Oleh :
2008020001
Pembimbing :
2021
HALAMAN PENGESAHAN
NIM : 2008020001
Bagian : Ilmu Penyakit Saraf RSUD. Prof. Dr. W.Z. Johannes Kupang
Laporan kasus ini telah disusun dan dibacakan di hadapan pembimbing klinik dalam
rangka memenuhi salah satu syarat mengikuti ujian kepaniteraan klinik di
SMF/Bagian Ilmu Penyakit Saraf RSUD. Prof. Dr. W.Z. Johannes, Kupang.
Pembimbing Klinik :
Ditetapkan di : Kupang
ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena berkat
rahmat dan Anugerah-Nya lah penulis dapat menyelesaikan pembuatan referat yang
klinik bagian Neurologi Program Studi Profesi Dokter Universitas Nusa Cendana di
Ucapan terima kasih tak lupa penulis ucapkan kepada para pengajar di SMF
Neurologi RSUD Prof.W.Z.Johannes Kupang, khususnya dr. Johana Herlin Sp.N dan
dr. Yuliana Imelda Ora Adja, M.Biomed, Sp.N atas bimbingan yang diberikan selama
Penulis menyadari bahwa dalam pembuatan referat ini masih banyak terdapat
kesalahan. Untuk itu, kritik dan saran yang bersifat membangun sangat penulis
Semoga referat ini dapat berguna bagi kita semua, khususnya bagi para pembaca
dan rekan-rekan sejawat yang menempuh tugas kepaniteraan klinik bagian Neurologi
Prof.W.Z.Johannes Kupang.
Penulis
iii
DAFTAR ISI
COVER...........................................................................................................................i
HALAMAN PENGESAHAN.......................................................................................ii
KATA PENGANTAR..................................................................................................iii
DAFTAR ISI................................................................................................................iv
DAFTAR GAMBAR.....................................................................................................v
DAFTAR SINGKATAN..............................................................................................vi
BAB 1 PENDAHULUAN.............................................................................................1
2.1. Anatomi...........................................................................................................2
2.2.1 Defenisi..................................................................................................7
2.2.2 Amnesia.................................................................................................8
2.2.3 Afasia...................................................................................................10
2.2.4 Apraksia...............................................................................................17
2.2.5 Agnosia................................................................................................19
iv
BAB 3 PENUTUP.......................................................................................................27
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................28
DAFTAR GAMBAR
v
DAFTAR SINGKATAN
UN : Unilateral Neglect
vi
BAB 1
PENDAHULUAN
Lesi otak fokal pada kondisi patologis seperti serangan iskemik, tumor, dan
penyakit infeksi yang mempengaruhi sebagian kecil dari korteks serebri dapat
menyebabkan kerusakan substansial dan terbatas pada fungsi primer atau kognitif
atau keduanya. Kerusakan ini akan muncul berdasarkan area dan sirkuit yang terlibat.
Jika lesi mempengaruhi area motor primer, yang terletak pada lobus frontalis kedua
hemisfer dan khususnya pada area Brodmaan 4, maka akan tampak paresis
kontralateral. Pada kerusakan area sensorik primer dan jarasmya maka akan
kontralateral ketika korteks sensorik parietal rusak). Ketika kerusakan terjadi diluar
korteks motorik dan sensorik primer, defisit kognitif kompleks dapat muncul,
melibatkan fungsi luhur. Pada kasus kerusakan fungsi luhur, kerusakan dapat terjadi
mulai dari kemampuan analisis kognitif hingga program motorik atau berkaitan
bahasa, ingatan, dan pengertian. Fungsi luhur berkembang pada manusia melalui
yang berasal dari dunia di luar dirinya, sehingga menjadi pengalaman miliknya.(2)
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
1.
2.
2.1. Anatomi
merupakan pusat dari kontrol motorik volunter dan proses mental kompleks.
Secara anatomis, serebrum terdiri dari dua hemisfer yang dipisahkan oleh
korteks ini (kiri dan kanan). Setiap hemisfer memiliki lima lobus dengan
frontalis adalah pusat pikiran sadar dan abstrak, serta memori. Lobus ini
juga tempat proses kognitif dan emosional. Hal ini termasuk suasana
(melalui jalur optik yang melalui lobus parietal dan temporal). Lobus
tata bahasa dan kosa kata, pembentukan dari memori jangka panjang baru
berfungsi untuk memproses sensasi nyeri dan rasa, sensasi viseral, respon
3
Dari segi fungsi, korteks serebri dapat dibagi menjadi area-area kortikal
primer dan area asosiasi unimodal serta multimodal. Beberapa area menerima
informasi motorik, dan lainnya menerima informasi sensorik. Kedua tipe ini
mengkoordinasi data yang masuk dan keluar dari area motorik dan sensorik.
kontralateral.(1,5)
Area motorik (korteks motorik primer) terdapat pada permukaan dari girus
4
Ketika suatu neuron motorik terstimulus pada korteks motorik primer, maka
informasi sensorik dari reseptor nyeri, tekan, suhu, raba, dan vibrasi. Manusia
pembauan. Pada insula anterior dan sekitar area lobus frontalis, korteks
lidah. (3)
Area asosiasi unimodal terletak dekat area kortikal primer. Area ini berfungsi
Area asosiasi visual adalah area 18 dan 19, yang berdekatan dengan area
5
input neural melalui serabut asosiasi dari area korteks primer yang
bersesuaian.(5)
primer tertentu. Area ini membuat koneksi aferen dan eferen dengan berbagai
dan sensorik khusus. Bagian anterior dari lobus parietalis mengolah informasi
tersebut bekerja melalui interaksi dalam system saraf. Lesi fokal dapat
6
Bahasa merupakan salah satu spesialisasi hemisfer. Pada sebagian besar
aktif menggunakan tangan kanan dan sekitar 60-70% individu yang aktif
bahasa bilateral, khususnya jika terdapat riwayat keluarga dengan tangan kiri
atau ambidekstriti.(6)
Pada hemisfer non dominan, umumnya spesifik terhadap fungsi non verbal
memberikan makna emosional pada peristiwa dan bahasa, dan untuk persepsi
2.2.1. Definisi
7
- Proses informasi sadar maupun tidak sadar
2.2.2. Amnesia(3)
adalah :
kunci
8
- Memori jangka pendek : hanya bertahan beberapa waktu, dimana
informasi dapat dengan cepat diingat. Ingatan ini hanya berisi sedikit
- Memori jangka panjang : bertahan untuk waktu lebih lama, dapat seumur
besar untuk diingat, dan memori tersier yang akan bertahan sepanjang
memori jangka panjang yang sudah ada akan tetap intak. Traktus yang
9
Ketika rusak, maka akan terjadi perubahan pada fungsi intelektual,
Area asosiasi yang sesuai mengatasi memori sensorik dan motorik sadar.
Memori akan kata, suara dan wajah membutuhkan area spesifik pada
10
terjadi setelah penyakit/kecelakaan). Amnesia retrograde substansial
amnesia anterograde sebagai hasil dari kerusakan otak, namun dapat juga
2.2.3. Afasia(1,8)
a) Definisi
b) Patofisiologi
Pusat bahasa tradisional adalah pusat bahasa motorik pada area Broca dan
(tersering pada hemisfer kiri baik pada dominasi tangan kanan maupun
11
interna dan batang otak, dengan efek modulator dari ganglia basalis dan
pusat-pusat bahasa.
Gambar 2. 4 Area pusat bahasa pada hemisfer dominan. Area Broca dan Wernicke
dihubungkan oleh serabut saraf di fasikulus arkuata
12
Jenis kelancaran Bicara
Variabel
Tidak lancar Lancar
Kecepatan Lambat (<50 kata/menit) Normal (90 kata/menit)
Usaha Meningkat Normal
Artikulasi Disartrofonik Normal
Panjang kalimat Singkat (<5 kata) Normal (>5 kata)
Ritme bicara Abnormal, disporosodik Normal, prosodic
Isi Agramatisme, banyak Berisi
tambahan
Kesalahan Jarang, biasa literal Banyak kesalahan literal
parafasik dan semantic, neologisme
d) Klasifikasi
1. Afasia Broca
wajah dan bicara juga sering dijumpai pada pasien dengan afasia
bahasa dan repetisi yang buruk (tingkat kata hingga kalimat). Bicara
13
bicara pasien terlihat penuh usaha dalam mengucapkan setiap kata,
2. Afasia Wernicke
emboli pada arteri serebri media segmen M2 divisi inferior pada sisi
3. Afasia global
Afasia ini terjadi karena kresuakan pada area Broca dan Wernicke,
bisa akibat infark luas daerah parenkim otak yang diperdarahi oleh
14
atau kelancaran berbicara terganggu disertai produksi kata yang
terbatas pada satu-dua kata yang tidak memiliki makna, bahkan pasien
tidak dapat berkata-kata sama sekali. Selain itu, hangguan juga muncul
4. Afasia transkortikal
Afasia ini dapat dibedakan dari jenis lainnya dengan ciri utama
motorik umumnya terjadi lesi pada lobus frontal kiri di atas dan depan
dari area Broca. Afasia transkortikal sensorik terjadi akibat lesi pada
5. Afasia anomik
yang menyumbat aliran darah menuju area berbahasa. Afasia ini terjadi
akibat lesi pada lobus temporal kiri inferior, dekat batas temporal dan
atau Wernicke.
6. Afasia konduksi
15
Afasia konduksi memiliki gejala ketidakmampuan dalam mengulang
16
Tabel 2.3. Perbedaan Afasia
Fluensi Pemahaman Repetisi Naming Karakteristik
Khusus
Broca Tidak Baik/ Tergangg Terganggu Telegraphic
menurun u speech
ringan
Wernicke Lancar Terganggu Tergangg Terganggu Parafasia
u
Global Tidak Terganggu Tergangg Terganggu
u
Transkortika Tidak Baik/ Baik Terganggu Repitisi relatif
l motorik Terganggu cukup baik
ringan
Transkortika Lancar Terganggu Baik Terganggu Repitisi relatif
l Sensorik cukup baik
Transkortika Tidak Terganggu Baik Terganggu
l Campuran
Konduksi Lancar Baik Tergangg Terganggu Parafasia
u ringan fonemik
Anomik Lancar Baik Baik Terganggu Word-finding-
problems
Afemia/ Mutisme Baik Baik Mutisme, Dapat menulis,
Mutisme/ dapat foreign accent
Apraksia menulis syndrome
verbal *
2.2.4. Apraksia(1,5)
a) Definisi
b) Klasifikasi
1. Ideomotor Apraxia
17
Apraksia ideomotor merupakan ketidakampuan untuk melakukan
menghubungkannya.
2. Ideational apraxia
3. Orofacial apraxia
18
Apraksia orofasial dan ekstremitas dapat terjadi bersamaan juga tidak
bersamaan.
4. Limb-kinetic apraxia
ideomotor, gerakan yang tidak teratur ini muncul terlepas dari ada atau
5. Constructional apraxia
balok atau pola dari kayu setelah kerusakan pada lobus parietalis
2.2.5. Agnosia(1,5)
a) Definisi
somatic normal) dari fungsi motorik yang intak (tidak ada kelemahan).
b) Klasifikasi
19
Jika area asosiasi visual rusak, pasien masih dapat memahami struktur
2. Agnosia somatosensorik
3. Agnosia taktil
20
bagian posterior-inferior dari lobus parietal, dapat berupa lesi
4. Agnosia akustik
5. Prosopagnosia
(seperti suara, pakaian, bekas luka atau cara berjalan). Biasanya pasien
tidak mengenali teman, kerabat, dan orang terkenal. Pada kasus lebih
bagian dari sindrom afasia atau dapat pula muncul sendiri. Aleksia
21
afasia ditujukan kepada ketidakmampuan untuk membaca pada pasien
dan menulis, yang tampak pada lesi patologis pada area hubungan
bersamaan.
gangguan ini dapat menulis namun tidak dapat membaca tulisan yang
ditulisnya. Sindrom ini muncul saat terjadi kerusakan pada korteks visual
kiri (dominan) dan pada splenium dari korpus kalosum. Sebagai hasil
kanan dan tulisan pada sisi kanan lapang pandang tidak dapat diproses.
Tulisan pada lapang pandang kiri diproses pada korteks visual kanan.
melalui akson yang keluar dari spelium. Apabila terjadi kerusakan pada
22
Gambar 2. 6 Sirkuit skematik pada Aleksia tanpa Agraphia(6)
23
Setelah dilakukan korpus kolostomi, hemisfer kanan tidak dapat
di korteks visual kiri dan kanan. Dengan demikian, jika hubungan antara
24
setengah lapang pandang kiri tidak dapat disebutkan, begitu pula dengan
a) Definisi
b) Manifestasi klinis
suatu ruang pada sisi terdampak. Sebagai contoh, pada fase akut stroke,
mata dan kepala ke sebelah kanan, gagal untuk memberikan respon pada
daerah visual dan stimulus auditorik kiri, cenderung untuk lebih jarang
25
kertas. Ketika diminta untuk membagi garis menjadi dua bagian, pasien
UN salah membagi dengan membagi pada daerah lebih kanan pada garis;
kertas (sudah diprint), pasien tidak mencoret garis pada daerah kiri kertas;
bunga aster atau jam) pasien gagal mengatur atau mendistorsi detail
bagian kiri.
A) kiri atas adalah contoh bunga aster. Gambaran aster oleh pasien UN; B) Albert’s
cancellation task : pasien gagal menyilangi garis bagian kiri; C) menggambar jam
melalui memori oleh pasien UN(6)
26
BAB 3
PENUTUP
3.
Fungsi luhur adalah sifat khas manusia yang berkembang melalui mekanisme
berasal dari dunia di luar dirinya, sehingga menjadi pengalaman miliknya. Gangguan
fungsi luhur berkaitan dengan terjadinya lesi pada korteks, dengan manifestasi
bergantung pada area terjadinya lesi. Gangguan fungsi luhur dapat dibagi berdasarkan
lesi hemisfer, berupa lesi pada hemisfer kiri (mayoritas dominan) seperti afasia,
aleksia, agrafia, dan apraksia. Sedangkan pada lesi hemisfer kanan dapat berupa
unilateral neglect.
.
DAFTAR PUSTAKA