Peran Penting PDIP untuk Indonesia: Sebuah Catatan
Sudah lama perpolitikan Indonesia tidak kunjung membaik. Praktek oligarkhi,
biaya demokrasi yang mahal, tarik ulur kepentingan, dan praktek korupsi, kolusi dan nepotisme masih menjadi wajah perpolitikan Indonesia. Kondisi politik yang seperti ini jelas menjadi salah satu sebab belum terpacainya keadilan sosial di Indonesia. Padahal, jika kesejahteraan sosial diakui masih menjadi tujuan Negara ini, maka perpolitikan Indonesia harus segera ‘dibereskan’. Dalam hal ini, maksudnya, diperlukan proses ideologisasi yang jelas baik dalam partai politik. Meskipun politik tidak hanya sekedar berbicara parpol, namun parpol menjadi bagian yang paling elementer dalam perpolitikan. Sehingga, partai politik semestinya memiliki ideologi dan ideologisasi yang jelas dalam perannya sebagai penyambung kepentingan rakyat. Menagapa harus ideologisasi? Bagimanapun politik selalu digerakan dan untuk mencapai ideologi. Inilah yang dimaksud ideologi sebagai azas. Ideologi, dalam hal ini, berarti merupakan pandangan dunia dan juga tujuan yang ingin dicapai melalui relasi politik. Dari penjelasan di muka, PDIP harus segara melaksanakan ideologisasi tersebut. PDIP harus segara membentuk elit-elit dan kadernya untuk benar-benar memahami ideologinya. Dalam hal ini, mengingat PDIP berideologikan Pancasila 1 Juni, maka nilai- nilai sosio-nasionalisme, sosio-demokrasi, dan ketuhanan harus dipahami oleh semua elemen PDIP. Bagaimanapun ideologi menjadi dasar bagi geraknya PDIP, sehingga jika ideologi tidak mampu dipahami, gerak PDIP pun tidak akan berjalan sebagaimana mestinya. Bahkan kegagalan dalam pemahaman ideologi dapat mengarahkan PDIP menghianati dasar pergerakannya sendiri. Di dalam Pancasila 1 Juni termuat secara inheren semangat untuk membebaskan rakyat dari ketertindasan. Olehkarena itu, nilai-nilai dalam Pancasila 1 Juni harus benar- benar dipahami untuk kemudian diimplementasikan. Apabila ideologisasi tidak segara dijadikan salah satu fokus PDIP kedepan, maka semangat penyelamatan rakyat akan semakin tertunda untuk terlaksanakan. Peran penting ideologisasi dalam PDIP menemui momentum dengan terpilihnya Joko Widodo sebagai kader PDIP sebagai Presiden Indonesia. Terlebih lagi visi dan misi Jokowi mengangkat Trisakti Soekarno. Ini menjadi momen untuk segera melaksanakan pemahaman terkait Pancasila 1 Juni, sehingga dapat langsung dilaksanankan implementasinya dalam kebijakan pemerintahan. Hal ini mengingat, PDIP sebagai partai pengusung Jokowi dapat mengajukan rancangan program kebijakan. Sehingga dapat dijadikan pertimbangan Jokowi dalam melaksanakan pemerintahannya. Dengan demikian, pelaksanaan Pancasila 1 Juni semakin memungkinkan untuk segera diselenggarakan. Konsekuensinya, agar dapat terlakasana timbal balik sebagaimana yang dipaparkan di atas, PDIP harus tetap mempertahankan dukungan politiknya kepada Jokowi. Justru menjadi hal yang sangat menggelikan seandainya PDIP tidak lagi memberikan dukungan politiknya pada Jokowi. Pencabutan dukungan terhadap Jokowi sama saja dengan menyatakan PDIP tidak dapat mengambil momen politik. Meskipun memang dalam dukungan politik tersebut tidak semestinya harus menerima semua kebijakan yang diambil oleh pemerintahan Jokowi, tetapi bukan berarti dukungan terhadapnya harus dicabut. Artinya, dalam dukungan terhadap Jokowi, PDIP berhak untuk mengkritisi kebijakan-kebijakan yang diambil oleh pemerintahan. Apabila momen terpilihnya Jokowi sebagai presiden tidak dapat dimaksimalkan, apalagi sengaja dimentahkan, akan membuat perjuangan gerakan PDIP itu sendiri menjadi sia-sia. Jika demikan, dapat dikatakan, Pancasila 1 Juni tidak dapat segera terlaksanakan. Rakyat pun akan semakin lama mengalami kegetiran hidup. Dalam pelaksanaan ideologisasi dan dukungan terhadap Jokowi untuk memaksimalkan perjuangan PDIP dalam mengimplementasikan Pancasila 1 Juni, PDIP harus mempercayakan kader-kader muda guna menjadi pengurus partainya. Bagaimana pun kader-kader muda masih memiliki kejernihan dan energi yang lebih dari kader-kader tua. Dengan ini, ideologisasi dan dinamika PDIP dapat berjalan dengan lebih baik. “Beri aku sepeluh pemuda, maka akan ku goncang dunia”, frase tersebut adalah gambaran Bung Karno secara analogis menyadari pentingnya pemuda sebagai pemimpin dalam perjuangan. Barangkali hal ini pula yang disadari oleh Megawati Soekarno Putri dalam pidatonya di Kongres PDIP kali ini. Megawati menyatakan bahwa kepemimpinan PDIP kedepan akan di isi oleh kader-kader muda. Rencana Megawati ini harus disambut dengan dukungan penuh demi tercapainya PDIP sebagai parpol yang terdepan dalam perjuangan untuk menciptakan kesejahteraan sosial. Dengan ideologiasi yang ditingkatkan, memaksimalkan momen pemerintahan Jokowi, dan kepemimpinan pemuda, semakin mempermudah PDIP dalam melaksanakan Pancasila 1 Juni dalam pelaksanaan Negara ini. Dengan terlaksananya sosio- nasionalisme, sosio-demokrasi, dan ketuhanan, maka sudah dipastikan Sosialisme Indonesia telah berdiri. Berdirinya Sosialisme Indonesia menjadi penanda bahwa Indonesia telah benar-benar memerdekakan dirinya, baik secara de facto maupun de jure. Tujuan inilah yang harus segara dikejar dan digapai oleh PDIP di pengurusan hasil kongres ini.