(HEAD INJURY)
Oleh
KELOMPOK 5 B14-B
Ni Luh Ria Anggreni (213221281)
Ni Putu Elvian Febriana Putri (213221282)
Ni Made Sri Regiantari (213221283)
Ni Nyoman Tri Ariwangi (213221284)
Ni Luh Putri Kristina Mellani (213221285)
Putu Febya Mia Kalista (213221286)
Komang Putri Ayu Wikanti Riski (213221287)
Cok Istri Widyastri Dewi (213221288)
Ni Made Mezha Anindya Prabhaswari (213221289)
I Gede Dwi Yasa Sugiharta (213221290)
Ni Kadek Sumalini (213221291)
“Om Swastyastu”
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat rahmat-nya
kami dapat menyelesaikan tugas mata kuliah Keperawatan Dewasa dengan judul “Patofisiologi
Pada Gangguan Sistem Persarafan (Head Injury)”tepat pada waktunya.
Tidak lupa kami mengucapkan terimakasih kepada pihak-pihak yang telah ikut terlibat
dan membantu dalam penyelesaian tugas ini. Penulis meminta maaf jika ada kesalahan dan
kekurangan dalam penulisan maupun isi dari materi yang kami tulis akan dalam makalah ini.
Semoga materi yang terdapat dalam makalah ini dapat bermanfaat dan menjadi sumbangan
pikiran bag ipembaca dan pihak-pihak yang membutuhkan
Kelompok
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.................................................................................................................... i
DAFTAR ISI ................................................................................................................................. ii
BAB I
PENDAHULUAN ......................................................................................................................... 1
A. Latar Belakang ................................................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah .............................................................................................................. 1
C. Tujuan................................................................................................................................. 1
D. Manfaat............................................................................................................................... 1
BAB II
LANDASAN TEORI .................................................................................................................... 2
A. Definisi ............................................................................................................................... 2
B. Patofisiologi danPathway ................................................................................................... 3
C. Etiologi / Faktor Predisposisi danPresipitasi...................................................................... 5
D. Manifestasi Klinis / TandaGejala ....................................................................................... 5
E. Klasifikasi........................................................................................................................... 5
F. Pemeriksaan Penunjang...................................................................................................... 7
G. Penatalaksanaan Medis dan Keperawatan.......................................................................... 7
H. Data yang perlu dikaji / AsuhanKeperawatan .................................................................... 8
I. Diagnosa yang Mungkin Muncul ..................................................................................... 10
G. Rencana AsuhanKeperawatan .......................................................................................... 10
BAB III
PENUTUP ................................................................................................................................... 19
A. Kesimpulan....................................................................................................................... 19
B. Saran ................................................................................................................................. 19
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................................. 20
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Cedera memegang peranan yang sangat besar dalam menentukan berat ringannya
konsekuensi patofisiologis dari suatu trauma kepala.Trauma atau cedera kepala (Brain
Injury) adalah salah satu bentuk trauma yang dapat mengubah kemampuan otak dalam
menghasilkan keseimbangan fisik, intelektual, emosional, sosial dan pekerjaan atau
dapat dikatakan sebagai bagian dari gangguan traumatik yang dapat menimbulkan
perubahan – perubahan fungsi otak.
B. Rumusan Masalah
1. Apa definisi dari head injury?
2. Bagaimana patofisologi/pathway dari head injury?
3. Apasaja penyebab terjadinya injury?
4. Bagaimana manifestasi klinis, pemeriksaan penunjang pada kasus dengan injury?
5. Bagaimana Konsep Dasar Askep pada pasien dengan head injury?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui definisi dari head injury
2. Untuk mengetahui bagaimana patofisologi/pathway dari head injury
3. Untuk mengetahui apasaja penyebab terjadinya injury
4. Untuk mengetahui bagaimana manifestasi klinis, pemeriksaan penunjang pada
kasus dengan injury
5. Untuk mengetahui bagaimana Konsep Dasar Askep pada pasien dengan head
injury?
D. Manfaat
Dengan mempelajari pastofisiologi pada gangguan sistem persarafan head injury
diharapkan dapat menambah wawasan pembaca khususnya mahasiswa keperawatan.
1
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Definisi
Cidera kepala adalah kerusakan neurologis yang terjadi akibat adanya trauma
pada jaringan otak yang terjadi secara langsung maupun efek sekunder dari trauma
yang terjadi (Price, 2005).
Trauma atau cedera kepala (Brain Injury) adalah salah satu bentuk trauma yang
dapat mengubah kemampuan otak dalam menghasilkan keseimbangan fisik,
intelektual, emosional, sosial dan pekerjaan atau dapat dikatakan sebagai bagian dari
gangguan traumatik yang dapat menimbulkan perubahan – perubahan fungsi otak
(Black, 2005).
Menurut konsensus PERDOSSI (2006), cedera kepala yang sinonimnya adalah
trauma kapitis/head injury/trauma kranioserebral/traumatic brain injury merupakan
trauma mekanik terhadap kepala baik secara langsung ataupun tidak langsung yang
menyebabkan gangguan fungsi neurologis yaitu gangguan fisik, kognitif, fungsi
psikososial baik bersifat temporer maupun permanen.
2
B. Patofisiologi danPathway
Cedera memegang peranan yang sangat besar dalam menentukan berat
ringannya konsekuensi patofisiologis dari suatu trauma kepala. Cedera percepatan
(aselerasi) terjadi jika benda yang sedang bergerak membentur kepala yang diam,
seperti trauma akibat pukulan benda tumpul, atau karena kena lemparan benda tumpul.
Cedera perlambatan (deselerasi) adalah bila kepala membentur objek yang secara
relatif tidak bergerak, seperti badan mobil atau tanah. Kedua kekuatan ini mungkin
terjadi secara bersamaan bila terdapat gerakan kepala tiba-tiba tanpa kontak langsung,
seperti yang terjadi bila posisi badan diubah secara kasar dan cepat. Kekuatan ini bisa
dikombinasi dengan pengubahan posisi rotasi pada kepala, yang menyebabkan trauma
regangan dan robekan pada substansi alba dan batangotak.
Cedera primer, yang terjadi pada waktu benturan, mungkin karena memar pada
permukaan otak, laserasi substansi alba, cedera robekan atau hemoragi. Sebagai
akibat, cedera sekunder dapat terjadi sebagai kemampuan autoregulasi serebral
dikurangi atau tak ada pada area cedera. Konsekuensinya meliputi hiperemi
(peningkatan volume darah) pada area peningkatan permeabilitas kapiler, serta
vasodilatasi arterial, semua menimbulkan peningkatan isi intrakranial, dan akhirnya
peningkatan tekanan intrakranial (TIK). Beberapa kondisi yang dapat menyebabkan
cedera otak sekunder meliputi hipoksia, hiperkarbia, danhipotensi.
Genneralli dan kawan-kawan memperkenalkan cedera kepala “fokal” dan
“menyebar” sebagai kategori cedera kepala berat pada upaya untuk menggambarkan
hasil yang lebih khusus. Cedera fokal diakibatkan dari kerusakan fokal yang meliputi
kontusio serebral dan hematom intraserebral, serta kerusakan otak sekunder yang
disebabkan oleh perluasan massa lesi, pergeseran otak atau hernia. Cedera otak
menyebar dikaitkan dengan kerusakan yang menyebar secara luas dan terjadi dalam
empat bentuk yaitu: cedera akson menyebar, kerusakan otak hipoksia, pembengkakan
otak menyebar, hemoragi kecil multipel pada seluruh otak. Jenis cedera ini
menyebabkan koma bukan karena kompresi pada batang otak tetapi karena cedera
menyebar pada hemisfer serebral, batang otak, atau dua-duanya.
3
Trauma kepala
Terputusnya
kontinuitas jaringan Terputusnya Jaringan otak
kulit, otot dan vaskuler kontinuitas rusak (kontusio,
jaringan laserasi)
Mesesenfalon Resikoinjuri
Resikogangg.
integritaskulit
Immobilisasi
Gangg. Kurangnyape
kesadaran Cemas rawatandiri
4
C. Etiologi / Faktor Predisposisi danPresipitasi
Dikelompokan berdasarkan mekanisme injury:
1. Traumatumpul.
2. Trauma tajam(penetrasi).
E. Klasifikasi
Klasifikasi trauma kepalaberdasarkan Nilai Glasgow Come Scale (GCS):
A. Minor
a. GCS 13 – 15
b. Dapat terjadi kehilangan kesadaran atau amnesia tetapi kurang dari 30menit.
c. Tidak ada kontusio tengkorak, tidak ada fraktur cerebral,hematoma.
B. Sedang
d. GCS 9 –12
e. Kehilangan kesadaran dan atau amnesia lebih dari 30 menit tetapi kurang dari
24 jam.
f. Dapat mengalami fraktur tengkorak.
C. Berat
g. GCS 3 – 8
h. Kehilangan kesadaran dan atau terjadi amnesia lebih dari 24jam.
i. Juga meliputi kontusio serebral, laserasi, atau hematomaintrakranial.
j. Bila fraktur, mungkin adanya cairan serebrospinal yang keluar dari hidung
5
(rhinorrohea) dan telinga (otorrhea) bila fraktur tulangtemporal.
6
F. Pemeriksaan Penunjang
1. Spinal X ray
Membantu menentukan lokasi terjadinya trauma dan efek yang terjadi
(perdarahan atau ruptur ataufraktur).
2. CTScan
Memeperlihatkan secara spesifik letak oedema, posisi hematoma, adanya jaringan
otak yang infark atau iskemia serta posisinya secara pasti.
3. Myelogram
Dilakukan untuk menunjukan vertebrae dan adanya bendungan dari spinal aracknoid
jika dicurigai.
4. MRI (magnetic imagingresonance)
Dengan menggunakan gelombang magnetik untuk menentukan posisi serta besar/
luas terjadinya perdarahan otak.
5. Thorax Xray
Untuk mengidentifikasi keadaanpulmo.
6. Pemeriksaan fungsipernafasan
Mengukur volume maksimal dari inspirasi dan ekspirasi yang penting diketahui bagi
penderita dengan cidera kepala dan pusat pernafasan (medulla oblongata).
7. Analisa GasDarah
Menunjukan efektifitas dari pertukaran gas dan usaha pernafasan.
7
9. Farmakologi
Penderita trauma saraf spinal akut yang diterapi dengan metilprednisolon (bolus
30 mg/kg berat badan dilanjutkan dengan infus 5,4 mg/kg berat badan per jam
selama 23 jam), akan menunjukkan perbaikan keadaan neurologis bila preparat itu
diberikan dalam waktu paling lama 8 jam setelah kejadian (golden hour).
Pemberian nalokson (bolus 5,4 mg/kg berat badan dilanjutkan dengan 4,0 mg/kg
berat badan per jam selama 23 jam) tidak memberikan perbaikan keadaan
neurologis pada penderita trauma saraf spinalakut.
9
I. Diagnosa yang Mungkin Muncul
1. Gangguan perfusi jaringan otak sehubungan dengan udemotak
2. Tidak efektifnya pola napas sehubungan dengan depresi pada pusat napas diotak
3. Tidak efektifnya kebersihan jalan napas sehubungan dengan penumpukansputum
4. Gangguan pemenuhan ADL sehubungan dgn penurunan kesadaran (soporos-
coma)
5. Kecemasan keluarga sehubungan keadaan yang kritis padapasien
6. Potensial gangguan integritas kulit sehubungan dengan immobilisasi, tidak
adekuatnya sirkulasiperifer.
G. Rencana AsuhanKeperawatan
Dx. Tujuan Intervensi Rasional
Keperawatan
Gangguan Mempertahan- Independent:
perfusi kan dan 1. Monitor dan 1. Refleks membuka mata
jaringan otak memperbaiki catat status menentukan pemulihan
sehubungan tingkat neurologis tingkat kesadaran. Respon
dengan udem kesadaran dengan meng- motorik menentukan
otak fungsimotorik. gunakan metode kemampuan berespon
GCS. terhadap stimulus eksternal
Kriteria hasil : dan indikasi keadaan
Tanda-tanda kesadaran yang baik. Reaksi
vital stabil, pupil digerakan oleh saraf
tidak ada kranial oculus motorius dan
peningkatan untuk menentukan refleks
intrakranial batang otak. Pergerakan mata
membantu menentukan area
cedera dan tanda awal
peningkatan tekanan
intracranial adalah
terganggunya abduksimata.
10
tanda vital tiap penurunan diastolik serta
30 menit. penurunan tingkat kesadaran
dan tanda-tanda peningkatan
tekanan intrakranial. Adanya
pernapasan yang irreguler
indikasi terhadap adanya
peningkatan metabolisme
sebagai reaksi terhadap
infeksi. Untuk mengetahui
tanda-tanda keadaan syok
akibat perdarahan.
11
dari cedera intrakrania.
akibatkejang.
Kolaborasi:
6. Berikan oksigen 6. Dapat menurunkan hipoksia
sesuai dengan otak.
kondisi pasien.
12
napas di otak. Kriteria Co2 dan menyebabkan
evaluasi asidosis respiratorik.
Penggunaan
otot bantu 2. Cek 2. Untuk memberikan ventilasi
napas tidak pemasangan yang adekuat dalam
ada, sianosis tube pemberian tidalvolume.
tidak ada atau
tanda-tanda 3. Observasi ratio 3. Sebagai kompensasi ter-
hipoksia tdk inspirasi dan perangkapnya udara ter-
ada dan gas ekspirasi pada hadap gangguan pertukaran
darah dalam fase ekspirasi gas.
batas-batas biasanya 2 x
normal. lebih panjang
dariinspirasi
13
Tidakefektifny Mempertahan- Independent:
a kebersihan kan jalan napas 1. Kaji dengan 1. Obstruksi dapat disebabkan
jalan napas dan mencegah ketat (tiap 15 pengumpulan sputum,
sehubungan aspirasi menit) perdarahan, bronchospasme
dengan kelancaran jalan atau masalah terhadaptube.
penumpukan Kriteria napas.
sputum Evaluasi
Suara napas 2. Evaluasi 2. Pergerakan yang simetris dan
bersih, tidak pergerakan dada suara napas yang bersih
terdapat suara dan auskultasi indikasi pemasangan tube
sekret pada dada (tiap 1jam yang tepat dan tidak adanya
selang dan ). penumpukansputum.
bunyi alarm
karena pe- 3. Lakukan 3. Pengisapan lendir tidak
ninggian suara pengisapan selalu rutin dan waktu harus
mesin, sianosis lendir dengan dibatasi untuk mencegah
tidak ada. waktu kurang hipoksia.
dari 15 detik
bila sputum
banyak.
14
coma) Kebersihan
terjaga, 2. Beri bantuan 2. Kebersihan perorangan,
kebersihan untuk eliminasi, berpakaian, mandi,
lingkungan ter- memenuhi membersihkan mata dan
jaga, nutrisi kebersihandiri. kuku, mulut, telinga,
terpenuhi merupakan kebutuhan dasar
sesuai dengan akan kenyamanan yang harus
kebutuhan, dijaga oleh perawat untuk
oksigen meningkatkan rasa nyaman,
adekuat. mencegah infeksi dan
keindahan.
15
kebersihan dan
keamanan ling-
kungan.
Kecemasan Kecemasan Independent:
keluarga keluarga dpt 1. Bina hubungan 1. Untuk membina hubungan
sehubungan berkurang salingpercaya. terapeutik perawat-keluarga.
keadaan yang Dengarkan dengan aktif dan
kritis pada pa- Kriteri empati, keluarga akan merasa
sien. evaluasi : diperhatikan.
Ekspresi wajah
tidak 2. Beri penjelasan 2. Penjelasan akan mengu-rangi
menunjang tentang semua kecemasan akibat
adanya kece- prosedur dan ketidaktahuan. Berikan
masan. tindakan yang kesempatan pada keluarga
Keluarga akan dilakukan untuk bertemu dengan klien.
mengerti cara padapasien. Mempertahankan hubungan
berhubungan pasien dankeluarga.
dgn pasien.
Pengetahuan 3. Berikan 3. Semangat keagamaan dapat
keluarga me- dorongan spiri- mengurangi rasa cemas dan
ngenai tual untuk meningkatkan keimanan dan
keadaan, keluarga. ketabahan dalam menghadapi
pengobatan krisis.
dan tindakan
meningkat.
Potensial Gangguan Independent:
gangguan integritas kulit 1. Kaji fungsi 1.Untuk menetapkan
integritas kulit tidak terjadi motorik dan kemungkinan terjadinya lecet
sehubungan sensorik pasien padakulit.
dengan dan sirkuasi
immobilisasi, perifer
tidak
adekuatnya
16
sirkulasi 2. Kaji kulit pasien 2. Keadaan lembab akan
perifer. setiap 8 jam : memudahkan terjadinya
palpasipada kerusakankulit.
daerah yang
tertekan.
17
5. Pertahankan 5. Dapat mengurangi proses
alat-alat tenun penekanan pada kulit dan
tetap bersih dan menjaga kebersihankulit.
tegang.
18
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Trauma atau cedera kepala (Brain Injury) adalah salah satu bentuk trauma
yang dapat mengubah kemampuan otak dalam menghasilkan keseimbangan fisik,
intelektual, emosional, sosial dan pekerjaan atau dapat dikatakan sebagai bagian
dari gangguan traumatik yang dapat menimbulkan perubahan – perubahan fungsi
otak (Black, 2005). Etiologi dari cedera kepala yaitu trauma tumpul dan trauma
tajam (penetrasi), dengan tanda dan gejala yaitu Hilangnya kesadaran kurang dari
30 menit ataulebih, Kebingungan, Iritabel, Pucat, Mual danmuntah, Pusingkepala,
Terdapathematoma.
B. Saran
Perlunya lebih banyak membaca dan sumber yang banyak dapat mengasah
dalam mengingat dan memahami suatu materi khusus nya pada pembahasan yang
terdapat dalam makalah ini, semoga makalah ini bermanfaat bagi para pembaca.
19
DAFTAR PUSTAKA
20