Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH KEPERAWATAN KOMUNITAS II

“Asuhan Keperawatan Komunitas Pada Agregat Pra Sekolah dan Usia Sekolah”

OLEH:

FADHILA KAMIL

203310693

Dosen Pengampu:

Tasman, S. Kp., M. Kep., Sp. Kom

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS

POLTEKKES KEMENKES PADANG

2023
KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat, taufiq dan hidayah yang melimpah sehingga saya dapat menyelesaikan karya saya
dengan judul “Asuhan Keperawatan Komunitas Pada Agregat Pra Sekolah dan Usia
Sekolah”Shalawat serta salam semoga selalu tercurahkan kepada nabi besar alam,
Muhammad SAW.

Makalah ini disusun sebagai pertanggung jawaban dalam menyelesaikan tugas


Keperawatan Komunitas II. Dalam kesempatan ini saya mengucapkan terimakasih kepada
Allah SWT yangtelah memberikan jalan kemudahan dan segalanya kepada saya, sehingga
saya dapat menyelesaikan makalah ini dengan lancar, dan juga saya mengucapkan
terimakasih kepada bapak Tasman, S. Kp., M. Kep., Sp. Kom selaku dosen pengajar yang
telah membimbing saya sehingga bisa menyusun makalah ini secara objektif.

Saya menyadari bahwa penyusunan makalah ini jauh dari sempurna, baik dalam
penyusunan, pembahasan maupun penulisan. Oleh karena itu, saya mengharapkan kritik dan
saran yang bersifat membangun, khususnya dari para pengajar mata kuliah agar lebih baik
lagi kedepannya. Amin.

Padang, 24 Januari 2023

Fadhila kamil
 DAFTAR ISI
Kata pengantar i
Daftar isi ii
BAB I
A. Latar belakang...........................................................................................................
B. Rumusan masalah......................................................................................................
C. Tujuan........................................................................................................................
BAB II
A. Konsep Dasar Komunitas………………………………………………….. 6
B. Konsep Dasar Agrerat anak usia Pra Sekolah……………………………… 7
C. Konsep Dasar Agrerat anak usia Sekolah...................................................................
D. Asuhan Keperawatan Komunitas Pada Anak Usia Sekolah…………….. 11

BAB III
A. Kesimpulan..............................................................................................................
B. Saran........................................................................................................................
Daftar pustaka ………………………………………………………………………..17
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Kesehatan merupakan bagian integral dari kehidupan manusia, bertolak dari
latar belakang manusia yang berbeda-beda. Hal ini mengakibatkan banyak faktor
yang terjadi dan berhubungan dengan masalah kesehatan. Di dalam komunitas
masyarakat suatu daerah bila di klasifikasikan berdasarkan kelompok khusus, yang
sangat rentan terhadap kondisi kesehatan terganggu adalah kelompok khusus anak
usia sekolah. Salah satu upaya yang dilaksanakan adalah meningkatkan pola hidup
masyarakat yang sehat dengan melakukan kegiatan keperawatan pada komunitas
atau masyarakat yang didalamnya terdapat kelompok khusus anak sekolah. 

Komunitas (community)
adalah sekelompok
masyarakat yang
mempunyai persamaan nilai
(values), perhatian (interest)
yang merupakan
kelompok khusus dengan
batas-batas geografi yang
jelas, dengan norma dan
nilai yang telah melembaga
(Sumijatun dkk, 2006)
Komunitas (community)
adalah sekelompok
masyarakat yang
mempunyai persamaan nilai
(values), perhatian (interest)
yang merupakan
kelompok khusus dengan
batas-batas geografi yang
jelas, dengan norma dan
nilai yang telah melembaga
(Sumijatun dkk, 2006)
  Kelompok anak usia sekolah baik tingkat baik tingkat sekolah dasar,
sekolah menengah pertama dan sekolah menegah atas merupakan kelompok yang
mengalami pertumbuhan dan perkembangan fisik, mental dan sosial yang sangat
pesat, sehingga perlu mendapat perhatian serius karena akan menentukan kualitas
hidupnya dikemudian hari. Anak usia sekolah dihadapkan dengan berbagai masalah
kesehatan. Masalah kesehatan tersebut meliputi masalah kesehatam umum, gangguan
perkembangan, gangguan perilaku, dan gangguan belajar. Masalah kesehatan yang
dihadapi oleh anak usia sekolah pada dasarnya cukup kompleks dan bervariasi. Anak
usia sekolah dasar (SD) misalnya, masalah kesehatan yang muncul biasanya
berkaitan dengan kebersihan perorangan dan lingkunga, sehingga isu yang lebih
menonjol adalah hidup bersih dan sehat, seperti cara menggosok gigi yang benar,
mencuci tangan pakai sabun, dan kebersihan diri lainnya (Mikail,2011).
B. RUMUSAN MASALAH
a. Bagaimana Konsep Dasar Komunitas?
b. Bagaimana Konsep Dasar Agrerat anak usia Pra Sekolah?
c. Bagaimana Konsep Dasar Agrerat anak usia Sekolah?
d. Bagaimana Asuhan Keperawatan Komunitas Pada Anak Usia Sekolah?
C. TUJUAN

a. Untuk Imengetahui Konsep Dasar Komunitas


b. Untuk Konsep Dasar Agrerat anak usia Pra Sekolah
c. Untuk Imengetahui Konsep Dasar Agrerat anak usia Sekolah Untuk
d. Untuk Imengetahui Asuhan Keperawatan Komunitas Pada Anak Usia Sekolah
BAB II

PEMBAHASAN

A. Konsep Dasar Komunitas

Komunitas dapat   diartikan kumpulan orang   pada   wilayah tertentu dengan


sistem  sosial   tertentu.  Komunitas  meliputi  individu,  keluarga, kelompok/agregat
dan  masyarakat. Salah    satu  agregat di  komunitas adalah kelompok  anak  usia 
sekolah  yang   tergolong  kelompok berisiko  (atas resiko) terhadap timbulnya
masalah kesehatan yang terkait perilaku tidak  sehat.

Berdasarkan umur  kronologis dan  berbagai kepentingan, terdapat berbagai


definisi tentang anak usia sekolah yaitu:

1. Menurut definisi WHO  (World Health Organization) yaitu  golongan


anak yang  berusia antara  7-15  tahun  , sedangkan di Indonesia lazimnya
anak yang berusia 7-12 tahun.

2.    Menurut Wong  (2009), usia sekolah adalah anak  pada usia 6-12 tahun.


B. Konsep Dasar Agrerat anak usia Pra Sekolah
1. Definisi
Anak usia pra sekolah adalah anak yang berusia antara 3 sampai 6 tahun, pada
periode ini pertumbuhan fisik melambat dan perkembangan psikososial serta kognitif
mengalami peningkatan. Anak mulai mengembangkan rasa ingin tahunya, dan
mampu berkomunikasi dengan lebih baik. Permainan merupakan cara yang digunakan
anak untuk belajar dan mengembangkan hubungannya dengan orang lain (DeLaune &
Ladner, 2011).
Usia prasekolah merupakan periode yang optimal bagi anak untuk mulai
menunjukkan minat dalam kesehatan, anak mengalami perkembangan bahasa dan
berinteraksi terhadap lingkungan sosial, mengeksplorasi pemisahan emosional,
bergantian antara keras kepala dan keceriaan, antara eksplorasi berani dan
ketergantungan. Anak usia prasekolah mereka tahu bahwa dapat melakukan sesuatu
yang lebih, tetapi mereka juga sangat menyadari hambatan pada diri mereka dengan
orang dewasa serta kemampuan mereka sendiri yang terbatas (Kliegman, Behrman,
Jenson, & Stanton, 2007).

Anak pra sekolah adalah anak dengan usia 3 – 5 tahun.


1)        Ciri fisik anak pra sekolah
Penampilan maupun gerak gerik prasekolah mudah dibedakan dengan
anak yang berada dalam tahapan sebelumya :
a.    Anak prasekolah umumnya aktif
b.    Setelah anak melakukan berbagai kegiatan, anak membutuhkan istirahat
yang cukup, sering kali anak tidak menyadari bahwa mereka harus
beristirahat cukup.
c.     Otot – otot besar pada anak prasekolah lebih berkembang dari control
terhadap jari dan tangan. Olehy karma itu biasanya anak belum terampil,
belum biasa melakukan kegiatan yang rumit misalnya mengikat tali
sepatu.
d.    Anak masih sering mengalami kesulitan apabila harus memfokuskan
pandangannya pada objek – objek yang kecil ukurannya, itulah sebabnya
koordinasi tangan masih belum sempurna.
e.     Walaupun tubuh anak lentur tapi tengkorak kepala yang melindungi
otak masih lunak.
f.     Walaupun anak laki – laki lebih besar, anak perempuan lebih terampil
dalam tugas yang bersifat praktis, khusubya dalam tugas motorik halus.
2)        Ciri sosial anak prasekolah
a.    Umumnya anak oada tahap ini memiliki sati atau dua sahabat,
sahabat yang dipilih biasanya yang sama jenis kelaminnya, tetapi
kemudian berkembang sahabat dari jenis kelamin yang berbeda.
b.    Kelompok bermain cenderung kecil dan tida terorganisasi dengan
baik, oleh karena kelompok tersebut cepat berganti – ganti.
c.     Anak lebih mudah seringkali bermain bersebelahan dengan anak
yang lebih besar.
3)        Ciri emosional pada anak prasekolah
a.     Anak prasekolah cenderung mengekpresikan emosinya dengan
bebas dan terbuka., sikap marah sering diperlihatkan oleh anak pada
usia tersebut.
b.    Iri hati pada anak prasekolah sering terjadi, mereka seringkali
memperebutkan perhatian guru.
4)        Ciri kognitif anak prasekolah
a.     Anak prasekolah umumnya terampil dalam berbahasa. Sebagian
dari merekla senang berbicara khususnya dalam klelompoknya.
b.    Kompetensi anak perlu dikembangkan melalui interaksi minat,
kesempatan, interaksi, mengagumi dan kasih sayang.
2. Masalah-masalah pada anak usia prasekolah
1) Masalah kesehatan
Masalah kesehatan yang sering muncul pada anak prasekolah seperti;
diare, cacar air, difteri, dan campak.

2) Hubungan keluarga

Pada usia prasekolah biasanya anak merasa cemburu dengan kehadiran


anggota keluarga baru (adik). Anak merasa tidak diperhatikan lagi oleh orang
tua sehingga anak sering membuat olah untuk mendapatkan perhatian orang
tua.

3) Bahaya fisik
4) Kecelakaan
Kecelakaan terjadi akibat keinginan anak untuk bermain yang
menghasilkan keterampilan tertentu

5) Keracunan

Pada dasarnya usia prasekolah suka mencoba segala sesuatu yang dia
lihat tanpa mengetahui apakah itu berbahaya atau tidak.

6) Bahaya Psikologis
Perasaan bersalah akan timbul pada anak jika anak tidak mampu
berprestasi. Rasa bersalah dapat menyebabkan anak kurang bersosialisasi,
lebih pemarah, mengalami regresi, yaitu kembali ke perkembangan
sebelumnya, misalnya mengompol dan menghisap jempol.

7) Gangguan tidur
Mimpi buruk adalah mimpi menakutkan yang terjadi selama tidur
REM (rapid eye movement). Seorang anak yang mengalami mimpi buruk
biasanya akan benar-benar terbangun dan dapat mengingat kembalimimpinya
secara terperinci. Mimpi buruk yang terjadi sewaktu-waktu adalah hal yang
normal, dan satu-satunya tindakan yang perlu dilakukan orang tua adalah
menenangkan anak. Tetapi mimpi buruk yang sering terjadi adalah abnormal
dan bisa menunjukkan masalah psikis.

8) Masalah Pelatihan Buang Air (Toileting)


Pelatihan buang air besar biasanya mulai dilakukan pada saat anak
berumur 2-3 tahun, sedangkan pelatihan buang air kecil dilakukan pada umur
3-4 tahun. Pada umur 5 tahun, kebanyakan anak sudah dapat melakukan buang
air sendiri; melepas pakaian dalamnya sendiri, membersihkan dan
mengeringkan penis, vulva maupun anusnya sendiri serta kembali memakai
pakaian dalamnya sendiri.Tetapi sekitar 30% anak berusia 4 tahun dan 10%
anak berusia 6 tahun masih mengompol pada malam hari.Cara terbaik untuk
menghindari masalah pelatihan buang air (toilet training) adalah dengan
mengenali kesiapan anak.
3. Karakteristik Anak Pra Sekolah
Menurut (Rozana, 2020) karakteristik anak pra sekolah, antara lain:
a. Fisik
Penampilan atau tingkah laku anak usia prasekolah dengan anak yang
berada pada tahap sebelumnya mudah dikenali. Adapun ciri fisik anak
pra sekolah yaitu:
1) Biasanya anak usia prasekolah sangat aktif.
2) Pada anak prasekolah kekuatan otot lebih berkembang dari
kontrol terhadap jari dan tangan sehingga biasanya anak belum
terampil atau bisa melakukan kegiatan yang rumit seperti
mengikat tali sepatu.
3) Meskipun fisik anak laki-laki lebih besar daripada anak
perempuan, namun dalam melakukan tugas motorik halus anak
perempuan lebih cekatan.
b. Sosial
Anak usia prasekolah dalam berinteraksi dengan orang lain
dilingkungannya umumnya. Adapun ciri-cirinya yaitu:
1) Biasanya anak pada tahapan usia prasekolah mempunyai satu
atau dua sahabat.
2) Kelompok bermain anak usia prasekolah ini cenderung tidak
bertahan lama, kelompok bermainnya relatif kecil serta
kelompok tersebut belum terorganisasi dengan cukup baik.
c. Emosional
Anak dapat dengan leluasa menyampaikan atau mengekspresikan
perasaannya. Misalnya perasaan marah dan iri hati merupakan
perasaan yang sering kali ditujukan oleh anak usia prasekolah.
d. Kognitif
Anak usia prasekolah umumnya telah dapat berkomunikasi dengan
cukup baik. Kebanyakan anak pada usia tersebut senang berbicara
terutama ketika anak berada dalam kelompok bermainnya.
C. Konsep Dasar Agrerat Anak Usia Sekolah
1. Definisi
Perkembangan usia 6 – 12 tahun merupakan usia sekolah dimana anak diharapkan
memperoleh pengetahuan untuk penyesuaian diri pada kehidupan dewasa,
perkembangan psikososial anak usia sekolah adalah kemampuan menghasilkan karya,
berinteraksi, berprestasi dalam belajar berdasarkan kemampuan diri sendiri. (keliat,
Daulima, Farida, 2011).
Anak usia sekolah menurut (Kemenkes, 2011), adalah anak-anak yang berusia
7-12 tahun. Pada anak usia 7-12 tahun terjadi perubahan yang signifikan terhadap
perkembangan biologis, psikososial, kognitif, sosial dan spiritual. Pola perkembangan
anak, usia yang paling rawan adalah usia anak SD (10-12 tahun). Pada usia 10-12
tahun, mereka ini sedang dalam perkembangan pra-remaja, yang mana secara fisik
maupun psikologis pada masa ini mereka sedang menyongsong pubertas.

2. Karakteristik Perkembangan

a. Usia 6 -7 tahun:
 Mulai membaca dengan lancer
 anak wanita bermain dengan wanita
 anak laki-laki bermain dengan laki-laki
 cemas terhadap kegagalan
 Terdapat perasaan malu dan sedih
 peningkatan minat pada bidang spiritual
b. Anak usia 8-9 tahun: 
 kecepatan dan kehalusan aktivitas motorik meningkat
 menggunakan alat-alat dan peralatan rumah tangga
 ketrampilan lebih individual
 ingin terlibat dalam segala sesuatu
 menyukai kelompok
 mencari teman secara aktif
c. Anak usia 10-12 tahun: 
 pertambahan tinggi badan lambat
 pertambahan berat badan cepat
 perubahan tubuh yang berhubungan dengan pubertas mungkin tampak
 mampu melakukan aktivitas seperti mencuci dan yang lainnya
 menggambar, senang menulis atau catatan tertentu
 membaca untuk kesenangan atau tujuan tertentu
 teman sebaya dan orang tua penting
 mulai tertarik dengan lawan jenis
 sangat tertarik pada bacaan, ilmu pengetahuan

3. Permasalahan Kesehatan pada Agregat Anak Usia Sekolah


1) Penyakit Kronis
a. Asma
Asma adalah penyakit gangguan pernapasan yang dapat
menyerang anak-anak hingga orang dewasa, tetapi penyakit ini lebih
banyak terjadi pada anak-anak. Asma didefinisikan sebagai suatu
kondisi ketika terjadi gangguan pada sistem pernapasan yang
menyebabkan penderita mengalami mengi (wheezing), sesak napas,
batuk, dan sesak di dada terutama ketika malam hari atau dini hari.
Faktor risiko asma pada anak adalah perubahan cuaca, debu,
jenis kelamin, makanan, urtikaria pada anak, rhinitis pada anak,
dermatitis atopi pada ibu, dermatitis atopi pada anak, aktivitas, rhinitis
pada ibu, asma pada ibu, urtikaria pada ayah, berat badan lahir < 2500
gram, dan status gizi (obesitas).
b. Kanker
Kanker anak berbeda dengan kanker pada orang dewasa,
sepertiga dari kanker anak adalah jenis Leukemia. Selain itu terdapat
limfoma dan kanker pada sistem saraf pusat yang kejadiannya juga
banyak di Indonesia. Adapun kanker lain yang terjadi hanya pada anak
antara lain neuroblastoma, nephroblastoma, medulloblastoma dan
retinoblastoma.
Faktor risiko yang dapat menyebabkan terjadinya kanker pada anak :

 Paparan Radiasi,
 Faktor Genetik,
 Karsinogen kimiawi, dan
 Virus (seperti Epstein-Barr, Hepatitis B, Human Herpes)
c. Autisme
Autisme berasal dari istilah dalam bahasa Yunani; aut = diri
sendiri, isme orientation/ state= orientasi/ keadaan. Maka Autisme
dapat diartikan sebagai kondisi seseorang yang secara tidak wajar
terpusat pada dirinya sendiri, kondisi seseorang yang senantiasa berada
di dalam dunianya sendiri.
Faktor tertentu yang meningkatkan risiko anak yang lahir
mengalami autisme, antara lain: 
 Jenis kelamin anak laki-laki risikonya terkena autisme
empat kali lebih tinggi ketimbang anak perempuan 
 Keluarga yang memiliki anak dengan gangguan autisme
lebih berisiko memiliki anggota keluarga baru autis 
 Mengalami gangguan kesehatan seperti sindorm rett,
sindrom fragile-X, dan tuberous sclerosis 
 Bayi lahir sebelum usia kehamilan menginjak 26 minggu 
 Usia orangtua lebih tua, risikonya memiliki anak autis jadi
lebih tinggi

d. Obesitas
Obesitas merupakan kondisi yang ditandai dengan berat badan
berlebih akibat penumpukan lemak di dalam tubuh. Tak hanya orang
dewasa, anak-anak juga bisa terkena obesitas. Berdasarkan data
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia tahun 2018, diperkirakan
sekitar 18–19% anak berusia 5–12 tahun di Indonesia memiliki berat
badan berlebih dan 11% anak di usia tersebut menderita obesitas. 
Faktor yang dapat meningkatkan risiko obesitas adalah :
 Konsumsi makanan tidak sehat
 Jarang bergerak
 Keluarga dengan riwayat obesitas
 Psikologis anak

4. Terkait Perilaku dan Masalah Belajar


1) ADHD
ADHD adalah gangguan fungsi perkembangan saraf dengan gejala
berupa ketidakmampuan memusatkan perhatian, hiperaktivitas dan
impulsivitas yang tidak sesuai dengan usia perkembangan. ADHD adalahh
gangguan neurobiologis yang ciri-cirinya sudah tampak sejak kecil. Anak
dengan ADHD mulai menunjukkan banyak masalah ketika SD karena
dituntut untuk memperhatikan pelajaran dengan tenang, belajar berbagai
keterampilan akademik dan bergaul dengan teman sebaya sesuai aturan.
Risiko ADHD meningkat akibat faktor genetik, faktor lingkungan
(terutama paparan timah), kebiasaan merokok dan minum alkohol saat hamil,
cedera otak, melahirkan secara prematur, dan melahirkan bayi dengan berat
badan lahir rendah (BBLR).
2) Gangguan Belajar
Gangguan belajar anak adalah masalah yang memengaruhi
kemampuan otak untuk menerima, mengolah, menganalisis, atau menyimpan
informasi, sehingga memperlambat anak dalam perkembangan akademik.
Gangguan belajar anak berhubungan masalah perkembangan balita pada aspek
membaca, menulis, matematika, cara berpikir, mendengarkan dan sampai
bicara. Faktor-faktor lingkungan anak, nutrisi, dan kesehatan merupakan hal
yang penting bagi perkembangan dan pertumbuhan anak. 
3) Difabel
Difabel merupakan kondisi dari seseorang yang memiliki kemampuan
yang berbeda dengan masyarakat umumnya dalam menjalankan aktivitas
keseharian. Aktivitas berbeda dari anak pada umumnya yang dialami oleh
difabel seperti mengalami kesulitan dalam mobilitas. Faktor risiko difabrl pada
anak yakni usia ibu saat hamil, ibu pernah melahirkan anak dengan difabel,
dan riwayat keluarga.
5. Faktor Resiko Permasalahan Kesehatan Pada Anak Sekolah
1) Faktor kesehatan
Faktor kesehatan ini adalah merupakan faktor utama yang dapat
menentukan status kesehatan anak secara umum. Faktor ini ditentukan oleh
status kesehatan anak itu sendiri, status gizi dan kondisi sanitasi.
Status gizi anak adalah keadaan kesehatan anak yang ditentukan oleh
derajat kebutuhan fisik energi dan zat-zat gizi lain yang diperoleh dari pangan
dan makanan yang dampak fisiknya diukur secara antroppometri ( Suharjo,
1996).
2) Umur
Umur sangat memegang peranan dalam penentuan status gizi, kesalahan
penentuan akan menyebabkan interpretasi status gizi yang salah. Hasil
penimbangan berat badan maupun tinggi badan yang akurat, menjadi tidak
berarti bila tidak disertai dengan penentuan umur yang tepat. Kesalahan yang
sering muncul adalah adanya kecenderungan untuk memilih angka yang
mudah seperti 1 tahun; 1,5 tahun; 2 tahun.
Oleh sebab itu penentuan umur anak perlu dihitung dengan cermat.
Ketentuannya adalah 1 tahun adalah 12 bulan, 1 bulan adalah 30 hari. Jadi
perhitungan umur adalah dalam bulan penuh, artinya sisa umur dalam hari
tidak diperhitungkan ( Depkes, 2004).
3) Berat Badan
Berat badan merupakan salah satu ukuran yang memberikan gambaran
massa jaringan, termasuk cairan tubuh. Berat badan sangat peka terhadap
perubahan yang mendadak baik karena penyakit infeksi maupun konsumsi
makanan   yang menurun. Berat badan ini dinyatakan dalam bentuk indeks
BB/U (Berat Badan menurut Umur) atau melakukan penilaian dengan melihat
perubahan berat badan pada saat pengukuran dilakukan, yang dalam
penggunaannya memberikan gambaran keadaan kini. Berat badan paling
banyak digunakan karena hanya memerlukan satu pengukuran, hanya saja
tergantung pada ketetapan umur, tetapi kurang dapat menggambarkan
kecenderungan perubahan situasi gizi dari waktu ke waktu (Djumadias
Abunain, 1990).
4) Tinggi Badan
Tinggi badan memberikan gambaran fungsi pertumbuhan yang dilihat
dari keadaan kurus kering dan kecil pendek. Tinggi badan sangat baik untuk
melihat keadaan gizi masa lalu terutama yang berkaitan dengan keadaan berat
badan lahir rendah dan kurang gizi pada masa balita. Tinggi badan dinyatakan
dalam bentuk Indeks TB/U ( tinggi badan menurut umur), atau juga indeks
BB/TB ( Berat Badan menurut Tinggi Badan) jarang dilakukan karena
perubahan tinggi badan yang lambat dan biasanya hanya dilakukan setahun
sekali. Keadaan indeks ini pada umumnya memberikan gambaran keadaan
lingkungan yang tidak baik, kemiskinan dan akibat tidak sehat yang menahun
( Depkes RI, 2004).
5) Faktor kebudayaan
Pengaruh budaya sangat menentukan status kesehatan anak, dimana
keterkaitan secara langsung antara budaya dengan pengetahuan. Budaya
dimasyarakat dapat menimbulkan penurunan kesehatan dimasyarakat yang
dianggap baik oleh masyarakat, padahal budaya tersebut justu menurunkan
kesehatan anak, sebagai contoh, anak yang badannya panas akan dibawa
kedukun, dengan keyakinan terjadinya kesurupan atau kemasukkan barang
gaib, anak pascaoperasi dilarang makan daging ayam, kerena daging ayam
dianggap dapt menambah nyeri yang ada pada luka operasi ( nyeri atau ada
anggapan lain bahwa luka tersebut sulit sembuhnya ), kebiasaan memberikan
pisang pada bayi abru lahir dengan anggapan bahwa anak akan cepat besar
dan berkembang, atau anak tidak boleh makan daging dan telur karena dapat
menimbulakan penyakit cacingan. Berbagai contoh budaya yang ada
dimasyarakat tersebut sangat besar mempengaruhi derajat kesehatan anak,
mengingat anak dalam masa pertumbuhan dan perkembangan yang tentunya
membutuhkan perbaikan gizi atau nutrisi yang cukup.
6) Faktor keluarga
Faktor keluarga biasanya menentukan keberhasilan
perbaikkan status kesehatan anak. Pengaruh keluarga pada masa
pertumbuhan dan perkembangan anak sangat besar melalui pola
hubungan anak dan keluarga serta nilai-nialinya yang ditamankan.
Apakan anak dijadikan sebagai pekerja atau anak diperkaukan
sebagaiman semestinya dan dipenuhi kebutuhannya, baik silih asah,
asuh, dan asihnya.
Peningkatan status kesehatn anak juga terkait langsung
dengan peran dan fungsi keluarga terhadap anakanya, seperti
membesarkan anak, memberikan anak, menyediakan makanan,
melindungi kesehatn, memberikan perlindungan, secara psikolog,
menanamkan nilai budaya yang baikk, mempersiapkan pendidikan
anak, dan lain-lainya ( Berman, 2000).

B. Asuhan Keperawatan Komunitas Pada Anak Usia Sekolah


1. Pengkajian
a. Data Komunitas

1) Demografi : Jumlah anak usia


sekolah keseluruhan, jumlah anak
usia sekolah menurut jenis kelamin,
golongan umur.
2) Etnis : suku bangsa, budaya, tipe keluarga.
3) Nilai, kepercayaan dan agama : nilai dan
kepercayaan yang dianut oleh anak usia sekolah
berkaitan dengan pergaulan, agama yang dianut,
fasilitas ibadah yang ada, adanya organisasi
keagamaan, kegiatan-kegiatan keagamaan yang
dikerjakan oleh anak usia sekolah.
2. Data Subsystem

Delapan subsitem yang dikaji sebagai berikut :

1. Lingkungan Fisik

Inspeksi : Lingkungan sekolah anak usia sekolah, kebersihan


lingkungan, aktifitas anak usia sekolah di lingkungannya, data
dikumpulkan dengan winshield survey dan observasi.
Auskultasi : Mendengarkan aktifitas yang
dilakukan anak usia sekolah dari guru kelas, kader
UKS, dan kepala sekolah melalui wawancara.
Angket : Adanya kebiasaan pada lingkungan anak
usia sekolah yang kurang baik bagi perkembangan
anak usia sekolah.

2. Pelayanan kesehatan dan pelayanan sosial

Ketersediaan pelayanan kesehatan khusus anak usia


sekolah, bentuk pelayanan kesehatan bila ada, apakah terdapat
pelayanan konseling bagi anak usia sekolah melalui
wawancara.
3. Ekonomi

Jumlah pendapatan orang tua siswa, jenis pekerjaan


orang tua siswa, jumlah uang jajan para siswa melalui
wawancara dan melihat data di staff tata usaha sekolah.
4. Keamanan dan transportasi.
o Keamanan : adanya satpam sekolah, petugas
penyebarang jalan.
o Transportasi Jenis transportasi yang dapat digunakan
anak usia sekolah, adanya bis sekolah untuk layanan
antar jemput siswa
5. Politik dan pemerintahan

Kebijakan pemerintah tentang anak usia sekolah, dan


tata tertib sekolah yang harus dipatuhi seluruh siswa.
6. Komunikasi

o Komunikasi formal Media komunikasi yang digunakan


oleh anak usia sekolah untuk memperoleh informasi
pengetahuan tentang kesehatan melalui buku dan
sosialisasi dari pendidik.
o Komunikasi informal Komunikasi/diskusi yang
dilakukan anak usia sekolah dengan guru dan orang tua,
peran guru dan orang tua dalam menyelesaikan dan
mencegah masalah anak sekolah, keterlibatan guru dan
orang tua dan lingkungan dalam menyelesaikan masalah
anak usia sekolah.
7. Pendidikan

Terdapat pembelajaran tentang kesehatan, jenis


kurikulum yang digunakan sekolah, dan tingkat pendidikan
tenaga pengajar di sekolah.
8. Rekreasi

Tempat rekreasi yang digunakan anak usia sekolah,


tempat sarana penyaluran bakat anak usia sekolah seperti
olahraga dan seni, pemanfaatannya, kapan waktu penggunaan
c. Pengkajian yang berhubungan dengan anak usia sekolah

1. Identitas anak.
2. Riwayat kehamilan dan persalinan.
3. Riwayat kesehatan bayi sampai saat ini.
4. Kebiasaan saat ini (pola perilaku dan kegiatan sehari-hari).
5. Pertumbuhan dan perkembangannya saat ini (termasuk kemampuan
yang telah dicapai).
6. Pemeriksaan fisik.
7. Lengkapi dengan pengkajian fokus

 Bagaimana karakteristik teman bermain.

 Bagaimana lingkungan bermain.

 Berapa lama anak menghabiskan waktunya disekolah.

 Bagaimana stimulasi terhadap tumbuh kembang anak


dan adakah sarana yang dimilikinya.
 Bagaimana temperamen anak saat ini.

 Bagaiman pola anak jika menginginkan sesuatu barang.

 Bagaimana pola orang tua menghadapi permintaan anak.

 Bagaimana prestasi yang dicapai anak saat ini.

 Kegiatan apa yang diikuti anak selain di sekolah.

 Sudahkah memperoleh imiunisasi ulangan selama disekolah.

 Pernahkah mendapat kecelakaan selama disekolah atau dirumah


saat bermain.
 Adakah penyakit yang muncul dan dialami anak
selama masa ini.
 Adakah sumber bacaan lain selain buku sekolah dan
apa jenisnya.
 Bagaimana pola anak memanfaatkan waktu luangnya.

 Bagaimana pelaksanaan tugas dan fungsi keluarga.


BAB III
PENUTUP

3.1. Kesimpulan
Komunitas dapat diartikan kumpulan orang pada wilayah tertentu dengan
sistem sosial tertentu. Komunitas meliputi individu, keluarga, kelompok/agregat dan
masyarakat. Salah satu agregat di komunitas adalah kelompok anak usia sekolah yang
tergolong kelompok berisiko (at risk) terhadap timbulnya masalah kesehatan yang
terkait perilaku tidak sehat.
Dalam memberikan asuhan keperawatan pada agregat Pra sekolah dan agregat
anak usia sekolah menggunakan pendekatan Community as partner model. Klien
(anak usia sekolah) digambarkan sebagai inti (core) mencakup sejarah, demografi,
suku bangsa, nilai dan keyakinan dengan 8 (delapan) subsistem yang saling
mempengaruhi meliputi lingkungan fisik, pelayanan kesehatan dan sosial, ekonomi,
keamanan dan transportasi, politik dan pemerintahan, komunikasi, pendidikan dan
rekreasi.
3.2. Saran
Dalam penulisan makalah ini saya masih jauh dari kata sempurna, oleh karena itu
saya mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan
makalah ini. Sehingga ide ke depannya bisa lebih baik lagi.
DAFTAR PUSTAKA

Behrman, Kliegman, & Arvin. (2000). Ilmu Kesehatan Anak Nelson (15 ed., Vol. I). (Prof.
Dr. dr. A Samik Wahab, SpA(K), Ed.) Jakarta: EGC.

Dikjen Dikdasmen Kemendikbud.(2019) SMK Sehat, SMK Hebat (Menciptakan Kehidupan


Sehat di Lingkungan SMK.Jakarta : Vocational Education Policy

Potter & Perry. 2005. Buku Ajar Fundamental Keperawatan: konsep, proses & praktik
(edisi:4). Jakarta. EGC

Soetjiningsih (1995). Tumbuh Kembang Anak. Jakarta:EGC Friedman, marilyn


M.1998.Keperawatan Keluarga : Teori dan Praktik.Jakarta:EGC 

Suprajitno. (2004). Asuhan Keperawatan Keluarga: Aplikasi dalam Pratik. EGC. Jakarta. 

Departemen   Kesehatan   RI   .(2003).   Kemitraan   menuju   Indonesia  sehat  2010.  Jaka
rta   : SekretanatJenderal Departemen  Kesehatan  RI.

Anda mungkin juga menyukai