Dosen Pengampu :
Hasan Hariri, SPd, MBA, PhD.
Bayu Saputra, S.Pd., M.Pd.
Disusun Oleh :
Kelompok 9
Nama Anggota :
UNIVERSITAS LAMPUNG
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami ucapkan kehadirat Allah SWT atas rahmat dan hidayah-Nya, sehingga
kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “Model Pembelajaran Discovery
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Belajar dan Pembelajaran. Selain
itu, makalah ini bertujuan untuk menambah pengetahuan dan wawasan bagi para pembaca.
Kami menyadari masih banyak kekurangan dalam penyusunan makalah. Untuk itu kami
sangat mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan
makalah ini.
Kelompok 9
ii
DAFTAR ISI
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan dalam suatu bangsa merupakan suatu komponen yang penting untuk mencapai
tujuan suatu bangsa. Pendidikan menjadi prioritas utama untuk mencetak Sumber Daya Manusia
yang berkualitas. Pendidikan yang dimaksud disini bukan bersifat nonformal melainkan bersifat
formal, meliputi proses belajar mengajar yang melibatkan guru dan siswa. Pada saat proses
belajar–mengajar berlangsung di kelas, akan terjadi hubungan timbal balik antara guru dan
siswa. Selama pelajaran berlangsung guru sulit menentukan tingkah laku mana yang berpengaruh
positif terhadap motivasi belajar siswa, misalnya gaya mengajar yang bagaimana yang memberi
kesan positif pada diri siswa, strategi mana yang dapat membantu kejelasan konsep materi, serta
metode dan model pembelajaran apa yang tepat untuk dipakai dalam menyajikan suatu
pembelajaran sehingga menjadikan siswa aktif didalam kelas.
Upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan motivasi belajar siswa adalah dengan
menerapkan model pembelajaran yang dapat membuat siswa agar turut serta aktif dalam
pembelajaran. Salah satu model pembelajaran yang dapat diterapkan untuk menjadikan siswa
aktif dalam pembelajaran adalah model pembelajaran melalui penemuan (discovery learning).
Hosnan (2014: 280) dalam bukunya menjelaskan bahwa model pembelajaran discovery learning
menekankan pada pentingnya pemahaman struktur atau ide-ide penting terhadap suatu disiplin
ilmu, melalui keterlibatan siswa secara aktif dalam proses pembelajaran. Jadi dapat diketahui
bahwa untuk meningkatkan keaktifan siswa dalam pembelajaran dapat dilakukan dengan
menerapkan model-model pembelajaran, salah satunya adalah model discovery learning.
B. Rumusan Masalah
Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang diatas, adalah sebagai berikut :
1. Apa pengertian model pembelajaran discovery learning?
2. Bagaimana tujuan model pembelajaran discovery learning?
3. Bagaimana peran guru dalam pembelajaran discovery learning?
4. Apa saja kelebihan dan kekurangan model pembelajaran discovery learning?
5. Apa saja langkah-langkah model pembelajaran discovery learning?
C. Tujuan
Sesuai dengan rumusan masalah diatas maka tujuan dari makalah ini adalah mengetahui
pengertian, karakteristik dan tujuan, peran guru, kelebihan dan kekurangan, serta langkah-
langkah model pembelajaran discovery learning.
1
BAB II
PEMBAHASAN
Pengertian discovery learning menurut Jerome Bruner adalah metode belajar yang
mendorong siswa untuk mengajukan pertanyaan dan menarik kesimpulan dari prinsip-prinsip
umum praktis contoh pengalaman. Dan yang menjadi dasar ide J. Bruner ialah pendapat dari
piaget yang menyatakan bahwa anak harus berperan secara aktif didalam belajar di kelas. Untuk
itu Bruner memakai cara dengan apa yang disebutnya discovery learning, yaitu dimana murid
mengorganisasikan bahan yang dipelajari dengan suatu bentuk akhir. Menurut Bell (1978)
belajar penemuan adalah belajar yang terjadi sebagia hasil dari siswa memanipulasi, membuat
struktur dan mentransformasikan informasi sedemikian sehingga ia menemukan informasi baru.
Dalam belajar penemuan, siswa dapat membuat perkiraan (conjucture), merumuskan suatu
hipotesis dan menemukan kebenaran dengan menggunakan proses induktif atau proses dedukatif,
melakukan observasi dan membuat ekstrapolasi (Hosnan, 2014).
Model pembelajaran discovery learning mengarahkan peserta didik untuk memahami konsep,
arti, dan hubungan, melalui proses intuitif untuk akhirnya sampai kepada suatu kesimpulan.
Penemuan konsep tidak disajikan dalam bentuk akhir, tetapi peserta didik didorong untuk
mengidentifikasi apa yang ingin diketahui dan dilanjutkan dengan mencari informasi sendiri
kemudian mengorganisasi atau mengkonstruksi apa yang mereka ketahui dan pahami dalam
suatu bentuk akhir. Hal tersebut terjadi bila peserta didik terlibat, terutama dalam penggunaan
proses mentalnya untuk menemukan beberapa konsep dan prinsip.
2
Menurut Hanafiah metode penemuan (discovery) merupakan suatu rangkaian kegiatan
pembelajaran yang melibatkan seluruh kemampuan siswa secara maksimal untuk mencari dan
menyelidiki secara sistematis, kritis, dan logis sehingga siswa dapat menemukan sendiri
pengetahuan, sikap, dan keterampilan sebagai wujud adanya perubahan tingkah laku. Model
discovery-inquiry atau discovery learning menurut Suryosubroto (2002) diartikan sebagai suatu
prosedur mengajar yang mementingkan pengajaran perseorangan, manipulasi obyek dan lain-
lain, sebelum sampai kepada generalisasi. Discovery adalah proses mental yang membuat siswa
mengasimilasi sesuatu konsep atau sesuatu prinsip. Proses mental tersebut misalnya mengamati,
menggolong-golongkan, membuat dugaan, menjelaskan, mengukur, membuat kesimpulan, dan
sebagainya.
Menurut Robert B. Sund (Malik 2001), discovery dilakukan melalui observasi, klasifikasi,
pengukuran, prediksi, penentuan. Proses tersebut disebut cognitive process sedangkan discovery
itu sendiri adalah the mental process of assimilating conceps and principles in the mind.
Berdasarkan beberapa definisi di atas dapat di simpulkan bahwa discovery learning merupakan
pembelajaran yang menitikberatkan pada proses pemecahan masalah, sehingga siswa harus
melakukan eksplorasi berbagai informasi agar dapat menentukan konsep mentalnya sendiri
dengan mengikuti petunjuk guru berupa pertanyaan yang mengarah pada pencapaian tujuan
pembelajaran.
3
Bell (1978) mengemukakan beberapa tujuan spesifik dari pembelajaran dengan penemuan,
yakni sebagai berikut:
a) Dalam penemuan siswa memiliki kesempatan untuk terlibat secara aktif dalam
pembelajaran. Kenyataan menunjukan bahwa partisipasi banyak siswa dalam
pembelajaran meningkat ketika penemuan digunakan.
b) Melalui pembelajaran dengan penemuan, siswa belajar menemukan pola dalam situasi
konkrit mauun abstrak, juga siswa banyak meramalkan (extrapolate) informasi tambahan
yang diberikan
c) Siswa juga belajar merumuskan strategi tanya jawab yang tidak rancu dan menggunakan
tanya jawab untuk memperoleh informasi yang bermanfaat dalam menemukan
d) Pembelajaran dengan penemuan membantu siswa membentuk cara kerja bersama yang
efektif, saling membagi informasi, serta mendengar dan mneggunakan ide-ide orang lain.
e) Terdapat beberapa fakta yang menunjukan bahwa keterampilan-keterampilan, konsep-
konsep dan prinsip-prinsip yang dipelajari melalui penemuan lebih bermakna.
f) Keterampilan yang dipelajari dalam situasi belajar penemuan dalam beberapa kasus,
lebih mudah ditransfer untuk aktifitas baru dan diaplikasikan dalam situasi belajar yang
baru.
Adapun tujuan lain dari metode penemuan (discovery) dalam proses belajar mengajar adalah
sebagai berikut :
4
C. Peran Guru dalam Pembelajaran Discovery Learning
Dalam strategi discovery learning bahan ajar tidak disajikan dalam bentuk akhir, siswa
dituntut untuk melakukan berbagai kegiatan menghimpun informasi, membandingkan,
mengkategorikan, menganalisis, mengintegrasikan, mereorganisasikan bahan serta membuat
kesimpulan-kesimpulan. Hal tersebut memungkinkan murid-murid menemukan arti bagi diri
mereka sendiri, dan memungkinkan mereka untuk mempelajari konsep-konsep di dalam bahasa
yang dimengerti mereka. Dengan demikian seorang guru dalam aplikasi discovery learning harus
dapat menempatkan siswa pada kesempatan-kesempatan dalam belajar yang lebih mandiri.
Bruner mengatakan bahwa proses belajar akan berjalan dengan baik dan kreatif jika guru
memberikan kesempatan kepada siswa untuk menemukan suatu konsep, teori, aturan, atau
pemahaman melalui contoh-contoh yang ia jumpai dalam kehidupannya.
Melalui kegiatan tersebut siswa akan menguasainya, menerapkan, serta menemukan hal-hal
yang bermanfaat bagi dirinya. Karakteristik yang paling jelas mengenai discovery sebagai model
mengajar ialah bahwa sesudah tingkat-tingkat inisial (pemulaan) mengajar, bimbingan guru
hendaklah lebih berkurang dari pada metode-metode mengajar lainnya. Hal ini tak berarti bahwa
guru menghentikan untuk memberikan suatu bimbingan setelah problema disajikan kepada
pelajar. Tetapi bimbingan yang diberikan tidak hanya dikurangi direktifnya melainkan pelajar
diberi responsibilitas yang lebih besar untuk belajar sendiri.
5
D. Kelebihan dan Kekurangan Discovery Learning
6
15. Siswa aktif dalam pembelajaran sebab ia berpikir dan menggunakan kemampuan untuk
menemukan hasil akhir.
1. Metode ini menimbulkan asumsi bahwa ada kesiapan pikiran untuk belajar. Bagi siswa
yang kurang pandai, akan mengalami kesulitan abstrak atau berfikir atau mengungkapkan
hubungan antara konsep-konsep, yang tertulis atau lisan, sehingga pada gilirannya akan
menimbulkan frustasi.
2. Metode ini tidak efisien untuk mengajar jumlah siswa yang banyak, karena membutuhkan
waktu yang lama untuk membantu mereka menemukan teori atau pemecahan masalah
lainnya.
3. Harapan-harapan yang terkandung dalam metode ini dapat buyar berhadapan dengan
siswa dan guru yang telah terbiasa dengan cara-cara belajar yang lama.
5. Pada beberapa disiplin ilmu, misalnya IPA kurang fasilitas untuk mengukur gagasan yang
dikemukakan oleh para siswa.
7
E. Langkah-langkah dan Prosedur Aplikasi Model Discovery Learning
Menurut Kemendikbud (dalam materi pelatihan guru implementasi kurikulum 2014), langkah-
langkah model discovery learning ada tiga tahap yang terdiri atas:
1. Langkah Persiapan
2. Prosedur Aplikasi
Pertama-tama pada tahap ini peserta didik dihadapkan pada sesuatu yang menimbulkan
tanda tanya, kemudian dilanjutkan untuk tidak memberi generalisasi, agar timbul keinginan
untuk menyelidiki sendiri. Di samping itu guru dapat memulai kegiatan poses belajar
mengajar dengan mengajukan pertanyaan, anjuran membaca buku, dan kegiatan belajar
lainnya yang mengarah pada persiapan pemecahan masalah. Stimulasi pada tahap ini
berfungsi untuk menyediakan kondisi interaksi belajar yang dapat mengembangkan dan
membantu siswa dalam mengeksplorasi bahan.
Setelah dilakukan stimulasi langkah selanjutya adalah guru memberi kesempatan kepada
siswa untuk mengidentifikasi sebanyak mungkin agenda-agenda masalah yang relevan
dengan bahan pelajaran, kemudian salah satunya dipilih dan dirumuskan dalam bentuk
hipotesis (jawaban sementara atas pertanyaan masalah). Permasalahan yang dipilih itu
selanjutnya harus dirumuskan dalam bentuk pertanyaan, atau hipotesis, yakni pernyataan
8
sebagai jawaban sementara atas pertanyaan yang diajukan. Memberikan kesempatan siswa
untuk mengidentifikasi dan menganalisa permasalahan yang mereka hadapi, merupakan
teknik yang berguna dalam membangun siswa agar mereka terbiasa untuk menemukan suatu
masalah.
Ketika eksplorasi berlangsung guru juga memberi kesempatan kepada para siswa untuk
mengumpulkan informasi sebanyak-banyaknya yang relevan untuk membuktikan benar atau
tidaknya hipotesis. Tahap ini berfungsi untuk menjawab pertanyaan atau membuktikan benar
tidaknya hipotesis. Dengan demikian peserta didik diberi kesempatan untuk mengumpulkan
berbagai informasi yang relevan, membaca literatur, mengamati objek, wawancara dengan
nara sumber, melakukan uji coba sendiri dan sebagainya. Konsekuensi dari tahap ini adalah
siswa belajar secara aktif untuk menemukan sesuatu yang berhubungan dengan permasalahan
yang dihadapi, dengan demikian secara tidak disengaja siswa menghubungkan masalah
dengan pengetahuan yang telah dimiliki.
Semua informasi hasil bacaan, wawancara, observasi, dan sebagainya, semuanya diolah,
diacak, diklasifikasikan, ditabulasi, bahkan bila perlu dihitung dengan cara tertentu serta
ditafsirkan pada tingkat kepercayaan tertentu. Data processing disebut juga dengan
pengkodean atau kategorisasi yang berfungsi sebagai pembentukan konsep dan generalisasi.
Dari generalisasi tersebut siswa akan mendapatkan pengetahuan baru tentang alternatif
jawaban/ penyelesaian yang perlu mendapat pembuktian secara logis.
Verification (Pembuktian)
Pada tahap ini siswa melakukan pemeriksaan secara cermat untuk membuktikan
benar atau tidaknya hipotesis yang ditetapkan tadi dengan temuan alternatif, dihubungkan
dengan hasil data processing (Syah, 2004:244). Verification menurut Bruner, bertujuan agar
proses belajar akan berjalan dengan baik dan kreatif jika guru memberikan kesempatan
kepada siswa untuk menemukan suatu konsep, teori, aturan atau pemahaman melalui contoh-
contoh yang ia jumpai dalam kehidupannya. Berdasarkan hasil pengolahan dan tafsiran atau
9
informasi yang ada, pernyataan atau hipotesis yang telah dirumuskan terdahulu itu kemudian
dicek, apakah terjawab atau tidak, apakah terbukti atau tidak.
Tahap menarik kesimpulan adalah proses menarik sebuah kesimpulan yang dapat dijadikan
prinsip umum dan berlaku untuk semua kejadian atau masalah yang sama, dengan
memperhatikan hasil verifikasi. Berdasarkan hasil verifikasi maka dirumuskan prinsip-prinsip
yang mendasari generalisasi. Setelah menarik kesimpulan siswa harus memperhatikan proses
generalisasi yang menekankan pentingnya penguasaan pelajaran atas makna dan kaidah atau
prinsip-prinsip yang luas yang mendasari pengalaman seseorang, serta pentingnya proses
pengaturan dan generalisasi dari pengalaman-pengalaman itu.
Sebagai model pembelajaran, Discovery Learning mempunyai prinsip yang sama dengan
inkuiri (inquiry) dan Problem Solving. Tidak ada perbedaan yang prinsipil pada ketiga istilah ini.
Discovery Learning lebih menekankan pada ditemukannya konsep atau prinsip yang sebelumnya
tidak diketahui. Perbedaan inkuiri dan problem solving dengan Discovery Learning ialah bahwa
pada discovery learning masalah yang diperhadapkan kepada siswa semacam masalah yang
direkayasa oleh guru.
10
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
B. SARAN
Karena model pembelajaran discovery learning hanya dapat dipakai untuk materi materi
tertentu, maka seorang guru atau seorang calon guru disarankan agar mampu memilih dan
memilah materi mana yang tepat dan cocok yang dapat diterapkan dalam proses belajar agar
tidak menyita waktunya juga tidak hanya melibatkan beberapa siswa saja, karena model
pembelajaran discovery diperlukan keaktifan seluruh siswa.Selain itu alat – alat bantu mengajar
(audio visual, video, dan lain-lain) haruslah diusahakan oleh guru atau calon guru yang hendak
menerapkan metode ini, tujuannya untuk memberikan siswa pengalaman langsung.
11
Pertanyaan
Pertanyaan: Apa sajakah jenis dan bentuk dari pembelajaran discovery learning?
Jelaskan. Dan jenis discovery learning manakah yang sering diterapkan dalam
pembelajaran dikelas.
Jawab :
Jenis dan bentuk dari pembelajaran discovery learning jenis dan bentuk dari
pembelajaran discovery learning, terdapat dua cara dalam pembelajaran
penemuan (Discovery Learning), menurut Suprihatiningrum (dalam suasana:
2019) yaitu :
1. Pembelajaran penemuan bebas (Free Discovery Learning) yakni pembelajaran
penemuan tanpa adanya arahan atau petunjuk.
2. Pembelajaran penemuan terbimbing (Guided Discovery Learning), yakni
pembelajaran yang membutuhkan peran guru sebagai fasilitator dalam proses
pembelajarannya.
12
b. dua pilihan (benar-salah, ya-tidak)
c. menjodohkan
- Soal dengan mensuplai-jawaban.
a. isian atau melengkapi
b. jawaban singkat
c. soal uraian
2. PenilaianDiri
Teknik penilaian diri dapat digunakan dalam berbagai aspek penilaian, yang
berkaitan dengan kompetensi kognitif, afektif dan psikomotor. Dalam proses
pembelajaran di kelas, berkaitan dengan kompetensi kognitif, misalnya:
peserta didik dapat diminta untuk menilai penguasaan pengetahuan dan
keterampilan berpikir sebagai hasil belajar dalam mata pelajaran tertentu.
Dan agar siswa dapat menguasai pembelajaran discovery learning ini maka
dilakukan langkah-langkah
1. Stimulasi, pada tahap ini berfungsi untuk menyediakan kondisi interaksi
belajar yang dapat mengembangkan dan membantu siswa dalam
mengeksplorasi bahan.
2. Pernyataan/Identifikasi Masalah, memberikan kesempatan siswa untuk
mengidentifikasi dan menganalisa permasalahan yang mereka hadapi,
merupakan teknik yang berguna dalam membangun siswa agar mereka
terbiasa untuk menemukan suatu masalah.
13
3. Pengumpulan Data, dari tahap ini siswa belajar secara aktif untuk menemukan
sesuatu yang berhubungan dengan permasalahan yang dihadapi, dengan
demikian secara tidak disengaja siswa menghubungkan masalah dengan
pengetahuan yang telah dimiliki.
4. Pengolahan Data, Data processing disebut juga dengan pengkodean atau
kategorisasi yang berfungsi sebagai pembentukan konsep dan generalisasi.
Dari generalisasi tersebut siswa akan mendapatkan pengetahuan baru tentang
alternatif jawaban/ penyelesaian yang perlu mendapat pembuktian secara
logis.
5. Pembuktian, bertujuan agar proses belajar akan berjalan dengan baik dan
kreatif jika guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk menemukan
suatu konsep, teori, aturan atau pemahaman melalui contoh-contoh yang ia
jumpai dalam kehidupannya.
6. Menarik kesimpulan, pada tahap ini adalah suatu proses menarik sebuah
kesimpulan yang dapat dijadikan prinsip umum dan berlaku untuk semua
kejadian atau masalah yang sama, dengan memperhatikan hasil verifikasi.
Dari pengertian discovery learning menurut Jerome Bruner adalah metode belajar
yang mendorong siswa untuk mengajukan pertanyaan dan menarik kesimpulan.
Jadi pertanyaan saya adalah bagaimana sikap kalian sebagai calon guru jika ada
siswa yang tidak atau belum bisa menarik sebuah kesimpulan tapi ia pandai dalam
hal bertanya ?
14
- mengecek kembali pola atau hubungan antara variabel yang satu
dengan yang lain terhadap seluruh data, dan membuat kesimpulan
secara umum (generalisasi) berdasarkan data hasil pengamatan.
Dan juga untuk menarik siswa Untuk meningkatkan kemampuan dalam
menarik kesimpulan pada materi pembelajaran yakni dengan mengaplikasikan
metode Mind Mapping. Mind mapping (peta pikiran) merupakan teknik
pemanfaatan keseluruhan otak dengan menggunakan citra visual dan
prasarana grafis lainnya untuk membuat kesan. Metode ini dapat
mengaktifkan kedua belah otak yaitu otak kanan dan kiri. Peta pikiran ini juga
dapat menggunakan pengingat-pengingat visual sepeti gambar, simpul,
bentuk-bentuk dan lainnya sehingga otak akan lebih mengingat. Selain itu
pada metode ini juga digunakan prasarana grafis seperti pensil warna,
sehingga catatan yang dihasilkan akan lebih menarik, menyenangkan dan
dapat memancing minat siswa untuk belajar melalui mencatat yang mereka
ingikan. Selain itu, anak didik pun mampu menyerap materi pelajaran karena
disampaikan dengan cara yang sederhana seperti metode mind mapping.
15
- Apakah ada pengaruh zat kimia tersebut sehingga bisa membuat ikan
mati?
3. Mengumpulkan data (Data Collecting), Siswa mencari dan mengumpulkan
data/informasi tentang hubungan video tersebut dengan sifat larutan, melalui
studi literatur dan percobaan daya hantar listrik secara berkelompok,
selanjutnya siswa diminta untuk melakukan pengumpulan data mengenai
gejala-gejala yang ditimbulkan oleh berbagai larutan yang di uji.
4. Mengolah data (Data Processing) Siswa melakukan pengolahan data hasil
percobaan larutan elek trolit dengan cara berdiskusi.
5. Memferifikasi (Verification), Siswa membandingkan hasil diskusi antar
kelompok untuk mengklasifikasi dan menganalisis larutan elektrolit kuat,
lemah, dan non-elektrolit.
6. Menggeneralisasikan (Generalitation) Siswa menggeneralisasikan hasil
kesimpulannya pada permasalahan larutan elektrolit dalam kehidupan sehari-
hari.
16
DAFTAR PUSTAKA
17