris (Sudjana, 2014:3). Apabila

siswa belum mengalami peningkatan dalam bidang kognitif, afektif, ataupun

psikomotorik maka siswa belum memperoleh hasil belajar yang maksimal.

Faktor yang dapat mempengaruhi proses dan hasil belajar pada setiap orang
3

yaitu faktor intern dan faktor ekstern. Faktor dari luar siswa (ekstern) terdiri dari

lingkungan (alam dan sosial) dan instrumental (kurikulum/bahan pelajaran,

guru/pengajar, sarana dan fasilitas, administrasi/manajemen). Sedangkan faktor

dari dalam (intern) terdiri dari aspek fisiologi (kondisi fisik dan kondisi panca

indera) dan aspek psikologi (bakat, minat, kecerdasan, motivasi, kemampuan

kognitif). Cara siswa dalam menyerap informasi juga menentukan bagaimana

hasil belajar yang diperoleh siswa.

Setiap siswa memiliki cara yang berbeda-beda dalam menerima suatu

informasi yang disampaikan oleh guru, hal tersebutlah yang menyebabkan hasil

belajar setiap siswa berbeda-beda. Cara belajar siswa tersebut sering disebut

sebagai gaya belajar. Menurut Gunawan (dalam Ghufron, 2014:11), gaya belajar

adalah cara-cara yang lebih kita sukai dalam melakukan kegiatan berpikir,

memproses dan mengerti suatu informasi. Marton, dkk (dalam Ghufron, 2014: 12)

berpendapat bahwa kemampuan seseorang untuk mengetahui sendiri gaya

belajarnya dan gaya belajar orang lain dalam lingkungannnya akan meningkatkan

efektivitasnya dalam belajar, sehingga akan berpengaruh pula terhadap hasil

belajarnya.

Hasil observasi yang dilakukan di SDN Gugus Wibisono Kecamatan Jati

Kabupaten Kudus menunjukkan bahwa perolehan hasil belajar IPS masih kurang

optimal, hal tersebut dibuktikan dengan perolehan rata-rata hasil ulangan akhir

semester 1 mata pelajaran IPS di SDN 01 Tumpangkrasak yaitu sebesar 69,5.

Dari 18 siswa hanya 9 siswa (47%) yang mendapatkan nilai di atas Kriteria

Ketuntasan Minimal (KKM) yaitu 70, sedangkan yang nilainya di bawah KKM
4

ada 10 siswa (53%). Pada SDN 02 Tumpangkrasak diperoleh rata-rata nilai UAS

77, dari 21 siswa yang mendapat nilai di atas KKM ada 15 siswa (71,4%)

sedangkan yang nilainya di bawah KKM ada 6 siswa (28,6%).

Pada SDN 03 Tumpangkrasak diperoleh rata-rata nilai UAS 70. Dari 18

siswa yang mendapat nilai di atas KKM ada 10 siswa (55,5%) sedangkan yang

nilainya di bawah KKM ada 8 siswa (44,5%). Pada SDN 01 Ngembal Kulon

diperoleh rata-rata nilai UAS 73. Dari 26 siswa, yang mendapat nilai di atas KKM

ada 21 siswa (80,7%) sedangkan yang nilainya di bawah KKM ada 5 siswa

(19,3%). Pada SDN 02 Ngembal Kulon diperoleh rata-rata nilai UAS 68, dari 15

siswa yang mendapat nilai di atas KKM ada 7 siswa (46,6%) sedangkan yang

nilainya di bawah KKM ada 8 siswa (53,4%). Pada SDN 03 Ngembal Kulon

diperoleh rata-rata nilai UAS 73, dari 10 siswa yang mendapat nilai di atas KKM

ada 5 siswa (50%) sedangkan yang nilainya di bawah KKM ada 5 siswa (50%).

Pada SDN 04 Ngembal Kulon diperoleh rata-rata nilai UAS 70, dari 16 siswa

yang mendapat nilai di atas KKM ada 7 siswa (43,75%) sedangkan yang nilainya

di bawah KKM ada 9 siswa (56,25%).

Ada beberapa masalah yang menyebabkan kurang optimalnya perolehan

hasil belajar IPS pada siswa kelas V SDN di Gugus Wibisono Kecamatan Jati

Kabupaten Kudus, yaitu antara siswa satu dengan siswa yang lainnya memiliki

karakteristik yang berbeda-beda, terutama dalam menyerap suatu informasi yang

disampaikan oleh guru dalam proses pembelajaran. Siswa memiliki kesulitan

dalam memahami materi pelajaran yang akhirnya berdampak pada hasil belajar

mereka, terutama pada mata pelajaran IPS. Menurut penjelasan guru, ada siswa
5

yang sering membuat keributan di dalam kelas, tetapi siswa tersebut memperoleh

hasil belajar IPS yang bagus. Ada juga siswa yang terlihat serius memperhatikan

tetapi hasil belajar IPS justru kurang bagus.

Siswa juga merasa kesulitan menyesuaikan cara belajar mereka dengan cara

mengajar guru di sekolah, dalam hal ini metode yang digunakan guru dalam

pembelajaran kurang bervariasi, hanya berorientasi pada ceramah dan tanya

jawab. Padahal, ada siswa yang lebih suka jika guru menggunakan media gambar,

ada siswa yang sangat senang belajar dengan hanya mendengarkan penjelasan dari

guru, ada siswa yang senang belajar dengan berdiskusi maupun praktik, bahkan

ada juga siswa yang lebih mudah menyerap informasi dengan menggabungkan

cara-cara belajar tersebut.

Menurut siswa kelas V di SDN 01 Tumpangkrasak, Ilmu Pengetahuan

Sosial (IPS) merupakan salah satu mata pelajaran yang dirasa cukup sulit, karena

menurut mereka materi IPS memiliki cakupan materi pelajaran yang luas,

sehingga siswa merasakan kesulitan dalam memahami dan menguasai materi –

materi pelajaran IPS. Siswa tersebut merasa kesulitan menghafal materi IPS

dengan cara membaca, ia lebih suka belajar dengan mendengarkan secara

langsung penjelasan guru. Namun, ada juga siswa yang lebih suka belajar dengan

membaca, siswa merasa kesulitan jika harus mendengarkan penjelasan guru

secara langsung.

Terdapat beberapa penelitian yang memperkuat penelitian ini dan

mengungkap variabel yang hampir sama, diantaranya adalah penelitian yang

dilakukan oleh Khosiyah pada tahun 2012 (Volume 9, No. 1) dalam jurnal
6

Tabularasa PPS UNIMED dengan judul “Pengaruh Strategi Pembelajaran dan

Gaya Belajar terhadap Hasil Belajar Pendidikan Agama Islam Siswa SD Inti No.

060873 Medan”. Hasil penelitian menunjukan bahwa Rata-rata hasil belajar PAI

siswa diajar dengan strategi pembelajaran STAD ( X = 29,95) lebih baik daripada

rata-rata hasil belajar siswa yang diajar dengan strategi pembelajaran ekspositori (

X = 28,62). Hal ini menunjukkan bahwa strategi STAD terbukti efektif dapat

meningkatkan hasil belajar siswa secara keseluruhan baik untuk kelompok siswa

dengan gaya belajar visual, auditori maupun kinestetik. Jika diperhatikan lebih

lanjut bahwa dalam strategi pembelajaran STAD rata-rata hasil belajar siswa

dengan gaya belajar kinestetik ( X = 31,5) lebih tinggi daripada hasil belajar siswa

dengan gaya belajar visual ( X = 29,14) maupun siswa dengan gaya belajar

auditori ( X = 29,86). Sedangkan pada strategi pembelajaran ekspositori, rata-rata

hasil belajar siswa dengan gaya belajar auditori ( X = 30,69) lebih tinggi daripada

hasil siswa dengan gaya belajar visual ( X = 26) maupun dengan gaya belajar

kinestetik ( X = 29,80). Hal ini menunjukkan bahwa gaya belajar cukup signifikan

untuk membedakan hasil belajar siswa. Hasil penelitian menunjukkan semua

hipotesis penelitian yaitu: (1) hasil belajar dari siswa dengan gaya belajar visual,

auditori dan kinestetik berbeda signifikan, dan (2) terdapat interaksi antara strategi

pembelajaran dan gaya belajar dalam memberikan pengaruh terhadap hasil belajar

siswa.

Penelitian lain juga dilakukan oleh Ni Kade Bintarini, A. A. I. N Marhaeni

dan I Wayan Lasmawan pada tahun 2013 dalam jurnal Program Pascasarjana

Universitas Pendidikan Ganesha (Volume 3, Hal 1-11), dengan judul


7

“Determinasi Pemanfaatan Lingkungan Sekitar Sekolah sebagai Sumber Belajar

Terhadap Gaya Belajar dan Pemahaman Konsep IPS pada Siswa kelas IV SDN

Gugus Yudistira Kecamatan Negara.” Hasil penelitian menunjukkan bahwa : (1)

gaya belajar dengan pemanfaatan lingkungan sekolah sebagai sumber belajar lebih

baik secara signifikan dibandingkan dengan siswa yang mengikuti pembelajaran

konvensional (Fhitung = 41,467 dengan p < 0,05) ; (2) pemahaman konsep IPS

dengan pemanfaatan lingkungan sekitar sekolah lebih baik secara signifikan

dibandingkan dengan siswa yang mengikuti pembelajaran konvensional (Fhitung

= 141,793 dengan p < 0,05) ; (3) gaya belajar dan pemahaman konsep IPS lebih

baik secara signifikan yang mengikuti pembelajaran pemanfaatan lingkungan

sekitar sekolah sebagai sumber belajar dibandingkan dengan siswa yang

mengikuti pembelajaran konvensional (Fhitung = 86,169 dengan p < 0,05).

Penelitian yang lainnya dilakukan oleh Soghra Akbarai Chermahini, Ali

Ghanbari, Mohammad Ghanbari pada tahun 2013 dengan judul “Learning Styles

and Academic Performence of Students in English as a Second-Language Class in

Iran”. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang

signifikan antara gaya belajar dan kinerja dalam tes bahasa Inggris. Dari hasil

tersebut dapat disimpulkan bahwa gaya belajar dapat dianggap sebagai prediktor

yang baik dari setiap kinerja akademik bahasa kedua, dan itu harus diperhitungkan

untuk meningkatkan hasil siswa khusus dalam belajar dan mengajarkan bahasa

kedua, dan juga menunjukkan bahwa perbedaan individu dalam gaya belajar

memainkan peran penting dalam domain ini.


8

Berdasarkan uraian di atas, peneliti sudah melakukan penelitian guna

mengetahui hubungan antara gaya belajar siswa dengan hasil belajar IPS. Peneliti

akan mengangkat judul penelitian “Hubungan Gaya Belajar Siswa dengan Hasil

Belajar IPS pada Siswa Kelas V SDN di Gugus Wibisono Kecamatan Jati

Kabupaten Kudus”.

1.2 RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan, maka peneliti

merumuskan masalah sebagai berikut :

1) Bagaimanakah gaya belajar siswa kelas V SDN di Gugus Wibisono Kecamatan

Jati Kabupaten Kudus?

2) Adakah hubungan yang positif dan signifikan antara gaya belajar siswa dengan

hasil belajar IPS pada siswa kelas V SDN di Gugus Wibisono Kecamatan Jati

Kabupaten Kudus?

3) Seberapa besarkah hubungan antara gaya belajar siswa dengan hasil belajar IPS

pada siswa kelas V SDN di Gugus Wibisono Kecamatan Jati Kabupaten

Kudus?

1.3 TUJUAN PENELITIAN

Berdasarkan rumusan masalah, maka tujuan dari penelitian ini adalah:

1) Untuk mengetahui gaya belajar siswa kelas V SDN di Gugus Wibisono

Kecamatan Jati Kabupaten Kudus.


9

2) Untuk mengetahui hubungan antara gaya belajar siswa dengan hasil belajar IPS

pada siswa kelas V SDN di Gugus Wibisono Kecamatan Jati Kabupaten

Kudus.

3) Untuk mengetahui seberapa besar hubungan antara gaya belajar siswa dengan

hasil belajar IPS pada siswa kelas V SDN di Gugus Wibisono Kecamatan Jati

Kabupaten Kudus.

1.4 MANFAAT PENELITIAN

Manfaat yang diharapkan dapat diperoleh dalam penelitian ini adalah

sebagai berikut:

1.4.1 Manfaat Teoritis

1) Penelitian ini memberikan tambahan ilmu pengetahuan tentang

keanekaragaman gaya belajar siswa.

2) Penelitian ini juga dapat dijadikan referensi baik hanya sebagai bacaaan

ataupun sebagai referensi untuk penelitian selanjutnya.

3) Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan referensi yang ilmiah bagi mahasiswa

yang tertarik dengan keanekaragaman gaya belajar siswa.

1.4.2 Manfaat Praktis

1.4.2.1 Bagi Siswa

Siswa menjadi lebih tahu dengan gaya belajarnya, sehingga mereka lebih

mudah mencerna pelajaran yang diberikan oleh guru.

1.4.2.2 Bagi Guru

Menambah pengetahuan guru tentang hubungan gaya belajar siswa dengan


10

hasil belajar siswa.

1.4.2.3 Bagi Orang Tua

Orang tua dapat mengetahui gaya belajar anak dan mengarahkan anak ketika

belajar di rumah agar hasil belajar anak optimal sesuai dengan yang diharapkan.

1.4.2.4 Bagi Peneliti

Sebagai acuan untuk penelitian selanjutnya yang berkaitan dengan gaya

belajar dan hasil belajar.


BAB II
KAJIAN PUSTAKA

2.1 KAJIAN TEORI

2.1.1 Hakikat Belajar dan Pembelajaran

Jika kita berbicara tentang pendidikan, maka satu kata yang terlintas dalam

pikiran kita adalah belajar. Inti dari proses pendidikan adalah belajar dan

pembelajaran. Belajar dan pembelajaran merupakan suatu istilah yang sudah tidak

asing bagi kita, terutama bagi seorang pelajar. Belajar adalah suatu kegiatan untuk

mencapai perubahan perilaku, sedangkan pembelajaran adalah proses interaksi.

2.1.1.1 Pengertian Belajar

Belajar merupakan suatu kata yang sudah akrab di semua lapisan

masyarakat. Bagi para pelajar, kata belajar merupakan kata yang sudah tidak asing

lagi, bahkan sudah menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari semua kegiatan

mereka dalam menuntut ilmu di lembaga pendidikan formal. Seseorang belajar

tidak hanya untuk meningkatkan pengetahuan saja, tetapi juga untuk

mengembangkan keterampilan maupun sikapnya. Pengalaman merupakan hal

yang sangat berarti dalam kegiatan belajar, karena seseorang belajar didasarkan

pada pengalaman pribadi seseorang tersebut, hal tersebut didukung oleh pendapat

Ahmadi dan Widoso Supriyono (2013:128) yang menyebutkan pengertian belajar

secara psikologis merupakan suatu proses perubahan yaitu perubahan di dalam

tingkah laku sebagai hasil interaksi dengan lingkungannya dalam memenuhi ke-

11
12

butuhan hidupnya.

Belajar adalah serangkaian kegiatan jiwa raga untuk memperoleh suatu

perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman individu dalam interaksi

dengan lingkungannya yang menyangkut kognitif, afektif, dan psikomotor

(Djamarah, 2011:13).

Sebagian besar masyarakat menganggap belajar di sekolah adalah usaha

pengusaan materi ilmu pengetahuan. Anggapan tersebut tidak sepenuhnya salah,

sebab seperti yang dikatakan Reber (dalam Suprijono, 2013:3) bahwa belajar

adalah the process of acquiring knowledge. Belajar adalah proses mendapatkan

pengetahuan.

Menurut Gagne (dalam Suprijono, 2013:2) belajar adalah perubahan

disposisi atau kemampuan yang dicapai seseorang melalui aktivitas. Perubahan

disposisi tersebut bukan diperoleh langsung dari proses pertumbuhan seseorang

secara alamiah.

Cronbach (dalam Djamarah, 2011:13) menyatakan bahwa “learning shown

by change in behavior as a result of experience”. Belajar sebagai suatu aktivitas

yang ditunjukkan oleh perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman.

2.1.1.2 Tujuan Belajar

Tujuan belajar dapat diartikan sebagai suatu kondisi adanya perubahan

tingkah laku dari individu yang telah melaksanakan proses belajar. Seseorang

belajar bertujuan untuk meningkatkan aspek kognitif, psikomotorik, maupun

afektif. Selain itu, melalui kegiatan belajar diharapkan seseorang dapat

memperoleh hasil belajar yang baik serta pengalaman hidup. Hal tersebut
13

didukung oleh pendapat Sardiman (2011: 25) yang menyebutkan ada 3 tujuan

belajar, yaitu :

1) Untuk mendapatkan pengetahuan

Hal ini ditandai dengan kemampuan berpikir. Pemilikan pengetahuan dan

kemampuan berpikir sebagai yang tidak dapat dipisahkan. Dengan kata lain,

tidak dapat mengembangkan kemampuan berpikir tanpa bahan pengetahuan,

sebaliknya kemampuan berpikir akan memperkaya pengetahuan tujuan inilah

yang memiliki kecenderungan lebih besar perkembangannya di dalam kegiatan

belajar.

2) Penanaman konsep dan keterampilan

Penanaman konsep atau merumuskan konsep, juga memerlukan suatu

keterampilan. Jadi, soal keterampilan yang bersifat jasmani maupun rohani.

Keterampilan jasmani adalah keterampilan-keterampilan yang dapat dilihat,

diamati, sehingga akan menitikberatkan pada keterampilan gerak/penampilan

dari anggota tubuh seseorang yang sedang belajar. Sedangkan keterampilan

rohani lebih rumit, karena tidak selalu berurusan dengan masalah-masalah

keterampilan yang dapat dilihat bagaimana ujung pangkalnya, tetapi lebih

abstrak, menyangkut persoalan-persoalan penghayatan, dan keterampilan

berpikir serta kreativitas untuk menyelesaikan dan merumuskan suatu masalah

atau konsep.

3) Pembentukan sikap

Untuk menumbuhkan sikap mental, perilaku dan pribadi siswa, guru harus

lebih bijak dan hati-hati dalam pendekatannya. Untuk itu, dibutuhkan keca-
14

kapan dalam mengarahkan motivasi dan berpikir dengan tidak lupa

menggunakan pribadi guru itu sendiri sebagai contoh atau model. Pembentukan

sikap mental dan perilaku siswa, tidak akan terlepas dari soal penanaman nilai-

nilai, transfer of values. Oleh karena itu, guru tidak sekadar pengajar, tetapi

betul-betul sebagai pendidik yang akan memindahkan nilai-nilai itu kepada

anak didiknya. Dengan dilandasi nilai-nilai itu, siswa akan tumbuh kesadaran

dan kemauannya, untuk mempraktikkan segala sesuatu yang sudah dipelajari.

2.1.1.3 Prinsip - Prinsip Belajar

Untuk menciptakan kegiatan belajar mengajar yang menyenangkan, perlu

diketahui mengenai prinsip-prinsip belajar. Setiap guru seharusnya dapat

menyusun sendiri prinsip-prinsip belajar, yaitu prinsip belajar yang dapat

dilaksanakan dalam situasi dan kondisi yang berbeda, dan oleh setiap siswa secara

individual. Prinsip belajar tersebut dijadikan dasar dalam kegiatan pembelajaran,

baik bagi siswa maupun guru dalam upaya mencapai proses belajar mengajar

yang berjalan dengan baik.

Dimyati dan Mudjiono (2009:42) menyebutkan ada 7 prinsip-prinsip

belajar, yaitu:

1) Perhatian dan motivasi

Perhatian mempunyai peranan yang penting dalam kegiatan belajar. Selain

perhatian, motivasi juga mempunyai peranan penting dalam kegiatan

belajarkarena bersifat mengarahkan aktivitas seseorang.

2) Keaktifan

Kecenderungan psikologi dewasa ini menganggap bahwa anak adalah makhluk


15

yang aktif. Anak mempunyai dorongan untuk berbuat sesuatu, mewmpunyai

kemauan dan aspirasinya sendiri. Belajar tidak bisa dipaksakan oleh orang lain

dan juga tidak bisa dilimpahkan kepada orang lain. Belajar hanya mungkin

terjadi apabila anak aktif mengalami sendiri.

3) Keterlibatan langsung/berpengalaman

Belajar haruslah dilakukan sendiri oleh siswa, belajar adalah mengalami, bela-

jar tidak bisa dilimpahkan kepada orang lain. Belajar melalui pengalaman

langsung, siswa tidak sekadar mengamati secara langsung tetapi ia harus

menghayati, terlibat langsung dalam perbuatan, dan bertanggung jawab

terhadap hasilnya.

4) Pengulangan

Prinsip belajar yang menekankan perlunya pengulangan dikemukakan oleh

teori Psikologi Daya. Menurut teori ini belajar adalah melatih daya-daya yang

ada pada manusia yang terdiri atas daya mengamat, menanggap, mengingat,

mengkhayal, merasakan, berpikir, dan sebagainya. Dengan mengadakan

pengulangan maka daya-daya tersebut akan berkembang. Daya-daya yang

dilatih dengan pengadaan pengulangan-pengulangan akan menjadi sempurna

5) Tantangan

Dalam situasi belajar, siswa menghadapi suatu tujuan yang ingin dicapai, tetapi

selalu terdapat hambatan yaitu bahan belajar, maka timbul motif untuk

mengatasi hambatan itu, yaitu dengan mempelajari bahan belajar tersebut.

Apabila hambatan tersebut telah diatasi, artinya tujuan belajar telah tercapai,

maka ia akan masuk dalam medan baru dan tujuan baru, demikian seterusnya.
16

Agar pada anak timbul motif yang kuat untuk mengatasi hambatan dengan baik

maka bahan belajar haruslah menantang.

6) Balikan dan penguatan

Siswa akan belajar lebih semangat apabila mengetahui dan mendapatkan hasil

yang baik. Hasil yang baik tersebut merupakan balikan yang menyenangkan

dan berpengaruh baik bagi usaha belajar selanjutnya.

7) Perbedaan individual

Siswa merupakan individu yang unik artinya tidak ada dua orang siswa yang

sama persis. Tiap siswa memiliki perbedaan satu dengan yang lainnya.

Perbedaan itu terdapat pada karakteristik psikis, kepribadian dan sifat-sifatnya.

Perbedaan individual ini berpengaruh pada cara dan hasil belajar siswa. Oleh

karena itu, perbedaan individu perlu diperhatikan oleh guru dalam upaya

pembelajaran.

2.1.1.4 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Belajar

Belajar sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor yang tentunya juga turut

mempengaruhi hasil belajar. Syah (2015:145) menjelaskan faktor-faktor yang

mempengaruhi belajar menjadi tiga macam, yaitu:

1) Faktor internal (faktor dari dalam siswa)

yaitu keadaan kondisi jasmani dan rohani peserta didik. Faktor internal

meliputi aspek fisiologis (yang bersifat jasmaniyah) dan aspek psikologis (yang

bersifat rohaniyah). Faktor-faktor rohaniyah yang lebih dianggap esensial yaitu

tingkat kecerdasan/ intelegensi, sikap, bakat, minat, dan motivasi.


17

2) Faktor eksternal (faktor dari luar siswa)

yaitu kondisi lingkungan di sekitar peserta didik. Faktor eksternal dibagi

menjadi dua yaitu lingkungan sosial (guru, kepala sekolah, staf, teman) dan

lingkungan non-sosial (gedung sekolah dan lokasinya, rumah siswa dan

lokasinya, alat-alat belajar, kondisi cuaca, serta waktu belajar yang digunakan

siswa.

3) Faktor pendekatan belajar (approach to learning)

yaitu jenis upaya belajar yang meliputi strategi dan metode yang digunakan

untuk melakukan kegiatan pembelajaran materi-materi pelajaran.

Pendapat lain juga dikemukakan oleh Djaali (2014:101) bahwa di dalam

proses belajar, banyak faktor yang mempengaruhinya, antara lain motivasi, sikap,

minat, kebiasaan belajar, dan konsep diri.

1) Motivasi

Motivasi adalah kondisi fisiologis dan psikologis yang terdapat dalam diri

seseorang yang mendorongnya untuk melakukan aktivitas tertentu guna

mencapai suatu tujuan (kebutuhan).

2) Sikap

Trow (dalam Djaali, 2014:114) mendefinisikan sikap sebagai suatu kesiapan

mental atau emosional dalam beberapa jenis tindakan pada situasi yang tepat.

3) Minat

Minat pada dasarnya adalah penerimaan akan suatu hubungan antara diri sen-

diri dengan sesuatu di luar diri. Minat dapat diekspresikan melalui pernyataan

yang menunjukkan bahwa siswa lebih menyukai suatu hal daripada hal lainnya,
18

dapat pula dimanifestasikan melalui partisipasi dalam suatu aktivitas. Minat

tidak dibawa sejak lahir, melainkan diperoleh kemudian.

4) Kebiasaan belajar

Kebiasaan belajar dapat diartikan sebagai cara atau teknik yang menetap pada

diri siswa pada waktu menerima pelajaran, membaca buku, mengerjakan tugas,

dan pengaturan waktu untuk menyelesaikan kegiatan.

5) Konsep Diri

Konsep diri adalah bayangan seseorang tentang keadaan dirinya sendiri pada

saat ini dan bukanlah bayangan ideal dari dirinya sendirisebagaimana yang

diharapkan atau disukai oleh individu yang bersangkutan.

Ghufron (2014:10) menyatakan bahwa peningkatan hasil belajar dapat

dicapai dengan memperhatikan beberapa aspek, baik internal maupun eksternal.

Aspek eksternal meliputi bagaimana lingkungan belajar dipersiapkan dan fasilitas-

fasilitas diberdayakan, sedangkan aspek internal meliputi aspek perkembangan

anak dan keunikan personal individu anak (gaya belajar tiap anak). Pendapat dari

para ahli tersebut menegaskan bahwa seseorang belajar ditentukan oleh faktor dari

dalam dan faktor dari luar diri.

2.1.1.5 Teori-Teori Belajar

Slameto (2010: 8) menyebutkan ada beberapa teori belajar yang perlu

diketahui, di antaranya yaitu:

1) Teori Gestalt

Belajar yang terpenting adalah adanya penyesuaian pertama yaitu memperoleh

response yang tepat untuk memecahkan problem yang dihadapi. Belajar yang
19

penting bukan mengulang hal-hal yang harus dipelajari, tetapi mengerti atau

memperoleh insight. Prinsip belajar menurut teori Gestalt adalah belajar

berdasarkan keseluruhan; belajar adalah suatu proses perkembangan; siswa

sebagai organisme keseluruhan; terjadi transfer; belajar adalah reorganisasi

pengalaman; belajar harus dengan insight; dan belajar lebih berhasil bila

berhubungan dengan minat, keinginan, dan tujuan siswa.

2) Teori belajar menurut J. Bruner

Belajar tidak untuk mengubah tingkah laku seseorang tetapi untuk mengubah

kurikulum sekolah menjadi sedemikian rupa sehingga siswa dapat belajar lebih

banyak dan mudah. Di dalam proses belajar, Bruner mementingkan partisipasi

aktif dari tiap siswa, dan mengenal dengan baik adanya perbedaan kemampuan.

Tahapan belajar Bruner ada tiga yaitu: tahap enaktif, ikonik, dan simbolik.

3) Teori Belajar dari Piaget

Teori kognitif dari Piaget meliputi aspek-aspek struktur intelek yang digunakan

untuk mengetahui sesuatu. Piaget menyatakan bahwa perkembangan kognitif

bukan hanya hasil kematangan oranisme, bukan pula pengaruh lingkungan

semata, melainkan hasil interaksi diantara keduanya. Tahapan perkembangan

intelektual anak dibagi dalam 4 periode, yaitu: periode sensori-motor (0-2

tahun), peiode pra-operasional (2-7 tahun), periode operasional konkret (7-11

tahun), dan periode operasional formal (11- dewasa).

Teori belajar yang sesuai dengan penelitian ini adalah teori belajar kognitif

dari Piaget, karena dalam penelitian ini membahas tentang hasil belajar kognitif

siswa kelas V sekolah dasar. Siswa kelas V termasuk ke dalam tahapan perkem-
20

bangan operasional konkret karena berada di usia 7 – 11 tahun.

2.1.1.6 Pengertian Pembelajaran

Seseorang yang belajar tidak lepas dari orang yang mengajarkannya.

Adanya proses interaksi antara guru dengan siswa saat belajar itulah yang

dinamakan pembelajaran. Pembelajaran merupakan aspek kegiatan manusia yang

kompleks, yang tidak sepenuhnya dapat dijelaskan. Sama halnya dengan pendapat

Al-Tabany (2014:19) yang menjelaskan bahwa pembelajaran secara sederhana

dapat diartikan sebagai produk interaksi berkelanjutan antara pengembangan dan

pengalaman hidup. Dalam makna yang lebih kompleks, pembelajaran hakikatnya

adalah usaha sadar dari seorang guru untuk membelajarkan siswanya

(mengarahkan interaksi siswa dengan sumber belajar lainnya) dalam rangka

mencapai tujuan yang diharapkan. Makna tersebut menjelaskan bahwa

pembelajaran merupakan interaksi dua arah dari seorang guru dan siswa, di mana

antara keduanya terjadi komunikasi (transfer) yang intens dan terarah menuju

pada suatu target yang telah ditetapkan sebelumnya. Pembelajaran adalah proses

interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan

belajar (Sisdiknas, 2006:2).

Seseorang belajar tentunya memiliki cara sendiri dalam memahami suatu

informasi, dan cara belajar itulah yang sering kita kenal sebagai gaya belajar.

Tidak semua orang memiliki cara yang sama dalam menyerap informasi, mereka

memiliki cara yang unik dalam memahami materi yang disampaikan oleh guru.
21

2.1.2 Hakikat Gaya Belajar

Siswa merupakan individu yang unik, karena mereka memiliki cara yang

berbeda-beda dalam menangkap suatu informasi. Setiap siswa memiliki gaya

tersendiri dalam belajar untuk memudahkannya dalam menyerap suatu

pembelajaran. Berikut ini akan dijelaskan mengenai pengertian gaya belajar,

macam-macam gaya belajar, karakteristik gaya belajar, pentingnya memahami

gaya belajar, faktor-faktor yang mempengaruhi gaya belajar, indikator gaya

belajar, serta pentingnya mengetahui gaya belajar siswa.

2.1.2.1 Pengertian Gaya Belajar

Akhir-akhir ini timbul pikiran baru yakni, bahwa mengajar itu harus

memperhatikan gaya belajar atau learning style siswa. Gaya belajar siswa tersebut

merupakan kunci untuk mengembangkan kinerja dalam belajar. Gaya belajar

dapat diartikan sebagai cara yang ditempuh seseorang dalam belajar. Dalam hal

ini, belajar diartikan sebagai proses dalam menyerap suatu informasi. Seseorang

memiliki cara yang berbeda-beda dalam menyerap suatu informasi. Seperti yang

dikemukakan oleh Nasution (2013:93), bahwa gaya belajar yaitu cara ia bereaksi

dan menggunakan perangsang-perangsang yang diterimanya dalam proses belajar.

Para peneliti menggolongkan berbagai belajar pada siswa menurut kategori-

kategori sebagai berikut :

1) Setiap siswa belajar menurut cara sendiri yang kita sebut gaya belajar. Guru

juga mempunyai gaya mengajar masing-masing.

2) Kita dapat menemukan gaya belajar itu dengan instrumen tertentu.

3) Kesesuaian gaya mengajar dan gaya belajar mempertinggi efektivitas belajar.


22

Pendapat lain juga dikemukakan oleh Gunawan (dalam Ghufron, 2014:11),

bahwa gaya belajar adalah cara-cara yang lebih kita sukai dalam melakukan

kegiatan berpikir, memproses dan mengerti suatu informasi. Susilo, M. Djoko

(2010:94) mengemukakan bahwa gaya belajar yaitu suatu cara yang cenderung

dipilih seseorang untuk menerima informasi dari lingkungan dan memproses

informasi tersebut.

Gaya bersifat individual bagi setiap orang, dan untuk membedakan antara

orang satu dengan orang lainnya. Dengan demikian, secara umum gaya belajar

diasumsikan mengacu pada kepribadian-kepribadian, kepercayaan-kepercayaan,

pilihan-pilihan, dan perilaku-perilaku yang digunakan oleh individu untuk

membantu anak dalam belajar.

Gaya belajar adalah kombinasi dari bagaimana seseorang menyerap,

kemampuan mengatur dan mengolah informasi (Suparman, 2010:63). Secara

umum, ada dua kategori utama tentang bagaimana seseorang belajar, pertama,

bagaimana seseorang menyerap informasi dengan mudah (modalitas) dan kedua,

bagaimana cara seseorang tersebut mengatur dan mengolah informasi (dominan

otak). Gaya belajar seseorang adalah kombinasi dari bagaimana ia menyerap dan

kemudian mengatur serta mengolah informasi (De Porter, 2010:110).

Antara siswa satu dengan yang lainnya pasti memiliki gaya belajar yang

berbeda-beda. Hal tersebut sangat bergantung pada faktor yang mempengaruhi

individu itu sendiri, untuk itu siswa harus mampu memahami gaya belajarnya agar

siswa dapat memahami informasi yang didapatnya.


23

2.1.2.2 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Gaya Belajar

Gaya belajar merupakan sesuatu yang sangat penting bagi siapapun dalam

melaksanakan kegiatan belajarnya, baik di rumah, masyarakat, dan terutama di

sekolah. Gaya belajar antara satu siswa dengan siswa lain berbeda, hal tersebut

terjadi karena beberapa faktor, baik faktor dari dalam siswa (intern) maupun

faktor dari luar siswa (ekstern).

Dunn (dalam De Porter, 2010:110) menemukan banyak variabel yang

mempengaruhi cara belajar orang, mencakup faktor fisik, emosional, sosiologis,

dan lingkungan. Misalnya: (1) seseorang dapat belajar dengan paling baik apabila

cahaya terang, sedangkan sebagian yang lain dengan pencahayaan yang suram, (2)

ada orang yang belajar secara baik dengan berkelompok, sedangkan yang lain

lebih memilih adanya orang tua atau guru yang mendampingi tetapi ada juga yang

lebih senang belajar sendiri, (3) sebagian orang memerlukan musik sebagai

pangantar belajar, namun ada juga yang belajar dalam keadaan sepi, (4) ada

orang-orang yang memerlukan lingkungan belajar yang rapi dan teratur, tetapi ada

juga yang suka menggelar segala sesuatunya agar semua dapat terlihat.

Ketika belajar siswa pelu berkonsentrasi dengan baik. Untuk bisa

berkonsentrasi dengan baik, maka perlu adanya lingkungan yang mendukung

kegiatan belajar siswa. Berikut ini faktor lingkungan yang mempengaruhi

konsentrasi belajar siswa adalah :

a) Suara

Tiap orang mempunyai reaksi yang berbeda terhadap suara. Ada yang

menyukai belajar sambil mendengarkan musik keras, musik lembut, ataupun


24

nonton TV. Ada juga yang suka belajar di tempat yang ramai, bersama teman,

tapi ada juga yang tidak dapat berkonsentrasi jika banyak orang di sekitarnya.

Bahkan bagi orang tertentu, musik atau suara apapun akan mengganggu

konsentrasi belajar mereka. Mereka memilih belajar tanpa musik atau di tempat

yang mereka anggap tenang tanpa suara. Namun, beberapa orang tertentu tidak

merasa terganggu baik ada suara ataupun tidak. Mereka tetap dapat

berkonsentrasi belajar dalam keadaan apapun.

b) Pencahayaan

Pencahayaan merupakan faktor yang pengaruhnya kurang begitu dirasakan

dibandingkan pengaruh suara. Mungkin karena relatif mudah mengatur

pencahayaan sesuai dengan yang dibutuhkan.

c) Temperatur

Pengaruh temperatur terhadap konsentrasi belajar pada umumnya juga tidak

terlalu dipermasalahkan orang. Namun, perlu diketahui bahwa reaksi tiap orang

terhadap temperatur berbeda. Ada yang memilih belajar di tempat dingain atau

sejuk, sedangkan yang lainnya memilih di tempat yang hangat.

d) Desain Belajar

Jika sedang belajar yang membutuhkan konsentrasi, ada yang merasa lebih

nyaman untuki melakukannya sambil duduk santai di kursi, sofa, tempat tidur,

tikar, karpet atau duduk santai di lantai tapi ada juga yang sambil berbaring,

berjalan-jalan, memanjat pohon. Ada dua desain belajar yaitu : desain formal

dan tidak formal.


25

2.1.2.3 Macam-Macam Gaya Belajar

Seseorang belajar menggunakan panca inderanya, terutama indera

penglihatan, indera pendengaran, maupun indera peraba. Pada dasarnya, gaya

belajar yang cenderung dimiliki siswa berkaitan dengan ketiga indera tersebut,

yaitu visual, auditorial, dan kinestetik. Hal tersebut diperkuat dengan pendapat

De Porter (2010:112), bahwa ada tiga jenis gaya belajar berdasarkan modalitas

yang digunakan individu dalam memproses informasi, yaitu :

1) Gaya belajar visual

Seseorang yang memiliki kecenderungan gaya belajar visual lebih senang de-

ngan melihat apa yang sedang ia pelajari. Seseorang akan lebih memahami in-

formasi yang disajikan melalui gambar atau simbol.

2) Gaya belajar auditorial

Seseorang yang memiliki kecenderungan gaya belajar auditorial kemungkinan

akan belajar lebih baik dengan cara mendengarkan. Mereka menikmati saat-

saat mendengarkan apa yang disampaikan oleh orang lain. Karakteristik model

belajar seperti ini benar-benar menempatkan pendengaran sebagai alat utama

menyerap informasi atau pengetahuan. Hal ini berarti bahwa langkah awal

dalam belajar siswa harus mendengar, baru kemudian bisa mengingat dan

memahami informasi yang diterima.

3) Gaya belajar kinestetik

Seseorang yang memiliki kecenderungan gaya belajar kinestetik akan belajar

lebih baik apabila terlibat secara fisik dalam kegiatan langsung. Mereka akan

belajar apabila mereka mendapat kesempatan untuk memanipulasi media untuk


26

mempelajari informasi baru.

Sementara itu, Kolb (dalam Ghufron, 2014:97) menjelaskan ada empat gaya

belajar seseorang, yaitu :

1) Gaya diverger

Gaya diverger merupakan kombinasi dari perasaan dan pengamatan. Individu

dengan tipe diverger unggul dalam melihat situasi konkret dari banyak sudut

pandang yang berbeda. Pendekatannya pada setiap situasi adalah mengamati

dan bukan bertindak, termasuk perilaku orang lain, diskusi dan sebagainya.

Individu seperti ini mempunyai tugas belajar yang menuntut untuk

menghasilkan ide-ide (brainstorming), mempelajari hal-hal baru, biasanya juga

menyukai isu budaya. Ingin segera mengalami suatu pengalaman, misalnya

memecahkan suatu persoalan, dan tidak takut untuk mencoba. Namun cepat

bosan jika persoalan membutuhkan waktu yang lama dapat dipahami,

dipecahkan, atau diselesaikan.

2) Gaya assimilator

Gaya belajar assimilator merupakan kombinasi dari berpikir dan mengamati.

Individu dengan tipe assimilator memiliki kelebihan dalam memahami

berbagai sajian informasi yang dikumpulkan dari berbagai sumber, dan

dipandang dari berbagai perspektif dirangkum dalam suatu format yang logis,

singkat, dan jelas. Biasanya individu tipe ini kurang perhatian pada orang lain

dan lebih menyukai ide serta konsep yang abstrak. Mereka juga cenderung

lebih teoritis, mengasimilasikan fakta ke dalam teori, berpikir dengan objektif,

analitis, runtut, sistematis, melakukan pendekatan masalah dengan logika,


27

berusaha benar-benar memahami suatu permasalahan terlebih dahulu sebelum

melakukan tindakan.

3) Gaya konverger

Gaya belajar konverger merupakan kombinasi dari berpikir dan berbuat.

Individu dengan tipe ini unggul dalam menemukan fungsi praktis dari berbagai

ide dan teori. Biasanya mereka mempunyai kemampuan yang baik dalam

pemecahan masalah dan pengambilan keputusan. Mereka juga cenderung

untuk menyukai tugas-tugas teknis (aplikatif) daripada masalah sosial atau

hubungan antarpribadi, karena lebih suka untuk mencoba-coba ide, teori-teori

ke dalam suatu aplikasi.

4) Gaya akomodator

Gaya belajar akomodator merupakan kombinasi dari perasaan dan tindakan.

Individu dengan tipe ini memiliki kemampuan belajar yang baik dari hasil

pengamatan nyata yang dilakukannya sendiri. Mereka suka membuat rencana

dan melibatkan dirinya dalam berbagai pengalaman baru dan menantang.

Mereka cenderung bertindak berdasarkan intuisi atau dorongan hati daripada

berdasarkan analisis logis.

Penelitian gaya belajar model Witkin, Oltman, Raskin, dan Karp (dalam

Ghufron ,2014: 86) menghasilkan dua tipe gaya belajar yang ada pada individu,

yaitu:

1) Gaya belajar field dependence

Individu yang mempunyai gaya belajar field dependence adalah individu yang

mempersepsikan diri dikuasai lingkungan. Contoh individu yang memiliki


28

gaya belajar field dependence adalah ketika individu tersebut naik bus dan

ingin membaca buku maka individu tersebut akan merasa terganggu dan

kurang berkonsentrasi dengan suasana berisik dan gaduh dalam bus tersebut.

2) Gaya belajar field independence

Individu yang mempunyai gaya belajar field independence adalah apabila

individu mempersepsikan diri bahwa sebagian besar perilaku tidak dipengaruhi

oleh lingkungan. Individu yang memiliki gaya belajar field independence tidak

akan merasa terganggu dengan suasana yang gaduh dan berisik.

Berdasarkan kenyataan di lapangan, gaya belajar yang biasa dimiliki oleh

siswa SD adalah gaya belajar visual, auditorial, dan kinestetik karena gaya belajar

tersebut mudah diterapkan oleh siswa SD. Ketiga gaya belajar tersebut

berhubungan dengan indera penglihatan, pendengaran, maupun peraba. Seseorang

belajar pada dasarnya memanfaatkan ketiga indera tersebut. Dalam penelitian ini,

gaya belajar yang akan dibahas adalah gaya belajar visual, auditorial, dan

kinestetik.

Tiap gaya belajar siswa pasti memiliki ciri yang khusus, sehingga dapat

dibedakan antara gaya belajar yang satu dengan yang lainnya. Berikut ini akan

dijelaskan tentang karakteristik dari gaya belajar visual, auditorial, dan kinestetik.

2.1.2.4 Karakteristik Gaya Belajar

Setiap gaya belajar pasti memiliki karakteristik yang berbeda. Gaya belajar

visual lebih menekankan pada indera penglihatan, gaya belajar auditorial

menekankan pada indera pendengarannya, sedangkan gaya belajar kinestetik lebih

menekankan pada kegiatan secara langsung (praktik).


29

De Porter (2010:116-118) mengemukakan karakteristik dari gaya belajar,

yaitu:

1) Gaya belajar visual

Gaya belajar visual adalah belajar dengan cara melihat. Ciri-ciri siswa yang

kecenderungan belajar adalah:

a) selalu rapi dan teratur;

b) berbicara dengan cepat;

c) teliti pada detail;

d) mementingkan penampilan, baik dalam hal pakaian maupun presentasi;

e) pengeja yang baik dan dapat melihat kata-kata yang sebenarnya dalam

pikiran mereka;

f) mengingat apa yang dilihat dari pada yang didengar;

g) mengingat dengan asosiasi visual;

h) pembaca cepat dan tekun;

i) suka membaca daripada dibacakan;

j) suka mencoret-coret tanpa arti bila sedang berbicara atau mendengar;

k) sering menjawab pertanyaan dengan singkat seperti ya dan tidak;

l) lebih suka memperagakan dari pada berbicara;

m) lebih suka seni daripada musik;

n) seringkali mengetahui apa yang harus dikatakan, tetapi tidak pandai

memilih kata-kata;

o) kadang-kadang kehilangan konsentrasi ketika mereka ingin memperhatikan;

p) lebih mudah mengingat jika dibantu gambar.


30

2) Gaya belajar auditorial

Ciri-ciri seseorang yang memiliki gaya belajar auditorial adalah sebagai

berikut:

a) berbicara kepada diri sendiri saat bekerja;

b) mudah terganggu oleh keributan;

c) menggerakkan bibir mereka dan mengucapkan tulisan di buku ketika

membaca;

d) senang membaca dengan keras dan mendengarkan;

e) dapat mengulangi kembali dan menirukan nada, birama, dan warna suara;

f) merasa kesulitan untuk menulis, tetapi hebat dalam bercerita;

g) berbicara dalam irama yang terpola;

h) biasanya pembicara yang fasih;

i) lebih suka musik daripada seni;

j) belajar dengan mendengarkan dan mengingat apa yang didiskusikan

daripada yang dilihat;

k) suka berbicara, suka berdiskusi, dan menjelaskan sesuatu panjang lebar;

l) mempunyai masalah dengan pekerjaan-pekerjaan yang melibatkan

visualisasi, seperti memotong bagian-bagian hingga sesuai satu sama lain;

m) lebih pandai mengeja dengan keras daripada menuliskannya;

n) lebih suka gurauan lisan daripada membaca komik.

3) Gaya belajar kinestetik

Seseorang yang memiliki gaya belajar kinestetik ciri-cirinya adalah sebagai

berikut:
31

a) berbicara dengan perlahan;

b) menanggapi perhatian fisik;

c) menyentuh orang untuk mendapatkan perhatian mereka;

d) berdiri dekat ketika berbicara dengan orang;

e) selalu berorientasi pada fisik dan banyak bergerak;

f) mempunyai perkembangan awal otot-otot yang besar;

g) belajar melalui memanipulasi dan praktik;

h) menghafal dengan cara berjalan dan melihat;

i) menggunakan jari sebagai penunjuk ketika membaca;

j) banyak menggunakan isyarat tubuh;

k) tidak dapat duduk diam untuk waktu lama.

Suparman (2010:66-70) mengemukakan strategi untuk mempermudah

proses belajar siswa yang bergaya belajar VAK (Visual, Auditori, Kinestetik) ada-

lah sebagai berikut:

a) Gaya belajar visual

1) Gunakan materi visual seperti tulisan, gambar-gambar, diagram dan peta.

2) Gunakan warna untuk menandai hal-hal penting.

3) Ajak anak-anak untuk membaca buku-buku berilustrasi.

4) Gunakan multimedia visual seperti komputer dan video.

5) Arahkan anak untuk mencoba mengilustrasikan ide-idenya ke dalam bentuk

tulisan atau gambar.

b) Gaya belajar auditori

1) Ajak anak untuk ikut berpartisipasi dalam setiap diskusi yang dilakukan
32

secara verbal.

2) Dorong anak untuk membaca materi pelajaran dengan keras.

3) Gunakan musik sebagai background untuk mengajarkan anak.

4) Arahkan anak agar merekam materi pelajarannya ke dalam kaset dan minta

dia untuk senantiasa mendengarkannya sebelum tidur.

5) Sebagai orang tua, sebaiknya bantu anak ketika belajar dengan membaca

materi pelajarannya atau mengajaknya berdiskusi mengenai materi

pelajarannya.

c) Gaya belajar kinestetik

1) Jangan paksakan anak untuk belajar sampai berjam-jam.

2) Arahkan anak untuk belajar sambil mengeksplorasi lingkungannya,

misalnya belajar menanam dengan cara langsung mempraktikannya.

3) Izinkan anak untuk mengunyah sesuatu, misalnya permen karet saat belajar.

4) Gunakan warna terang untuk menandai hal-hal penting dalam bacaan.

5) Izinkan anak untuk belajar sambil mendengarkan musik, sebab biasanya

ketika mereka belajar dengan musik, anggota tubuhnya (misalnya kepala

atau kakinya) ikut bergerak mengikuti irama musik.

2.1.2.5 Indikator Gaya Belajar

Mengacu pada teori dan ciri-ciri gaya belajar visual, auditorial, dan

kinestetik menurut De Porter (2010:116-118), maka dapat dibuat indikator dari

ketiga gaya belajar tersebut sebagai berikut:

1) Gaya belajar visual

a) Belajar dengan cara visual


33

Mata /penglihatan memiliki peranan yang sangat penting dalam kegiatan

belajar. Siswa dapat lebih mudah memahami pelajaran dengan melihat

secara langsung proses pembelajaran tersebut, misalnya mereka lebih suka

membaca sendiri materi pelajaran daripada dibacakan orang lain.

b) Mengingat apa yang dilihat daripada apa yang didengar

Siswa lebih mudah mengingat apa yang mereka lihat, sehingga mereka bisa

mengerti tentang posisi, bentuk, angka, maupun warna.

c) Rapi dan teratur

Siswa yang memiliki gaya belajar visual akan lebih memperhatikan

penampilannya.

d) Tidak terganggu dengan keributan

Siswa yang memiliki gaya belajar visual lebih mengingat apa yang dilihat

daripada didengarnya. Mereka tidak terlalu memperhatikan suara yang ada

di sekitarnya, sehingga mereka tidak akan merasa terganggu dengan

keributan di sekitarnya.

e) Sulit menerima instruksi verbal

Siswa dengan gaya belajar visual akan mudah lupa dengan sesuatu yang

disampaikan secara lisan dan sering kali harus minta bantuan orang lain

untuk mengulanginya.

2) Gaya belajar auditorial

a) Belajar dengan cara mendengar

Siswa yang memiliki gaya belajar auditorial lebih mengandalkan

pendengarannya dalam kegiatan belajarnya. Mereka lebih memahami pela-


34

jaran dengan mendengarkan apa yang dikatakan oleh guru.

b) Baik dalam aktivitas lisan

Siswa bergaya auditorial akan fasih dalam berbicara. Menyukai diskusi dan

menjelaskan segala sesuatu dengan panjang lebar.

c) Memiliki kepekaan terhadap musik

Siswa akan mampu mengingat dengan baik apa yang didengarnya, sehingga

dapat mengulangi kembali dan menirukan nada, birama, dan warna suara.

d) Mudah terganggu dengan keributan

Siswa yang bergaya auditorial sangat peka terhadap suara-suara yang

didengarnya, jadi mereka merasa terganggu jika ada suara di dalam kegiatan

belajarnya.

e) Lemah dalam aktivitas visual

Siswa merasa kesulitan memperoleh informasi yang sifatnya tertulis.

3) Gaya belajar kinestetik

a) Belajar dengan aktivitas fisik

Siswa dengan gaya belajar kinestetik lebih menyukai belajar sambil

bergerak, menyentuh, dan melakukan. Mereka tidak tahan jika harus duduk

berlama-lama mendengarkan pelajaran dan merasa bisa belajar dengan baik

jika prosesnya disertai dengan kegiatan fisik.

b) Peka terhadap ekspresi dan bahasa tubuh

Siswa lebih mudah menghafal dengan cara melihat gerakan tubuh/fisik

sambil berjalan mempraktikannya.

c) Berorientasi pada fisik dan banyak bergerak


35

Menggunakan jari sebagai penunjuk ketika membaca, banyak menggunakan

isyarat tubuh, dan lebih menyukai praktik.

d) Suka coba-coba dan kurang rapi

Belajar melalui memanipulasi dan praktik, kemungkinan tulisannya kurang

rapi.

e) Menyukai kerja kelompok dan praktik

Siswa merasa senang jika guru memintanya untuk kerja kelompok, siswa

akan merasa, siswa akan bertanggung jawab dengan tugas kelompoknya.

Dari uraian di atas, maka indikator yang dapat digunakan untuk mengetahui

gaya belajar siswa adalah:

1) Gaya belajar visual

a) Belajar dengan cara visual, misalnya siswa dapat memahami penjelasan dari

guru secara langsung.

b) Mengingat apa yang dilihat daripada apa yang didengar, misalnya siswa

dapat mengingat materi dengan melihat penjelasan guru di depan kelas.

c) Rapi dan teratur, misalnya siswa merapikan seragamnya setiap saat.

d) Tidak terganggu dengan keributan, misalnya siswa tetap dapat belajar

meskipun suasana kelas ramai.

e) Sulit menerima instruksi verbal, misalnya siswa mudah lupa jika guru hanya

menjelaskan materi sekali saja dan tidak diulangi lagi.

2) Gaya belajar auditorial

a) Belajar dengan cara mendengar, misalnya siswa dapat memahami materi

hanya dengan mendengar penjelasan guru saja.


36

b) Baik dalam aktivitas lisan, misalnya siswa senang jika belajar sambil

diskusi.

c) Memiliki kepekaan terhadap musik, misalnya siswa belajar sambil

mendengarkan musik.

d) Mudah terganggu dengan keributan, misalnya siswa tidak dapat

berkonsentrasi belajar jika suasana ramai.

e) Lemah dalam aktivitas visual, misalnya siswa merasa malas jika disuruh

mencatat materi.

3) Gaya belajar kinestetik

a) Belajar dengan aktivitas fisik, misalnya siswa senang jika melakukan

praktik.

b) Peka terhadap ekspresi dan bahasa tubuh, misalnya siswa senang

menghafalkan materi sambil berjalan.

c) Berorientasi pada fisik dan banyak bergerak, misalnya siswa menggunakan

jari sebagai penunjuk saat membaca.

d) Suka coba-coba dan kurang rapi, misalnya siswa suka mengerjakan soal-

soal tanpa disuruh terlebih dahulu.

e) Menyukai kerja kelompok dan praktik, misalnya siswa lebih bersemangat

jika ia belajar bersama teman-temannya.

2.1.2.6 Pentingnya Mengetahui Gaya Belajar Siswa

Mengetahui gaya belajar merupakan hal yang sangat pengting, baik oleh

siswa itu sendiri maupun bagi guru. Siswa dapat memaksimalkan kemampuannya

dalam belajar guna meningkatkan hasil belajarnya, sedangkan bagi guru, dengan
37

mengetahui gaya belajar masing-masing siswanya akan membantu guru dalam

memilih metode pembelajaran yang sesuai dengan gaya belajar siswanya.

Kemampuan seseorang untuk mengetahui sendiri gaya belajarnya dan gaya belajar

orang lain dalam lingkungannya akan meningkatkan afektifitasnya dalam belajar.

Honey & Mumford (dalam Ghufron, 2014:138) menjelaskan tentang pentingya

individu mengetahui gaya belajarnya masing-masing adalah sebagai berikut :

1) Meningkatkan kesadaran kita tentang aktivitas belajar mana yang cocok atau

tidak cocok dengan gaya belajar kita.

2) Membantu menentukan pilihan yang tepat dari sekian banyak aktivitas.

Menghindarkan kita dari pengalaman belajar yang tidak tepat.

3) Individu dengan kemampuan belajar efektif yang kurang, dapat melakukan

improvisasi.

4) Membantu individu untuk merencanakan tujuan dari belajarnya, serta

menganalisis tingkat keberhasilan seseorang.

Menurut Montgomery dan Groat (dalam Ghufron, 2014:138) ada beberapa

alasan mengapa pemahaman guru terhadap gaya belajar siswa perlu diperhatikan

dalam proses pengajaran, yaitu:

1) membuat proses belajar mengajar dialogis;

2) memahami pelajar lebih berbeda;

3) berkomunikasi melalui pesan;

4) membuat proses pengajaran lebih banyak memberi penghargaan;

5) memastikan masa depan dari disiplin-disiplin yang dimiliki siswa.

Gaya belajar siswa yang berbeda-beda tentunya akan mempengaruhi hasil


38

belajar siswa. Gaya belajar merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi

hasil belajar, apabila siswa belajar sesuai dengan gaya belajarnya maka hasil

belajar yang didapat pun baik.

2.1.3 Hakikat Hasil Belajar

Pada dasarnya belajar bertujuan untuk meningkatkan kemampuan kognitif,

keterampilan, maupun sikap. Hal tersebut dapat kita lihat dari hasil yang telah kita

capai dalam proses belajar. Hasil belajar itulah yang menjadi patokan apakah

siswa tersebut sudah mencapai kemampuan belajar dengan baik atau belum.

Melalui hasil belajar tersebut, guru dapat mengetahui kemampuan dari tiap

siswanya. Sehingga guru dapat memaksimalkan diri dalam proses pembelajaran.

2.1.3.1 Pengertian Hasil Belajar

Seseorang belajar bertujuan untuk mencapai hasil belajar yang baik. Hasil

belajar merupakan hal yang berhubungan dengan kegiatan belajar, karena

kegiatan belajar merupakan proses, sedangkan hasil belajar merupakan suatu

pencapaian yang diperoleh siswa dalam proses belajar tersebut. Pencapaian

tersebut tidak hanya menyangkut tentang pengetahuan siswa saja, tetapi juga

berkaitan dengan sikap dan keterampilan siswa. Hal tersebut didukung oleh

pendapat Sudjana (2014:3) yang menyebutkan bahwa hasil belajar siswa pada

hakikatnya adalah perubahan tingkah laku. Tingkah laku sebagai hasil belajar

dalam pengertian yang luas mencakup bidang kognitif, afektif, dan psikomotoris.

Hasil belajar adalah pola-pola perbuatan, nilai-nilai, pengertian-pengertian,

sikap-sikap, apresiasi dan keterampilan. Merujuk pemikiran Gagne (dalam

Suprijono, 2013:5), hasil belajar berupa :


39

1) Informasi verbal yaitu kapabilitas mengungkapkan pengetahuan dalam bentuk

bahasa, baik lisan maupun tertulis. Kemampuan merespons secara spesifik

terhadap rangsangan spesifik. Kemampuan tersebut tidak memerlukan

manipulasi simbol, pemecahan masalah, maupun penerapan aturan.

2) Keterampilan intelektual yaitu kemampuan mempresentasikan konsep dan

lambang. Keterampilan intelektual terdiri dari kemampuan mengkategorisasi,

kemampuan analitis-sintetis fakta-konsep dan mengembangkan prinsip-prinsip

keilmuan. Keterampilan intelektual merupakan kemampuan melakukan

aktivitas kognitif bersifat khas.

3) Strategi kognitif yaitu kecakapan menyalurkan dan mengarahkan aktivitas

kognitifnya sendiri. Kemmapuan ini meliputi penggunaan konsep dan kaidah

dalam memecahkan masalah.

4) Keterampilan motorik yaitu kemampuan melakukan serangkaian gerak jasmani

dalam urusan dan koordinasi, sehingga terwujud otomatisme gerak jasmani.

5) Sikap adalah kemampuan menerima atau menolak objek berdasarkan penilaian

terhadap objek tersebut. Sikap berupa kemampuan menginternalisasi dan

ekternalisasi nilai-nilai. Sikap merupakan kemampuan menjadikan nilai-nilai

sebagai standar perilaku.

Benjamin Bloom (dalam Poerwanti, 2008:1-23) mengelompokkan

kemampuan manusia ke dalam dua ranah (domain) utama, yaitu ranah kognitif

dan ranah non-kognitif. Ranah non-kognitif dibedakan menjadi dua kelompok,

yaitu ranah afektif dan ranah psikomotorik. Setiap ranah diklasifikasikan secara

berjenjang mulai dari yang sederhana sampai yang kompleks.


40

1) Ranah Kognitif

Aspek kognitif dibedakan atas enam jenjang, yaitu: pengetahuan

(knowledge), pemahaman (comprehension), penerapan (application), analisis

(analysis), evaluasi, dan kreasi.

Dalam pembelajaran IPS, hasil belajar kognitif lebih menekankan pada

aspek pengetahuan dan berkenaan dengan hasil belajar intelektual. Tujuan

aspek kognitif berorientasi pada kemampuan berpikir yang mencakup

kemampuan intelektual yang lebih sederhana, yaitu mengingat sampai pada

kemampuan memecahkan masalah dalam kehidupan sehari-hari. Pembelajaran

IPS di SD ini bertujuan untuk mengembangkan pengetahuan sosial yang

berguna dalam kehidupan sehari-hari, setelah memiliki pengetahuan yang

cukup, barulah siswa tersebut dapat mengembangkan sikap maupun

keterampilannya.

2) Ranah Afektif

Ranah afektif diartikan sebagai internalisasi sikap yang menunjuk ke arah

pertumbuhan batiniah yang terjadi bila individu menjadi sadar tentang nilai

yang diterima dan kemudian mengambil sikap sehingga kemudian menjadi

bagian dari dirinya dalam membentuk nilai dan menentukan tingkah lakunya.

Jenjang kemampuan dalam ranah afektif, yaitu: menerima (receiving),

menjawab ( responding ), menilai (valuing), dan organisasi (organization).

Hasil belajar afektif lebih menekankan pada penilaian sikap siswa dalam

suatu pembelajaran. Penanaman sikap melalui pembelajaran IPS tidak terlepas

dari mengajarkan nilai dan sisten nilai yang berlaku di masyarakat. Strategi
41

pembelajaran nilai dan sistem nilai pada IPS bertujuan untuk membina dan

mengembangkan sikap mental yang baik. Sikap yang harus dikembangkan

dalam pembelajaran IPS adalah sikap menghargai, tenggang rasa, jujur, adil,

demokratis, bertanggung jawab, penghargaan terhadap alam, penghormatan

kepada Sang Pencipta, dll.

3) Ranah Psikomotor

Ranah psikomotor berkaitan dengan gerakan tubuh atau bagian-

bagiannya mulai dari yang sederhana sampai yang kompleks. Tingkatan

domain dalam ranah psikomotorik yaitu: gerakan refleks, gerakan dasar (basic

fundamental movements), gerakan persepsi (perceptual abilities), gerakan

kemampuan fisik (physical abilities), gerakan terampil (skilled movements),

gerakan indah dan kreatif (non-discursive communication).

Hasil belajar psikomotorik lebih menekankan pada aspek keterampilan

dan kemampuan bertindak setelah menerima pengalaman belajar. Dalam

pembelajaran IPS, keterampilan siswa harus diperhatikan dalam mencapai hasil

belajar yang baik, selain itu juga untuk bertahan dengan lingkungan

masyarakat. Keterampilan dasar IPS yang dapat diterapkan dalam kehidupan

bermasyarakat adalah keterampilan mental, personal, dan sosial.

Pada penelitian ini, hasil belajar yang akan diteliti adalah hasil belajar IPS

yang mencakup ranah kognitif, karena dalam penilaian hasil belajar IPS lebih

banyak mencakup ranah kognitif. Seseorang yang belajar diharapkan mampu

mengembangkan pengetahuan terlebih dahulu, setelah memiliki pengetahuan yang

cukup baru dapat mengembangkan sikap maupun keterampilannya. Hasil belajar


42

kognitif lebih menekankan pada aspek pengetahuan dan berkenaan dengan hasil

belajar intelektual. Pembelajaran IPS dapat tercapai dengan baik apabila siswa

mampu mencapai ranah kognitif dengan baik. Hasil belajar kognitif IPS ini

didapat setelah melakukan evaluasi yang berupa tes.

2.1.4 Pembelajaran IPS di SD

2.1.4.1 Pengertian IPS

Istilah Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) yang secara resmi mulai dipergunakan

di Indonesia sejak tahun 1975 adalah istilah Indonesia untuk pengertian social

studiesseperti di Amerika Serikat. Dalam dunia pengetahuan kemasyarakatan atau

pengetahuan sosial kita mengenal beberapa istilah seperti ilmu sosial, studi sosial,

dan ilmu pengetahuan sosial.

Ilmu sosial penekanannya pada keilmuan yang berkenaan dengan kehidupan

masyarakat atau kehidupan sosial. Oleh karena itu, ilmu sosial ini secara khusus

dipelajari dan dikembangkan ditingkat pendidikan tinggi. Mackenzie (dalam

Ischak, 2004:1.31) mengemukakan bahwa ilmu sosial adalah semua bidang ilmu

yang berkenaan dengan manusia dalam konteks sosialnya atau dengan kata lain

adalah semua bidang ilmu yang mempelajari manusia sebagai anggota

masyarakat.

Jarolimek (dalam Ischak, 2004:1.34) mengisyaratkan bahwa studi sosial

lebih bersifat praktis, yaitu memberikan kemampuan kepada anak didik dalam

mengelola dan memanfaatkan kekuatan-kekuatan fisik dan sosial dalam

menciptakan kehidupan yang serasi. Studi sosial ini juga mempersiapkan anak

didik untuk mampu memecahkan masalah sosial dan memiliki keyakinan akan
43

kehidupan masa mendatang. Sedangkan menurut Ischak (2004:1.35), studi sosial

adalah bidang pengetahuan dan penelaahan gejala dan masalah sosial di

masyarakat yang ditinjau dari berbagai aspek kehidupan sosial, dalam usaha

mencari jalan keluar dari masalah-masalah tersebut.

IPS adalah bidang studi yang mempelajari, menelaah, menganalisis gejala

dan masalah sosial di mayarakat dengan meninjau dari berbagai aspek kehidupan

atau satu perpaduan (Ischak, 2004:1.36).

Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan salah satu mata pelajaran yang

diberikan mulai dari SD/MI/SDLB sampai SMP/MTs/SMPLB. IPS mengkaji

seperangkat peristiwa, fakta, konsep, dan generalisasi yang berkaitan dengan isu

sosial. Pada jenjang SD/MI mata pelajaran IPS memuat materi Geografi, Sejarah,

Sosiologi, dan Ekonomi. Melalui mata pelajaran IPS, siswa diarahkan untuk dapat

menjadi warga negara Indonesia yang demokratis dan bertanggung jawab serta

warga dunia yang cinta damai.

2.1.4.2 Ruang Lingkup IPS

IPS sebagai program pendidikan, tidak hanya menyajikan pengetahuan

sosial semata-mata, melainkan harus pula membina peserta didik menjadi warga

masyarakat dan warga negara yang memiliki tanggung jawab atas kesejahteraan

bersama dalam arti yang seluas-luasnya. Oleh karena itu siswa yang dibinanya

tidak hanya cukup berpengetahuan dan berkemampuan berpikir tinggi, melainkan

harus pula memiliki kesadaran yang tinggi serta tanggung jawab yang kuat

terhadap kesejahteraan masyarakat, bangsa dan negara. Dengan demikian, pokok

bahasan yang disajikan, tidak hanya terbatas pada materi yang bersifat
44

pengetahuan, melainkan juga meliputi nilai-nilai yang wajib melekat pada siswa

sebagai warga masyarakat dan warga negara (Sumaatmadja, 2003:1.18).

Sebagai bidang pengetahuan, ruang lingkup IPS menjelaskan tentang

kehidupan manusia dalam masyarakat atau manusia sebagai anggota masyarakat

atau dapat juga dikatakan dalam konteks sosial. Ruang lingkup sebagai

pengetahuan jika ditinjau aspek-aspeknya meliputi hubungan sosial, ekonomi,

psikologi sosial, budaya, sejarah, geografi, dan aspek politik. Dari ruang lingkup

kelompoknya, meliputi keluarga; rukun tetangga; rukun kampung; warga desa;

organisasi masyarakat; sampai ke tingkat bangsa. Keluarga dengan skala karakter,

fungsi, peranan, kedudukan, dan proses perkembangannya merupakan salah satu

ruang lingkup penting IPS. Dalam masyarakat yang bagaimanapun, keluarga yang

merupakan segitiga abadi ini selalu ada. Mulai dari keluarga inilah tumbuhnya

seseorang menjadi suatu pribadi , dan dalam keluarga ini juga mulai berkembang

aspek-aspek kehidupan sosial yang meliputi hubungan sosial, ekonomi, psikologi

sosial, budaya, sejarah, geografi serta aspek politik.

Sebagai program pendidikan, ruang lingkup IPS juga menjelaskan tentang

nilai-nilai yang menjadi karakter program pendidikannnya. Nilai-nilai tersebut

mencakup nilai edukatif, nilai praktis, nilai teoritis, nilai filsafat, dan nilai ketu-

hanan (Sumaatmadja, 2003:1.18). Dalam proses pembelajaran pendidikan IPS,

guru harus tetap berpegang pada ruang lingkupnya, yaitu manusia sebagai anggota

masyarakat atau manusia dalam konteks sosial. Oleh karena itu, proses tersebut

tidak dapat terlepas dari kondisi masyarakat sebagai suatu kenyataan.


45

Secara bertahap dan berkesinambungan, lingkup masyarakat yang menjadi

objek formal dalam pembelajaran, mulai dari lingkungan keluarga, para tetangga,

kampung, desa, kabupaten, propinsi, dst., sedangkan yang menjadi objek

materialnya, meliputi aspek-aspek hubungan sosial, ekonomi, psikologi, budaya,

sejarah, geografi dan politik (Sumaatmadja, 2003:1.29).

Ruang lingkup mata pelajaran IPS meliputi aspek-aspek sebagai berikut :

1) manusia, tempat, dan lingkungan;

2) waktu, keberlanjutan, dan perubahan;

3) sistem sosial dan budaya;

4) perilaku ekonomi dan kesejahteraan (BSNP, 2006: 176).

Adapun ruang lingkup materi IPS kelas V semester 2 sesuai KTSP

(Permendiknas, 2006: 180) adalah sebagai berikut:

Tabel 2.1 Ruang Lingkup Materi IPS Kelas V semester Genap

Standar Kompetensi Kompetensi Dasar


1. Menghargai peranan tokoh 2.1 Mendeskripsikan perjuangan para
pejuang dan masyarakat tokoh pejuang pada masa penjaja-
dalam mempersiapkan dan han Belanda dan Jepang.
mempertahankan 2.2 Menghargai jasa dan peranan tokoh
kemerdekaan Indonesia. perjuangan dalam mempersiapkan
kemerdekaan Indonesia.
2.3 Menghargai jasa dan peranan tokoh
perjuangan dalam memproklamasi-
kan kemerdekaan Indonesia.
2.4 Menghargai perjuangan para tokoh
dalam mempertahankan
kemerdeka-
an Indonesia.
46

Berdasarkan tabel ruang lingkup materi IPS kelas V semester genap,

penelitian ini mengkaji pada Kompetensi Dasar 2.1 mendeskripsikan

perjuangan para tokoh pejuang pada masa penjajahan Belanda dan Jepang;

2.2 Menghargai jasa dan peranan tokoh perjuangan dalam mempersiapkan

kemerdekaan Indonesia, dengan indikator-indikator sebagai berikut 2.1.1

menyebutkan tokoh pejuang pada masa penjajahan Belanda dan Jepang;

2.1.2 menceritakan perjuangan tokoh pejuang pada masa penjajahan

Belanda dan Jepang; 2.1.3 menerapkan perjuangan para tokoh pejuang pada

masa penjajahan Belanda dalam kehidupan sehari-hari; 2.2.1 menyebutkan

tokoh yang berjuang dalam mempersiapkan kemerdekaan Indonesia; 2.2.2

menjelaskan beberapa usaha para tokoh dalam rangka mempersiapkan

kemerdekaan Indonesia, 2.2.3 menjelaskan cara menghargai jasa tokoh

perjuangan dalam mempersiapkan kemerdekaan Indonesia.

2.1.4.3 Tujuan IPS

Pendidikan IPS bertujuan untuk membina anak didik menjadi warga negara

yang baik, yang memiliki pengetahuan, keterampilan dan kepedulian sosial yang

berguna bagi dirinya sendiri serta bagi masyarakat dan negara. Untuk

merealisasikan tujuan tersebut, proses mengajar dan membelajarkannya tidak

hanya terbatas pada aspek-aspek pengetahuan (kognitif) dan keterampilan

(psikomotor) saja, melainkan meliputi juga aspek akhlak (afektif) dalam

menghayati serta menyadari kehidupan yang penuh dengan masalah, tantangan,

hambatan dan persaingan ini. Melalui pendidikan IPS, anak didik dibina dan

dikembangkan kemampuan mental-intelektual menjadi warga negara yang


47

berketerampilan dan berkepedulian sosial serta bertanggung jawab sesuai dengan

nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila (Sumaatmadja, 2003:1.10).

Hamalik (dalam Hidayati, 2008:1.24) merumuskan tujuan pendidikan IPS

berorientasi pada tingkah laku para siswa, yaitu:

1) Pengetahuan dan pemahaman

Salah satu pengajaran IPS adalah mentransmisikan pengetahuan dan

pemahaman tentang masyarakat berupa fakta-fakta dan ide-ide kepada anak.

Selain itu juga mengembangkan rasa kontinuitas dan stabilitas, memberikan

informasi dan teknik-teknik sehingga mereka dapat ikut memajukan

masyarakat sekiarnya.

2) Sikap hidup belajar

IPS juga bertujuan untuk mengemnbangkan sikap belajar yang baik. Artinya,

dengan belajar IPS anak memiliki kemampuan menyelidiki (inkuiri) untuk me-

nemukan ide-ide, konsep-konsep baru sehingga mereka mampu melakukan

perspektif untuk masa yang akan datang. Sikap belajar tersebut diarahkan pada

pengembangan motivasi untuk mengetahui, berimajinasi, minat belajar,

kemampuan merumuskan masalah dan hipotesis pemecahannya, keinginan

melanjutkan eksplorasi IPS sampai ke luar kelas, dan kemampuan menarik

kesimpulan berdasarkan data.

3) Nilai-nilai sosial dan sikap

Anak membutuhkan nilai-nilai untuk menafsirkan fenomena dunia sekitarnya,

sehingga mereka mampu melakukan perspektif.nilai-nilai sosial merupakan

unsur penting di dalam pengajaran IPS. Berdasarkan nilai-nilai sosial yang


48

berkembang dalam masyarakat, maka akan berkembang pula sikap-sikap soaial

anak. Faktor keluarga, masyarakat, pribadi/tingkah laku guru sendiri besar

pengaruhnya terhadap perkembangan nilai-nilai dan sikap anak. Guru dapat

mengembangkan sikap anak, misalnya menghormati dan menaati peraturan,

mengembangkan rasa tanggung jawab terhadap kesejahteraan masyarakat,

mengenal, dan menggunakan sumber-sumber alam dengan sebaik-baiknya,

baik kritis dan analitis, dan sebagainya.

4) Keterampilan

Anak belajar menggunakan keterampilan dan alat-alat studi sosial, misalnya

mencari bukti dengan berpikir ilmiah, keterampilan mempelajari data

masyarakat, mempertimbangkan validitas dan relevansi data, mengklasifikasi

dan menafsirkan data-data sosial, dan merumuskan kesimpulan. Dengan

demikian IPS memperkenalkan siswa bahwa manusia dalam hidup bersama

dituntut rasa tanggung jawab sosial. Mereka akan menyadari bahwa dalam

hidup bersama itu akan mengahadapi berbagai masalah.

Mata pelajaran IPS bertujuan agar siswa memiliki kemampuan sebagai

berikut:

1) Mengenal konsep-konsep yang berkaitan denagn kehidupan masyarakat dan

lingkungannya.

2) Memiliki kemampuan dasar untuk berpikir logis dan kritis, rasa ingin tahu,

inkuiri, memecahkan masalah, dan keterampilan dalam kehidupan sosial.

3) Memiliki komitmen dan kesadaran terhadap nilai-nilai sosial dan kemanusiaan


49

4) Memiliki kemampuan berkomunikasi, bekerjasama dan berkompetisi dalam

masyarakat yang majemuk, di tingkat lokal, nasional, dan global (BSNP, 2006:

175).

2.1.4.4 Karakteristik Pendidikan IPS SD

Bidang studi IPS merupakan gabungan ilmu-ilmu sosial yang terintegrasi

atau terpadu. Karena IPS terdiri dari disiplin ilmu-ilmu sosial, dapat dikatakan

bahwa IPS itu mempunyai ciri-ciri khusus atau karakteristik tersendiri yang

berbeda dengan bidang studi lainnya. Hidayati (2008:1-26) mengemukakan

karakteristik IPS dilihat dari materi dan strategi penyampaiannya sebagai berikut:

1) Materi IPS

Mempelajari IPS pada hakikatnya adalah menelaah interaksi antara individu

dan masyarakat dengan lingkungan (fisik dan sosial-budaya). Materi IPS digali

dari segala aspek kehidupan praktis sehari-hari di masyarakat. Oleh karena itu,

pengajaran IPS yang merupakan masyarakat sebagai sumber dan objeknya

merupakan suatu bidang ilmu suatu bidang ilmu yang tidak berpijak pada

kenyataan. Ada 5 macam sumber materi IPS antara lain:

a) Segala sesuatu atau apa saja yang ada dan terjadi di sekitar anak sejak dari

keluarga, sekolah, desa, kecamatan sampai lingkungan yang luas seperti

negara dan dunia dengan berbagai permasalahannya.

b) Kegiatan manusia misalnya: mata pencaharian, pendidikan, keagamaan,

produksi, komunikasi, dan transportasi.

c) Lingkungan geografi dan budaya meliputi segala aspek geografi dan

antropologi yang terdapat sejak dari lingkungan anak yang terdekat sampai
50

yang terjauh.

d) Kehidupan masa lampau, perkembangan kehidupan manusia, sejarah yang

dimulai dari sejarah lingkungan terdekat sampai yang terjauh, tentang tokoh

dan kejadian-kejadian yang besar.

e) Anak sebagai sumber materi meliputi berbagai segi, dari makanan, pakaian,

permainan, dan keluarga.

Masyarakat dan lingkungan memiliki peran yaitu selain menjadi sumber

materi IPS juga sekaligus menjadi laboratoriumnya. Pengetahuan konsep, teori-

teori IPS yang diperoleh anak di dalam kelas dapat dicocokkan sekaligus dalam

kehidupannya sehari-hari di masyarakat.

2) Strategi penyampaian pengajaran IPS

Menurut Mukminan (dalam Hidayati, 2008:1-27), strategi penyampaian

pengajaran IPS, sebagian besar adalah didasarkan pada suatu tradisi, yaitu

materi disusun dalam urutan: anak (diri sendiri),keluarga, masyarakat/tetangga,

kota, region, negara, dan dunia. Tipe kurikulum seperti ini disebut “The

Wedining Horizon or Expanding Environment Curriculum ”.

Tipe kurikulum tersebut, didasarkan pada asumsi bahwa anak pertama-

tama dikenalkan atau perlu memperoleh konsep yang berhubungan dengan

lingkungan terdekat atau diri sendiri. Selanjutnya secara bertahap dan

sistematis bergerak dalam lingkungan konsentrasi keluar dari lingkungan

tersebut, kemudian mengembangkan kemampuannya untuk menghadapi unsur-

unsur dunia yang lebih luas.

2.1.5 Karakteristik Siswa Sekolah Dasar


51

Di Indonesia pada saat ini, anak usia SD dimulai dari umur 6 tahun sampai

dengan 12 tahun. Secara psikologis, periode ini dikategorikan masa kanak-kanak

akhir. Para pendidik menyebut masa tersebut sebagai masa sekolah dasar,

sedangkan para psikolog menyebutnya sebagai masa berkelompok atau masa

penyesuaian diri. Sesuai dengan pendidikan anak usia sekolah dasar, guru perlu

memahami dengan benar sifat dan karakteristik siswa agar dapat mendidik dan

mengajar dengan baik, sehingga potensi dan kemampuan yang dimiliki oleh siswa

terbina dan terasah dengan optimal. Hidayati (2008: 1-29) menjelaskan

karakteristik siswa SD berdasarkan kelas-kelas yang terdapat di SD.

1) Karakteristik pada masa kelas rendah SD (Kelas 1, 2, dan 3)

a. Ada hubungan kuat antara keadaan jasmani dan prestasi sekolah.

b. Suka memuji diri sendiri.

c. Apabila tidak dapat menyelesaikan sesuatu, hal itu dianggapnya tidak

penting.

d. Suka membandingkan dirinya dengan anak lain dalam hal yang

menguntungkan dirinya.

e. Suka meremehkan orang lain.

2) Karakteristik pada masa kelas tinggi SD (Kelas 4, 5, dan 6)

a. Perhatiannya tertuju pada kehidupan praktis sehari-hari.

b. Ingin tahu, ingin belajar, dan realistis.

c. Timbul minat pada pelajaran-pelajaran khusus.

d. Anak memandang nilai sebagai ukuran yang tepat mengenai prestasi

belajarnya di sekolah.
52

Menurut Piaget dalam Rifa’i dan Anni (2012 : 32–35), perkembangan

kognitif mencakup empat tahap, yaitu :

1) Tahap Sensorimotorik (0-2 tahun). Pada tahap ini bayi menyusun pemahaman

dunia dengan mengkordinasikan pengalaman indera (sensori) mereka (seperti

melihat dan mendengar) dengan gerakan motorik (otot) mereka (menggapai

dan menyentuh). Pada awal tahap ini, bayi hanya memperlihatkan pola

reflektif untuk beradaptasi dengan dunia dan menjelang akhir tahap ini bayi

menunjukkan pola sensorimotorik yang lebih kompleks. Selama dalam tahap

ini, pengetahuan bayi tentang dunia adalah terbatas pada persepsi yang

diperoleh dari penginderaannya dan kegiatan motoriknya.

2) Tahap Pra-operasional (2-7 Tahun). Pada tahap ini pemikiran anak bersifat

simbolis, egoisentries, dan intuitif, sehingga tidak melibatkan pemikiran

operasional. Pemikiran pada tahap ini terbagi menjadi dua sub-tahap, yaitu

simbolik dan intutitif. Sub-tahap simbolis (2-4 tahun) yaitu di mana anak

secara mental sudah mampu mempresentasikan objek yang tidak nampak dan

penggunaan bahasa mulai berkembang ditunjukkan dengan sikap bermain,

sehingga muncul egoism dan animism. Sub-tahap intuitif (4-7 tahun) yaitu

pada tahap ini anak mulai menggunakan penalaran primitif dan ingin tahu

jawaban dari semua pertanyaan. Disebut intuitif karena anak merasa yakin

akan pengetahuan dan pemahaman mereka, namun belum menyadari

bagaiamana mereka bisa mengetahui cara-cara yang mereka ingin ketahui.

3) Tahap Operasional Kongkrit (7-11 tahun). Pada tahap ini anak mampu

mengoperasikan berbagai logika, namun masih dalam bentuk benda konkrit.


53

4) Tahap Operasional Formal (7-11 tahun). Pada tahap ini anak sudah mampu

berpikir abstrak, idealis, dan logis. Pemikiran operasional formal tampak lebih

jelas dalam pemecahan problem verbal. Pemikiran ini bisa menjadi fantasi,

sehingga mereka seringkali menunjukkan keinginan untuk segera mewujudkan

cita-citanya.

Menurut Piaget (dalam Hidayati, 2008: 1-29), usia siswa SD (7-12 tahun)

berada pada stadium operasional konkrit. Oleh karena itu, guru harus mampu

merancang pembelajaran yang dapat membangkitkan siswa, misalnya penggalan

waktu belajar tidak terlalu panjang, peristiwa belajar harus bervariasi, dan sajian

harus dibuat menarik bagi siswa. Hal ini dilakukan karena perhatian anak pada

tingkat usia tersebut masih mudah beralih, artinya dalam jangka waktu tertentu

perhatian anak dapat tertarik pada banyak hal, tetapi pada waktu tertentu pula

perhatian anak berpindah-pindah.

2.1.6 Hubungan Gaya Belajar dengan Hasil belajar

Hasil belajar merupakan suatu pencapaian yang diperoleh siswa dalam

proses belajar. Hasil belajar siswa pada hakikatnya adalah perubahan tingkah

laku. Tingkah laku sebagai hasil belajar dalam pengertian yang luas mencakup

bidang kognitif, afektif, dan psikomotoris. Untuk mengetahui seberapa jauh hasil

belajar yang diperoleh siswa, maka diperlukan pengukuran dan penilaian hasil

belajar tersebut. Menurut Suryabrata (dalam Ghufron, 2014:10), pengukuran

tersebut mencakup segala cara untuk memperoleh informasi mengenai hasil

belajar yang dapat dikuantifikasikan.


54

Peningkatan hasil belajar siswa dapat ditentukan beberapa faktor, yaitu

faktor eksternal dan faktor internal. Faktor eksternal di antaranya adalah

bagaimana lingkungan belajar dipersiapkan dan fasilitas-fasilitas diberdayakan,

sedangkan aspek internal meliputi aspek perkembangan anak dan keunikan per-

sonal individu anak.

Setiap siswa memiliki keunikan tersendiri dan antara siswa satu dengan

yang lainnya memiliki pengalaman hidup yang berbeda. Dalam kegiatan belajar,

siswa memiliki cara yang berbeda-beda dalam memperoleh suatu informasi. Cara

siswa dalam menyerap informasi tersebutlah yang dinamakan gaya belajar.

Marton dkk. (dalam Ghufron, 2014: 12) berpendapat bahwa kemampuan

seseorang untuk mengetahui sendiri gaya belajarnya dan gaya belajar orang lain

dalam lingkungannya akan meningkatkan efektivitasnya dalam belajar. Gaya

belajar mempunyai peran penting dalam pendidikan. Gaya belajar mempunyai

peran penting dalam bidang pendidikan. Berdasarkan hasil dari beberapa riset

belajar, Marton ( dalam Ghufron, 2014: 12) dengan mengukuhkan suatu

kesimpulan tentang hubungan konsep belajar individu sebagai salah satu usaha

yang dilakukan individu untuk belajar, dan hasil usaha individu untuk belajar.

Keberadaan dari hubungan tersebut secara spesifik berupa gaya belajar dan

pengukuran hasil belajar.

Siswa yang dapat memahami gaya belajarnya dan menerapkan gaya belajar

yang dimilikinya, maka hasil belajar yang diperoleh akan baik, namun jika siswa

tersebut belajar tidak sesuai gaya belajarnya, maka hasil belajar yang diperoleh

akan kurang baik.


55

2.2 KAJIAN EMPIRIS

Beberapa hasil penelitian terdahulu yang relevan tentang gaya belajar siswa

memperkuat peneliti melakukan penelitian serupa. Hasil penelitian tersebut antara

lain:

1) Penelitian yang dilakukan oleh Etin Solihatin dalam jurnal ilmiah Mimbar

Demokratis (Volume 10, No.1, Tahun 2011). Penelitian ini berjudul “Pengaruh

Strategi Pembelajaran dan Gaya Belajar terhadap Hasil Belajar Pendidikan

Kewarganegaraan”. Hasil penelitian menunjukan bahwa: (1) hasil belajar PKn

pada peserta didik yang memiliki gaya belajar field independent dan

mendapatkan strategi pembelajaran Cooperative Learning lebih tinggi daripada

peserta didik yang mendapatkan strategi belajar Ekspositori; (2) hasil belajar

PKn pada peserta didik yang memiliki gaya belajar field dependent dan

mendapat strategi pembelajaran Cooperative Learning lebih rendah daripada

peserta didik yang mendapatkan strategi pembelajaran Ekspositori; (3) terdapat

pengaruh interaksi antara strategi pembelajaran dan gaya belajar terhadap hasil

belajar PKn; (4) terdapat interaksi antara strategi pembelajaran dengan gaya

belajar terhadap hasil belajar PKn.

2) Penelitian yang dilakukan oleh Ramlah, S.Pd., M.Pd., Dani Firmansyah, S.

Pd., Hamzah Zubair, S.Si. pada tahun 2014 dalam Jurnal Ilmiah Solusi

(Volume 1, No. 3). Penelitian ini berjudul “ Pengaruh Gaya Belajar dan

Keaktifan Siswa Terhadap Prestasi Belajar Matematika (Survey pada SMP

Negeri di Kecamatan Klari Kabupaten Karawang)”. Hasil penelitian


56

menunjukkan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan gaya belajar terhadap

prestasi belajar matematika, hal ini ditunjukan dengan nilai sig = 0,001 < 0,05.

Terdapat pengaruh yang signifikan keaktifan terhadap prestasi belajar

matematika, hal ini dapat dilihat dari nilai F hitung = 13,418 > F tabel = 3, 08,

dengan sig= 0,00 < α = 0,05.

3) Penelitian yang dilakukan oleh Nur Oktavianti Lestari, Saur M. Tampubolon,

dan Yuyun Elizabeth Patras pada tahun 2015 (Volume 7, No. 2). Penelitian ini

berjudul “Analisis terhadap Pola Asuh dan Gaya Belajar Siswa Berprestasi”.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pola asuh orang tua siswa berprestasi di

Sekolah Dasar Negeri Papandayan bersifat demokratis. Subjek menunjukan

kombinasi gaya belajar visual, audio, dan kinestetik (gaya belajar vak), namun

subjek memiliki kecenderungan pada satu gaya belajar yaitu gaya belajar

visual. Prestasi subjek dari kelas I - III dikatakan baik, hal ini dibuktikan

dengan nilai raport subjek yang selalu berada di atas batas minimal prestasi

belajar. Berdasarkan hasil penelitian di atas dapat disimpulkan bahwa seorang

siswa berprestasi tidak terlepas dari pola asuh demokratis yang diterapkan

orang tua dan gaya belajar visual subjek.

4) Penelitian yang dilakukan oleh Abdul Halim pada tahun pelajaran 2009/2010

dalam jurnal Tabularasa PPS UNIMED (Volume 9, No. 2). Penelitian ini

berjudul “Pengaruh Strategi Pembelajaran dan Gaya Belajar Terhadap Hasil

Belajar Fisika Siswa SMPN 2 Secanggang Kabupaten Langkat”. Hasil

penelitian menunjukkan bahwa terdapat pengaruh antara strategi pembelajaran

terhadap hasil belajar fisika pada α = 5%. Hasil belajar fisika siswa yang diajar
57

dengan tipe STAD lebih tinggi dibandingkan tipe TPS. Ada pengaruh gaya

belajar terhadap hasil belajar fisika siswa pada α = 5%. Siswa yang memiliki

kecenderungan gaya belajar auditorial memperoleh hasil belajar fisika lebih

tinggi dibandingkan siswa dengan gaya belajar visual dan kinestetik. Terdapat

interaksi antara strategi pembelajaran dan gaya belajar terhadap hasil belajar

fisika siswa, Hasil uji lanjut menggunakan uji Scheffe diketahui bahwa

kelompok siswa yang memiliki kecenderungan gaya belajar auditorial

memperoleh hasil belajar fisika lebih tinggi dibandingkan kelompok lainnya.

5) Penelitian yang dilakukan oleh Khosiyah pada tahun 2012 dalam jurnal

Tabularasa PPS UNIMED (Volume 9, No.1) dengan judul “Pengaruh Strategi

Pembelajaran dan Gaya Belajar terhadap Hasil Belajar Pendidikan Agama

Islam Siswa SD Inti No. 060873 Medan”. Hasil penelitian menunjukan bahwa

Rata-rata hasil belajar PAI siswa diajar dengan strategi pembelajaran STAD (

X = 29,95) lebih baik daripada rata-rata hasil belajar siswa yang diajar dengan

strategi pembelajaran ekspositori ( X = 28,62). Hal ini menunjukkan bahwa

strategi STAD terbukti efektif dapat meningkatkan hasil belajar siswa secara

keseluruhan baik untuk kelompok siswa dengan gaya belajar visual, auditori

maupun kinestetik. Jika diperhatikan lebih lanjut bahwa dalam strategi

pembelajaran STAD rata-rata hasil belajar siswa dengan gaya belajar kinestetik

( X = 31,5) lebih tinggi daripada hasil belajar siswa dengan gaya belajar visual

( X = 29,14) maupun siswa dengan gaya belajar auditori ( X = 29,86).

Sedangkan pada strategi pembelajaran ekspositori, rata-rata hasil belajar siswa

dengan gaya belajar auditori ( X = 30,69) lebih tinggi daripada hasil siswa
58

dengan gaya belajar visual ( X = 26) maupun dengan gaya belajar kinestetik ( X

= 29,80). Hal ini menunjukkan bahwa gaya belajar cukup signifikan untuk

membedakan hasil belajar siswa. Hasil penelitian menunjukkan semua

hipotesis penelitian yaitu: (1) hasil belajar dari siswa dengan gaya belajar

visual, auditori dan kinestetik berbeda signifikan, dan (2) terdapat interaksi

antara strategi pembelajaran dan gaya belajar dalam memberikan pengaruh

terhadap hasil belajar siswa.

6) Penelitian yang dilakukan oleh Prihma Sinta Utami dan Abdul Gafur pada

tahun 2015 dalam jurnal Pendidikan IPS (Volume 2, No.1). Penelitian ini

berjudul “Pengaruh Metode Pembelajaran dan Gaya Belajar Siswa Terhadap

Hasil Belajar IPS di SMP Negeri di Kota Yogyakarta”. Hasil dari penelitian

tersebut menunjukan bahwa: (1) terdapat pengaruh antara gaya belajar terhadap

hasil belajar IPS siswa dan hasil belajar dengan metode Think Pair Share lebih

tinggi dibandingkan hasil belajar dengan metode Problem-Based Learning

pada kelompok gaya belajar visual; (2) hasil belajar dengan metode Think Pair

Share lebih tinggi dibandingkan hasil belajar dengan metode Problem-Based

Learning pada kelompok gaya belajar auditorial; (3) tidak terdapat pengaruh

antara metode pembelajaran dan gaya belajar terhadap hasil belajar IPS.

7) Penelitian yang dilakukan oleh Ni Kade Bintarini, A. A. I. N Marhaeni dan I

Wayan Lasmawan pada tahun 2013 dalam jurnal Program Pascasarjana

Universitas Pendidikan Ganesha (Volume 3, Hal. 1-11), dengan judul

“Determinasi Pemanfaatan Lingkungan Sekitar Sekolah sebagai Sumber

Belajar Terhadap Gaya Belajar dan Pemahaman Konsep IPS pada Siswa kelas
59

IV SDN Gugus Yudistira Kecamatan Negara.” Hasil penelitian menunjukkan

bahwa : (1) gaya belajar dengan pemanfaatan lingkungan sekolah sebagai

sumber belajar lebih baik secara signifikan dibandingkan dengan siswa yang

mengikuti pembelajaran konvensional (Fhitung = 41,467 dengan p < 0,05) ; (2)

pemahaman konsep IPS dengan pemanfaatan lingkungan seitar sekolah lebih

baik secara signifikan dibandingkan dengan siswa yang mengikuti

pembelajaran konvensional (Fhitung = 141,793 dengan p < 0,05) ; (3) gaya

belajar dan pemahaman konsep IPS lebih baik secara signifikan yang

mengikuti pembelajaran pemanfaatan lingkungan sekitar sekolah sebagai

sumber belajar dibandingkan dengan siswa yang mengikuti pembelajaran

konvensional (Fhitung = 86,169 dengan p < 0,05).

8) Penelitian yang lainnya juga dilakukan oleh Soghra Akbarai Chermahini, Ali

Ghanbari, Mohammad Ghanbari pada tahun 2013 dengan judul “Learning

Styles and Academic Performence of Students in English as a Second-

Language Class in Iran”. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat

hubungan yang signifikan antara gaya belajar dan kinerja dalam tes bahasa

Inggris. Dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa gaya belajar dapat

dianggap sebagai prediktor yang baik dari setiap kinerja akademik bahasa

kedua, dan itu harus diperhitungkan untuk meningkatkan hasil siswa khusus

dalam belajar dan mengajarkan bahasa kedua, dan juga menunjukkan bahwa

perbedaan individu dalam gaya belajar memainkan peran penting dalam

domain ini.
60

9) Penelitian yang dilakukan oleh Mary Wilson dalam Srate Journal (Volume 22,

No.1) yang berjudul “Students’ Learning Style Preferences and Teachers’

Instructional Strategies: Correlations Between Matched Styles and Academic

Achievement”. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang

signifikan antara variabel, yaitu antara gaya belajar yang sesuai dengan prestasi

akademik siswa.

10) Penelitian yang dilakukan oleh Dr.Oluwatomi M. Alade and Mrs Angela C.

Ogbo dalam IOSR Journal of Research & Method in Education (Volume 4, No.

1) yang berjudul “ A Comparative Study of Chemistry Students’ Learning

Styles Preferences in Selected Public and Private Schools in Lagos

Metropolis”. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan yang

signifikan antara preferensi gaya belajar siswa dan kinerja mereka dalam tes

kimia di kedua sekolah negeri dan swasta. Gaya belajar visual adalah gaya

belajar yang dominan di kalangan siswa di kedua jenis sekolah. Peneliti

merekomendasikan bahwa guru kimia harus menggunakan berbagai gaya

pengajaran untuk mengakomodasi berbagai gaya belajar siswa mereka.

2.3 KERANGKA BERPIKIR

Setiap siswa memiliki karakteristik yang berbeda-beda, termasuk dalam

kegiatan belajar. Hal tersebut dapat dilihat dari bagaimana cara ia memperoleh

suatu informasi dan cara siswa mengolah informasi tersebut. Cara memperoleh

informasi tersebutlah yang dinamakan gaya belajar.

Setiap siswa memiliki gaya belajarnya sendiri. Kunci menuju kesuksesan


61

adalah dapat menemukan keunikan gaya belajarnya sendiri. Tiap siswa

merupakan individu yang unik karena memiliki gaya belajar yang berbeda-beda.

Gaya belajar tersebut menjadi salah satu faktor penyebab keberhasilan siswa

dalam belajar. Siswa yang mampu belajar dengan menerapkan gaya belajar

mereka yang dominan dapat mencapai hasil belajar yang lebih tinggi

dibandingkan dengan siswa yang belajar dengan cara yang tidak sejalan dengan

gaya belajarnya. Apabila siswa dapat mengenali gaya belajarnya, maka siswa

tersebut akan lebih mudah dalam menerima pelajaran. Oleh karena itu, saat

mengajar guru harus dapat mengenali gaya belajar dari tiap siswanya. Guru harus

menggunakan metode dan media yang dapat melayani keunikan gaya belajar sis-

wanya yaitu visual, auditorial, dan kinestetik.

Berdasarkan uraian di atas dapat ditarik suatu kerangka berpikir seperti

berikut ini:

Hubungan antara gaya belajar dengan hasil belajar IPS

Gaya belajar siswa Hasil belajar kognitif


IPS
Gaya belajar visual  Nilai UTS IPS
semester genap
Gaya belajar auditorial tahun ajaran
2015/2016
Gaya belajar kinestetik

Ada hubungan yang positif dan signifikan


antara gaya belajar dengan hasil belajar IPS
62

Gambar 2.1. Kerangka Berpikir

2.4 HIPOTESIS

Sugiyono (2013:96) menyatakan bahwa hipotesis merupakan jawaban

sementara terhadap rumusan masalah, di mana rumusan masalah penelitian telah

dinyatakan dalam bentuk kalimat pertanyaan. Dikatakan sementara, karena

jawaban yang diberikan baru didasarkan pada teori yang relevan, belum

didasarkan pada fakta-fakta empiris yang diperoleh melalui pengumpulan data.

Berdasarkan latar belakang, kajian teori, dan kerangka berpikir, maka hipotesis

dalam penelitian ini adalah terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara

gaya belajar siswa dengan hasil belajar IPS pada siswa kelas V SDN di Gugus

Wibisono Kecamatan Jati Kabupaten Kudus.


BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 JENIS DAN DESAIN PENELITIAN

Penelitian yang dilakukan oleh peneliti menggunakan jenis penelitian

korelasi. Menurut Arikunto (2010: 4),penelitian korelasi adalah penelitian yang

dilakukan oleh peneliti untuk mengetahui tingkat hubungan antara dua variabel

atau lebih, tanpa melakukan perubahan, tambahan atau manipulasi terhadap data

yang memang sudah ada.Dalam penelitian korelasional ini menggunakan teknik

analisis kuantitatif. Penelitian kuantitatif dapat diartikan sebagai metode

penelitian yang berlandaskan pada filsafat positivisme. Filsafat positivisme

memandang realitas/gejala/fenomena itu dapat diklasifikasikan, relatif tetap,

konkrit, teramati, terukur, dan hubungan gejala bersifat sebab akibat (Sugiyono,

2013:14). Penelitian korelasi dengan pendekatan kuantitatif ini digunakan untuk

mengetahui apakah terdapat hubungan antara gaya belajar siswa dengan hasil

belajar IPS pada siswa kelas V SDN Gugus Wibisono Kecamatan Jati. Bentuk

hubungan dalam penelitian ini adalah hubungan kausal, yaitu hubungan yang

bersifat sebab akibat, karena ada variabel independen (variabel yang

mempengaruhi) dan dependen (dipengaruhi) (Sugiyono, 2013:59). Bentuk

hubungan penelitian ini dapat digambarkan dalam bagan sebagai berikut:


X Y

Gambar 3.1 Desain Penelitian Korelasional

63
64

Keterangan:

X = Gaya belajar siswa

Y = Hasil belajar IPS siswa

Selain termasuk penelitian korelasi, penelitian ini juga termasuk penelitian

ex post facto karena peneliti melakukan penelitian pada variabel yang sudah

terjadi sebelum penelitian dilaksanakan, yaitu variabel gaya belajar siswa serta

hasil belajar IPS pada saat Ulangan Tengah Semester 2. Hal ini selaras dengan

pendapat Arikunto (2010: 17) bahwa penelitian tentang variabel yang kejadiannya

sudah terjadi sebelum penelitian dilaksanakan, disebut penelitian ex post facto.

Hasil belajar IPS Ulangan Tengah Semester (UTS) semester 2 dipilih karena soal

UTS yang diberikan pada siswa di gugus Wibisono adalah sama.

3.2 PROSEDUR PENELITIAN

Arikunto (2010:61) menjelaskan tentang langkah-langkah dalam penelitian

adalah sebagai berikut:

1) Memilih masalah

Memilih masalah merupakan langkah awal dalam sebuah penelitian. Masalah

yang dipilih peneliti adalah gaya belajar siswa yang turut mempengaruhi hasil

belajar IPS di SDN Gugus Wibisono Kecamatan Jati Kabupaten Kudus yang

berjumlah 7 sekolah dasar.

2) Studi pendahuluan

Sebelum mengadakan penelitian yang sesungguhnya, peneliti mengadakan

suatu studi pendahuluan, yaitu menjajagi kemungkinan diteruskannya


65

pekerjaan meneliti. Dalam penelitian ini, studi pendahuluan yang dilakukan

peneliti adalah memperbanyak membaca referensi teoritis, dan penemuan

penelitian-penelitian terdahulu yang relevan dengan penelitian yang akan

dilaksanakan.

3) Merumuskan masalah

Agar penelitian dapat dilaksanakan sebaik-baiknya, maka peneliti harus

merumuskan masalahnya sehingga jelas dari mana harus mulai, ke mana

harus pergi dan dengan apa.

4) Merumuskan anggapan dasar

Anggapan dasar adalah sesuatu yang diyakini kebenarannya oleh peneliti

yang akan berfungsi sebagai hal-hal yang dipakai untuk tempat berpijak bagi

peneliti di dalam melaksanakan penelitinya. Dalam penelitian ini, peneliti

beranggapan bahwa terdapat hubungan gaya belajar siswa dengan hasil

belajar IPS pada siswa kelas V SD.

a) Hipotesis

Hipotesis merupakan kebenaran sementara yang ditentukan oleh peneliti,

tetapi masih harus dibuktikan, dites, atau diuji kebenarannya. Hipotesis

yang ditetapkan peneliti adalah terdapat hubungan yang positif dan

signifikan antara gaya belajar siswa dengan hasil belajar IPS pada siswa

Kelas V SDN Gugus Wibisono Kecamatan Jati?

5) Memilih pendekatan

Yang dimaksud pendekatan di sini adalah metode atau cara mengadakan

penelitian seperti halnya eksperimen atau non-eksperimen. Penentuan


66

pendekatan ini akan sangat menentukan apa variabel atau objek penelitian

yang akan ditatap, dan sekaligus menentukan subjek penelitian atau sumber

di mana kita akan memperoleh data. Pendekatan pada penelitian ini adalah

pendekatan kuantitatif, sampel, non-eksperimen, penelitian korelasi.

6) Menentukan variabel dan sumber data

Dalam penelitian ini terdapat dua variabel yaitu variabel independen dan

varibel dependen. Variabel independen atau yang mempengaruhi adalah gaya

belajar siswa, sedangkan variabel dependen atau yang dipengaruhi adalah

hasil belajar IPS. Sumber data dalam penelitian ini adalah siswa kelas V SDN

Gugus Wibisono Kecamatan Jati Kabupaten Kudus.

7) Menentukan dan menyusun instrumen

Setelah peneliti mengetahui dengan pasti ada yang akan diteliti dan dari mana

data bisa diperoleh, maka langkah yang segera diambil adalah menentukan

dengan apa data akan dikumpulkan. Instrumen ini sangat tergantung dari jenis

data dan dari mana diperoleh. Instrumen dalam penelitian ini adalah angket.

8) Mengumpulkan data

Dalam penelitian ini pengumpulan data dilakukan melaui angket dan

dokumentasi.

9) Analisis data

Data dalam penelitian ini berbentuk data interval, oleh karena itu teknik

analisis yang digunakan adalah korelasi Product Moment.

10) Menarik kesimpulan

Menarik kesimpulan merupakan langkah terakhir dari kegiatan penelitian.


67

Pekerjaan meneliti telah selesai, dan peneliti tinggal mengambil kesimpulan.

11) Menulis laporan

Kegiatan penelitian menuntut agar hasilnya disusun dan ditulis dalam bentuk

laporan penelitian agar hasil dan prosedur penelitian tersebut diketahui orang

lain, serta dapat mengecek kebenaran dari pekerjaan penelitain tersebut.

3.3 SUBJEK , LOKASI DAN WAKTU PENELITIAN

3.3.1 Subjek penelitian

Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas V SDN Gugus Wibisono

Kecamatan Jati kabupaten Kudus sebanyak 124 siswa.

3.3.2 Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di SDN Gugus Wibisono Kecamatan Jati yang

terdiri dari 7 SD, yaitu: SDN 1 Tumpangkrasak , SDN 2 Tumpangkrasak, SDN 3

Tumpangkrasak, SDN 1 Ngembal Kulon, SDN 2 Ngembal Kulon, SDN 3

Ngembal Kulon, dan SDN 4 Ngembal Kulon.

3.3.3 Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari sampai bulan Juni 2016.

3.4 POPULASI DAN SAMPEL PENELITIAN

3.4.1 Populasi Penelitian

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek/subjek yang

mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk

dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2013:117).


68

Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas V SDN Gugus Wibisono

Kecamatan Jati sebanyak 124 siswa dengan rincian sebagai berikut:

Tabel 3.1
Populasi Penelitian
No. Nama Sekolah Jumlah Siswa Kelas V
1. SDN 1 Tumpangkrasak 18
2. SDN 2 Tumpangkrasak 21
3. SDN 3 Tumpangkrasak 18
4. SDN 1 Ngembal Kulon 26
5. SDN 2 Ngembal Kulon 15
6. SDN 3 Ngembal Kulon 10
7. SDN 4 Ngembal Kulon 16
Jumlah 124
Sumber: Data Siswa Kelas V SDN Gugus Wibisono Kecamatan Jati Kabupaten

Kudus Tahun Pelajaran 2015/2016

3.4.2 Sampel Penelitian

Sugiyono (2013:118) menyatakan bahwa sampel adalah bagian dari

jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Dalam penelitian ini

teknik sampling yang digunakan adalah teknik Proportional Random Sampling,

jumlah anggota sampel yang diambil dari setiap sub-populasi berproporsi sama.

Arikunto (2010:182) menjelaskan bahwa teknik pengambilan sampel proporsi

atau sampel imbangan ini dilakukan untuk menyempurnakan penggunaan teknik

sampel berstrata atau sampel wilayah. Untuk memperoleh sampel yang

representatif, pengambilan subjek dari setiap strata atau setiap wilayah ditentukan

seimbang atau sebanding dengan banyaknya subjek dalam masing-masing strata

atau wilayah. Pada sampel random, peneliti mencampur subjek-subjek di dalam

populasi sehingga semua subjek dianggap sama. Penentuan ukuran sampel dari
69

populasi dari penelitian ini menggunakan rumus Slovin. Adapun rumusnya adalah

sebagai berikut

Keterangan:

n = jumlah sampel

N = jumlah populasi

d = nilai presisi 95% atau sig = 0,05.

(Bungin, 2014: 115)

Berdasarkan rumus tersebut, diperoleh jumlah sampel sebagai berikut:

= 94,656 (dibulatkan jadi 95)

Berdasarkan ukuran sampel di atas, peneliti menentukan perwakilan tiap

sekolah dengan menggunakan undian, nomor pada undian yang terambil itulah

yang dijadikan sampel. Peneliti mengambil undian sebanyak sampel yang

dibutuhkan untuk setiap sub populasi. Adapun rincian jumlah anggota sampel tiap

sub-populasi sebagai berikut.

Tabel 3.2
Sampel Penelitian
No. Nama Sekolah Jumlah Sampel
1. SDN 1 Tumpangkrasak

2. SDN 2 Tumpangkrasak
70

3. SDN 3 Tumpangkrasak

4. SDN 1 Ngembal Kulon

5. SDN 2 Ngembal Kulon

6. SDN 3 Ngembal Kulon

7. SDN 4 Ngembal Kulon

Jumlah 95 siswa

Sumber: Data penelitian tahun 2016

3.5 VARIABEL PENELITIAN

Menurut Sugiyono (2013:61), variabel penelitian adalah suatu atribut atau

sifat atau nilai dari orang, obyek atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu

yang ditetapkan peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpualnnya.

Variabel dapat diartikan sebagai konsep yang mempunyai nilai. Sedangkan

menurut Suharsimi Arikunto, variabel adalah objek penelitian atau apa yang

menjadi titik perhatian suatu penelitian. Dalam penelitian ini, variabel ditetapkan

ada dua, yaitu variabel bebas dan variabel terikat.

3.5.1 Variabel Bebas atau Independent Variable (X)

Variabel bebas merupakan variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi

sebab perubahannya atau timbulnya variabel dependen (variabel terikat). Variabel

bebas dalam penelitian ini yaitu gaya belajar siswayang meliputi gaya belajar

visual, gaya belajar auditorial dan gaya belajar kinestetik yang diberikan simbol

huruf X.
71

3.5.2 Variabel Terikat atau Dependent Variable (Y)

Variabel terikat merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi

akibat, karena adanya variabel bebas. Variabel terikat dalam penelitian ini adalah

hasil belajar IPS yang diberi simbol huruf Y.

3.6 DEFINISI OPERASIONAL

3.6.1 Variabel Gaya Belajar Siswa

Gaya belajar siswa adalah suatu cara yang ditempuh siswa dalam menerima

informasi dan mengolah informasi tersebut sehingga siswa memahami materi

yang disampaikan oleh guru. Gaya belajar yang dibahas dalam penelitian ini ada

tiga macam, yaitu:

1) Gaya belajar visual, yaitu belajar dengan cara melihat.

2) Gaya belajar auditorial, yaitu belajar dengan cara mendengarkan.

3) Gaya belajar kinestetik, yaitu belajar dengan cara bergerak.

3.6.2 Variabel Hasil Belajar IPS

Hasil belajar IPS merupakan variabel terikat (variabel yang dipengaruhi).

Hasil belajar merupakan perubahan tingkah laku yang terjadi setelah melalui

proses belajar, perubahan tingkah laku tersebut mencakup perubahan kognitif,

afektif, maupun psikomotorik siswa. Hasil belajar yang diteliti dalam penelitian

ini adalah hasil belajar IPS dalam aspek kognitif yang diperoleh dari nilai ulangan

tengah semester genap tahun pelajaran 2015/2016.


72

3.7 TEKNIK PENGUMPULAN DATA

3.7.1 Kuesioner/Angket

Menurut Sugiyono (2013: 199), kuesioner merupakan teknik pengumpulan

data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau

pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawabnya. Kuesioner merupakan

teknik pengumpulan data yang efisien bila peneliti tahu dengan pasti variabel

yang akan diukur dan tahu apa yang bisa diharapkan dari responden. Metode ini

digunakan untuk memperoleh data bimbingan gaya belajar siswa

Menurut Sutrisno Hadi (dalam Widoyoko, 2015: 34) penggunaan angket

sebagai metode pengumpulan data dalam penelitian didasarkan pada anggapan:

1) Bahwa subjek adalah orang yang paling tahu tentang dirinya sendiri.

2) Bahwa apa yang dinyatakan oleh subjek kepada peneliti adalah benar dan dapat

dipercaya.

3) Bahwa interpretasi subjek tentang pertanyaan-pertanyaan yang diajukan

kepadanya adalah sama dengan yang dimaksudkan oleh peneliti.

Dalam penelitian ini, metode angket digunakan untuk memperoleh data

tentang gaya belajar siswa. Angket yang digunakan dalam penelitian ini berbentuk

angket langsung, tertutup, dan berskala. Adapun yang dimaksud angket langsung

adalah responden diminta menjawab pernyataan dalam angket sesuai dengan

keadaan dirinya. Sementara itu yang dimaksud tertutup adalah responden sudah

diberi alternatif jawaban dan tinggal memilih jawaban mana yang sesuai dengan

dirinya, dan berskala artinya bahwa jawaban yang dipilih mempunyai skala nilai

yang berbeda. Pada angket berskala, peneliti menyediakan empat pilihan jawaban
73

yaitu:

1) SL (Selalu) : jika dilakukan 7 kali seminggu

2) SR (Sering) : jika dilakukan 4-6 kali seminggu

3) KD (Kadang-Kadang) : jika dilakukan 1-3 kali seminggu

4) TP (Tidak Pernah) : jika tidak pernah dilakukan sama sekali.

3.7.2 Dokumentasi

Menurut Arikunto (2010: 201), dokumentasi berasal dari kata dokumen

yang artinya barang-barang tertulis. Di dalam melaksanakan metode dokumentasi

peneliti menyelidiki benda-benda tertulis seperti buku-buku, majalah, dokumen,

peraturan-peraturan, notulen rapat, catatan harian dan sebagainya. Metode

dokumentasi ini digunakan untuk memperoleh hasil nilai UTS IPS semester 2

tahun pelajaran 2015/2016.

3.7.3 Wawancara

Wawancara merupakan cara pengumpulan data yang digunakan untuk

memperoleh informasi langsung dari sumbernya. Wawancara yang digunakan

dalam penelitian ini adalah wawancara tidak terstruktur hanya berupa garis-garis

besar permasalahan yang ditanyakan (Sugiyono, 2015: 191). Dalam wawancara

tidak terstruktur, peneliti belum mengetahui secara pasti jawaban apa yang akan

diperoleh, sehingga peneliti lebih banyak mendengarkan apa yang diceritakan

oleh responden. Wawancara tersebut dilakukan sebagai pendukung data yang

diperoleh dari teknik angket. Dalam penelitian ini, peneliti melakukan wawancara

dengan siswa kelas V di SDN Gugus Wibisono Kecamatan Jati Kabupaten Kudus.

Berikut kisi-kisi wawancara dengan siswa tentang gaya belajar siswa.


74

Tabel 3.3
Kisi-Kisi Wawancara dengan Siswa tentang Gaya Belajar
Jumlah
Sub No. Butir
Variabel Indikator Perta-
Variabel Pertanyaan
nyaan
Gaya Belajar dengan cara visual. 1 1
Belajar Mengingat apa yang dilihat
2 1
daripada apa yang didengar
Gaya
Rapi dan teratur 3 1
belajar
Tidak terganggu dengan
visual 4 1
keributan
Sulit menerima instruksi
5 1
verbal
Belajar dengan cara mende-
6 1
ngar.
Baik dalam aktivitas lisan. 7 1
Gaya Memiliki kepekaan terhadap
8 1
belajar Musik.
auditorial Mudah terganggu dengan
9 1
keributan.
Lemah dalam aktivitas
10 1
visual.
Belajar dengan aktivitas
11 1
fisik.
Peka terhadap ekspresi dan
12 1
bahasa tubuh
Gaya
Berorientasi pada fisik dan
belajar 13 1
banyak bergerak
kinestetik
Suka coba-coba dan kurang
14 1
rapi
Menyukai kerja kelompok
15 1
dan praktik.
Jumlah 15

3.8 INSTRUMEN PENELITIAN

Pada prinsipnya meneliti adalah melakukan pengukuran terhadap

fenomena sosial maupun alam. Dalam melakukan pengukuran, maka harus ada

alat ukur yang baik. Alat ukur dalam penelitian biasanya dinamakan instrumen

penelitian. Jadi, instrumen penelitian adalah suatu alat yang digunakan mengukur
75

fenomena alam maupun sosial yang diamati. Secara spesifik semua fenomena ini

disebut variabel penelitian (Sugiyono, 2013:147-148).

Instrumen dalam penelitian ini berbentuk angket atau kuesioner yang

disusun dengan skala likert. Skala likert digunkan untuk mengukur sikap,

pendapat, dan persepsi seseorang atau sekelompok orang tentang fenomena sosial.

Dengan skala likert, maka variabel yang akan diukur dijabarkan menjadi indikator

variabel, kemudian indikator tersebut dijadikan sebagai titik tolak untuk

menyusun item-item instrumen yang berupa pernyataan atau pertanyaan

(Sugiyono, 2013:148).

Angket yang dibuat berjumlah 36 pernyataan yang terdiri dari pernyataan

positif dan negatif. Angket yang disusun dengan skala likert pada penelitian ini,

subjek hanya diminta untuk memilih jawaban dengan memberi tanda checklist (√)

pada pilihan jawaban yang tersedia sesuai dengan keadaan yang

sebenarnya.Penelitian ini menggunakan skala likert dengan rentang 4 dikarenakan

jika menggunakan skala likert dengan rentang 5, seandainya semua responden

memiliki kecenderungan memberikan jawaban pada kategori tengah, dengan

alasan kemanusiaan, maka peneliti tidak memperoleh informasi yang pasti. Untuk

mengatasi hal ini, peneliti membuat tes skala likert dengan menggunakan kategori

pilihan genap yaitu rentang 4. Skala ukur dalam penelitian ini yaitu selalu, sering,

kadang-kadang, dan tidak pernah. Untuk keperluan analisis kuantitatif, maka

jawaban itu dapat diberi skor sebagai berikut:


76

Tabel 3.4
Tabel Penskoran Angket Gaya Belajar Siswa
Alternatif Pernyataan
Jawaban (+) (-)
Selalu 4 1
Sering 3 2
Kadang-Kadang 2 3
Tidak Pernah 1 4

Angket terlebih dahulu dibuat dengan menentukan indikator, yang

selanjutnya dirumuskan ke dalam kisi-kisi angket uji coba. Selanjutnya, disusun

angket yang akan digunakan. Angket yang telah disusun harus dilakukan uji coba

terlebih dahulu. Uji coba dilakukan karena angket tersebut belum merupakan

angket yang valid dan reliabel. Uji coba angket diberikan kepada 30 siswa diluar

populasi. Hal tersebut dilakukan untuk menjaga kerahasiaan instrumen agar tidak

terjadi kebocoran instrumen. Berikut ini kisi-kisi instrumen angket gaya belajar

siswa.

Tabel 3.5
Kisi-Kisi Instrumen Angket Gaya Belajar Siswa Sebelum Uji Coba
No. Butir
Sub Jumlah
Variabel Indikator Pernyataan
Variabel Pernyataan
(+) (-)
Gaya Belajar dengan cara
1,2 - 2
Belajar visual
Mengingat apa yang
dilihat daripada apa 3,4 - 2
Gaya
yang didengar
belajar
Rapi dan teratur 6,7 5 3
visual
Tidak terganggu
8,10 9 3
dengan keributan
Sulit menerima
12 11 2
instruksi verbal
Gaya Belajar dengan cara
13 14 2
belajar mendengar
auditorial Baik dalam aktivitas 15,16 17 3
77

lisan
Memiliki kepekaan
18, 19 - 2
terhadap musik
Mudah terganggu
20 21 2
dengan keributan
Lemah dalam aktivi-
22, 24 23 3
tas visual
Belajar dengan
- 25,26 2
aktivitas fisik
Peka terhadap
ekspresi dan bahasa 27, 28 - 2
Gaya tubuh
belajar Berorientasi pada fisik 29, 30,
- 3
kinestetik dan banyak bergerak 31
Suka coba-coba dan
32 33 2
kurang rapi
Menyukai kerja kelom-
34, 35 36 3
pok dan praktik.
Jumlah 36

3.8.1 Uji Coba Instrumen

3.8.1.1 Uji Validitas

Setelah instrumen penelitian selesai disusun, hal selanjutnya yang dilakukan

adalah uji validitas. Hasil penelitian yang valid, bila terdapat kesamaan antara data

yang terkumpul dengan data yang sesungguhnya terjadi pada objek yang diteliti

(Sugiyono, 2013:172). Arikunto (2013: 211) menjelaskan bahwa validitas adalah

suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat kevalidan atau kesahihan suatu

alat ukur. Suatu instrumen dikatakan valid apabila mampu mengukur apa yang

seharusnya diukur.

Angket yang digunakan sebagai pengumpul data terlebih dahulu diuji

validitasnya, jadi untuk mengukur validitas instrumen angket gaya belajar siswa

digunakan rumus Pearson Product. Adapun rumus yang dimaksud adalah:


78

∑ ∑ ∑

√{ ∑ ∑ }{ ∑ ∑ }

Keterangan:

= koefisien korelasi antara variabel X dan variabel Y

X = skor butir

Y = skor soal

N = jumlah responden uji coba

(Eko Putro Widoyoko, 2015: 147)

Widoyoko (2014: 156) apabila rxy hitung lebih besar atau sama dengan rxy

tabel (rh ≥ rt) berarti korelasi bersifat signifikan, artinya instrumen tersebut dapat

dikatakan valid. Begitu juga sebaliknya apabila rxy hitung lebih kecil atau sama

dengan rxy tabel (rh ≥ rt) berarti korelasi tidak signifikan kesimpulannya instrumen

tersebut tidak valid.

Nilai r hitung dihitung menggunakan program Ms. Excel 2007. Instrumen

angket diuji cobakan di luar populasi, yaitu di SDN 5 Jepang Kecamatan Mejobo

Kabupaten Kudus. Uji coba angket ini dilakukan oleh siswa kelas V yang

berjumlah 45 siswa. Untuk jumlah responden sebanyak 45 responden dengan taraf

signifikansi 5 %, maka r tabel yang diperoleh adalah 0,294, jadi apabila nilai r

hitung > r tabel (0,294) maka butir angket tersebut dikatakan valid, tetapi

sebaliknya jika r hitung < r tabel (0,294) maka butir angket tersebut dikatakan

tidak valid. Berdasarkan hasil uji coba instrumen angket yang sebanyak 36 butir

pernyataan didapat 30 butir pernyataan yang valid.


79

3.8.1.2 Uji Reliabilitas

Setelah melakukan validitas instrumen penelitian, tahap selanjutnya adalah

mengukur reliabilitas data. Hasil penelitian yang reliabel, bila terdapat kesamaan

data dalam waktu yang berbeda. Instrumen yang reliabel adalah instrumen yang

bila digunakan beberapa kali untuk mengukur objek yang sama akan

menghasilkan data yang sama, akan menghasilkan data yang sama (Sugiyono,

2013:172-173). Untuk mengetahui reliabilitas instrumen dalam penelitian ini

menggunakan rumus Alpha Cronbach yaitu sebagai berikut:


ri = { }

Keterangan:

k = mean kuadrat antara subjek

∑ = mean kuadrat kesalahan

= varians total

(Sugiyono, 2012: 365)

Rumus untuk varians total dan varians item:

∑ ∑
= -

= -

keterangan:

JKi= jumlah kuadrat seluruh skor item

JKs = jumlah kuadrat subjek

(Sugiyono, 2012: 365)


80

Nilai r hitung dihitung dengan menggunakan program Ms. Excel 2007.

Kriteria uji reliabilitas tersebut yaitu jika probabilitas atau tingkat kesalahan r

hitung > r tabel maka instrumen dapat dikatakan reliabel. Setelah didapat 30 butir

pernyataan yang valid, langkah selanjutnya yaitu menghitung reliabilitasnya.

Untuk jumlah responden sebanyak 45 responden, dengan taraf signifikansi 5 %

maka diperoleh r tabel yaitu 0,294, dan dari hasil perhitungan reliabilitas

diperoleh r hitung sebesar 0,842 sehingga r hitung > r tabel, jadi dapat dikatakan

bahwa instrumen angket gaya belajar siswa tersebut reliabel.

Tabel 3.6
Interprestasi Nilai Reliabilitas
Besarnya Nilai r Interprestasi
Antara 0,800-1,000 Tinggi
Antara 0,600-0,800 Cukup Tinggi
Antara 0,400-0,600 Agak Rendah
Antara 0,200-0,400 Rendah
Antara 0,000-0,200 Sangat Rendah

3.9 ANALISIS DATA

3.9.1 Analisis Statistik Deskriptif

Sugiyono (2015: 207) mengemukakan bahwastatistik deskriptif adalah

statistik yang digunakan untuk mengalisis data dengan cara mendeskripsikan atau

menggambarkan data yang telah terkumpul tanpa bermaksud membuat

kesimpulan yang berlaku secara umum. Dalam penelitian ini, untuk mengetahui

gaya belajar yang dimiliki siswa kelas V SDN Gugus Wibisono Kecamatan Jati

Kabupaten Kudus ini menggunakan statistik deskriptif.

3.9.1.1 Deskripsi Data Gaya Belajar Siswa

Data gaya belajar siswa diperoleh menggunakan teknik angket yang selanjut-
81

nya diolah menggunakan statistik deskriptif. Adapun untuk teknik angket, setiap

butir pernyataan diikuti dengan empat alternatif jawaban, yaitu “selalu, sering,

kadang-kadang, dan tidak pernah”, dengan skoring 4, 3, 2, 1 untuk pernyataan

positif, sedangkan untuk pernyataan negatif diberi skor 1,2,3,4. Jumlah item

pernyataan ada 30 item dengan rincian untuk pernyataan tentang gaya belajar

visual ada 10, pernyataan tentang gaya belajar auditorial ada 10, dan untuk

pernyataan tentang gaya belajar kinestetik ada 10 item. Setelah data terkumpul,

peneliti melakukan skoring (penilaian) terhadap data gaya belajar siswa dengan

standar skor yang telah ditentukan. Kemudian disusun dalam tabel hasil angket

gaya belajar siswa.

Selanjutnya masing-masing data disajikan dalam tabel distribusi frekuensi

skor mean dan tabel nilai distribusi frekuensi. Untuk menghitung sebaran

persentase dari frekuensi tersebut dapat digunakan rumus:

Keterangan:

N = jumlah kejadian

Fx = frekuensi individu

(Bungin. 2014: 182)

Setelah dilakukan penghitungan skor maka dilakukan penggolongan

kecenderungan gaya belajar siswa, masing-masing gaya belajar dihitung jumlah

siswanya dan dibandingkan dengan jumlah siswa seluruhnya, dilakukan

pemberian tingkatan gaya belajar siswa (visual, auditori, dan kinestetik) dan

peneliti menggolongkan skor gaya belajar siswa menjadi 4 kategori, yaitu Sangat
82

Baik, Baik, Cukup Baik, Kurang Baik (Widoyoko, 2015: 113). Adapun langkah

membuat tabel kategori gaya belajar siswa sesuai dengan pedoman yang dibuat

Widoyoko (2015:110) sebagai berikut:

1) Menetapkan skor tertinggi = skor tertinggi x jumlah butir pernyatan

= 4 x 30

= 120

2) Menetapkan skor terendah = skor terendah x jumlah butir pernyataan

= 1 x 30

= 30

3) Menetapkan jumlah kelas =4

4) Menetapkan jarak interval =

= 22,5 dibulatkan menjadi23

Berdasarkan hasil tersebut, maka disusun tabel kategori gaya belajar siswa

sebagai berikut:

Tabel 3.7
Kategori Gaya Belajar Siswa
Jumlah skor jawaban Klasifikasi Sikap
99 – 121 Sangat baik
76 – 98 Baik
53 – 75 Cukup Baik
30 – 52 Kurang Baik

3.9.1.2 Deskripsi Data Hasil Belajar IPS

Data hasil belajar IPS yang diperoleh dari hasil ulangan tengah semester 2
83

dideskripsikan berdasarkan kategori yang terdapat dalam buku petunjuk kegiatan

akademik IKIP Yogyakarta sebagai berikut:

Tabel 3.8
Kategori Hasil Belajar IPS
Interval Nilai Kategori
80 – 100 Baik Sekali
66 – 79 Baik
56 – 65 Cukup
40 – 55 Kurang
30 – 39 Gagal
Sumber: (Arikunto, 2013: 281)

3.9.2 Analisis Data Awal

3.9.2.1 Uji Normalitas

Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah data berdistribusi

normal atau tidak. Penggunaan statistik parametris mensyaratkan bahwa data

setiap variabel yang akan dianalisis harus berdistribusi normal. Dalam penelitian

ini peneliti menggunakan rumus Chi Kuadrat.

Langkah-langkah pengujian normalitas data dengan Chi Kuadrat adalah

sebagai berikut:

1) Merangkum data seluruh variabel yang akan diuji normalitasnya. Dalam hal ini

yang di uji normalitasnya yaitu variabel gaya belajar siswa dan hasil belajar

IPS siswa.

2) Menentukan jumlah kelas interval. Dalam hal ini jumlah kelas intervalnya = 6,

karena luas kurve normal dibagi menjadi enam, yang masing-masing luasnya

adalah 2,7%; 13,34%; 33,96%; 33,96%; 13,34%; 2,7%.

3) Menentukan panjang kelas interval yaitu: (data terbesar – data terkecil) dibagi

jumlah kelas interval (6).


84

4) Menyusun ke dalam tabel distribusi frekuensi yang sekaligus merupakan tabel

penolong untuk menghitung harga Chi Kuadrat

5) Menghitung frekuensi yang diharapkan (fh), dengan cara mengalikan

persentase luas tiap bidang kurve normal dengan jumlah anggota sampel.

6) Memasukkan harga-harga fh kedalam tabel kolom fh, sekaligus menghitung

harga-harga (fo – fh) dan dan menjumlahkannya.

Harga adalah merupakan harga Chi Kuadrat (χh2) hitung.

7) Membandingkan harga Chi Kuadrat hitung dengan Chi Kuadrat Tabel. Bila

harga Chi Kuadrat hitung lebih kecil atau sama dengan harga Chi Kuadrat

Tabel (χh2 ≤ χt2), maka distribusi data dinyatakan normal, dan bila lebih besar

(>) dinyatakan tidak normal.

3.9.2.2 Uji Linearitas

Langkah selanjutnya setelah uji normalitas adalah uji linearitas. Uji

linearitas dimaksudkan untuk mengetahui apakah garis regresi antara variabel X

(gaya belajar siswa) dan variabel Y (hasil belajar IPS) membentuk garis linear

atau tidak. Jika membentuk garis linear, maka regresi dapat dilanjutkan

(Sugiyono, 2016:265).

Pada uji linearitas, peneliti menggunakan bantuan program SPSS for

Windows Seri 21 dengan langkah-langkah sebagai berikut: klik Analyze –

Compare Means – Means. Masukkan variabel gaya belajar siswa (X) dimasukkan

pada kotak Independent List. Pilih kotak dialog Options dan mengaktifkan bagian

Test for Linearity. Pilih Continue lalu OK (Priyatno, 2010: 73-6). Dua variabel
85

dikatakan memiliki hubungan yang linear, apabila nilai signifikansinya kurang

dari 0,05.

3.9.3 Analisis Data Akhir

Pada penelitian ini, teknik analisis data yang digunakan untuk menguji

hipotesis ada tidaknya hubungan antara gaya belajar siswa dengan hasil belajar

IPS adalah korelasi product moment dan dilanjutkan dengan menentukan seberapa

signifikansi antar variabel dilakukan uji t (uji signifikansi)

3.9.3.1 Uji Product Moment

Untuk mengetahui besaran hubungan antara gaya belajar siswa (X) dan hasil

belajar IPS siswa (Y) menggunakan rumus korelasi Product moment sebagai

berikut:

Rumus korelasi Product Moment

∑ ∑ ∑

√{ ∑ ∑ }{ ∑ ∑ }

Keterangan:

= koefisien korelasi antara variabel X dan variabel Y

X = gaya belajar siswa

Y = hasil belajar siswa

N = jumlah responden pada sampel

(Eko Putro Widoyoko, 2015: 147)


86

Berdasarkan dari perhitungan rumus korelasi product moment di atas dapat

di jelaskan bahwa untuk taraf kesalahan 5% jika nilai rxy (hitung) lebih besar

dibandingkan dengan nilai rxy (tabel) ( rxy (hitung) > rxy (tabel) ), maka

hipotesis yang diajukan dapat di terima yaitu ada hubungan yang signifikan antara

gaya belajar siswa dengan hasil belajar siswa.

Tabel 3.9
Interpretasi Koefisien Korelasi
Interval Koefisien Tingkat Hubungan
0,00-0,199 Sangat Rendah
0,20-0,399 Rendah
0,40-0,599 Sedang
0,60-0,799 Kuat
0,80-1,000 Sangat Kuat

3.9.3.2 Uji Koefisien Determinasi

Setelah dilakukan uji korelasi, langkah selanjutnya yaitu melakukan uji

koefisien determinasi. Tujuan melakukan uji koefisien determinasi adalah untuk

mengetahui tingkat persentase keberpengaruhan atau kontribusi dari variabel X

terhadap variabel Y. Rumus yang digunakan dalam uji ini yaitu:

KD = r2 x 100%

Keterangan:

KD = koefisien determinasi (kontribusi variabel X terhadap variabel Y)

r2 = koefisien korelasi antara variabel X dan variabel Y.

(Sugiyono, 2012: 275)


87

Apabila Koefisien Determinasi (KD) yang diperoleh kurang dari 100%,

maka sisanya (100% - KD) merupakan kontribusi dari faktor-faktor lain yang

tidak diteliti dalam penelitian.


BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 DESKRIPSI DATA HASIL PENELITIAN

4.1.1 Subjek Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di sekolah dasar Gugus Wibisonoyang terletak di

Kecamatan Jati Kabupaten Kudus. Subyek dalam penelitian ini adalah semua

siswa kelas V di SDN 1 Tumpangkrasak, SDN 2 Tumpangkrasak, SDN 3

Tumpangkrasak, SDN 1 Ngembal Kulon, SDN 2 Ngembal Kulon, SDN 3

Ngembal Kulon, SDN 4 Ngembal Kulon Gugus Wibisono Kecamatan Jati

Kabupaten Kudusdengan sampel berjumlah 95siswa. Rincian sampel penelitian

sebagai berikut:

Tabel 4.1
Sampel Penelitian
No. Nama Sekolah Jumlah Siswa
1. SDN 1 Tumpangkrasak 14
2. SDN 2 Tumpangkrasak 16
3. SDN 3 Tumpangkrasak 14
4. SDN 1 Ngembal Kulon 20
5. SDN 2 Ngembal Kulon 11
6. SDN 3 Ngembal Kulon 8
7. SDN 4 Ngembal Kulon 12
Jumlah 95 Siswa

4.1.2 Deskripsi Data Gaya Belajar Siswa

Instrumen gaya belajar pada penelitian ini menggunakan skala likert yang

mempunyai pilihan jawaban selalu, sering, kadang-kadang, dan tidak pernah

dengan interval skor 1-4 dengan 30 item pernyataan positif dan negatif.Penskoran

88
89

untuk item pernyataan positifyaitu: selalu dengan skor 4, sering dengan skor 3,

kadang-kadang dengan skor 2, dan tidak pernah dengan skor 1, sedangkan untuk

penskoran item pernyataan negatif yaitu: selalu diberi skor 1, sering diberi skor 2,

kadang-kadang diberi skor 3, dan tidak pernah diberi skor 4.

Berdasarkan jawaban siswa pada saat mengisi angket, maka siswa yang

tergolong menggunakan gaya belajar visual sebanyak 54 siswa, siswa yang

menggunakan gaya belajar auditorial sebanyak 25 siswa, dan siswa yang

mengunakan gaya belajar kinestetik sebanyak 16 siswa,selanjutnya dihitung

persentase masing-masing gaya belajar. Berikut disajikan cara menghitung

persentase gaya belajar siswa kelas V SDN di Gugus Wibisono Kecamatan Jati

Kabupaten Kudus:

a) Persentase gaya belajar visual =

b) Persentase gaya belajar auditorial =

c) Persentase gaya belajar kinestetik = .

Data persentase gaya belajar siswa akan disajikan dalam bentuk diagram

lingkaran seperti berikut:


90

Pengelompokkan Gaya Belajar Siswa

Kinestetik
17%
Visual
Auditorial Visual
26% 57% Auditorial
Kinestetik

Gambar 4.1 Diagram Pengelompokkan Gaya Belajar Siswa

Pada diagram lingkaran, dapat dilihat jika 57% siswa cenderung memiliki

gaya belajar visual, 26% siswa cenderung memiliki gaya belajar auditorial, dan

17% siswa cenderung memiliki gaya belajar kinestetik. Setelah mengelompokkan

gaya belajar siswa, peneliti akan menggolongkan skor gaya belajar. Berikut

disajikan hasil analisis data statistik deskriptif gaya belajar :

Tabel 4.2
Analisis Deskriptif Data Gaya Belajar Siswa
Mean 92,17894737
Standard Error 0,835652771
Median 92
Mode 96
Standard Deviation 8,144935703
Sample Variance 66,3399776
Kurtosis 0,058335848
Skewness 0,322888704
Range 40
Minimum 72
Maximum 112
Sum 8757
Count 95

Sumber : Data diolah menggunakan microsoft excel, 2007


91

Tabel analisis deskriptif gaya belajar di atas menunjukkan bahwa rerata skor gaya

belajar siswa yang diperoleh sebesar 92,17894737dan skor yang paling banyak

muncul adalah 96 dengan standar deviasi sebesar 8,144935703. Kemudian

perolehan skor terendah sebesar 72 dan skor tertinggi sebesar 112 sehingga

diperoleh rentang data sebesar 40, dan dari data tersebut akan dibuat tabel

distribusi frekuensi gaya belajar.

Data skor variabel gaya belajar siswa dapat dibuat daftar distribusi frekuensi

dengan panjang kelas yang sama. Peneliti menggolongkan skor gaya belajar siswa

menjadi 4 kategori, yaitu sangat baik, baik, cukup baik, dan kurang baik. Langkah

selanjutnya yaitu membuat tabel kategori gaya belajar siswa sesuai dengan

pedoman dari Widoyoko (2015:143). Kategori didasarkan pada jumlah skor

jawaban seluruh siswa, diperoleh nilai maksimal (ideal) = 4 (skor butir maksimal)

x 30 (butir pernyataan) = 120. Nilai minimal = 1 (skor butir minimal) x 30 = 30.

Rentang = 120 – 30 = 90, dan panjang kelas = 90/4 = 22,5 dibulatkan menjadi 23.

Berdasarkan hasil tersebut maka disusun klasifikasi sebagai berikut.

Tabel 4.3
Distribusi Jawaban Variabel Gaya Belajar
Skor Jumlah Siswa Jumlah Siswa dalam Kategori
Persentase (%)
99 – 121 15 15,78% Sangat baik
76 – 98 79 83,15% Baik
53 – 75 1 1,05% Cukup Baik
30 – 52 0 0% Kurang Baik
Sumber: data penelitian tahun 2016

Data skor variabel gaya belajar siswa akan diinterpretasikan ke dalam

diagram seperti berikut:


92

Gaya Belajar Siswa


1%

16%
Sangat Baik
Baik
Cukup Baik
84% Kurang Baik

Gambar 4.2 Diagram Persentase Gaya Belajar Siswa

Diagram persentase gaya belajar siswa menunjukkan bahwa variabel gaya belajar

siswa untuk kategori sangat baik sebesar 16% (15 siswa), kategori baik sebesar

84% (79 siswa), dan kategori cukup baik sebesar 1% (1 siswa). Berdasarkan hasil

tersebut, dapat disimpulkan bahwa gaya belajar sebagian siswa kelas V SDN di

Gugus Wibisono Kecamatan Jati Kabupaten Kudus termasuk dalam kategori baik

yaitu sebesar 84%.

Untuk lebih jelas mengenai gaya belajar siswa, berikut ini akan diuraikan

deskripsi setiap indikator dari masing-masing gaya belajar.

a) Gaya belajar visual

1) Belajar dengan cara visual

Data gaya belajar visual siswa yang telah peneliti analisis dapat

diketahui kategori gaya belajar visual pada indikator belajar dengan cara

visual adalah sebagai berikut:


93

Tabel 4.4
Distribusi Skor Belajar dengan Cara Visual
Skor Jumlah Siswa Jumlah Siswa dalam Kategori
Persentase (%)
8–9 11 20,37% Sangat Baik
6–7 32 59,25% Baik
4–5 11 20,37% Cukup Baik
2–3 0 0% Kurang Baik
Sumber: Data Penelitian Tahun 2016

Tabel distribusi skor di atas menunjukkan bahwa indikator belajar dengan

cara visual yang berada pada kategori sangat baik ada 20,37% (11 siswa),

kategori baik sebesar 59,25% (32 siswa), kategori cukup baik sebesar

20,37% (11 siswa), dan kategori kurang baik sebesar 0%.

Hasil perhitungan angket mengenai indikator belajar dengan cara

visual diperkuat dengan hasil wawancara siswa kelas V SDN di Gugus

Wibisono yang menyatakan bahwa siswa lebih memahami materi IPS

dengan cara membaca materi sendiri, siswa lebih senang jika harus melihat

secara langsung proses pembelajaran tersebut.

2) Mengingat apa yang dilihat daripada apa yang didengar

Data gaya belajar visual siswa yang telah peneliti analisis dapat

diketahui kategori gaya belajar visual pada indikator mengingat apa yang

dilihat daripada apa yang didengaradalah sebagai berikut:

Tabel 4.5
Distribusi Skor Mengingat apa yang dilihat daripada apa yang didengar
Jumlah Siswa dalam
Skor Jumlah Siswa Kategori
Persentase (%)
8–9 9 16,66% Sangat Baik
6–7 33 61,11% Baik
4–5 11 20,37% Cukup Baik
2–3 1 1,85% Kurang Baik
Sumber: Data Penelitian Tahun 2016
94

Tabel distribusi skor di atas menunjukkan bahwa indikator mengingat apa

yang dilihat daripada apa yang didengar berada pada kategori sangat baik

sebesar 16,66% (9 siswa), kategori baik sebesar 61,11% (33 siswa), kategori

cukup baik sebesar 20,37% (11 siswa), dan kategori kurang baik sebesar

1,85% (1 siswa).

Hasil perhitungan angket tentang indikator mengingat apa yang dilihat

daripada apa yang didengar juga diperkuat dengan hasil wawancara, dari

hasil wawancara tersebut, peneliti mengetahui bahwa siswa yang memiliki

gaya belajar visual lebih mengingat materi IPS jika mereka membaca materi

secara langsung, siswa merasa kesulitan memahami materi jika hanya

mendengar penjelasan guru saja.

3) Rapi dan teratur

Data gaya belajar visual siswa yang telah peneliti analisis dapat

diketahui kategori gaya belajar visual pada indikator rapi dan teratur adalah

sebagai berikut:

Tabel 4.6
Distribusi Skor Rapi dan Teratur
Skor Jumlah Siswa Jumlah Siswa dalam Kategori
Persentase (%)
8–9 32 59,25% Sangat Baik
6–7 19 35,18% Baik
4–5 3 5,55% Cukup Baik
2–3 0 0% Kurang Baik
Sumber: Data Penelitian Tahun 2016

Tabel distribusi skor di atas menunjukkan bahwa indikator rapi dan teratur

berada pada kategori sangat baik sebesar 59,25% (32 siswa), kategori baik
95

sebesar 35,18% (19 siswa), kategori cukup baik sebesar 5,55% (3 siswa),

dan kategori kurang baik sebesar 0%.

Hasil angket tersebut diperkuat dengan hasil wawancara dengan siswa

yang menyebutkan bahwa siswa tersebut selalu memperhatikan

penampilannya, siswa akan selalu merapikan seragamnya dan selalu

memperhatikan kerapian pada buku catatannya.

4) Tidak terganggu dengan keributan

Data gaya belajar visual siswa yang telah peneliti analisis dapat

diketahui kategori gaya belajar visual pada indikator tidak terganggu dengan

keributan adalah sebagai berikut:

Tabel 4.7
Distribusi Skor Tidak Terganggu dengan Keributan
Jumlah Siswa dalam
Skor Jumlah Siswa Kategori
Persentase (%)
8–9 6 11,11% Sangat Baik
6–7 38 70,37% Baik
4–5 9 16,66% Cukup Baik
2–3 1 1,85% Kurang Baik
Sumber: Data Penelitian Tahun 2016

Tabel distribusi skor di atas menunjukkan bahwa indikator tidak terganggu

dengan keributan berada pada kategori sangat baik sebesar 11,11% (6

siswa), kategori baik sebesar 70,37% (38 siswa), kategori cukup baik

sebesar 16,66% (9 siswa), dan kategori kurang baik sebesar 1,85% (1

siswa).

Hasil perhitungan angket diperkuat dengan hasil wawancara bahwa

siswa bergaya belajar visual lebih mengingat apa yang dilihat daripada dide-
96

ngarnya, jadi siswa tidak terlalu memperhatikan suara yang ada

disekitarnya, dan mereka tidak akan terganggu dengan keributan di

sekitarnya.

5) Sulit menerima instruksi verbal

Data gaya belajar visual siswa yang telah peneliti analisis dapat

diketahui kategori gaya belajar visual pada indikator sulit menerima

instruksi verbal adalah sebagai berikut:

Tabel 4.8
Distribusi Skor Sulit menerima instruksi verbal
Skor Jumlah Siswa Jumlah Siswa dalam Kategori
Persentase (%)
8–9 11 20,37% Sangat Baik
6–7 35 64,81% Baik
4–5 8 14,81% Cukup Baik
2–3 0 0% Kurang Baik
Sumber: Data Penelitian Tahun 2016

Tabel distribusi skor di atas menunjukkan bahwa indikator sulit menerima

instruksi verbal berada pada kategori sangat baik sebesar 20,37% (11

siswa), kategori baik sebesar 64,81% (35 siswa), kategori cukup baik

sebesar 14,81% (8 siswa), dan kategori kurang baik sebesar 0%.

Hasil perhitungan angket juga diperkuat dengan hasil wawancara,

yang menyatakan bahwa siswa yang memiliki gaya belajar visual mudah

lupa jika guru hanya menyampaikan materi secara lisan saja, sehingga siswa

meminta bantuan teman untuk menjelaskan materi IPS.

b) Gaya belajar auditorial

1) Belajar dengan cara mendengar

Data gaya belajar auditorial siswa yang telah peneliti analisis dapat
97

diketahui kategori gaya belajar auditorial pada indikator tidak terganggu

dengan keributan adalah sebagai berikut:

Tabel 4.9
Distribusi Skor Belajar dengan Cara Mendengar
Skor Jumlah Siswa Jumlah Siswa dalam Kategori
Persentase (%)
8-9 3 12% Sangat Baik
6–7 19 76% Baik
4–5 3 24% Cukup Baik
2–3 0 0% Kurang Baik
Sumber: Data Penelitian Tahun 2016

Tabel distribusi skor di atas menunjukkan bahwa indikator belajar dengan

cara mendengar berada pada kategori sangat baik sebesar 12% (3 siswa),

kategori baik sebesar 76% (19 siswa), kategori cukup baik sebesar 12% (3

siswa), dan kategori kurang baik sebesar 0%.

Hasil wawancara juga menyatakan bahwa siswa yang bergaya belajar

auditorial lebih mengandalkan pendengarannya dalam kegiatan belajarnya.

Siswa lebih mudah mengingat hanya dengan mendengarkan penjelasan guru

saja.

2) Baik dalam aktivitas lisan

Data gaya belajar auditorial siswa yang telah peneliti analisis dapat

diketahui kategori gaya belajar auditorial pada indikator baik dalam

aktivitas lisan adalah sebagai berikut:

Tabel 4.10
Distribusi Skor Baik dalam Aktivitas Lisan
Skor Jumlah Siswa Jumlah Siswa dalam Kategori
Persentase (%)
8-9 7 28% Sangat Baik
6–7 18 72% Baik
4–5 0 0% Cukup Baik
2–3 0 0% Kurang Baik
98

Tabel distribusi skor di atas menunjukkan bahwa indikator baik dalam

aktivitas lisan yang berada pada kategori sangat baik sebesar 28% (7 siswa),

kategori baik sebesar 72% (18 siswa).

Hasil perhitungan angket tersebut diperkuat dengan hasil wawancara,

yang menyatakan bahwa siswa fasih dalam berbicara, sehingga siswa suka

menjelaskan sesuatu dengan panjang lebar. Siswa juga mampu mengulangi

materi yang disampaikan guru secara rinci.

3) Memiliki kepekaan terhadap musik

Data gaya belajar auditorial siswa yang telah peneliti analisis dapat

diketahui kategori gaya belajar auditorial pada indikator memiliki kepekaan

terhadap musik adalah sebagai berikut:

Tabel 4.11
Distribusi Skor Memiliki Kepekaan terhadap Musik
Skor Jumlah Siswa Jumlah Siswa dalam Kategori
Persentase (%)
8-9 4 16% Sangat Baik
6–7 14 56% Baik
4–5 5 20% Cukup Baik
2–3 2 8% Kurang Baik
Sumber: Data Penelitian Tahun 2016

Tabel distribusi skor di atas menunjukkan bahwa indikator memiliki

kepekaan terhadap musik berada pada kategori sangat baik sebesar 16% (4

siswa), kategori baik sebesar 56% (14 siswa), kategori cukup baik sebesar

20% (5 siswa), dan kategori kurang baik sebesar 8% (2 siswa).

Hasil wawancara juga menyatakan bahwa siswa mampu mengingat

materi dengan mendengarnya saja. Siswa lebih senang jika guru


99

menjelaskan materi melalui lagu, karena siswa merasa suasana

pembelajaran menjadi menyenangkan.

4) Mudah terganggu dengan keributan

Data gaya belajar auditorial siswa yang telah peneliti analisis dapat

diketahui kategori gaya belajar auditorial pada indikator mudah terganggu

dengan keributan adalah sebagai berikut:

Tabel 4.12
Distribusi Skor Mudah Terganggu dengan Keributan
Jumlah Siswa dalam
Skor Jumlah Siswa Kategori
Persentase (%)
4 10 40% Sangat Baik
3 14 56% Baik
2 0 0% Cukup Baik
1 1 4% Kurang Baik
Sumber: Data Penelitian Tahun 2016

Tabel distribusi skor di atas menunjukkan bahwa indikator mudah terganggu

dengan keributan berada pada kategori sangat baik sebesar 40% (10 siswa),

kategori baik sebesar 56% (14 siswa), kategori cukup baik sebesar 0%, dan

kategori kurang baik sebesar 4% (1 siswa).

Hasil wawancara juga menyatakan bahwa siswa merasa terganggu jika

ada teman yang ribut di kelas. Siswa tidak dapat berkonsentrasi jika keadaan

kelas ramai. Siswa akan mencari suasana yang nyaman agar ia bisa belajar

dengan tenang.

5) Lemah dalam aktivitas visual

Data gaya belajar auditorial siswa yang telah peneliti analisis dapat

diketahui kategori gaya belajar auditorial pada lemah dalam aktivitas visual

adalah sebagai berikut:


100

Tabel 4.13
Distribusi Skor Lemah dalam Aktivitas Visual
Skor Jumlah Siswa Jumlah Siswa dalam Kategori
Persentase (%)
12 – 14 1 4% Sangat Baik
9 – 11 24 96% Baik
6–8 0 0% Cukup Baik
3–5 0 0% Kurang Baik
Sumber: Data Penelitian Tahun 2016

Tabel distribusi skor di atas menunjukkan bahwa indikator lemah dalam

aktivitas visual berada pada kategori sangat baik sebesar 4% (1 siswa),

kategori baik sebesar 96% (24 siswa). Hasil wawancara menyatakan bahwa

siswa merasa kesulitan memahami tulisan guru di papan tulis. Siswa lebih

memahami materi IPS dengan mendengar penjelasan guru saja.

c) Gaya belajar kinestetik

1) Belajar dengan aktivitas fisik

Data gaya belajar kinestetik siswa yang telah peneliti analisis dapat

diketahui kategori gaya belajar kinestetik pada indikator belajar dengan

aktivitas fisik adalah sebagai berikut:

Tabel 4.14
Distribusi Skor Belajar dengan Aktivitas Fisik
Jumlah Siswa dalam
Skor Jumlah Siswa Kategori
Persentase (%)
4 7 43,75% Sangat Baik
3 9 56,25% Baik
2 0 11,57% Cukup Baik
1 0 4,21% Kurang Baik
Sumber: Data Penelitian Tahun 2016

Tabel distribusi skor di atas menunjukkan bahwa indikator belajar dengan

aktivitas fisik berada pada kategori sangat baik sebesar 43,75% (7 siswa),
101

kategori baik sebesar 56,25% (9 siswa). Hasil angket tersebut juga diperkuat

dengan hasil wawancara, yang menyatakan bahwa siswa dengan gaya

belajar kinestetik suka bergerak-gerak dan memainkan alat tulisnya. Siswa

merasa cepat bosan, sehingga siswa merasa tidak tahan jika harus duduk

lama untuk mendengarkan penjelasan guru.

2) Peka terhadap ekspresi dan bahasa tubuh

Data gaya belajar kinestetik siswa yang telah peneliti analisis dapat

diketahui kategori gaya belajar kinestetik pada indikator peka terhadap

ekspresi dan bahasa tubuh adalah sebagai berikut:

Tabel 4.15
Distribusi Skor Peka Terhadap Ekspresi dan Bahasa Tubuh
Skor Jumlah Siswa Jumlah Siswa dalam Kategori
Persentase (%)
8-9 4 25% Sangat Baik
6–7 10 62,5% Baik
4–5 2 12,5% Cukup Baik
2–3 0 0% Kurang Baik
Sumber: Data Penelitian Tahun 2016

Tabel distribusi skor di atas menunjukkan bahwa peka terhadap ekspresi dan

bahasa tubuh berada pada kategori sangat baik sebesar 25% (4 siswa),

kategori baik sebesar 62,5% (10 siswa), kategori cukup baik sebesar 12,5%

(2 siswa).

Hasil wawancara menunjukkan bahwa siswa lebih mudah menghafal

materi hanya dengan melihat guru menyampaikan materi. Siswa juga

senang mempraktikkannya sambil berjalan.

3) Berorientasi pada fisik dan banyak bergerak

Data gaya belajar kinestetik siswa yang telah peneliti analisis dapat
102

diketahui kategori gaya belajar kinestetik pada indikator berorientasi pada

fisik dan banyak bergerak adalah sebagai berikut:

Tabel 4.16
Distribusi Skor Berorientasi pada Fisik dan Banyak Bergerak
Skor Jumlah Siswa Jumlah Siswa dalam Kategori
Persentase (%)
12 – 14 3 18,75% Sangat Baik
9 – 11 8 50% Baik
6–8 5 31,25% Cukup Baik
3–5 0 0% Kurang Baik
Sumber: Data Penelitian Tahun 2016

Tabel distribusi skor di atas menunjukkan bahwa indikator berorientasi pada

fisik dan banyak bergerak berada pada kategori sangat baik sebesar 18,75%

(3 siswa), kategori baik sebesar 50% (8 siswa), kategori cukup baik sebesar

31,25% (5 siswa). Hasil wawancara menyatakan bahwa siswa sering

menggunakan jari tangannya sebagai penunjuk ketika membaca, siswa juga

sering menggerakkan kepalanya saat membaca.

4) Suka coba-coba dan kurang rapi

Data gaya belajar kinestetik siswa yang telah peneliti analisis dapat

diketahui kategori gaya belajar kinestetik pada indikator suka coba-coba dan

kurang rapi adalah sebagai berikut:

Tabel 4.17
Distribusi Skor Suka Coba-Coba dan Kurang Rapi
Skor Jumlah Siswa Jumlah Siswa dalam Kategori
Persentase (%)
8–9 2 12,5% Sangat Baik
6–7 14 87,5% Baik
4–5 0 0% Cukup Baik
2–3 0 0% Kurang Baik
Sumber: Data Penelitian Tahun 2016
103

Tabel distribusi skor di atas menunjukkan bahwa indikator suka coba-coba

dan kurang rapi berada pada kategori sangat baik sebesar 12,5% (2 siswa),

kategori baik sebesar 87,5% (14 siswa). Hasil wawancara menyatakan

bahwa siswa yang bergaya belajar kinestetik lebih suka mengerjakan

sesuatu tanpa disuruh guru terlebih dahulu, siswa juga kurang

memperhatikan penampilannya.

5) Menyukai kerja kelompok dan praktik

Data gaya belajar kinestetik siswa yang telah peneliti analisis dapat

diketahui kategori gaya belajar kinestetik pada indikator lemah dalam

aktivitas belajar adalah sebagai berikut:

Tabel 4.18
Menyukai Kerja Kelompok dan Praktik
Jumlah Siswa dalam
Skor Jumlah Siswa Kategori
Persentase (%)
8–9 2 12,5% Sangat Baik
6–7 14 87,5% Baik
4–5 0 0% Cukup Baik
2–3 0 0% Kurang Baik
Sumber: Data Penelitian Tahun 2016

Tabel distribusi skor di atas menunjukkan bahwa indikator menyukai kerja

kelompok dan praktik berada pada kategori sangat baik sebesar 12,5% (2

siswa), kategori baik sebesar 87,5% (14 siswa). Hasil perhitungan angket

tersebut juga diperkuat dengan hasil wawancara yang menyatakan bahwa

siswa bersemangat jika guru menyuruh untuk kerja kelompok. Siswa akan

bertanggung jawab dengan tugas yang diamanatkannya.


104

4.1.3 Deskripsi Data Hasil Belajar IPS

Variabel terikat dalam penelitian ini adalah hasil belajar IPS yang diambil

dari dokumentasi hasil ulangan tengah semester 2, peneliti menggunakan

penelitian jenis ex post facto yaitu dimana data atau nilai hasil belajar diambil dari

nilai hasil Ulangan Tengah Semester Genap tahun ajaran 2015/2016. Berikut

disajikan hasil analisis data statistik deskriptifnya:

Tabel 4.19
Analisis Deskriptif Data Hasil Belajar IPS
Mean 78,536842
Standard Error 0,908318
Median 80
Mode 74
Standard Deviation 8,8531885
Sample Variance 78,378947
Kurtosis 0,1970936
Skewness -0,290123
Range 46
Minimum 52
Maximum 98
Sum 7461
Count 95
Sumber : Data diolah menggunakan microsoft excel, 2007

Berdasarkan tabel yang disajikan di atas dapat diketahui bahwa rerata nilai hasil

belajar Ilmu Pengetahuan Sosial yang diperoleh sebesar 78,536842dan nilai yang

paling banyak muncul adalah 74 dengan standar deviasi sebesar8,8531885.

Perolehan nilai terendah sebesar 52 dan nilai tertinggi sebesar 98 sehingga

diperoleh rentang data sebesar 46. Selanjutnya dilakukan pengkategorian data

hasil belajar Ilmu Pengetahuan Sosial untuk menunjukkan kategori hasil belajar

IPSpada siswa kelas V SDN di Gugus Wibisono Kecamatan Jati kabupaten Kudus
105

berada pada kategori yang mana, maka terdapat 5 kategori, yaitu baik sekali, baik,

cukup, kurang, dan gagal.

Tabel 4.20
Distribusi NilaiHasil Belajar IPS
Kategori Nilai Frekuensi Persen (%) Kumulatif
Persen
Baik Sekali 80 – 100 50 52,63% 53%
Baik 66 – 79 36 37,89% 38%
Cukup 56 – 65 8 8,42% 8%
Kurang 40 – 55 1 1,05% 1%
Gagal 30 – 39 0 0% 0%
Total 95 100% 100%
Sumber: Data Penelitian Tahun 2016

Tabel di atas menunjukkan bahwa nilai ulangan tengah semester genap kelas V

SDN di gugus Wibisono Kecamatan Jati Kabupaten Kudus yang berada pada

kategori baik sekali sebanyak 50 siswa (53%), kategori baik sebanyak 36 siswa

(38%), kategori cukup sebanyak 8 siswa (8%), kategori kurang sebanyak 1 siswa

(1%), sedangkan kategori gagal tidak ada.

Berikut ini distribusi nilai hasil belajar Ilmu Pengetahuan Sosial dibuat

dalam bentuk diagram batang :

Nilai Ulangan Tengah Semester Genap IPS


Tahun Pelajaran 2015/2016
60% 53%
50%
38%
40%
30%
20%
8%
10% 1%
0%
Baik Sekali Baik Cukup Kurang

Gambar 4.3 Diagram Distribusi Nilai Hasil Belajar IPS


106

Berdasarkan hasil tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa subjek dalam

penelitian yaitu siswa kelas V SDN di Gugus Wibisono Kecamatan Jati

Kabupaten Kudus memiliki hasil belajar Ilmu Pengetahuan Sosial dalam kategori

baik sekali yaitu sebesar 53%.

4.1.4 Hasil Analisis Data Awal

4.1.4.1 Uji Normalitas Data

Dalam analisis data awal, peneliti melakukan uji normalitas gaya belajar dan

hasil belajar IPS dengan bantuan Ms. Excel 2007 dengan menggunakan teknik chi

kuadrat. Berdasarkan perhitungan dengan Ms. Excel 2007, diketahui bahwa harga

Chi Kuadrat untuk masing-masing variabel yaitu untuk data gaya belajar siswa

harga Chi Kuadrat hitung = 5,941725, sedangkan data hasil belajar IPS harga Chi

Kuadrat hitung = 9,32634. Harga tersebut selanjutnya dibandingkan dengan harga

Chi Kuadrat tabel dengan dk (derajat kebebasan) 6 – 1 = 5, dan taraf kesalahan

5% maka harga Chi Kuadrat tabel = 11,070. Harga Chi Kuadrat hitung data gaya

belajar siswa lebih kecil dari harga Chi Kuadrat tabel (5,941 < 11,070) dan harga

Chi Kuadrat hitung data hasil belajar IPS lebih kecil dari harga Chi Kuadrat tabel

(9,326 < 11,070), maka distribusi data gaya belajar siswa (X) dan data hasil

belajar IPS (Y) tersebut normal.

4.1.4.2 Uji Linearitas Data

Uji linearitas digunakan untuk mengetahui linearitas data, yaitu apakah dua

variabel mempunyai hubungan yang linear atau tidak, apabila tidak linear maka

analisis regresi tidak dapat dilanjutkan ( Sugiyono, 2013:265 ). Pada penelitian

ini, uji linearitas menggunakan bantuan program SPSS for Windows Seri 21
107

dengan langkah-langkah sebagai berikut: Klik Analyze – Compare Means –

Means, kemudian masukkan variabel hasil belajar IPS (Y) ke dalam kotak

Dependent List, sedangkan variabel gaya belajar siswa (X) dimasukkan pada

kotak Independent List. Pilih kotak dialog Options dan mengaktifkan bagian Test

for Linearity. Pilih continue lalu OK (Priyatno, 2010:73).

Tabel 4.21
Uji Linearitas Data

ANOVA Table
Sum of df Mean F Sig.
Squares Square
(Combined) 3718,831 28 132,815 2,402 ,002
2698,121 1 2698,12 48,80 ,000
Linearity
VAR00003 Between Groups 1 4
* Deviation from 1020,710 27 37,804 ,684 ,862
VAR00002 Linearity
Within Groups 3648,790 66 55,285
Total 7367,621 94

Tabel uji linearitas di atas, menunjukkan bahwa data dari gaya belajar siswa dan

hasil belajar memiliki nilai signifikansi 0,000. Nilai 0,000 < 0,05, maka dapat

dikatakan bahwa data tersebut linear.

4.1.5 Hasil Analisis Data Akhir

4.1.5.1 Analisis Korelasi

Hipotesis yang akan diuji kebenarannya dalam penelitian ini adalah

hubungan antara gaya belajar siswa dengan hasil belajar IPS pada siswa kelas V

SDN di Gugus Wibisono Kecamatan Jati kabupaten Kudus. Dalam penelitian ini

penulis merumuskan satu macam hipotesis yaitu (Ha) : ada hubungan yang positif
108

dan signifikan antara gaya belajar siswa dengan hasil belajar IPS pada siswa kelas

V SDN di Gugus Wibisono Kecamatan Jati Kabupaten Kudus.

Uji hipotesis penelitian ini menggunakan korelasi product moment dengan

berbantuan program SPSS for Windows Seri 21 dengan dua kriteria pengujian

yaitu berdasarkan nilai signifikansi dan berdasarkan rhitung. Jika harga

signifikansi < 0,05 dan rhitung> dari rtabel maka Ha diterima, yang berarti ada

hubungan yang positif dan signifikan antara gaya belajar siswa dengan hasil

belajar IPS pada siswa kelas V SDN di Gugus Wibisono Kecamatan Jati

Kabupaten Kudus. Berikut ini merupakan hasil uji korelasi sederhana antara

variabel gaya belajar siswa dengan hasil belajar kognitif IPS.

Tabel 4.22
Uji Korelasi Gaya Belajar dengan Hasil Belajar
Correlations
VAR00002 VAR00003
Pearson Correlation 1 ,605**
Gaya belajar Sig. (2-tailed) ,000
N 95 95
**
Pearson Correlation ,605 1
Hasil Belajar Sig. (2-tailed) ,000
N 95 95
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

Berdasarkan penghitungan data diatas, nilai koefisien korelasi antara variabel

gaya belajar dengan hasil belajar IPS sebesar 0,605 dengan nilai sig. (2-tailed)

sebesar 0,000. Dikarenakan harga signifikansinya 0,000 < 0,05 dan rhitungnya

0,605 > dari rtabel 0,294 maka dapat disimpulkan bahwa ada hubungan yang

positif dan signifikan antara gaya belajar siswa dengan hasil belajar IPS pada

siswa kelas V SDN di Gugus Wibisono Kecamatan Jati Kabupaten Kudus.


109

Koefisien determinasi gaya belajar terhadap hasil belajar dapat diperoleh dengan

rumus r x r x 100% = 0,605 x 0,605 x 100% = 36,60%

Secara khusus, peneliti mengelompokkan tiap gaya belajar dan

mengkorelasikannya dengan hasil belajar IPS.

a) Gaya belajar visual

Tabel 4.23
Uji Korelasi Gaya Belajar Visual dengan Hasil Belajar
Visual Hasil Belajar
Pearson Correlation 1 ,404**
Visual Sig. (2-tailed) ,000
N 95 95

Pearson Correlation ,404** 1


Hasil Belajar Sig. (2-tailed) ,00
N 95 95

**. Correlation is significant at the 0.00 level (2-tailed).

Pada tabel uji korelasi gaya belajar visual dengan hasil belajar, dapat diketahui

bahwa koefisien korelasi antara gaya belajar visual dengan hasil belajar sebesar

0,404 dan nilai signifikansi 0,000. Nilai r hitung > r tabel menunjukkan bahwa

terdapat hubungan yang signifikan antara kedua variabel tersebut. Koefisien

determinasi gaya belajar vuisual dengan hasil belajar sebesar 0,404 x 0,404 x

100% = 16,32%.

b) Gaya belajar auditorial


Tabel 4.24
Uji Korelasi Gaya Belajar Auditorial dengan Hasil Belajar
Auditorial Hasil Belajar
Pearson Correlation 1 ,416**
Auditorial Sig. (2-tailed) ,000
N 95 95
Pearson Correlation ,416** 1
110

Hasil Belajar Sig. (2-tailed) ,00


N 95 95

**. Correlation is significant at the 0.00 level (2-tailed).

Pada tabel uji korelasi gaya belajar auditoial dengan hasil belajar, dapat

diketahui bahwa koefisien korelasi antara gaya belajar auditorial dengan hasil

belajar sebesar 0,416 dan nilai signifikansi 0,000. Nilai r hitung > r tabel

menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara kedua variabel

tersebut. Koefisien determinasi gaya belajar vuisual dengan hasil belajar sebesar

0,416 x 0,416 x 100% = 17,30%.

c) Gaya belajar kinestetik

Tabel 4.25
Uji Korelasi Gaya Belajar Kinestetik dengan Hasil Belajar
Kinestetik Hasil Belajar
Pearson Correlation 1 ,449**
Kinestetik Sig. (2-tailed) ,000
N 95 95
Pearson Correlation ,449** 1
Hasil Belajar Sig. (2-tailed) ,00
N 95 95

**. Correlation is significant at the 0.00 level (2-tailed).

Tabel uji korelasi gaya belajar kinestetik dengan hasil belajar di atas

menunjukkan bahwa koefisien korelasi antara gaya belajar kinestetik dengan hasil

belajar sebesar 0,449 dan nilai signifikansi 0,000. Nilai r hitung > r tabel

menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara kedua variabel

tersebut. Koefisien determinasi gaya belajar visual dengan hasil belajar sebesar

0,449 x 0,449 x 100% = 20,16%.


111

4.1.5.2 Uji Koefisien Determinasi

Setelah diketahui koefisien korelasinya, analisis dapat dilanjutkan dengan

menghitung koefisien determinasinya. Koefisien determinasi dilakukan untuk

mengetahui seberapa besar kontribusi antara gaya belajar siswa dengan hasil

belajar IPS. Hasil nilai koefisien determinasi dalam penelitian ini adalah 36,6%,

hal tersebut dapat diartikan bahwa gaya belajar siswa dapat meningkatkan hasil

belajar IPS sebesar 36,6% dan 63,4% dipengaruhi oleh faktor lain, misalnya pola

asuh orang tua, motivasi belajar, lingkungan sekolah, dll.

4.2 PEMBAHASAN

4.2.1 Pemaknaan Hasil Temuan

Gaya belajar merupakan salah satu faktor yang dianggap penting dalam

suatu pembelajaran, karena dapat mempengaruhi hasil belajar siswa. Gaya belajar

merupakan cara yang dilakukan oleh seseorang dalam menyerap suatu informasi.

Gaya belajar merupakan faktor yang ada di dalam diri siswa, sehingga memiliki

pengaruh besar dalam proses pembelajaran. Penelitian ini akan mengukur gaya

belajar yang dimiliki oleh siswa yang meliputi gaya belajar visual, auditorial, dan

kinestetik. Pelajar visual belajar melalui apa yang mereka lihat, pelajar auditorial

belajar melalui apa yang mereka dengar, sedangkan pelajar kinestetik belajar

melalui gerak dan sentuhan.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa siswa sudah menerapkan gaya belajar

yang dimiliki dengan baik. Siswa mampu menyesuaikan gaya belajarnya dengan

metode pembelajaran yang dilakukan oleh guru, hal tersebut dibuktikan dengan
112

perolehan hasil belajar IPS siswa yang baik pula. Berdasarkan penjelasan tersebut,

dapat diketahui bahwa gaya belajar memiliki kontribusi yang besar dalam

perolehan hasil belajar IPS.

4.2.2 Pembahasan Hasil Analisis Gaya Belajar Siswa

Gaya belajar merupakan kunci untuk mengembangkan kinerja dalam

pekerjaan di sekolah maupun di dalam situasi antarpribadi. Gaya belajar menjadi

salah satu faktor yang penting dalam pembelajaran, karena berkaitan dengan

bagaimana cara siswa dalam menyerap informasi. Seperti yang dikemukakan

oleh Ghufron dan Risnawita (2014:10) bahwa peningkatan hasil belajar dapat

dicapai dengan memperhatikan faktor internal maupun eksternal, salah satunya

adalah gaya belajar.

Pada dasarnya, gaya belajar merupakan cara seseorang dalam belajar. De

Porter dan Hernacki (2010: 110) menyatakan bahwa gaya belajar merupakan

kombinasi dari bagaimana ia menyerap dan kemudian mengatur serta mengolah

informasi. Pada awal pengalaman belajar, langkah awal yang ditempuh adalah

dengan mengenali gaya belajar siswa. Gaya belajar yang dimiliki siswa usia SD

adalah gaya belajar visual, auditorial, dan kinestetik.

Berdasarkan analisis data yang telah peneliti lakukan diketahui bahwa siswa

kelas V SDN di Gugus Wibisono Kecamatan Jati Kabupaten Kudus memiliki

rerata skor gaya belajar sebesar 92,17894737. Siswa yang tergolong

menggunakan gaya belajar visual sebanyak 54 siswa (57%), siswa yang

menggunakan gaya belajar auditorial sebanyak 25 siswa (26%), dan siswa yang

mengunakan gaya belajar kinestetik sebanyak 16 siswa (17%). Dari data tersebut
113

dapat diketahui bahwa, sebagian besar siswa SDN Gugus Wibisono Kecamatan

Jati Kabupaten Kudus cenderung memiliki gaya belajar visual. Siswa cenderung

belajar dengan cara melihat langsung, misalnya saja dengan membaca materi

sendiri. Siswa juga akan senang jika guru menggunakan alat peraga dalam

pembelajaran IPS. Hal tersebut sesuai dengan pendapat yang dikemukakan oleh

De Porter dan Hernacki (2010, 116) bahwa gaya belajar visual mengandalkan

penglihatan atau melihat dulu buktinya baru bisa mempercayainya. Siswa yang

menggunakan gaya belajar visual tentunya berhubungan dengan hasil belajarnya,

karena menyerap pelajaran melalui penglihatan.

Perhitungan analisis deskriptif mengenai gaya belajar pada siswa kelas V

SDN di Gugus Wibisono Kecamatan Jati Kabupaten Kudus menunjukkan bahwa

variabel gaya belajar siswa untuk untuk kategori sangat baik sebesar 16% dengan

jumlah siswa sebanyak 15 siswa, kategori baik sebesar 84% dengan jumlah siswa

sebanyak 79 siswa, dan kategori cukup baik sebesar 1% dengan jumlah siswa

sebanyak 1 siswa. Berdasarkan hasil tersebut, dapat disimpulkan bahwa gaya

belajar sebagian siswa kelas V SDN di Gugus Wibisono Kecamatan Jati

Kabupaten Kudus termasuk dalam kategori baik yaitu sebesar 84%. Artinya,

siswa belajar sesuai dengan gaya belajar yang dimilikinya.

Pada hasil analisis dekskriptif tiap indikator, sebagian besar siswa kelas V

SDN Gugus Wibisono Kecamatan Jati Kabupaten Kudus berada dalam kategori

baik. Hal tersebut menyatakan bahwa sebagian besar siswa sudah menyesuaikan

gaya belajarnya. 59,25% siswa kelas V SDN di Gugus Wibisono berada dalam

kategori baik pada indikator belajar dengan cara visual. Pada indikator mengingat
114

apa yang dilihat daripada apa yang didengar sebagian besar siswanya berada

dalam kategori baik pula yaitu 61,11%. Pada indikator tidak terganggu dengan

keributan, sebagian besar siswanya berada dalam kategori baik yaitu 70,37%,

sedangkan untuk indikator sulit menerima instruksi verbal sebagian besar

siswanya berada dalam kategori baik yaitu sebesar 64,81%.

Hasil tersebut menunjukkan bahwa siswa mampu menerapkan gaya belajar

visualnya dengan baik, di mana siswa telah mencapai indikator dari gaya belajar

visual dengan baik pula. Siswa selalu mengingat materi jika ia membaca daripada

mendengarkan penjelasan guru, selain itu siswa juga suka jika guru menjelaskan

materi dengan media gambar. Kelebihan dari siswa yang bergaya belajar visual

adalah ia tetap dapat berkonsentrasi belajar jika suasana kelas ramai, ia tidak akan

terpengaruh dengan keadaan di sekitarnya. Namun siswa mudah lupa jika guru

menjelaskan materi hanya sekali, apabila lupa siswa akan meminta bantuan teman

untuk menjelaskan materinya kembali.

Pada indikator belajar dengan cara mendengar, 76% siswa kelas V SDN di

Gugus Wibisono berada dalam kategori baik . Pada indikator baik dalam aktivitas

lisan 72% siswa berada dalam kategori baik pula. Pada indikator memiliki

kepekaan terhadap musik 56% siswa berada dalam kategori baik. Pada indikator

mudah terganggu dengan keributan 56% siswanya berada dalam kategori baik,

dan untuk indikator lemah dalam aktivitas visual sebanyak 96% siswa berada

dalam kategori baik pula.

Hasil tersebut menunjukkan bahwa siswa sudah baik dalam menerapkan

gaya belajar auditorial, di mana siswa suka mendengarkan cerita guru. Siswa yang
115

bergaya belajar auditorial selalu berbicara dengan baik dan bahasa yang

digunakannya pun tertata dengan baik. Jika suasana kelas ramai, siswa tidak

dapat berkonsentrasi dalam belajar, namun siswa suka belajar sambil

mendengarkan musik. Hal yang kurang disukai siswa yang bergaya belajar

auditorial adalah mencatat materi, karena siswa merasa mampu menghafal materi

hanya dengan mendengarkan saja sehingga ia tidak perlu mencatat materi lagi.

Siswa kelas V SDN di Gugus Wibisono berada dalam kategori baik pada

indikator belajar dengan aktivitas fisik yaitu sebesar 56,25% . Pada indikator

peka terhadap ekspresi dan bahasa tubuh, 62,5% siswa berada dalam kategori

baik. Pada indikator berorientasi pada fisik dan banyak bergerak, 50% siswa

berada dalam kategori baik, untuk indikator suka coba-coba dan kurang rapi,

87,5% siswa berada dalam kategori baik. Untuk indikator menyukai kerja

kelompok dan praktik, 87,5% siswa berada dalam kategori baik.

Hasil tersebut menunjukkan bahwa siswa mampu menerapkan gaya belajar

kinestetik dengan baik. Siswa merasa senang jika melakukan praktik di kelas

maupun di luar kelas. Ia juga sering menggunakan jarinya sebagai penunjuk

ketika membaca. Apabila sedang menghafalkan materi, siswa melakukannya

sambil berjalan. Ketika ada soal-soal yang belum diminta guru untuk

mengerjakan, ia selalu mengerjakan soal-soalnya terlebih dahulu. Namun siswa

yang bergaya belajar kinestetik ini kurang memperhatikan kerapian pada

tulisannya, sehingga tulisannya terkesan kurang rapi. Hal yang paling disukai

siswa adalah ketika belajar kelompok, siswa akan bertanggung jawab terhadap

tugas yang diberikan dan mengerjakannya dengan baik.


116

Indikator gaya belajar siswa yang memiliki presentase tertinggi sebesar

59,25% yaitu indikator rapi dan teratur. Indikator tersebut merupakan indikator

dari gaya belajar visual, dan termasuk dalam kategori sangat baik. Hal tersebut

menunjukkan bahwa siswa kelas V SDN di Gugus Wibisono Kecamatan Jati

Kabupaten Kudus hampir setengahnya memiliki penampilan yang rapi dan teratur.

Siswa yang cenderung memiliki gaya belajar visual akan selalu memperhatikan

penampilannya terutama kerapian seragamnya, siswa juga selalu mempersiapkan

buku-buku sebelum pelajaran dimulai. Siswa selalu merencanakan setiap kegiatan

yang dilakukannya, sehingga siswa belajar secara teratur.

4.2.3 Pembahasan Analisis Hasil Belajar IPS Siswa

Seseorang belajar bertujuan untuk memperoleh hasil belajar yang baik, hasil

belajar yang diperoleh tidak semata-mata hanya untuk meningkatkan

pengetahuannya saja tetapi juga sikap maupun keterampilannya. Sudjana (2014:

3) menyebutkan bahwa hasil belajar siswa pada hakikatnya adalah perubahan

tingkah laku. Tingkah laku sebagai hasil belajar dalam pengertian yang luas

mencakup bidang kognitif, afektif, dan psikomotoris. Dalam penelitian ini,

peneliti hanya memfokuskan pada hasil belajar kognitif IPS saja yang diperoleh

melalui hasil UTS IPS semester genap tahun pelajaran 2015/2016.

Hasil penelitian mengenai hasil belajar IPS siswa kelas V SDN di Gugus

Wibisono Kecamatan Jati Kabupaten Kudus menunjukkan bahwa nilai maksimum

yang diperoleh siswa adalah 98, sedangkan nilai minimum yang diperoleh siswa

adalah 52. Rerata nilai ulangan tengah semester genap siswa kelas V adalah

78,536842. Nilai ulangan tengah semester genap kelas V SDN di gugus Wibisono
117

Kecamatan Jati Kabupaten Kudus yang berada pada kategori sangat baik kategori

baik sekali sebanyak 50 siswa (53%), kategori baik sebanyak 36 siswa (38%),

kategori cukup baik sebanyak 8 siswa (8%), kategori kurang baik sebanyak 1

siswa (1%). Hasil tersebut menunjukkan bahwa siswa telah menerapkan gaya

belajarnya dengan baik sehingga diperoleh hasil belajar yang baik pula.

4.2.4 Hubungan antara Gaya Belajar Siswa dengan Hasil Belajar IPS

Hubungan antara gaya belajar dengan hasil belajar Ilmu Pengetahuan Sosial

(IPS) siswa kelas V SDN di Gugus Wibisono Kecamatan Jati Kabupaten Kudus

dapat diketahui melalui uji hipotesis dengan uji korelasi product moment. Pada

perhitungan koefisien korelasi di dapat rhitung sebesar 0,605 lebih besar dari

rtabel dengan taraf signifikansi 5%, yaitu 0,202 dan harga signifikansinya 0,000 <

0,05. Dari penelitian ini diketahui ada hubungan yang positif dan signifikan antara

gaya belajar siswa dengan hasil belajar IPS, karena r hitung > r tabel sehingga Ho

ditolak dan Ha diterima. Hubungan yang positif artinya semakin tinggi gaya

belajar siswa maka semakin tinggi pula hasil belajar siswa, dan sebaliknya

semakin rendah gaya belajar siswa maka semakin rendah pula hasil belajar siswa.

Berdasarkan tabel intrepretasi skor yang dikemukakan oleh Sugiyono (2012: 231),

maka dapat diketahui bahwa korelasi antara gaya belajar siswa dengan hasil

belajar IPS termasuk dalam kategori kuat, yaitu berada pada rentang 0,60 – 0,799.

Gaya belajar yang memiliki hubungan paling tinggi dengan hasil belajar

adalah gaya belajar kinestetik yaitu 0,449 dan berada pada kategori sedang.

Diantara ketiga gaya belajar tersebut, gaya belajar kinestetik lah yang paling

berhubungan dengan hasil belajar IPS dibandingkan dengan gaya belajar visual
118

dan auditorial. Menurut De Porter dan Hernacki (2010: ), gaya belajar kinestetik

mengharuskan individu yang bersangkutan menyentuh sesuatu yang memberikan

informasi tertentu agar ia bisa mengingatnya.

Kontribusi antara gaya belajar dengan hasil belajar IPS diperoleh sebesar

36,6%. Hal tersebut mengandung pengertian bahwa gaya belajar dapat

meningkatkan hasil belajar IPS sebesar 36,6% dan 63,4% dipengaruhi oleh faktor

lain.

Berdasarkan hasil analisis deskriptif dan perhitungan korelasi maupun

koefisien determinasi yang telah dibahas, diketahui bahwa gaya belajar siswa

memiliki hubungan yang positif dan signifikan dengan perolehan hasil belajar IPS

siswa. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Marton (dalam Ghufron, 2014:12)

bahwa kemampuan seseorang untuk mengetahui sendiri gaya belajarnya dan gaya

belajar orang lain dalam lingkungannnya akan meningkatkan efektivitasnya dalam

belajar. Marton (dalam Ghufron, 2014:12) dengan studi phenomenographic

menemukan sekaligus mengukuhkan suatu kesimpulan tentang hubungan konsep

belajar individu sebagai usaha yang dilakukan individu untuk belajar, dan hasil

usaha individu untuk belajar. Keberadaan dari hubungan itu secara spesifik berupa

gaya belajar dan pengukuran hasil belajar serta prestasi akademis. Dengan

demikian, siswa perlu mengetahui gaya belajarnya, begitu juga dengan guru. Guru

harus mengenali setiap gaya belajar yang dimiliki siswanya, karena keberhasilan

belajar siswa dapat tercapai dengan baik apabila ia mengetahui gaya belajarnya.

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang pernah dilakukan oleh

Ramlah, S.Pd., M.Pd., Dani Firmansyah, S. Pd., Hamzah Zubair, S.Si. pada tahun
119

2014. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan

gaya belajar terhadap prestasi belajar matematika, hal ini ditunjukan dengan nilai

sig = 0,001 < 0,05. Terdapat pengaruh yang signifikan antara keaktifan terhadap

prestasi belajar matematika, hal ini dapat dilihat dari nilai F hitung = 13,418 > F

tabel = 3, 08, dengan sig= 0,00 < α = 0,05.

Penelitian lainnya juga dilakukan oleh Abdul Halim pada tahun pelajaran

2009/2010. Penelitian ini berjudul “Pengaruh Strategi Pembelajaran dan Gaya

Belajar Terhadap Hasil Belajar Fisika Siswa SMPN 2 Secanggang Kabupaten

Langkat”. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat pengaruh antara strategi

pembelajaran terhadap hasil belajar fisika pada α = 5%. Hasil belajar fisika siswa

yang diajar dengan tipe STAD lebih tinggi dibandingkan tipe TPS. Ada pengaruh

gaya belajar terhadap hasil belajar fisika siswa pada α = 5%. Siswa yang memiliki

kecenderungan gaya belajar auditorial memperoleh hasil belajar fisika lebih tinggi

dibandingkan siswa dengan gaya belajar visual dan kinestetik. Terdapat interaksi

antara strategi pembelajaran dan gaya belajar terhadap hasil belajar fisika siswa,

4.3 IMPLIKASI HASIL PENELITIAN

4.3.1 Teoritis

Adanya hubungan yang positif dan signifikan antara gaya belajar siswa

dengan hasil belajar IPS memberikan implikasi secara teoritis yang memperkuat

teori yang sudah ada, bahwa gaya belajar memiliki peran dalam proses

pembelajaran dalam rangka pencapaian hasil belajar IPS yang baik. Siswa yang

belajar sesuai dengan gaya belajar yang dimilikinya maka hasil belajar IPS yang
120

diperoleh pun akan baik pula. Hal tersebut diperkuat dengan teori dari Marton

(dalam Ghufron, 2014: 12) yang menyatakan bahwa kemampuan seseorang untuk

mengetahui sendiri gaya belajarnya dan gaya belajar orang lain dalam

lingkungannya akan meningkatkan efektivitasnya dalam belajar.

4.3.2 Praktis

Untuk mencapai hasil belajar yang baik diperlukan pihak-pihak yang dapat

membantu dalam pencapaian hasil belajar tersebut. Dalam hal ini, guru memiliki

peranan yang penting dalam pencapaian hasil belajar siswa. Penelitian ini dapat

menambah wawasan bagi guru dalam membandingkan gaya belajar siswa,

sehingga guru dapat menerapkan metode pembelajaran yang sesuai dengan gaya

belajar siswa. Dalam upaya mencapai pembelajaran yang efektif, guru dapat

mengoptimalkan potensi dan karakteristik yang dimiliki siswa dalam upaya

peningkatan hasil belajar siswa.

4.3.3 Pedagogis

Penelitian ini memiliki implikasi terhadap dunia pendidikan, terutama

pendidikan dasar. Dalam peningkatan efektivitas pembelajaran, selain didukung

oleh penguasaan materi dan penerapan model pembelajaran yang tepat juga perlu

diperhatikan faktor dari dalam diri siswa, salah satunya yaitu gaya belajar siswa.

Siswa yang mampu menerapkan gaya belajar mereka yang dominan dapat

mencapai hasil belajar yang tinggi dibandingkan dengan siswa yang belajar tidak

sejalan dengan gaya belajarnya.


BAB V

PENUTUP

5.1. SIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan pada BAB IV, dapat

disimpulkan bahwa:

a) Mayoritas siswa kelas V SDN di Gugus Wibisono Kecamatan Jati Kabupaten

Kudus cenderung memiliki gaya belajar visual yaitu sebanyak 54 siswa (57%).

b) Ada hubungan yang positif dan signifikan antara gaya belajar siswa (visual,

audio, kinestetik) dengan hasil belajar IPS.Besar koefisien korelasi antara gaya

belajar siswa (visual, audio, kinestetik) dengan hasil belajar IPS yaitu sebesar

0,605, dan termasuk dalam kategori kuat. Hal tersebut menunjukkan bahwa

sebesar 36,6% hasil belajar IPS dipengaruhi oleh gaya belajar siswa, sedangkan

sisanya yaitu 63,4% dipengaruhi oleh faktor lain seperti motivasi belajar, pola

asuh orang tua, dan lingkungan belajar.

5.2. SARAN

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan , maka dapat diajukan saran

sebagai berikut:

a) Bagi siswa sebaiknya mengetahui gaya belajarnya dan mampu menerapkan

gaya belajarnya agar siswa lebih mudah mencerna pelajaran yang disampaikan

oleh guru.

121
122

b) Bagi Guru sebaiknya mengenali gaya belajar setiap siswanya. Guru sebaiknya

mengajar dengan berbagai metode sesuai dengan gaya belajar siswanya.

c) Bagi orang tua sebaiknya mengetahui gaya belajar anak dan mengarahkan anak

ketika belajar di rumah agar hasil belajar anak optimal sesuai dengan yang

diharapkan.
123

DAFTAR PUSTAKA

Ahmadi, Abu dan Nur Uhbiyati. 2015. Ilmu Pendidikan. Jakarta: PT. Rineka
Cipta.

Alade, Oluwatomi M. 2014. A Comparative Study of Chemistry Students’


Learning Styles Preferences in Selected Public and Private Schools in Lagos
Metropolis. IOSR Journal of Research & Method in Education (IOSR-
JRME), No.1, Hal. 45-53

Al Tabany, Trianto Ibnu. 2014. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif,


Progresif, dan Kontekstual. Jakarta: Prenadamedia Group

Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik.


Jakarta: Rineka Cipta

________________. 2013. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi


Aksara.

Bintarini, Ni Kade, A.A.I.N. Marhaeni, I Wayan Lasmayan. 2013. Determinasi


Pemanfaatan Lingkungan Sekitar Sekolah Sebagai Sumber Belajar
Terhadap Gaya Belajar dan Pemahaman Konsep IPS pada Siswa Kelas IV
SDN Gugus Yudhistira Kecamatan Nagara. e-Journal Program
Pascasarjana Universitas Pendidikan Ganesha, Vol. 3, Hal. 1-11.

BSNP. 2006. Standar Isi untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah. Jakarta:
Badan Standar Nasional Pendidikan.

Bungin, Burhan. 2014. Metodologi Penelitian Kuantitatif Edisi Kedua. Jakarta:


Kencana Prenada Media Group.

De Porter, Bobbi dan Mike Hernacki. 2010. Quantum Learning. Bandung: Kaifa.

_____________________________. 2010. Quantum Teaching. Bandung: Kaifa.

Dimyati dan Mudjiono. 2009. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta.

Djaali. 2014. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.

Djamarah, Syaiful Bahri dan Aswan Zain. 2011. Strategi Belajar Mengajar.
Jakarta: Rineka Cipta

Ghufron, M. Nur dan Rini Risnawita. 2014. Gaya Belajar Kajian Teoritik.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
124

Halim, Abdul. 2012. Pengaruh Strategi Pembelajaran dan Gaya Belajar Terhadap
Hasil Belajar Fisika Siswa SMPN 2 Secanggang Kabupaten Langkat. Jurnal
Tabularasa, No.2, Hal.141-158

Hidayati, dkk. 2008. Pengembangan Pendidikan IPS SD. Direktorat Jenderal


Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional

Ischak. 2004. Pendidikan IPS di SD. Jakarta: Universitas Terbuka

Kosiyah. 2012. Pengaruh Strategi Pembelajaran dan Gaya Belajar terhadap Hasil
Belajar Pendidikan Agama Islam Siswa SD Inti No. 060873 Medan. Jurnal
Tabularasa PPS UNIMED, No. 1, Hal. 63-80.

Lestari, Nur Oktavianti. 2015. Analisis terhadap Pola Asuh dan Gaya Belajar
Siswa Berprestasi. Jurnal Ilmiah Pendidikan PEDAGOGIA, Volume 7,
Nomor 2, Hal. 291-295.

Nasution. 2013. Berbagai Pendekatan dalam Proses Belajar & Mengajar.


Jakarta: PT. Bumi Aksara.

Priyatno, Duwi. 2010. Paham Analisis Statistik dengan SPSS. Jakarta: Media
Com.

Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 Tahun 2006.

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2005.

Purwanto, Ngalim. 2014. Psikologi Pendidikan. Bandung: PT. Remaja


Rosdakarya.

Poerwanti, Endang. 2008. Asesmen Pembelajaran SD. Direktorat Jenderal


Pendidikan Nasional.

Ramlah. 2014. Pengaruh Gaya Belajar dan Keaktifan Siswa Terhadap Prestasi
Belajar Matematika ( Survey pada SMP Negeri di Kecamatan Klari
Kabupatenj Karawang). Jurnal Ilmiah Solusi, No.3, Hal. 68-75.

Rifa’i, Ahmad dan Anni. 2012. Psikologi Pendidikan. Semarang: Unnes Press

Sardiman. 2011. Interaksi & Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: PT. Raja
Grafindo Persada.
125

Slameto. 2010. Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta:


Rineka Cipta.

Soewarso dan Susila. 2010. Pendidikan IPS Di Sekolah Dasar. Salatiga: Widya
Sari Press Salatiga.

Solihatin, Etin. 2011. Pengaruh Strategi Pembelajaran dan Gaya Belajar terhadap
Hasil Belajar Pendidikan Kewarganegaraan. Jurnal Ilmiah Mimbar
Demokrasi, No.2 , Hal.1-17.

Sudjana, Nana. 2014. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT.
Remaja Rosdakarya Offset.

Sugiyono. 2012. Statistika Untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta.

_______. 2013. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta.

Sumaatmadja, Nursid. 2003. Konsep dasar IPS. Jakarta: Universitas Terbuka.

Suprijono, Agus. 2013. Cooperative Learning. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Susilo, M. Djoko. 2006. Gaya Belajar Menjadikan Makin Pintar. Yogyakarta:


PINUS.

Triwiyanto, Teguh. 2014. Pengantar Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.

Utami, Prihma Sinta. 2015. Pengaruh Metode Pembelajaran dan Gaya Belajar
Siswa Terhadap Hasil Belajar IPS di SMP Negeri di Kota Yogyakarta.
Jurnal Pendidikan IPS, No.1, Hal.97-103.

Widoyoko, Eko Putro. 2015.Teknik Penyusunan Instrumen Penelitian.


Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Wilson, Mary. 2012. Students’Learning Style Preferencesand Teachers’


Instructional Strategies: Correlations Between Matched Styles andAcademic
Achievement. SRATE Journal, No.1, Hal.36-44.
126

LAMPIRAN
127

Lampiran 1

KISI-KISI ANGKET GAYA BELAJAR SISWA (UJI COBA)

Sub No. Butir Pernyataan Jumlah


Variabel Indikator
Variabel (+) (-) Pernyataan
Gaya Belajar Belajar dengan cara visual 1,2 - 2
Mengingat apa yang dilihat daripada apa yang didengar 3,4 - 2
Gaya belajar
Rapi dan teratur 6,7 5 3
visual
Tidak terganggu dengan keributan 8,10 9 3
Sulit menerima instruksi verbal 12 11 2
Belajar dengan cara mendengar 13 14 2
Baik dalam aktivitas lisan 15, 16 17 3
Gaya belajar
Memiliki kepekaan terhadap musik 18, 19 - 2
auditorial
Mudah terganggu dengan keributan 20 21 2
Lemah dalam aktivitas visual 22,24 23 3
Belajar dengan aktivitas fisik - 25,26 2
Peka terhadap ekspresi dan bahasa tubuh 27, 28 - 2
Gaya belajar
Berorientasi pada fisik dan banyak bergerak 29, 30, 31 - 3
kinestetik
Suka coba-coba dan kurang rapi 32 33 2
Menyukai kerja kelompok dan praktik 34, 35 36 3
Jumlah 36
128

Lampiran 2

UJI COBA ANGKET GAYA BELAJAR SISWA

Nama :
Kelas/No. Absen :
Sekolah :

Pengantar :
1. Angket ini digunakan untuk mengetahui gaya belajar siswa di sekolah maupun
di rumah.
2. Hasil dari pengisian angket tidak akan mempengaruhi nilai.
3. Isilah dengan jujur sesuai dengan kenyataan yang kalian alami.
4. Apabila ada pernyataan yang kurang jelas bertanyalah.
Petunjuk pengisian angket :
1. Isilah daftar identitas yang telah disediakan.
2. Bacalah setiap pernyataan dengan teliti dan seksama.
3. Berilah tanda centang (√) pada empat pilihan jawaban yang dianggap paling
sesuai dengan keadaan diri sendiri seperti contoh di bawah ini.
Alternatif Jawaban
No. Pernyataan
SL SR KD TP
1. Saya lebih memahami materi IPS
dengan cara membaca.

4. Keterangan pilihan :
SL = Selalu
SR = Sering
KD = Kadang-Kadang
TP = Tidak Pernah
129

Alternatif Jawaban
No Pernyataan
SL SR KD TP
Saya lebih memahami materi IPS dengan
1.
cara membaca buku sendiri.
2. Saya membaca materi IPS dengan cepat.
Saya mudah mengingat materi jika
3. melihat penjelasan guru secara langsung
di depan kelas.
Saya mudah memahami materi IPS jika
4. guru menjelaskannya dengan bagan/peta
konsep.
Ketika maju ke depan kelas, saya tidak
5.
merapikan seragam terlebih dahulu.
Saya menyiapkan buku pelajaran untuk
6.
esok hari pada malam harinya.
Sebelum berangkat sekolah, saya mera-
7.
pikan seragam terlebih dahulu.
Saya dapat belajar dengan nyaman
8.
walaupun suasana kelas ramai.
Saya malas belajar jika ada teman yang
9.
berisik.
Saat di rumah, saya belajar sambil me-
10.
nonton TV.
Saya mudah lupa jika guru menjelaskan
11.
materi hanya sekali.
Jika ada materi yang belum saya pahami,
12. saya meminta bantuan teman untuk
menjelaskan materi tersebut.
Saya lebih memahami materi hanya
13.
dengan mendengar penjelasan guru saja.
130

Saya cepat bosan jika mendengar penje-


14.
lasan materi dari guru.
Saya bersemangat jika diminta guru
15.
untuk berdiskusi.
Saya mampu jika diminta guru menjelas-
16.
kan materi secara rinci.
Saya merasa malas jika guru menyuruh
17.
untuk berdiskusi.
Ketika di rumah, saya belajar sambil
18.
mendengarkan musik.
Saya bersemangat jika guru menjelaskan
19.
materi melalui lagu.
Saat belajar IPS, saya merasa terganggu
20.
jika ada teman yang mengajak berbicara.
Saya marah jika ada yang mengganggu
21.
saya belajar.
Saya biasa mencatat materi IPS tanpa
22.
disuruh guru terlebih dahulu.
Saya kesulitan memahami tulisan guru di
23.
papan tulis.
Saya semangat jika harus membaca
24.
materi IPS yang terlalu banyak.
Saya tidak betah jika harus duduk lama
25.
mendengarkan penjelasan materi dari
Saya bermain sendiri di kelas ketika guru
26.
sedang menjelaskan materi.
Saya menghafalkan materi IPS sambil
27.
berjalan.
Saya semangat jika guru mengajak
28.
siswanya melakukan praktik di kelas
131

maupun di luar kelas.


Saya menggunakan jari sebagai penunjuk
29.
ketika membaca.
Saya menggerak-gerakkan kepala saat
30.
membaca.
Saya menggerakkan bolpoint atau alat
31. tulis yang lain saat mendengarkan
penjelasan guru.
Saya mengerjakan soal yang ada di LKS
32.
terlebih dahulu sebelum disuruh guru.
Saya tidak memperhatikan kerapian tuli-
33.
san pada catatan saya.
Saya bersemangat jika guru meminta
34.
untuk bekerja kelompok.
Saya bertanggung jawab terhadap tugas
35.
kelompok yang diberikan guru.
36. Ketika pelajaran sedang berlangsung,
saya keberatan jika guru meminta untuk
bekerja kelompok.
132

Lampiran 3

HASIL VALIDITAS DAN RELIABILITAS ANGKET GAYA BELAJAR

 Hasil validitas angket gaya belajar siswa

No. No. Item


Responden 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18
1 4 2 3 2 4 1 2 2 3 3 2 2 2 3 2 2 3 2
2 4 1 1 1 3 4 2 2 3 1 3 1 2 4 2 1 4 1
3 2 2 2 3 4 4 4 3 4 1 3 3 1 4 4 3 4 1
4 3 2 2 3 3 3 4 3 3 3 3 4 2 4 4 2 4 1
5 1 2 3 2 3 4 4 2 3 3 2 3 3 4 3 2 3 2
6 4 2 2 3 3 3 2 3 3 3 3 4 2 4 4 2 4 1
7 1 3 4 2 4 4 4 3 3 2 3 2 2 4 3 3 4 1
8 2 3 2 3 3 4 4 3 3 1 3 2 3 3 3 2 4 1
9 3 2 3 3 4 4 4 2 3 2 3 3 3 4 4 1 4 2
10 2 2 3 3 4 4 4 3 4 3 3 3 3 4 4 2 4 3
11 4 2 3 3 3 4 4 3 3 2 3 3 2 3 3 2 3 1
12 3 3 3 2 3 1 4 4 2 1 3 3 3 4 4 3 4 1
13 1 2 3 2 3 3 2 2 3 1 4 3 3 2 3 1 4 2
14 2 2 3 1 2 4 2 3 3 3 2 2 3 2 4 2 4 1
15 1 2 2 2 4 3 3 2 3 3 3 2 2 3 2 1 4 3
16 3 2 1 2 4 4 2 2 3 1 3 2 2 3 3 2 4 1
17 1 2 3 4 3 4 4 2 1 2 3 4 3 4 4 1 4 1
133

18 2 2 2 3 4 4 4 2 4 1 3 2 2 4 3 2 4 1
19 1 2 2 2 4 4 4 3 2 3 3 2 2 4 3 4 4 3
20 2 3 3 2 4 3 4 2 3 2 2 3 3 3 4 2 4 1
21 2 3 3 3 4 4 4 2 3 3 3 2 3 3 4 3 3 3
22 3 3 4 2 4 4 4 3 3 2 3 2 3 4 3 2 4 1
23 1 3 3 2 4 4 4 3 3 2 3 3 3 4 3 2 4 1
24 3 3 2 3 4 4 4 3 4 2 3 3 3 4 3 2 4 2
25 3 3 3 2 4 4 4 2 3 1 4 2 3 4 3 2 4 1
26 4 2 3 3 3 4 4 2 3 3 3 3 3 3 3 2 4 1
27 2 2 1 1 4 4 4 4 3 1 3 2 3 2 4 2 4 1
28 3 2 4 3 2 4 3 3 3 2 3 4 3 3 3 3 3 2
29 2 2 3 3 3 4 4 2 2 3 3 3 2 4 4 1 4 1
30 3 3 3 2 3 4 3 3 3 2 2 3 2 4 2 2 3 2
31 1 1 2 1 2 4 3 3 2 2 2 2 2 4 2 2 2 1
32 2 2 3 2 4 4 4 4 4 2 3 2 3 3 2 2 4 2
33 4 2 3 4 4 3 4 4 3 4 2 4 4 4 4 2 4 2
34 3 3 2 3 4 2 4 3 2 2 3 2 2 4 4 3 4 2
35 2 2 2 2 2 4 4 2 4 1 3 2 3 2 4 2 3 1
36 3 2 2 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 4 2 2 4 1
37 2 2 2 1 4 4 4 3 2 1 1 2 3 2 3 1 3 1
38 2 2 2 2 3 2 4 3 3 2 3 2 2 4 2 1 2 2
39 4 3 4 4 2 4 4 3 2 1 3 4 4 4 3 2 3 1
40 3 2 3 4 4 4 4 2 4 2 4 4 4 4 4 2 4 2
41 1 2 2 1 2 2 3 1 3 1 3 2 3 3 3 2 4 1
134

42 3 2 3 2 3 4 4 4 4 4 3 3 4 3 3 3 4 2
43 3 2 2 3 2 1 3 2 3 3 2 3 2 3 2 3 3 2
44 1 2 1 3 3 2 3 2 2 2 1 1 2 4 2 3 3 1
45 1 2 3 3 4 4 3 2 3 1 3 4 3 3 4 2 4 2
Jumlah 107 100 115 110 150 156 159 119 133 92 126 120 120 156 142 93 166 68
r hitung 0,326 0,445 0,618 0,545 0,396 0,261 0,415 0,343 0,276 0,303 0,432 0,578 0,394 0,432 0,371 0,201 0,387 0,309
Tidak Tidak Tidak
Keterangan valid valid valid valid valid valid valid valid valid valid valid valid valid valid Valid
valid valid valid

No. No. Item


Responden 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36
1 3 2 3 2 4 2 3 2 2 4 2 1 2 1 3 2 3 3
2 1 4 4 2 4 3 4 2 1 2 1 2 2 1 4 2 1 4
3 3 3 2 3 4 3 3 4 1 4 2 1 2 2 4 2 3 4
4 2 2 3 2 3 3 3 3 1 4 2 4 4 2 4 2 2 4
5 3 2 3 2 3 3 4 3 2 4 4 2 2 2 3 2 2 3
6 3 2 3 2 2 2 3 3 1 4 2 4 4 2 4 2 2 4
7 2 3 3 2 4 3 4 4 1 3 4 1 3 2 4 2 3 4
8 2 3 4 2 2 3 3 3 1 3 2 2 2 2 3 2 2 3
9 2 2 2 1 3 2 3 3 2 4 4 3 3 2 3 3 2 3
10 3 4 1 2 4 2 3 2 2 4 3 3 4 3 3 3 2 3
135

11 2 3 2 3 3 3 3 4 1 4 3 1 1 3 2 3 3 3
12 3 2 3 2 3 2 4 4 1 4 4 2 2 1 3 4 4 3
13 3 2 1 2 3 2 4 4 2 2 3 3 3 2 4 3 2 4
14 4 3 1 2 3 3 2 3 1 3 2 1 2 2 4 2 1 4
15 3 3 3 2 3 2 3 3 2 3 3 1 3 2 3 2 3 2
16 1 4 4 2 4 2 4 3 2 1 3 2 1 1 3 2 2 3
17 2 2 2 1 3 4 3 3 1 4 2 3 4 2 3 3 4 2
18 2 3 3 2 3 2 4 4 1 3 3 1 2 1 4 2 2 2
19 2 2 2 2 3 3 4 4 1 2 4 2 2 1 3 2 2 3
20 3 3 3 1 2 3 2 4 4 3 3 1 1 2 4 2 2 4
21 2 3 2 2 3 2 4 4 3 2 3 2 2 2 4 3 2 4
22 2 3 3 2 4 3 4 4 1 3 4 1 3 2 3 2 3 3
23 2 2 3 2 3 3 4 4 1 4 3 3 2 2 3 2 3 3
24 2 4 2 3 3 4 4 4 2 3 4 1 2 2 4 2 1 3
25 3 3 3 2 4 2 4 4 1 3 3 4 3 2 4 4 4 3
26 2 3 3 2 3 3 4 3 1 3 3 1 2 2 3 3 3 4
27 4 3 1 1 3 2 2 4 1 2 1 1 1 1 2 1 1 3
28 3 2 4 4 3 1 3 4 3 4 3 1 1 2 3 3 3 2
29 2 2 2 1 2 2 2 3 1 4 3 2 2 2 3 3 3 3
30 3 3 2 2 3 3 4 4 2 4 4 2 3 1 4 4 3 4
31 2 2 2 1 3 2 2 3 1 3 3 2 2 2 2 2 3 4
32 4 4 4 3 4 3 4 2 1 4 3 3 2 1 4 3 3 4
33 4 3 3 1 3 3 3 3 1 4 4 4 4 2 3 2 4 4
34 2 4 4 2 4 2 4 3 2 4 4 1 2 2 4 2 2 3
136

35 2 2 1 1 2 2 2 3 1 3 2 1 1 1 2 2 1 3
36 3 3 2 2 3 2 2 1 1 2 2 1 2 2 3 2 1 3
37 2 2 3 1 2 3 3 3 1 3 4 1 1 3 1 1 1 3
38 2 2 2 1 3 2 3 3 1 3 3 2 2 1 3 2 3 4
39 4 4 3 4 4 3 3 4 1 4 3 2 1 2 2 2 3 2
40 4 3 4 2 4 4 3 3 4 4 4 4 4 3 3 4 1 3
41 4 3 1 2 3 3 3 3 1 3 2 1 2 2 3 2 1 4
42 4 4 2 2 4 3 2 4 2 4 3 1 2 2 3 2 2 3
43 2 2 3 1 3 3 1 4 1 3 2 2 2 2 2 2 1 4
44 2 3 3 1 4 1 2 3 1 4 1 1 1 1 3 2 2 4
45 3 3 3 2 4 1 4 3 2 2 4 2 2 3 4 3 3 3
45 3 3 3 2 4 1 4 3 2 2 4 2 2 3 4 3 3 3
Jumlah 118 126 117 86 144 114 142 148 67 147 131 86 100 83 143 107 104 148
r hitung 0,325 0,392 0,277 0,437 0,334 0,369 0,444 0,236 0,359 0,449 0,561 0,487 0,544 0,359 0,408 0,532 0,406 -0,10
Tidak Tidak Tidak
Keterangan valid valid valid valid valid valid valid valid valid Valid valid valid valid valid valid
valid valid Valid
137

 Perhitungan reliabilitas menggunakan rumus Alpha Cronbach


ri = { }

= { }

= 1,0344 (1 – 0,1851)

= 1,0344 X 0,8148

= 0,8429.
138

Lampiran 4

KISI-KISI ANGKET GAYA BELAJAR SISWA

Sub No. Butir Pernyataan Jumlah


Variabel Indikator
Variabel (+) (-) Pernyataan
Gaya Belajar Belajar dengan cara visual 1,2 - 2
Mengingat apa yang dilihat daripada apa yang didengar 3,4 - 2
Gaya belajar
Rapi dan teratur 6 5 2
visual
Tidak terganggu dengan keributan 7,8 - 2
Sulit menerima instruksi verbal 10 9 2
Belajar dengan cara mendengar 11 12 2
Baik dalam aktivitas lisan 13 14 2
Gaya belajar
Memiliki kepekaan terhadap music 15, 16 - 2
auditorial
Mudah terganggu dengan keributan 17 - 1
Lemah dalam aktivitas visual 18, 20 19 3
Belajar dengan aktivitas fisik - 21 1
Peka terhadap ekspresi dan bahasa tubuh 22, 23 - 2
Gaya belajar
Berorientasi pada fisik dan banyak bergerak 24, 25, 26 - 3
kinestetik
Suka coba-coba dan kurang rapi 27 28 2
Menyukai kerja kelompok dan praktik 29, 30 - 2
Jumlah 30
139

Lampiran 5

ANGKET GAYA BELAJAR SISWA

Nama :
Kelas/No. Absen :
Sekolah :

Pengantar :
1. Angket ini digunakan untuk mengetahui gaya belajar siswa di sekolah maupun
di rumah.
2. Hasil dari pengisian angket tidak akan mempengaruhi nilai.
3. Isilah dengan jujur sesuai dengan kenyataan yang kalian alami.
4. Apabila ada pernyataan yang kurang jelas bertanyalah.
Petunjuk pengisian angket :
1. Isilah daftar identitas yang telah disediakan.
2. Bacalah setiap pernyataan dengan teliti dan seksama.
3. Berilah tanda centang (√) pada empat pilihan jawaban yang dianggap paling
sesuai dengan keadaan diri sendiri seperti contoh di bawah ini.
Alternatif Jawaban
No. Pernyataan
SL SR KD TP
1. Saya lebih memahami materi IPS
dengan cara membaca.

4. Keterangan pilihan :
SL = Selalu
SR = Sering
KD = Kadang-Kadang
TP = Tidak Pernah
140

Alternatif Jawaban
No Pernyataan
SL SR KD TP
Saya lebih memahami materi IPS dengan
1.
cara membaca buku sendiri.
2. Saya membaca materi IPS dengan cepat.
Saya mudah mengingat materi jika meli-
3. hat penjelasan guru secara langsung di
depan kelas.
Saya mudah memahami materi IPS jika
4. guru menjelaskannya dengan bagan/peta
konsep.
Ketika maju ke depan kelas, saya tidak
5.
merapikan seragam terlebih dahulu.
Sebelum berangkat sekolah, saya mera-
6.
pikan seragam terlebih dahulu.
Saya dapat belajar dengan nyaman
7.
walaupun suasana kelas ramai.
Saat di rumah, saya belajar sambil me-
8.
nonton TV.
Saya mudah lupa jika guru menjelaskan
9.
materi hanya sekali.
Jika ada materi yang belum saya pahami,
10. saya meminta bantuan teman untuk men-
jelaskan materi tersebut.
Saya lebih memahami materi hanya
11.
dengan mendengar penjelasan guru saja.
Saya cepat bosan jika mendengar penje-
12.
lasan materi dari guru.
Saya bersemangat jika diminta guru
13.
untuk berdiskusi.
141

Saya merasa malas jika guru menyuruh


14.
untuk berdiskusi.
Ketika di rumah, saya belajar sambil
15.
mendengarkan musik.
Saya bersemangat jika guru menjelaskan
16.
materi melalui lagu.
Saat belajar IPS, saya merasa terganggu
17.
jika ada teman yang mengajak berbicara.
Saya biasa mencatat materi IPS tanpa
18.
disuruh guru terlebih dahulu.
Saya kesulitan memahami tulisan guru di
19.
papan tulis.
Saya semangat jika harus membaca
20.
materi IPS yang terlalu banyak.
Saya tidak betah jika harus duduk lama
21. mendengarkan penjelasan materi dari
guru.
Saya menghafalkan materi IPS sambil
22.
berjalan.
Saya semangat jika guru mengajak
23. siswanya melakukan praktik di kelas
maupun di luar kelas.
Saya menggunakan jari sebagai penunjuk
24.
ketika membaca.
Saya menggerak-gerakkan kepala saat
25.
membaca.
Saya menggerakkan bolpoint atau alat
26. tulis yang lain saat mendengarkan
penjelasan guru.
27. Saya mengerjakan soal yang ada di LKS
142

terlebih dahulu sebelum disuruh guru.


Saya tidak memperhatikan kerapian tuli-
28.
san pada catatan saya.
Saya bersemangat jika guru meminta
29.
untuk bekerja kelompok.
Saya bertanggung jawab terhadap tugas
30.
kelompok yang diberikan guru.
143

Lampiran 6

REKAPITULASI SKOR ANGKET GAYA BELAJAR SISWA

No. Item
No.Responden
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
1 4 2 3 4 4 4 3 3 4 3 3 3 4 4 2
2 4 2 4 2 2 4 4 2 4 4 4 1 4 4 1
3 3 3 4 3 4 4 4 2 3 4 3 4 3 3 3
4 2 2 4 2 4 4 4 2 2 3 2 4 3 4 2
5 4 3 4 3 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 3
6 3 3 3 2 4 3 2 4 2 3 2 4 3 4 4
7 3 3 4 3 3 4 4 3 4 3 3 3 4 3 3
8 3 3 3 3 4 4 2 3 3 3 3 4 3 3 4
9 3 2 4 3 3 4 2 3 3 4 2 4 2 3 4
10 3 2 3 2 4 4 3 3 4 2 2 4 4 3 2
11 2 2 3 2 2 2 2 3 3 3 3 4 3 3 4
12 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 3
13 3 3 4 4 3 4 2 3 3 2 2 4 3 4 3
14 3 3 3 4 3 4 3 4 3 3 3 3 3 3 2
15 4 3 4 4 3 4 4 3 3 4 3 3 4 2 3
16 3 4 3 4 3 4 3 3 4 4 4 3 4 3 4
17 4 4 4 4 3 4 3 4 3 4 3 3 3 3 3
18 4 3 3 2 4 4 3 4 3 2 3 3 4 2 3
19 4 3 3 3 4 3 3 4 3 4 4 3 4 3 4
144

20 4 4 4 3 4 4 4 4 3 4 3 4 3 4 3
21 3 4 4 3 4 4 3 4 3 4 3 4 3 4 3
22 2 3 3 3 2 3 3 4 3 4 4 3 4 3 4
23 4 4 2 3 3 4 3 4 2 4 2 3 4 3 4
24 3 2 2 3 3 4 2 4 3 3 2 3 2 3 1
25 3 3 3 4 3 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3
26 4 3 3 3 4 3 3 4 4 3 3 2 3 3 3
27 4 3 4 3 4 4 3 3 4 4 3 4 3 4 3
28 3 2 3 3 4 4 3 3 3 4 4 3 4 4 3
29 4 3 3 3 4 4 3 4 3 3 3 2 3 2 1
30 4 1 4 2 4 4 2 2 3 1 4 4 3 3 2
31 4 2 4 3 4 4 3 2 3 2 4 3 2 4 2
32 4 3 3 4 3 3 4 3 4 4 4 3 4 4 4
33 4 4 4 2 4 4 3 3 3 3 3 4 3 2 4
34 3 3 3 3 2 4 2 2 3 3 3 2 3 4 2
35 3 4 4 4 4 4 3 4 3 3 4 3 4 4 3
36 2 3 3 2 4 4 3 3 2 3 4 2 4 2 2
37 4 3 4 3 3 4 3 3 3 4 3 4 4 2 2
38 2 4 2 2 1 3 3 2 3 3 3 2 3 3 3
39 2 2 4 4 4 4 3 3 3 2 3 3 3 4 4
40 4 1 4 1 4 2 2 1 3 1 3 2 3 4 1
41 4 4 4 4 4 4 3 3 4 4 3 4 4 4 4
42 2 2 4 4 4 4 3 3 4 4 2 3 4 4 3
43 2 1 2 1 4 4 3 4 4 3 2 4 2 4 1
145

44 3 4 4 4 2 4 2 4 3 1 3 2 3 2 1
45 4 4 4 4 3 3 3 4 3 4 2 4 4 4 4
46 3 1 4 2 4 3 2 1 4 1 3 4 3 4 3
47 3 3 2 1 3 3 3 2 4 2 3 2 3 3 3
48 3 4 4 4 3 4 3 3 3 2 3 3 4 4 1
49 3 4 4 2 1 4 3 2 4 3 4 3 3 3 3
50 2 1 2 1 1 2 2 2 3 1 2 4 4 4 4
51 3 2 3 1 4 4 3 2 4 2 1 2 3 2 1
52 3 3 3 3 2 4 3 1 3 2 4 4 2 4 3
53 4 3 4 3 4 4 3 3 4 3 3 2 3 2 1
54 4 4 4 2 4 4 1 2 4 4 3 4 4 4 3
55 4 4 4 3 4 4 4 3 4 2 3 3 3 3 1
56 2 2 2 3 3 4 2 2 3 3 4 3 3 4 4
57 2 1 4 2 2 4 2 4 1 1 4 4 3 1 3
58 3 2 4 3 4 4 2 3 3 3 3 4 3 3 3
59 4 3 4 3 4 4 4 3 2 2 3 4 3 4 1
60 4 3 4 4 3 4 2 4 3 4 4 4 4 4 2
61 3 4 4 3 4 4 4 4 3 3 2 3 2 3 1
62 2 1 3 3 4 2 2 2 4 2 3 4 3 4 3
63 4 3 2 3 3 4 3 4 3 2 3 3 3 4 1
64 2 2 2 4 3 2 3 1 2 3 2 3 4 3 2
65 4 1 4 2 3 2 3 3 4 4 4 3 4 3 3
66 3 3 3 3 3 4 3 4 1 3 3 3 2 2 4
67 2 4 3 2 4 4 3 3 2 4 2 4 4 3 1
146

68 2 4 4 2 4 3 2 2 1 2 4 3 4 3 3
69 4 1 1 2 4 4 4 3 4 3 4 4 2 3 1
70 4 2 3 2 3 4 2 3 4 3 4 4 4 4 3
71 3 3 3 2 3 4 2 3 4 2 3 3 3 3 3
72 3 3 3 2 3 2 4 3 2 3 2 4 3 3 3
73 4 4 3 2 3 4 4 4 4 4 2 3 4 3 3
74 3 4 4 4 4 4 2 3 3 3 2 4 4 4 1
75 4 2 4 3 4 4 3 3 4 3 2 2 3 4 2
76 3 4 2 3 4 3 3 3 4 3 2 2 3 4 2
77 4 3 2 2 4 4 3 2 2 2 2 4 3 4 1
78 4 3 3 4 3 4 3 3 2 3 2 4 2 3 2
79 4 2 4 2 1 4 4 4 3 4 4 2 3 3 4
80 3 4 3 2 1 3 4 1 4 3 4 2 3 2 1
81 2 3 3 4 4 4 3 2 4 4 3 4 4 4 4
82 4 2 3 2 1 4 2 1 1 4 4 1 4 4 1
83 3 2 4 2 2 4 3 2 4 2 4 2 3 4 3
84 4 4 3 3 3 4 2 3 4 4 4 3 4 3 4
85 4 3 3 3 4 4 3 4 4 4 3 4 3 4 3
86 4 3 4 3 4 4 3 3 2 4 4 2 4 4 2
87 3 4 4 4 4 4 3 4 3 3 2 4 4 4 2
88 2 2 3 2 3 2 4 3 4 3 2 3 4 3 2
89 3 4 4 3 4 4 2 2 3 4 4 3 3 4 4
90 3 2 4 3 4 4 2 3 4 4 2 2 3 4 2
91 4 2 4 3 4 4 3 4 3 3 3 4 4 4 3
147

92 4 4 4 3 4 4 4 3 4 4 4 3 4 4 2
93 4 3 3 3 3 4 3 4 3 3 3 4 4 4 2
94 4 2 3 4 4 4 2 4 4 3 4 2 2 3 4
95 2 2 2 2 2 4 1 1 3 2 3 3 4 3 4
310 269 318 269 315 352 274 282 303 289 288 303 315 319 249

No. Item
No.Responden Jumlah
16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30
1 4 4 3 3 3 4 2 3 3 3 3 2 4 3 4 98
2 4 3 4 3 4 4 3 4 4 4 4 4 3 2 4 100
3 3 3 2 3 3 4 3 4 3 3 3 3 3 4 3 97
4 1 3 4 3 2 3 1 4 4 2 2 3 4 2 2 84
5 3 4 4 4 4 4 4 4 3 3 4 3 4 4 4 112
6 3 3 3 4 3 3 2 3 2 3 4 4 4 3 4 94
7 2 3 4 3 3 3 3 3 4 3 3 4 4 2 4 98
8 3 2 3 4 3 4 4 4 2 3 3 4 4 3 4 98
9 2 3 3 3 3 3 2 3 2 4 4 2 3 2 3 88
10 3 2 2 3 3 3 2 4 2 3 4 2 3 3 2 86
11 3 3 3 3 3 3 2 2 2 4 3 2 3 4 4 85
12 4 4 4 4 4 3 4 4 3 3 4 4 3 3 3 112
13 4 3 4 4 3 3 3 4 3 4 3 3 4 3 3 98
14 3 2 3 4 3 3 3 4 3 4 3 4 3 3 4 96
148

15 2 2 3 3 4 3 3 3 4 3 4 2 3 3 3 96
16 3 4 3 4 4 3 3 4 4 3 4 3 4 3 4 106
17 4 3 3 4 3 3 4 4 3 3 4 3 4 2 4 103
18 3 1 3 3 4 3 1 3 2 2 2 2 4 2 3 85
19 4 3 4 4 3 3 3 4 2 2 4 3 4 4 3 102
20 3 4 3 4 3 4 3 3 4 4 3 4 4 3 4 108
21 4 4 3 4 3 4 3 4 3 4 3 4 4 3 3 106
22 2 3 4 4 3 4 3 3 3 3 3 3 3 3 4 96
23 3 2 4 2 3 3 4 3 3 3 4 3 2 3 4 95
24 3 2 1 3 1 3 2 2 3 3 2 2 4 3 4 78
25 2 2 4 3 2 3 3 3 4 3 4 4 3 4 3 94
26 4 2 3 3 4 3 3 3 4 3 2 4 2 3 3 94
27 4 3 4 4 3 4 3 4 3 4 3 3 4 3 2 104
28 4 3 3 4 2 3 3 4 2 2 3 4 3 2 4 96
29 2 2 3 2 2 4 3 3 2 3 3 2 4 3 2 85
30 1 4 2 4 3 4 1 4 1 3 2 1 4 4 2 83
31 2 3 3 4 4 4 2 2 4 2 2 2 3 4 2 89
32 3 3 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 3 109
33 3 4 3 3 4 2 3 4 2 3 3 2 4 3 3 96
34 1 3 2 3 3 4 2 3 2 3 3 2 3 1 1 78
35 1 3 3 4 3 4 2 1 4 2 3 2 4 3 4 97
36 1 2 2 2 2 4 1 3 4 1 1 2 4 3 4 79
37 4 3 3 2 3 4 2 3 2 2 3 3 3 4 2 92
38 2 3 4 2 4 3 2 4 3 4 3 4 3 3 4 87
149

39 4 4 4 3 4 4 1 4 4 2 3 4 4 4 2 99
40 1 4 4 4 3 4 2 4 3 2 2 3 2 2 4 80
41 4 4 4 4 4 3 4 4 3 4 3 2 4 4 4 112
42 3 3 2 3 2 3 2 4 4 2 4 3 4 4 3 96
43 4 4 3 2 4 4 1 1 2 1 1 4 3 2 1 78
44 2 3 2 2 4 3 4 4 4 3 4 3 4 4 3 91
45 3 4 3 3 4 3 3 4 4 3 4 3 4 3 4 106
46 3 3 2 3 3 3 2 3 3 2 3 4 3 3 4 86
47 2 2 4 3 3 4 3 4 3 3 2 3 4 4 4 88
48 4 1 3 3 4 3 1 4 1 1 4 1 4 2 1 85
49 1 3 2 2 4 2 2 3 4 1 3 4 2 1 3 83
50 3 4 3 4 4 4 2 4 3 4 3 4 3 3 3 86
51 2 1 2 3 3 4 2 1 4 2 1 1 3 3 3 72
52 4 1 4 3 4 4 2 4 4 3 3 2 2 3 3 90
53 3 2 2 3 3 4 3 3 3 4 3 3 4 4 3 93
54 2 1 2 4 2 2 3 4 1 3 2 1 4 1 1 84
55 2 3 2 3 3 4 2 4 3 4 3 2 4 1 3 92
56 3 4 2 4 3 4 3 2 3 4 1 2 4 3 3 89
57 4 4 3 3 1 3 3 3 4 4 3 3 3 4 3 86
58 2 2 2 4 3 4 1 3 2 3 3 1 4 3 1 85
59 4 1 3 4 3 4 2 4 2 3 4 2 4 2 2 92
60 4 3 1 3 4 1 1 4 4 4 4 2 1 4 4 97
61 2 3 2 3 2 4 2 4 3 4 3 3 4 3 4 93
62 4 4 3 4 2 4 3 2 4 3 4 3 4 3 3 92
150

63 2 1 3 2 4 4 2 4 1 2 2 2 4 2 4 84
64 2 3 2 4 3 4 2 3 4 3 3 2 4 4 2 83
65 2 3 3 2 2 1 4 4 3 3 1 3 1 4 3 86
66 4 3 2 2 2 2 1 4 2 1 4 3 3 4 4 85
67 3 1 4 2 4 4 3 2 3 3 3 2 4 3 3 89
68 3 3 4 3 4 3 3 4 3 4 2 4 3 3 4 93
69 3 3 2 3 4 2 3 2 4 2 3 2 3 3 3 86
70 3 3 4 4 3 2 1 3 4 2 2 1 3 3 3 90
71 3 2 2 3 2 2 3 3 2 3 3 3 2 4 3 84
72 3 2 3 4 2 3 2 4 4 3 3 2 4 3 4 89
73 3 3 3 4 3 3 1 4 2 3 2 2 3 3 4 94
74 2 3 2 3 3 4 3 3 4 4 4 4 3 3 4 98
75 4 3 4 3 4 4 3 2 4 3 2 1 3 3 4 94
76 3 3 4 4 2 3 1 4 3 3 2 4 3 4 3 91
77 3 3 2 3 3 3 2 4 3 1 3 2 4 4 4 86
78 3 3 2 4 2 3 3 3 2 2 3 3 4 2 4 88
79 3 3 3 3 3 2 4 4 3 2 3 2 4 2 4 93
80 4 3 3 3 4 3 3 4 3 1 2 4 3 3 4 87
81 3 4 3 3 4 3 1 2 3 3 4 2 3 2 2 94
82 3 3 4 3 2 1 2 2 4 3 3 4 2 3 3 80
83 2 3 2 4 4 3 4 4 2 2 4 2 3 2 4 89
84 4 3 3 3 2 2 1 3 2 2 2 2 4 3 4 92
85 2 3 4 3 3 4 1 4 4 1 2 3 3 3 3 96
86 1 4 4 3 4 4 4 4 3 1 2 1 4 3 1 93
151

87 3 2 3 2 2 3 2 4 3 4 2 2 4 4 4 96
88 3 3 3 3 4 3 2 3 3 3 2 4 3 2 4 87
89 2 4 3 4 4 3 3 2 4 2 3 3 3 2 3 96
90 1 3 4 4 4 4 3 2 3 4 1 1 3 1 2 86
91 4 3 3 4 4 2 3 4 4 3 2 3 3 3 1 98
92 4 4 4 3 4 1 3 1 4 4 3 4 3 2 4 103
93 2 4 2 2 3 4 4 4 3 3 3 3 4 4 2 97
94 3 3 4 2 4 4 2 4 2 2 2 3 4 2 4 94
95 4 3 4 3 4 2 4 3 2 2 2 4 3 4 3 85
Jumlah 271 275 286 305 300 307 238 316 287 268 273 262 322 280 300 8745
152

Lampiran 7

PENGELOMPOKKAN GAYA BELAJAR SISWA KELAS V

SDN DI GUGUS WIBISONO KECAMATAN JATI KABUPATEN KUDUS

No. Jumlah Jumlah gaya


Kategori
Responden Visual Auditorial Kinestetik belajar
1 34 33 31 98 Visual
2 32 32 36 100 Kinestetik
3 34 30 33 97 Visual
4 29 28 27 84 Visual
5 38 37 37 112 Visual
6 29 33 32 94 Auditorial
7 34 31 33 98 Visual
8 31 32 35 98 Kinestetik
9 31 29 28 88 Visual
10 30 28 28 86 Visual
11 24 32 29 85 Auditorial
12 40 38 34 112 Visual
13 31 34 33 98 Auditorial
14 33 29 34 96 Kinestetik
15 36 29 31 96 Visual
16 35 36 35 106 Auditorial
17 37 32 34 103 Visual
18 32 29 24 85 Visual
19 34 36 32 102 Auditorial
20 38 34 36 108 Visual
21 36 35 35 106 Visual
22 30 34 32 96 Auditorial
23 33 30 32 95 Visual
24 29 21 28 78 Visual
25 32 28 34 96 Kinestetik
26 34 30 30 94 Visual
27 36 35 33 104 Visual
28 32 34 30 96 Auditorial
29 34 22 29 85 Visual
30 27 30 26 83 Auditorial
31 31 36 32 99 Auditorial
32 35 36 38 109 Kinestetik
153

33 34 33 29 96 Visual
34 28 26 24 78 Visual
35 36 32 29 97 Visual
36 29 23 27 79 Visual
37 34 30 28 92 Visual
38 25 29 33 87 Kinestetik
39 31 36 32 99 Auditorial
40 23 29 28 80 Auditorial
41 38 39 35 112 Auditorial
42 34 29 33 96 Visual
43 28 30 20 78 Auditorial
44 31 24 36 91 Kinestetik
45 36 35 35 106 Visual
46 25 31 30 86 Kinestetik
47 26 28 34 88 Kinestetik
48 33 30 22 85 Visual
49 30 28 25 83 Visual
50 17 36 33 86 Auditorial
51 28 20 24 72 Visual
52 27 33 30 90 Auditorial
53 35 24 34 93 Visual
54 33 29 22 84 Visual
55 36 26 30 92 Visual
56 26 34 29 89 Auditorial
57 23 30 33 86 Kinestetik
58 31 29 25 85 Visual
59 33 30 29 92 Visual
60 35 33 29 97 Visual
61 36 23 34 93 Visual
62 25 34 33 92 Auditorial
63 31 26 27 84 Visual
64 24 28 31 83 Kinestetik
65 30 29 27 86 Visual
66 30 27 28 85 Visual
67 31 28 30 89 Visual
68 26 34 33 93 Auditorial
69 30 29 27 86 Visual
70 30 36 24 90 Auditorial
71 29 27 28 84 Visual
154

72 28 29 32 89 Kinestetik
73 36 29 27 94 Visual
74 34 28 36 98 Kinestetik
75 34 31 29 94 Visual
76 32 29 30 91 Visual
77 28 28 30 86 Kinestetik
78 32 27 29 88 Visual
79 32 31 30 93 Visual
80 28 29 30 87 Kinestetik
81 33 36 25 94 Auditorial
82 24 29 27 80 Auditorial
83 28 31 30 89 Auditorial
84 34 33 25 92 Visual
85 36 32 28 96 Visual
86 34 32 27 93 Visual
87 36 28 32 96 Visual
88 28 30 29 87 Auditorial
89 33 35 28 96 Visual
90 33 29 24 86 Visual
91 34 36 28 98 Auditorial
92 38 36 29 103 Visual
93 33 30 34 97 Kinestetik
94 34 31 29 94 Visual
95 21 35 29 85 Auditorial
155

Lampiran 8

HASIL PERHITUNGAN ANALISIS DESKRIPTIF

Perhitungan Kategori Indikator Variabel Gaya Belajar Siswa (X)


a) Gaya Belajar Visual
1) Belajar dengan cara visual
a. Menghitung skor tertinggi dengan rumus:
Skor tertinggi = skor tertinggi x jumlah butir pernyataan
=4x2
=8
b. Menghitung skor terendah dengan rumus:
Skor terendah = skor terendah x jumlah butir pernyataan
=1x2
=2
c. Menetapkan jumlah kelas = 4
d. Menentukan jarak interval

Jarak interval =

=
= 1,5 dibulatkan menjadi 2
Berdasarkan hasil tersebut, maka disusun tabel kategori indikator belajar
dengan cara visual sebagai berikut:
Jumlah Skor Jawaban Kategori
8-9 Sangat Baik
6–7 Baik
4–5 Cukup Baik
2–3 Kurang Baik

2) Mengingat apa yang dilihat daripada apa yang didengar


1. Menghitung skor tertinggi dengan rumus:
Skor tertinggi = skor tertinggi x jumlah butir pernyataan
156

=4x2
=8
2. Menghitung skor terendah dengan rumus:
Skor terendah = skor terendah x jumlah butir pernyataan
=1x2
=2
3. Menetapkan jumlah kelas = 4
4. Menentukan jarak interval

Jarak interval =

=
= 1,5 dibulatkan menjadi 2
Berdasarkan hasil tersebut, maka disusun tabel kategori indikator
mengingat apa yang dilihat daripada apa yang didengar sebagai berikut:
Jumlah Skor Jawaban Kategori
8-9 Sangat Baik
6–7 Baik
4–5 Cukup Baik
2–3 Kurang Baik

3) Rapi dan teratur


1. Menghitung skor tertinggi dengan rumus:
Skor tertinggi = skor tertinggi x jumlah butir pernyataan
=4x2
=8
2. Menghitung skor terendah dengan rumus:
Skor terendah = skor terendah x jumlah butir pernyataan
=1x2
=2
3. Menetapkan jumlah kelas = 4
4. Menentukan jarak interval
157

Jarak interval =

=
= 1,5 dibulatkan menjadi 2
Berdasarkan hasil tersebut, maka disusun tabel kategori indikator rapi
dan teratur sebagai berikut:
Jumlah Skor Jawaban Kategori
8-9 Sangat Baik
6–7 Baik
4–5 Cukup Baik
2–3 Kurang Baik

4) Tidak terganggu dengan keributan


1. Menghitung skor tertinggi dengan rumus:
Skor tertinggi = skor tertinggi x jumlah butir pernyataan
=4x2
=8
2. Menghitung skor terendah dengan rumus:
Skor terendah = skor terendah x jumlah butir pernyataan
=1x2
=2
3. Menetapkan jumlah kelas = 4
4. Menentukan jarak interval

Jarak interval =

=
= 1,5 dibulatkan menjadi 2
Berdasarkan hasil tersebut, maka disusun tabel kategori indikator tidak
terganggu dengan keributan sebagai berikut:
158

Jumlah Skor Jawaban Kategori


8-9 Sangat Baik
6–7 Baik
4–5 Cukup Baik
2–3 Kurang Baik

5) Sulit menerima instruksi verbal


1. Menghitung skor tertinggi dengan rumus:
Skor tertinggi = skor tertinggi x jumlah butir pernyataan
=4x2
=8
2. Menghitung skor terendah dengan rumus:
Skor terendah = skor terendah x jumlah butir pernyataan
=1x2
=2
3. Menetapkan jumlah kelas = 4
4. Menentukan jarak interval

Jarak interval =

=
= 1,5 dibulatkan menjadi 2
Berdasarkan hasil tersebut, maka disusun tabel kategori indikator sulit
menerima instruksi verbal sebagai berikut:
Jumlah Skor Jawaban Kategori
8–9 Sangat Baik
6–7 Baik
4–5 Cukup Baik
2–3 Tidak Baik

b) Gaya belajar auditorial


1) Belajar dengan cara mendengar
1. Menghitung skor tertinggi dengan rumus:
Skor tertinggi = skor tertinggi x jumlah butir pernyataan
159

=4x2
=8
2. Menghitung skor terendah dengan rumus:
Skor terendah = skor terendah x jumlah butir pernyataan
=1x2
=2
3. Menetapkan jumlah kelas = 4
4. Menentukan jarak interval

Jarak interval =

=
= 1,5 dibulatkan menjadi 2
Berdasarkan hasil tersebut, maka disusun tabel kategori indikator belajar
dengan cara mendengar sebagai berikut:
Jumlah Skor Jawaban Kategori
8-9 Sangat Baik
6–7 Baik
4–5 Cukup Baik
2–3 Kurang Baik

2) Baik dalam aktivitas lisan

1. Menghitung skor tertinggi dengan rumus:


Skor tertinggi = skor tertinggi x jumlah butir pernyataan
=4x2
=8
2. Menghitung skor terendah dengan rumus:
Skor terendah = skor terendah x jumlah butir pernyataan
=1x2
=2
3. Menetapkan jumlah kelas = 4
4. Menentukan jarak interval
160

Jarak interval =

=
= 1,5 dibulatkan menjadi 2
Berdasarkan hasil tersebut, maka disusun tabel kategori indikator baik
dalam aktivitas lisan sebagai berikut:
Jumlah Skor Jawaban Kategori
8-9 Sangat Baik
6–7 Baik
4–5 Cukup Baik
2–3 Kurang Baik

3) Memiliki kepekaan terhadap musik


1. Menghitung skor tertinggi dengan rumus:
Skor tertinggi = skor tertinggi x jumlah butir pernyataan
=4x2
=8
2. Menghitung skor terendah dengan rumus:
Skor terendah = skor terendah x jumlah butir pernyataan
=1x2
=2
3. Menetapkan jumlah kelas = 4
4. Menentukan jarak interval

Jarak interval =

=
= 1,5 dibulatkan menjadi 2
Berdasarkan hasil tersebut, maka disusun tabel kategori indikator
memiliki kepekaan terhadap musik sebagai berikut:
Jumlah Skor Jawaban Kategori
8–9 Sangat Baik
6–7 Baik
161

4–5 Cukup Baik


2–3 Kurang Baik

4) Mudah terganggu dengan keributan


1. Menghitung skor tertinggi dengan rumus:
Skor tertinggi = skor tertinggi x jumlah butir pernyataan
=4x1
=4
2. Menghitung skor terendah dengan rumus:
Skor terendah = skor terendah x jumlah butir pernyataan
=1x1
=1
3. Menetapkan jumlah kelas = 4
4. Menentukan jarak interval

Jarak interval =

= 0,75 dibulatkan menjadi 1


Berdasarkan hasil tersebut, maka disusun tabel kategori indikator
mengingat apa yang dilihat daripada apa yang didengar sebagai berikut:
Jumlah Skor Jawaban Kategori
4 Sangat Baik
3 Baik
2 Cukup Baik
1 Kurang Baik

5) Lemah dalam aktivitas visual


1. Menghitung skor tertinggi dengan rumus:
Skor tertinggi = skor tertinggi x jumlah butir pernyataan
=4x3
= 12
2. Menghitung skor terendah dengan rumus:
Skor terendah = skor terendah x jumlah butir pernyataan
162

=1x3
=3
3. Menetapkan jumlah kelas = 4
4. Menentukan jarak interval

Jarak interval =

=
= 2,25 dibulatkan menjadi 3
Berdasarkan hasil tersebut, maka disusun tabel kategori indikator lemah
dalam aktivitas visual sebagai berikut:
Jumlah Skor Jawaban Kategori
12 – 14 Sangat Baik
9 – 11 Baik
6–8 Cukup Baik
3–5 Kurang Baik

c) Gaya belajar kinestetik


1) Belajar dengan aktivitas fisik
1. Menghitung skor tertinggi dengan rumus:
Skor tertinggi = skor tertinggi x jumlah butir pernyataan
=4x1
=4
2. Menghitung skor terendah dengan rumus:
Skor terendah = skor terendah x jumlah butir pernyataan
=1x1
=1
3. Menetapkan jumlah kelas = 4
4. Menentukan jarak interval

Jarak interval =
163

= 0,75 dibulatkan menjadi 1


Berdasarkan hasil tersebut, maka disusun tabel kategori indikator belajar
dengan aktivitas fisik sebagai berikut:
Jumlah Skor Jawaban Kategori
4 Sangat Baik
3 Baik
2 Cukup Baik
1 Kurang Baik

2) Peka terhadap ekspresi dan bahasa tubuh


1. Menghitung skor tertinggi dengan rumus:
Skor tertinggi = skor tertinggi x jumlah butir pernyataan
=4x2
=8
2. Menghitung skor terendah dengan rumus:
Skor terendah = skor terendah x jumlah butir pernyataan
=1x2
=2
3. Menetapkan jumlah kelas = 4
4. Menentukan jarak interval

Jarak interval =

=
= 1,5 dibulatkan menjadi 2
Berdasarkan hasil tersebut, maka disusun tabel kategori indikator peka
terhadap ekspresi dan bahasa tubuh sebagai berikut:
Jumlah Skor Jawaban Kategori
8–9 Sangat Baik
6–7 Baik
4–5 Cukup Baik
2–3 Kurang Baik
164

3) Berorientasi pada fisik dan banyak bergerak


1. Menghitung skor tertinggi dengan rumus:
Skor tertinggi = skor tertinggi x jumlah butir pernyataan
=4x3
= 12
2. Menghitung skor terendah dengan rumus:
Skor terendah = skor terendah x jumlah butir pernyataan
=1x3
=3
3. Menetapkan jumlah kelas = 4
4. Menentukan jarak interval

Jarak interval =

=
= 2,25 dibulatkan menjadi 3
Berdasarkan hasil tersebut, maka disusun tabel kategori indikator
berorientasi pada fisik dan banyak bergerak sebagai berikut:
Jumlah Skor Jawaban Kategori
12 – 14 Sangat Baik
9 – 11 Baik
6–8 Cukup Baik
3–5 Kurang Baik

4) Suka coba-coba dan kurang rapi


1. Menghitung skor tertinggi dengan rumus:
Skor tertinggi = skor tertinggi x jumlah butir pernyataan
=4x2
=8
2. Menghitung skor terendah dengan rumus:
Skor terendah = skor terendah x jumlah butir pernyataan
=1x2
=2
165

3. Menetapkan jumlah kelas = 4


4. Menentukan jarak interval

Jarak interval =

=
= 1,5 dibulatkan menjadi 2
Berdasarkan hasil tersebut, maka disusun tabel kategori indikator suka
coba-coba dan kurang rapi sebagai berikut:
Jumlah Skor Jawaban Kategori
8–9 Sangat Baik
6–7 Baik
4–5 Cukup Baik
2–3 Kurang Baik

5) Menyukai kerja kelompok dan praktik


1. Menghitung skor tertinggi dengan rumus:
Skor tertinggi = skor tertinggi x jumlah butir pernyataan
=4x2
=8
2. Menghitung skor terendah dengan rumus:
Skor terendah = skor terendah x jumlah butir pernyataan
=1x2
=2
3. Menetapkan jumlah kelas = 4
4. Menentukan jarak interval

Jarak interval =

= 1,5 dibulatkan menjadi 2


Berdasarkan hasil tersebut, maka disusun tabel kategori indikator lemah
dalam aktivitas belajar sebagai berikut:
166

Jumlah Skor Jawaban Kategori


8–9 Sangat Baik
6–7 Baik
4–5 Cukup Baik
2–3 Kurang Baik
167

Lampiran 9
KATEGORI SKOR ANGKET GAYA BELAJAR SISWA
Indikator 1 Indikator 2 Indikator 3 Indikator 4 Indikator 5
No.
Skor Kategori Skor Kategori Skor Kategori Skor Kategori Skor Kategori
1 6 B 7 B 8 SB 6 B 7 B
2 6 B 7 B 8 SB 6 B 7 B
3 4 C 6 B 8 SB 6 B 5 C
4 7 B 7 B 8 SB 8 SB 8 SB
5 6 B 7 B 7 B 7 B 7 B
6 5 C 7 B 7 B 5 C 7 B
7 5 C 5 C 8 SB 6 B 6 B
8 8 SB 8 SB 8 SB 8 SB 8 SB
9 7 B 8 SB 7 B 7 B 7 B
10 8 SB 8 SB 7 B 7 B 7 B
11 7 B 5 C 8 SB 7 B 5 C
12 8 SB 7 B 8 SB 8 SB 7 B
13 7 B 7 B 8 SB 7 B 7 B
14 8 SB 5 C 7 B 7 B 6 B
15 5 C 5 C 7 B 6 B 6 B
16 7 B 6 B 7 B 7 B 7 B
17 7 B 7 B 8 SB 6 B 8 SB
18 7 B 6 B 8 SB 7 B 6 B
19 8 SB 6 B 8 SB 6 B 6 B
168

20 6 B 6 B 6 B 4 C 6 B
21 7 B 8 SB 8 SB 7 B 6 B
22 5 C 5 C 8 SB 6 B 5 C
23 7 B 7 B 7 B 6 B 7 B
24 4 C 8 SB 8 SB 6 B 8 SB
25 8 SB 8 SB 6 B 7 B 7 B
26 7 B 8 SB 7 B 6 B 5 C
27 7 B 6 B 5 C 5 C 7 B
28 5 C 4 C 8 SB 5 C 6 B
29 7 B 7 B 8 SB 6 B 7 B
30 8 SB 6 B 8 SB 3 K 8 B
31 8 SB 7 B 8 SB 7 B 6 B
32 5 C 7 B 8 SB 5 C 6 B
33 7 B 7 B 8 SB 7 B 4 C
34 7 B 8 SB 7 B 6 B 7 B
35 7 B 7 B 8 SB 8 SB 6 B
36 7 B 5 C 7 B 7 B 5 C
37 5 C 6 B 5 C 6 B 8 SB
38 6 B 6 B 7 B 7 B 4 C
39 6 B 5 C 8 SB 6 B 6 B
40 5 C 3 K 8 SB 7 B 7 B
41 6 B 5 C 7 B 5 C 6 B
42 8 SB 5 C 7 B 8 SB 8 SB
43 6 B 7 B 8 SB 6 B 7 B
169

44 7 B 5 C 7 B 6 B 7 B
45 7 B 7 B 7 B 6 B 5 C
46 6 B 6 B 5 C 8 S 7 B
47 8 SB 6 B 7 B 5 C 8 SB
48 7 B 6 B 8 SB 7 B 8 SB
49 7 B 7 B 8 SB 6 B 6 B
50 7 B 8 SB 8 SB 7 B 6 B
51 7 B 7 B 8 SB 4 C 7 B
52 5 C 7 B 8 SB 5 C 8 SB
53 8 SB 7 B 8 SB 7 B 8 SB
54 6 B 7 B 8 SB 6 B 7 B

Gaya Belajar Auditorial


No.
Indikator 1 Indikator 2 Indikator 3 Indikator 4 Indikator 5
Responden
Skor Kategori Skor Kategori Skor Kategori Skor Kategori Skor Kategori
1 6 B 8 SB 6 B 4 SB 9 B
2 5 C 8 SB 5 C 3 B 11 SB
3 7 B 6 B 6 B 3 B 8 B
4 6 B 7 B 3 K 3 B 9 B
5 7 B 8 SB 6 B 4 SB 12 SB
6 6 B 7 B 7 B 3 B 10 SB
7 6 B 7 B 5 C 3 B 10 SB
170

8 7 B 6 B 7 B 2 C 10 SB
9 6 B 5 C 6 B 3 B 9 B
10 6 B 7 B 5 C 2 C 8 B
11 7 B 6 B 7 B 3 B 9 B
12 8 SB 7 B 7 B 4 SB 12 SB
13 6 B 7 B 7 B 3 B 11 SB
14 6 B 6 B 5 C 2 C 10 SB
15 6 B 6 B 5 C 2 C 10 SB
16 7 B 7 B 7 B 4 SB 11 SB
17 6 B 6 B 7 B 3 B 10 SB
18 6 B 6 B 6 B 1 K 10 SB
19 7 B 7 B 8 SB 3 B 11 SB
20 7 B 7 B 6 B 4 SB 10 SB
21 7 B 7 B 7 B 4 SB 10 SB
22 7 B 7 B 6 B 3 B 11 SB
23 5 C 7 B 7 B 2 C 9 B
24 5 C 5 C 4 C 2 C 5 K
25 6 B 6 B 5 C 2 C 9 B
171

No.
Indikator 1 Indikator 2 Indikator 3 Indikator 4 Indikator 5
Responden
Skor Kategori Skor Kategori Skor Kategori Skor Kategori Skor Kategori
1 6 B 7 B 8 SB 6 B 7 B
2 6 B 6 B 6 B 6 B 8 SB
3 6 B 7 B 8 SB 6 B 7 B
4 4 C 6 B 8 SB 6 B 5 C
5 7 B 7 B 8 SB 8 SB 8 SB
6 6 B 5 C 7 B 6 B 5 C
7 6 B 7 B 7 B 7 B 7 B
8 6 B 6 B 8 SB 5 C 6 B
9 5 C 7 B 7 B 5 C 7 B
10 5 C 5 C 8 SB 6 B 6 B
11 4 C 5 C 4 C 5 C 6 B
12 8 SB 8 SB 8 SB 8 SB 8 SB
13 6 B 8 SB 7 B 5 C 5 C
14 6 B 7 B 7 B 7 B 6 B
15 7 B 8 SB 7 B 7 B 7 B
16 7 B 7 B 7 B 6 B 8 SB
172

Lampiran 10
KATEGORI NILAI HASIL BELAJAR IPS
No. Nilai No. Nilai No. Nilai
Kategori Kategori Kategori
Responden UTS Responden UTS Responden UTS
1 86 BS 33 89 BS 65 62 C
2 81 BS 34 64 C 66 75 B
3 81 BS 35 87 BS 67 81 BS
4 74 B 36 74 B 68 58 C
5 98 BS 37 78 B 69 65 C
6 82 BS 38 80 BS 70 80 BS
7 81 BS 39 74 B 71 68 B
8 91 BS 40 78 B 72 61 C
9 76 B 41 98 BS 73 83 BS
10 78 B 42 80 BS 74 77 B
11 74 B 43 74 B 75 65 C
12 90 BS 44 87 BS 76 80 BS
13 89 BS 45 90 BS 77 80 BS
14 74 B 46 80 BS 78 70 B
15 80 BS 47 80 BS 79 65 C
16 94 BS 48 81 BS 80 75 B
17 86 BS 49 87 BS 81 83 BS
18 76 B 50 84 BS 82 70 B
19 86 BS 51 72 B 83 75 B
20 91 BS 52 77 B 84 52 K
173

21 90 BS 53 80 BS 85 68 B
22 86 BS 54 82 BS 86 74 B
23 83 BS 55 68 B 87 83 BS
24 70 B 56 74 B 88 78 B
25 81 BS 57 71 B 89 68 B
26 81 BS 58 70 B 90 78 B
27 93 BS 59 89 BS 91 74 B
28 84 BS 60 90 BS 92 86 BS
29 80 BS 61 73 B 93 75 B
30 70 B 62 83 BS 94 83 BS
31 84 BS 63 74 B 95 75 B
32 94 BS 64 62 C

Distribusi Nilai Hasil Belajar IPS

Kategori Nilai Frekuensi Persen (%) Kumulatif Persen


Baik Sekali 80 – 100 50 52,63% 53%
Baik 66 – 79 36 37,89% 38%
Cukup 56 – 65 8 8,42% 8%
Kurang 40 – 55 1 1,05% 1%
Gagal 30 – 39 0 0% 0%
Total 95 100% 100%
174

Lampiran 11
HASIL PERHITUNGAN UJI NORMALITAS

Menghitung harga fh sebagai berikut:


Fh = 2,7% x 95 = 2,565 =3
= 13,34% x 95 = 12,673 = 13
=33,96% x 95 = 32,262 = 33
= 33,96% x 95 = 32,262 = 33
= 13,34% x 95 =12,673 = 13
= 2,7% x 95 = 2,565 =3

Tabel Penolong untuk Pengujian Normalitas Data Gaya Belajar Siswa

Interval fo Fh (fo - fh) (fo - fh)2


72 – 78 4 3 1 1 0,33
79 – 85 17 13 4 16 1,23
86 – 92 27 33 -6 36 1,09
93 – 99 34 33 1 1 0,03
100 – 106 8 13 -5 25 1,92
107 – 113 5 3 2 4 1,33
Total 95 5,94

Tabel Penolong untuk Pengujian Normalitas Data Hasil Belajar IPS

Interval fo Fh (fo - fh) (fo - fh)2


52 – 59 2 3 -1 1 1,33
60 – 67 7 13 -6 36 2,76
68 – 75 27 33 -6 36 1,09
76 – 83 34 33 1 1 0,03
84 – 91 20 13 7 49 3,76
92 – 99 5 3 2 4 1,33
95 9,326
175

Lampiran 12
HASIL UJI LINEARITAS

ANOVA Table
Sum of df Mean F Sig.
Squares Square
(Combined) 3718,831 28 132,815 2,402 ,002
Linearity 2698,121 1 2698,121 48,804 ,000
Gaya Belajar Between Groups
Deviation from 1020,710 27 37,804 ,684 ,862
*
Linearity
Hasil Belajar
Within Groups 3648,790 66 55,285
Total 7367,621 94
176

Lampiran 13

HASIL UJI KORELASI GAYA BELAJAR DENGAN HASIL BELAJAR


IPS

1) Korelasi gaya belajar siswa dengan hasil belajar IPS


Correlations
Gaya Belajar Hasil Belajar
Pearson Correlation 1 ,605**
Gaya belajar Sig. (2-tailed) ,000
N 95 95
Pearson Correlation ,605** 1
Hasil Belajar Sig. (2-tailed) ,000
N 95 95
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

2) Korelasi gaya belajar visual dengan hasil belajar IPS


Visual Hasil Belajar
Pearson Correlation 1 ,404**
Visual Sig. (2-tailed) ,000
N 95 95

Pearson Correlation ,404** 1


Hasil Belajar Sig. (2-tailed) ,00
N 95 95

**. Correlation is significant at the 0.00 level (2-tailed).

3) Korelasi gaya belajar auditorial dengan hasil belajar IPS


Auditorial Hasil Belajar
Pearson Correlation 1 ,416**
Auditorial Sig. (2-tailed) ,000
N 95 95
Pearson Correlation ,416** 1
Hasil Belajar Sig. (2-tailed) ,00
N 95 95

**. Correlation is significant at the 0.00 level (2-tailed).


177

4) Korelasi gaya belajar kinestetik dengan hasil belajar IPS

Kinestetik Hasil Belajar


Pearson Correlation 1 ,449**
Kinestetik Sig. (2-tailed) ,000
N 95 95
Pearson Correlation ,449** 1
Hasil Belajar Sig. (2-tailed) ,00
N 95 95

**. Correlation is significant at the 0.00 level (2-tailed).


178

Lampiran 14

KISI-KISI WAWANCARA SISWA TENTANG GAYA BELAJAR

No. Butir Jumlah


Variabel Sub Variabel Indikator
Pertanyaan Pertanyaan
Gaya Belajar Belajar dengan cara visual 1 1
Mengingat apa yang dilihat daripada apa yang didengar 2 1
Gaya belajar
Rapi dan teratur 3 1
visual
Tidak terganggu dengan keributan 4 1
Sulit menerima instruksi verbal 5 1
Belajar dengan cara mendengar 6 1
Baik dalam aktivitas lisan 7 1
Gaya belajar
Memiliki kepekaan terhadap musik 8 1
auditorial
Mudah terganggu dengan keributan 9 1
Lemah dalam aktivitas visual 10 1
Belajar dengan aktivitas fisik 11 1
Peka terhadap ekspresi dan bahasa tubuh 12 1
Gaya belajar
Berorientasi pada fisik dan banyak bergerak 13 1
kinestetik
Suka coba-coba dan kurang rapi 14 1
Menyukai kerja kelompok dan praktik. 15 1
Jumlah 15
179

Lampiran 15
SAMPEL WAWANCARA DENGAN SISWA

Narasumber 1
Hari/tanggal : Selasa, 24 Mei 2016
Narasumber : Muhammad Nabil
Tempat : SDN 03 Tumpangkrasak
Pertanyaan
1. Apakah kamu suka membaca materi IPS?
Iya, saya sering membaca-baca materi IPS di buku paket.
2. Apakah kamu lebih menghafal materi IPS dengan cara membaca?
Iya, saya menghafal materi IPS dengan membaca buku.
3. Sebelum pelajaran dimulai, apakah kamu selalu menyiapkan buku dan alat
tulis di meja? Saya selalu menyiapkan buku pelajaran.
4. Apakah kamu dapat belajar dengan keadaan yang gaduh? Saya masih tetap
dapat belajar walaupun teman saya ribut.
5. Apakah kamu suka mencatat materi yang dijelaskan oleh guru tanpa disuruh
terlebih dahulu? Setiap guru menjelaskan, saya langsung mencatat materi.
6. Apakah kamu senang jika guru menjelaskan materi secara lisan? Saya kurang
memahami jika guru menjelaskan materi.
7. Apakah kamu senang jika guru bercerita padamu? Saya merasa bosan jika
guru hanya bercerita saja.
8. Jika ada waktu luang apakah kamu suka mendengarkan musik? Saya kurang
menyukai musik
9. Jika dalam pelajaran ada temanmu yang bermain sendiri, apakah kamu
merasa terganggu? Saya tetap dapat belajar walau teman saya mengganggu,
tapi saya juga merasa kesal.
10. Apakah kamu merasa kesulitan memahami tulisan guru di papan tulis? Ya,
saya agak kesulitan, karena tulisannya kurang jelas.
11. Apakah kamu betah jika harus duduk berlama-lama mendengarkan
penjelasan guru? Saya merasa capek kalau duduk lama.
180

12. Apakah kamu suka menghafalkan materi sambil berjalan? Saya menghafal
materi dengan duduk.
13. Ketika membaca, apakah kamu suka menggunakan jari sebagai penunjuk?
Kadang-kadang saya menggunakan jari saya saat membaca.
14. Apakah kamu suka mengerjakan soal sebelum disuruh guru? Saya
mengerjakan soal jika disuruh guru.
15. Apakah kamu menyukai kerja kelompok?
Saya lebih suka mengerjakan tugas sendirian, karena jika kerja kelompok
pasti ada teman yang tidak ikut bekerja
181

Narasumber 2
Hari/tanggal : Rabu, 24 Mei 2016
Narasumber : Miladia Najwa
Tempat : SDN 03 Ngembal Kulon
Pertanyaan
1. Apakah kamu suka membaca materi IPS?
Saya kurang suka kalau disuruh baca buku.
2. Apakah kamu lebih menghafal materi IPS dengan cara membaca?
Saya sulit mengingat materi IPS kalau hanya membaca saja.
3. Sebelum pelajaran dimulai, apakah kamu selalu menyiapkan buku dan alat
tulis di meja? Kadang-kadang saya menyiapkan alat tulis saya terlebih
dahulu.
4. Apakah kamu dapat belajar dengan keadaan yang gaduh? Saya tidak dapat
berkonsentrasi jika kelas ramai.
5. Apakah kamu suka mencatat materi yang dijelaskan oleh guru tanpa disuruh
terlebih dahulu? Ya kadang-kadang saya melakukannya.
6. Apakah kamu senang jika guru menjelaskan materi secara lisan? Saya lebih
senang mendengarkan penjelasan guru.
7. Apakah kamu senang jika guru bercerita padamu? Saya sangat tertarik jika
guru bercerita tentang materi IPS, apalagi bercerita tentang Indonesia.
8. Jika ada waktu luang apakah kamu suka mendengarkan musik? Ya kalau saya
lagi bosan saya suka mendengarkan musik.
9. Jika dalam pelajaran ada temanmu yang bermain sendiri, apakah kamu
merasa terganggu? Iya, saya merasa terganggu.
10. Apakah kamu merasa kesulitan memahami tulisan guru di papan tulis?
Kadang-kadang tulisan guru kurang jelas.
11. Apakah kamu betah jika harus duduk berlama-lama mendengarkan
penjelasan guru? Iya saya merasa betah.
12. Apakah kamu suka menghafalkan materi sambil berjalan? Saya lebih sering
menghafalkan materi sambil duduk.
182

13. Ketika membaca, apakah kamu suka menggunakan jari sebagai penunjuk?
Iya, kadang-kadang saya melakukannya.
14. Apakah kamu suka mengerjakan soal sebelum disuruh guru? Kalau saya lagi
tidak malas, saya akan mengerjakan soa-soal tanpa disuruh guru.
15. Apakah kamu menyukai kerja kelompok?
Saya lebih suka mengerjakan tugas sendiri, tapi jika ada kesulitan saya
bertanya guru atau teman.
183

Lampiran 16
SURAT KETERANGAN VALIDASI PENILAI AHLI
184
185
186
187

Lampiran 17
SURAT IJIN PENELITIAN
188
189
190
191
192
193
194

Lampiran 18
SURAT KETERANGAN MELAKSANAKAN PENELITIAN
195
196
197
198
199
200
201

Lampiran 19

DOKUMENTASI

Gambar 1 Gambar 2

Pada gambar 1 dan 2, peneliti melakukan perkenalan dengan para siswa

Gambar 3 Gambar 4

Pada gambar 3 dan 4, peneliti sedang membagikan angket kepada siswa kelas V

Gambar 5 Gambar 6

Pada gambar 5 dan 6, peneliti menjelaskan petunjuk pengisian angket


202

Gambar 7 Gambar 8

Pada gambar 7 dan 8, siswa sedang mengisi angket gaya belajar

Gambar 9 Gambar 10

Pada gambar 9 dan 10, peneliti mengecek pengisian angket siswa

Gambar 11 Gambar 12

Pada gambar 11 dan 12, peneliti mewancarai siswa tentang gaya belajarnya

Anda mungkin juga menyukai