VUCA
sendiri adalah singkatan dari Volatility, Uncertainty, Complexity, Ambiguity.
Volatility adalah dimana dunia berubah cepat, bergejolak, tidak labil, dan terjadi dalam
skala besar. Uncertainty adalah masa depan yang dimana penuh dengan ketidakpastian dan
sulitnya memprediksi dengan akurat apa yang akan terjadi. Complexity yaitu dimana
pengalaman masa lalu biasanya sudah tidak relevan untuk membuat rencana atau memprediksi
sesuatu yang akan terjadi. Terakhir adalah ambiguity yang merupakan ketidakjelasan suatu
kejadian sehingga menimbulkan banyak presepsi.
VUCA dianggap negatif karena perubahan yang tidak jelas membuat manusia sulit
memprediksi keadaan kedepan. Dengan begitu VUCA yang dipandang negatif kita harus
mengubahnya kearah yang positif. Volatility (ketidakstabilan) menjadi Vision dengan ini harus
ada visi yang jelas untuk membawa institusi pendidikan menyatukan visi atau arah ke target.
Selanjutnya ada Uncertainy (ketidakpastian) menjadi Understanding (saling memahami)
sehingga kita bisa menyikapi suatu ketidakpastian dengan pemahaman yang sama. Kemudian,
Complexity (kerumitan) menjadi Clarity (memperjelas) dari yang rumit menjadi lebih terarah
dengan kejelasan yang ada. Yang terakhir ada Ambiguity (kebingungan) menjadi
adaptability/gility (menyesuaikan) yang dimana kita bisa mengadaptasi atau menyesuaikan
dengan masalah yang ada.
Perguruan Tinggi atau Intitusi Pendidikan memiliki peranan penting dalam penguatan
sumber daya manusia. Peranan penting pendidikan tinggi yaitu seperti engine of sustained
growth dimana menjadi penggerak untuk bisa mencetak generasi penerus. Creative and
competitive human capital adalah perguruan tinggi menyiapkan lulusan yang relatif dan
kompetitif. Selanjutnya ada innovation-driven economy yang dapat diartikan perguruan tinggi
harus menjadi tulang punggung inovasi. Inovasi sendiri akan terjadi karena tri dharma ini
dilaksanakan dengan baik dan juga adanya kerja sama yang baik antar dosen dan mahasiswa.
Dengan adanya kebebasan ini diharapkan mahasiswa lebih kreatif dan inovatif untuk
memajukan pendidikan Indonesia. Banyak jalan untuk mencapai kompetensi dasar, sehingga
menciptakan suasana yang fleksibel dan kaya makna supaya memberikan kebebasan dalam
Pendidikan. Adanya segitiga akademis yaitu entrepreneurship, research, dan education yang akan
menciptakan generasi seperti yang diharapkan. Agar dapat menyiapkan sumber daya manusia
yang berkualitas juga harus mengubah kurikulum yang selaras oleh profesi yang ada. Untuk
pengembangan sumber daya manusia unggul, perguruan tinggi harus relevan dengan dunia
sebagai lahan untuk kontribusi para lulusan. Mata rantai ini jangan sampai putus antara
kompetensi yang diajarkan dengan kemajuan dan perubahan di dalam dunia profesi.