LAMPIRAN STRUKTUR PENGALURAN PADA NOVEL L’ATTENTAT
KARYA YASMINA KHADRA
No. Tahapan Peristiwa
1. Eksposisi Prolog berupa extrait dari bagian akhir cerita mengenai
peristiwa pemboman di Jenin, Palestina. Pengenalan tokoh utama, Amine Jaafari, dan latar belakangnya sebagai seorang ahli bedah, keturunan Bedouin (Arab) yang telah dinaturalisasi menjadi warga negara Israel. Pengenalan tokoh pendukung: Ezra Benhaïm, Kim Yehuda, dan Ilan Ros sebagai rekan kerja dari Amine. Kekhawatiran Amine atas istrinya, Sihem, yang tidak dapat dihubungi. Terjadinya ledakan tidak jauh dari rumah sakit tempat Amine bekerja. Perlakuan diskriminasi oleh pasien korban pemboman yang menolak untuk ditangani oleh Amine, seorang Arab. Perlakuan diskriminasi oleh para polisi yang bertugas di arah jalan pulang Amine setelah ia selesai menangani korban- korban di rumah sakit. Pengenalan lebih dalam mengenai Sihem, istri Amine, latar belakangnya, dan narasi mengenai kehidupan rumah tangga mereka yang ia anggap harmonis.
2. Gawatan Amine mendapat kabar menegangkan dari teman polisinya,
Naveed Ronen. Amine diperlihatkan mayat Sihem yang diduga sebagai pelaku bom bunuh diri. Pasca kematian Sihem, Amine mengalami kesedihan yang begitu mendalam. Teman-temannya berusaha membantu dan menemani Amine. Kedatangan pihak polisi di kediaman Amine, dilakukannya penggeladahan rumah sebagai akibat dari peristiwa bom bunuh diri yang dilakukan Sihem. Di rumahnya, Amine diinterogasi oleh Kapten Moshé, namun menolak keras atas tuduhan yang dijatuhkan kepadanya dan istrinya. Amine dibawa ke kantor untuk diinterogasi lebih lanjut, Kapten Moshe terus berusaha mematahkan semangat Amine agar ia mengaku. Setelah proses yang panjang, Amine dibebaskan karena dianggap tidak memiliki kaitan dengan peristiwa bom bunuh diri, namun istrinya masih ditetapkan sebagai pelaku. Amine masih menolak untuk percaya bahwa istrinya adalah pelaku bom bunuh diri, kesehatan mentalnya mulai menurun dan terus menerus berkabung atas mendiang istrinya. Amine mendapati bagian depan rumahnya dirusak oleh warga sekitar, kemudian ia di serang ketika berusaha menantang mereka. Hal ini terjadi karena identitasnya sebagai orang Arab yang identik dengan etnis musuh Yahudi. Kim Yehuda kembali datang dan membantu merawat Amine yang terluka. Amine diminta untuk menetap di kediaman Kim Yehuda agar kondisi fisik dan mentalnya dapat dipantau oleh Kim. Amine memutuskan untuk memberikan Sihem pemakaman yang layak. Meskipun ia masih menolak percaya tuduhan atas istrinya, ia mulai dapat mengikhlaskan kematian Sihem.
3. Klimaks Penemuan sebuah surat di dalam kotak pos rumah Amine.
Surat tersebut berasal dari Bethlehem dan berisikan tulisan tangan istrinya. Sihem secara implisit membenarkan dugaan mengenai misi bom bunuh diri. Kim kembali menemukan Amine dalam kondisi yang buruk. Setelah mengetahui apa penyebabnya, Kim membawa Amine ke rumah kakek Yehuda untuk menenangkan pikiran. Kim membawakan kabar bahwa Ilana Ros berhasil menyatukan mayoritas tenaga medis untuk menentang kehadiran Amine di rumah sakit bahkan sampai mendukung untuk dilakukannya pencabutan kewarganegaraan Israel untuk Amine. Hal tersebut dimakluminya karena adanya rasa simpati Amine terhadap latar belakang Ilan Ros.
4. Resolusi Perbincangan antara Amine, Naveed, dan Kim mengenai
perkembangan kasus Sihem terkait terorisme. Dilanjut dengan pembahasan mengenai ketidakbahagiaan Sihem yang kemungkinan besar menjadi motivasinya melakukan aksi bom bunuh diri. Amine mengingat kembali kenangan mengenai ayahnya yang memiliki pendirian berbeda dari keluarganya, yakni lebih mementingkan kebahagiaan dan kesuksesannya sendiri dibandingkan meneruskan tradisi sukunya. Amine baru menyadari bahwa ia memiliki pendirian yang sama dengan ayahnya. Kondisi Amine yang mulai membaik mendorongnya untuk menelusuri lebih lanjut tentang motivasi istrinya. Ia memutuskan untuk pergi ke Bethlehem, ditemani oleh Kim, demi mencari petunjuk-petunjuk lainnya. Amine datang mengunjungi Leila, saudara angkatnya yang tinggal di Bethlehem bersama suaminya, Yasser, dengan harapan mendapatkan jawaban yang ia cari. Sempat terjadinya pertengkaran kecil karena perbedaan pandangan antara Amine dan Yasser mengenai pengorbanan diri Sihem. Amine mendapat petunjuk baru setelah berbincang dengan Issam, cucu Yasser, yang sempat bertemu dengan Sihem sebelum tragedi. Diketahui bahwa adanya kemungkinan Sihem bertemu dengan Syekh Marwan di Masjid Agung untuk meminta doa restu. Amine mengalami kesulitan dalam menemui Syekh Marwan, kehadiranna ditolak berulang kali oleh pihak masjid. Hingga pada akhirnya ia berhasil menyelundup masuk dan meminta penjelasan dari Sang Imam. Hasilnya nihil dan Amine diusir. Penyerangan oleh penjaga Syekh Marwan terhadap Amine yang masih berusaha mendapatkan jawaban dari Sang Imam. Atas penyerangan ini, Amine menjadi target dari seorang pimpinan organisasi yang disebut sebagai Le Conducteur. Amine diculik untuk menemui Le Conducteur. Ia yakin bahwa Sihem telah didoktrinisasi oleh para fundamentalis Islam di Palestina. Namun, ternyata Le Conducteur mengakui bahwa Sihem tidak bergerak di bawah organisasi tersebut. Amien kembali ke Tel Aviv dengan tangan kosong. Di rumahnya, Amine mendapatkan petunjuk baru yang berkaitan dengan Adel, sepupunya. Muncul perasaan curiga terhadap Sihem dan Adel. Ia kemudian berkunjung ke Kafr Kanna untuk mencari kembali jawaban. Di Kafr Kanna, Amine tidak mendapatkan jawaban yang ia butuhkan, tetapi Amine perlahan menyadari bahwa pandangan atas keinginan dan kebahagiaan istrinya selama ini salah ia pahami. Amine kembali ke Tel Aviv dalam keadaan terpuruk, seperti seseorang yang depresi dan kehilangan arah. Sifat dan tingkah lakunya pun mulai berubah, ia jadi mudah marah, kurang tidur, dan sering mabuk-mabukan. Hal ini membawanya pada suatu kericuhan yang akhirnya membuat Amine ditahan di kantor polisi. Amine dilepas dari tahanan atas bantuan Naveed. Amine yang pikirannya sudah tidak rasional meminta Naveed untuk membiarkan dirinya pergi ke Jenin—daerah baku hantam militer Israel dengan Palestina—untuk menemui Adel.
5. Peleraian Kedatangan Amine di Jenin membawanya pada malapetaka.
Kabar kedatangannya telah menyebar ke anggota keluarganya di sana, dan mereka secara implisit menolak berurusan dengan Amine. Ia kemudian diculik kembali oleh pasukan Intifada yang mengira bahwa Amine merupakan seorang mata-mata Shin Bet. Amine dituduh telah mengacaukan situasi di Bethlehem. Amine disekap selama berhari-hari, berkali-kali diinterogasi hingga diancam eksekusi. Pada hari terakhir, komandan pasukan membebaskan Amien dan menyatakan bahwa ia hanya menjalani sebuah eksperimen. Tujuan dilakukan hal tersebut agar mereka dapat memupuk rasa kebencian Amien terhadap Israel. Namun, eksperimen tersebut tidak berhasil membuat Amien membenci Israael karena ideologi humanisnya yang kuat serta pendiriannya yang teguh untuk tetap bersifat netral. Adel mengunjungi Amine di ruang tahanan. Adel menjelaskan situasi Sihem dan bagaimana ia bisa bergabung dengan Intifada. Meskipun sudah mendapat jawaban yang ia cari, Amine tetap tidak bisa memahami visi misi dari Intifada dan para anggotanya, termasuk Sihem. Amine kemudian dibawa oleh Wissam cucu dari Omr, yaitu paman dari ayahnya, untuk pergi mengunjungi kampung halamannya. Kepulangan Amine disambut dengan hangat oleh Omr dan Faten, cucu dari Omr. Amien menghabiskan hari-harinya di sana, mencoba memahami kembali rangkaian kejadian yang telah ia lalui. Setelah menikmati hari-hari yang tenang, kabar buruk dan malapetaka kembali menimpa Amine. Wissam yang telah pergi dari kampung halamannya untuk ‘bertugas’, dikabarkan telah mengorbankan dirinya dalam misi bom bunuh diri. Tak lama setelah itu, tentara Israel datang untuk menghancurkan rumah keluarga Amien, sebagai konsekuensi dari tindakan Wissam. Amin berusaha menghentikan para tentara Israel namun gagal. Setelah peristiwa itu, Faten menghilang dari peradaban. Amien mendapatkan kabar bahwa Faten telah pergi ke Jenin untuk turut mengorbankan dirinya, atas dasar kebenciannya terhadap Israel. Amien meminta bantuan anggota keluarganya untuk menghentikan misi Faten, namun mereka menolak dan telah menormalisasikan hal tersebut. Di saat yang bersamaan, Syekh Marwan sedang berkunjung ke Jenin untuk memberi khotbah di Masjid Agung. Amien berasumsi bahwa Faten akan datang menemui Syekh Marwan untuk meminta doa restunya. Sesampainya di masjid, Amine tidak berhasil menemukan Faten di antara kerumunan para pengikut perempuan Syekh Marwan. Khotbah terganggu dengan adanya desas-desus mengenai terorisme terhadap Syekh Marwan. Para penjaga Sang Imam berusaha untuk membawanya ke perlindungan. Namun seketika, terjadinya ledakan yang luar biasa yang menghantam orang-orang di sekitar masjid, termasuk Amine yang tidak luput dari bom tersebut. Dalam kondisinya yang sekarat, Amine berhalusinasi tentang masa kecilnya dan kebahagiaan yang da dapat rasakan melalui kenangan-kenangannya. Ia kemudian meninggal di rumah sakit.