Anda di halaman 1dari 21

Menggali Sumber Historis, Sosiologis, dan Politis Tentang Pancasila dalam

Kajian Sejarah Bangsa Indonesia


(Kuliah Pendidikan Pancasila)

Kelompok 4
Afifatul Azizah 2013023039
Dwi Nurul Chofifah 2013023031
Ega Dwi Anggraini 2013023055
Indra Kurniawan 2013023005
Nissa Cesara Nurafafa 2013023057
Qorina Nuraziza 2053023001
Widia Tama 2013023027

Kelas :A
Jurusan : Pendidikan Kimia
Dosen Pengampu : Bpk. Edi Siswanto, S.Pd., M.Pd.

JURUSAN PENDIDIKAN KIMIA

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS LAMPUNG

2020/2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan kehadirat Allah swt yang telah melimpahkan taufik dan
hidayah-Nya sehingga kami dapat menyusun makalah ini dengan judul
“Menggali Sumber Historis, Sosiologis, dan Politis Tentang Pancasila dalam
Kajian Sejarah Bangsa Indonesia’’
Sholawat dan salam semoga tercurahkan kepada junjungan kita yakni Nabi
Muhammad saw. yang telah membawa ajaran yang benar semoga kita diberi
syafa'at di yaumil akhir nanti.
Penyusun berusaha semaksimal mungkin agar penyajian makalah ini dapat
bermanfaat mengenai sumber historis, sosiologis, dan politis tentang pancasila
dalam kajian sejarah bangsa Indonesia baik bagi penyusun sendiri maupun bagi
para pembaca.
Di dalam makalah ini masih terdapat kekurangan. Oleh karena itu, segala
kritik dan saran yang bersifat perbaikan dari dosen pembimbing dan teman-teman
sekalian akan kami terima dengan senang hati.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat dalam menjalankan kehidupan
bermasyarakat dan bernegara.

Bandar Lampung, 01 Desember 2020

Penulis

ii
DAFTAR ISI

Halaman Depan ............................................................................................................. i


Kata Pengantar .............................................................................................................. ii
Daftar Isi .......................................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ................................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ............................................................................................. 2
1.3 Tujuan ................................................................................................................. 2
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Konsep dan Urgensi Pancaasila ........................................................................ 3
2.2 Alasan diperlukan Pancasila Dalam Kajian
Sejarah Bangsa Indonesia .............................................................................. 6
2.3 Sumber Historis, Sosiologis, Politis Tentang
Pancasila Dalam Sejarah Bangsa Indonesia ................................................... 9
2.3.1 Pengertian Pancasila secara historis ............................................... 9
2.3.2 Pengertian Pancasila secara sosiologis ............................................ 12
2.3.3 Pengertian Pancasila secara politis ................................................. 14
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan ......................................................................................................... 17
3.2 Saran ................................................................................................................... 17
DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Makalah ini kami buat berakangkat dari sebuah tugas pendidikan
pancasila. Yang membahas tentang menggali sumber historis, sosiologis,
dan politis tentang pancasila dalam kajian sejarah bangsa Indonesia.
Dalam makalah ini kami akan membahas mengenai bagaimana sumber
historis pancasila, bagaimana sumber sosiologis pancasila, dan bagaimana
sumber politis pancasila.
Pancasila sebagai dasar filsafat Negara merupakan hasil kesepakatan
bersama yang kemudian disebut sebagai perjanjian luhur bangsa Indonesia,
di dalamnya terkandung semangat kekeluargaan sebagai inti ajaran pancasila.
Dasar filsafat Negara Indonesia yang diberi nama pancasila ini secara resmi
dirumuskan dalam UUD 1945, walaupun istilah “Pancasila” tidak disebutkan
secara eksplisit dalam pembukaan tersebut namun rumusannya sila demi sila
secara jelas dicantumkan didalamnya. Oleh karena itu pembukaan UUD
1945 disebut sebagai tempat terdapatnya rumusan pancasila. Nilai nilai
Pancasila telah ada pada bangsa Indonesia sejak zaman dulu kala sebelum
bangsa Indonesia mendirikan negara. Proses terbentuknya negara Indonesia
melalui proses sejarah yang cukup panjang yaitu sejak zaman batu hingga
munculnya kerajaan-kerajaan pada abad ke-IV Pancasila pada dasarnya telah
ada pada zaman nenek moyang kita, dan pada zaman kerajaankerajaan di
Indonesia Berjaya. Walaupun dulu bukan nama pancasila tapi isi dan
kandungannya sama. Pancasila yang menjadi dasar negara perlu diadakan
peninjauan terhadap perkembangan budaya indonesia yang sudah lampau

1
dengan titik berat pada nilai-nilai ketuhanan, kemanusiaan, politik, dan
kemasyarakatan Pancasila menjadi dasar negara baru disahkan oleh PPKI
pada tanggal 18 Agustus1945. Namun jauh sebelum di sahkan nilai-nilai
pancasila sudah ada pada kehidupan masyarakat indonesia sejak zaman
dahulu sebelum bangsa indonesia menjadi sebuah negara dimana nilai-nilai
tersebut berupa nilai-nilai adat istiadat, kebudayaan serta relegius. Nilai-nilai
yang ada kemudian diambil dan dirumuskan oleh paa pendiri negara yang
untuk nantinya dijadikan dasar negara indonesia. Oleh karena itu untuk
memahami pancasila secara utuh dan kaitannya dengan jati diri bangsa
indonesia ini diperlukan pemahaman sejarah bangsa indonesia dalam
membentuk suatu negara dan dijadikannya pacasila sebagai dasar negara
karena semua itu berhubungan dengan sejarah perjuangan bangsa Indonesia.
1.2 Rumusan Masalah
1. Konsep dan urgensi pancasila dalam arus sejarah bangsa Indonesia ?
2. Alasan diperlukan pancasila dalam kajian sejarah bangsa Indonesia ?
3. Sumber historis, sosiologis, politis tentang pancasila dalam sejarah
bangsa Indonesia ?
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui konsep dan urgensi pancasila dalam arus sejarah
bangsa Indonesia
2. Untuk mengetahui tujuan pancasila dalam kajian sejarah bangsa
indonesia
3. Mengetahui sumber historis, sosiologis, politis tentang pancasila
dalam sejarah bangsa Indonesia

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Konsep dan Urgensi Pancasila


Pancasila dapat diartikan sebagai lima dasar yang dijadikan dasar negara serta
pandangan hidup bangsa. Suatu bangsa tidak akan dapat berdiri dengan kokoh
tanpa dasar negara yang kuat dan tidak dapat mengetahui dengan jelas kemana
arah tujuan yang akan dicapai tanpa Pandangan Hidup. Dengan adanya Dasar
Negara, suatu bangsa tidak akan terombang ambing dalam menghadapi
permasalahan baik yang dari dalam maupun dari luar. Pengertian Pancasila secara
Etimologis, Historis dan Terminologis Pancasila telah menjadi istilah resmi
sebagai dasar falsafah negara Republik Indonesia, baik ditinjau dari sudut bahasa
maupun sudut sejarah. Berikut ini adalah pengertian Pancasila:
1. Etimologis Berdasarkan asal kata (etimologis), istilalah Pancasila
(pancasyila) berasal dari bahasa sansekerta (India) yang mengandung dua arti,
sebagai berikut; Pancasyila : panca artinya lima, sedangkan syila dengan huruf I
yang dibaca pendek, artinya dasar, batu sandi atau alas sehingga pancasyila
memiliki arti lima dasar. Pancasyila : panca artinya lima sedangkan syiila sengan
huruf ii yang di baca panjang, artinya peraturan tingkah laku yang penting.
2. Historis Berdasarkan catatan sejarah tentangg Budha, sehubungan dengan
pancasila telah dikenal istilah sila, artinya moralitas dan berkembang pada
masyarakat yang memluk agama budha. Sila mengandung maksud melindungi
orang lain dari penderita. (Ashin Janakabhivamsa, 2005 : 179-183) Dijelaskan
lebih lanjut bahwa sila juga bermakna menjalankan lima sila, melalui fungsi
sila-sila, yakni menghindari membunuh (pantiditipata_virati), dan menghindari
minum yang memabukan (surapana-virati):

3
a. Menghindari membunuh (panditipati-Virati) Fungsi, sila ini untuk melindungi
makhluk lain dari penderitaan. Oleh karena itu, tidak boleh melakukan
pelanggaran terhadap sila tersebut. Sila pertama dari lima sila untuk menghindari
terjadinya pembunuhan semua makhluk hidup. Jika terjadi pelanggaran terhadap
sila ini akan berakibat terjadinya pembatayan yang akan menuju peperangan dan
pertumpahan darah. Denggan demikian, merupakan malapetaka terhadap segenap
makhluk diatas bumi ini.
b. Menghindari Mencuri (adinnadana-Virati) Menaati sila kedua, berarti
membebaskan semua manusia dari penderitaan kejahatan, untuk selanjutnya
mencapai kedamaian fisik dan mental, lahir dan batin, sedangkan bila terjadi
pelanggaran terhadap sila ini maka hal itu akan mengakibatkan kegelisahan yang
amat sangat karena pencurian dan perampokan akan menyebabkan penderitaan
dan kesengsaraan dari korbannya, baik dalam lingkup kecil (keluarga) maupun
dalam lingkup besar, seperti Negara yang dijajah dan dikuasai oleh musuh.
c. Menghindari berbuat asusila (Kamesu-Micchacara Virati) Menaati sila ketiga,
berarti menghindari perbuatan asusila dan menghindarkan kesakitan serta
penderitaan orang lain. oleh karena itu, penghindaran diri dari perbuatan
(tindakan) seksual yang tidak sah akan membawa kedamain dan ketenangan bagi
semua makhluk yang hidup didunia karena manusia yang keduniawian akan
selalu mengikuti dan menyukai nafsu badaniah, kenikmatan, serta kesenangan
badaniah.
d. Menghindari berkata bohong (Musavada-virati) Sila keempat berfungsi untuk
menghindari hal bruruk ataupun penderitaan akibat kebohongan dari ucapan,
banyak terjadi orang melakukan kebohongan atas hal-hal sepele sampai hal yang
penting, dari urusan perseorangan sampai kepada urusan Negara, termasuk
kebenaran mutlak dalam ajaran agama yangs sesat sehingga menaati sila ini,

4
artinya karena menghindarkan kesesatan maupun malapetaka akibat kata-kata
yang tidak benar atau kebohongan.
e. Menghindari minum yang memabukan (Surapana-Virate) Menaati ketentuan
sila kelima dan menghindari zat yang memabukan akan membebaskan dunia dari
kesengsaraan dan keresahan. Oleh karena itu, lebih baik menghindari dan
menjauhakan diri dari berbagai macam minuman keras atau yang dapat
memabukan dan agar tidak terjadi kemaksiatan yang menyebabkan
kecenderungan terjadinya kerusuhan yang kadang-kadang tak terkendali. Dengan
demikian, orang yang dapat melepaskan diri dari kebiasaan yang tidak baik
tersebut (mengkonsumsi, minum-minuman beralkohol,dan lain-lain) akan
terhindar dari malapetaka.
Pengertian pancasila, dalam hubungan ini selanjutnya juga telah memasuki
perkembangan dalam kesusastraan masa kejayaan majapahit, diantaranya terdapat
dalam buku Negara kertagama, karangan mpu prapanca pada tahun 1365, yang
mempunyai makna pelaksanaan kesusilaan ada lima ketentuan, dilarang atau
dihindari yaitu:
a. Tidak boleh melakukan kekerasan;
b. Tidak boleh mencuri
c. Tidak boleh berjiwa dengki, (tidak boleh iri, atau bersikap tidak baik terhadap
orang lain)
d. Tidak boleh berbohong
e. Tidak boleh mabuk-mabukan.
Semua pengertian yang disebutkan diatas belum ada penjelasannya dan
memiliki makna yang amper sama, seperti yang disebutkan sebelumnya. Setelah
kerajaan majapahit jatuh, kemudian dikenal dalam masyarakat jawa khususnya,
istilah Mo Lima atau M berjumlah lima, yaitu lima M (ketentuan berjumlah 5)

5
harus dihindari dari kehidupan masyarakat supaya menjadi lebih baik, tertib, dan
teratur. Ora keno mateni, maling, madon,madat, ian main (dolarang membunuh,
mencuri, main perempuan, menghisap candu/morfin/narkoba, dan berjudi).

3. Istilah Resmi Istilah resmi adalah istilah “pancasila” bagi “lima dasar”
yang diusulkan oleh Ir. Soekarno pada sidang pertama BPUPKI hari terakhir pada
tanggal 1 juni 1945.
4. Yuridis Segi Yuridis (hukum) adalah pengertian pancasila dalam sila-sila
atau kelima sila dari pancasila yang tata urutan / rumusannya tercantum pada
alinea ke 4 pembukaan UUD 1945.

2.2. Alasan diperlukan Pancasila Dalam Kajian Sejarah Bangsa Indonesia


Pancasila adalah dasar Negara Republik Indonesia yang secara resmi
disahkan PPKI pada tanggal 18 Agustus 1945 dan tercantum dalam Pembukaan
UUD 1945, diundangkan dalam Berita Republik Indonesia Tahun II, No. 7
bersama-sama dengan Batang Tubuh UUD 1945. Pada era reformasi, MPR
periode 1999-2004 telah membulatkan tekad sebagai kesepakatan dasar dalam
rangka amandemen UUD1945 untuk tidak akan mengubah Pembukaan UUD
1945 yang didalamnya terdapat (sila-sila) Pancasila Dasar Negara. Dalam
perjalanan sejarah bangsa Indonesia, eksistensi Pancasila sebagai dasar filsafat
Negara Republik Indonesia telah mengalami berbagai macam interpretasi dan
manipulasi politik sesuai dengan kepentingan penguasa demi tegak dan kokohnya
kekuasaan dengan berlindung dibalik legitimasi ideologi Pancasila. Dalam
kedudukan yang seperti ini berarti Pancasila tidak lagi diletakkan sebagai dasar
filsafat Negara dan pandangan hidup bangsa dan Negara Indonesia tetapi
direduksi, dibatasi dan dimanipulasi demi kepentingan politik penguasa pada saat

6
itu. Pada era reformaasi, kenyataan tersebut kemudian diupayakan dikembalikan
pada kedudukan dan fungsi Pancasila sebagai dasar Negara Republik Indonesia
yang direalisasikan melalui Ketetapan MPR No. XVIII/MPR/1998 disertai
dengan pencabutan P-4 dan pencabutan Pancasila sebagai satu-satunya asas bagi
Orsospol di Indonesia. Pencambutan P-4 dan asas tunggal Pancasila ternyata
membawa dampak yang sangat serius yaitu munculnya anggapan dari banyak elit
politik dan sebagian masyarakat Indonesia bahwa Pancasila merupakan label
politik Orde Baru, sehingga mengkaji dan mengembangkan Pancasila dianggap
sebagai upaya mengembalikan kewibawaan Orde Baru. Pandangan sinis itu tentu
saja dapat berakibat sangat fatal yakni melemahnya peranan ideologi Pancasila
pada era reformasi yang disebabkan karena melemahnya kepercayaan rakyat
terhadap ideologi negara yang pada gilirannya dapat mengancam persatuan dan
kesatuan bangsa Indonesia yang telah lama dibina, dipelihara, dan dijaga. Di
tengah-tengah proses reformasi dewasa ini, sesungguhnya masih banyak tokoh
serta elit politik yang kurang memahami Pancasila sebagai filsafat hidup serta
pandangan hidup bangsa Indonesia namun bersikap seolah-olah sangat
memahaminya. Hingga saat ini masih berkembang pengertian kebebasan memilih
ideologi di Negara Indonesia dan selanjutnya pemikiran apapun yang dipandang
menguntungkan demi kekuasaan dan kedudukan dipaksakan untuk diadopsi ke
dalam sistem kenegaraan Indonesia. Dengan mengatasnamakan pelaksanaan
HAM banyak pula gerakan massa yang secara arogan tanpa mengindahkan
nilai-nilai yang selama ini dijunjung tinggi serta kaidah-kaidah hukum yang
berlaku memaksakan kehendak bahkan dengan menggunakan cara kekerasan dan
pengrusakan. Berdasarkan realitas tersebut di atas, maka mengkaji dan
mendalami Pancasila bagi setiap orang Indonesia merupakan sesuatu yang sangat
urgen (mendesak) bagi tetap tegak, berwibawa, dan berkembangnya kehidupan

7
berbangsa dan bernegara Indonesia.
Secara umum mempelajari Pancasila mengandung 3 tujuan yaitu :
1. Untuk mengetahui Pancasila yang benar, yaitu yang dapat
dipertanggungjawabkan baik secara yuridis konstitusional maupun secara
obyektif-ilmiah. Secara yuridis konstitusional, karena Pancasila adalah dasar
negara yang dipergunakan sebagai dasar mengatur atau menyelengarakan
pemerintahan negara. Secara obyektif-ilmiah, karena Pancasila adalah suatu
paham filsafat (philosophical way of thinking atau philosophical system),
sehingga uraiannya harus logis dan dapat diterima oleh akal sehat.
2. Untuk mengamalkan Pancasila (yang benar secara yuridis konstitusional
dan obyektif - ilmiah) sesuai dengan fungsinya;
3. Untuk mengamankan agar jiwa dan semangatnya, perumusan,dan
sistematikanya yang sudah tepat benar itu tidakdiubah-ubah, apalagi dihapuskan
atau diganti dengan paham yang lain.
Pada dasarnya, tujuan Pendidikan Pancasila merupakan realisasi dari
sebagian tujuan Pendidikan Nasional dalam rangka mewujudkan tujuan nasional.
Dalam UUD NkRI 1945 Alinea IV ditentutkan tujuan nasional Negara Indonesia
yaitu melindungi segenap Bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia,
mewujudkan kesejahteraan umum, mencedaskan kehidupan bangsa, dan ikut
melaksanakan ketertiban dunia berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan
keadilan sosial.

8
2.3 Sumber Historis, Sosiologis, Politis Tentang Pancasila Dalam Sejarah
Bangsa Indonesia

1. Pengertian Pancasila Secara Historis


Pengertian Pancasila secara historis adalah terminologi Pancasila dilihat dari
riwayat sejak penggunaan istilah, proses perumusan, sampai ditetapkannya
menjadi dasar negara sebagaimana terdapat dalam Pembukaan UUD 1945. Proses
perumusan Pancasila dimulai saat dr. Radjiman Wedyodiningrat dalam
pembukaan sidang BPUPKI tanggal 29 Mei 1945 mengajukan suatu masalah
tentang calon rumusan dasar Negara Indonesia yang akan dibahas pada sidang
tersebut. Selanjutnya pada sidang itu tampil 4 anggota yaitu Moh. Yamin,
Soekarno, Ki Bagus Hadikusumo, dan Soepomo. Proses perumusan calon “Dasar
Negara” dalam persidangan BPUPKI berlangsung dalam dua tahap yaitu :
a. Sidang BPUPKI tanggal 29 Mei – 1 Juni 1945
b. Sidang BPUPKI tanggal 10 – 16 Juni 1945
Sidang BPUPKI pertama membahas tentang dasar negara yang akan
diterapkan. Dalam sidang tersebut muncul tiga pembicara yaitu M. Yamin,
Soepomo dan Ir.Soekarno yang mengusulkan nama dasar negara Indonesia
disebut Pancasila. Tanggal 18 Agustus 1945 disahkan UUD 1945 termasuk
Pembukaannya yang didalamnya termuat isi rumusan lima prinsip sebagai dasar
negara. Walaupun dalam Pembukaan UUD 1945 tidak termuat istilah/kata
Pancasila, namun yang dimaksudkan dasar negara Indonesia adalah disebut
dengan Pancasila. Hal ini didasarkan atas interpretasi historis terutama dalam
rangka pembentukan rumusan dasar negara yang secara spontan diterima oleh
peserta sidang BPUPKI secara bulat.

9
Secara historis proses perumusan Pancasila adalah :
a. Mr. Muhammad Yamin
Pada sidang BPUPKI tanggal 29 Mei 1945, M. Yamin berpidato mengusulkan
lima asas dasar negara sebagai berikut :
1. Peri Kebangsaan
2. Peri Kemanusiaan
3. Peri Ketuhanan
4. Peri Kerakyatan
5. Kesejahteraan Rakyat
Setelah berpidato beliau juga menyampaikan usul secara tertulis mengenai
rancangan UUD RI yang di dalamnya tercantum rumusan lima asas dasar negara
sebagai berikut :
1. Ketuhanan Yang Maha Esa
2. Kebangsaan persatuan Indonesia
3. Rasa kemanusiaan yang adil dan beradab
4. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan
perwakilan
5. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia
b. Mr. Soepomo
Pada sidang BPUPKI tanggal 31 Mei 1945 Soepomo mengusulkan lima dasar
negara sebagai berikut :
1. Persatuan
2. Kekeluargaan
3. Keseimbangan lahir dan bathin
4. Musyawarah
5. Keadilan rakyat

10
c. Ir. Soekarno
Pada sidang BPUPKI tanggal 1 Juni 1945, Ir. Soekarno mengusulkan dasar
negara yang disebut dengan nama Pancasila secara lisan/tanpa teks sebagai
berikut :
1. Nasionalisme atau Kebangsaan Indonesia
2. Internasionalisme atau Perikemanusiaan
3. Mufakat atau Demokrasi
4. Kesejahteraan Sosial
5. Ketuhanan yang berkebudayaan
Selanjutnya beliau mengusulkan kelima sila dapat diperas menjadi Tri Sila
yaitu Sosio Nasional (Nasionalisme dan Internasionalisme), Sosio Demokrasi
(Demokrasi dengan Kesejahteraan Rakyat), Ketuhanan yang Maha Esa. Adapun
Tri Sila masih diperas lagi menjadi Eka Sila yang intinya adalah “gotong
royong”.

d. Piagam Jakarta
Pada tanggal 22 Juni 1945 diadakan sidang oleh 9 anggota BPUPKI (Panitia
Sembilan) yang menghasilkan “Piagam Jakarta” dan didalamnya termuat
Pancasila dengan rumusan sebagai berikut :
1. Ketuhanan dengan kewajiban menjalankan sya’riat Islam bagi
pemeluk-pemeluknya.
2. Kemanusiaan yang adil dan beradab
3. Persatuan Indonesia
4. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan
perwakilan
5. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.

11
- Nilai-nilai Pancasila sudah ada dalam adat istiadat, kebudayaan, dan agama
yang berkembang dalam kehidupan bangsa Indonesia sejak zaman kerajaan
dahulu. Misalnya, sila Ketuhanan sudah ada pada zaman dahulu, meskipun
dalam praktik pemujaan yang beranekaragam, tetapi pengakuan tentang adanya
Tuhan sudah diakui. Dalam Encyclopedia of Philosophy disebutkan beberapa
unsur yang ada dalam agama, seperti kepercayaan kepada 65 kekuatan
supranatural, perbedaan antara yang sakral dan yang profan, tindakan ritual
padaobjek sakral, sembahyang atau doa sebagai bentuk komunikasi kepada
Tuhan, takjub sebagai perasaan khas keagamaan, tuntunan moral diyakini dari
Tuhan, konsep hidup di dunia dihubungkan dengan Tuhan, kelompok sosial
seagama dan seiman

2. Pengertian Pancasila Secara Sosiologis


Pancasila bersifat sosiologis berfungsi sebagai pengatur hidup kemasyarakatan
pada umumnya. adapun Pancasila yang bersifat etis dan filosofis berfungsi
sebagai pengatur tingkah laku pribadi dan cara-cara dalam mencari kebenaran.
Bangsa Indonesia memiliki budaya yang beragam dan multikultur berdasarkan
etnis dan Bahasa. Masyarakat Indonesia mengakui dan menghargai lintas budaya,
betapa pun kecilnya. Perbedaan ini harus dipandang sebagai potensi kekuatan
bangsa. Dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, keragaman ini diikat dalam
norma dan aturan untuk menjaga harmoni kehidupan untuk mewujudkan
kesadaran moral dan hukum Arus informasi yang berdampak pada goyahnya jati
diri bangsa, diperlukan komitmen kebangsaan untuk mewujudkan cinta tanah air,
kesadaran bela negara, persatuan nasional dalam suasana saling menghargai
keberagaman.Persatuan dalam keberagaman budaya, adat istiadat, tradisi harus
dibina dan ditingkatkan secara demokratis, terpola dan terus-menerus.

12
Berbeda dengan bangsa-bangsa lain, Bangsa Indonesia mendasarkan
pandangan hidupnya dalam bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara pada suatu
asas kultural yang dimiliki dan melekat pada bangsa, dan bernegara pada suatu
asas kultural yang dimiliki dan melekat pada bangsa itu sendiri, nilai-nilai
kenegaraan dan kemasyarakatan yang terkandung dalam sila-sila Pancasila bukan
hanya hasil konseptual seseorang saja, melainkan juga hasil karya besar Bangsa
Indonesia sendiri melalui proses refleksi filosofis para pendiri negara (Kaelan,
2000: 13). Bung Karno menegaskan bahwa nilai-nilai Pancasila digali dari
bumi pertiwi Indonesia. Dengan kata lain, nilai-nilai Pancasila berasal dari
kehidupan sosiologis masyarakat Indonesia.
Langkah-langkah mensosialisasikan pancasila dapat melalui berbagai
kegiatan atau sikap sikap sebagai berikut. a. Sikap toleransi b. Media masa c.
Media pendidikan d. Jalur organisasi dsb.

- Nilai-nilai Pancasila (ketuhanan, kemanusiaan, persatuan, kerakyatan, keadilan)


secara sosiologis telah ada dalam masyarakat Indonesia sejak dahulu hingga
sekarang. Salah satu nilai yang dapat ditemukan dalam masyarakat Indonesia
sejak zaman dahulu hingga sekarang adalah nilai gotong royong. Misalnya dapat
dilihat, bahwa kebiasaan bergotongroyong, baik berupa saling membantu antar
tetangga maupun bekerjasama untuk keperluan umum di desa-desa. Kegiatan
gotong royong itu dilakukan dengan semangat kekeluargaan sebagai cerminan
dari sila Keadilan Sosial.

13
3. Pengertian Pancasila Secara Politis
Pancasila sebagai ideology politik adalah suatu system yang mengharuskan
pelaku politik ataupun aturan politik yang berlandaskan pancasila. Pancasila
memiliki nilai-nilai luhur yang di tetapkan pendahulu kita sebagai landasan
ideology negara. Begitu juga dengan politik, politik harus memiliki aturan
sebagai acuan dasar kegiatan perilaku dan pemikiran yang akan di laksanakan.
Politik adalah suatu system pemerintahan yang mengatur segala structural di
dalamnya. Pancasila menjadi landasan bagi pembangunan politik, dan dalam
prakteknya menghindarkan sikap tak bermoral dan tak bermartabat.
Pancasila sebagai dasar Negara Indonesia, juga merupakan acuan landasan
etika dalam berpolitik. Etika Politik dan Pemerintahan diharapkan mampu
menciptakan suasana harmonis antarpelaku dan antarkekuatan sosial politik serta
antarnkelompok kepentingan lainnya untuk mencapai sebesar-besar kemajuan
bangsa dan negara dengan mendahulukan kepentingan bersama daripada
kepentingan pribadi dan golongan. Etika politik tidak dapat dipisahkan dengan
subjek sebagai pelaku etika yaitu manusia. Oleh karena itu, pribadi yang menjadi
subjek dalam etika politik harus terlebih dahulu mengimplementasikan pancasila
sebagai acuannya sebagai etika dalam kehidupan sehari-hari dan juga dalam
kehidupan politiknya dalam hal kenegaraan. Etika ini diwujudkan dalam bentuk
sikap yang bertata krama dalam perilaku politik yang toleran, tidak berpura-pura,
tidak arogan, jauh dari sikap munafik serta tidak melakukan kebohongan publik,
tidak manipulatif dan berbagai tindakan yang tidak terpuji lainnya. Sebagai etika
politik, maka Pancasila mempunyai lima prinsip, berikut ini disusun menurut
pengelompokan Pancasila.

14
1. Pluralisme
Pluralisme adalah kesediaan untuk menerima pluralitas, artinya untuk hidup
dengan positif, damai, toleran, dan biasa/normal bersama warga masyarakat yang
berbeda pandangan hidup, agama, budaya, adat. Pluralisme mengimplikasikan
pengakuan terhadap kebebasan beragama, kebebasan berpikir, kebebasan mencari
informasi, toleransi. Pluralisme memerlukan kematangan kepribadian seseorang
dan sekelompok orang.
2. Hak Asasi Manusia
Jaminan hak-hak asasi manusia adalah bukti Kemanusian yang adil dan beradab.
Karena hak-hak asasi manusia menyatakan bagaimana manusia wajib
diperlakukan dan wajib tidak diperlakukan. Jadi bagaimana manusia harus
diperlakukan agar sesuai dengan martabatnya sebagai manusia. Karena itu,
hak-hak asasi manusia adalah mutlak.
4. Solidaritas Bangsa
Solidaritas bermakna manusia tidak hanya hidup demi diri sendiri, melainkan
juga demi orang lain, bahwa kita bersatu senasib sepenanggungan. Manusia
hanya hidup menurut harkatnya apabila tidak hanya bagi dirinya sendiri,
melainkan menyumbang sesuatu pada hidup manusiamanusia lain. Sosialitas
manusia berkembang secara melingkar yaitu keluarga, kampung, kelompok etnis,
kelompok agama, kebangsaan, solidaritas sebagai manusia. Maka di sini
termasuk rasa kebangsaan. Manusia menjadi seimbang apabila semua lingkaran
kesosialan itu dihayati dalam kaitan dan keterbatasan masing-masing.
5. Demokrasi
Prinsip “kedaulatan rakyat” menyatakan bahwa tak ada manusia atau sebuah elit
atau sekelompok ideologi berhak untuk menentukan dan memaksakan orang lain
harus atau boleh hidup. Demokrasi berdasarkan kesadaran bahwa mereka yang

15
dipimpin berhak menentukan siapa yang memimpin mereka dan kemana mereka
mau dipimpin. Jadi demokrasi memerlukan sebuah system penerjemah kehendak
masyarakat ke dalam tindakan politik.

6. Keadilan Sosial
Keadilan merupakan norma moral paling dasar dalam kehidupan masyarakat.
Moralitas masyarakat mulai dengan penolakan terhadap ketidakadilan. Tuntutan
keadilan sosial tidak boleh dipahami secara ideologis, sebagai pelaksanaan
ide-ide, ideologi-ideologi, agama-agama tertentu, keadilan sosial tidak sama
dengan sosialisme. Keadilan sosial adalah keadilan yang terlaksana. Dalam
kenyataan, keadilan sosial diusahakan dengan membongkar
ketidakadilan-ketidakadilan yang ada dalam masyarakat. Ketidakadilan adalah
diskriminasi disemua bidang terhadap perempuan, semua diskriminasi atas dasar
SARA, dan budaya.
Pemerintah harus menggunakan politik untuk memimpin masyarakatnya
supaya teratur. Pemerintah membuat aturan-aturan, seperti peraturan lalu lintas,
pemakaian air dan listrik, pembangunan rumah, atau pembayaran pajak tidak lain
dengan maksud supaya rakyat di negara tersebut dapat hidup dengan tertib dan
tenteram. Semua itu membutuhkan kemampuan yang cukup baik untuk
memimpin agar rakyat mau menuruti semua aturan-aturan tersebut.
Selain untuk memimpin, politik juga dapat dipakai untuk memengaruhi pihak
lain. Cara untuk memengaruhi ini namanya diplomasi. Kita tidak boleh
menggunakan pengaruh untuk kejahatan tetapi untuk kebaikan.

16
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
1. Pancasila telah dikenal pada saat kerajaan-kerajaan di Indonesia masih
Berjaya yaitu zaman kerajaan majapahit, kerajaan sriwijaya dan kerajaan
kutai.
2. Bangsa Indonesia telah menetapkan Pancasila sebagai sebagai dasar
Ideologi Negara Republik Indonesia yang merdeka yang pencapaiannya
dengan pengorbanan penuh. Pancasila tidak berangkat dari ruang kosong, ia
hadir dari realitas sejarah dan semangat zaman yang melingkupinya. Realitas
kesejarahannya telah berproses dalam kurun waktu yang sangat lama.
3. Kelima silanya merupakan satu sistem yang bulat dan butuh dari nilai -
nilai asasi hidup benegara yang harus mendasari kehidupan bernegara dan
bermasyarakat dalam bidang politik, sosial, ekonomi dan budaya bangsa.
3.2 Saran
1. Sebagai warga negara Indonesia kita harus mengetahui sejarah
terbentuknya pancasila.
2. Tetap menjunjung tinggi dan mengamalkan pancasila dalam kehidupan
sehari-hari.

17
DAFTAR PUSTAKA

Nurwardani, Paristiyanti, dkk. 2016. Pendidikan Pancasila untuk Perguruan


Tinggi. Cetakan I. Jakarta: Direktorat Jederal Pembelajaran dan Kemahasiswaan
Kemenristekdikti RI.

Kaderi, Alwi. Pendidikan Pancasila untuk Perguruan Tinggi Negeri. Banjarmasin:


Antasari Press.

http://staffnew.uny.ac.id/upload/131655984/pendidikan/Pancasila+03.pdf

Anda mungkin juga menyukai