b. Keluhan utama
1) Riwayat kesehatan sekarang
Orang tua biasanya mengeluhkan nafas anaknya sesak, lemas,
ujung jari tangan dan kaki teraba dingin, anak cepat berhenti
saat menetek, anak tiba-tiba jongkok saat berjalan dan tidak
aktif selama bermain.
5) Riwayat aktivitas
Anak-anak yang menderita PJB terutama Tof sering tidak dapat
melakukan aktivitas sehari-hari secara normal. Apabila
melakukan aktivitas yang membutuhkan banyak energi seperti
berlari, bergerak, berjalan-jalan cukup jauh, makan/minum
tergesa-gesa, menangis maka anak dapat mengalami serangan
sianosis (Nursalam, 2008).
c. Pemeriksaan Fisik
1) Kepala-leher
Umumnya tidak ada kelainan pada kepala, kadang ditemukan
pembesaran kelenjer getah bening.
2) Mata
Anak mengalami anemis konjungtiva, sklera ikterik.
3) Hidung
Pemeriksaan hidung secara umum tidak tampak kelainan,
namun anak akan mengalami nafas pendek dan dalam serta
nafas cupping hidung.
4) Mulut
Biasanya pada wajah anak terlihat sianosis terutama pada bibir,
lidah, dan mukosa mulut, dan biasanya ditemukan gigi geligi
pada anak khususnya yang mengalami Tof karena
perkembangan emailnya buruk (Ngastyah, 2012).
5) Thorax
Biasanya pada anak dengan Tof, hasil inspeksi tampak adanya
retraksi dinding dada akibat pernafasan yang pendek dan dalam
dan tampak menonjol akibat pelebaran ventrikel kanan. Bayi
yang baru lahir saat di auskultasi akan terdengar suara nafas
mendengkur yang lemah bahkan takipneu.
6) Jantung
Biasanya pada inspeksi mungkin dada masih terlihat simetris
sehingga tidak tampak jelas, namun pada usia dewasa akan
ditemukan tonjolan atau pembengkakan pada dada sebelah kiri
karena pembesaran ventrikel kanan. Perkusi biasanya
didapatkan batas jantung melebihi 4-10 cm ke arah kiri dari
garis midsternal pada intercostae ke 4, 5, dan 8. Palpasi teraba
pulsasi pada ventrikel kanan akibat peningkatan desakan, iktus
kordis masih teraba jelas pada interkosta 5-6. Pada auskultasi
terdengar bunyi jantung tambahan (machinery mur-mur) pada
batas kiri sternum tengah sampai bawah, biasanya bunyi
jantung I normal sedangkan bunyi jantung II terdengar tunggal
dan keras (Riyadi, 2009).
7) Abdomen
Biasanya hasil inspeksi tampak membesar dan membuncit,
pada auskultasi biasanya terdengar bunyi gesekan akibat
adanya pembesaran hepar. pada perkusi adanya suara redup
pada daerah hepar dan saat di palpasi biasanya ada nyeri tekan.
8) Kulit
Biasanya pada klien yang kekurangan oksigen, kulit akan
tampak pucat dan adanya keringat berlebihan.
9) Ekstremitas
Biasanya pada ekstremitas teraba dingin bahkan dapat terjadi
clubbing finger akibat kurangnya suplai oksigen ke perifer.
d. Pemeriksaan Penunjang
1) Pemeriksaan laboratorium
Terdapat nilai hemoglobin menurun dan peningkatan
nilai hematrokit, pada umumnya hemoglobin dipertahankan 16-
18 gr/dl dan hematokrit antara 50-65%. Nilai gas darah arteri
menunjukkan peningkatan tekanan persial karbondioksida
(PCO2), penurunan tekanan parsial oksigen (PO2).
2) Pemeriksaan rontgen
Pemeriksaan sinar X pada toraks menunjukkan penurunan
aliran darah pulmonal, atrium dan ventrikel kiri tampak
membesar secara signifikan (kardiomegali), gambaran khas
jantung tampak apeks jantung terangkat sehingga seperti
sepatu.
3) Pemeriksaan elektrokardiogram
Pemeriksaan EKG pad TOF didapatkan hasil sumbu QRS
hampr selalu berdevisiasi ke kanan. Tampak pula hipertrofi
ventrikel kanan (Aspiani, 2015).
2. Diagnosa Keperawatan
a. Penurunanan curah jantung b. d perubahan irama jantung, perubahan
kontraktilitas, perubahan preload dan perubahan afterload. (SDKI :
D.0008)
b. Perfusi perifer tidak efektif b.d penurunan aliran arteri dan/atau vena.
(SDKI : D.0009)
c. Gangguan pertukaran gas b. d ketidakseimbangan ventilasi-perfusi.
(SDKI : D.0003)
3. Intervensi Keperawatan
Dispnea menurun.
Terapeutik :
Oliguria menurun.
Posisikan pasien semi fowler
Sianosis menurun.
atau fowler atau posisis nyaman.
Ortopnea menurun.
Berikan diet jantung yang
Berat badan sesuai.
menurun.. Fasilitasi pasien dan keluarga
Tekanan darah untuk modifikasi gaya hidup
membaik. sehat.
Berikan terapi relaksasi untuk
mengurangi stres, jika perlu.
Berikan dukungan emosional
dan spiritual.
Berikan oksigen untuk
mempertahankan saturasi
oksigen >94%
Edukasi :
Anjurkan beraktivitas fisik
sesuai toleransi.
Anjurkan beraktivitas fisik
secara bertahap.
Anjurkan berhenti merokok.
Ajarkan pasien dan keluarga
mengukur intake dan output
cairan hairan.
Kolaborasi :
Kolaborasi pemberian
antiaritmia, jika perlu.
Rujuk ke program rehabilitasi
jantung.
2. Perfusi perifer tidak efektif Perfusi perifer (SLKI : Perawatan sirkulasi (SIKI : 1.02079)
b. d penurunan aliran L.02011) Observasi :
arteri dan/atau vena. Setelah dilakukan tindakan Periksa sirkulasi perifer (mis.
(SDKI : D.0009) keperawatan 1x24 jam Nadi perifer, edema, pengisian
diharapkan perfusi perifer kapiler, warna, suhu, ankle
dapat meningkat dengan brachial index)
kriteria hasil : Identifikasi faktor risiko
Denyut nadi perifer gangguan sirkulasi (mis.
meningkat. Diabetes, perokok, orang tua,
Penyembuhan luka hipertensi dan kadar kolesterol
meningkat. tinggi)
Sensasi meningkat. Monitor panas, kemerahan,
Warna kulit pucat nyeri, atau bengkak pada
menurun. ekstremitas.
Edema perifer Terapeutik :
menurun. Hindari pemasangan infus atau
Nyeri ekstremitas pengambilan darah di area
menurun. keterbatasan perfusi.
4. Implementasi keperawatan
Setelah rencana tindakan di susun maka untuk selanjutnya adalah pengolahan
data dan kemudian pelaksanaan asuhan keperawatan sesuai dengan rencana
yang telah di susun tersebut. Dalam pelaksanaan implementasi maka perawat
dapat melakukan observasi atau dapat mendiskusikan dengan klien atau
keluarga tentang tindakan yang akan kita lakukan.
5. Evaluasi keperawatan
Evaluasi adalah langkah terakhir dalam asuhan keperawatan, evaluasi
dilakukan dengan pendekatan SOAP ( data subjektif, data objektif, analisa dan
planning ). Dalam evaluasi ini dapat ditentukan sejauh mana keberhasilan
rencana tindakan keperawatan yang harus dimodifikasi.
B. Analisis jurnal
Judul artikel “Hubungan Antara Penyakit Jantung Bawaan dengan Kecukupan Asupan
Makanan”
Peneliti Mardiati, Tiangsa Sembiring, Muhammad Ali, Tri Faranita, Winra Pratita
Diakses dari :
https://ojs.unimal.ac.id/index.php/averrous/article/view/446
Problem/population Problem
Gizi merupakan hal penting untuk memastikan energi yang adekuat untuk
metabolisme basal, pertumbuhan, dan aktivitas fisik. Bayi dan anak dengan
penyakit jantung bawaan (PJB) memiliki risiko yang signifikan mengalami
kekurangan energi karena meningkatnya pengeluaran energi dan asupan
makanan yang tidak memadai.
Population
Penelitian dilaksanakan pada bulan Mei sampai Juni 2015. Kriteria inklusi
adalah Anak umur 0 sampai 5 tahun yang menderita penyakit jantung
bawaan dan tanpa penyakit jantung bawaan yang telah dilakukan
echocariografi. Selama periode penelitian diperoleh sampel 80 anak yang
memenuhi kriteria inklusi terdiri dari 40 orang dari masing-masing
kelompok.
Intervention Intervensi dilakukan melalui anamnesis kepada orang tua masing-masing anak
mengenai asupan makanan melalui food recall 24 jam selama 3 hari (termasuk
didalamnya 1 hari libur) dengan bantuan food model dan dilakukan perhitungan
kalori rata-rata dengan program Nutrisurvey. Asupan makanan rata-rata cukup bila
≥ 80% dari kebutuhan berdasarkan angka kecukupan gizi (AKG) tahun 2012 dan
asupan makanan rata-rata tidak cukup bila < 80% dari kebutuhan.
Comparison Penelitian di Swedia melaporkan bahwa asupan energi pada anak PJB dengan usia
6 sampai 12 bulan tidak cukup atau berada dibawah AKG, tetapi asupan protein
berada diatas AKG. Pada penelitian ini didapati bahwa asupan energi dijumpai
tidak cukup dan berada dibawah anjuran AKG sehingga menunjukkan hubungan
signifikan antara PJB dan asupan energi, sedangkan asupan protein juga dijumpai
tidak cukup dan berada dibawah AKG pada anak dengan PJB yang menunjukkan
hubungan yang signifikan antara PJB dengan asupan protein.
Outcome Dari hasil perhitungan asupan makanan berdasarkan AKG memperlihatkan bahwa
terdapat hubungan yang signifikan antara penyakit jantung bawaan dengan asupan
energi dengan P < 0.05. Pada PJB didapati lebih banyak asupan energi tidak cukup
31 anak sedangkan pada tanpa PJB dijumpai 17 anak dengan asupan energi tidak
cukup. Risiko terjadinya asupan energi tidak cukup pada PJB adalah 1.824 kali
dengan 95% IK 1.226 - 2.713 dibandingkan anak tanpa PJB.
Jadi, dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan antara penyakit jantung bawaan
dengan kecukupan asupan makanan terutama energi dan protein.