Kompendium Diagnostik Dan Pengobatan COVID-19 (INTERIM), Perhimpunan Respirologi Indonesia (PERPARI)
Kompendium Diagnostik Dan Pengobatan COVID-19 (INTERIM), Perhimpunan Respirologi Indonesia (PERPARI)
PENDAHULUAN
Virus corona adalah keluarga besar virus yang 19 dinamakan Severe Acute Respiratory Syndrome
umum pada manusia dan hewan seperti unta, sapi, Coronavirus 2 (SARS-CoV-2).2
kucing, dan kelelawar. Terdapat 7 strain dari virus Kasus pneumonia yang tidak diketahui
corona, yaitu 229E (alpha coronavirus), NL63 (alpha penyebabnya teridentifikasi pertama kali di Wuhan
coronavirus), OC43 (beta coronavirus), HKU1 (beta ibukota provinsi Hubei pada awal bulan Desember
coronavirus), MERS-CoV (beta coronavirus yang tahun 2019.3 Pada tanggal 7 Januari 2020, Chinese
menyebabkan Middle East Respiratory Syndrome, Center for Disease Control and Prevention (CDC)
atau MERS), SARS-CoV (beta coronavirus yang mengidentifikasi suatu coronavirus baru yang diambil
menyebabkan Severe Acute Respiratory Syndrome dari swab tenggorokan dari pasien dan kemudian
atau SARS) dan SARS-CoV-2 (COVID-19).1,2 dinamai 2019-nCov atau severe acute respiratory
Virus corona dari binatang dapat menginfeksi syndrome coronavirus 2 (SARS-CoV-2) oleh World
manusia dan menyebar diantara manusia melalui Health Organization (WHO).3-5
transmisi manusia ke manusia seperti MERS-CoV, Berdasarkan data dari WHO sampai tanggal 25
SARS-CoV, dan terkini adalah COVID-19 Mei 2020, kasus Covid-19 yang positif ada 5.304.772
(Coronavirus disease 2019). Virus penyebab COVID- kasus, dengan total kematian 342.029 pasien. Di
• Jika hasil negatif diperoleh dari pasien dibandingkan dengan RT-PCR awal dari
dengan indeks kecurigaan tinggi terhadap sampel swab (88% berbanding 59%).
COVID-19, spesimen tambahan harus Sensitivitas CT toraks adalah 97% pada
dikumpulkan dan diuji, terutama jika pasien yang akhirnya memiliki hasil RT-
hanya spesimen saluran pernapasan bagian PCR positif. Namun pada studi ini, 75%
atas yang dikumpulkan pada awalnya.33 pasien dengan hasil RT-PCR negatif juga
• Ada bukti yang muncul bahwa air liur memiliki temuan CT toraks positif. Di
dapat menjadi spesimen yang dapat antara pasien-pasien ini, 48% dianggap
diandalkan untuk mendeteksi SARS-CoV- sebagai kasus kemungkinan besar
2 oleh RT-PCR.35 COVID-19, sementara 33% dianggap
sebagai kasus mungkin COVID-19.42
c. Foto toraks • Sebuah studi menggambarkan perubahan
• Dilakukan pada semua pasien dengan tomografi dari 21 pasien dengan penyakit
dugaan pneumonia. ringan sampai tahap pemulihan dari
• Infiltrat paru unilateral ditemukan pada penyakit ke dalam 4 tahap:43
25% pasien, dan infiltrat paru bilateral - Tahap awal (0–4 hari setelah
ditemukan pada 75% pasien.16,36,37 timbulnya gejala), ground-glass
opacity (GGO) sering terjadi, dengan
d. Computed Tomography (CT Toraks) distribusi sub-pleura dan melibatkan
• Jika memungkinkan lakukan CT toraks sebagian besar lobus bawah. Beberapa
karena dapat sangat membantu penegakan pasien dalam tahap ini dapat memiliki
diagnostik. CT normal.
• Sensitivitas dan spesifisitas dari CT toraks - Tahap progresif (5–8 hari setelah
adalah 94% dan 37%.38 timbulnya gejala), temuan biasanya
• Temuan CT toraks abnormal telah berkembang dengan cepat melibatkan
dilaporkan pada 97% pasien rawat inap.39 dua paru-paru atau distribusi multi-
Bukti pneumonia pada CT dapat lobus dengan GGO, pola crazy paving
mendahului hasil RT-PCR positif untuk dan konsolidasi air bronchogram.
SARS-CoV-2 pada beberapa pasien.3 - Tahap puncak (9–13 hari setelah
• Abnormalitas pencitraan CT dapat terjadi timbulnya gejala), konsolidasi
pada pasien dengan gejala minimal atau menjadi lebih padat dan tampak di
tanpa gejala.40,41, hampir semua kasus. Temuan lainnya
• Dalam penelitian kohort lebih dari 1000 adalah kumpulan parenkim residual.
pasien di daerah hiperendemik di Cina, CT - Tahap absorbsi (> 14 hari setelah
toraks memiliki sensitivitas yang lebih timbulnya gejala), tidak ada pola
tinggi untuk diagnosis COVID-19
Gambar 1. Variasi level antigen, IgM dan Ig G antibodi setelah terinfeksi kuman COVID-19. 15,46,47
IgM dapat mulai terdeteksi 7 hari setelah terinfeksi SARS-CoV-2 dan terus bertahan sampai 28 hari. IgG mulai terdeteksi pada
hari ke-14 dan terus bertahan dalam jangka waktu lama. PCR bila dipadukan dengan pemeriksaan antibodi maka antibodi
maksimal dapat terdeteksi pada hari ke-10. Tes serologi direkomendasikan digunakan pada pasien minimal 3 hari setelah timbul
gejala atau 7–10 hari setelah terinfeksi virus.
Gejala Berat
OTG / ODP / PDP (Butuh Perawatan RS)
Positif Negatif
Negatif
Rapid test Antibodi Rapid test Antigen
(10 hari kemudian) Ulang
Negatif Positif
Stadium I (Ringan) - Infeksi awal ACE2, infeksi biasanya muncul dengan gejala
• Tahap awal terjadi pada saat terjadi inokulasi pernapasan ringan dan sistemik.64
dan awal perkembangan penyakit. Pada tahap • Pada periode ini alat diagnostik yang dapat
ini terjadi periode inkubasi dengan manifestasi digunakan adalah sampel dari swab saluran
klinis ringan dan sering kali tidak spesifik napas untuk PCR, uji serum untuk IgG dan IgM
seperti lemah badan, demam dan batuk kering. SARS-CoV-2, pencitraan toraks, darah rutin
Selama periode ini, SARS-CoV-2 bereplikasi dan hitung lengkap, serta tes fungsi hati. Darah
pada pejamu dengan fokus pada sistem rutin dapat menunjukan limfopenia dan
pernapasan. Mirip dengan SARS-CoV (wabah neutrofilia tanpa kelainan signifikan lainnya.64
SARS 2002-2003), SARS-CoV-2 berikatan • Pengobatan pada tahap ini adalah untuk
dengan targetnya menggunakan reseptor menghilangkan gejala. Terapi anti-virus yang
angiotensin-converting enzyme 2 (ACE2) pada dapat digunakan (seperti remdesivir) mungkin
sel manusia. Reseptor ini banyak terdapat di bermanfaat, dengan pemberian kepada pasien
paru manusia dan epitel usus halus, serta pada tahap ini dapat mengurangi durasi gejala,
endotelium pembuluh darah. SARS-CoV2 mencegah penularan dan perkembangan
merupakan penyakit yang menular melalui keparahan penyakit. Pada pasien yang dapat
udara dan memiliki afinitas paru untuk reseptor mempertahankan replikasi virus tetap terbatas
Obat-obatan saat ini obat dalam siklus hidup virus ini ditunjukkan
• Belum ada bukti dari uji acak klinis terhadap pada gambar 6.66
terapi potensial yang dapat meningkatkan hasil
pengobatan baik pada pasien suspek maupun Remdesivir (Level IV, Grade D, Weak)1
kasus konfirmasi COVID-19. Lebih dari 300 • Remdesivir menunjukkan efek aktivitas
penelitian aktif pengobatan saat ini sedang antivirus yang poten terhadap SARS-Cov-2
dikerjakan.66 secara in vitro. Satu laporan kasus yang
• SARS-CoV-2 merupakan virus single- menggunakan remdesivir menunjukan
stranded RNA yang berkapsul, memiliki target perbaikan klinis.67 Penelitian randomized
sel melalui protein viral structural spike (S) controlled trial (RCT) dari Y.Wang dkk
yang mengikat reseptor angiotensin-converting tidak menunjukan perbaikan klinis pasien
enzyme 2 (ACE2) receptor. Setelah terjadinya dari segi waktu yang bermakna, namun
pengikatan reseptor, partikel virus secara numerikal memberikan efek
menggunakan reseptor sel inang dan endosom perbaikan klinis lebih cepat dibandingkan
untuk masuk ke dalam sel type 2 dengan yang diberikan plasebo pada pasien
transmembrane serine protease, TMPRSS2, dengan durasi gejala 10 hari atau kurang.68
memfasilitasi virus masuk ke dalam sel melalui • Food and Drug Administration (FDA) telah
protein S. Setelah berada di dalam sel, menyetujui penggunaan remdesivir untuk
poliprotein dari virus dibuat untuk encode pengobatan keadaan darurat COVID-19
replicase-transcriptase complex. Kemudian pada tanggal 1 Mei 2020.69
virus mensintesis RNA melalui RNA- • Mekanisme kerja yaitu replikasi virus
dependent RNA polymerase. Struktur protein SARS-CoV-2 tergantung pada viral RNA-
ini disintesis dengan hasil akhir pelepasan dependent RNA polymerase (RdRp), yang
partikel virus. Lokasi dan mekanisme kerja merupakan target dari nucleotide analogue
1
Tingkatan rekomendasi menurut Oxford Centre for
Evidence-Based Medicine
Gambar 6 Skematik yang menampilkan sistem respon imun sel inang terhadap
virus dan proses virus dengan target sel.66
Gambar 8. Skema representasi progresifitas infeksi COVID-19 dan terapi ajuvan yang
potensial.13
1. Pasien yang menggunakan Continuous posisi pronasi sebagai salah satu alternatif
Positive Airway Pressure (CPAP) atau terapi awal seperti tertera pada bagan di
Non Invasive Ventilation (NIV), bawah ini yang ternyata lebih baik dengan
memperlihatkan upaya bernapas yang prosedur "awake prone position" pada
berlebihan, maka harus segera di intubasi pasien COVID-19, dan menunjukkan
untuk menghindarkan tekanan intratorakal dalam perbaikan oksigenasi serta
yang semakin negatif dan munculnya self- heterogenitas paru yang signifikan.
inflicted lung injury (SILI) Dengan prosedur ini walaupun jumlah
2. PEEP yang tinggi pada paru-paru yang pasien kritis di Jiangsu mencapai 10%,
daya rekrutmennya parah akan tetapi penggunaan ventilasi mekanik
menyebabkan kegagalan hemodinamik invasif tetap rendah yaitu dibawah 1%,
yang berat dan terjadinya retensi cairan. suatu angka yang lebih rendah
3. Posisi pronasi ventilasi pada penderita dibandingkan survei pasien ARDS pada
yang komplains parunya baik tampaknya umumnya. Laporan lain juga
bermanfaat. Beberapa senter menawarkan menyampaikan bahwa sebagian besar
QTc < 500 mdet (QRS sempit) QTc > 500 mdet (QRS sempit)
QTc < 550 mdet (QRS lebar) QTc > 550 mdet (QRS lebar)
Pertimbangkan manfaat
Berikan hidroksiklorokuin
Vs
atau azitromisin
Risiko TdP*/SCD**
Ya
Gambar 10. Alur pemberian terapi pada pasien dengan kelainan kardiovaskular.102
Indikasi tindakan bronkoskopi sebagai tindakan semi urgen tercantum pada tabel 9.
Indikasi tindakan bronkoskopi sebagai tindakan elektif tercantun pada tabel 10.
Tabel 11. Indikasi tindakan bronkoskopi pada kasus OTG / ODP / PDP / Terkonfirmasi.2
INDIKASI TINDAKAN BRONKOSKOPI PADA COVID-19
1 Kontraindikasi bersifat relatif
2 Pasien dengan dugaan klinis kuat dengan hasil swab dan sputum negatif
3 Pasien dengan ventilasi mekanik, untuk membersihkan mukus
4 Evaluasi adanya infeksi lain selain COVID-19
5 Menyingkirkan penyebab pneumonia yang tidak perbaikan
6 Hemoptisis masif, Intervensi saluran napas
Hematologi rutin
Hitung jenis leukosit
Foto thorax
ODP PDP
Pulang / RS
Perujuk Sisrute
Jika memungkinkan
CT Scan Thorax atau USG
Thorax
CRP kuantitatif
Edukasi kewaspadaan saat Prokalsitonin (hari-1 dan
isolasi di rumah hari-7)
Koordinasi dengan Dinkes
Provinsi untuk PE
Pasien asimptomatik (OTG) Tanpa Respiratory Distress/Failure (SaO2 > 95% dengan nasal kanul) Dengan Respiratory Distress/Failure (SaO2 < 95% dengan nasal kanul)
ATAU ATAU ATAU
COVID Hijau COVID Kuning COVID Merah
PDP Ringan atau Kasus Konfirmasi COVID-19 Gejala Ringan PDP Sedang (Dewasa & Anak) atau Kasus Konfirmasi COVID-19 Klinis Sedang 1. PDP Berat / Kasus Konfirmasi COFID-19 Klinis Berat
PNEUMONIA RINGAN (RR < 24 X /menit) dengan rontgen thorax pneumonia DENGAN PNEUMONIA TANPA ANCAMAN GAGAL NAPAS 2. PNEUMONIA Berat dengan Ancaman Gagal Nafas dan Membutuhkan
SATURASI > 95% tanpa bantuan oksigen SATURASI > 90% dengan bantuan O2 Nasal 5 liter/menit Ventilasi Mekanik atau Saturasi < 90% dengan NRM atau High Flow Nasal
KESADARAN CM KESADARAN CM Canule
TENSI > SYSTOLE > 100 mmHg TANPA SUPPORT TENS, MAP > 65 mmHg TANPA SUPPORT 3. ARDS atau
4. Gangguan Hemodinamik disertai Kegagalan Sirkulasi, MAP < 65 mmHg
Atau
5. Penurunan Kesadaran
Atau
6. Ada Tanda Sepsis, Syok Sepsis
Pulang
Pasien asimptomatik
COVID hijau Aluvia 2x2 tab PO (7 hari) ATAU Umifenovir 3x200 mg PO (10 hari) AGD
atau OTG
Oseltamivir 2x150 mg PO (10 hari), tidak diberikan jika rapid test SARS-COV- Aluvia 2x2 tab PO (7 hari) ATAU Umifenovir 3x200 mg PO (10 hari)
2 reaktif atau rapid test influenza non reaktif Oseltamivir 2x150 mg PO (10 hari), dihentikan jika rapid test SARS-COV-2
Hydroxychloroquine (hati-hati pada pasien dengan kelainan jantung) 2x400 reaktif atau rapid test influenza non reaktif
mg PO (hari pertama), selanjutnya 2x200 mg PO (4 hari) ATAU Chloroquin Hydroxychloroquine (hati-hati pada pasien dengan kelainan jantung) 2x400
Sulphate 2x500 mg PO (7 hari); EKG setiap hari (jika diperlukan) mg PO (hari pertama), selanjutnya 2x200 mg PO (4 hari) ATAU Chloroquin
Pasien asimptomatik
Antibiotik*: Levofloxacin 1x750 mg IV (72 jam) Sulphate 2x500 mg PO (7 hari); EKG setiap hari
atau OTG
Antibiotik*: Levofloxacin 1x750 mg IV dan Ceftriaxone 2x1 gr (72 jam)
Intubasi
Pasang CVC triple lumen
Confirmed Metilprednisolon 1-2 mg/
kgBB, maksimal 1 gr
Secara klinis Secara klinis masih COVID-19
tidak mendukung mungkin COVID-19
COVID-19 (diputuskan oleh tim)
ICU Infeksi
Aluvia atau Umifenovir
dilanjutkan
Bukan Swab II Oseltamivir stop
COVID-19 Hydroxychloroquine
ATAU Chloroquin
Sulphate dilanjutkan; EKG
setiap hari
Antibiotik dilanjutkan/
Negatif Positif eskalasi
Tocilizumab 400 mg IV
(dosis tunggal)
Plasma konvalesen
Sumber: Tim PINERE (Penyakit Infeksi Emerging dan Reemerging) RS. Dr. Hasan Sadikin, Bandung