Anda di halaman 1dari 5

TUGAS PERBANDINGAN TEORI-TEORI EKONOMI

SUMBER DAYA MANUSIA

Kelompok 9

1. Darwin Erros Pandapotan Sinaga (7203240017)


2. Iin Sintia (7202240006)
3. Nova Novita Pardede (7202540003)

Teori-Teori Dalam Ekonomi Sumber Daya Manusia

1. Teojri Klasik Adam Smith (1729-1790)

Adam Smith ( 1729-1790) merupakan tokoh utama aliran klasik. Adam Smith telah
mencurahkan perhatian pada alokasi sumber daya manusia dalam pertumbuhan ekonomi. Smith
menganggap bahwa manusia merupakan factor produksi utama yang akan menentukan
kemakmuran karena tanah tidak akan berarti kalau tidak ada sumber daya manusia yang pandai
mengolahnya sehingga bermanfaat bagi kehidupan. Menurut teori klasik kondisi full employment
akan selalu terjadi karena gaji berfungsi sebagai pengimbang antara penawaran dan permintaan
tenaga kerja (upah bersifat fleksibel).

Penawaran dan permintaan tenaga kerja berpotongan pada tingkat gaji keseimbangan. Akhirnya
asumsi yang dibuat teori klasik adalah sebagai berikut :

• Adanya pasar persaingan sempurna dan tiap industri terintegrasi secara vertical.
• Tidak ada serikat buruh yang efektif
• Terjaminnya mobilitas pekerja antar industri/ perusahaan dan daerah
• Tersedianya informasi lengkap dan bebas untuk semua pekerja.

Contohnya proyek PLTA Asahan 3 di Kabupaten Asahan, Sumatera Utara ialah proyek yang
mendukung ketersediaan pasokan lsitrik bagi masyarakat Sumatera Utara dengan memanfaatkan
SDA air sungai Asahan dialirkan ke turbin air melalui terowongan yang sedang dibangun. Dengan
adanya proyek ini banyak masyarakat sekitar yang mendapatkan pekerjaan sehingga menambah
kesejahteraan kehidupan mereka. Jadi apabila SDM tidak memiliki ide dalam proyek PLTA
Asahan 3 ini, maka SDA seperti sungai Asahan tidak termanfaatkan dengan baik yang tidak
membantu dalam mensejahterakan kehidupan masyarakat.

2. Teori Klasik JB. Say (1767-1832)

Menurut JB. Say, setiap penawaran akan menciptakan permintaannya sendiri (supply creates
is own demand). Pendapat Say ini disebut Hukum Say. Hukum Say didasarkan pada asumsi bahwa
nilai produksi selalu sama dengan pendapatan. Tiap ada produksi, pasiti ada pendapatan, yang
nilainya sama persis dengan nilai produksinya tadi. Dengan demikian dalam keadaan
keseimnbangan, produksi cenderung menciptakan permintaan sendiri akan produksi barang yang
bersangkutan. Dengan asumsi seperti ini ia menganggap bahwa peningkatan produksi akan selalu
diiringi dengan peningkatan pendapatan. Jadi, dalam perekonomian yang menganut pasar
persaingan sempurna tidak akan pernah terjadi kelebihan penawaran.

3. Teori Maltus (1766-1834)

Thomas Robert Malthus ( 1766- 1834) juga merupakan salah satu tokoh aliran klasik. Bukunya
yang sangat terkenal adalah Principles of Population. Walaupun Malthus sealiran dengan Adam
smith tetapi tidak semua pemikiran adam Smith sejalan dengan pemikiran Malthus. Adam Smith
menganggap bahwa tingkat kesejahteraan manusia akan selalu meningkat sebagai dampak positif
dari adanya spesialisasi, namun sebaliknya Malthus pesimis dengan masa depan manusia. Malthus
melihat bahwa tanah sebagai salah satu factor produksi, luasnya terbatas dan semakin terbatas lagi
untuk menghasilkan bahan makanan karena sebagian digunakan untuk membangun perumahan,
pabrik-pabrik dan bangunan lain. Di sisi yang lain jumlah manusia terus bertambah sehingga rata-
rata produksi makanan yang tersedia semakin menurun, jumlah makanan menjadi tidak mencukupi
untuk memenuhi kebutuhan manusia yang berdampak pada perebutan makanan. Muncullah
perang dan wabah penyakit sehingga jumlah penduduk menurun. Penurunan jumlah penduduk
menyebabkan makanan berlimpah lagi, penduduk meningkat lagi demikian seterusnya.

Malthus tidak percaya terhadap kemampuan teknologi dalam perlombaan dengan


perkembangan jumlah penduduk. Malthus juga berpendapat bahwa jumlah penduduk yang tinggi
akan berakibat terhadap penurunan produksi per kapita. Satu-satunya cara untuk menghindar dari
malapetaka tersebut adalah melakukan pengendalian terhadap jumlah penduduk, dengan
pengendalian moral yaitu penundaan usia perkawinan, mengurangi jumlah anak. Jika hal ini tidak
dilakukan persoalan akan diselesaikan dengan cara alami antara lain akan timbul perang, epidemic,
kekurangan pangan dan sebagainya.

4. Teori Keynes (1883-1946)

John Maynard Keynes mengkritik teori Say, dalam kenyataannya permintaan lebih kecil dari
pada penawaran, dan pendapatan akan ditabung dan tidak semuanya di pakai untuk konsiumsi
(permintaan efektif lebih kecil dari total produksi). Penggunaan tenaga kerja penuh (fully
employed) tidak akan dicapai karena tenaga kerja tidak akan bekerja sesuai pandangan klasik. Para
pekerja mempunyai semacam serikat kerja (labor union) yang akan berusaha memperjuangkan
kepentingan buruh dari penurunan tingkat upah. Bila kurva harga turun, maka kurva nilai
produktivitas tenaga kerja (marginal value of productivity of labor) yang di jadikan patokan dalam
mempekerjakan tenaga kerja ikut turun.

5. Teori Harrod-Domar (1946)

Teori harrod-Domar dikenal sebagai teori pertumbuhan. Menurut teori ini investasi tidak hanya
menciptakan permintaan, tetapi juga memperbesar kapasitas produksi. lKegiatan produksi yang
membesar membutuhkan permintaan yang besar pula agar produksi tidak menurun. Jika kapasitas
yang membesar tidak diikuti dengn permintaan yang besar pula, surplus akan muncul dan disusul
penurunan jumlah produksi.

6. Teori Coale-Hoaver

Berbeda dengan Solow, Coale-Hoaver tidak hanya melihat penduduk sebagai input dalam
proses produksi tetapi juga segai konsumen produksi. Coale-Hoaver juga berbeda dengan Keynes
yang memusatkan perhatian pada negara kaya (dengan masalah permintaan agregatnya). Coale-
Hover memperhatikan persoalan di negara miskin. Menurutnya kemiskinan bukan akibat
kurangnya permintaan agregatif tetapi akibat kurangnya modal fisik dengan pembangunan, vigor,
enterprise dan adaptability pada semua komponen angkatan. Dia berpendapat bahwa perubahan
penduduk akan terasa pada penduduk sebagai input proses produksi setelah kurun waktu tiga puluh
tahun.
7. Teori Ester Boserup

Ester Boserup menyimpulkan bahwa pertumbuhan penduduk mengakibatkan dipakainya


sistem pertanian yang lebih intensif di suatu masyarakat primitive sehingga meningkatnya output
disektor pertanian. Ester juga berpendapat bahwa penduduk berakibat dipilihnya sistem teknologi
pertanian pada tingkat yang lebih tinggi. Penduduk mendorong diterimanya suatu inovasi
(teknologi) baru. Inovasi hanya akan menguntungkan bila jumlah penduduk lebih banyak.

8. Teori Rational Expectation (Ratex)

Aliran Ratex menganggap bahwa perekomomian cenderung pada keseimbangan. Oleh karena
itu tidak perlu lagi adanya kebijaksanaan stabilitas seperti yang digunakan di masa Keynes. Aliran
ini berasumsi bahwa masyarakat tidak bodoh. Orang selalu berusaha mengejar kepentingan
mereka sendiri dengan menggunakan semua informasi yang mereka punyai untuk memperkirakan
apa yang akan terjadi dan apa yang melandasi semua tingkah lakunya. Aliran ini membahas aspek
ketenagakerjaan seperti permintaan dan penawaran secara mendalam. Menurut aliran ini
perubahan permintaan melalui ekspansi moneter atau rangsangan fiscal akan meningkatkan output
kerja atau employment bila masyarakat tidak menduga adanya kenaikan permintaan itu.

9. Teori John Maynard Keynes

Penganut teori klasik percaya bahwa perekonomian yang dilandaskan pada kekuatan
mekanisme pasar akan selalu menuju keseimbangan (ekuilibrium). Dalam posisi keseimbangan,
produksi secara otomatis akan menciptakan daya beli terhadap barang-barang. Adanya paham
yang menganggap ketidakseimbangan hanya bersifat sementara dan ada “tangan tak terlihat”
(invisible hands) yang akan membawa ekonomi kembali pada posisi keseimbangan.

Penganut teori klasik percaya bahwa seluruh tenaga kerja yang ada akan digunakan unturk
proses produksi, hal ini berarti tidaka ada pengangguran tenaga kerja. John Maynard Keynes
mengkritik teori Say, dalam kenyataannya permintaan lebih kecil daripada penawaran, demikian
juga pendapatan akan ditabung dan tidak semuanya dipakai untuk konsumsi. Penggunaan tenaga
kerja penuh tidak akan dicapai karena tenaga kerja tidak akan bekerja sesuai pandangan klasik.
Para pekerja umumnya mempunyai semacam serikat kerja yang akan berusaha memperjuangkan
kepentingan tenaga kerja dari penurunan tingkat upah. Bila kurva harga turun, maka kurva nilai
produktivitas tenaga kerja (marginal value of productivity of labour) yang dijadikan patokan dalam
mempekerjakan tenaga kerja ikut turun.

Anda mungkin juga menyukai