Anda di halaman 1dari 9

TARIAN BONET SEBAGAI EKSPRESI ESTETIS

DALAM MASYARAKAT NOETOKO

TUGAS MATA KULIAH:


MANUSIA DAN KESENIAN INDONESIA

ARIANTO ADNAN BERKANIS


NO REG: 611 08 012

FAKULTAS FILSAFAT AGAMA


UNIVERSITAS KATOLIK WIDYA MANDIRA
KUPANG
2013
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Pengantar

Kebudayaan adalah manifestasi diri manusia. Diri manusia satu dapat dibedakan dari
manusia lain lewat budayanya sendiri. Kebudayaan merupakan hasil cipta manusia yang di
dalamnya manusia mengungkapkan rasa keindahan, kreatifitasnya dan nilai-nilai moral dalam
masyarakat. Kebudayaan merupakan pencerminan perkembangan hasil realisasi daya-daya
manusia. Dalam kebudayaan, manusia bertemu dengan berbagai fenomena kehidupan yang telah
diolah serta diatur menurut tata cara tertentu. Manusia bukanlah makhluk alam yang mengikuti
kecenderungan-kecenderungan alam begitu saja.Melainkan manusia berhadapan dengan alam
dengan membedakan dirinya dari alam. Manusia membedakan dirinya dengan benda-benda lain
karena manusia berakal budi dan berkehendak bebas.

Khasanah kebudayaan terselip dalam bentangan sejarah yang dibangun oleh manusia.
Kebudayaan hadir sebagai hasil ciptaan dari manusia. Di satu sisi, kebudayaan menjadi identitas
dari manusia. Karena kebudayaan sejalan dengan eksistensi manusia. Bagi manusia, berada
berarti mendunia dan mendunia berarti membudaya.1
Masyarakat Suku Dawan memiliki budayanya sebagai cara bereksistensi. Budaya yang
dihasilkan masyarakat Dawan dalam pergumulannya dengan dunia, terejawantah dalam pelbagai
bentuk. Salah satunya yang paling khas adalah tarian. Jenis tarian masyarakat Dawan sangat
beragam sesuai dengan suasana dan peristiwa yang dialami. Misalnya, ada tarian yang bersifat
heroik dan gembira sebagai ungkapan menang perang atau suasana pesta, ada pula tarian yang
bersuasana sedih. Masing-masing tarian, diiringi dengan alat musik tersendiri.2

Dengan demikian, dalam budaya orang Timor-Dawan terdapat salah satu tarian khas yaitu
tarian bonet. Pada tahun 1929 Pendeta Pieter Middelkoop dalam sebuah artikel berjudul “Bonet”
(MNZ XXIII; 47-59) mengatakan bahwa “in dit ‘bonet’ flitsen zijn van de Timoreeschen
geest,die uit het binneste der Atonis oplichten en daarombelangwekkend,” artinya “dalam
bonet terpercik kecemerlangan budi atau semangat orang Dawan yang paling
dalam,karenanya menarik perhatian”. Oleh karena itu menarik perhatian orang lain. Dalam
pantun-pantun bonet,kita menemukan getaran-getaran pikiran serta perasaan jiwa dan budi orang
Dawan umumnya. Tarian bonet biasanya dilakukan pada malam hari. Alunan suara pria
1
A. Sudiarja, dkk (Peny.), Karya Lengkap Driyarkara, (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2006), hlm.
720
2
Bdk. Alexander Un Usfinit, Maubes-Insana (Salah Satu Masyarakat Di Timor Dengan Struktur
Kebudayaan Yang Unik), (Yogyakarta: Kanisius, 2003), hlm. 13
dilatarbelakangi oleh suara halus para wanita, yang diapiti oleh lelaki dari keluarga atau
kenalannya, ditengah malam kelam menimbulkan suasana romantis,yang mengharukan hati setiap
orang dawan yang mendengarnya dari kejauhan. Suara-suara itu bagaikan deburan gelombang
laut yang menghempas ke pantai. Suara itu timbul tenggelam dalam kesenyapan dan lagi
gemuruh penuh riak ombak dan gelombang yang susul-menyusul memecah di pantai yang
berbatu,pun berpasir. Orang-orang Dawan akan menghabiskan waktu pada malam hari hingga
siang tanpa tidur tanpa sedikit pun.

Tarian kematian (boen nitu atau bonet) dilaksanakan pada waktu orang meninggal. Laki-
laki dan perempuan berdiri bergandengan tangan membentuk lingkaran dan berjalan kesamping
dengan sentakan kaki kanan maju dua kali – kaki kiri mundur satu kali. Lagu-lagu serta pantun-
pantun yang sedih dilantunkan oleh para ibu untuk mengenang jasa almarhum,kemudian para
kaum lelaki menyambutnya dengan teriakan-teriakan sedih yang khas. Cara berjalannya bonet
adalah beberapa orang membentuk lingkaran bulat yang sederhana sambil menyanyikan lagu
bonet dengan syair yang menarik,sebagai salah satu cara untuk menarik perhatian dan
keikutsertaan aktif orang atau laki-laki lain. Dalam keadaan seperti itu orang mengharapkan
bahwa lingkaran akan segera ditutup, walaupun masih berukuran kecil. Peserta yang ingin
menggabungkan diri meminta tempat kepada mereka yang dikehendakinya.Mulanya hanya
terdapat satu kelompok. Tetapi lingkaran semakin besar,kelompok secara automatis dibagi
dua,yang terdiri dari kelompok penyanyi syair atau pantun dan kelompok penyanyi bait ulangan
atau refren.

Tarian bonet mengandung nilai yang sangat tinggi, nilai kebersamaan. Lewat tarian bonet
masyarakat dapat mengekspresikan kesenian dalam bentuk pantun yang kemudian dilagukan.
Karena itu, saya ingin mengkaji dan menelaah lebih jauh tentang tarian Bonet di bawah judul:
“TARIAN BONET SEBAGAI EKPRESI ESTETIS MASYARAKAT DAWAN NOETOKO”.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa itu tarian Bonet?

2. Apa makna dan nilai dari tarian Bonet bagi masyarakat?

BAB II
TARIAN BONET SEBAGAI EKPRESI ESTETIS

2.1 Definisi Istilah “Bonet”3


Dalam bahasa pergaulan kata kerja “Boen” berarti mengelilingi, sinonim dengan “Napun”.
Contohnya “Asu Nboen Metan” “anjing mengelilingi musang”. Tok Tol Bonet artinya duduk
dalam bentuk lingkaran. Kata benda Bonet artinya tarian. Bah Tol Bonet artinya pagar dalam
bentuk lingkaran. Kata benda Bonet berati juga tarian dalam bentuk lingkaran. Untuk kata kerja
mem“Bonet” dipakai kata-kata: salan – helin – silit – sakut, dan lain-lain.

2.2 Cara Bonet


2.2.1 Sikap Penari
Penari berdiri berdampingan sambil berdempetan tanpa bergandengan tangan: makehen
atau manehen cara ini dipakai pada orang Beunsila yang berasal dari daerah Oekusi. Cara ini
dipakai juga di bagian lain dalam “Bonet Nitu” di Insana khususnya Maubesi. Cara lain ialah
saling berpegang tangan: “Matoup”.

2.2.2 Gerak-gerik
2.2.2.1 Bonet Mnutu - Baok Kolo-Hae Mese
Penari mengangkat kaki kiri ke kanan sekali. Sesudah itu kaki kanan ke kiri sekali dan
kaki kiri lagi ke kiri. Jadi tiga kali satu.
2.2.2.2 Bonet Naek: Baok Salan-Baok Hae Mnanu atau Bonet Hae Nua

Kaki kiri ke kanan dua kali dan kaki kanan ke kiri sekali. Cara ini sekarang kurang
dikenal dan kurang dipakai. Di daerah Amanatun masih terdapat beberapa cara Bonet lain dengan
variasi cukup kaya.

2.2.3 Peserta Bonet

Bonet merupakan tarian bagi pria. Dulu wanita muda dan tua juga turut serta tetapi selalu
berdekatan dengan pria yang berkeluarga. Untuk urutannya, selang-seling antara pria dan wanita.
Namun sekarang wanita bisa masuk sesuka hati sesuai dengan kehendaknya. Boen niut adalah
bonet yang khusus untuk wanita saja.

2.2.4 Jalannya Bonet


Beberapa orang mulai dan menantikan yang lain mereka mengulangi: kolo nema kolo.
Sampai peserta lain dalam lingkaran mengangkat: kolo nema kolo. Refrein ini diulangi lagi dan
dengan sendirinya lingkaran terbagi atas dua bagian yakni A dan B. kelompok A biasanya
mengulangi satu refrein yang tetap.

3
P. V. Lechovic, SVD, P. S. Mite ,SVD, Bonet Dawan, (Soe, 1978), hlm. 2-6
Contohnya:
* kolo nema kolo tebes kolo koa
(Burung datang burung yang sesungguhnya burung koak)
* matani non on laote non
(Daun kayu merah seperti daun “laot”)
* Pilu besa nok-nok et neon ma-mabe
(Destar turun serta pada sore hari)
* Baf keun kase koa kase maut he nem
(Kayu asing burung asing biarlah datang)
* Umbe nkae on sene hanan
(Burung dara menangis seperti suara gong berdentang)
* umu nkae kakae natbok
(Burung dara menagis, menangis tiba-tiba terkejut dan terbang)
* hele le o he tuka nema bian
Setelah kelompok A merasa cukup memperdengarkan pantunnya, kesempatan diberikan
kepada bagian B untuk membawakan pantun mereka dan sendiri mengulangi refrein dengan kata-
kata: “ok tuik ana on tan tuik man” artinya kotak sirih kecil tolong tukar. Bonet berlangsung
sepanjang malam hanya cahaya matahari yang dapat mendiamkan peserta bonet.

2.2.5 Upacara-Upacara Yang Dapat Diiringi Dengan Bonet


- Upacara mengeluarkan anak: tapoin liana
- Rumah baru: uem fe’u
- Memasukkan upeti: tatama maus
- Hasil kebun baru: mnahat fe’u
- Menyongsong pahlawan perang: ote nakan atau nis nakan
- Orang mati: pala supu nis muti
- Peringatan orang mati: laes nitu

2.2.4 Pantun-Pantun Dalam Bonet


Kalau kita hendak mengetahui segala pantun yang ada, sama seperti kita mau menghitung
jumlah pasir di pantai. Jumlahnya sangat banyak dan variasinya tidak kurang, apalagi dunia
pantun dawan masih terselubung bagi mata kita, belum dikenal dan dipahami oleh orang-orang
luar. Di sini dicantumkan beberapa macam pantun guna menyingkap tabir dunia Bonet walaupun
hanya sekelumit.

- Fut manu - seif manu (ikat ayam dan melepas ayam)


Sering bonet dibuka dengan pantun-pantun khusus yang dinamakan “fut manu ma seif
manu” (ikat ayam dan melepaskan ayam). Bonet ini terlaksana jika peserta dari dua kampung
hadir, misalnya: tarian bonet diadakan di kampung Oenali, pemuda-pemuda dari kampung
Naitanu datang sebagai tamu. Pemuda-pemuda kampung Oenali membuka bonet dengan “fut
manu” bagi tamu-tamu. Kemudian tamu-tamu mengangkat pantun-pantun sebagai “seif manu”.
Apa latar belakangnya? Maksudnya diperjelas oleh suguhan sirih-pinang sebagai tanda
penghormatan tuan rumah terhadap tamu-tamu. Umumnya pantun-pantun tersebut berisikan basa-
basi yang selalu berulang yakni: minta maaf, pinang kami tidak subur, kami kekurangan sirih,
kurang ini - kurang itu dan seterusnya, dst.
- Pantun berisi ejekan atau teguran: nel masiu atau nel makata
- Pantun berisi sejarah: nel pah, nel matola atau nel mapules
- Pantun teka-teki: nel matekan
Satu kelompok peserta Bonet membawakan suatu teka-teki yang harus diterka oleh
kelompok lain. Di sini kita dapat mengenal kecerdasan dan ketelitian orang Timor khususnya
orang dawan dalam memperhatikan hal-hal kecil. Di dalam teka-teki sering terselip humor dan
ironi yang halus atau pun kasar. Kemajuan di bidang teknik juga tidak luput dari perhatian
mereka.

Contoh teka-teki:
*In he ntup nok manas – in he nbe nok fai. Nane sa…….
Tidur waktu siang, berjaga waktu malam. Itu apa……
Jawabannya: pelita atau obor.

*Otbes nem neik bako – otbes nem neik sulat


Oto datang bawa rokok – oto datang bawa surat
Jawabannya: daun beringin.

Jalannya Bonet: ada dua bagian atau kelompok peserta Bonet, kelompok A dan kelompok
B. Kelompok A melontarkan pertanyaan dalam bentuk pantun yang ditujukan kepada kelompok
B. Bila kelompok B belum bisa menjawab, maka mereka akan meminta sedikit bocoran jawaban,
dan kelompok A akan memberikannya.

Contoh:
*Kaesle ntup moene ka ntao sonaf
Raja tidur di luar istana
*Feotle ntup sonfa ma ntae kean
Fetor tidur di dalam kamar istana

Jika kelompok B belum bisa menjawab, mereka meminta bocorannya seperti ini:
Ma’ be nput-putu nsao ntui lalan
Rumput terbakar mengikuti jalannya
Toit palmis tuin kau fa kleo
Minta ijin berikan dasar kepada saya sedikit
Kelompok A akan melanjutkan:
Lim-lim besi na aik aon bian-bian
Kilat-kilat pisau tajam sebelah-menyebelah

Kalau kelompok B mengerti, maka mereka akan menjawabnya. Jika tidak, mereka akan
menyerah dan membiarkan kelompok A memberikan jawabannya.
Jawabannya: Batu asah besar biasanya ditaruh di luar rumah, sedangkan batu asah kecil biasanya
ditaruh di saku.

2.3 Makna atau Nilai Filosofis dalam Tarian Bonet


2.3.1 Persaudaraan
Gaya tarian Bonet ada yang bergandeng tangan ada pula yang tidak bergandeng tangan
akan tetapi masih dalam satu lingkaran. Secara umum tarian bonet menekankan nilai
persaudaraan. Dengan meragakan tarian Bonet persaudaraan antara mereka semakin akrab
terjalin. Persaudaraan antar mereka selalu terjalin entah dalam suka seperti hasil panen, “Tapoen
Ana” maupun duka seperti kematian “Bonet Nitu”. Ungkapan persaudaraan antara mereka biasa
dikenal dengan au tata ma au ole, au biaka hit biaka, hit aina ma hit ama, hit feto ma hit naof
yang artinya; kakakku dan adikku, sesamaku dan sesama kita, saudari kita perempuan dan
saudara kita laki-laki. Setiap orang yang terlibat dalam tarian Bonet adalah saudara saudari. Maka
apabila ada tamu atau orang asing yang diundang terlibat dalam tarian Bonet sudah dianggap
sebagai saudara/i.
2.3.2 Kesatuan
Dalam tarian Bonet, diusung sebuah nilai kesatuan. Kesatuan di sini bukan berarti mau
menyamarakan semua orang dawan menjadi kesatuan yang tunggal. Keberbedaan beserta
kekhasan dan keunikan setiap pribadi semakin dihargai dan dihormati yang bersatu pada dalam
lingkaran tarian Bonet. Adakalanya, kesatuan ini digambarkan juga lewat kesamaan jenis
kelamin. Bahwa yang menarikan tarian ini, dibawakan hanya oleh kaum wanita Dawan, atau
kaum Pria Dawan. Namun, kesatuan yang diusung lebih dijelaskan lewat lingkatan yang dibuat.
Melingkar untuk mengepung sebuah objek, mengarah pada satu tujuan yang sama.
2.3.3 Kerja sama dan Kekompakan
Atas dasar rasa persaudaraan dan kesatuan tersebut, orang dawan semakin kuat dan erat
dalam bekerja sama dalam berbagai bidang kehidupan manusia. Kerjasama itu tercermin dalam
semboyan ”nekaf mese ma ansaof mese, tola ma tniuk”, yang berarti: sehati sejiwa membangun
bersama atau bergotong rotong. Di sinilah letak kekompakan dalam kerja sama orang Noetoko.
Pada prinsipnya ialah bahwa suatu pekerjaan dapat diselesaikan cepat kalau bersama-
sama.Karena sistim gotong-royong tidak menyerap waktu dan tenaga.
2.3.4 Kekuatan dan Peneguhan
Tarian bonet ini membentuk lingkaran. Lingkaran ini mengungkapakan satu kekuatan
dalam bentuk gandengan tangan dan hentakkan kaki yang diiringi dengan syair-syair pantun
sesuai dengan tema tarian bersangkutan.

2.4 Bonet Sebagai Ekspresi Estetis Manusia

Keindahan adalah sebuah panggilan. Melalui keindahan, setiap orang menghamparkan


diri untuk melaksanakan transendensinya. Orang dawan, melalui Bonet mengekspesikan jiwanya
melalui tarian, nyanyian, dan pantun. Ekspresi ini berdasarkan pengalaman suka duka hidupnya
dengan sesama dan alam lingkungannya. Tarian, nyanyian dan pantun ini mengungkapkan nilai-
nilai trasendental akan sesuatu yang tak kelihatan.
Dalam tarian Bonet, pantun dan puisi yang dilagukan itu mengikuti pola baku, yaitu jika
pembukanya adalah not sol (5) rendah, maka ditutup dengan not do (i) tinggi dan sebaliknya, jika
dimulai dengan not do (i) tinggi, maka ditutup dengan not sol (5) rendah. Dan pola palumat yang
digunakan juga adalah 2/4. Di sini sebenarnya mau menggambarkan bahwa masyarakat Noetoko
adalah pribadi-pribadi kuat, tangguh, kokoh, tegas, prinsip.

BAB III

PENUTUP
Kebudayaan adalah salah satu perwujudan diri manusia dalam kehidupan bersama, yang
mencerminkan watak serta kepribadian manusia. Diri manusia tercermin dalam kebudayaannya
dan sebaliknya kebudayaan tercermin dalam kepribadiannya. Kebudayaan mempunyai peranan
penting dalam kehidupan manusia, sehingga manusia disebut makhluk berbudaya. Di dalam
kebudayaan terdapat seperangkat nilai yang menjadi landasan pokok untuk menentukan sikap
yang harus dilakukan sebagai pola hidup dalam sosialitas manusia.

Masyarakat dikatakan beradab jika memiliki budaya atau berbudaya. Berbudaya berarti
bukan sekedar mengunggulkan budaya masing-masing, melainkan menginternalisasikan nilai-
nilai yang terkandung di dalam tubuh budaya dan menjadikannya sebagai pegangan dan patokan
hidup. Dan hal ini sudah ditunjukkan masyarakat Noetoko yang hidup masih sangat melekat
dengan hal-hal adat. Di mana zaman sudah maju tetapi masyarakat Noetoko dengan kesadaran
dan kemauan untuk tetap memelihara, menjaga dan merawat tarian Bonet hingga tetap ada
sampai sekarang. Dengan tetap menjaga tarian Bonet agar tetap berkembang, itu berarti
masyarakat Noetoko sudah menghargai kearifan lokal yang adalah keinggulan dari bangsa kita.

Semoga dengan sebuah ulasan kecil tentang tarian Bonet ini dapat membantu kita untuk
juga terlibat secara langsung dalam mempertahankan kearifan-kearifan lokal yang ada dalam
budaya kita masing-masing. Karena budaya-budaya kita mengandung nilai-nilai dan
kebijaksanaan-kebijaksanaan hidup yang patut kita banggakan.

Anda mungkin juga menyukai