Anda di halaman 1dari 3

Name : Tri Sandi Ambarwati

Student ID Number : 8111417198


Courses : English Law
Lecturer : Riska Alkadri, S.H.,

Jurnal ini membahas mengenai perlakuan bagaimana Mahkamah Agung di Mississipi


menerapkan hidup bebas bersyarat yang diberikan kepada pelaku pembunuhan yang masih
dalam usia kriteria remaja, usia ini dianggap sebagai usia yang tidak sepenuhnya bersalah dalam
melakukan tidak pembunuhan, dimana pengadilan yang memvonis harus mempertimbangkan
usia remaja dalam memberikan keputusan. Sementara Miller merupakan sebagai contoh orang
yang mendapatkan perlindungan substantive ini, namun pengadilan tidak memedulikan
persyaratan prosedural, dan pengadilan negara bagian memiliki variasi dalam interpretasi mandat
mereka sehingga pada akhirnya pengadilan menjelaskan bahwa Miller berlaku surut di
Montgomery. Baru-baru ini, di Chandler v. State, 9 Mahkamah Agung Mississippi menegaskan
bahwa pengadilan persidangan telah memuaskan Miller dan tidak menyalahgunakan
kebijaksanaannya dalam membenci pelaku pembunuhan remaja di LWOP, bahkan meskipun
pengadilan menjatuhkan beban pada dirinya untuk memberikan bukti yang meringankan dari
kapasitasnya untuk rehabilitasi dan tidak membuat catatan bahwa dia tidak dapat diperbaiki.
Dilihat dari kasus Chandler, seorang remaja yang terlibat skandal pembunuhan dengan cara
menembakkan pistol 2 kali tepat kea rah saudaranya karena dia ketahuan mencuri ganja dari
dalam rumahnya dengan dalih untuk diberikan kepada pacarnya yang telah dihamili. Sehingga
Hakim Kitchens menentukan bahwa Chandler harus dihukum LWOP. Kita tahu bahwa kasus
Chandler ini memeiliki banyak pertimbangan yang dijadikan hakim dalam memutus perkaranya
Hakim menyoroti bahwa Chandler telah berusia "17 tahun, 6 bulan dan 13 hari" pada saat
kejahatan terjadi, dan analisisnya dimulai dengan daftar hak istimewa yang luas yang tersedia
untuk anak berusia tujuh belas tahun pada umumnya, termasuk mengemudi, bergabung dengan
militer dengan persetujuan orang tua, mendapatkan aborsi tanpa izin orang tua, dan menerima
sertifikat pilot swasta.
Hakim Kitchens kemudian mencatat bahwa Chandler “cukup dewasa untuk menjadi ayah
seorang anak dengan pacarnya dan menjual obat-obatan. ” Namun hal ini tampaknya
memberikan perdebatan sehingga menimbulkan beberapa pihak yang pro dan kontra terhadap
pengenaan LWOP, Hakim King juga memberikan pendapat berbeda untuk menantang mayoritas
yang berpendapat bahwa penyalahgunaan kebijaksanaan adalah standar peninjauan yang tepat.
Bergantung pada preseden kasus hukuman mati, Justice King menyimpulkan bahwa pengenaan
LWOP pada remaja memerlukan pengawasan tinggi yang sama seperti hukuman mati karena
merupakan hukuman paling berat yang tersedia.
Mayoritas Chandler menafsirkan Miller dan Montgomery secara serampangan, dan dengan
demikian, pengadilan membuatnya jauh lebih kecil kemungkinannya bahwa pelaku pembunuhan
remaja di Mississippi akan menerima "peluang yang berarti untuk mendapatkan
pembebasan" yang dijanjikan Mahkamah Agung. Pengadilan Miller mencatat bahwa LWOP
wajib untuk pelaku pembunuhan anak-anak adalah tidak konstitusional sebagian karena
"ketidakmampuan yang terkait dengan pemuda" dapat mencegah pelaku remaja dari sepenuhnya
membantu pengacara mereka. Sangat tidak sesuai dengan pengakuan Pengadilan apabila kaum
muda untuk sebuah pengadilan hukuman menempatkan beban pada pelaku remaja untuk
membuktikan bahwa dia adalah anggota kelas yang harus dilindungi. Namun demikian yang
dilakukan oleh mayoritas Chandler. Chandler yang menerima audiensi dendam dalam terang
Miller dan Montgomery dapat memikul beban seperti itu karena mereka tidak lagi remaja,
penolakan pengadilan untuk mengakui anggapan yang mendukung pembebasan bersyarat masih
merupakan prosedur yang tidak tepat sehingga menghalangi sebab bukti yang meringankan
seperti kesaksian dari anggota keluarga, teman, atau mantan guru menjadi lebih sulit diperoleh
ketika pelaku telah ditahan selama periode waktu yang sesuai.
Sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa pada pernyataan di Montgomery menyatakan “Miller
tidak memerlukan pengadilan untuk membuat penemuan fakta mengenai sifat tidak dapat
diperbaiki seorang anak, ” tetapi pernyataan ini ditepis oleh klarifikasi empat kalimat kemudian:
“Bahwa Miller tidak memaksakan persyaratan pencarian fakta secara formal tidak membuat
Amerika bebas menghukum seorang anak yang kejahatannya mencerminkan ketidakmatangan
sementara.” Tujuh dari sebelas pengadilan tertinggi negara bagian yang secara langsung
menangani pertanyaan tersebut telah menyatakan bahwa pengenaan LWOP pada pelaku
pembunuhan remaja memerlukan sebuah temuan yang tidak dapat diperbaiki. Pengadilan-
pengadilan ini sering menyimpulkan bahwa LWOP “di luar kekuasaan pengadilan untuk
memaksakan” Pengadilan-pengadilan ini sering menyimpulkan bahwa LWOP “di luar
kekuasaan pengadilan untuk memaksakan” tanpa adanya temuan semacam itu karena
pengadilan harus menentukan apakah remaja tersebut merupakan salah satu pelanggar langka
yang hukumannya diijinkan.
Namun berbeda dengan alasan dari Mahkamah Agung Mississippiyang mengambil keuntungan
dari garis yang Mahkamah Agung berikan kepada pengadilan negara bagian di Miller dan
Montgomery dengan menolak untuk menerapkan prosedur (seperti persyaratan bahwa hakim
yang menjatuhkan hukuman membuat temuan permanen tidak dapat diperbaiki pada catatan)
yang akan melindungi hak yang ingin dijamin oleh Mahkamah Agung.
Perlu kita ingat juga bahwa pengadilan tidak mengakui adanya dugaan terhadap LWOP, banyak
dari para terdakwa, seperti Chandler, yang telah menerima pemeriksaan ulang di Mississippi
telah mendapatkan hukuman mereka ditegakkan meskipun ada kesempatan kedua. Menurut saya
sendiri pun penerapan LWOP juga baiknya dikaji ulang karena kesalahan apapun yang dilakukan
oleh remaja juga harus ada pertanggung jawabannya untuk menebus segala kesalahn yang telah
dibuat dalam artian tindak pisana. Karean pada dsasarnya remaja merupakan makluk yang masih
dalam proses pendewasaan sehingga banyak melibatkan emosi jiwa dan raga dalam setiap
kgiatanya, namun kembali lagi kita lihat bahwa tidak semua tindak pisana yang dilakukan remaja
akan bergitu mudahnya dapat diampuni hanya dengan kata rehabilitasi saja.

Anda mungkin juga menyukai