Anda di halaman 1dari 14

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Kanker Laring


Kanker atau tumor ganas terjadi akibat adanya pertumbuhan sel-sel
jaringan tubuh yang tidak normal, disebabkan neoplasia, displasia, dan
hiperplasia. Neoplasia adalah kondisi sel yang terdapat pada jaringan
berproliferasi secara tidak normal dan invasif, Displasia yaitu kondisi sel yang
tidak berkembang normal dengan indikasi adanya perubahan pada nukleus(inti
sel), hiperplasia merupakan kondisi sel normal pada jaringan mengalami
pertumbuhan berlebihan. (Cahyadi, 2016)
Kanker adalah penyakit yang disebabkan oleh pertumbuhan sel-sel
jaringan tubuh yang tidak normal, berkembang dengan cepat, tidak terkendali dan
terus membelah diri. (Cahyadi, 2016)
Kanker adalah penyakit yang dapat menyerang dan muncul akibat
pertumbuhan tidak normal dari sel-sel jaringan tubuh yang berubah menjadi sel
kanker dalam perkembangannya. Faktor resiko penyakit kanker yang pertama
adalah faktor genetik, kedua faktor karsinogen yang diantaranya yaitu zat kimia,
radiasi,virus homon dan iritasi kronis, ketiga faktor prilaku atau gaya hidup,
diantaranya yaitu merokok, pola makan yang tidak sehat, konsumsi alkohol, dan
kurang aktivitas fisik. (Cahyadi, 2016)
Karsinoma laring adalah keganasan pada laring yang berasal dari sel epitel
laring. Lebih dari 90% penderita karsinoma laring memiliki gambaran hispatologi
karsinoma sel skuamosa dengan varian yang terdiri dari verrucous carcinoma,
spindle carcinoma, basoloid squamosa cell carsinoma dan adenosquamousa
caicinoma dengan tingkat diferensiasi sel baik, sedang, dan buruk. (Arzia, 2016 )
Karsinoma laring adalah tumor ganas yang berasal dari epitel laring.
Laring terdiri dari supraglotis, glotis dan subglotis. Laring berperan dalam
koordinasi fungsi menelan dan bernafas, termasuk berbicara, bernafas, aliran
makan dan minum. Karsinoma laring adaalah urutan kedua terbanyak keganasan
kepala dan leher di seluruh dunia, dengan kejadian diperkirakan lebih dari
151.000 kasus yang mengakibatkan sekitar 82.000 kematian setiap tahun.
(Cahyadi, 2016)

4
Merokok dan mengkonsumsi alkohol merupakan penyebab karsinoma
laring. Sebuah studi oleh Hashibe dkk tahun 2009, menunjukan bahwa kejadian
kanker yang disebabkan tembakau dan alkohol sebanyak 89% dan sekitar 5%
terjadi pada perokok dan bukan peminum, faktor-faktor lain, gastroesophageal
refluks, riwayat radiasi dan infeksi human papilloma virus tipe 16 dan 18 telah
terdeteksi sebanyak 5%-32% dari sample yang dianalisis di kanker tenggorokan.
Paparan debu kayu, polisklik hidrokarbon, dan juga asbes yang telah sikaitkan
dengan peningkatan resiko untuk kanker laring. (Cahyadi, 2016)

2.2 Etiologi Laring


Etiologi karsinoma laring belum diketahui dengan pasti. Dikatakan oleh
para ahli bahwa perokok dan peminum alkohol merupakan kelompok orang-orang
dengan resiko tinggi terhadap karsinoma laring. Penelitian epidemiologik
menggambarkan beberapa hal yang diduga menyebabkan terjadinya karsinoma
laring yang kuat ialah rokok, alkohol dan terpajan oleh sinar radioaktif. (Sunaran,
2015)
Pengumpulan data yang dilakukan di RS Cipto Mangunkusumo
menunjukan bahwa karsinoma laring jarang ditemukan pada orang yang tidak
merokok, sedangkan resiko untuk mendapatkan karsinoma laring naik, sesuai
dengan kenaikan jumlah rokok yang dihisap. (Sunaran, 2015)

2.3 Anatomi Laring


Laring adalah bagaian dari saluran pernafasan bagian atas yang merupakan
suatu rangkaian tulang rawan yang berbentuk corong dan terletak setinggi
vertebrae cervicalis IV – VI, dimana pada anak-anak dan wanita letaknya relatif
lebih tinggi. Laring pada umumnya selalu terbuka, hanya kadang-kadang saja
tertutup bila sedang menelan makanan. (Sofyan, 2011)
Lokasi laring dapat ditentukan dengan inspeksi dan palpasi dimana
didapatkan kartilago tiroid yang pada pria dewasa lebih menonjol kedepan dan
disebut prominensia laring atau disebut juga jakun. (Sofyan, 2011)
Batas-batas laring sebelah kranial terdapat Aditus Laringeus yang
berhubungan dengan hipofaring, di sebelah kaudal dibentuk oleh sisi inferior

5
kartilago kirkoid dan berhubungan dengan trakea, diselah posterior dipisahkan
dari vertebra cervicalis oleh otot-otot prevertebral, dinding dan cavum
laringofaring serta disebelah anterior ditutupi oleh otot-otot
sternoklridomastoideus, infrahyoid dan lobus kelenjar tiroid. (Sofyan, 2011)
Laring berbentuk piramida tringular terbalik dengan dinding kartilago
tiroidea disebelah atas dan kartilago kirkoidea di sebelah bawahnya. Os hyoid
dihubungkan dengan laring oleh membran tiroidea. Tulang ini merupakan tempat
melekatnya otot-otot dan ligament serta akan mengalami osifikasi sempurna pada
usia 2 tahun. Secara keseluruhan laring dibentuk oleh sejumlah kartilago,
ligamentum dan otot-otot. (Sofyan, 2011)
Berdasarkan perkembangan embriologi laring, dibagi menjadi tiga daerah
yaitu supraglotis, glottis, dan subglotis. Pembagian ini akan membantu dalam
memprediksi gejala klinis dan pola penyebaran tumor. Area supraglotis dimulai
dari tip epiglottis sampai ventrikel dan permukaan bawah dari plica ventrikularis
termasuk permukaan lingual dan laryngeal epiglottis, kartilago arytenoid,
ariepiglotis fold, dan plika vokalis. (Permata, 2018)
Supraglotis berkembang dari arkus brakial ke-4 dan ke-6 yang kaya akan
aliran limfatik bilateral. Secara klinis hal ini akan menyebabkan tingginya
kejadian metastasis sebanyak 25-75%. Area glottis terdiri dari dasar ventrikel,
plika vokalis meliputi 0,5 cm batas bebas dari cord, komisura anterior, dan area
interaritenoid. Berbeda dari struktur supraglotis secara embriologi area glotis
terbentuk dari penyatuan struktur di bagian lateral trakeobronkial arkus ke 4,5,6,
dan relative memiliki struktur limfatik yang lebih sedikit. Hal ini mengakibatkan
penyebaran secara limfatik dari tumor daerah glottis menjadi lebih sedikit dan
dapat tepat berada di dalam laring dalam jangka waktu yang lebih lama. Area
subglotis berada dibawah glotis mulai dari batas inferior sampai ke batas bawah
kartilago kirkoid. Daerah ini berkembang dari arkus faringeal ke-4 dan ke-6, dan
arena lokasinya maka tumor di daerah ini memiliki kecedrungan untuk lebih
mudah menyebar keluar dari laring. (Permata, 2018)

6
2.4 Fisiologi Laring
Laring mempunyai 3 fungsi dasar yaitu fonasi, respirasi dan proteksi
disamping itu laring mempunyai beberapa fungsi lainnya seperti terlihat pada
uraian berikut:

2.4.1 Fungsi Fonasi.


Pembentukan suara merupakan fungsi laring yang paling komplek. Suara
dibentuk karena adanya aliran suara respirasi yang konstant dan adanya interaksi
antara udara dan pita suara. Nada suara dari laring diperkuat oleh adanya tekanan
udara pernafasan subglotik dan vibrasi laring serta adanya ruangan resonansi
seperti rongga mulut, udara dalam paru-paru, trakea, faring, dan hidung. Nada
dasar yang dihasilkan dapat dimodifikasi dengan berbagai cara. Otot intrinsik
laring berperan penting dalam penyesuaian tinggi nada dan mengubah bentuk
ujung-ujung bebas dan tegang pita suara sejati. (Kusuma, 2013)

2.4.2 Fungsi Proteksi


Benda asing tidak dapat masuk kedalam laring dengan adanya reflek otot-
otot yang bersifat adduksi, sehingga rima glotis tertutup. Pada waktu menelan
pernafasan berhenti sejenak akibat adanya rangsanga terhadap reseptor yang ada
pada epiglotis, plika ariepiglotika, plika ventrikularis dan daerah interaritenoid.
Gerakan laring ke atas dan ke depan menyebabkan celah proksimal laring tertutup
oleh dasar lidah. Struktur mengalihkan makanan ke lateral menjauhi aditus dan
masuk ke sinus piriformis lalu ke introitus esofagus. (Kusuma, 2013)

2.4.3 Fungsi Respirasi


Pada waktu inspirasi diafragma bergerak ke bawah untuk memperbesar
rongga dada dan M. Krikoaritenoideus posterior terangsang sehingga kontraksinya
menyebabkan rima glotis terbuka. Proses ini dipengaruhi oleh tekanan parsial CO2
dan O2 arteri serta pH darah. Bila pO2 tinggi akan menghambat pembukaan rima
glotis, sedangkan bila pCO2 tinggi akan merangsang pembukaan rima glotis.
Hiperkapnia dn obstruksi laring mengakibatkan pembukaan laring secara
reflektoris, sedangkan peningkatan pO2 arterial dan hiverpentilasi akan

7
menghambat pembukaan laring. Tekanan parsial CO2 darah dan ph darah berperan
dalam mengontrol posisi pita suara. (Kusuma, 2013)

2.4.4 Fungsi Sirkulasi


Pembukaan dan penutupan laring menyebabkan penurunan dan peninggian
tekanan intratorakal yang berpengaruh pada venous return. Perangsangan dinding
laring terutama pada bayi dapat menyebabkan bradikardi, kadang-kadang henti
jantung. Hal ini dapat ada karena adanya reflek kardiofaskuler dari laring.
Reseptor dari reflek ini adalah baroreseptor yang terdapat di aorta. Impuls dikirim
melalui N. Laringeus rekurens dan rumus komunikasi N. Laringeus superior. Bila
serabut ini terangsang terutama bila laring dilatasi maka terjadi penurunan denyut
jantung. (Kusuma, 2013)

2.4.5 Fungsi Fiksasi


Berhubungan dengan mempertahankan tekanan intratorakal agar tetap
tinggi, misalnya batuk, bersin dan mengedan. (Kusuma, 2013)

2.4.6 Fungsi Menelan


Terdapat 3 kejadian yang berhubungan dengan laring pada saat
berlangsungnya proses menelan, yaitu:
Pada waktu menelan faring bagian bawah (M. Konstriktor faringeus
superior, M. Palatofaringeus dan M. Stilofaringeus) mengalami kontraksi
sepanjang kartilago krikoidea dan kartilago tiroidea, serta menarik laring ke atas
menuju basis lidah, kemudian makanan terdorong ke bawah dan terjadi
pembukaan faringoesopageal. Laring menutup untuk mencegeh makanan atau
minuman masuk ke saluran pernafasan dengan jalan mengkontraksikan orifisium
dan penutupan laring oleh epiglotis. (Kusuma, 2013)
Epiglotis menjadi lebih datar membentuk semacam papan penutup aditius
laringeus, sehingga makanan atau minuman terdorong ke lateral menjauhi aditius
laring dan masuk ke sinus piriformis lalu ke hiatus esofagus. (Kusuma, 2013)

8
2.4.7 Fungsi Batuk
Bentuk plika vokalis palsu memungkinkan laring berfungsi sebagai katup,
sehingga tekanan intratorakal meningkat. Pelepasan tekanan secara mendadak
menimbulkan batuk yang berguna untuk mempertahankan laring dari ekspansi
benda asing atau memebersihkan sekret yang merangsang reseptor atau iritasi
pada mukosa laring. (Kusuma, 2013)

2.4.8 Fungsi Ekspektorasi


Dengan adnya benda asing pada laring, maka sekresi kelenjar berusaha
mengeluarkan benda asing tersebut. (Kusuma, 2013)

2.4.9 Fungsi Emosi


Perubahan emosi dapat menyebabkan perubahan fungsi laring, misalnya
pada waktu menangis, kesakitan, menggigit dan ketakutan (Kusuma, 2013)

2.5 Patofisiologi Karsinoma Laring


Tumor atau sering dikenal dengan neoplasma adalah massa abnormal
jaringan yang pertumbuhannya berlebihan dan tidak terkordinasikan dengan
pertumbuhan jaringan normal dan terus demikian walaupun rangsangan yang
memicu perubahan tersebut telah berhenti. Hal mendasar tentang asal neoplasma
adalah hilangnya responsivitas terhadap faktor pengendali pertumbuhan yang
normal. (Ernawati, 2013)
Tumor ganas atau neoplasma ganas yang ditandai dengan diferensiensi
yang beragam dari sel parenkim, dari yang berdiferensiensi baik (well
differentiated) sampai yang sama sekalitidak berdifrensiensi. Neoplasma ganas
yang terjadi atas sel tidak berdiferensiensi disebut anapilastik. (Ernawati, 2013)
Tidak adanya diferensiensi, atau anaplasia dianggap sebagai tanda utama
keganasan. Neoplasma ganas (kanker) tumbuh dengan cara infiltrasi, invasi,
destruksi dan penetrasi progresif ke jaringan sekitar. Kanker tidak membentuk
kapsul yang jelas. Cara pertumbuhannya yang infiltratif menyebabkan perlu
dilakukan pengangkatan jaringan normal disekitar secara luas apabila suatu tumor
ganas akan diangkat secara bedah. (Ernawati, 2013)

9
2.6 Klasifikasi Karsinoma Laring
Klasifikasi tumor ganas laring berdasarkan AJCC 2006, sabagai berikut:
Tumor primer
1. Supraglotis
T1 : Tumor terbatas pada satu sub bagian supraglotis dengan
pergerakan pita suara asli masih normal
T2 : Tumor menginfasi >1 mukosa yang berdekatan dengan
supraglotis atau glotis atau daerah di luar supraglotis (misalnya :
mukosa dasar lidah, vallecula, dinding medial sinus pyriformis) tanpa
fiksasi laring
T3 : Tumor terbatas pada laring dengan fiksasi pita suara asli dan/atau
menginvasi area postkrikoid, jaringan pre-epiglotik, ruang paraglotik
dan/atau invasi minor kartilago tiroid.
T4a : Tumor menginvasi melalui kartilago tiroid/atau jaringan yang
jauh dari laring (misalnya : trakea, muskulus ekstrinsik profunda lidah,
strap muscle, tiroid atau esofagus)
T4b : Tumor menginvasi ruang preventebra, sarung arteri karotis atau
struktur mediastinum
2. Glotis
T1 : Tumor terbatas pada pita suara asli (mungkin melibatkan
komisura anterior atau posterior) dengan pergerakan yang normal
T1a : Tumor terbatas pada satu pita suara asli
T1b : Tumor melibatkan kedua pita suara asli
T2 : Tumor meluas ke supraglotis dan /atau subglotis, dan/atau dengan
gangguan pergerakan pita suara asli
T3 : Tumor pada laring dan fiksasi pita suara asli dan/atau menginvasi
ruang paraglotik dan/atau erosi minor kartilago tiroid
T4a : Tumor menginvasi kartilago tiroid dan/atau jaringan yang jauh
dari laring (misalnya : trakea, muskulus eksrinsik profunda lidah, strap
muscle, tiroid, atau esofagus)
T4b : Tumor menginvasi ruang preventebra, sarung arteri karotis atau
struktur mediastinum

10
3. Subglotis
T1 : Tumor terbatas pada subglotis
T2 : tumor meluas ke pita suara asli dengan pergerakan yang normal
atau terjadi gangguan
T3 : Tumor terbatas pada jaringan dengan fiksasi pita suara asli
T4a : Tumor mrnginvasi kartilago tiroid dan/atau jaringan yang jauh
dan laring (misalnya : trakea, muskulus ekstrinsik profunda lidah, strap
muscle, tiroid, atau esofagus)
T4b : Tumor menginvasi prevertebra sarung arteri karotis atau struktur
mediastinum

2.7 Komlikasi Karsinoma Laring


Komplikasi yang paling sering terjadi adalah fistula. Dari data yang
didapatkan sebanyak 6% pasien menderita stenosis, sebanyak 12% pasien
mendapat komplikasi fistula dan 4% terjadi rekurensi. Hasil tersebut sesuai
dengan penelitian oleh hermani dkk tahun 2000. Yang menyatakan bahwa
karsinoma laring lebih banyak mengenai laki-laki dari pada perempuan usia
terbanyak dialami pada dekade 5-6, begitu juga dengan faktor resiko yang
menyebabkan yaitu rokok dan alkohol. Pasien datang pada umumnya dengan
keluhan suara serak yang meningkat menjadi sesak nafas seiring dengan
meningkatnya stadium dari tumor (Cahyadi, 2016)

2.8 Penatalaksanaan Karsinoma Laring


Penatalaksanaan karsinoma laring dapat berupa kemoterapi, radioterapi
maupun operasi (laringektomi) serta kombinasi ketiganya. Dari data didapatkan
sebanyak 14% penderita menjalani operasi, 6% menjalani radioterapi, sebanyak
44% menjalani operasi dan radioterapi, sebanyak 28% menjalani operasi,
radioterapi dan kemoterapi dan sebanyak 8% kemoiradiasi. Sebagaian besar
penderita mendapatkan operasi total laringektomi yang dilanjutkan dengan
radioterapi (Cahyadi, 2016)

11
2.9 Konsep Asuhan Keperawatan
a. Pengkajian
1. Pengkajian primer
Data awal yang ditemukan pada klien dengan kanker laring adalah
suara serak yang tidak sembuh-sembuh yang disertai dengan adanya
pembesaran dan perubahan pada daerah leher. Menurut Cody D.
Thaher, C. Long Barbara, Harrison, Sjmsuhidayat dan Suddart Bunner
pada pengkajian akan didapatkan data sebagai berikut :
Biografi
a) Usia
b) Jenis kelamin : Laki laki lebih banyak dari pada perempuan 2 : 1
c) Pekerjaan:Pekerjaan yang menggunakan suara yang berlebihan,
seperti apenyanyi, penceramah, dosen.
d) Alamat : Tinggal di daerah dengan tingkat pencemaran polusi
yang tinggi, seperti tinggal di wilayah industri.
Keluhan utama pada klien Ca. Laring meliputi nyeri tenggorok. sulit
menelan,sulit bernapas,suara serak,hemoptisis dan batuk, penurunan
berat badan, nyeri tenggorok, lemah.
2. Pengkajian sekunder
a) Pemeriksaan Fisik
1) Keadaan umum
2) Tanda-tanda vital
a. Suhu
b. Tekanan Darah
c. Respirasi
d. Nadi
e. Pengukuran BB
f. Kepala
g. Pembengkakan kelenjar limfe post dan pre aurikel
h. Leher

12
b) Pemeriksaan Penunjang
1) Laringoskopi : Cara memeriksa laring dengan melakukan
inspeksi terhadap sisi luar laring pada leher dan gerakan-
gerakan pada saat menelan. Pada kanker laring gerakan
menelan akan bergerak ke bawah saat inspirasi atau tidak
bergerak. Pada palpasi ditemukan adanya pembesaran dan
nyeri.
2) Pemeriksaan sinar x jaringan lunak : terdapat penonjolan
pada tenggorokan.
3) Pemeriksaan poto kontras : dengan penelanan borium
menunjukkan adanya lesi-lesi loca
4) Pemeriksaan MRI : identifikasi adanya metastasis dan
evaluasi respon pengobatan.
3. Riwayat penyakit sekarang
Biasanya suara serak adalah hal yang akan Nampak pada pasien
dengan kanker pada daerah glottis, pasien mungkin mengeluhkan
nyeri dan rasa terbakar pada tenggorokan, suatu gumpalan mungkin
teraba di belakang leher. Gejala lanjut meiputi disfagia, dispnoe,
penurunan berat badan.
4. Riwayat penyakit dahulu
Riwayat kesehatan dahulu : adanya riwayat laryngitis kronis, riwayat
sakit tenggorokan, riwayat epiglottis.
5. Riwayat penyakit keluarga
Riwayat kesehatan keluarga :Riwayat anggota keluarga yang
terdiagnosa positif kanker laring.
b. Diagnosa Keperawatan
1 Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan pengangkatan
sebagian atau seluruh glotis, gangguan kemampuan untuk bernapas,
batuk dan menelan, serta sekresi banyak dan kental.
2 Kerusakan komunikasi verbal berhubungan dengan defisit anatomi
(pengangkatan batang suara).

13
3 Gangguan rasa nyaman : nyeri berhubungan dengan penekanan
serabut syaraf oleh sel-sel tumor
4 Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
gangguan saluran pencernaan.(disfagia)
5 Gangguan citra diri berhubungan dengan kehilangan suara,perubahan
anatomi wajah dan leher.
c. Intervensi Keperawatan
Dx 1 : Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan
pengangkatan sebagian atau seluruh glotis, gangguan kemampuan untuk
bernapas, batuk dan menelan, serta sekresi banyak dan kental.
Tujuan : Klien akan mempertahankan jalan napas tetap terbuka.
Kriteria hasil : Bunyi napas bersih dan jelas, tidak sesak, tidak
sianosis,frekwensi napas normal.
INTERVENSI RASIONAL
- Awasi frekwensi atau -
memudahkan drainase sekret,
kedalaman pernapasan. kerja pernapasan dan ekspansi
Auskultasi bunyi napas. Selidiki paru.
kegelisahan, dispnea, dan - mencegah pengumpulan sekret
sianosis. oral menurunkan resiko aspirasi.
- Tinggikan kepala 30-45 derajat - Catatan : menelan terganggu
- Dorong menelan bila pasien bila epiglotis diangkat atau
mampu. edema paskaoperasi bermakna
- Berikan humidifikasi tambahan, dan nyeri terjadi
contoh tekanan udara atau - fisiologi normal ( hidung)
oksigen dan peningkatan berarti menyaring atau
masukan cairan. melembabkan udara yang
- Awasi seri GDA atau nadi lewat.Tambahan kelembaban
oksimetri, foto dada. menurunkan mengerasnya
- perubahan pada pernapasan, mukosa dan memudahkan batuk
adanya ronki,mengi,diduga atau penghisapan sekret melalui
adanya retensi sekret. stoma.
- pengumpulan sekret atau adanya
ateletaksis dapat menimbulkan
pneumonia yang memerlukan
tindakan terapi lebih agresif.
Dx 2 : Kerusakan komunikasi verbal berhubungan dengan defisit anatomi
(pengangkatan batang suara) dan hambatan fisik (selang trakeostomi).
Tujuan : Komunikasi klien akan efektif .
Kriteria hasil : Mengidentifikasi atau merencanakan pilihan metode
berbicara yang tepat setelah sembuh

14
INTERVENSI RASIONAL
- Kaji atau diskusikan praoperasi - untuk mengurangi rasa takut pada
mengapa bicara dan bernapas klien.
terganggu,gunakan gambaran - adanya masalah lain
anatomik atau model untuk mempengaruhi rencana untuk
membantu penjelasan. pilihan komunikasi
- Tentukan apakah pasien - memungkingkan pasien untuk
mempunyai gangguan komunikasi menyatakan kebutuhan atau
lain seperti pendengaran dan masalah. Catatan : posisi IV pada
penglihatan tangan atau pergelangan dapat
- Berikan pilihan cara komunikasi membatasi kemampuan untuk
yang tepat bagi kebutuhan pasien menulis atau membuat tanda.
misalnya papan dan pensil, papan - Kemampuan untuk menggunakan
alfabet atau gambar, dan bahasa pilihan suara dan metode bicara
isyarat. (contoh bicara esofageal) sangat
- Konsul dengan anggota tim bervariasi, tergantung pada
kesehatan yang tepat atau terapis luasnya prosedur pembedahan,
atau agen rehabilitasi (contoh usia pasien, dan motivasi untuk
patologis wicara, pelayanan sosial, kembali ke hidup aktif. Waktu
kelompok laringektomi) selama rehabilitasi memerlukan waktu
rehabilitasi dasar dirumah sakit panjang dan memerlukan sumber
sesuai sumber komunikasi (bila ada). dukungan untuk proses belajar.
Dx 3 : Nyeri akut berhubungan dengan insisi bedah, pembengkakan
jaringan,adanya selang nasogastrik atau orogastrik.
Tujuan : Nyeri klien akan berkurang atau hilang.
Kriteria hasil : Klien mengatakan nyeri hilang, tidak gelisah, rileks dan
ekpresi wajah ceria
INTERVENSI RASIONAL
- Sokong kepala dan leher dengan - kelemahan otot diakibatkan oleh
bantal.Tunjukkan pada reseksi otot dan saraf pada struktur
pasienbagaimana menyokong leher dan atau bahu. Kurang
leher selama aktivitas sokongan meningkatkan
- Dorong pasien untuk ketidaknyamanan dan
mengeluarkan saliva atau mengakibatkan cedera pada area
penghisap mulut dengan hati- jahitan.
hati bila tidak mampu menelan - menelan menyebabkan aktivitas
- Catat indikator non verbal dan otot yang dapat menimbulkan
respon automatik terhadap nyeri karena edema atau
nyeri. Evaluasi efek analgesik. regangan jahitan
- Kolaborasi dengan pemberian - alat menentukan adanya nyeri
analgesik, contoh codein, ASA, dan keefektifan obat
dan Darvon sesuai indikasi - derajat nyeri sehubungan
dengan luas dan dampak
psikologi pembedahan sesuai
dengan kondisi
tubuh.Diharapkan dapat
menurunkan atau
menghilangkan nyeri

15
Dx 4 : Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan gangguan jenis masukan makanan sementara atau permanen,
gangguan mekanisme umpan balik keinginan makan, rasa, dan bau karena
perubahan pembedahan atau struktur, radiasi atau kemoterapi.
Tujuan : Klien akan mempertahankan kebutuhan nutrisi yang adekuat.
Kriteria hasil : Membuat pilihan diit untuk memenuhi kebutuhan nutrisi
dalam situasi individu, menunjukkan peningkatan BB dan penyembuhan
jaringan atau insisi sesuai waktunya
INTERVENSI RASIONAL
- Auskultasi bunyi usus - makan dimulai hanya setelah
- Pertahankan selang makan, bunyi usus membik setelah
contoh periksa letak selang : operasi
dengan mendorongkan air - selang dimasukan pada
hangat sesuai indikasi pembedahan dan biasanya
- Ajarkan pasien atau orang dijahit.Awalnya selang
terdekat teknik makan sendiri, digabungkan dengan penghisap
contoh ujung spuit, kantong dan untuk menurunkan mual dan
metode corong, menghancurkan muntah. Dorongan air untuk
makanan bila pasien akan mempertahankan kepatenan
pulang dengan selang makanan. selang
Yakinkan pasien dan orang - membantu meningkatkan
terdekat mampu melakukan keberhasilan nutrisi dan
prosedur ini sebelum pulang dan mempertahankan martabat
bahwa makanan tepat dan alat orang dewasa yang saat ini
tersedia di rumah terpaksa tergantung pada orang
- Berikan diet nutrisi seimbang lain untuk kebutuhan sangat
(misalnya semikental atau mendasar pada penyediaan
makanan halus) atau makanan makanan
selang (contoh makanan - macam-macam jenis makanan
dihancurkan atau sediaan yang dapat dibuat untuk tambahan
dijual) sesuai indikasi atau batasan faktor tertentu,
seperti lemak dan gula atau
memberikan makanan yang
disediakan pasien

Dx 5 : Gangguan citra diri berhubungan dengan kehilangan


suara,perubahan anatomi wajah dan leher
Tujuan : Mengidentifikasi perasaan dan metode koping untuk persepsi
negatif pada diri sendiri
Kriteria hasil : menunjukkan adaptasi awal terhadap perubahan tubuh
sebagai bukti dengan partisipasi aktivitas perawatan diri dan interaksi

16
positip dengan orang lain.Berkomunikasi dengan orang terdekat tentang
perubahan peran yang telah terjadi.Mulai mengembangkan rencana untuk
perubahan pola hidup. Berpartisipasi dalam tim sebagai upaya
melaksanakan rehabilitasi
INTERVENSI RASIONAL
- Diskusikan arti kehilangan - alat dalam
atau perubahan dengan mengidentifikasi atau
pasien, identifikasi persepsi mengartikan masalah untuk
situasi atau harapan yang memfokuskan perhatian
akan dating dan intervensi secara
- Catat bahasa tubuh non konstruktif
verbal, perilaku negatif - dapat menunjukkan depresi
atau bicara sendiri. Kaji atau keputusasaan,
pengrusakan diri atau kebutuhan untuk
perilaku bunuh diri pengkajian lanjut atau
- Catat reaksi emosi, contoh intervensi lebih intensif
kehilangan, depresi, marah - pasien dapat mengalami
- Kolaboratif dengan depresi cepat setelah
merujuk pasien atau orang pembedahan atau reaksi
terdekat ke sumber syok dan menyangkal.
pendukung, contoh ahli Penerimaan perubahan
terapi tidak dapat dipaksakan dan
proses kehilangan
membutuhkan waktu untuk
membaik
- pendekatan menyeluruh
diperlukan untuk
membantu pasien
menghadapi rehabilitasi
dan kesehatan. Keluarga
memerlukan bantuan
dalam pemahaman proses
yang pasien lalui dan
membantu

17

Anda mungkin juga menyukai