Anda di halaman 1dari 4

Elemen Rakyat Pengawas Birokrasi

dan Anti Penindasan—Sebuah Preambule Deklarasi

Pemerintah Daerah (Pemda) Indramayu selama ini belum bisa merumuskan dan menjalankan
kebijakan-kebijakan yang benar-benar menjawab persoalan di daerah ini. Persoalan pendidikan,
misalnya, Indramayu masih terbilang sebagai kabupaten dengan angka rata-rata lama sekolah
terendah di Jawa Barat. Menurut data Badan Pusat Statistik Jawa Barat, rata-rata lama sekolah di
Indramyu masih berada di 5, 9 tahun. Artinya, bahkan untuk Sekolah Dasar (SD) pun tidak
tamat.

Bisa saja, hal ini dinilai, disebabkan rendahnya kesadaran masyarakat akan pentingnya
pendidikan. Namun, lebih mendasar lagi, persoalan ini semestinya dilihat secara struktural, alih-
alih kultural semata, yakni kegagalan Pemda Indramayu dalam melalukan upaya pembangunan
sumber daya manusia. Pemda Indramayu gagal memformulasikan kebijakan, agar warganya
dapat menyadari pentingnya sekolah dan gagal membuat kemudahan-kemudahan akses untuk
mengenyam pendidikan—dari pendidikan dasar sampai pendidikan tinggi.

Selain persoalan pendidikan, Kabupaten Indramayu juga bermasalah dalam pembangunan sektor
ekonomi. Banyak potensi ekonomi di daerah ini yang tidak tergarap dengan maskimal. Padahal,
Indramayu memiliki sumber daya alam yang terbilang lengkap. Sebut saja, sektor pertanian,
kelautan dan migas, adalah anugrah alam bumi Indramayu yang jika dikelola dengan baik dan
benar dapat menjadi penopang kesejahteraan sosial yang mumpuni bagi masyarat di Kota
Mangga ini. Belum lagi disektor lain, seperti usaha-usaha mikro yang dibikin masyarakat, akan
menjadikan kekuatan ekonimi Indramayu semakin kuat.baik dari segi produksi, distribusi,
hingga konsumsi.

Namun, nyatanya, kebijakan-kebijakan yang ada selama ini, belum benar-benar terasa dapat
mengangkat potensi-potensi tersebut. Pertanaian kita masih poyang-paying dari segi modal, tata
kelola yang masih cenderung tradisional, juga problem-problem di pemasaran yang serinngkali
membuat petani merugi, dan juga lemahnya pengorganisasian petani. Masalah-masalah tersebut
akhirnya berdampak pada lemahnya tingkat kesejahteraan petani di kabupaten ini.
Sebagai contoh, pertanian kita masih dicekik oleh permainan tengkulak yang membuat petani
seringkali merugi. Padahal jika Pemerintah Daerah dapat memanfaatkan perkembangan ekomi
digital di era disrupsi ini, tentu dapat memotong dominasi tengkulak dalam pasar, dan dapat
mengangkat harga produk pertanian kita, karena tidak ada lagi pemburu rente anatara produsen
dan konsumen.

Hal yang sama, lemahnya pengaruh kebijakan Pemda Indramayu dalm membangun sektor
ekonimi, dapat dilihat di lini lain, seperti kelautan. Nelayan masih kesulitan dalam mendapatkan
modal untuk berlayar, hasil tangkapan yang semakin berkurang, karena tidak ada upaya
signifikan untuk menjaga kelestarian laut dan pembudidayaan yang masif. Begitupun, di
pertanian garam, sebagai bagian dari potensi kelautan kita, petani garam masih di Indramayu
kebanyakan masih menggunakan cara tradisional dalam berproduksi, juga belum menemukan
cara untuk memproduksi garam berkelanjutan, selai tentu saja, masalah harga yang sangat
rendah. Garam petani kita, sudah kurang lebih satu tahun ini, masih berkisar di angka 200 – 300
rupiah. Hal ini, karena selain tidak ada upaya Pemda dalam membuka pasar garam menjadi lebih
luas, juga akibat gagalnya Pemda dalam melakukan inovasi pengelolaan hasil garam kita.

Kita dapat menambah sederet masalah lain, seperti persoalan kesehatan masyarakat, persoalan
pembangunan infrastruktur, persoalan kemampuan masyarakat dalam penggunaan teknologi dan
Bahasa asing, dan-lain-lain. Intinya, kesemua itu akan membuka tabir kegagalan Pemda selama
ini dalam memajukan Kabupten Indramayu. Dari kegagalan-kegagalan itulah, kita tidak punya
jalan lain, selain segera melakukan pembenahan, guna mencapai Indramayu baru.

Pembenahan untuk mencapai Indramayu baru itu, dapat kita mulai dengan kesadaran bersama
akan signifikansi Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) 9 Desember mendatang sebagai
momentum awal. Bagaimanapun, pembaharuan tersebut harus dimulai dengan memastikan
Pilkada ini dapat melahirkan kepemimpinan yang akan membawa Pemerintah Daerah Indramayu
lebih memprioritaskan rakyat dan potensi-potensi ekonomi yang kita miliki dalam
memformulasikan kebijakan-kebijakan jitu yang bermuara pada kesejahteraan sosial bagi rakyat
Indramayu.

Oleh karena itu, rakyat Indramayu harus bersama-sama ikut menjadi bagian aktif dalam pilkada
ini, dengan pertama-tama memastikan demokrasi yang berjalan adalah demokrasi yang benar-
benar sehat, demokrasi tanpa kecurangan dan penindasan. Di sini, rakyat Indramayu harus
menggalang kekuatan dalam satu-kesatuan sebagai Elemen Rakyat Pengawas Birokrasi dan
Anti Penindasan. Elemen rakyat inilah yang akan mengawasi bikrokrasi agar berjalan
sebagaimana aturan dalam konteks Pilkada ini, yakni agar tetap netral; tidak mendukung salah
satu pasangan calon (paslon) secara terbuka.

Kita tidak bisa memungkiri birokrasi merupakan bagian penting dalam roda pemerintahan,
sehingga keterlibatannya dalam politik praktis berupa dukungan terbuka pada salah satu paslon
akan membawa dampak buruk pada pemerintahan itu sendiri dan juga bagi kelangsungan
kontestasi demokrasi yang berjalan. Misalkan saja, salah satu pimpinan dalam dinas tertentu
sebagai bagian dari birokrasi pemerintahan tidak netral, sangat berkemungkinan ia akan
melakukan tindakan intimidasi pada jajaran di bawahnya untuk juga mendukung paslon yang ia
dukung. Dengan begitu, selain melanggar aturan, tentu dukungannya menjadi penindasan bagi
jajaran di bawahnya, berupa intimidasi; pemaksaan untuk mendukung salah satu paslon.

Kemungkinan lain, yang lebih menghawatirkan, para birokrat yang tidak netral akan
memanfaatkan kebijkan intstansinya untuk mengarahkan masyarakat dalam mendukung salah
satu paslon. Sehingga, tentu saja, hal ini berarti akan membawa praktik korupsi di dalamnya,
juga ,menciderai fungsi sebenarnya dari birokrasi dan kebijakan sebagai roda utama dalam upaya
mensejahterakan masyakat.

Elemen Rakyat Pengawas Birokrasi dan Anti Penindasan, dengan demikian, adalah bagian
dari subjek politik aktif yang bertugas memastikan secara tidak adanya keterlibatan anggota
birokrasi dari berbagai lapisan dalam mendukung salah satu paslon. Dari sini, dampak positif
lain dari Elemen Rakyat ini adalah akan mendorong jajaran birokrasi yang enggan untuk
melakukan tindakan tidak netral, dan yang terpenting mereka pun berani untuk melawan
intimidasi dari kekuatan politik paslon untuk mendukung dirinya. Artinya, Elemen Rakyat ini
sekaligus menjadi bagian penting, guna memutus kecurangan paslon, yakni penindasan berupa
paksaan pada jajaran birokrasi untuk mendukung paslon tersebut.

Selain itu, Elemen Rakyat Pengawas Birokrasi dan Anti Penindasan, juga akan bersama-
sama mendesak Pejabat Sementara (PJS) Kabupaten Indramayu untuk bersama memastikan
jajaran birokrasinya tidak terlibat dalam dukungan apapun terhadap salah satu paslon dan akan
menindak tegas apabila ditemukan kasus birokrat yang tidak netral. Tentu saja, juga memberikan
peringatan pada paslon yang terbukti melakukan intimidasi dan pemaksaan pada brikrokat untuk
mendukung dirinya. Dalam tuntutan itu, Elemen Rakyat ini sekaligus memperingatkan PJS:
apabila PJS tidak melalukan tindakan tegas pada birokrat yang tidak netral dalam Pilkada ini,
termasuk tindakan pada Paslon yang memaksa birokasi mendukung dirinya, maka Elemen
Rakyat sendiri yang akan menindak dengan tegas kecurangan-kecurangan yang ada.

Menjadi harapan kita semua, Pilkada ini berlangsung sebagai bagian dari pesta demokrasi yang
sehat, juga tentu saja, sebagai momentum untuk mencapai Indrama baru—Indramayu dengan
pemerintahan yang benar-benar hadir dan terasa kebijakannya bagi rakyat. Sehingga, seperti
diuraikan di muka, Elemen Rakyat Pengawas Birokrasi dan Anti Penindasan harus segera
dibentuk dan dijalankan.

Oleh karena itu, dengan demikian, kita bersama-sama deklrasikan Elemen Rakyat Pengawas
Birokrasi dan Anti Penindasan, sebagai bagian aktif rakyat dalam upaya Pilkada yang
partisipatoris dan sebagai bagian penting yang tak terpisahkan dari upaya berkesedaran rakyat
dalam perjuangan mencapai Indramayu baru.***

Indramayu, 17 Oktober 2020

Anda mungkin juga menyukai