Anda di halaman 1dari 11

A.

Konsep Asuhan Keperawatan


1. Pengkajian
Pengkajian pada pasien dengan kasus penyakit jantung kongenital meliputi :
a. Identitas, seperti : nama, tempat tanggal lahir/umur, berat badan lahir,
serta apakah bayi lahir cukup bulan atau tidak, jenis kelamin, anak
keberapa, jumlah saudara dan identitas orang tua.

b. Keluhan utama
1) Riwayat kesehatan sekarang
Orang tua biasanya mengeluhkan nafas anaknya sesak, lemas,
ujung jari tangan dan kaki teraba dingin, anak cepat berhenti
saat menetek, anak tiba-tiba jongkok saat berjalan dan tidak
aktif selama bermain.

2) Riwayat kesehatan dahulu


Riwayat kesehatan dahulu pada neonatus juga mencakup
riwayat kesehatan keluarga atau riwayat kesehatan serangan
sianotik, faktor genetik, riwayat keluarga yang mempunyai
penyakit jantung bawaan dan riwayat tumbuh kembang anak
yang terganggu, adanya riwayat gerakan jongkok bila anak
telah berjalan beberapa menit.

3) Riwayat kehamilan dan kelahiran


Riwayat kesehatan ibu saat hamil trimester 1 dengan penyakit
rubella (sindrom rubella), ibu atau keluarga memiliki riwayat
penyakit lupus eritematosus sistemik sehingga dapat
menimbulkan blokade jantung total pada bayinya dan adanya
riwayat penyakit kencing manis pada ibu hamil dapat
menyebabkan tejadinya kardiomiopati pada bayi yang
dikandungnya. Adanya riwayat obat-obatan maupun jamu
tradisional yang diminum serta kebiasaan merokok dan minum
alkohol selama hamil dan riwayat keluarga dengan sindrom
down (Hidayat, 2008).
4) Riwayat pertumbuhan
Sebagian anak yang menderita PJB dapat tumbuh dan
berkembang secara normal. Beberapa kasus yang spesifik
seperti VSD, ASD, dan ToF pertumbuhan fisik anak terganggu
terutama berat badannya karena keletihan selama makan dan
peningkatan kebutuhan kalori sebagai akibat dari kondisi
penyakit. Anak kelihatan kurus dan mudah sakit, terutama
karena infeksi saluran nafas. Bagi perkembangannya, anak
yang sering mengalami gangguan adalah aspek motoriknya.
Hal ini disebabkan oleh adanya ketidakadekuatan oksigen dan
nutrien pada tingkat jaringan, sehingga anak perlu mendapatkan
stimulasi pertumbuhan dan perkembangan yang cukup.
(Hidayat, 2008).

5) Riwayat aktivitas
Anak-anak yang menderita PJB terutama Tof sering tidak dapat
melakukan aktivitas sehari-hari secara normal. Apabila
melakukan aktivitas yang membutuhkan banyak energi seperti
berlari, bergerak, berjalan-jalan cukup jauh, makan/minum
tergesa-gesa, menangis maka anak dapat mengalami serangan
sianosis (Nursalam, 2008).

c. Pemeriksaan Fisik
1) Kepala-leher
Umumnya tidak ada kelainan pada kepala, kadang ditemukan
pembesaran kelenjer getah bening.
2) Mata
Anak mengalami anemis konjungtiva, sklera ikterik.
3) Hidung
Pemeriksaan hidung secara umum tidak tampak kelainan,
namun anak akan mengalami nafas pendek dan dalam serta
nafas cupping hidung.
4) Mulut
Biasanya pada wajah anak terlihat sianosis terutama pada bibir,
lidah, dan mukosa mulut, dan biasanya ditemukan gigi geligi
pada anak khususnya yang mengalami Tof karena
perkembangan emailnya buruk (Ngastyah, 2012).
5) Thorax
Biasanya pada anak dengan Tof, hasil inspeksi tampak adanya
retraksi dinding dada akibat pernafasan yang pendek dan dalam
dan tampak menonjol akibat pelebaran ventrikel kanan. Bayi
yang baru lahir saat di auskultasi akan terdengar suara nafas
mendengkur yang lemah bahkan takipneu.
6) Jantung
Biasanya pada inspeksi mungkin dada masih terlihat simetris
sehingga tidak tampak jelas, namun pada usia dewasa akan
ditemukan tonjolan atau pembengkakan pada dada sebelah kiri
karena pembesaran ventrikel kanan. Perkusi biasanya
didapatkan batas jantung melebihi 4-10 cm ke arah kiri dari
garis midsternal pada intercostae ke 4, 5, dan 8. Palpasi teraba
pulsasi pada ventrikel kanan akibat peningkatan desakan, iktus
kordis masih teraba jelas pada interkosta 5-6. Pada auskultasi
terdengar bunyi jantung tambahan (machinery mur-mur) pada
batas kiri sternum tengah sampai bawah, biasanya bunyi
jantung I normal sedangkan bunyi jantung II terdengar tunggal
dan keras (Riyadi, 2009).
7) Abdomen
Biasanya hasil inspeksi tampak membesar dan membuncit,
pada auskultasi biasanya terdengar bunyi gesekan akibat
adanya pembesaran hepar. pada perkusi adanya suara redup
pada daerah hepar dan saat di palpasi biasanya ada nyeri tekan.
8) Kulit
Biasanya pada klien yang kekurangan oksigen, kulit akan
tampak pucat dan adanya keringat berlebihan.
9) Ekstremitas
Biasanya pada ekstremitas teraba dingin bahkan dapat terjadi
clubbing finger akibat kurangnya suplai oksigen ke perifer.
d. Pemeriksaan Penunjang
1) Pemeriksaan laboratorium
Terdapat nilai hemoglobin menurun dan peningkatan
nilai hematrokit, pada umumnya hemoglobin dipertahankan 16-
18 gr/dl dan hematokrit antara 50-65%. Nilai gas darah arteri
menunjukkan peningkatan tekanan persial karbondioksida
(PCO2), penurunan tekanan parsial oksigen (PO2).
2) Pemeriksaan rontgen
Pemeriksaan sinar X pada toraks menunjukkan penurunan
aliran darah pulmonal, atrium dan ventrikel kiri tampak
membesar secara signifikan (kardiomegali), gambaran khas
jantung tampak apeks jantung terangkat sehingga seperti
sepatu.
3) Pemeriksaan elektrokardiogram
Pemeriksaan EKG pad TOF didapatkan hasil sumbu QRS
hampr selalu berdevisiasi ke kanan. Tampak pula hipertrofi
ventrikel kanan (Aspiani, 2015).

2. Diagnosa Keperawatan
a. Penurunanan curah jantung b. d perubahan irama jantung, perubahan
kontraktilitas, perubahan preload dan perubahan afterload. (SDKI :
D.0008)
b. Perfusi perifer tidak efektif b.d penurunan aliran arteri dan/atau vena.
(SDKI : D.0009)
c. Gangguan pertukaran gas b. d ketidakseimbangan ventilasi-perfusi.
(SDKI : D.0003)
3. Intervensi Keperawatan

No Diagnosa keperawatan Tujuan Keperawatan Intervensi Keperawatan


. (SLKI) (SIKI)
1. Penurunanan curah Curah jantung (SLKI : Perawatan jantung (SIKI : 1.02075)
jantung b. d perubahan L.02008) Observasi :
irama jantung, perubahan Setelah dilakukan tindakan  Identifikasi tanda/gejala primer
kontraktilitas, perubahan keperawatan 1x24 jam penurunan curah jantung
preload dan perubahan diharapkan curah jantung (meliputi dispnea, kelelahan,
afterload. (SDKI : dapat meningkat dengan edema, ortopnea, paroxysmal
D.0008) kriteria hasil : nocturnal dyspnea, peningkatan
 Kekuatan nadi perifer CVP)
meningkat.  Identifikasi tanda/gejala
 Ejection fraction (EF) sekunder penurunan curah
meningkat. jantung (meliputi peningkatan
 Cardiac index (CI) berat badan, hepatomegali,
meningkat. distensi vena juguralis, palpitasi,
 Left ventricular stroke ronkhi basah, oliguria, batuk,
work index (LVSWI). kulit pucat).
 Stroke volume index  Monitor tekanan darah.
(SVI).  Monitor intake dan output
 Palpitasi menurun. cairan.
 Bradikardia menurun.  Monitor saturasi oksigen.
 Takikardia menurun.  Monitor keluhan nyeri dada.
 Gambaran EKG  Monitor aritmia.
aritmia menurun.  Periksa tekanan darah dan
 Lelah menurun. frekuensi nadi sebelum dan
 Edema menurun. sesudah aktivitas.

 Dispnea menurun.
Terapeutik :
 Oliguria menurun.
 Posisikan pasien semi fowler
 Sianosis menurun.
atau fowler atau posisis nyaman.
 Ortopnea menurun.
 Berikan diet jantung yang
 Berat badan sesuai.
menurun..  Fasilitasi pasien dan keluarga
 Tekanan darah untuk modifikasi gaya hidup
membaik. sehat.
 Berikan terapi relaksasi untuk
mengurangi stres, jika perlu.
 Berikan dukungan emosional
dan spiritual.
 Berikan oksigen untuk
mempertahankan saturasi
oksigen >94%

Edukasi :
 Anjurkan beraktivitas fisik
sesuai toleransi.
 Anjurkan beraktivitas fisik
secara bertahap.
 Anjurkan berhenti merokok.
 Ajarkan pasien dan keluarga
mengukur intake dan output
cairan hairan.

Kolaborasi :
 Kolaborasi pemberian
antiaritmia, jika perlu.
 Rujuk ke program rehabilitasi
jantung.

2. Perfusi perifer tidak efektif Perfusi perifer (SLKI : Perawatan sirkulasi (SIKI : 1.02079)
b. d penurunan aliran L.02011) Observasi :
arteri dan/atau vena. Setelah dilakukan tindakan  Periksa sirkulasi perifer (mis.
(SDKI : D.0009) keperawatan 1x24 jam Nadi perifer, edema, pengisian
diharapkan perfusi perifer kapiler, warna, suhu, ankle
dapat meningkat dengan brachial index)
kriteria hasil :  Identifikasi faktor risiko
 Denyut nadi perifer gangguan sirkulasi (mis.
meningkat. Diabetes, perokok, orang tua,
 Penyembuhan luka hipertensi dan kadar kolesterol
meningkat. tinggi)
 Sensasi meningkat.  Monitor panas, kemerahan,
 Warna kulit pucat nyeri, atau bengkak pada
menurun. ekstremitas.
 Edema perifer Terapeutik :
menurun.  Hindari pemasangan infus atau
 Nyeri ekstremitas pengambilan darah di area
menurun. keterbatasan perfusi.

 Kelemahan otot  Hindari pengukuran tekanan


menurun. darah pada akstremitas dengan

 Kram otot. keterbatasan perfusi.

 Parastesia menurun.  Lakukan pencegahan infeksi.

 Pengisian kapiler Edukasi :

membaik.  Anjurkan berhenti merokok.

 Akral membaik.  Anjurkan berolahraga rutin.

 Turgor kulit membaik.  Anjurkan menggunakan obat

 Tekanan darah penurun tekanan darah,

membaik. antikoagulen, dan penurun


kolesterol, jika perlu.
 Indeks ankle-brachial
membaik.  Ajarkan program diet untuk
memperbaiki sirkulasi (mis.
rendah lemak jenuh, minyak
ikan omega 3).
 Informasikan tanda dan gejala
darurat yang harus dilaporkan
(mis. Rasa sakit yang tidak
hilang saat istirahat, luka tidak
sembuh, hilangnya rasa)
3. Gangguan pertukaran gas Pertukaran gas (SLKI : Pemantauan respirasi (SIKI :
b. d ketidakseimbangan L.01003) 1.01014)
ventilasi-perfusi. (SDKI : Setelah dilakukan tindakan Observasi :
D.0003) keperawatan 1x24 jam  Monitor frekuensi, irama,
diharapkan pertukaran gas kedalaman dan upaya napas.
dapat meningkat dengan  Monitor pola napas (seperti
kriteria hasil : bradipnea, takipnea,
 Tingkat kesadaran hiperventilasi, kussmaul,
meningkat. cheyne-stokes, biot, ataksik).
 Dispnea menurun.  Palpasi kesimetrisan ekspansi
 Bunyi napas paru.
tambahan menurun.  Auskultasi bunyi napas.
 PCO2 membaik.  Monitor saturasi oksigen.
 PO2 membaik.  Monitor nilai AG D
 Takikardia membaik. Terapeutik :
 Ph arteri membaik.  Atur interval pemantauan
 Pola napas membaik. respirasi sesuai kondisi pasien.
 Sianosis membaik.  Dokumentasikan hasil
pemantauan.
Edukasi :
 Jelaskan tujuan dan prosedur
pemantauan..
 Informasikan hasil pemantauan,
jika perlu

4. Implementasi keperawatan
Setelah rencana tindakan di susun maka untuk selanjutnya adalah pengolahan
data dan kemudian pelaksanaan asuhan keperawatan sesuai dengan rencana
yang telah di susun tersebut. Dalam pelaksanaan implementasi maka perawat
dapat melakukan observasi atau dapat mendiskusikan dengan klien atau
keluarga tentang tindakan yang akan kita lakukan.
5. Evaluasi keperawatan
Evaluasi adalah langkah terakhir dalam asuhan keperawatan, evaluasi
dilakukan dengan pendekatan SOAP ( data subjektif, data objektif, analisa dan
planning ). Dalam evaluasi ini dapat ditentukan sejauh mana keberhasilan
rencana tindakan keperawatan yang harus dimodifikasi.

B. Analisis jurnal

ANALISIS JURNAL DENGAN METODE PICO

Judul artikel “Hubungan Antara Penyakit Jantung Bawaan dengan Kecukupan Asupan
Makanan”
Peneliti Mardiati, Tiangsa Sembiring, Muhammad Ali, Tri Faranita, Winra Pratita

Identitas Jurnal Nama jurnal : jurnal kedokteran dan kesehatan malikussaleh

Vol. 3, No. 1, Tahun 2017

Kata kunci : asupan makanan; energi; penyakit jantung bawaan; protein.

Diakses dari :

https://ojs.unimal.ac.id/index.php/averrous/article/view/446

Problem/population  Problem
Gizi merupakan hal penting untuk memastikan energi yang adekuat untuk
metabolisme basal, pertumbuhan, dan aktivitas fisik. Bayi dan anak dengan
penyakit jantung bawaan (PJB) memiliki risiko yang signifikan mengalami
kekurangan energi karena meningkatnya pengeluaran energi dan asupan
makanan yang tidak memadai.

 Population
Penelitian dilaksanakan pada bulan Mei sampai Juni 2015. Kriteria inklusi
adalah Anak umur 0 sampai 5 tahun yang menderita penyakit jantung
bawaan dan tanpa penyakit jantung bawaan yang telah dilakukan
echocariografi. Selama periode penelitian diperoleh sampel 80 anak yang
memenuhi kriteria inklusi terdiri dari 40 orang dari masing-masing
kelompok.

Intervention Intervensi dilakukan melalui anamnesis kepada orang tua masing-masing anak
mengenai asupan makanan melalui food recall 24 jam selama 3 hari (termasuk
didalamnya 1 hari libur) dengan bantuan food model dan dilakukan perhitungan
kalori rata-rata dengan program Nutrisurvey. Asupan makanan rata-rata cukup bila
≥ 80% dari kebutuhan berdasarkan angka kecukupan gizi (AKG) tahun 2012 dan
asupan makanan rata-rata tidak cukup bila < 80% dari kebutuhan.

Comparison Penelitian di Swedia melaporkan bahwa asupan energi pada anak PJB dengan usia
6 sampai 12 bulan tidak cukup atau berada dibawah AKG, tetapi asupan protein
berada diatas AKG. Pada penelitian ini didapati bahwa asupan energi dijumpai
tidak cukup dan berada dibawah anjuran AKG sehingga menunjukkan hubungan
signifikan antara PJB dan asupan energi, sedangkan asupan protein juga dijumpai
tidak cukup dan berada dibawah AKG pada anak dengan PJB yang menunjukkan
hubungan yang signifikan antara PJB dengan asupan protein.

Outcome Dari hasil perhitungan asupan makanan berdasarkan AKG memperlihatkan bahwa
terdapat hubungan yang signifikan antara penyakit jantung bawaan dengan asupan
energi dengan P < 0.05. Pada PJB didapati lebih banyak asupan energi tidak cukup
31 anak sedangkan pada tanpa PJB dijumpai 17 anak dengan asupan energi tidak
cukup. Risiko terjadinya asupan energi tidak cukup pada PJB adalah 1.824 kali
dengan 95% IK 1.226 - 2.713 dibandingkan anak tanpa PJB.

Hasil perhitungan asupan makanan berdasarkan AKG memperlihatkan bahwa


terdapat hubungan yang signifikan antara penyakit jantung bawaan dengan asupan
protein dengan P < 0.05. Pada PJB didapati lebih banyak asupan protein tidak
cukup yaitu sebanyak 28 anak sedangkan pada tanpa PJB dijumpai 8 anak asupan
protein tidak cukup. Risiko terjadinya asupan protein tidak cukup pada PJB adalah
3.5 kali dengan 95% IK 1.823-6.719 dibandingkan anak tanpa PJB.

Jadi, dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan antara penyakit jantung bawaan
dengan kecukupan asupan makanan terutama energi dan protein.

Anda mungkin juga menyukai